Anda di halaman 1dari 39

PEMANFAATAN MODEL CLIMEX 1.

1 UNTUK
MENGANALISIS POTENSI PENYEBARAN PENGGEREK
BATANG PADI KUNING (SCIRPOPHAGA INCERTULAS) DAN
WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS)
(Studi Kasus Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)

FRANSISKA WIDIASTUTI

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

RINGKASAN
FRANSISKA WIDIASTUTI. Pemanfaatan Model Climex 1.1 untuk Menganalisis Potensi
Penyebaran Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas) dan Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens) (Studi Kasus Kabupaten Klaten, Jawa Tengah). Dibimbing oleh YONNY
KOESMARYONO dan IMPRON.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian potensi sebaran, yang didasarkan
dengan nilai indek ekoklimatik (EI), terhadap kondisi keberadaan luas serangan hama penggerek
batang padi (PBP) dan wereng batang coklat (WBC), di Kabupaten Klaten. Asumsi yang
digunakan adalah potensi sebaran suatu organisme merupakan gambaran keberadaannya, dimana
keberadaan hama mengindikasikan keberadaan potensi serangannya di lapangan. Penelitian ini
telah dilakukan pada bulan Juli 2008 hingga bulan Januari 2009, di Laboratorium
Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, IPB.
Setiap bulan, hama tanaman padi selalu menyerang Kabupaten Klaten. Hal ini dikarenakan
tanaman padi selalu ada baik bulan basah maupun bulan kering di Kabupaten Klaten. Luas
serangan hama PBP di Kabupaten Klaten setiap bulan sepanjang tahun 2000-2007 selalu ada,
berbeda dengan hama WBC walaupun setiap tahun selalu ada, tetapi tidak setiap bulan ada
serangan. Potensi sebaran hama PBP dan WBC berdasarkan nilai EI tahunan, menggambarkan
bahwa Kabupaten Klaten memiliki potensi akan penyebaran kedua hama dari tahun 2000-2007.
Jika didasarkan pada asumsi, hasil model Climex ini sesuai dengan keberadaan serangan kedua
hama di Kabupaten Klaten. Nilai EI bulanan pada saat bulan basah dan awal bulan kering
cenderung memiliki potensi sebaran baik untuk hama PBP maupun WBC. Jika nilai EI
dibandingkan dengan keberadaan serangannya di Kabupaten Klaten, maka hasil model Climex ini
cukup sesuai untuk hama PBP, tetapi masih kurang sesuai untuk hama WBC. Pada saat tersebut
nilai EI bulanan hama PBP lebih tinggi daripada hama WBC. Pada saat bulan kering terjadi
berurutan, nilai EI semakin turun hingga nilai 0, baik untuk hama PBP maupun WBC. Pada saat
BK berurutan, jika nilai EI dibandingkan dengan keberadaan serangannya di Kabupaten Klaten,
maka hasil model Climex masih kurang sesuai untuk kedua hama tersebut.
Kurang sesuainya nilai EI terhadap kondisi keberadaan serangan di lapangan, karena model
Climex didasarkan dari data iklim, untuk melihat potensi sebaran suatu organisme. Jika dilihat
keadaan nyata, serangan hama terjadi dikarenakan banyak faktor. Keberadaan tanaman padi, yang
merupakan tanaman inang bagi kedua hama tersebut, pada kondisi iklim yang kurang sesuai, serta
campur tangan manusia dalam sistem pertanian, masih memungkinkan terjadinya serangan hama.
Kata kunci : Climex, penggerek, wereng, indek ekoklimatik

PEMANFAATAN MODEL CLIMEX 1.1 UNTUK


MENGANALISIS POTENSI PENYEBARAN PENGGEREK
BATANG PADI KUNING (SCIRPOPHAGA INCERTULAS) DAN
WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS)
(Studi Kasus Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)

FRANSISKA WIDIASTUTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Skripsi : Pemanfaatan Model Climex 1.1 untuk Menganalisis Potensi


Penyebaran Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga
incertulas) dan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)
(Studi Kasus Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)
Nama
: Fransiska Widiastuti
NIM
: G24104035

Disetujui
Pembimbing
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS


NIP. 131 473 999

Ir. Impron , M.Agr.Sc


NIP. 132 133 394

Mengetahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA


NIP. 131 578 806

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Bapa yang di Surga, sehingga dengan
segala kasihNya memberikan rahmatNya, untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada :
1. Bapak Yonny Koesmaryono dan Bapak Impron sebagai pembimbing skripsi, atas saran
kritik, semangat, dukungan, senyuman dan kesabarannya untuk membimbing penulis ;
2. Bapak Bregas dan Bapak Yon Sugiarto yang berkenan meluangkan waktu untuk menguji
penulis dalam ujian sidang skripsi, serta kritik dan sarannya;
3. Bapak, Ibu, Mas Widi, Dik Tri, Dik Priska atas dukungan, semangat, dan doa yang tidak
pernah berhenti ;
4. Teman-teman satu tim KKP3T : Bapak Aris, Bapak Yayan, Rini, Mba Ira, Mba Erika dan
Tigia, atas dukungan, semangat, doa, kerjasama dan senyumannya ;
5. Dhita, Meli dan Sugik atas bantuan logistik, semangat dan doa ;
6. Teman-teman angkatan 41 : Yasmin, Siti, Wenny, Sisi, Diva, Fithriya, Zen, Yunus, Ade
I, Ire, Ining, Teddy, Bang Udin, Oki, Tia, Freddy, Cornel, Reza, Bayu A, Bladoes, Ferdi,
Fahdil, Ade A, atas keceriaan yang diberikan selama kita berjuang di IPB ;
7. BAPEDA, Dinas Pertanian dan Dinas PU di Kabupaten Klaten serta BPTPH wilayah
Surakarta, yang telah memberikan ijin dan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ;
8. Kak eva, Kak Wido, dan Kak Hari yang mau berbagi pengalaman dan mengajarkan
penulis akan berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian, serta semangat dan doa ;
9. Mas Winoto atas saran yang diberikan, serta Mba ari, dik Janar, Budhe Parsini dan
keluarga besar, atas doanya ;
10. Teman-teman di Kost Putri Pondok Surya : Ela, Mei, Novi, Fathimah, Citra, Lia, Galih,
Agustin, Wiwin, Sefty, Gendhis dan Wiwik atas dukungan dan pinjaman laptopnya;
11. Sisilia teman perjuangan di bangku SMA yang terus mendukung dan memberikan
semangat untuk penulis ;
12. Staf di Departemen : Bapak Azis, Mas Nandang, Bapak Udin, Mba Wanti, Mba Icha, Ibu
Indah, Bapak Pono, Bapak Engkos atas semua bantuan, keramahan, dan senyumannya;
13. Semua teman-teman di Departemen yang terus memberikan semangat;
14. Semua pihak yang belum disebutkan dan telah membantu hingga terselesainya penulisan
ini, terima kasih banyak.
Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi
para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, apabila ada kesalahan dalam penulisan kata-kata maupun ejaan, penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Bogor, Maret 2009


Fransiska Widiastuti

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jayapura, tanggal 6 Juni 1986, sebagai anak kedua dari empat bersaudara,
anak dari pasangan Bapak Antonius Pardjono dan Ibu Sarah Boya Heumassy.
Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan kegiatan belajar di SMU Negeri 1 Karanganyar. Pada
tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi IPB melalui jalur SPMB, serta terdaftar
menjadi mahasiswi Program Studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa studi di IPB, penulis pernah aktif dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Katholik
IPB (KEMAKI), tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama, penulis juga pernah ambil bagian dalam
kegiatan mahasiswa, Meteorologi Interaktif (METRIK) Pesta Sains IPB tingkat nasional. Penulis
telah melakukan kegiatan praktek lapang di Badan Meteorologi dan Geofisika Pusat, di Jakarta,
bulan Juli hingga Agustus 2007.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................... 1
1.3. Asumsi ............................................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 1
2.1. Kondisi Kabupaten Klaten ................................................................................................ 1
2.2. Hama ................................................................................................................................. 1
2.2.1 Penggerek Batang Padi (PBP) ................................................................................. 1
2.2.2 Wereng Batang Coklat (WBC) ............................................................................... 2
2.3. Model Climex.................................................................................................................... 3
2.3.1 Fungsi Model Climex............................................................................................... 3
2.3.2 Aplikasi Model Climex ............................................................................................ 3
III. METODOLOGI .............................................................................................................. 4
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................................ 4
3.2. Bahan dan Alat .................................................................................................................. 4
3.3. Metode .............................................................................................................................. 4
3.3.1. Kajian data CH di Kabupaten Klaten dan Stasiun Meteorologi Adisucipto........... 4
3.3.2. Penentuan Input Parameter Spesies untuk Climex ................................................. 4
3.3.3. Penentuan Input Iklim untuk model Climex .......................................................... 5
3.3.4. Analisis Nilai EI ...................................................................................................... 5
3.3.5 Analisis Besarnya Nilai EI terhadap Keberadaan Serangan Hama ......................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
4.1. Kajian data CH di Kabupaten Klaten dan Stasiun Meteorologi Adisucipto...................... 5
4.2. Iklim Kabupaten Klaten .................................................................................................... 8
4.3. Hasil Keluaran Compare Location dan Compare Years ................................................... 9
4.3.1. Penggerek Batang Padi (PBP) ................................................................................. 9
4.3.2. Wereng Batang Coklat (WBC) .............................................................................. 9
4.4. Perbandingan Keberadaan Serangan Hama dengan Besarnya Nilai Ekoklimatik
indek (EI) .......................................................................................................................... 11
4.4.1. Penggerek Batang Padi (PBP) ................................................................................. 11
4.4.2. Wereng Batang Coklat (WBC) .............................................................................. 12
V. KESIMPULAN .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 18

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7

Halaman
Syarat kondisi lingkungan yang dibutuhkan hama PBP ......................................... 2
Syarat kondisi lingkungan yang dibutuhkan hama WBC ....................................... 3
Batasan Nilai EI .................................................................................................... 5
Batasan nilai EI yang digunakan sebagai asumsi untuk melihat keberadaan
serangan.................................................................................................................. 5
Hasil Uji ts dari data rata-rata CH di Kabupaten Klaten dan stasiun
meteorologi Adisucipto .......................................................................................... 8
Nilai perbandingan EI dan luas serangan hama PBP berdasarkan
klasifikasi Oldeman ................................................................................................ 14
Nilai perbandingan EI dan luas serangan hama WBC berdasarkan klasifikasi
Oldeman ................................................................................................................. 15

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.a
Gambar 1.b
Gambar 2.a
Gambar 2.b
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5.a
Gambar 5.b
Gambar 6.a
Gambar 6.b
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10

