Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR PHALANX

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ
tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Open fraktur phalang hand adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang phalanx secara terbuka yang diakibatkan oleh trauma
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Pinning adalah teknik instrumentator pada fraktur yang akan
dilakukan tindakan pemasangan wire.

B. ANATOMI & FISIOLOGI KARPAL


Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi
dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari
tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi
geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum,
piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
Bagian dari Tulang Karpal yaitu :
1. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di
pergelangan tangan dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan
bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang dihasilkan oleh
tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat
fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang
karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan
gerakan seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan
menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari
1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
2. Falang
Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua
ujung. Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat
belas falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari. Sendi
engsel yang terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan
tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam
sesuatu.
C. MACAM – MACAM FRAKTUR
Klasifikasi secara umum fraktur yakni:
1. Berdasarkan tempat:
Fraktur humerus, tibia, clavicula, una, radius dsb.
2. Berdasarkan komplit atau tidaknya fraktur:
a. Fraktur komplit:
Garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit:
Bila garis patahan tidak melalui seluruh garis penampang
tulang.
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patahan:
a. Fraktur komunitif:
Fraktur dimana garis patahan lebih dari satu saling
berhubungan.
b. Fraktur segmental:
Fraktur dimana garis patahan lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur multipel:
Fraktur yang lebih dari satu tetapi tidak pada tulang yang
sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen:
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) garis patahan lengkap
tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih
utuh.
b. Fraktur dispaced (bergeser) terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen.
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a. Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkana keadaan jaringan lunak disekitar trauma yaitu
1. Tingkat 0 :
Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak disekitar.
2. Tingkat 1 :
fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
3. Tingkat 2 :
Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan ancaman sindroma
kompartemen.
4. Tingkat 3 :
Cidera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata.
b. Fraktur terbuka (open/ compound) bila terdapap hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena perlukaan
kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu:
1. Grade I : luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm.
2. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
3. Grade III : sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan
mekanisme trauma:
a. Fraktur transversal: fraktur yang arahnya melintang pada
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur obliq : fraktur yang arah garis patahannya membentuk
sudut erhadap sumbu tulang yang merupakan akibat tarauma
angulasi juga.
c. Fraktur spiral : fraktur yang arah garis patahannya berbentuk
spiral yang diakibatkan rotasi.
d. Fraktur kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain.
e. Fraktur avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya:
a. Tidak adanya dislokasi
b. Adanya dislokasi:
 At axim: membentuk sudut
 At Lotus : fragmen tulang berjauhan
 At Longitudinal : berjauhan memanjang.
 At lotus cum contractiosnum: berjauhan dan
memendek.
8. Berdasarkan posisi fraktur pada sebatang tulang:
a. 1/3 paroksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal.
9. Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang.

D. ETIOLOGI
1. Trauma langsung/ direct trauma
2. Trauma yang tidak langsung/ indirect trauma.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila
tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang
mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot. Patah tulang akibat tarikan otot
sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemutiran,
penekukan, penekanan, kombinasi dari ketiganya dan penarikan.
F. PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
1. X ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
cidera.
2. Bones scan, tomogra, atau MRI Scan.
3. Arteriogram dialkukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. Cct kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan darah lengkap.

G. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Awal
1. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti
gips dan embebatan yang terlalu kuat.
3. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES
terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
4. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
6. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama


1. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
2. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi
dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil
setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk
sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
3. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.

