Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok
(Pertamina)
Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah
ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam
besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan
hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type
pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian
barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa
Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap
eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui
jumlah cadangan yang potensial.
Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu
bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut
sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah
dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.
Jenis
Mineral
Lokasi
Kabupaten/Kota
(Ton)
Bima
Sumbawa
Jumlah / Total
Tembaga
(Cu)
1. Batu Hijau
Sumbawa
Jumlah / Total
Pasir Besi
(Fe)
1,395
0,291
1,671
353,808
0,390
75,00
75,00
200,00
200,00
1,00
357,501
551,00
3,900
708,738
1,00
20,00
712,638
21,00
Kelas
Cadangan
Hipotetik
Hipotetik
Tereka
Terukur
Tereka
Terukur
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Bima
Bima
Bima
Bima
Bima
Bima
Jumlah / Total
Timbal
Luas
(Ha)
200,00
100,00
2.745,40
1.328,15
2.025,38
319,81
4.817,40
1.625,80
3.885,00
37,29
20,00
3,00
1,25
0,65
0,31
0,89
1,40
0,80
13,00
0,04
Hipotetik
Hipotetik
Hipotetik
Hipotetik
Hipotetik
Tereka
Hipotetik
Tereka
Terukur
Tereka
17.064,23 29,34
Lombok Tengah
2.450.000 2,00
Terukur
(Pb)
Jumlah / Total
2.450.000 2,00
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
Timbal
Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten
Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.
Pasir Besi
Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa
endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai
Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun,
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Perak
Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak
ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal
dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak
yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air
Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
= Sumber Daya Mineral Non Logam (Bahan Galian Mineral Industri)
dan Kemungkinan Pengembangannya
Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini
yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi
dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar
diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.
Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu,
Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara
tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin
Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan
untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan
kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan
pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata
Ruang.
Kemungkinan Pengembangannya
Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan
pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat
dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.
Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Komoditas
1. Andesit
Sumber Daya
Tingkat
Penyelidikan Jumlah (Ton)
Klasifikasi
Keterangan
Prospek
1.800.00
Pengamatan 49.040.00
Pendahuluan 1.024.001.554
235.051.000
Detail
Spekulatif
Merupakan Lava dan breksi
Hipotetik
ulkanik
Memungkinkan
Prospection 96.013.000
spekulatif
3 Batugamping Prospek
596.806.550
Pengamatan 341.711.000
Pendahuluan 127.612.500
spekulatif
Hipotetik
Hipotetik
4 Belerang
Pengamatan 275
Hipotetik
Lempung pengotor
5 Bentonit
Pengamatan 118.878.000
Hipotetik
6 Dasit
Pendahuluan 404.880.000
Hipotetik
7 Diorit
Pendahuluan 1.587.000
117.851.000
Pengamatan
Hipotetik
Hipotetik
8 Kalsedon
Pengamatan 37.700
Detail Expl. 36.000
Hipotetik
Terbukti
9 Kaolin
Pengamatan 6.016.000
Hipotetik
10 Lempung
Pengamatan
Pendahuluan
11 Marmer
Pengamatan
33.021.500 Hipotetik
Pendahuluan 1.336.626.000 Memungkinkan
36.726.000
Eksplorasi
Terbukti
2 Batuapung
Terbukti
497.279.000 Hipotetik
SiO2:19,529.302.900 Memungkinkan 60,72%:Al2O3:7,7423,35%,
Marmer dengan kuat tekan
600-800 kg/cm 2
Gamping kristalin dgn Kuat
tekan 836 kg/cm 2, untuk
Datail
12 Oker
Pendahuluan
13 Pasir
Pengamatan
Pendahuluan
Bercampur batuapung
-
Prospek
14 Pasir kwarsa Pengamatan
83.000 Hipotetik
8.000 Possible
15 Perlit
Pendahuluan
16 Pirofilit
Pengamatan
17 Sirtu
Pengamatan
Prospek
Eksplorasi
Datail
3.309.981 Hipotetik
2.230.000 Spekulatif
75.000 Terbukti
18 Toseki
Pengamatan
Pendahuluan
564.00 Hipotetik
468.000 Hipotetik
19 Trash
Eksplorasi
Datail
506.00 Terbukti
2.128.300 Spekulatif
84.332.000 Hipotetik
kehijauan transparan
-
Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
Sirtu
Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram;
Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur
Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang,
Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten
Sumbawa Barat; Dompu, Huu, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten
Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton.
Lempung
Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada,
Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut
Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu.
Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat
digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.
Andesit - Dasit - Diorit
Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di
kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria,
Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik,
Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang,
Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Huu, Dompu Kabupaten
Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan
Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Batugamping
Batuapung
Fosfat
Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping.
Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar
rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya
seperti pupuk.
Kaolin
Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui
diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan
SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.
Tras
Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat,
Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik
Kabupaten Lombok Timur.
Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu
baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir
adukan.
Toseki
Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Huu Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan
Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan
untuk glasir dalam industri keramik.
Gipsum
Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak
Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta
Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi
ini untuk bahan interior dan kedokteran.
Zeolit
Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat,
Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi
yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan
ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
Kalsit
Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten
Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik
sebagai bahan pemutih.
Marmer
Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape,
RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak
7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai
sebagai lantai dan batu hias/tempel.
Lokasi
Total (M)
Kabupaten Lombok
Barat
Kabupaten Bima
Kabupaten Dompu
7.578.123
637.500
6.000.000
95.999.500
19.235.000
Perlit
Endapan Perlit hanya terdapat di Doro Donggomasa, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi
sumber daya diperkirakan sebanyak 10.000.000 ton. Mutu endapan Perlit belum dilakukan
pemeriksaan yang terinci. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai campuran agregat
beton ringan dan partisi peredam suara.
Kalsedon
Bentuk endapan Kalsedon berbongkah-bongkah. Sebarannya terdapat di Doropapa, Doro Keri
dan Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 38.828 ton. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan gelas dan
setengah permata.
Belerang
Sebaran endapan Belerang terdapat di kawasan Gunung Rinjani, Kokok Putih. Potensi yang
diketahui adalah sebanyak 927 ton dengan kandungan Belerang antara
48.7 - 80.5%. Pemanfaatan bahan galian ini untuk industri pupuk, obat serta insektisida
Pengilangan
Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia
Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor
863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi
kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001).
Hipotetik
No
Prospek
(Mwe)
LOKASI
(Mwe)
Suhu
Reservoir
(C)
TYPE
AIR PANAS
H 2SO 4, HCl,
SO 4 Sulfat
75 100
Bikar-bonat
99 102
Bikar-bonat
Jumlah
300
365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan
Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih
dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi
angin atau kincir angin (Hybrid technology).
Kemungkinan Pengembangannya
Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor
listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi
untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan
cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap.
Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal)
Location
Capacity (MW)
Load Center
PLTA Beburung
20,4
Lobar Lotim
103,5
Sumbawa
16
Sumbawa
7,5
Lobar Lotim
PLTM Pekatano
68
Lombok Barat
PLTM Muntur
2,8
Sumbawa
PLTP Sembalun
39
Lombok Timur
PLTP Maronge
Sumbawa
PLTP Huu
36
Dompu
potensi energi angin sebesar 40 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit).
Gambar 2.5: Peta potensi Energi Angin Nusa Tenggara Barat (LAPAN)
Kemungkinan Pengembangannya
Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari
permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata
sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun).
Tabel 2.6: Energi Angin
Kecepatan
Rata-rata
(m/dtk)
Unit
Kaps (Watt)
Total Kaps.
(watt)
1 Dusun Selayar
Desa Gelanggang, Kabupaten
Lotim
3 - 7,5
1000
7000
3-5
3-5
No.
LOKASI
diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51
watt/m2/jam.
Kemungkinan Pengembangan
Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan
jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi.
Tabel 2.7: Potensi Energi Matahari NTB
No.
LOKASI
Radiasi
kwh/m 2 /hari
UNIT
TOTAL
KAPASITAS
WATT
THN
LOMBOK BARAT
1
4,51
75
4,125
98/99
Desa Pelangan
4,51
85
4,675
99/00
4,51
36
1,980
2001
196
10,780
10
500
2002
Sub Total
LOMBOK TENGAH
1
Ds.Senawang, Lunyuk
4,51
60
3,000
96/97
4,51
120
6,000
97/98
Ds Pelat, Sumbawa
4,51
51
2,805
2000
4,51
135
7,425
2001
4,51
17
935
2001
383
20,165
40
2,000
40
2,000
50
2,500
Sub Total
DOMPU
9
4,51
Sub Total
94/95
BIMA
10
4,51
95/96
TOTAL
639
35,945
Kabupaten
Kodya Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Jumlah
Sapi (ekor)
Kerbau
(ekor)
1.324
85.821
73.196
62.008
65.160
29.372
58.089
246
5.361
12.298
3.668
99.956
12.377
29.966
374.970
163.870
Kuda
(ekor)
22.259
5.711
5.838
7.861
34.966
4.840
10.619
Padi (Ton)
Kelapa
(Ton)
16.643
163.348
328.715
281.024
267.152
87.524
181.173
214,22
23..787,17
9.384,00
8.925,00
2.823,40
752,43
506,36
92.094 1.325.579
46.92,58
Kemungkinan Pengembangan
Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai
energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini
di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi
potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan
energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan
kotoran/persampahan.
POTENSI KELISTRIKAN
Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan agar sektor ketenagalistrikan dapat mandiri dalam
pendanaan, efisien dalam pengusahaan dan transparan dalam pengaturan.
Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam
kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto
(PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan
ketenagalistrikan.
Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut
Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB
No Uraian
1. Daya
Terpasang
Satuan Cabang
Satuan Mataram Sumbawa Bima
KLP
Sinar NTB
Rinjani
KW
113.681
28.427
24.512
10.346 166.620
2. Daya Mampu KW
59.060
14.085
15.365
3.240
95.461
3. Beban Puncak KW
69.608
13.803
14.205
4.308
96.787
4. Jaringan
Tegangan
Menengah
(JTM)
Kms
1.400.951
772,02
672.029
163.543 2.920,47
5. Jaringan
Kms
Tegangan
Rendah (JTR)
1.471.814
65,32
650.771
77.247 2.701,95
6. Jumlah
Pelanggan
Plg
158.036
65.375
69.913
16.501 330.970
7. Va
Tersambung
VA
244.281.356
8. Penjualan
KWH
344.997.406
915
360
330
223
1.605
KVA
95.566
23.349
23.961
8.650
142.876
11. Rasio
Elektrifikasi
37,63
76,47
5.130
--
56,77
12. Produksi
Sendiri
KWH
433.362.561
13. Pemakaian
Sendiri
KWH
8.749.983
11.845.124
kWh
KWh
disalurkan
987.779
2.107.362
421.517.437
14. Losess
KWH
76.520.031
15. % Losess
17.81
19.73
18.25
18.15
16. Desa
Berlistrik
Desa
328
148
668
17. Dusun
Berlistrik
Dusun 2.351
486
72
35
3.477
Sumber: PT. PLN (Persero) 2004, Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB 2004
Tabel 2.10: Jumlah pengusaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri (IUKS)
Jumlah
Pengusahaan
Total Daya
Keterangan
Terpasang (KW)
1. Lombok Barat
33
5.024,5
2. Lombok Tengah
1.000
3. Lombok Timur
325
4. Sumbawa
184.345
5. Dompu
873
6. Bima
330
39
191.897,5
No. Kabupaten/Kota
Total
Desa berlistrik NTB tahun 2002 sebesar 97,45 % dan dusun berlistrik sebesar 89,92 % sementara
ratio kelistrikan rumah tangga Provinsi NTB tahun 2002 masih relatif cukup rendah yaitu sebesar
42,5 %. Rendahnya ratio kelistrikan akibat dampak belum banyaknya rumah tangga yang
terpasang instalasi listrik. Jaringan distribusi PLN sebagian besar sudah melalui desa dan dusun
yang ada, namun kemampuan masyarakat dan PT. PLN (Persero) untuk melistriki rumah tangga
sangat terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan kedepan bagi PT. PLN (Persero), Pemerintah,
Investor dan Masyarakat dalam upaya bersama-sama meningkatkan ratio kelistrikan daerah
NTB.
Kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan wilayah kepulauan, merupakan
salah satu kendala yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan pembangunan
ketenagalistrikan yang efisien dalam satu sistem jaringan yang utuh. Keberadaan penduduk yang
lebih dari 80% di pedesaan dengan pola pemukiman berkelompok dan sangat tersebar
mengharuskan kita untuk mengembangkan kebijakan pembangunan ketenagalistrikan spasial
dalam satu sistem cluster yang bertumpu pada sumber energi setempat.
Rincian jumlah Dusun berlistrik pada masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara
Barat pada tabel berikut:
Berlistrik
Prosentase (%)
Belum
Berlistrik
Kota Mataram
247
100,00
Lombok Barat
490
72
87,18
Lombok Tengah
827
158
83,95
Lombok Timur
789
42
94,94
Sumbawa
461
43
91,46
Dompu
169
31
84,50
Kab./Kota Bima
421
44
91,99
3.454
390
89,92
Total
Pembangkit
Daya Terpasang
Daya Mampu
1. PT. Newmont NT
a. Diesel
b. Uap
47.025 MW
137.320 MW
46.017 MW
136.915 MW
2. Captive Power
25.842 MW
20.803 MW
3. Air
0,206 MW
0,165 MW
4. Surya
0,129 MW
0,103 MW
5. Angin
0,007 MW
0,005 MW
210.187,342 MW
203.735,273 MW
JUMLAH
Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan pasar
mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit,
jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon
pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar
tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan.
= Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan :
Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25
MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan
Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN
Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain
Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit
Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal
Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD).
Kabupaten
Mataran
Luas lahan*
(Ha)
IP-100 %*
(Ha)
IP-200 %*
(Ha)
IP-300 %*
(Ha)
1.768
19.00
1.749
Lobar
22.602
2.513
9.779.00
10.318
Loteng
51.947
26.451
14.227
11.269
Lotim
44.061
24.861
15.000
5.000
Sumbawa
51.071
25.948
20.991
4.132
Dompu
16.036
7.054
6.726
2.256
Bima
28.298
13.163
11.649
3.486
215.783
99.190
78.391
38.202
NTB
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Kabupaten
Lobar
Loteng
Lotim
Sumbawa
Dompu
Bima
Mataram
Kota Bima
NTB
Potensi
Luas lahan *
Potensi untuk
untuk Tan.