Halaman
Penggerek batang padi kuning ............................................................................ 2
Gejala sundep...................................................................................................... 2
Wereng batang coklat ......................................................................................... 2
Gejala Hopperburn ............................................................................................. 2
Hasil pengelompokkan stasiun-stasiun CH Kabupaten Klaten dengan
menggunakan fuzzy clustering ............................................................................ 7
Hasil perbandingan pola CH di Kabupaten Klaten dan stasiun meteorologi
Adisucipto ........................................................................................................... 8
Nilai EI setiap tahunnya untuk hama PBP .......................................................... 10
Nilai EI setiap tahunnya untuk hama WBC ........................................................ 10
Nilai EI bulanan untuk hama PBP ...................................................................... 10
Nilai EI bulanan untuk hama WBC .................................................................... 10
Luas serangan hama PBP per tahun (2000 2007) ............................................ 11
Hasil regresi antara nilai EI bulanan dan luas serangan hama PBP .................... 11
Luas serangan hama WBC per tahun (2000 2007) .......................................... 12
Hasil regresi antara nilai EI bulanan dan luas serangan hama WBC .................. 12

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Peta secara umum Kabupaten Klaten.................................................................. 19
Lampiran 2 Sebaran sawah di Kabupaten Klaten................................................................... 19
Lampiran 3 Sebaran letak stasiun CH di Kabupaten Klaten .................................................. 20
Lampiran 4 Kondisi beberapa unsur iklim rata-rata bulanan Kabupaten Klaten.................... 21
Lampiran 5 Input database Compare Location Kabupaten Klaten (.LOC file)...................... 22
Lampiran 6 Input database Compare Location Kabupaten Klaten (.MET file) ..................... 22
Lampiran 7 Input database Compare Years Kabupaten Klaten (.DAT file)........................... 22
Lampiran 8 Aturan spasi dalam penulisan input Climex ....................................................... 24
Lampiran 9 Parameter fisik Penggerek Batang Padi .............................................................. 25
Lampiran 10 Parameter fisik Wereng Batang Coklat............................................................... 25
Lampiran 11 Contoh hasil Output compare years dari WBC .................................................. 26
Lampiran 12 Grafik luas serangan Hama PBP setiap bulan dari tahun 2000-2007.................. 27
Lampiran 13 Grafik luas serangan Hama WBC setiap bulan dari tahun 2000-2007................ 27
Lampiran 14 Data luas tambah tanam di Kabupaten Klaten setiap bulannya (Ha) .................. 28
Lampiran 15 Diagram alir tahap-tahap penelitian .................................................................... 29

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jawa Tengah merupakan salah satu
propinsi sentra produksi padi di Indonesia.
Kabupaten Klaten termasuk dalam jajaran 5
besar kabupaten sentra produksi di Jawa
Tengah. Menurut data statistik, setiap
tahunnya produksi padi di Kabupaten Klaten
berkisar 300.000 ton.
Setiap
tahunnya
produksi
padi
berfluktuasi.
Salah
satu
penyebab
berkurangnya produksi padi adalah adanya
hama. Hama untuk Kabupaten Klaten
diantaranya adalah penggerek batang padi
kuning, tikus, dan wereng batang coklat.
Hama utama, yang ditinjau dari besarnya luas
serangan, untuk wilayah ini pertama adalah
penggerek batang padi, kemudian disusul
dengan wereng batang coklat, dan terakhir
adalah tikus.
Penggerek
batang
padi
kuning
(Scirpophaga incertulas) dan wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens), yang merupakan
hama bersifat endemis di Kabupaten Klaten,
adalah jenis serangga. Serangga yang
merupakan hewan poikilothermal, adalah
hewan yang suhu tubuhnya menyesuaikan
dengan keadaan lingkungan. Oleh karena itu,
iklim disuatu wilayah yang ditempati akan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
keberadaannya. Banyak faktor, selain iklim,
yang mempengaruhi kehidupan serangga.
Untuk kedua hama padi ini, keberadaan
tanaman padi sebagai sumber makanan juga
akan mempengaruhi keberadaannya. Pola
tanam padi setiap tahunnya di Kabupaten
Klaten juga mempengaruhi keberadaan hama
penggerek batang padi dan wereng batang
coklat. Karena menurut Rismunandar, 1981,
salah satu pengendalian hama secara alamiah
adalah dengan mengatur pola tanam.
Kesesuaian iklim di Kabupaten Klaten
terhadap potensi sebaran hama penggerek
batang padi dan wereng batang coklat dapat
dihitung melalui model Climex. Sutherst,
1999, model Climex, yang berasal dari
Australia, mampu menggambarkan potensi
sebaran suatu spesies disuatu lokasi, dengan
didasarkan
pada
iklim.
Potensi
ini
digambarkan dengan suatu indek, yaitu indek
EI (Ecoclimatic Index). Nilai EI didasarkan
pada perhitungan dari besarnya indek
pertumbuhan dan indek cekaman dari suatu
organisme terhadap iklim dari wilayah yang
dikaji.
Penggunaan
model
harus
dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh sebab itu,

perlu adanya pengkajian mengenai kesesuaian


keluaran model dengan kondisi di lapangan.
1.2 Tujuan
Penelitian
ini
dilakukan,
dengan
memanfaatkan model Climex 1.1, untuk
menganalisis kesesuaian potensi sebaran dari
nilai indek ekoklimatik (EI) terhadap
kebaradaan serangan hama, yaitu penggerek
batang padi (Scirpophaga incertulas) dan
wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), di
Kabupaten Klaten.
1.3 Asumsi
Nilai EI merupakan potensi sebaran secara
geografis suatu organisme disuatu wilayah.
Potensi sebaran menggambarkan keberadaan
suatu organisme tersebut. Keberadaan hama di
lapangan, mengindikasikan adanya potensi
serangan dari hama tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten terletak pada koordinat
7'30" - 7'45" LS, dan antara 110'30" - 110'45"
BT. Sebelah utara Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Boyolali, di sebelah Timur
dengan Kabupaten Sukoharjo, disebelah
selatan dengan Kabupaten Gunung Kidul dan
disebelah
Barat
dengan
Kabupaten
Sleman.Kabupaten yang memiliki luas kira kira 65.556 Ha, terdiri dari 26 kecamatan.
Luas sawah kabupaten ini setengah dari
luas totalnya, yaitu 33.541 Ha. Menurut
penggunaannya, sawah di Kabupaten Klaten
terdiri dari sawah berpengairan teknis,
setengah teknis ,sederhana, dan tadah hujan.
Sawah berpengairan teknis mengambil bagian
terbesar, yaitu 56% dari total luasan sawah
secara keseluruhan. Total Produksi padi sawah
dan padi gogo secara umum berkisar 300.000
ton gabah kering giling (GKG).
Sawah-sawah di Kabupaten Klaten
tidak luput dari serangan hama dan penyakit.
Hama dan penyakit yang sering dijumpai
diantaranya adalah penggerek batang padi
kuning (PBP), wereng batang coklat (WBC),
tikus, tungro, dan kerdil. Berdasarkan data
Dinas Pertanian, luas serangan hama PBP
paling tinggi luas serangannya, kemudian
disusul dengan WBC.
2.2 Hama
2.2.1 Penggerek batang padi (PBP)
Penggerek batang padi, yang termasuk
dalam ordo Lepidhamaera dan famili
Pyralidae, memiliki nama latin Scirpophaga
incertulas. Menurut Wardle, dalam Kalshoven

(1981), PBP pertama kali ditemukan sebagai


hama yang terkenal di China, Jepang, dan
Taiwan. Menurut Pathak dan Khan (1994) ,
spesies ini juga mendominasi di wilayah
Bangladesh, India, Malaysia, Pakistan,
Philipina, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan
sebagian dari Indonesia. Organisme PBP ini
dapat menurunkan hasil panen padi.
Penggerek dapat merusak tanaman padi pada
fase vegetatif maupun generatif. Pada fase
vegetatif, akan mengakibatkan anakan padi
mati, yang biasa disebut sundep. Pada fase
generatif, dapat menyebabkan malai menjadi
hampa, yang biasa disebut beluk.

(a)

(Sumber : http://www.knowledgebank.irri.org)

(b)

Gambar 1. (a) Penggerek batang padi kuning.


(b) Gejala sundep
Menurut
Kalshoven
(1981),
telur
penggerek akan menetas setelah 4-5 hari.
Kemudian telur menetas menjadi larva. Masa
perkembangan larva membutuhkan waktu 3-6
minggu, dimana pertumbuhan larva tersebut
dapat mencapai 25 mm. Lalu memasuki tahap
menjadi pupa, yang membutuhkan waktu 8-14
hari. Waktu total yang dibutuhkan untuk
melalui siklus hidup penggerek adalah 5-9
minggu.
Hama PBP memiliki syarat hidup untuk
bertahan di lingkungannya. Pathak dan Khan
(1994) mendefinisikan batasan tersebut dalam
Tabel 1. Hama PBP meletakkan telurnya di
dekat jaringan daun. Jumlah telur yang
diletakkan dapat mencapai 100-200 buah
setiap betinanya. Siklus hidup pada tahap larva
akan mengalami 4 hingga 7 kali tahap
pergantian kulit, untuk berkembang secara
sempurna.
Umumnya,menurut Pathak dan Khan
(1994), penggerek per generasinya setiap
tahun, keberadaannya tergantung dari faktor
lingkungan,
temperatur,
hujan,
dan
ketersediaan tanaman. Ketika tidak ada
tanaman dan temperatur tidak hamaimum
untuk perkembangan, larva akan mengalami
dormansi atau diapause.

Tabel 1. Syarat kondisi lingkungan yang


dibutuhkan hama PBP
Tahap
Keterangan
Batasan
Telur
- Suhu
Batas minimum
130C
berkembang
Batas minimum
160C
menetas
Batas hamaimum
240C-290C
menetas
Batas maksimum
350C
penetasan
- RH
Batas minimum
70 %
penetasan
Larva
- Suhu
Batas
170C-350C
perkembangan
Batas minimum
120C
pergantian kulit
Pupa
- Suhu
Batas minimum
untuk
150C-160C
perkembangan
(sumber : Pathak dan Khan , 1994)

2.2.2 Wereng batang coklat (WBC)


Wereng batang coklat, yang termasuk
dalam keluarga homhamaera, memiliki nama
latin Nilaparvata lugens. Kalshoven (1981),
WBC tersebar di wilayah India, Asia
Tenggara, dan China. Menurut Mochida
(1978), Jawa dan Sumatera Utara merupakan
lokasi pertama terserang WBC. Kemudian
diikuti wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat,
Aceh dan Lampung. Hama WBC ini dapat
menimbulkan kerusakkan pada tanaman padi,
dimana tanaman padi akan menguning dan
cepat sekali mengering.

(Sumber : http://www.knowledgebank.irri.org)

(a)
(b)
Gambar 2. (a) Wereng Batang Coklat
(b) Gejala Hoppernburn

WBC mengalami siklus kehidupan yang


terdiri dari telur, nimfa dan serangga dewasa.
Menurut Kalshoven (1981), saat memasuki
fase telur, membutuhkan waktu 8-9 hari. Fase
nimfa membutuhkan waktu 13-15 hari. Fase
dewasa memiliki periode hidupnya 8-12 hari.
Secara keseluruhan, untuk melengkapi siklus
hidup, WBC membutuhkan waktu 3-4
minggu.