H. MANISFESTASI KLINIK
1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Bengkak
5. Peningkatan temperatur local
6. Pergerakan abnormal
7. Echymosis
8. Kehilangan fungsi
9. Kemungkinan lain.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
b. keluhan utama.
Biasanya keluhannya adalah nyeri. Nyeri itu bisa akut atau
kronik tergantung dari lamanya serangan. Menggunakan
PQRST.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Menentukan penyebab fraktur sehingga membantu dalam
membuat rencana tindakan pada klien.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Menemukan adanya penyakit-penyakit yang mempengaruhi
penyembuhan tulang seperti osteo porosis maupun kanker
tulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang berhubungan dengan penyembuhan tulang antara lain
diabetes, osteoporosis dan kanker tulang.
f. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
g. Pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat. Ketidak
adekuatan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus
menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulang.
2. Pola nutrisi dan metabolik. Perlunya mengkonsumsi nutrisi
melebihi kebutuhan sehari-hari seperti kalsium, zat besi,
protein, vit.C dan lainnya untuk membentu proses
penyembuhan tulang.
3. Pola eliminasi. Umumnya tidak terjadi kelainan.
4. Pola istirahat tidur. Kesulitan tidur akibat nyeri dan ketidak
nyamanan akibat pemasangan bidai ataupun alat bantu
lainnya.
5. Pola aktivitas. Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak,
mungkin akan mengganggu semua aktivitas.
6. Pola hubungan peran. Ganguan peran akbat perawatan.
7. Pola persepsi dan konsep diri. Timbul ketidak adekuatan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, ketidak
nyamanan, ketidak mampuan beraktivitas, dan gangguan
body image.
8. Pola sensori dan kognitif. Kemampuan raba berkurang
terutama pada bagian dista dari bagian yang fraktur.
9. Pola reproduksi seksual. Kehilangan libido ataupun
kemampuan akibat kelemahan fisik maupun ketidak
nyamanan akibat nyeri.
10. Pola penanggulangan stress. Timbul rasa cemas pada dirinya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
11. Pola tata nilai dan keyakinan.
2. Pemeriksaan fisik
Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan fisik umum dan lokalis.
a. Gambaran umum: meliputi
 keadaan umum, kesadaran, nyeri, tanda vital.
 Secara sistemik: kepala sampai kaki.
b. Keadaan lokal. Perlu diperhitungkan keadaan paroksimal serta
bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler å 5P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan.
3. Pemeriksaan Diagnosis
a. Radiologi.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Pemeriksaan lain-lain
 Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas,
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
 Biopsi tulang dan otot.
 Elektromyografi.
 Arthroscopy.
 Indium imaging.
 MRI.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PREOPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
b. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan dan
prognosis.
c. Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan
kehilangan bagian tubuh dan disfungsi tubuh.
2. INTRA OPERASI
a. Resiko cidera berhubungan dengan pajanan alat, penggunaan
electro surgical.
b. Resiko cidera berhubungan dengan pajanan lingkungan,
peralatan, penggunaaan tehnik aseptik yang kurang tepat.
3. POST OPERASI
a. Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan fungsi saluran pernapasan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anastesi.
C. INTERVENSI
1. Preoperasi
Nyeri akut berhubungan dengan terputusny kontinuitas jaringan.
Tujuan: Klien akan menunjukan toleransi terhadap nyeri setelahdilakukan
perawatan selama 2X24 jam dengan kriteria:
a. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tidak menunjujan perilaku berhati-hati pada area yang sakit.
d. VS normal.
e. Skala nyeri 0-5

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan Sebagai data dasar dalam
durasi nyeri. menentukan intervensi penangan
nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap
repon nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan Tehnik distraksi diharapkan dapat
relaksasi mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan
relaksasi diharapkan dapat
mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik igunakan sebagai anti
maupun sedatif yang sesuai. nyeri dan sedasi digunakan untuk
merelaksasi dan meningkatkan
kenyamanan klien.

Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.


Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan klien berkurang atau
hilang dengan kriteria:
a. Pasien menyatakan kecemasannya berkurang.
b. Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
c. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhi
ansietasnya.
d. Pasien kooperatif terhadap tindakan.
e. Ekspresi wajah Nampak rileks.
1. Bantu pasien mengekspresikan Ansietas berkelanjutan dapat
perasaan marah, kehilangan dan memberikan dampak serangan jantung
takut
2. Kaji tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat
nonverbal. Damping pasien dan menunjukan rasa agitasi, marah dan
berikan tindakan bila pasien gelisah.
menunjukan tindakan merusak.
3. Jelaskan tentang prosedur Pasien yang teradaptasi dengan
pembedahan sesuai jenis operasi. tindakan pembedahan yang akan dilalui
akan merasa lebih nyaman.
4. Beri dukungan prabedah Hubungan yang baik antara perawat
dengan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien akan pembedahan.
5. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang Mengurangi rangsangan eksternal yang
dan nyaman agar pasien bisa tidak diperlukan.
beristirahat.
7. Tingkatkan control sensasi pasien Control sensasi pasien dalam
menurunkan ketakutan dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan
sumber-sumber koping (pertahanan
diri) yang positif, membantu relaksasi
dan tehnik-tehnik pengalihan dan
memberikan dan memberikan respon
balik yang positif.
8. Orientasikan pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan
prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
9. Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan
untuk mengungkapkan ansietasnya terhadap kehaatiran yang tidak
diekspresikan.
10. Beri privasi untuk pasien dan orang Member waktu untuk mengekpresikan
terdekat perasaan, menghilangkan rasa cemas
dan perilaku adaptasi. Kehadiran
keluarga dan teman-teman yang dipilih
pasien untuk memenuhi aktivitas
pengalih.
11. Kolaborasi: Berikan anticemas sesuai indikasi,
contohnya Diazepam
2. Intra operasi

Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


Tujuan: Klien akan menunjukan toleransi terhadap nyeri setelahdilakukan
perawatan selama 2X24 jam dengan kriteria:
a. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tidak menunjujan perilaku berhati-hati pada area yang sakit.
d. VS normal.
e. Skala nyeri 0-5

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan Sebagai data dasar dalam menentukan
durasi nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan Tehnik distraksi diharapkan dapat
relaksasi mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik igunakan sebagai anti nyeri
maupun sedatif yang sesuai. dan sedasi digunakan untuk
merelaksasi dan meningkatkan
kenyamanan klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
(integritas kulit yang tidak utuh)
Tujuan: klien akan menunjukan pertahanan tubuh adekuat dengan kriteria:
a. Suhu tubuh normal
b. Tidak ada pus atau nanah pada luka
c. Luka kering
d. Leukosit normal

1. Kaji dan pantau bentuk dan Membantudalam menentukan tehnik


karakteristik luka dan proses penanganan luka yang
sesuai.
2. Lakukan perawatan luka secara Meminimalisir dan mencegah
aseptik masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
3. Ganti pembalut/perban sesuai Menjaga kebersihan dan kesterilan luka
indikasi
4. Anjurkan klien untuk makan Protein dan albumin dianjurkan dalam
makanan bergizi. proses penyembuhan luka.
5. Pantau vital sign Memntau perubahan dan tanda infeksi
sedini mungkin.
6. Kolaborasi pemberia antibiotika Antbiotika sebagai anti kuman yang
dapat mencegah perkembangan kuman
endogen dan eksogen yang dapat
menyebabkan infeksi pada luka.

3. Setelah operasi

Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


Tujuan: Klien akan menunjukan toleransi terhadap nyeri setelah dilakukan
perawatan selama 2X24 jam dengan kriteria:
a. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tidak menunjujan perilaku berhati-hati pada area yang sakit.
d. VS normal.
e. Skala nyeri 0-5

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan Sebagai data dasar dalam menentukan
durasi nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan Tehnik distraksi diharapkan dapat
relaksasi mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik igunakan sebagai anti nyeri
maupun sedatif yang sesuai. dan sedasi digunakan untuk
merelaksasi dan meningkatkan
kenyamanan klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
(integritas kulit yang tidak utuh)
Tujuan: klien akan menunjukan pertahanan tubuh adekuat dengan kriteria:
a. Suhu tubuh normal
b. Tidak ada pus atau nanah pada luka
c. Luka kering
d. Leukosit normal

7. Kaji dan pantau bentuk dan Membantudalam menentukan tehnik


karakteristik luka dan proses penanganan luka yang
sesuai.
8. Lakukan perawatan luka secara Meminimalisir dan mencegah
aseptik masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
9. Ganti pembalut/perban sesuai Menjaga kebersihan dan kesterilan
indikasi luka
10. Anjurkan klien untuk makan Protein dan albumin dianjurkan dalam
makanan bergizi. proses penyembuhan luka.
11. Pantau vital sign Memntau perubahan dan tanda infeksi
sedini mungkin.
12. Kolaborasi pemberia antibiotika Antbiotika sebagai anti kuman yang
dapat mencegah perkembangan kuman
endogen dan eksogen yang dapat
menyebabkan infeksi pada luka.
E. PATHWEY
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta


: EGC ; 2001
Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical
– Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta:
EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2001
Departemen Keperawatan Profesi (KMB)

LAPORAN PENDAHULUAN OPEN FRAKTURE MIDDLE PHALANX

MANUS DEXTRA DI LONTARA DUA BAWAH BELAKANG

RSUP DR. WAHIDIN SUDIRIHUSODO

NAMA : NURUL NIKMAH

NIM : 19.04.022

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROFESI NERS
MAKASSAR
2020

Anda mungkin juga menyukai