OLEH
DIAN SAMSARA BM
1407010079
ii
SKRIPSI
OLEH
DIAN SAMSARA BM
1407010079
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana
iii
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
Tikus dengan Pinjal serta Potensi Penularan Penyakit Berbasis Tikus dan Pinjal di
Pelabuhan Laut Tenau Kupang Tahun 2018” dapat diselesaikan dengan baik.
disidangkannya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
dengan baik serta Bapak Soni Doke, S.Pt., M.Kes selaku penguji yang telah
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
2. Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku ketua program studi ilmu
3. Ibu Sarci M. Toy, S.KM., M.PH selaku Dosen Penasehat Akademik yang
iv
4. Para dosen pengajar di FKM UNDANA yang dengan tulus, sabar dan ikhlas
5. Pak Yohanes Baki, Amd.Kep, Pak Emanuel Nawagega, Amd.KL dan Pak
6. Keluarga tersayang Mama, Abah, Shepia, Kak Amy dan Alman yang tidak
7. Keluarga besar kelas A-GEN FBI FKM Undana Tahun 2014 yang selalu
memberi dukungan. Terkhusus Fachry, Farhan, Adnam, Ochyk dan Ata yang
Seluruh pihak yang telah mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Akhir kata, tak ada gading yang
tak retak. Begitu pula dengan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penelitian ini dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xiii
DAFTAR ISTILAH..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan....................................................................................................6
D. Manfaat..................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Tikus......................................................................................................8
B. Kepadatan Tikus...............................................................................20
C. Ektoparasit.........................................................................................23
D. Pinjal....................................................................................................26
E. Potensi Penularan Penyakit Bawaan Tikus dan Pinjal ............32
F. Tinjauan tentang Pelabuhan Laut.................................................34
G. Kerangka Konsep..............................................................................36
viii
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................40
A. Hasil.....................................................................................................50
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..............................................50
2. Spesies Tikus dan Pinjal.................................................................54
3. Tingkat Kepadatan Tikus dan Indeks Pinjal...................................58
4. Hubungan Kepadatan Tikus terhadap Indeks Pinjal......................60
5. Potensi Penularan Penyakit............................................................61
B. Bahasan...............................................................................................63
1. Spesies Tikus dan Pinjal.................................................................63
2. Tingkat Kepadatan Tikus dan Pinjal..............................................67
3. Hubungan Kepadatan Tikus dan Pinjal..........................................70
4. Potensi Penularan Penyakit............................................................72
5. Hambatan Penelitian.......................................................................77
BAB V PENUTUP.................................................................................................79
A. Simpulan.............................................................................................79
B. Saran....................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................81
Lampiran................................................................................................................84
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar Judul Gambar Halaman
3 Pinjal........................................................................ 22
4 Kutu.......................................................................... 23
5 Caplak....................................................................... 23
6 Tungau...................................................................... 24
xii
DAFTAR SINGKATAN
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
xiii
DAFTAR ISTILAH
Kategorial : Pengklasifikasian
xiv
Komensal rodent : Hewan pengerat yang sering berhubungan
atau hidup berdampingan dengan manusia.
Korelasi : Hubungan
Reproduksi : Pengembangbiakan
xv
Sanitasi : Usaha untuk membina dan menciptakan
suatu keadaan yang baik
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan penganggu yang
disadari bahwa hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai
Sanitasi lingkungan yang buruk, sampah yang tidak dikelola dengan baik serta
tumpukan barang yang yang tidak rapi menujukkan infestasi tikus di suatu
lingkungan. Didalam tubuh tikus terdapat ektoparasit seperti Pinjal, Kutu, Caplak,
dan Tungau yang juga sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit (Depkes
RI, 2015).
Penyakit tular rodensia ditularkan melalui kontak langsung (digigit tikus) dan
tikus dapat ringan hingga fatal, bahkan beberapa jenis penyakit sangat mematikan.
1
2
disarang atau tempat-tempat yang sering dikunjungi tikus. Pinjal berperan sebagai
pinjal hidup dengan cara mengkonsumsi darah rodent. Bila darah rodent yang
Rodent yang dishisap darahnya terus menerus oleh pinjal akan mati dan pinjal
akan segera meninggalkan bangkai rodent untuk mencari rodent lain. Pinjal bebas
ini jika tidak segera menemukan rodent lain sebagai sumber makanan, maka akan
31 jenis penyakit penyakit bersumber tikus yang disebabkan oleh cacing, 28 jenis
jenis penyakit disebabkan oleh jamur dan 1 jenis penyakit yang disebabkan oleh
2015)
dari Departemen Kesehatan RI. Penyebaran pes melalui pelabuhan laut maka
3
perlu dilakukan surveilans tikus dan pinjal oleh petugas pemerintah dan
Fever with renal syndrom (HFRS) sebagai new emerging disease di Indonesia
secara serologi telah ditemukan di berbagai spesies tikus di daerah pelabuhan laut
Diardii. Secara serologis Muryne typhus ditemukan pada rodensia dan manusia.
Data WHO pada tahun 2010 sampai 2015 ditemukan 3.248 kasus penyakit
pes yang dilaporkan di seluruh dunia, 584 diantaranya tidak dapat diselamatkan.
Selain dilaporkan pada tanggal 21 November 2014 terjadi outbreak (wabah) pes
desease) dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (Depkes RI, 1999).
Sampai dengan tahun 2015, di Indonesia khusunya di Pulau Jawa masih terdapat 4
Kecamatan Ciwidey.
4
Kota Kupang sendiri sampai saat ini belum ditemukan kasus pes pada
bahwa Pelabuhan Laut Tenau Kota Kupang perlu waspada terhadap Penularan
penyakit pes karena ditemukan kepadatan tikus di Pelabuhan Laut Tenau Kupang
sebagai pintu masuk arus angkutan, penumpang dan barang sekaligus berpotensi
(new emerging disease), maupun penyakit menular lama yang muncul kembali
wilayah.