Iklim merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi
kehidupan
serangga,
diantaranya adalah suhu, curah hujan, dan
kelembaban udara. Menurut Pathak dan Khan
(1994), setiap siklus hidup WBC memiliki
syarat kondisi iklim tertentu, yang ditunjukkan
pada tabel 2.
Tabel 2. Syarat kondisi lingkungan yang
dibutuhkan hama WBC
Tahap
Keterangan
Batasan
Telur
- Suhu
Batas
250C-300C
hamaimum
Batas
lethal 330C
untuk menetas
Nimfa
- Suhu
Batas hamaimal 11.60C-27.70C
untuk
perkembangan
Batas
rentan 300C
untuk
perkembangan
Dewasa
- Suhu
Batas aktif
100C-320C
(sumber : Pathak dan Khan , 1994)

Menurut abraham dan nair, dalam IRRI


(1979), bahwa ledakan hama WBC terjadi
pada selang suhu 200C-300 C. Perkembangan
dan populasi WBC akan meningkat, jika
berada di wilayah kelembaban yang kondusif,
dengan rentang kelembaban udara 70%-85%.
Beberapa penulis, menyatakan bahwa
serangan hama WBC tertinggi cenderung
terjadi pada musim basah. Menurut
Sastrosoedarjo, dalam IRRI (1979), terdapat
korelasi positif dari CH tahunan terhadap luas
serangan hama WBC, di daerah Jawa Tengah.
Selain itu, ditemukan juga korelasi negatif
antara jumlah bulan kering dengan luas
serangan hama WBC.
2.3 Model Climex
2.3.1 Fungsi Model Climex
Climex merupakan model simulasi
dinamik yang berfungsi untuk memprakirakan
potensi sebaran secara geografi suatu spesies,
baik itu tumbuhan maupun hewan. Iklim
merupakan parameter yang digunakan untuk
menduga penyebarannya. Oleh sebab itu,
model ini mengasumsikan bahwa faktor iklim
yang mempengaruhi sebaran suatu spesies.
Climex
mengombinasikan
indek
pertumbuhan dan cekaman dari suatu spesies
untuk melihat potensi sebarannya, yang
digambarkan dengan nilai EI (Ecoclimatic
Index). Nilai EI yang menggambarkan suatu
potensi sebaran spesies disuatu lokasi,

memiliki selang nilai 0-100. Nilai 0,


menunjukkan bahwa wilayah yang dikaji tidak
memiliki potensi sebaran spesies yang telah
ditentukan, sedangkan nilai EI
100
menggambarkan sebaliknya. Komponen indek
pertumbuhan terdiri dari indek suhu (TI),
kelembaban tanah (MI), diapause (DI),
pencahayaan (LI), pertumbuhan mingguan
(GIw), dan pertumbuhan tahunan (GIa).
Komponen indek cekaman terdiri dari
cekaman dingin (CS), panas (HS), kering
(DS), dan lembab (WS).
Climex memiliki beberapa fungsi yang
dapat digunakan. Diantaranya adalah compare
location, compare years, match climates.
Compare
location
berfungsi
untuk
memprediksi potensi penyebaran suatu spesies
secara geografis, dilihat secara umum. Fungsi
ini menggunakan data bulanan rata-rata suatu
wilayah, sebagai inputnya. Input dari fungsi
ini berupa file dalam bentuk .LOC (letak
lokasi geografis) dan .MET (data meteorologi
bulanan suatu wilayah). Compare years
berfungsi untuk melihat potensi sebaran suatu
spesies secara geografis dalam jangka waktu
yang lama, time series. Fungsi ini
menggunakan data time series dalam beberapa
tahun. Input untuk fungsi ini berupa file yang
berbentuk .DAT. Ketiga file yang diperlukan
sebagai input tersebut, penulisannya harus
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Data meteorologi yang dibutuhkan adalah
suhu maksimum, suhu minimum, curah hujan,
dan kelembaban udara. Match Climates
memiliki fungsi membandingkan iklim antar
lokasi, jika penggunaan model untuk lokasi
yang banyak.
2.3.2 Aplikasi Model Climex
Beberapa penelitian mengenai penggunaan
model Climex telah dilakukan. Koesmaryono
dkk (2004), melakukan ujicoba Climex 1.1
untuk menganalisis potensi sebaran PBP dan
WBC, di wilayah Jatisari, Cimanggu dan
Pacet.
Nilai
EI
daerah
Cimanggu
menggambarkan bahwa iklimnya kurang
cocok untuk hama WBC. Hal ini dikarenakan,
CH tahunan di Cimanggu sangat tinggi,
berkisar 4000 mm. Kondisi ini digambarkan
oleh Climex dengan timbulnya nilai cekaman
kelembaban yang tinggi (WS=1) dan indek
pertumbuhan yang rendah (GI=40), sehingga
nilai EI menjadi kecil (EI=40). Penelitian
tersebut juga dilakukan untuk hama PBP.
Daerah Pacet yang juga wilayah kajian
penelitian tersebut, memiliki iklim yang tidak
cocok untuk PBP, nilai EI=0. Model Climex
menggambarkan adanya cekaman dingin,
karena rendahnya suhu di daerah Pacet untuk
tempat hidup PBP. Pada saat musim kemarau,

nilai indek pertumbuhan cenderung rendah,


hal ini karena kondisi kelembaban yang tidak
sesuai untuk hama PBP.
Menurut Koesmaryono dkk (2004), model
Climex dalam mengkaji potensi sebaran hama,
belum mampu memperlihatkan secara
langsung dan jelas hubungannya dengan iklim.
Walaupun begitu,perhitungan yang diberikan
mudah dilakukan.

2.

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian
telah
dilakukan
di
Laboratorium Agrometeorologi, Departemen
Geofisika dan Meteorologi, IPB. Penelitian
dimulai bulan Juli 2008 hingga Januari 2009.
3.2 Bahan dan Alat
1.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
data CH Kabupaten Klaten (tahun
1989-2007), data iklim Bandara
Adisucipto (tahun 1989-2007), data
luas serangan HAMA Kabupaten
Klaten (tahun 2000-2007).
2.
Alat-alat yang digunakan adalah
seperangkat PC (Personal Computer),
software CLIMEX versi 1.0, Notepad,
MS. Office dan MS. Excel.
3.3 Metode
3.3.1 Kajian data CH di Kabupaten Klaten
dan Stasiun Meteorologi Adisucipto
Kajian ini menggunakan data CH dari
stasiun-stasiun CH Kabupaten Klaten
dan stasiun meteorologi Bandara
Adisucipto. Hal ini dilakukan untuk
melihat kesesuaian data iklim dari st.
meteorologi Adisucipto untuk mewakili
data iklim yang tidak ada di Kabupaten
Klaten. Proses ini dilakukan dengan 4
tahap, diantaranya adalah :
1. Fuzzy Clustering
Koesmaryono dkk (2007) telah
melakukan penelitian pengelompokkan wilayah iklim Kabupaten
Klaten
menggunakan
Fuzzy
Clustering .
Cluster fuzzy merupakan salah satu
metode pengelompokkan data tanpa
menghilangkan sebagian data-data
yang ekstrim. Tahap pertama
menentukan relasi kompatibilitas
fuzzy yang menggambarkan fungsi
jarak Minowski, dengan rumus
sebagai berikut ;

( X1 , X k

= 1 (
)

p
j =1

| xij xkj |q ) q

Tahap kedua menentukan relasi


ekivalensi fuzzy, yang ditetapkan
sebagai hampiran transitif. Hal ini
dilakukan melalui 3 tahap, yaitu ;
R=R (RR)
Jika R RT , maka tentukan R=R
kembali ke tahap 1.
Berhenti, jika R = RT
Menentukan
CH
wilayah
di
Kabupaten Klaten
Proses ini dilakukan dengan metode
rata-rata aritmatik, sebagai berikut :

CH =

n
i =1

3.

4.

CH n / n

CH : curah hujan
n
: jumlah stasiun CH
Menganalisis pola CH
Analisis dilakukan untuk mengetahui
pola data CH wilayah dari Kabupaten
Klaten dan data CH titik st.
meteorologi Adisucipto, dimana
stasiun ini dekat dengan Kabupaten
Klaten.
Menganalisis secara statistik
Analisis ini dilakukan untuk melihat
rentang data CH bulanan rata-rata di
st. meteorologi Adisucipto terhadap
data CH bulanan rata-rata di
Kabupaten Klaten. Analisis ini
menggunakan uji t dengan selang
kepercayaan 95%, dengan rumus
sebagai berikut :
t uji =

( )

(s / n )
0.5

dimana;
: data sampel (data CH st.
meteorologi adisucipto)
: data populasi (data CH
Kabupaten Klaten)
s
: standar deviasi
n
: jumlah data
dengan hipotesis :
Ho = - t 0.025 <t uji < t 0.025
H1 = t uji > t 0.025 atau t uji < t 0.025
3.3.2 Penentuan Input Parameter Spesies
untuk Climex
Parameter-parameter
spesies
ini
merupakan input untuk menjalankan
model Climex, yang dapat diperoleh
dengan 2 cara. Pertama dengan melihat
dari
literatur.
Kedua
dengan
menyamakan parameter spesies dengan
parameter Template Wet Tropical

yang telah tersedia di dalam model


Climex.
3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model
Climex
Compare Location memiliki 2 input file
yaitu data letak geografis (.LOC) dan
data iklim rata-rata bulanan Kabupaten
Klaten dalam rentang waktu satu tahun
(.MET). Data-data tersebut ditulis
dalam Notepad dengan aturan spasi
yang telah ditentukan (Lampiran 8),
kemudian disimpan dalam bentuk .LOC
dan .MET. Kedua file ini dapat
digunakan dalam Compare Location
setelah diimpor melalui Metmanager.
Compare Years memiliki 1 input file
yaitu berupa file .DAT. File ini berisi
data-data iklim bulanan time series
Kabupaten Klaten dari tahun 20002007. Data ditulis dalam Notepad
dengan aturan spasi yang telah
ditentukan, kemudian disimpan dalam
bentuk .DAT. File .DAT tidak perlu
diimpor seperti kedua file sebelumnya.
3.3.4 Analisis Nilai EI
Proses analisis ini untuk mengetahui
secara umum prakiraan kesesuaian
iklim Kabupaten Klaten terhadap
potensi sebaran hama penggerek batang
padi dan wereng batang coklat, dilihat
dari nilai EI hasil Compare Location.
Selain itu juga melihat pola EI setiap
bulannya dari tahun 2000-2007 dari
hasil Compare Years. EI bulanan
didapatkan dengan merata-ratakan nilai
EI mingguan dengan konsep Julian day.
Nilai EI didapatkan dari konsep
perhitungan sebagai berikut :
Ecoclimatic index
EI = TGIA x SI x SX
The annual growth index
GIA =