Keterangan
Kering (Ha)
Hortikultura
Pangan
105.931
23.294
10.788 Pemanfaatan
167.423
15.293
126.151 potensi untuk
82.440
23.988
20.998 penanaman palawija
268.007
89.495
110.850 & hortikultura
67.545
28.392
15.718termasuh lhn yang
183.149
69.700
65.172 tdk diuasahakan :
4.105
- 56.902 ha
15.158
5.920
1.111
893.758
256.082
350.788
Potensi (ha)*
Pemanfaatan
Sentra (Kecamatan)
Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
5.025
5.925
1.251
4.000
3.000
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
5.140
14.500
10.036
6.305
5.000
7.000
3.000
3.000
Kota Bima
NTB
1.377
48.308
26.251
Potensi (ha)*
Pemanfaatan
(ha)
Lhn Swh
Lhn Krg
Sentra (Kecamatan)
Kota Mataram
Lombok Barat
5.975
9.000
5.224
Lombok
Tengah
4.360
5.000
2.045
Lombok Timur
9.591
12.000
8.684
Sambelia,Peringgabaya,
Wanasaba,Aikmel,
14.015
17.000
8.405
Uthan/Rhee,Alas,
Seteluk,dan Labangka
6.800
6.000
Sumbawa
Dompu
7 Gerung,Sekotong,Kediri,
Gn.Sari.
Jonggat, Pringgarata
2.263 Manggelewa,Kempo,Woja
Bima
Kota Bima
NTB
10.000
7.000
1.000
51.741
56.000
31.210
Potensi (ha)*
Lhn Krg
Pemanfaatan
(ha)
Lh. Swh
Kota Mataram
Lombok Barat
6.825
2.000
Lombok
Tengah
1.100
Lombok Timur
1.586
1.000
Sumbawa
6.190
Dompu
5.375
22.257
2.000
10.115 Belo,Bolo,Wera,Sanggar,
Lambu,Wowo Woha
Kota Bima
1.205
NTB
44.538
5.000
Bima
Sentra (Kecamatan)
191 Cakranegara
13.557 Tanjung, Gangga, Narmada,
Gn.Sari, Bayan dan Kediri
7.693 Pringgarata, Jonggat
884
Pringgabaya, Wanasaba,
Aikmel
Potensi (ha)*
Pemanfaatan
Sentra (Kecamatan)
Lhn.
Krg
Lh. Swh
(ha)
Kota
Mataram
Lombok
Barat
380
1.000
Lombok
Tengah
500
2.000
Lombok
Timur
453
3.000
30.500
8.000
590
1.000
3.250
1.000
825 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,Sanggar
115
35.788
16.000
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB
36 Cakranegara
81 RasanaE Barat
47.347
Lhn Krg
Kota Mataram
Pemanfaatan*
(ha)
Lhn
Swh
Sentra (Kecamatan)
Lombok Barat
284
2.000
284
Lombok
Tengah
18
Lombok
Timur
1.615
2.000
1.615
Aikmel,Sembalun,Pringgabaya,
Wanasaba
Sumbawa
1.500
3.000
1.500
Plampang,Ropang,Sumbawa,Utan/Rhe,
Alas,Jerewh,Brang Rea, Sekongkang
925
1.000
925
12.646
2.000
12.646
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB
22
17.010
22
8.000
Bayan, Gerung
Kempo
Semua Kecamatan
Asakota
16.992
Potensi *) (ha)
Pemanfaatan
Sentra (Kecamatan)
Lh. Krg
Lh. Swh
*) (ha)
Kota Mataram
Lombok Barat
1.300
500
1.300
826
826
Lombok Timur
7.379
1.000
7.379
Selong, Masbagek
Sumbawa
1.500
436
1.500
Dompu
1.175
500
1.175
Dompu
Bima
3.434
1.000
3.434
Bolo
15.622
3.436
15.622
Lombok
Tengah
Kota Bima
Jumlah
RasanaE Timur
namun belum dimanfaatkan. Produksi Mangga tahun 2003 mencapai 390.108 ton dengan total
luas panen 14.519,05 Ha. Penyebaran potensi perkabupaten dan sentra pengembangannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Sentra (Kec.)