Propinsi Nusa Tenggara Timur, dengan lalu lintas kapal yang semakin meningkat
tiap tahunnya baik kapal-kapal dari dalam maupun luar negeri. Berdasarkan data
arus kunjungan kapal laut di Pelabuhan Laut Tenau Kupang pada tahun 2014
jumlah kedatangan kapal sebanyak 1.286 (BPS NTT, 2014). Berdasarkan hal
tersebut maka potensi lalu lintas dan berpindahnya tikus dari dan ke Pelabuhan
perimeter dan buffer Pelabuhan tanjung Intan menemukan bahwa kepadatan tikus
5
itu ditemukan berbagai jenis ektoparasit yang menginfeksi tubuh tikus dengan
jumlah infestasi ektoparasit terbanyak yang mendominasi yaitu jenis pinjal. Hal
ini sekaligus menjelaskan bahwa dengan tingginya kepadatan tikus maka semakin
oleh tikus dan pinjal, maka perlu memperhatikan kepadatan tikus dan
pelabuhan juga berperan sebagai peringatan untuk siap mengobati kasus pada
manusia yang mungkin terjadi. Hal ini sejalan dengan Internasional Health
Regulation (IHR) 1969 revisi 2005 yang menyatakan bahwa indeks pinjal dan
kepadatan tikus pada area pelabuhan udara dan pelabuhan laut terutama pada
september Tahun 2017 dan survei yang dilakukan peneliti dengan memasang lima
perangkap tikus (life trapp) selama satu hari didapati bahwa ditemukan 2 ekor
tikus di pelabuhan tersebut dan lebih banyak lagi tikus-tikus tersebut akan
muncul pada malam hari. Selain itu didapati bahwa adanya tubuh tikus yang telah
mati di area buffer dan perimeter sebanyak 3 ekor. Sanitasi lingkungan pelabuhan
serta Potensi Penularan Penyakit Berbasis Tikus dan Pinjal di Pelabuhan Laut
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan kepadatan tikus dengan
pinjal serta potensi penularan penyakit berbasis tikus dan pinjal di Pelabuhan
C. Tujuan
a. Tujuan umum
potensi penularan penyakit berbasis tikus dan pinjal di Pelabuhan Laut Tenau
b. Tujuan khusus
tahun 2018
D. Manfaat
vektor penyakit yang ditularkan tikus dan pinjal di wilayah Pelabuhan laut
maupun Udara.
Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi peneliti dimasa yang
akan datang tentang hubungan kepadatan tikus dengan pinjal pinjal serta
4. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tikus
1. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang pengerat, termasuk suku Muridae, merupakan
berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam dan kelabu, tetapi ada juga yang
Menurut Priyambodo (Sigit, 2006, h. 195) tikus adalah satwa liar yang
2. Klasifikasi Tikus
Tikus termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia (hewan
dalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat), sub ordo Myomorpha, family
Muridae, dan sub family Murinae, (Depkes RI, 2008). Untuk lebih jelasnya,
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Sub kelas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Myomorpha
Family : M uridae
Sub famili : Murinae
Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus
Spesies : Bandicota
bangalensis, bandicota
8
indica, Mus muscullus,
Rattus arginteventer, Rattus
exulans, Rattus norvegicus,
Rattus rattus diardii, Rattus
tanezimu, Rattus tiomanicus
3. Jenis-jenis Tikus
Tikus dapat di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Tikus besar (rat), contoh : Rattus Novergicus (Tikus riol), Rattus rattus
sangat luas, dari pantai hingga gunung (0-2000 mdpl). Sarang tikus
10
vegetasi rapat, padang ilalang, hingga tanah berbatu tidak bervegetasi dapat
dijadikan hunian tikus. Lingkungan berair, seperti rawa-rawa, got, saluran air
mewah dapat ditemukan tikus berkeliaran atau bersarang. Oleh karena itu ada
atau sub spesies, misalnya tikus rumah untuk R. tanezumi, tikus ladang untuk
pasar, terminal, stasiun dan Bandar udara. Tikus menyukai tempat gelap
hasil panen atau pakan ternak. Contoh tikus rumah R. tanezumi, tikus got
dan salivatik. Begitu pula sebaliknya, bahkan jenis tikus silvatik dapat
aktif pada malam hari untuk mencari makan. Untuk itu memerlukan suatu
kemampuan yang khusus agar bebas mencari makan dan menyelamati diri
lainnya.
a) Indera penglihatan
dikendalikan.
b) Indera Penciuman
lainnya.
c) Indera perasa
13
ppm
d) Indera peraba
disebut tigmotaksis
e) Indera pendengar
kedua pada suara ultrasonik yang dihasilkan oleh tikus 100 kHz
2) Kemampuan Fisik
a. Menggali
b. Memanjat
tikus rumah yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih
d. Menggerogoti
15
mutunya rendah.
saluran air bawah tanah, sungai dan arial lain yang basah.
tanda yang menunjukan kemungkinan adanya tikus yang antara lain sebagai
berikut :
Bekas gigitan yang ditinggalkan tikus pada benda yang terbuat dari
kayu atau kain. Biasanya dapat dilihat pada pintu, jendela dan
bekas-bekas lain.
Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang
sama (jalan antara sarang dan tempat mencari makan) dan biasanya
Jarang tikus menyebrang ruangan. Bekas jalan (run ways) tikus ini
berminyak
e) Kotoran (dropping)
Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas. Bekas kaki yang
f) Suara (voice)
17
mencicit di atas rumah. Setelah hari menjadi gelap atau saat mereka
Dengan ditemukannya tikus yang telah mati dan yang masih hidup
h) Sarang (nest)
7. Morfologi Tikus
ordo yang terbesar dari kelas mamalia karena memiliki jumlah spesies yang
terbanyak yaitu ± 2000 spesies atau (40 %) dari 5000 spesies untuk seluruh
kelas mamalia. Dari 2000 spesies rodensia ini hanya kurang lebih 160 spesies
tikus yang ada di Indonesia dan hanya 9 spesies yang paling berperan sebagai
Dari kesembilan spesies tersebut, hanya empat spesies yang menjadi hama
Tabel II.1. Ciri – ciri morfologi dari Rattus Norvegicus, Rattus Rattus Diardi
dan Mus Musculus
Relatif kecil,
Besar, tegak, tipis,
separoh tertutup Tegak, besar untuk ukuran
dan tak berambut,
Telinga bulu, binatang,
25-
jarang lebih dari 15mm/kurang
28 mm
20-23 mm
Bulu Bagian punggung Abu-abu Satu sub spesies abu-abu cokelat
abu-abu kecoklatan sampai bagian perut, keabu-abuan,
19
kehitaman bagian
punggung, bagian
kecoklatan, perut Lainnya : keabu-abuan bagian
keabu-abuan kemungkinan punggung dan putih keabu-
bagian perut putih atau abu- abuan bagian perut
abu, hitam keabu-
abuan
Sumber : Depkes RI, 2015
d) Panjang total, dari ujung hidung sampai ujung ekor (total leght = TL)
g) Panjang telinga, dari pangkal daun telinga sampai ujung daun telinga
(Ear = E)
i) Jumlah puting susu pada binatang betina (Dada) + perut (p) = jumlah
puting susu di pasangan bagian dada dan perut. Contoh 2+3 =10 artinya 2
buah.
8. Reproduksi tikus
20
sangat pendek dan berulanga-ulang dengan jumlah anak yang banyak, pada
setiap kebuntingan. Keadaan semacam ini dapat dilihat pada gambar 2 dan
B. Kepadatan Tikus
untuk mengetahui jumlah populasi tikus yang ada serta dampaknya pada
yang ada dan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, trapp succes dihitung
5
Trap succes= x 100 %=10 %
50
Tahun 2017 adalah harus kurang dari 1%. Namun untuk pelabuhan laut maupun
disekitar rumah ± 10 sampai 30 feet dari sekitar sarang sedang tikus atap dan
pembuat sarang. Apabila makanan sulit diperoleh karena kebakaran, banjir atau
berakhirnya musim cocok tanam, maka tikus-tikus itu akan berkeliaran lebih
jauh lagi. Biasanya tikus-tikus tidak senang ditempat yang ramai (misalnya
gaduh oleh suara mesin), melainkan senang hidup pada tempat-tempat yang
terdapat banyak sumber makanan dan makanan sisa, seperti di tempat sampah,
perkembangan tikus, umur dan aktifitas tikus suhu harian lebih dari 30 0C dengan
perkembangan hidup tikus adalah suhu harian berkisar antara 200C - 300C
sayuran, dan hampir seluruh makanan yang disimpan didalam gudang atau
bahan makanan yang ada di pasar. Merekapun menyukai jagung yang dikupas,
harum dari kebanyakan makanan yang dimakan oleh manusia. Mereka hanya
makan sedikit setiap kali makan. Seekor tikus yang lapar, akan makan hampir
apa saja yang ditemuinya disamping itu tikus suka mengerat barang-barang
keras atau sekedar mengasah giginya yang tumbuh terus. Kebanyakan tikus-
tikus ini makan dan berkeliaran dimalam hari, untuk sekor tikus yang dilihat
oleh seseorang mungkin ada sebanyak 20 sampai 30 ekor tikus yang tak tampak
(Sigit, 2006).
4) Intensitas cahaya
Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan mempunyai
jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar liang
(Sigit, 2006).
C. Ektoparasit
Insecta), dan lainnya adalah kelompok akari (Kelas Arachnida) seperti caplak
Kelompok parasit ini juga meliputi parasit yang sifatnya tidak menetap
pada tubuh inang, tetapi datang - pergi di tubuh inang. Adanya sifat berpindah
inang tentu tidak berarti ektoparasit tidak mempunyai preferensi terhadap inang.
artropoda ektoparasit, yaitu serangga (pinjal dan kutu), serta tungau (larva
tungau, tungau dewasa, dan caplak) pada rodensia, khususnya tikus, baik tikus
1) Pinjal
Pinjal adalah jenis serangga yang masuk dalam ordo sipnoptera yang
2009)
Gambar 3. Pinjal
2) Kutu
menempel pada rambut inang. Tubuh kutu terbagi 3 bagian yaitu kepala,
dada ,perut, berukuran 0,5 mm – 1 mm. Kutu pipih dibagian perut (dorso
ventral) dan kepala lebih sempit dari pada dada, tidak bersayap dan di
Gambar 4. Kutu
3) Caplak
Caplak adalah sejenis kutu hewan yang termasuk kedalam kelompok laba-
dan ixodidae (caplak keras). Pada caplak keras dibagian depan (anterior)
Gambar 5. Caplak
4) Tungau
26
tubuh tikus terutama di badan bagian atas dan bawah. Larva tungau
berukuran tidak lebih dari 0,5 mm, berkaki tiga pasang, bergerak pasif,
Gambar 6. Tungau
tersebut.
D. Pinjal
1. Pengertian Pinjal
27
Pinjal adalah jenis serangga yang masuk dalam ordo sipnoptera yang
secara morfologi berbentuk pipih lateral dan berukuran kecil (Sembel, 2009).