100

52
i =1

TGWi / 52

GIw = TIw x MIw x LIw x DIw


dimana ;
TIw = Temperature Index weekly
MIw = Moisture Index weekly
LIw = Light Index weekly
DIw = Diapause Index weekly
The annual stress index
SI = (1-CS/100) (1-DS/100) (1-HS/100)
(1-WS/100)
dimana ;
CS : the annual cold stress
DS : the annual dry stress
HS : the annual heat stress
WS : the annual wet stress

The stress interaction index


SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1HDX/100) (1-HWX/100)
dimana ;
CDX : the annual cold-dry
CWX : the annual cold-wet
HDX : the annual hot-dry
HWX : the annual hot-wet
3.3.5 Analisis Besarnya Nilai EI terhadap
Keberadaan Serangan Hama
Analisis
ini
dilakukan
untuk
membandingkan besarnya nilai EI
dengan keberadaan hama dilapangan,
yang dilihat dari data luas serangan
hama (Ha). Perbandingan ini dilihat
dari bulan basah (BB) dan bulan kering
(BK)
menurut
Oldeman
dan
pengelompokkan nilai EI menurut
DAdamo.
Menurut Oldeman :
BB = CH > 200 mm
BL
= 100mm CH 200 mm
BK = CH < 100 mm

No
1
2
3
4

Tabel 3. Batasan nilai EI


EI
Keterangan
0-25
Tidak cocok
26-50
Kurang cocok
51-75
Cocok
>75
Sangat Cocok
( Sumber : DAdamo et al, dalam
Koesmaryono et al, 2004 )

Berdasarkan tabel EI dan keberadaan


serangan, maka digunakan asumsi
sebagai berikut :
Tabel 4. Batasan nilai EI yang digunakan
sebagai asumsi untuk melihat keberadaan
serangan
No
EI
Serangan
0-25
Tidak Ada
1
26-50
Ada / Tidak ada
2
> 51
Ada
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kajian data CH di Kabupaten Klaten
dan Stasiun Meteorologi Adisucipto
Kajian data CH di Kabupaten Klaten
dilakukan karena di wilayah ini tidak memiliki
data iklim yang lengkap. Beberapa unsur iklim
yang digunakan untuk mewakili wilayah
Kabupaten diambil dari data stasiun
meteorologi Adisucipto, diantaranya suhu dan
kelembaban udara. Data stasiun meteorologi

Adisucipto diambil sebagai pewakil dengan


pertimbangan, stasiun ini dekat dengan
Kabupaten Klaten dan datanya lengkap. Oleh
sebab itu, telah dilakukan beberapa langkah,
untuk melihat kesesuain data iklim di
Adisucipto jika digunakan di Kabupaten
Klaten.
Pertama telah dilakukan pewilayahan
dengan menggunakan metode fuzzy clustering.
Hasil yang diperoleh, dengan menggunakan
data rata-rata tahunan dari 42 stasiun CH di
Kabupaten Klaten dan stasiun meteorologi
Adisucipto, yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Pewilayahan CH di Kabupaten Klaten
dapat terbagi menjadi 1 wilayah. Jika dilihat
dari nilai ekivalensi data CH tahunan antar
stasiun, semua stasiun akan menjadi 1
kelompok dengan nilai ekivalensi 0.85. Nilai
ini menandakan bahwa data tahunan stasiunstasiun CH di Kabupaten Klaten mempunyai
nilai CH tahunan yang tidak jauh beda. Data
stasiun
meteorologi
Adisucipto
yang
dimasukkan dalam proses ini, juga memiliki
nilai CH tahunan yang tidak jauh beda dengan
stasiun-stasiun CH di Kabupaten Klaten.
Pemilihan untuk memutuskan pewilayahan
CH di Kabupaten Klaten menjadi 1 kelompok,
karena jika dilihat dari segi topografinya,
stasiun-stasiun tersebut berada di kawasan

dataran rendah. Selain itu, dalam penggunaan


model Climex dituntut akan ketersediaan data
unsur iklim yang time series. Ketersediaan
data CH di setiap stasiun Kabupaten Klaten
pada kenyataannya tidak lengkap. Sehingga,
data CH Kabupaten Klaten yang dibutuhkan
untuk input Climex, menggunakan data ratarata seluruh stasiun CH di Kabupaten Klaten.
Data CH dari banyak stasiun di Kabupaten
Klaten, dirata-ratakan kembali menggunakan
metode aritmatik. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan nilai CH wilayah di Kabupaten
Klaten.
Data iklim dari stasiun meteorologi
Adisucipto dapat mewakili data unsur-unsur
iklim di Kabupaten Klaten, kecuali data CH.
Salah satu cara dibuktikan dengan melihat
pola CH dari kedua tempat, yang ditampilkan
pada Gambar 4. Pola CH setiap bulannya dari
kedua tempat tersebut, secara umum sama. Hal
ini memungkinkan untuk mengambil data
unsur-unsur iklim dari stasiun meteorologi
Adisucipto sebagai pewakil untuk data iklim
Kabupaten Klaten.
Selain dengan melihat pola CH-nya secara
visual, juga dilakukan pengujian secara
statistik, dengan uji-t. Hasil dapat dilihat pada
Tabel 5.

Gambar 3. Hasil pengelompokkan stasiun-stasiun CH Kabupaten Klaten dengan menggunakan


fuzzy clustering
Keterangan :
Kelompok st 1 : St. CH Jombor, Kalijaran, Kemudo
Kelompok st 2 : St. CH Demangan, Gantiwarno
Kelompok st 3 : St. CH Gondang, Manisrenggo
Kelompok st 4 : St. CH Ceper, Delanggu
Kelompok st 5 : St. CH Candisewu, Tegalduwur
Kelompok st 6 : St. CH Polanharjo, Pundung
(Masing-masing kelompok merupakan kumpulan stasiun yang telah bersatu pada nilai ekivalensi
1.00)

900
CH Rata2 Klaten
800

CH Adisucipto

700

C H ( mm)

600
500
400
300
200
100

Bulan

Gambar 4. Hasil perbandingan pola CH di Kabupaten Klaten dan stasiun meteorologi Adisucipto
Tabel 5. Hasil Uji ts dari data rata-rata CH di Kabupaten Klaten dan stasiun meteorologi Adisucipto
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Okt
Nov
Des

n
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

- t0.025<t<t 0.025
- t 0.025 t 0.025
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093
-2.093
2.093

Dari Tabel 3, walaupun ada 2 bulan ditolak


untuk uji ini, namun secara umum CH di
stasiun meteorologi Adisucipto masih dalam
rentang yang sesuai dengan CH di Kabupaten
Klaten. Hal ini menandakan bahwa data iklim
di stasiun meteorologi Adisucipto mampu
mewakili data iklim Kabupaten Klaten. Oleh
sebab itu, data iklim Kabupaten Klaten untuk
suhu dan kelembaban diwakili oleh data dari
st. meteorologi adisucipto.

ts

100,859
94,218
102,444
80,805
82,133
41,713
45,821
39,873
14,871
47,299
73,728
140,481

1,974
0,894
1,499
2,061
-1,814
0,586
0,059
-1,473
0,108
2,552
4,044
1,717

Hasil
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Tolak
Tolak
Terima

4.2 Iklim Kabupaten Klaten


Curah hujan di Kabupaten Klaten bersifat
monsoonal. Nilai CH tinggi pada bulan
Desember hingga Maret. Curah hujan rendah
jatuh pada bulan Juni hingga September. Nilai
CH berkisar
1700 mm per tahunnya.
Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, tipe
iklim di wilayah ini adalah D3 (4 bulan basah
dan 6 bulan kering). Tipe iklim ini memiliki
peluang dalam melakukan penanaman padi
hanya satu kali dalam setahun.

Ja
n08

Ja
n07

Ja
n06

Ja
n05

Ja
n04

Ja
n03

Ja
n02

Ja
n01

Ja
n00

Ja
n99

Ja
n98

Ja
n97

Ja
n96

Ja
n95

Ja
n94

Ja
n93

Ja
n92

Ja
n91

Ja
n90

Ja
n89

Suhu bulanan di Kabupaten Klaten tidak


bervariasi jika dibandingkan dengan CH,
karena wilayah ini termasuk dalam daerah
tropis. Suhu maksimum rata-rata berkisar
300 C hingga 330C. Suhu minimum rata-rata
berkisar 210C hingga 250C. Suhu rata-rata
untuk wilayah ini secara umum berkisar antara
250C hingga 280C.
Nilai RH tertinggi ketika pada pagi hari,
yaitu pukul 07.00, dengan nilai di atas 85%.
Nilai RH terendah pada siang hari, yaitu pukul
13.00 dengan kisaran 55% hingga 70%. Nilai
RH rata-rata berkisar secara umumnya
berkisar pada 75% hingga 87%. Nilai RH
tinggi terjadi pada bulan Desember hingga
Maret, karena saat-saat tersebut merupakan
masa musim hujan. Musim kemarau, nilai RH
rendah, berkisar pada bulan Agustus hingga
Oktober.
Hasil Keluaran Compare Location
dan Compare Years
4.3.1 Penggerek Batang Padi (PBP)
Hasil Compare Location menunjukkan
bahwa indek ekoklimatik (EI) Kabupaten
Klaten, untuk hama penggerek adalah 63. Jika
dibandingkan dengan nilai kisaran EI
Dadamo, iklim dari Kabupaten Klaten secara
umum memiliki potensi penyebaran hama
PBP. Nilai EI ini termasuk dalam kisaran
cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan
hama PBP. Hal ini diperkuat dengan batasan
nilai EI yang digunakan menurut Sutherst
(1999), bahwa suatu wilayah dikatakan
berpotensi jika EI diatas 30.
Hasil EI setiap tahun dari keluaran
Compare years untuk hama PBP disajikan
dalam gambar 5a. Setiap tahunnya, nilai EI
bervariasi pada kisaran cocok hingga kurang
cocok iklimnya (berdasarkan DAdamo),
untuk perkembangan dan pertumbuhan hama
PBP. Nilai-nilai tersebut setiap tahun masih
dalam kisaran memiliki potensi sebaran untuk
hama PBP. Hal ini menandakan bahwa iklim
di Kabupaten Klaten mendukung keberadaan
hama PBP setiap tahunnya.
Hasil EI bulanan dihitung untuk
menyesuaikan dengan data luas serangan
hama, sebagai pembanding kondisi di
lapangan. Hasil EI bulanan hama PBP
4.3