Kota Mataram
365
Lombok Barat
4.107
4.107
Lombok
Tengah
4.865
1.378
Lombok Timur
3.027
1.570
Sumbawa
19.000
4.313
Dompu
6.636
370
Semua kecamatan
Bima
25.116
784
Semua kecamatan
955
1.232
63.706
14.519
Kota Bima
Jumlah
Kabupaten
Potensi
(ha)*)
Pemanfaatan
(ha)*)
Sentra (Kecamatan)
Kota Mataram
11
Lombok Barat
120
81
4.600
Batukliang, Pringgarata
59
3.000
100
Pekat
Bima
Kota Bima
7.890
95
Lombok
Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
NTB
Penyebaran areal potensial dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.23: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Rambutan
Kabupaten
Potensi *)
(ha)
Pemanfaatan*)
(ha)
Kota Mataram
16
108
Lombok Barat
1.335
1.712
Lombok
Tengah
1.400
140
Pringgarata, Batukliang
253
69
9.500
46
Lombok Timur
Sumbawa
Sentra (Kecamatan)
Dompu
400
Pekat, Woja
Bima
704
13.618
2.079
Kota Bima
NTB
Potensi *)
(ha)
Pemanfaata
*) (ha)
Sentra (Kecamatan)
Kota Mataram
11
Lombok Barat
121
121
Lombok Tengah
1.450
42
Lombok Timur
107
95
Sumbawa
37.388
858
Dompu
1.250
Bima
1.709
42.031
1.136
Kota Bima
NTB
Potensi*)(ha)
Pemanfaatan*)
(ha)
Kota Mataram
284
Lombok Barat
2.812
11.017
Semua Kecamatan
Lombok
Tengah
1.544
5.023
Kopang, Batukliang,
Pringgarata.
Lombok Timur
5.092
18.775
Sumbawa
33.963
719
Dompu
3.241
5.718
Bima
19.126
935
112
693
65.890
43.164
Kota Bima
NTB
Sentra (Kecamatan)
Semua Kecamatan
Pekat, Woja, Hu'u, Mangge lewa
Kabupaten
Potensi *)
(ha)
Pemanfaatan*)(ha)
Sentra (Kecamatan)
Kota Mataram
Lombok Barat
4.062
110.171
1.469
Pringgarata, Batukliang,
Lombok Timur
2.885
8.904
Masbagik,
PringgaselaSukamulya.
Sumbawa
3.000
244
750
269
Pekat, Manggelewa.
Bima
13
Kota Bima
18
116.813
14.980
Lombok
Tengah
Dompu
NTB
Potensi*)
(ha)
Pemanfaatan
*) (ha)
Kota Mataram
Lombok Barat
681
203
Lombok Tengah
1.268
56
Batukliang,
Lombok Timur
101
23
2.000
15
Sumbawa
Sentra (Kecamatan)
-
Dompu
1.141
Bima
1.151
6.343
306
Kota Bima
NTB
Babi
Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak
Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan.
Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya
saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua.
Kerbau
Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir
sama dengan ternak sapi.
Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena
mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap
lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada
tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada
di pulau Sumbawa).
Kuda
Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya
digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong.
Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.
Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit
sekitar 5.200 ekor per tahun.
Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar
daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang
spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima.
Kambing
Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering,
umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau
Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss.
Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi
Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun.
Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal
maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang
dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun.
TBM TM
TR
Rt. Prod
Produksi
*)
Jumlah * (Ton) (Kg/Ha)
Sentra Prod
(Kecamatan )
22,102
23,983
1,235
Gerung, Sekotong,
Narmada,
Gunungsari,
Tanjung, Gangga,
Bayan, Kayangan,
Lembar,
Pemenang
15,500
11,893
896
Pujut, Praya
Barat, Praya Barat
Daya, Kopang,
Batukliang,
Batukliang Utara,
Pringgarata,
Jonggat
8,986
794
Labuhan Haji,
Pringgabaya,
Sambelia
3. Lombok Timur
- Perkebunan
Rakyat
- PBS
4. Sumbawa
2,532 3,873
6,405
3,089
798
Labuhan Badas,
Alas Barat,
Taliwang, Lunyuk
5. Dompu
610
1,612
76
2,298
1,136
704
Kempo
6. Bima
1,915 3,708
57
5,680
2,184
589
Woha, Lambu
150
643
214
508
Mataram,
Cakranegara,
Ampenan
7. Kota Mataram
71
422
No Kabupaten/Kota
1. Lombok Barat
2. Lombok Tengah
157 3,242
3. Lombok Timur
1,550 2,452
4. Sumbawa
Sentra Prod
(Kecamatan )
4,070
320 Sekotong,
Tanjung, Gangga,
Bayan, Kayangan,
Lembar,
Pemenang.
3,583
551
433 4,434.35
1,530
184
624 Sambelia,
Labuhan Haji,
Pringgabaya.