2. Klasifikasi Pinjal
Ordo siphonoptera terdiri dari 16 famili, 200 genus dan 1800 jenis
Kelas : Insekta
Ordo : siphonatera
Famili :Pulicidae
Genus : Xenopsyla
Spesies : Xenopsylla cheopis,Xenopsylla astria,
3. Morfologi Pinjal
Menurut soviana (Sigit, 2006) pinjal yang masuk ke dalam sub spesies
belakang lekuk antena. Kaki belakang dari sub spesies ini terdiri dari enam
ruas dorsal dan manubriumnya tidak melebar di apical, sedangkan pinjal yang
masuk ke dalam sub spesies C. felis formatipica memiliki dahi yang pendek
dan melebar serta membulat di anterior. Pinjal pada sub spesies ini memiliki
jajaran rambut satu sampai delapan yang pendek di belakang lekuk anten. Kaki
belakang dari pinjal ini terdiri atas tujuh ruas dorsal dan manubrium melebar di
apical.
berbentuk pipih bilateral dengan panjang 1,5 - 4,0 mm, yang jantan biasanya
lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap
darah. Pinjal mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen thoraks dikenal
28
jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal.
Sedangkan tepat diatas alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri
kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri tersebut sangat
ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang
jantan mempunyai alat seperti per melengkung, yaitu aedagus atau penis
berkitin di lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti
jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang
dengan tiga silet penusuk (epifaring dan stilet maksila). Pinjalmemiliki antena
yang pendek, terdiri atas tiga ruas yang tersembunyi ke dalam lekuk kepala.
sempurna karena daur hidupnya melalui 4 tahap yaitu telur, larva, pupa,
dewasa.Pinjal betina dapat bertelur pada tubuh inang atau meninggalkan tubuh
inang, tergantung dari jenisnya, demikian pulah jumlah telur yang dikeluarkan
oleh setiap jenis pinjal berbeda-beda. Pinjal betina Echiophaga gallnica dan
29
pinjal pasir tunga penetrans masuk kedalam kulit inang untuk bertelur didalam
luka yang dibuatnya, sedang Senopsylla cheopis bertelur di antar rambut inang,
jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3 - 18 butir. Seekor
pinjal betina Xenopsylla cheopis mampu bertelur 2 - 6 kali sebanyak 300 - 400
butir selama hidupnya atau bahakan lebih, sedang Cteno cephalides dan Pulexs
iritans bertelur sebanyak 448 butir selama 196 hari. Peletakan telur terjadi
Telur pinjal berukuran 0,4 - 0,5 mm, bentuk oval berwarna putih dan
saat akan menetas berwarna kuning kecoklatan karena telur tersebut kering,
sarang, lantai karpet dan lain-lain. Dalam kondisi normal telur pinjal akan
antara 2 - 6 mm dan berwarna putih, badannya terdiri atas kepala tiga ruas
thoraks dan sepuluh ruas abdomen. Type mulutnya pengunyah yang terdiri dari
sepasang madibula. Pada tahap ini pekah terhadap sinar matahari sehingga
pada suhu tinggi dan kelembaban rendah larva cepat mati karena tidak dapat
dengan merobek bagian tengah kokon, setelah pinjal dewasa dapat hidup
selama 2 bulan.
5. Jenis-Jenis Pinjal
Beberapa jenis Pinjal dan Tikus yang menjadi Inangnya dapat dilihat
6. Ekologi Pinjal
hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebih tinggi selama musim dingin
dan lebih rendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu di luar dan
b) Cahaya
Pinjal jenis ini biasanya tidak mempunyai mata, sebaliknya pinjal yang
c) Parasit
pinjal di sarang tikus. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10-
15ºC hanya bertahan hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal bakteri
d) Predator
32
dewasa.
7. Indeks Pinjal
investasi rata-rata dari pinjal yang ditemukan pada tikus yang diperiksa disebut
Indeks Umum Pinjal, sedangkan dan kepadatan jenis pinjal tertentu disebut
Indek umum pinjal adalah jumlah pinjal umum (semua pinjal) dibagi
dengan semua tkus yang tertangkap dan diperiksa. Adapun Indeks pinjal
khusus adalah jumlah pinjal Xenopsylla Cheopis dibagi dengan jumlah tikus
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, perhitungan jumlah pinjal dikenal dua jenis
Tahun 2017 adalah harus kurang dari 2%. Namun untuk pelabuhan laut maupun
2014). Suatu penyakit menular dikatakan mempunyai potensi untuk menular jika
terdapat salah satu faktor penting yaitu faktor penyebab (agent), sumber penularan
penyebab penyakit. Sumber penularan orang atau hewan yang dapat membawa
atau menyebabkan penyakit pada orang lain, dalam hal ini disebut reservoir
adalah suatu mekanisme dimana agent atau penyebab penyakit tersebut ditularkan
dariorang ke orang lain, atau dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan
ini melalui berbagai cara yaitu melalui kontak langsung, udara, makanan atau
2001, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapai dengan fasilitas
masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi
emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-
kerugian besar baik pada sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya, maupun
KKP merupakan Unit Pelaksanaan Teknis pusat yang berada di bawah dan
/bandara dan lintas batas darat serta pengendalian dampak resiko lingkungan
2 area yaitu :
Perimeter area merupakan daerah yang dilingkupi oleh garis khayal yang
Pelabuhan Laut Tenau Kupang adalah sejauh 90 meter dari garis pantai
Buffer area merupakan daerah yang berda di luar perimeter ditarik garis
keliling radius 400 meter dari garis perimeter dan bertindak sebagai daerah
G. Kerangka Konsep
menular lama yang muncul kembali (new emerging disease). Adanya potensi
Pinjal, Kutu, Caplak, dan Tungau yang juga sangat berpengaruh terhadap
peranan penting sebagai vektor penyakit Pes. Kepadatan pinjal dalam tubuh
bersumber tikus dan pinjal maka perlu untuk melakukan pengamatan terhadap
Angka Kepadatan tikus dan Indeks Pinjal sebagai peringatan untuk siap
Spesies/Jenis
Tikus
Pelabuhan
-Buffer area Tikus
-Perimeterarea Potensi
Kebiasaan dan Kepadatan penularan
Habitat tikus penyakit
Kutu
: Variabel indipenden yang diteliti
Ektoparasit Caplak
: Variabel independen yang tidak diteliti
: Variabel Dependen yang diteliti
Tungau
39
3. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara observasi atau
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu sejak bulan April
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tikus dan pinjal yang ada
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua tikus dan pinjal yang
40
41
D. Definisi Operasional
1. Jenis Data
a) Data Primer
sendiri oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi yaitu data
yang didapat langsung dari hasil survey tikus dan pinjal di wilayah
Pelabuhan Laut Tenau Kupang Tahun 2017 yaitu jumlah tikus yang masuk
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi,
sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain misalnya pada peneitian
Alak.