disajikan dalam Gambar 6a. Berdasarkan


grafik tersebut, EI memiliki suatu pola tertentu
setiap bulannya. Potensi sebaran hama PBP
cenderung tidak berpotensi ketika masuk
dalam musim kemarau. Ketika musim hujan,
potensi sebaran hama PBP sangat cocok
sekali. Hal ini memberikan peluang yang
tinggi untuk pertumbuhan PBP pada musim
hujan, jika dilihat dari perhitungan model
Climex.
Jika dibandingkan nilai EI tahunan dan
bulanan, maka nilai EI tahunan kurang
berfluktuasi dibandingkan dengan nilai EI
bulanan. Hal ini, karena nilai EI tahunan
merupakan hasil rata-rata setiap indek
mingguannya.
4.3.2 Wereng Batang Coklat (WBC)
Hasil keluaran EI dari Compare location
untuk hama WBC, Kabupaten Klaten memiliki
nilai 58. Hal ini menandakan bahwa iklim di
Kabupaten Klaten memiliki potensi sebaran
hama WBC, dimana iklimnya masih sesuai
dengan pertumbuhannya.
Hasil EI keluaran Compare years
ditampilkan pada Gambar 5b. Kabupaten
Klaten cocok untuk sebaran hama WBC jika
dilihat dari tahunan, yaitu tahun 2000, 2001,
2003, dan 2004. Tahun yang lain berada pada
kondisi kurang cocok, tapi masih memiliki
potensi
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan hama WBC.
Nilai EI bulanan untuk WBC, yang
ditunjukkan pada Gambar 6b, polanya
cenderung sama dengan PBP. Kesamaan ini
ditujukan dengan kecenderungan nilai EI yang
tinggi pada bulan-bulan basah. Nilai EI akan
berkurang hingga 0, pada bulan-bulan kering.
Hal ini juga menandakan bahwa Kabupaten
Klaten memiliki potensi besar terhadap
sebaran WBC pada musim hujan.
Perbedaan hama WBC dengan PBP, yaitu
ketika BB nilai EI cenderung lebih tinggi
untuk hama PBP. Nilai EI untuk hama PBP
cenderung mencapai nilai 100, sedangkan
WBC jarang mencapai nilai 100. Nilai EI yang
rendah pada hama WBC dikarenakan nilai
indek temperatur (TI) tidak maksimum (nilai
indek maksimum = 100). Pola nilai EI setiap
tahunnya (2000-2007) baik hama PBP maupun
WBC juga sama.

Ja
n0
M 0
ay
-0
0
S
ep
-0
0
Ja
n0
M 1
ay
-0
1
S
ep
-0
Ja 1
n0
M 2
ay
-0
2
S
ep
-0
2
Ja
n0
M 3
ay
-0
3
S
ep
-0
3
Ja
n0
M 4
ay
-0
4
S
ep
-0
Ja 4
n0
M 5
ay
-0
5
S
ep
-0
Ja 5
n0
M 6
ay
-0
6
S
ep
-0
6
Ja
n0
M 7
ay
-0
7
S
ep
-0
7

EI

Jan-00

0
Jan-01

BULAN

(a)

120

100

80

60

40

20

BULAN

(b)

Gambar 6. Nilai EI bulanan untuk (a) hama PBP (b) hama WBC
Sep-07

(a)

May-07

2000 2001 2002 2003

Jan-07

2007

Sep-06

Tahun

Jan-06

May-06

10

Sep-05

20

Jan-05

50

May-05

60

Sep-04

30

EI

70

May-04

EI
40

Jan-04

Sep-03

2006

May-03

Jan-03

2005

Sep-02

2004

May-02

2003

Jan-02

2002

Sep-01

2001

May-01

2000

Sep-00

May-00

EI

10

70
60
50
40
30
20
10
0

Tahun

2004 2005 2006 2007

(b)

Gambar 5. Nilai EI setiap tahunnya untuk (a) hama PBP (b) hama WBC

120

100

80

60

40

20

11

Lu as(Ha)

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2000

2001

2002 2003

2004 2005

2006

2007

Tahun

Gambar 7. Luas serangan hama PBP per tahun


(2000-2007)
Luas serangan tertinggi terjadi pada tahun
2004, sebesar 2624 Ha. Luas serangan
terendah terjadi tahun 2001, sebesar 1354 Ha.
Keadaan
di
Kabupaten
Klaten
menyebutkan bahwa serangan hama selalu
terjadi setiap bulan. Pada tahun 2000-2002,
serangan hama tertinggi jatuh pada bulan
September,
walaupun
perbedaan
luas
serangannya tidak begitu ekstrim jika
dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan
mulai tahun 2003-2007, serangan hama
cenderung tinggi pada bulan Maret hingga
April. Serangan terluas, dimana luas serangan
2 kali dari biasanya, terjadi pada bulan Maret
2003.
Hasil regresi sederhana untuk melihat
korelasi luas serangan hama PBP dan EI
bulanan, adalah sebagai berikut :

800
Luas (Ha)

4.4 Perbandingan Keberadaan Serangan


Hama
dengan
Besarnya
Nilai
Ekoklimatik indek (EI)
4.4.1 Penggerek Batang Padi (PBP)
Setiap bulan serangan hama terjadi di
Kabupaten Klaten. Hal ini dikarenakan
keberadaan tanaman padi baik pada saat BK
maupun BB selalu ada. Keberadaan luas
tambah tanam setiap bulannya di Kabupaten
Klaten dapat dilihat pada Lampiran 14.
Keberadaan tanaman padi pada BK karena
tersedianya sistem irigasi di Kabupaten
Klaten.
Setiap tahun, hama PBP, yang merupakan
hama utama di Kabupaten Klaten, selalu ada.
Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan
serangan hama PBP, yang digambarkan
sebagai berikut :

600
400
200
0
0

20

y = 0,3693x + 145,14
R2 = 0,026

40

60

80

100

120

EI

Gambar 8. Hasil regresi antara nilai EI


bulanan dan luas serangan hama PBP
Hasil regresi dari grafik di atas menghasilkan
nilai R2 yang sangat kecil. Jika dilihat dari
segi statistik, nilai EI masih belum dapat
menggambarkan luas serangan hama di
Kabupaten Klaten. Pada dasarnya, model
Climex melihat suatu potensi sebaran suatu
organisme, yang berhubungan dengan
populasi. Karena ketersediaan data populasi
hama tidak ada, maka sebagai penggantinya
adalah data luas serangan hama, yang
mengindikasikan populasi hama.
Secara kuantitatif, dari segi statistik
regresi sederhana tidak terlihat dengan jelas
hubungan antara nilai EI dan luas serangan
hama PBP. Oleh sebab itu, penelitian ini
menganalisis secara kualitatif, berdasarkan
keberadaan serangan setiap bulannya, melalui
klasifikasi BB dan BK dari Oldeman.
Pola serangan hama PBP setiap tahun
berbeda dengan pola EI tahunannya. Pada saat
luas serangan tertinggi terjadi tahun 2004, hal
ini diikuti juga dengan nilai EI tertinggi tahun
2004, yaitu 64. Pada saat luas serangan hama
PBP terendah terjadi tahun 2001, nilai EI
tahun 2001 tidak menunjukkan nilai paling
rendah dibanding tahun-tahun yang lain.
Keadaan ini menjelaskan bahwa EI tahunan,
dapat melihat potensi sebaran hama PBP,
sebagai indikasi adanya serangan hama
tersebut di Kabupaten Klaten. Walaupun
begitu, nilai EI masih belum mampu secara
detail
menjelaskan
secara
kuantitatif
mengenai besarnya luas serangan hama
tahunan PBP.
Setiap tahun, urutan BB dan BK akan
berbeda waktunya, ditunjukkan dengan Tabel
6. Setiap tahun pada saat BB, nilai EI
cenderung menunjukkan suatu potensi sebaran
hama PBP di Kabupaten Klaten. Nilai EI ini
sesuai dengan keadaan di lapangan, dimana
pada BB selalu ada serangan. Walaupun
begitu, terdapat 2 BB , dimana nilai EI yang
menyatakan tidak ada potensi sebaran, tetapi
dilapangan terdapat serangan hama. Jika

12

4.4.2 Wereng Batang Coklat (WBC)


Kondisi luas serangan WBC setiap
tahunnya selalu ada di Kabupaten Klaten.
Sebagai hama nomor dua, luas serangan tidak

sebesar hama PBP. Hal ini dapat dilihat dari


Gambar 9.
3000

Luas(Ha)

2500
2000
1500
1000
500
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Gambar 9. Luas serangan hama WBC per


tahun (2000-2007)
Luas serangan tertinggi terjadi pada tahun
2002, dengan luas serangan 1545 Ha.
Besarnya luas serangan ini tidak setinggi
hama PBP.
Pola luas serangan hama WBC berbeda
dengan hama PBP (Lampiran 13), setiap
bulannya. Serangan WBC tidak selalu ada
disetiap bulan. Luas serangan hama WBC
tertinggi setiap tahunnya terjadi baik pada saat
BB maupun BK. Luas serangan tertinggi
terjadi pada bulan Januari 2002, 764 Ha,
untuk BB. Luas serangan tertinggi pada BK
terjadi bulan Juli 2007, 551 Ha (Tabel 7).
800

Luas(Ha)

dilihat dari nilai EI yang kecil dari kedua


bulan tersebut, disebabkan karena indeks
pertumbuhan (GI) yang kecil dan adanya
cekaman kelembaban (WS). Pada saat BL,
nilai EI juga hampir sama pada saat BB. Nilai
EI cenderung mengarah pada kondisi sebaran
hama PBP yang berpotensi. Kondisi yang
berpotensi ini, diikuti juga dengan adanya luas
serangan di Kabupaten Klaten.
Pada saat BK nilai EI lebih bervariasi dari
nilai 100 hingga 0. Pada saat memasuki awal
BK, nilai EI masih tinggi. Nilai EI saat itu
masih berada di kisaran yang berpotensi. Saat
BK mulai terjadi secara berurutan, nilai EI
akan cenderung turun dan mendekati nilai 0.
Nilai EI yang kecil pada saat BK disebabkan
karena kecilnya nilai indek pertumbuhan (GI)
dan adanya cekaman kering (DS). Kecilnya
nilai indek pertumbuhan karena kecilnya nilai
indek kelembaban tanah (MI).
Nilai EI merupakan suatu nilai yang
menggambarkan potensi sebaran suatu
organisme, dimana hal ini mengindikasikan
keberadaan hama PBP di Kabupaten Klaten.
Jika keberadaan hama PBP ada, maka kondisi
ini berpeluang akan adanya potensi serangan
di lapangan, dengan didukung keberadaan
tanaman padi. Output dari model Climex
masih dapat melihat potensi keberadaan
serangan hama PBP pada bulan basah dan
awal BK. Ketika pertengahan BK output
Climex cenderung tidak sesuai dengan kondisi
kenyataan di lapangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi
serangan hama PBP terjadi setiap bulannya di
Kabupaten Klaten. Pola tanam di Kabupaten
Klaten, dimana penanaman padi yang dapat
dilakukan 3 kali dalam setahun, dapat
memberikan suatu peluang keberadaan PBP.
Tanaman padi yang merupakan sumber
makanan bagi PBP setiap bulannya selalu ada.
Ketika nilai EI yang kecil karena adanya
cekaman kering, keberadaan hama PBP masih
ada. Keberadaan tanaman padi pada musim
kemarau, karena adanya irigasi di Kabupaten
Klaten, dapat memberikan peluang adanya
kondisi iklim mikro yang kondusif bagi hama
PBP, terutama di bawah tajuk tanaman padi.
Hal ini sesuai dengan Kesmaryono (1991),
bahwa iklim mikro dalam suatu pertanaman,
yang merupakan rumah bagi serangga, adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi
kehidupan serangga.