- Perk. Rakyat
4,818 3,726
371
8,915
1,257
4,228 5,037
209
9,474
3,786
752 Pekat.
6,382
540
5. Dompu
- Perk. Rakyat
6. Bima
7. Kota Mataram
460 Donggo.
0 -
No Kabupaten/Kota
1. Lombok Barat
248 1,681 80
2,009
1,024
Sentra Prod
(Kecamatan )
609
Narmada , Tanjung,
Gangga, Bayan
2. Lombok Tengah
- Perk. Rakyat
1,177
351
301
Batukliang,
Batukliang Utara,
Pringgarata
533
633
Pringgasela,
Sembalun
1,164 4
3. Lombok Timur
254
4. Sumbawa
2,144 2,429 0
1,573
1,337
551
Alas, Ropang,
Batulanteh
5. Dompu
541
1,224
337
494
Pekat
683
6. Bima
7. Kota Mataram
322
746
33
1,101
925
1,240
16
312
Donggo, Tambora
Ampenan
No Kabupaten/Kota
Rt. Prod
Produksi
*
TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)
Sentra Prod
(Kecamatan )
1. Lombok Barat
20 716
736
420
2. Lombok Tengah
73 659 94
826
420
637
3. Lombok Timur
227
4. Sumbawa
207 444 12
663
151
5. Dompu
53 625 27
705
47
6. Bima
69 405 157
631
139
7. Kota Mataram
29 66 27
122
75 Kempo, Manggalewa.
342 Belo, Monta, Bolo.
139 Ampenan, Mataram.
543
2,082 303
2,928
1,532
736
Gangga,
Kayangan.
2. Lombok Tengah
10
300
314
67
222
Kopang,
Batukliang
Utara.
3. Lombok Timur
394
127
56
577
62
487
Pringgasela,
Sembalun.
4. Sumbawa
18
23
230
Alas.
5. Dompu
70
72
1,000
Pekat.
6. Bima
22
37
122
Wawo, Donggo.
7. Kota Mataram
TBM
TM
Rt. Prod
Produksi
Sentra Produksi
(Kg/Ha)
(Kecamatan )
Jumlah (Ton) *
*
TR
250
257
758
3,036 Pemenang.
2. Lombok Tengah
31
164
196
35
3. Lombok Timur
100
232
24
356
479
2,064 Jerowaru.
4. Sumbawa
210
525
741
775
1,476 Utan/Rhee.
214 Pujut.
5. Dompu
6. Bima
7. Kota Mataram
34
328
53
415
187
94
862
29
985
2,043
0.00
29
572 Dompu.
Donggo,
2,369 Sanggar,
Ambalawi.
5,580 Mataram.
TM
TR
1. Lombok Barat
2. Lombok Tengah
17
24
17
3. Lombok Timur
423
770
1,193
420
545
Ropang,
Batulanteh.
286
117
405
42
145
Dompu,
Manggalewa.
4. Sumbawa
5. Dompu
6. Bima
546
1,053
136
1,735
1,672
0 708 Batukliang.
0 -
Wawo, Monta,
1,588 Donggo,
Langgudu.
7. Kota Mataram
0 -
TR
Sentra Prod
(Kecamatan )
52
881
275
1,208
298
338
Gangga,
Kayangan.
2. Lombok Tengah
36
36
197
Batukliang,
Batukliang Utara.
3. Lombok Timur
44
101
10
155
33
323
Swela, Aikmel,
Sambelia.
4. Sumbawa
5. Dompu
6. Bima
11
34
45
346 Donggo.
7. Kota Mataram
140 Cakranegara.
1. Lombok Barat
TR
1. Lombok Barat
44
98
19
161
222
2. Lombok Tengah
39
132
118
289
37
Sentra Prod
(Kecamatan )
3. Lombok Timur
42
101
27
170
71
703 Aikmel.
4. Sumbawa
21
129
153
53
413 Ropang.
5. Dompu
43
246
56
345
145
590 Dompu
6. Bima
83
150
49
282
55
26
32
49
7. Kota Mataram
No Kabupaten/Kota
1. Lombok Barat
TM
TR
39
290
33
362
68
235 Gangga.
2. Lombok Tengah
33
33
79 Batukliang
Utara.
3. Lombok Timur
74
78
10
162
18
232 Pringgasela,
Sikur.
4. Sumbawa
0 -
5. Dompu
0 -
6. Bima
0 -
7. Kota Mataram
0 -
Selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan luas dan produksi yang
cukup besar yaitu dari luasan 5.676 hektar dengan produksi 4.173,48 ton
pada tahun 2003 menjadi 6.421 hektar dengan produksi 5.025,43 ton
pada tahun 2004.
Areal terluas terdapat di Lombok Timur, yaitu 3.000,00 ha.
Peningkatan luas dan produksi ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap
komoditi Tembakau rakyat. Oleh karena itu terbuka peluang investasi budidaya dengan pola
kemitraan bersama petani.
Tabel 2.39: Penyebaran Areal Potensi per Kabupaten komoditas Tembakau Rakyat di Provinsi
NTB Tahun 2003.