dampingi oleh 1 (satu) orang pendamping visitor dari PT Pelindo III selaku
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang dan 3 orang rekan mahasiswa dari
a. Pemetaan
Tenau Kupang dan penentuan titik sampel di area perimeter dan area
buffer.
(dropping), bekas gesekan (rub mark), suara (voice), tikus hidup dan
tikus mati (live and death rat), sarang (nest). Sedangkan pada area
nomor, pada form pemetaan dicatat kode dan nomor rumah serta nama
tertata rapi.
ukuran, manfaat daun dan tekstur daun) dan rimbunan tanaman (semak,
lokasi penelitian tidak terdapat hutan dengan vegetasi rapat, tidaka ada
burung hantu dan ular sebgai predator utama tikus namun banyak
bahan yaitu perangkap hidup tikus tikus (life trap) dan pemasangan
umpan roti dan ikan kering. Jumlah perangkap yang harus dipasang di
titik sampel pada sore hari antara pukul 15-17.00 dan akan diambil
kantong kain dan diberi label. Perangkap bekas berisi tikus kemudian
tersebut diberikan umpan dan dipasang kembali pada tempat yang telah
di tentukan pada satu hari berikutnya pada pukul 16.00 dan diambil
hidup (life trap) untuk menangkap tikus, kunci identifikasi tikus, kunci
pencatatan data seperti Instrumen Pengamatan Infestasi Tikus dan Form Hasil
Microsoft Word dan Microsoft Excel. Data yang terkumpul akan mengalami
cleaning (pembersihan).
2. Analisis Data
47
hubungan (asosiasi atau korelasi) antara dua variabel yang keduanya bertipe
dan persentase dari tiap variabel, yaitu pada variabel spesies tikus dan
pinjal, kepadatan tikus dan indeks pinjal. Kemudian digunakan analsis Chi
Kuadrat ( Chi Square), karena rumus yang digunakan mengandung nilai Chi
C=
√ χ2
N+χ ²
48
Keterangan :
C = Koefisien
N = jumlah sampel
Keterangan :
adalah erat. Sebaliknya jika lebih kecil, maka ketergantungan kurang erat,
C maks=
√ m−1
m
49
Keterangan :
3. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
50
BAB IV
A. Hasil
Kecamatan Alak Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan hak
terbesar di Provinsi NTT dan merupakan salah satu sentra perekonomian bagi
123º32’03 Bujur Timur. Ketinggian antara 1-4 m dari atas permukaan laut
(dpl). Luas lingkungan kerja pelabuhan Tenau Kupang ±2.681,70 Ha, dengan
2 area yaitu :
50
51
a) Daerah Perimeter
pantai ditarik secara radial ke arah luar yang meliputi: gedung perkantoran,
(pembatas) pelabuhan.
penumpukan peti kemas merupakan area yang hanya bisa dimasuki oleh
banyak aktifitas penting yang dilakukan setiap hari. Dengan kata lain ketiga
area ini steril dan bebas tikus sehingga pemasangan perangkap tikus (Life
Trap) hanya dilakukan pada gudang bengkel, gedung terminal dan kios-
bekas seperti bangkai mobil truk, tumpukan pagar bekas, botol bekas, serta
barang bekas lainnya yang berserakan dan tertumpuk tidak rapi. Sebagian
52
ruangan gudang bengkel dijadikan kamar tidur oleh pekerja yang bertugas
kamar mandi dan ruang pemeriksaan kesehatan yang sudah tidak terpakai
lagi digunakan untuk menumpuk kursi, meja, alat pembersih yang rusak
dan kotoran tikus. Pada kios-kios serta lapak pedagang digunakan untuk
hanya pada saat ada jadwal kapal penumpang) namun sebagian kios
Tumpukan barang yang tersusun tidak rapi serta banyak aktifitas yang
dilakukan maka semakin banyak pula sampah yang akan dihasilkan. Jika
tidak dikelola dengan baik maka dapat dijadikan sarang bagi tikus. Keadaan
b) Daerah Buffer
garis keliling sejauh radius 400 meter dari garis perimeter dan bertindak
buffer terdiri dari gedung perkantoran, rumah makan dan rumah warga
53
permanen. Kondisi bangunan ada yang bahan kayu dengan atap daun
lontar dan berlantai tanah dan ada juga yang beton permanen. Disekitar
cukup baik dimana tersedia tempat sampah serta saluran pembuangan air
berlantaikan tanah serta tumpukan barang yang tidak tersusun dengan rapi
samping rumah makan. Keadaan ini menjadi salah sau faktor pendukung
makan makanan yang disenagi manusia serta akan membuat sarang yang
buffer Pelabuhan Laut Tenau Kupang pada bulan Mei 2018 dapat dilihat
Gedung terminal 12 1 0 0 0 1 2
Lapak pedagang 20 3 2 1 1 1 8
Total 50 6 3 1 2 2 14
Area Buffer
Rumah makan 12 3 2 1 1 1 8
Perkantoran 8 1 1 0 0 0 2
Rumah warga 30 3 2 5 2 2 14
Total 50 7 5 6 3 3 24
Total Perimeter +
100 13 8 7 5 5 38
Buffer
Pada tabel IV.1 diketahui total jumlah tikus yang diperoleh selama
sebanyak 24 ekor.