600
400
200
0
0

y = 0,4656x + 22,049
R2 = 0,0189

20

40

60

80

100

120

EI

Gambar 10. Hasil regresi antara nilai EI


bulanan dan luas serangan hama WBC
Hasil regresi antara EI dan luas serangan
hama WBC menyatakan, bahwa R2 sangat
kecil. Hal ini sama terjadi untuk hama PBP,
dimana dalam bentuk regresi sederhana nilai
EI belum dapat menggambarkan luas serangan
hama.
Jika dibandingkan antara grafik luas
serangan hama WBC dan EI tahunannya,
maka pola yang terlihat tidak sama. Ketika
luas serangan tertinggi terjadi pada tahun
2002, nilai EI berada di kisaran nilai 45.
Perubahan luas serangan yang signifikan pada
tahun 2001-2003, ternyata tidak diikuti
dengan pola perubahan yang sama dari nilai
EI.
Pengelompokkan nilai EI dan keberadaan
serangan hama WBC, yang berdasarkan BB
dan BK dari Oldeman ditunjukkan pada

13

Tabel 7. Ketika BB, keberadaan serangan


hama WBC bervariasi, tidak seperti hama
PBP. Sedangkan, nilai EI hama WBC
cenderung berada pada kisaran yang
menggambarkan bahwa Kabupaten Klaten
memiliki potensi sebaran hama WBC, yang
berarti terdapat keberadaan hama WBC. Hal
ini menandakan bahwa iklim Kabupaten
Klaten pada saat BB berpotensi terhadap
serangan hama WBC, hal ini didukung oleh
adanya
keberadaan
serangan
hama
dilapangan. Walaupun begitu, adakalanya
nilai kisaran EI, tidak sesuai dengan keadaan
di lapangan. Ketika EI dalam kisaran
berpotensi, ternyata tidak ada serangan
dilapangan. Gambaran ini menandakan, iklim
yang sesuai untuk pertumbuhan hama, tidak
selalu
menunjukkan
keberadaan
organismenya. Ketika BB, EI berada kisaran
tidak memiliki potensi sebaran, di lapangan
terjadi serangan hama WBC, walaupun
kurang dari 5 Ha. Nilai EI yang kecil ini
disebabkan karena nilai GI yang kecil dan
adanya cekaman kelembaban (WS). Nilai GI
yang kecil disebabkan karena MI (Moisture
Index)
yang kecil. Walaupun nilai EI
menunjukkan tidak berpotensi adanya sebaran
hama, tetapi harus tetap diwaspadai akan
keberadaannya pada saat BB. Pada saat BL,
nilai EI bervariasi kesesuaiannya jika
dibandingkan keberadaan serangan di
Kabupaten Klaten.
Ketika memasuki awal BK, nilai EI
menggambarkan bahwa iklim Kabupaten
Klaten masih mendukung potensi sebaran
hama WBC. Pada masa pertengahan dibulan-

bulan kering, nilai EI semakin kecil hingga


mendekati 0. Keadaan tersebut disebabkan
karena nilai GI yang kecil dan adanya DS
(Dry stress). Pada saat BK, nilai EI dapat
menggambarkan potensi serangan hama WBC
ketika awal memasuki BK. Keberadaan
serangan hama WBC saat BK yang cenderung
bervariasi, masih belum terbaca oleh nilai EI
ini secara maksimal. Hal ini dikarenakan
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
keberadaan serangan hama WBC, tidak hanya
dari faktor iklim. Menurut Mochida (1978), 3
faktor utama yang mempengaruhi adanya
peledakkan hama WBC adalah penanaman
tanaman padi yang rentan terhadap WBC,
penanaman tanaman padi secara berlanjut
karena adanya sistem irigasi, pemberian
pupuk yang mengandung nitrogen secara
berlebihan.
Ketika BK, nilai EI baik itu untuk PBP
maupun WBC cenderung dibawah 26. Nilai
EI yang rendah karena adanya cekaman
kering dan kelembaban tanah yang rendah.
Jika dilihat dari analisis model Climex, kedua
faktor tersebut muncul karena nilai CH yang
rendah. Climex hanya memasukkan CH
sebagai input kelembaban tanah. Sedangkan,
dalam keadaan nyata dibidang pertanian,
kelembaban tanah tidak hanya dipengaruhi
oleh pasokkan air dari CH, tetapi juga irigasi.
Faktor irigasi inilah yang belum dimasukkan
sebagai penyokong kelembaban tanah dalam
model Climex, hanya CH.

14

Tabel 6. Nilai perbandingan EI dan luas serangan hama PBP berdasarkan klasifikasi Oldeman
Tahun
2000

2001

2002

Keterangan
CH
EI
LS
CH
EI
LS
CH
EI
LS

2003

2004

2005

2006

2007

CH
EI
LS
CH
EI
LS
CH
EI
LS
CH
EI
LS
CH
EI
LS

Jan
100
284
BB
100
89

Feb
BB
98
53

Mar
100
161

Apr
BL
100
47

May

Jun

100
100

100
86

100
100

BL

BK
92
7
0
86
64
90
BK
86
0
0

100
32

100

100
75
BB
100

100

100
47
BL
100

89

75

32

164

72

120

BB
100
95
163
96
BB
100 100
331 224

BL
100
689

BK
100
99

BL
97
25

50
203

100
408

100
308

100
122

100

102

0
262
BK
100
58
196 229

BB
100 100
248 233
BB
74 100
238 249
BK
100 100
182 124

100 100
84
201 263
148
BL
BB
100 100
100
183 352
152
BB
100
69
85
146 248
252

4
105

0
166

96
221

0
132

100
183

35
125

Keterangan

CH
EI
LS
BK
BB

Jul Aug
BK
12
0
64
90

:
:
:
:
:
:
:
:

Terjadi serangan
Terjadi / tidak terjadi serangan
Tidak terjadi serangan
Curah hujan
Indek ekoklimatik
Luas serangan hama
Bulan Kering
Bulan Basah

Sep

Oct

0
301

7
92

0
301

BL
34
92

202

316

83

BK
0
56

0
417

3
123

5
0
170 112
BK
0
0
114
96
BK
0
0
86
66
BK
0
0
72 137

Nov Dec
BL
83 100
140 238
BK
81
22
140 238
BL
51 100
163

314

11
184

BL
55
135
BL
91
173

0
149

48
218

0
54

20
189
BL
63
121

BB
100
281
BB
25
167
BB
100
117
BB
100
166
BB
0
106

0
124

15

Tabel 7. Nilai perbandingan EI dan luas serangan hama WBC berdasarkan klasifikasi Oldeman
Tahun Keterangan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
BB
BL
BK
BL
CH
2000
EI
96
92
91
92
87
92
31
0
0
25
96
99
LS
0
0
0
47
100
86
64
90 301
0
1
0
CH
BB
BL
BK
BL
BK
2001
EI
97
99
94
85
80
86
32
0
0
53
92
60
LS
0
3
5
0
0
0
0
0
0
26 123 138
BB
BL
BK
BL
CH
EI
92
90
82
79
79
81
6
0
0
0
56
86
2002
LS
764
89 689
0
0
0
0
0
0
3
0
0
BB
BL
BK
BL
BK
BL BB
CH
EI
100
95 100 100
97
50
0
0
0
3
55 100
2003
LS
4 124
0
0
0
0
0
0
0
2
3
3
CH
BB
BK
BL BB
2004
EI
87
91
88
72
82
87
78
36
0
19
76
22
LS
38 151 265
0
0
0
0
0
0
1
2
3
BB
BK
BB
CH
EI
88
80
78
74
64
12
0
0
0
2
60
98
2005
LS
5
99 355
0
0
0
0
0
0
0
0
0
CH
BB
BL
BB
BK
BB
2006
EI
68
89
89
88
84
89
11
0
0
0
16
74
LS
2
0
11
10
19 132
87
25
3
0
0
0
CH
BK
BB
BK
BL BB
2007
EI
83
82
86
56
64
83
42
0
0
3
68
0
LS
0
3 146
0
0
90 551
14
0
2
0
2
Keterangan

CH
EI
LS
BK
BB

:
:
:
:
:
:
:
:

Terjadi serangan
Terjadi / tidak terjadi serangan
Tidak terjadi serangan
Curah hujan
Indek ekoklimatik
Luas serangan hama
Bulan Kering
Bulan Basah

16

V. KESIMPULAN
Keberadaan hama penggerek batang padi
dan wereng batang coklat di Kabupaten
Klaten digambarkan dengan luas serangan
hama. Serangan hama penggerek batang padi
dilapangan setiap bulan selalu ada sepanjang
tahun 2000-2007, dimana luas serangan tinggi
cenderung terjadi pada bulan basah. Variasi
keberadaan serangan untuk hama wereng
batang coklat lebih tinggi daripada penggerek
batang padi, dalam satu tahun. Luas serangan
hama wereng batang coklat yang tinggi dapat
terjadi saat bulan basah atau bulan kering,
setiap tahunnya.
Pola indek ekoklimatik tahunan dari tahun
2000-2007, antara hama penggerek batang
padi dan wereng batang coklat cenderung
sama, hanya besarnya yang berbeda. Nilai
indek ekoklimatik setiap tahun, dari kedua
hama masih dalam kisaran memiliki potensi
serangan. Indek ekoklimatik bulanan untuk
kedua hama memiliki potensi serangan tinggi
ketika bulan basah dan awal bulan kering,
dengan kisaran 56 100. Pada saat tersebut
nilai indek ekoklimatik untuk penggerek
cenderung sesuai dengan keberadaan serangan
di Kabupaten Klaten, sedangkan untuk hama
wereng masih kurang sesuai dengan keadaan
nyatanya. Nilai indek ekoklimatik hama
wereng batang padi cenderung lebih rendah
dibanding hama penggerek batang padi. Saat
bulan kering berlangsung cukup panjang,
model kurang mampu melihat potensi
serangan kedua hama tersebut, dimana nilai
indek ekoklimatik berkisar 0 20.
Kurang sesuainya nilai indek ekoklimatik
terhadap keberadaan serangan di Kabupaten
Klaten pada saat-saat tertentu, dikarenakan
dasar dari model Climex melihat dari faktor
iklim. Iklim bukanlah satu-satunya faktor
yang mengendalikan keberadaan hama. Faktor
lain yang menunjang keberadaan hama pada
bulan kering diantaranya masih adanya
tanaman padi sebagai inang dan sumber
makanan bagi kedua serangga tersebut, karena
adanya sistem irigasi di Kabupaten Klaten.
Selain itu, tidak lepas juga karena pengaruh
manusia, terutama dalam melakukan teknik
budidaya pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Amasih A. 2004. Pemanfaatan Model Climex
untuk Menganalisis Potensi Penyebaran
Hama
Wereng
Batang
Coklat
(Nilaparvata lugens Stal) pada Tanaman