No
Kabupaten/Kota
Luas Areal
(Ha) *)
Produksi
(Ton) *)
Rt. Prod
(Kg/Ha) *)
1.
Lombok Barat
269
269
2.
Lombok Tengah
238
165
3.
Lombok Timur
5,676
4,174
4.
Sumbawa
111
142
5.
Dompu
52
40
769 Pekat
6.
Bima
76
235
3,120 Sape
7.
Kota Mataram
6,422
5,025
Jumlah
Sentra Prod
(Kecamatan )
0 783
1. Pangsa produksi dan areal Indonesia terhadap dunia masih sangat kecil baru mencapai
masing-masing sebesar 1,14 dan 1,80%
2. Kebutuhan untuk industri sigaret dalam negeri tidak dapat dipenuhi hanya dari produksi
dalam negeri, sehingga setiap tahun masih harus mengimpor sebesar 35.375 ton dengan
nilai US $ 72,8 juta.
3. Mutu produk yang dihasilkan di pulau lombok sama dengan kualitas impor dan resiko
kegagalan yang disebabkan oleh iklim relatif kecil.
4. Potensi areal seluas 145.626 hektar, baru dikembangkan sekitar 16.766 hektar (11,51%)
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Di NTB terdapat 137 pulau kecil yang tersebar di sekitar dua pulau utama dengan panjang pantai
2.333 km. Rincian luas wilayah kabupaten/kota sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.40: Luas Wilayah Daratan dan Perairan Laut pada setiap Kabupaten/Kotadi Provinsi
NTB
No.
Daratan
Kab./Kota
Lautan
Km 2 *)
Km 2 *)
1.649
8,18
1.353
4,64
1.428
7,08
398
1,36
1.606
7,97
1.074
3,68
8.493
42,14
4.913
16,85
5. Kabupaten Dompu
2.325
11,53
1.298
4,45
4.597
22,82
3.760
12,90
56
0,28
57
0,20
16.307
55,92
20.154
100,00
29.160
100,00
7. Kota Mataram
8. Kewenangan Provinsi NTB
Total
Panjang
Mil
Km
1 Keliling P. Lombok
228
423
2 Keliling P. Sumbawa
649
1.202
3 Teluk-Teluk
382
708
a. Teluk Saleh
152
282
b. Teluk Cempi
42
78
c. Teluk Bima
34
63
d. Teluk Wawaroda
40
74
e. Teluk Sanggar
30
56
f. Teluk Sape
39
72
11
20
h. Teluk Awang
19
35
i. Teluk Sepi
12
22
1.259
2.333
NTB
Pulau kecil
berpenghuni
Kabupaten/Kota
20
28
15
15
24
30
10
39
49
5. Kabupaten Dompu
7. Kota Mataram
Total
27
110
137
4.
Kabupaten Sumbawa +
Sumbawa Barat
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebanyak 23.662 RTP (3,02 % dari jumlah penduduk
NTB/RTP) terdiri dari RTP Tangkap (Nelayan) sebanyak 18.300 dan RTP Budidaya (tambak)
sebanyak 3.047 RTP, dan RTP Pembudidaya Air Tawar sebanyak 2.315 RTP. Rincian jumlah
RTP pada setiap Kabupeten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.43: Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP)di Provinsi NTB, Tahun 2003.
No
Kabupaten / Kota
Nelayan
Pembudidaya/
Petani Ikan
Mataram
1.127
642
Lombok Barat
9.154
6.368
Lombok Tengah
1.435
2.375
Lombok Timur
13.586
1.252
Sumbawa
7.835
2.578
Dompu
4.157
1.850
Kabupaten Bima
8.349
3.981
Kota Bima
960
274
Provinsi NTB
46.603
19.320
PULAU LOMBOK :
L1-Kawasan Gili Indah (Gili Air, Meno dan Terawangan)
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya rumput laut), pelabuhan tradisional
L2-Kawasan Gili Gede dan sekitarnya
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya mutiara, rumput laut , Kerapu),
pelabuhan tradisional
L3-Kawasan Teluk Sepi dan Sekitarnya
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya rumput laut)
L4-Kawasan Kuta dan sekitarnya
Kawasan Lindung Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya rumput laut)
Pengembangan Kawasan Prioritas : Pariwisata Kuta dan Selong Belanak
L5-Kawasan Teluk Ekas dan Teluk Serewe dan sekitarnya
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya rumput laut, Kerapu, Lobster)
Pengembangan Sektor Prioritas: KSP Rumput Laut Pemongkong
L6-Kawasan Tanjung Luar dan sekitarnya
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: perikanan (tangkap), pelabuhan tradisional
L7-Kawasan Gili Sulat dan sekitarnya
Kawasan Lindung
Pemanfaatan Terbatas: pariwisata, perikanan (budidaya mutiara, rumput laut), pelabuhan
tradisional
L8-Kawasan Senggigi dan sekitarnya
Pengembangan Sektor Prioritas: pariwisata
L9-Kawasan Labuhan Lombok dan sekitarnya
Pengembangan Sektor Prioritas: perhubungan/pelabuhan
L10-Kawasan Lembar dan sekitarnya
Pengembangan Sektor Prioritas: perhubungan/pelabuhan
PULAU SUMBAWA :
S1-Kawasan Pantura Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya (P. Namo, P. Panjang, P. Belang, P.