55
b) Spesies Tikus
dan 1 (satu) jenis celurut. Spesies tikus yang ditemukan yaitu : Rattus
(sembilan) ekor spesies tikus ini ditemukan pada lokasi bangunan yang
bawah ini:
Keterangan : Rd = Rattus diardii Ra= Rattus alexandrinus Re= Rattus exulans Rr=Rattus rattus
Mm=Mus musculus Rn=Rattus novergicus Rf=Rattus frugivorus Bi=Bandicota Indica
Bb=Bandicota Bangalensis
penumpang yaitu 2 ekor. Sedangkan pada area buffer jumlah tikus paling
banyak ditemukan pada rumah warga yaitu 14 ekor dan paling sedikit
paling banyak ditemukan dalam hasil penelitian ini adalah Rattus Diardii
c) Spesies Pinjal
Pelabuhan Laut Tenau Kupang bulan Mei tahun 2018 ditemukan 7 (tujuh)
pinjal yaitu Xenopsylla Cheopis dan Pullex Iritans di Pelabuhan laut tenau
ini:
57
Tabel IV.3. Distribusi Spesies Pinjal berdasarkan Spesies Tikus dan Area
Penangkapan di Pelabuhan Laut Tenau Kupang Tahun 2018
Σ Tikus Σ Pinjal
Spesies Tikus yang Spesies Pinjal yang
yang yang %
Disisir Diperoleh
Disisir Diperoleh
Area Perimeter
Rattus Diardi 5 1 14,2 Xenopsylla Cheopis
Rattus exulans 1 1 14,2 Xenopsylla Cheopis
Mus musculus 1 1 14,2 Xenopsylla Cheopis
Rattus Frugivorus 2 1 14,2 Xenopsylla Cheopis
Bandicota Indica 2 - - -
Bandicota bangalensis 1 - - -
Rattus alexandrinus 2 1 14,2 Xenopsylla Cheopis
Jumlah 14 5 100
Area Buffer
Rattus Diardi 5 - - -
Rattus exulans 1 - - -
Rattus Novergicus 3 - - -
Mus musculus 5 - - -
Bandicota Indica 1 - - -
Rattus rattus 3 1 50,0 Pullex Iritan
Rattus alexandrinus 6 1 50,0 Xenopsylla Cheopis
Jumlah 24 2 100
Total 38 7 100
ekor tikus yang disisir diperoleh 5 ekor pinjal. Sedangkan pada area buffer
dari 24 ekor tikus yang disisir diperoleh 2 ekor pinjal. Adapun spesies
Iritan (1 ekor).
58
a) Kepadatan Tikus
38
¿ x 100 %
500 x 5
38
=¿
500
¿ 7,6 %
59
b) Indeks Pinjal
terdapat indeks pinjal dengan kategori tinggi dan indeks pinjal dengan
berikut :
Tabel IV.5 Distribusi Indeks Pinjal Per Hari Selama 5 Hari Penangkapan
Berdasarkan Kategori di Pelabuhan Laut Tenau Kupang
Tahun 2018
Jumlah Tikus Jumlah Pinjal Indeks
Hari Kategoi
yang Disisir yang Didapat Pinjal
I 13 3 0,23 Tinggi
II 8 1 0,125 Tinggi
III 7 2 0,28 Tinggi
IV 5 1 0,2 Tinggi
V 5 0 0 Rendah
Total 38 7 0,184 Tinggi
7
¿
38
=0,184
Laut Tenau Kupang tahun 2018 dapat dilihat pada tabel IV.6 dibawah ini :
indeks pinjal tinggi sebanyak 4 (80%) dan kepadatan tikus tinggi dengan
indeks pinjal rendah ada 1 (20%). Sedangkan kepatan tikus rendah dengan
indeks pinjal tinggi dan kepadatan tikus rendah dengan indeks pinjal rendah
tidak ada (0%). Hasil uji Chi-Square pada Fisher’S Exact test menunjukkan
bahwa nilai p-value sebesar 1,000. Karena nilai p-value (1,000) < Alpha
(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Kepadatan
Kepadatan Tikus dan Pinjal tdak memiliki keeratan hubungan, karena pada
0,184. Sesuai dengan International Health Regulation (IHR) 1969 revisi 2005
yang menyatakan bahwa indeks pinjal dan kepadatan tikus pada area
pelabuhan udara dan peabuhan laut, baik buffer maupun perimeter area harus
0 (nol) maka Pelabuhan Laut Tenau Kupang termasuk dalam wilayah yang
Banglensis dan 1 (satu) jenis Celurus yaitu Suncus Murinus. Kemudian dari
hasil penangkapan tikus dilakukan penyisiran pada tubuh 38 ekor tubuh tikus
tertangkap dan diperoleh 7 ekor pinjal yang terdiri dari 1 ekor Pulex iritans
spesies tikus yang ditemukan di wilayah Pelabuhan Laut Tenau Kupang bulan
dalam membawa penyakit berbasis tikus dan Pinjal di Pelabuhan Laut Tenau
Kupang.