Padi. Srikpsi. Bogor : Departemen


Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, IPB.
Bey A. 1991. (Editor). Kapita Selekta dalam
Agrometeorologi.
Bogor
: Institut
Pertanian Bogor.
Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. 2008.
Profil
Kabupaten
Klaten.
http://www.klaten.go.id/dipertanklaten.ht
ml. (4 Maret 2008).
IRRI. 1979. Brown Planthopper : Threat to
Rice Production in Asia. Filipina :
International Rice Research Institute
------. 2005. Masalah Lapang Hama, Penyakit,
dan
Hara
pada
Padi.
http://www.knowledgebank.irri.org/region
alsites/indonesia ( 5 Maret 2008 ).
Handoko. 1993. (Editor). Klimatologi Dasar.
Bogor : Jurusan Geofisika dan Meterologi,
FMIPA, IPB.
Hanggoro W. 2004. Pemanfaatan Model
Climex 1.1 untuk Menganalisis Potensi
dan Serangan Hama Penggerek Batang
Padi Putih (Scirpophaga innotata).
Srikpsi. Bogor : Departemen Geofisika
dan Meteorologi, FMIPA, IPB.
Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crops in
Indonesia. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Klir GJ dan Yuan B. 1995. Fuzzy Sets and
Fuzzy Logic, Theory and Applications.
United States of America : Prentice-Hall
International Inc.
Koesmaryono Y, Amasih A, Hanggoro W,
dan Impron. 2004. Ujicoba Aplikasi
Model Climex 1.1 untuk Menganalisis
Potensi Penyebaran Hama Wereng Batang
Coklat dan Penggerek Batang Padi Putih.
Jurnal Agromet ; 18:58-67.
Koesmaryono Y, Las I, June T,Runtunuwu E,
Pramudia A. 2007. Analisis dan Prediksi
Curah Hujan untuk Antisipasi Kerawanan
Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
dan Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi.
Mochida. 1978. Brown Planthopper Hama
Wereng Problems on Rice in Indonesia.
Sukamandi, Jawa Barat : Cooperative
CRIA IRRI Program.
Nurhayati E. 2007. Analisis Potensi Sebaran
Hama
Penggerek
Batang
Padi
(Scirpophaga
sp.)
Menggunakan
Pemodelan Climex dan Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus Provinsi Jawa
Barat). Skripsi. Bogor : Departemen
Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, IPB.
Pathak MD dan Khan ZR. 1994. Insect Pest of
Rice.
Filipina : International Rice
Research Institute.

17

Pramudia A. 1989. Perhitungan Neraca Air


Tanah untuk Membuat Perencanaan
Musim Tanam Kedelai (Glycine max
(L.)Merr) di Kecamatan Sagaranten
Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Bogor :
Jurusan Geofisika dan Meteorologi,
FMIPA, IPB.
Putra HP. 2007. Pewilayahan Curah Hujan
dan Analisis Indeks Kecukupan Air untuk
Tanaman Padi Di Kabupaten Karawang.
Bogor : Departemen Geofisika dan
Meteorologi, FMIPA, IPB.
Rismunandar. 1981. Hama Tanaman Pangan
dan Pembasmiannya. Bandung : Sinar
Baru.

Satoto. 2003. Kestabilan Pola Pewarisan, dan


Keefektifan Gen gna dan cry1Ab
Terhadap Wereng Batang Coklat dan
Penggerek Batang Kuning pada Padi
Rojolele Transgenik. Disertasi. Bogor :
Program Pascasarjana IPB.
Sutherst RW, Maywald GF, Yonow T, dan
Stevens PM. 1999. User Guide : Climex,
Predicting the effects of Climate on Plants
and Animal. Australia : Csiro Publishing.
Walpole RE. 1995. Pengantar statistik. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.

18

LAMPIRAN

19

Lampiran 1. Peta secara umum Kabupaten Klaten

(Sumber : www.klaten.go.id)

Lampiran 2. Sebaran sawah di Kabupaten Klaten

20

Lampiran 3. Sebaran letak stasiun CH di Kabupaten Klaten

(Sumber : Dinas Pengairan Umum Kabupaten Klaten)

21

Lampiran 4. Kondisi beberapa unsur iklim rata-rata bulanan Kabupaten Klaten


GRAFIK SUHU RATA-RATA BULANAN KABUPATEN KLATEN
35,0
30,0
T (0 C)

25,0
20,0
15,0

Tm aks

10,0

Tm in

5,0

T rata-rata

0,0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

BULAN

GRAFIK RH RATA-RATA BULANAN KABUPATEN KLATEN

RH (%)

90
85
80
75
70
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

BULAN

GRAFIK C H RATA-RATA BULANAN


350

CH (mm)

300
250
200
150
100
50
0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

BULAN

Juli

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

22

Lampiran 5. Input database Compare Location Kabupaten Klaten (.LOC file)


*1.00 ASIA
*1.01 Indonesia
#* nostates
0 Klaten

7.4 S 110.4 E 200

*ASIA

*KLATEN

Lampiran 6. Input database Compare Location Kabupaten Klaten (.MET file)


Input database Compare Location Kabupaten Klaten (.MET file)
Bulan Tmin
Tmax CH
RH
RH
1
30.6
23.6
305
90.3
69.8
KLATEN
2
30.8
24.0
327
93.5
70.7
KLATEN
3
31.3
23.7
262
93.2
69.2
KLATEN
4
31.8
24.0
167
92.6
66.4
KLATEN
5
31.9
23.6
98
92.1
63.2
KLATEN
6
31.3
22.7
50
92.0
61.4
KLATEN
7
31.0
22.1
35
91.4
58.7
KLATEN
8
31.3
21.7
31
90.4
55.1
KLATEN
9
32.0
22.8
11
88.4
54.5
KLATEN
10
32.4
23.8
60
88.4
57.9
KLATEN
11
31.6
24.0
146
90.4
66.0
KLATEN
12
30.7
23.8
241
91.8
70.5
KLATEN

Lampiran 7. Input database Compare Years Kabupaten Klaten (.DAT file)


Klaten
7.4 S 110.4 E 28
No
Tahun
Tmin Tmax
1
1999
23.8
30.2
2
1999
23.6
30.5
3
1999
23.7
30.9
4
1999
23.8
30.5
5
1999
23.6
31.9
6
1999
22.9
31.2
7
1999
21.6
30.4
8
1999
22.1
31.4
9
1999
22.6
33.1
10
1999
24.2
32.4
11
1999
23.8
30.2
12
1999
24
30.4
1
2000
23.6
30.3
2
2000
23.7
30.7
3
2000
23.7
30.9
4
2000
23.9
30.7
5
2000
23.9
31.6
6
2000
22
30.6
7
2000
22.2
31.2
8
2000
22.1
31.4
9
2000
24.0
32.5
10
2000
24.4
31.2
11
2000
24.1
29.8
12
2000
23.8
30.1
1
2001
23.8
30.4
2
2001
23.4
30.0
3
2001
23.8
30.6

CH
354
294
252
139
49
30
14
17
28
31
166
272
226
348
296
203
66
51
20
6
8
73
115
155
303
148
201

RH
94
93
91
94
92
91
92
89
89
89
92
91
92
91
94
92
88
93
90
87
87
90
93
91
94
93
94

Klaten
RH
73
70
71
88
59
59
58
50
43
59
70
69
70
69
80
69
64
62
56
51
54
62
77
70
73
72
71

Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten

23

4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1

2001
2001
2001
2001
2001
2001
2001
2001
2001
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2003
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2006

24.1
23.8
23.1
22.2
21.6
24.2
24.3
24.4
23.7
24.0
23.5
24.2
24.0
23.7
22.5
22.0
20.9
22.4
23.9
25.0
24.5
24.1
24.0
24.1
24.7
23.7
22.2
20.3
21.0
23.3
24.0
24.3
23.9
24.2
23.8
23.8
24.6
24.1
22.2
22.5
21.4
22.8
23.9
24.4
24.1
23.8
23.8
24.1
24.0
23.6
23.9
22.4
21.9
23.3
23.7
23.9
22.8
23.6

31.5
32.3
31.3
30.7
31.4
32.7
31.4
30.9
30.1
30.9
30.7
32.0
32.1
32.3
31.5
31.7
31.1
31.6
33.2
32.1
31.5
30.4
30.7
32.0
32.7
31.8
31.9
31.2
31.6
32.3
31.9
31.1
30.4
31.5
30.8
30.9
33.2
31.8
31.1
31.7
31.4
32.6
33.0
32.5
31.1
30.9
32.2
32.2
32.5
33.4
32.9
31.6
31.1
32.4
32.3
31.8
30.0
30.7

53
89
52
45
33
8
110
84
22
282
328
246
147
73
38
21
12
10
37
111
159
230
394
182
73
102
54
30
58
54
57
135
244
276
276
201
95
99
37
57
93
16
52
201
449
266
217
237
231
5
41
42
2
23
47
105
266
374

93
92
93
92
90
86
91
92
91
94
95
93
92
92
90
90
89
85
86
89
92
92
94
93
91
91
91
92
89
84
88
92
93
93
94
94
91
92
91
90
89
88
87
90
93
93
94
93
92
86
91
92
90
89
89
89
95
94

64
59
62
58
50
54
65
71
68
74
70
64
64
60
56
53
49
50
50
65
68
70
73
65
60
62
58
54
52
50
60
69
72
70
71
71
60
66
59
57
53
54
56
64
72
74
70
67
65
60
62
62
60
59
64
66
79
74

Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten

24

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007
2007

23.5
23.7
23.6
23.2
22.0
21.0
20.7
21.1
23.4
24.4
24.7
23.5
23.2
23.2
23.6
24.1
22.5
21.9
21.3
22.0
23.8
23.2
23.4

31.2
31.1
31.1
31.9
31.0
30.5
31.5
32.2
33.5
34.7
32.6
31.5
32.0
31.2
31.9
32.8
31.6
31.3
31.6
31.8
32.8
31.0
31.0