B. Bahasan
a) Spesies Tikus
hitam dan kelabu tetapi ada juga yang berwarna putih. Para ahli
(hewan yang mengerat), sub ordo Mymorpha, family Muridae, dan sub
perangkap hidup tikus (life trap) diperoleh total 38 ekor tikus dengan
dan rumah makan tidak tertata dengan rapi. Banyak bahan dan barang
bekas pada gudang pelabuhan yang juga tertumpuk tidak rapi sehingga
Selain itu sampah sisa jualan yang sengaja dibuang sangat mendukung
dibandingkan tikus jantan disebabkan oleh sifat tikus betina yang lebih
cenderung lebih mudah ditangkap. Jumlah tikus betina yang lebih tinggi
apabila dilihat sepintas mirip dengan tikus kecil atau mencit, tetapi bila
b) Spesies Pinjal
66
buffer, dari 7 spesies yang tertangkap hanya 2 ekor spesies tikus yang
ini lebih suka pada tikus rumah dikarenakan kondisi kering pada sarang
tidak dapat bertahan lama pada kondisi lingkungan yang lembab dengan
pinjal namun ditemukan pula ektoparasit lain seperti caplak, tungau dan
tikus untuk diketahui pinjal yang ada dan dapat digunakan untuk
adalah 7,6%. Hal ini berarti kepadatan tikus di wilayah Pelabuhan Laut
dikatakan tinggi jika >1%. Namun khusus untuk wilayah pelabuhan laut
baik, umpan yang tepat dan Kepadatan tikus yang relatif tinggi.
69
b) Indeks Pinjal
dan kepadatan tikus pada area pelabuhan udara dan pelabuhan laut
haruslah 0 (nol).
pinjal dengan rincian 5 ekor di area perimeter dan 2 ekor di area buffer.
Jika mengacu pada penelitian Mescht maka mikro dan curah hujan di
salah satu faktor yang mendukung ekologi pinjal yaitu suhu dan
kelembaban.
hospes (tikus dan mencit) yang ditumbuhi rambut. Pinjal dewasa hidup
sebagai parasit, yang muda (pra dewasa) hidup ditanah atau daun semak-
jumlah pinjal. Karena tikus merupakan tempat hidup (hospes) bagi pinjal
kepadatan tikus dengan pinjal tidak memiliki hubungan yang Kuat. Hal ini
tubuh tikus. Dari hasil penyisiran 38 ekor tubuh tikus dan celurut yang
paling dominan. Selain itu proses mematikan tikus yang telah tertangkap
memperoleh jumlah pinjal yang diperoleh. Jika tikus yang telah dimatikan
tidak segera dilakukan penyisiran maka tubuh tikus akan dingin sehingga
tinggi hanya terjadi pada Inang yang secara Filogenetik masih berkerabat
interaksi ini pinjal dewasa selalu hidup menempel pada permukaan tubuh
pinjal menyukai mamalia yang hidup di dalam sarang, lubang dan gua yang
terinfeksi pinjal. Hal ini sesuai dengan kebiasaan dan habitat tikus yang suka
pemukiman manusia. Hal ini sesuai dengan berbagai studi yang mengatakan
tikus maka semakin tinggi pula indeks pinjal sebab pinjal senantiasa
kepadatan Inangnya.
jika terdapat salah satu faktor penting yaitu faktor penyebab (agent), sumber
73
penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau dari
reservoir kepada induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara
yaitu melalui kontak langsung, udara, makanan atau minuman serta mealui
vektor.
seperti kutu, pinjal, caplak dan tungau masih sangat sedikit mendapat
emerging disease yang penting dan perlu untuk lebih diperhatikan dengan
menyatakan bahwa indeks pinjal dan kepadatan tikus pada area pelabuhan
udara dan peabuhan laut, baik buffer maupun perimeter area harus 0 (nol).
Laaut Tenau Kupang termasuk daerah reseptif atau daerah berpotensi karena
penyakit yaitu tersedia Host dan environment namun Agent belum ada.
a. Infeksi Hantavirus
Pelabuhan Laut dan 2 (dua) daerah pedalaman di Indonesia. virus ini telah
genetik strain baru Virus Hantaan asal Indonesia (Jakarta) yang didapat
75
ditemukan.
b. Scrub typhus
survei tikus dan ektoparasitnya di daerah baru terutama bekas hutan dan
manusia. sera positif scrub typhus positif pada hewan ditemukan pada
c. Murine typhus
Rattus Novergicus adalah yang teringgi 38,0% (Ima Nurisa et.al., 2002).
d. Pes
Cheopis.
e. Leptospirosis
1971 (Fresh dkk, 1977). Penyakit ini diketahui menyebar pada tikus
komensal. Pada awal tahun 2002 terjadi banjir besar di jakarta yang diikuti
142 ekor tikus yang ditangkap setelah kejadia luar biasa tersebut terdiri
dari Rattus Novergicus, Rattus diardii, Rattus Exulans dan suncus murinus
f. Salmonellosis
g. Schistosomiasis
77
5. Hambatan Penelitian
menyebabkan perangkap tikus (life trap) tidak lagi berada pada jalur
b) Perangkap yang sudah pernah dimasuki oleh tikus pada hari pertama
tidak lagi dimasuki tikus di hari berikutnya. Hal ini dikarenakan pada
78
saat tikus terjebak dalam perangkap (life trap) dan dalam keadaan
c) Jenis Perangkap tikus hidup (life trap) sangat peka terhadap sentuhan
umpan yaitu ikan kering dan roti sehingga kurang efektif. Dalam
umpan lainnya yang efektif bila digunakan yaitu kelapa bakar dan
kacang.
79
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
7,6% dan indeks pinjal di Pelabuhan Laut Tenau Kupang Tahn 2018
yaitu 0,184.
B. Saran
79
75
1. Bagi kantor Kesehatan Pelabuhan agar dapat melakukan survey
kepadatan tikus dan Pinjal secara rutin sehingga diperoleh data yang
Pelabuhan.
untuk dapat bekerja sama dengan Pihak KKP Kelas III Kupang dan lintas
sektor lain dalam menekan kepadatan tikus dan pinjal dengan melakukan
masyarakat.
81
DAFTAR PUSTAKA
Carney, W.P., Purnomo, M. Soedomo, P.F.D. Van peneenand J.S . Saroso. 1974.
Mammalian schistosomiasis in Indonesia. Proc. Third International
Congress of parasitology., Munich.
Dharma, Bernadinus. 2012. Survey Kepadatan Tikus Dan Pinjal Serta Potensi
Penularan Penyakit Di Pelabuhan Laut Tanjung Lontar Tenau Kupang.
Skripsi ; universitas Nusa Cendana
Priyotomo. 2015. Studi kepadatan tikus tikus dan ektoparasit di daerah buffer dan
perimeter Pelabuhan Laut Cilacap. Universitas Diponegoro. Vol 3 No 2
(ISSN: 2356-3346). http/ejournal-s1. Undip.ac.id.
Raharjo, Jarohman. 2012. Studi Kepadatan Tikus dan Ektoparasit (Fleas) Pada
Daerah Fokus dan Bekas Pes. Prosiding Seminar Kesehatan Nasional;
Ristiyanto, Ima Nurisa. 2004. Penyakit bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit) di
Indonesia. Jurnal ekologi kesehatan Vol 4 No 3 (ISS :2354-8754)
https://www.ejournal.litbang.depkes.go.id
Ristiyanto, T.R. Hadi, dan Hermanus Man. 1994. Survey tikus dan Ektoparasit
serta peranannya dalam penularan penyakit virus Hantaan di
Pelabuhan Maumere, Flores. Maj Parasitol. Ind. 7(2):45-52
S Dasi, Arfah. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Tikus di Pasar Oeba
Kota Kupang. Fakultas kesehatan Masyarakat. Skripsi. Kupang :
Universitas Nusa Cendana
Van der Mescht L, le Roux PC, Matthee CA, Raath MJ, Matthee S. The influence
of life history characteristics on flea (Siphonaptera) species distribution
models. Parasit Vectors
Lampiran
LAMPIRAN
86
87
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Persiapan dan pemberian umpan perangkap Pemasangan perangkap hidup (Life trap)
Lampiran 5
HASIL PENGUKURAN
Keragaman Ektoparasit %
Spesies tikus total
ΣP % ΣK % ΣC % ΣT %
Area Perimeter
Rattus Diardi 1 14,2 3 25 0 0 2 15,3 6 12,0
Rattus exulans 1 14,2 0 0 1 7,6 4 40,7 6 12,0
Mus musculus 1 14,2 0 0 1 7,6 0 0 6 12,0
Rattus 1 14,2 1 8,3 3 23,0 2 15,3 7 14,0
Frugivorus
Bandicota 0 0 2 16,6 1 7,1 0 0 3 6,0
Indica
Bandicota 0 0 2 16,6 2 15,3 2 15,3 6 12,0
bangalensis
Rattus 1 14,2 0 0 3 23,0 2 15,3 6 12,0
alexandrinus
Celurut 2 28,0 4 33,3 3 23,0 1 7,6 10 20,0
Jumlah 7 100 12 100 14 100 13 100 50 100
Area Buffer
88
89
I 100 13 13
II 100 8 8
Tinggi
III 100 7 7
IV 100 5 5
V 100 5 5
ΣTikus tertangkap
Kepadatan tikus hari ke- I Kepadatan Tikus= x 100 %
jumlah perangkap x hari
13
¿ x 100 % = 13 %
100 x 1
8
x 100 % = 8 %
100 x 1
7
x 100 % = 7%
100 x 1
89
90
5
x 100 % = 5%
100 x 1
5
x 100 % = 5 %
100 x 1
4. Indeks Pinjal Per Hari Berdasarkan Jumlah Tikus Yang disisir Per
Hari Selama Penangkapan Tikus di Pelabuhan Laut Tenau Kupang
Tahun 2018
Lampiran 1
KEMENTRIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDRAL PCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS IIIKUPANG
Alamat : Jalan Adisucipto-Penfui-Kupang-NTT Telp: (0380) 881021 Email :kkp.Kupang@yahoo.Com
Ect : Voice/urine
Mengetahui,
Pejabat KKP Kelas III Kupang Entomolog/SaniterWilayah kerja
87
85
Lampiran 2
KEMENTRIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDRAL PCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS IIIKUPANG
Alamat : Jalan Adisucipto-Penfui-Kupang-NTT Telp: (0380) 881021 Email :kkp.Kupang@yahoo.Com
FORM HASIL PEMASANGAN PERANGKAP TIKUS
Wilayah kerja : Jumlah Hari Pemasangan : 1/ 2 /3 /4 /5
Tanggal kegiatan : Jumlah perangkap :
Lampiran 3
KUNCI IDENTIFIKASI TIKUS
9 Bandicotaind Abu – abugelap Abu – abugelap Semuanya gelap 200 -300 mm 80 -105 % 42 – 52 mm 48 – 58 mm 3+3=12 Tebing – tebing dekat
ica /sawomatang abu – sawah
abu, bulu kasar
dengan banyak
bristies (bulukeras)
89
10 Rattusargenti Coklat muda Kecoklatan Semuanya gelap ± 234 mm ± 180 % ± 36 mm ± 20 mm 3+3=12 Di sawah
venter
90
91
Lampiran 6
Hasil Uji Coefisen Contingency
Count
indeks pinjal
rendah 0 5 5
Total 0 0 0
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 5
a. 4 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.
Symmetric Measures
N of Valid Cases 5
91
92
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat IPPERTATEK
2. Anggota Forum Silaturahim Mahasiswa Islam Asy-Syifa FKM Undana