245
194
199
247
0
0
0
0
0
49
360
62
239
204
371
346
52
0
0
0
29
143
668

95
95
95
94
92
92
91
88
86
86
91
91
94
93
94
91
91
92
90
86
86
90
94

72
75
72
68
64
61
50
48
49
50
66
65
68
68
68
59
61
57
53
52
56
68
69

Lampiran 8. Aturan spasi dalam penulisan input Climex


Input .LOC
1
: Kode tingkat (0-5)
7-25
: Nama lokasi
26-29
: Letak lintang
31
: Posisi lintang (N/S)
34-38
: Letak bujur
40
: Posisi bujur (E/W)
41-45
: Ketinggian (m)
71-80
: Kode Lokasi
Input .MET
1-3
: Bulan
4-9
: Suhu maksimum
10-15
: Suhu minimum
16-21
: Curah hujan
22-27
: RH pukul 09.00
28-33
: RH pukul 15.00
34
: Spasi
35-44
: Kode lokasi

Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten
Klaten

25

Lampiran 9. Parameter Fisik Penggerek Batang Padi


Parameter suhu udara (TI)
Batas suhu bawah (0C)
Batas bawah suhu hamaimum (0C)
Batas atas suhu hamaimum (0C)
Batas suhu atas (0C)
Minimum derajat hari
Parameter kelembaban (MI)
Batas bawah kelembaban tanah
Batas bawah kelembaban tanah hamaimum
Batas atas kelembaban tanah hamaimum
Batas atas kelembaban tanah
Parameter cekamans
Batas cekamans suhu dingin (0C)
Tingkat cekamans suhu dingin
Batas cekamans dingin derajat hari
Tingkat cekamans dingin derajat hari
Batas cekamans suhu panas (0C)
Tingkat cekamans suhu panas
Batas cekamans panas derajat hari
Tingkat cekamans panas derajat hari
Batas cekamans kering kelembaban tanah
Tingkat cekamans kering kelembaban tanah
Batas cekamans lembab kelembaban tanah
Tingkat cekamans lembab kelembaban tanah
Lampiran 10. Parameter Fisik Wereng Batang Coklat
Parameter suhu udara (TI)
Batas suhu bawah (0C)
Batas bawah suhu hamaimum (0C)
Batas atas suhu hamaimum (0C)
Batas suhu atas (0C)
Minimum derajat hari
Parameter kelembaban (MI)
Batas bawah kelembaban tanah
Batas bawah kelembaban tanah hamaimum
Batas atas kelembaban tanah hamaimum
Batas atas kelembaban tanah
Parameter cekamans
Batas cekamans suhu dingin (0C)
Tingkat cekamans suhu dingin
Batas cekamans dingin derajat hari
Tingkat cekamans dingin derajat hari
Batas cekamans suhu panas (0C)
Tingkat cekamans suhu panas
Batas cekamans panas derajat hari
Tingkat cekamans panas derajat hari
Batas cekamans kering kelembaban tanah
Tingkat cekamans kering kelembaban tanah
Batas cekamans lembab kelembaban tanah
Tingkat cekamans lembab kelembaban tanah

Parameter
DV0
DV1
DV2
DV3
PDD

Nilai
13
17
35
41
0

SM0
SM1
SM2
SM3

0.4
0.6
1.75
2

TTCS
THCS
DTCS
DHCS
TTHS
THHS
DTHS
DHHS
SMDS
HDS
SMWS
HWS

12
0.009
25
0.0015
41
0.009
0
0
0.3
0.006
2
0.002

Parameter
DV0
DV1
DV2
DV3
PDD

Nilai
10
20
30
40
0

SM0
SM1
SM2
SM3

0.3
0.5
1.75
2

TTCS
THCS
DTCS
DHCS
TTHS
THHS
DTHS
DHHS
SMDS
HDS
SMWS
HWS

10
0
25
0.0015
40
0.001
0
0
0.3
0.006
2
0.002

26

Lampiran 11. Contoh hasil Output compare years dari WBC


Year
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000

WK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

Tmak
30.3
30.3
30.3
30.4
30.5
30.6
30.7
30.8
30.8
30.9
30.9
30.9
30.8
30.8
30.7
30.8
31.0
31.2
31.5
31.5
31.3
31.1
30.9
30.6
30.7
30.9
31.0
31.1
31.2
31.3
31.3
31.4
31.4
31.7
31.9
32.2
32.4
32.3
32.0
31.7
31.4
31.1
30.7
30.4
30.1
29.8
29.9
29.9
30.0
30.1
30.1
30.2

Tmin
23.7
23.7
23.6
23.6
23.7
23.7
23.7
23.7
23.7
23.7
23.7
23.7
23.8
23.8
23.9
23.9
23.9
23.9
23.9
23.8
23.3
22.9
22.5
22.1
22.0
22.1
22.1
22.2
22.2
22.2
22.1
22.1
22.2
22.6
23.0
23.4
23.9
24.1
24.2
24.3
24.3
24.4
24.3
24.2
24.2
24.1
24.0
24.0
23.9
23.8
23.8
23.8

CH
53.7
50.6
51.5
58.0
64.5
70.9
77.4
74.0
70.5
67.1
63.6
59.2
54.8
50.3
45.9
40.1
33.4
26.7
19.9
14.9
14.0
13.2
12.4
11.6
10.0
8.3
6.6
4.9
3.8
3.2
2.7
2.1
1.6
1.7
1.7
1.8
1.8
4.2
7.5
10.8
14.1
16.7
18.4
20.0
21.7
23.4
25.5
27.6
29.8
31.9
38.2
46.1

Evap
23.2
23.1
23.1
23.3
23.4
23.6
23.7
22.3
20.9
19.5
18.1
18.9
19.7
20.5
21.4
22.2
23.2
24.2
25.2
25.9
25.8
25.8
25.8
25.8
26.5
27.5
28.5
29.5
30.4
31.2
32.1
32.9
33.7
33.7
33.6
33.6
33.6
32.4
30.8
29.2
27.6
25.8
23.8
21.8
19.9
17.9
19.1
20.2
21.3
22.3
22.4
22.2

GI
97
97
97
96
95
94
84
93
92
91
91
91
92
92
93
92
90
88
85
85
87
89
91
94
93
91
89
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
40
81
99
100
100
100
100
99
99
98

TI
97
97
97
96
95
94
93
93
92
91
91
91
92
92
93
92
90
88
85
85
87
89
91
94
93
91
90
89
88
87
87
86
86
83
81
78
76
77
80
83
86
89
93
96
99
100
100
100
100
99
99
98

MI
100
100
100
100
100
100
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
98
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
43
84
100
100
100
100
100
100
100
100

DI
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

LI
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

CS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

HS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

DS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
7
10
13
14
15
16
16
16
14
12
8
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

WS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Keterangan :
WK
Tmak
Tmin
CH
Evap
GI
TI

: Weekly
: suhu maksimum
: suhu minimum
: curah hujan
: evaporasi
: Growth index
: Temperature index

MI
DI
LI
CS
HS
DS
WS

: Moisture index
: Diapause index
: Light index
: Cold stress
: Heat stress
: Dry stress
: Wet stress

CDS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

CWS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

HDS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

HWS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Jan-00

Bulan
Sep-07

May-07

Jan-07

Sep-06

May-06

Jan-06

Sep-05

May-05

Jan-05

Sep-04

May-04

Jan-04

Sep-03

May-03

Jan-03

Sep-02

May-02

Jan-02

Sep-01

May-01

Jan-01

Sep-00

May-00

Luas ( Ha )

Ja
n0
M 0
ay
-0
0
S
ep
-0
0
Ja
n0
M 1
ay
-0
1
S
ep
-0
1
Ja
n0
M 2
ay
-0
2
S
ep
-0
2
Ja
n
-0
M 3
ay
-0
3
S
ep
-0
3
Ja
n0
M 4
ay
-0
4
S
ep
-0
4
Ja
n0
M 5
ay
-0
5
S
ep
-0
5
Ja
n0
M 6
ay
-0
6
S
ep
-0
6
Ja
n0
M 7
ay
-0
7
S
ep
-0
7

Luas ( Ha)

27

Lampiran 12. Grafik luas serangan hama PBP setiap bulan dari tahun 2000-2007
800

700

600

500

400

300

200

100

Bula n

Lampiran 13. Grafik luas serangan hama WBC setiap bulan dari tahun 2000-2007

800

700

600

500

400

300

200

100

28

Lampiran 14. Data luas tambah tanam di Kabupaten Klaten setiap bulannya (Ha)
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

Keterangan
Padi Sawah

Jan

Feb

Mar

6820

5602

8513

Apr
6557

Mei

Juni

Juli

Ags

Sep

Okt

5533

3822

3865

3370

3461

2510

Nov

Des

8683

8144

Padi Gogo

269

Padi Sawah

5352

3716

8910

6069

3593

3266

4388

2916

3208

3183

10526

7014

Padi Gogo

18

188

95

Padi Sawah

5731

5264

9701

5604

3323

2853

3031

2242

2428

1806

3128

9876

Padi Gogo

43

243

Padi Sawah

8482

3893

4604

8946

4692

2929

2387

2679

2921

2299

3296

12605

Padi Gogo

14

228

37

Padi Sawah

5689

4408

5975

9126

3865

2550

2848

2887

1908

1932

4287

11743

Padi Gogo

17

12

235

Padi Sawah

5670

4276

6279

9947

3257

2550

2673

3752

2375

2608

3956

12308

Padi Gogo

35

186

36

Padi Sawah

6228

4480

8698

7697

3690

2673

3855

3257

2347

1569

2661

9274

Padi Gogo

230

82

Padi Sawah

8559

4821

4808

10652

6437

2809

2792

3070

2880

2327

3759

14291

Padi Gogo

45

197

49

29

Lampiran 15. Diagram alir tahap-tahap penelitian

Menganalisis ekivalensi nilai CH di 42 St.


CH Kabupaten Klaten
Metode Fuzzy Clustering
Mencari CH wilayah Kabupaten Klaten
Metode CH wilayah Aritmatik di Kab.
Klaten dari 42 stasiun CH

Perbandingan nilai CH wilayah Kabupaten


Klaten dengan Adisucipto dengan uji t

Perbandingan pola CH wilayah Kab.


Klaten dengan Adisucipto secara visual

Data iklim St. Adisucipto dapat mewakili


data iklim Kab. Klaten yang tidak ada
(T dan RH)
Input variabel iklim Kabupaten Klaten
untuk Model Climex
(2000 2007)
(T, CH, RH)

Input parameter hama WBC

Input parameter hama PBP

Model Climex

Luas serangan hama PBP

EI hama PBP

EI hama WBC

Luas serangan hama


WBC

Indikasi keberadaan
keberadaan serangan
hama PBP di Kab. Klaten

Potensi serangan hama


PBP dari Model

Potensi serangan hama


WBC dari Model

Indikasi keberadaan
keberadaan serangan
hama WBC di Kab.
Klaten

Analisis kesesuaian
dari model dan di
lapangan untuk hama
PBP

Analisis kesesuaian
dari model dan di
lapangan untuk hama
WBC

Hasil :
Sesuai / tidak untuk PBP

Hasil :
Sesuai / tidak untuk WBC

Anda mungkin juga menyukai