Kalong, P. Saring, P. Air Tawar dan P. Moyo)
Kawasan Lindung: P.Panjang, P.Namo, P.Kalong, P.Saring, P.Air Tawar, P.Moyo
Kawasan Penyangga: Poto Tano, Labuan Mapin, Labuan Bajo, Alas, Utan
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (budidaya rumput laut), pariwisata, pelabuhan
S2-Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya: P. Liang, P. Ngali, P. Rakit, P. Satonda
Kawasan Lindung: P.Liang, P.Ngali, P.Rakit, P.Satonda, P.Moyo
Kawasan Penyangga: Teluk Santong, Labuan Bontong, Labuan Aji, Labuan Jambu,
Kwangko
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (tangkap, budidaya tambak, rumput laut,
Kerapu),
S3-Kawasan Teluk Sanggar dan sekitarnya (daerah pesisir sekitar Gunung Tambora)
Kawasan Lindung: sekitar Gunung Tambora
Kawasan Penyangga: Kore
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (budidaya rumput laut)
S4-Kawasan Teluk Cempi dan sekitarnya: Mbawi, Labuan Jambu, Lakey, Wane, Rontu
Kawasan Lindung: sekitar muara sungai Teluk Cempi, Lakey, Wane, Rontu
Kawasan Penyangga: Labuan Jambu, Nanganae, Jala, Pinis
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (tangkap, budidaya rumput laut), pariwisata
S5-Kawasan Teluk Waworada dan sekitarnya (Sondo, Laju, Doro Oo, Waworada)
Kawasan Lindung: Sondo, Laju, Doro Oo, Waworada
Kawasan Penyangga: Laju, Karumbu, Rupe
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (budidaya rumput laut)
S6-Kawasan Teluk Bima dan sekitarnya (Pantai Timur Lawata, Talabiu)
Kawasan Lindung: Pantai Teluk Bima
Kawasan Penyangga: Tanjung, Melayu
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (tangkap, budidaya rumput laut), pariwisata
S7-Kawasan Teluk Sape dan sekitarnya (P. Sangiang)
Kawasan Lindung: P. Sangiang
Kawasan Penyangga: Desa, Bugis, Sape
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (budidaya rumput laut), pariwisata, pelabuhan
S8- Kawasan Maluk dan sekitarnya (Beru dan Belo)
Kawasan Lindung: Beru, Belo
Kawasan Penyangga: Labuhan Lalar, Sekongkang
Pengembangan Sektor Prioritas: perikanan (tangkap, budidaya rumput laut), pariwisata,
pertambangan)
Pelagis
Dmrsl
LOTEN LOTI
G
M
SMBW
DOMP
SEBIMA
U
NTB
3.597 5.615
2.422
3.782
6.019
9.397
9.212
6.204
15.416
4.019
4.066
8.085
2.082
11.28 21.448
1
2.160 2.402
1.989
2.211
1.940
2.157
11.040
12.274
1.704
2.4 21.289
1.894 2.730 23.668
4.562
4.200
4.097
23.314
3.598
Pelagis
Dmrsl
407 2.016
407
2.016
P+D
2.423
2.423
P+D
4 Selat
Lombok
KABUPATEN
5.186 44.957
5 Selat Alas
Pelagis
Dmrsl
P+D
195
904
11
6
54
3
--
311
1.447
1.099
65
9
1.758
564 564
4.266 4.266
P+D
4.830 4.830
Pelagis
Dmrsl
1.184 1.184
2.295 2.295
P+D
3.479 3.479
P+D
1.295
Pelagis
Dmrsl
P+D
7 Selat
Sumba
437
2.013
1.155
2.450
72 585
72 585
657
657
55 221
55
221
276
83 83 673
673
756
4.557
6.843
15.406
17.947
3.017
4.475
9.951 41.084
15.85 57.366
7
11.400
33.353
7.492
25.80 98.450
8
6.164 10.033
JUMLAH
P+D
16.197
1.989
2.211
4.200
Tabel 2.45: Produksi dan Nilai Produksi Tangkapan Ikan Laut NTB Tahun 2003
276
756
No
Kabupaten/Kota
Mataram
2.025
17.505
Lombok Barat
13.460
132.342
Lombok Tengah
1.184
10.040
Lombok Timur
6.141
32.061
Sumbawa
29.687
118.713
Dompu
7.680
31.381
Bima
19.019
64.679
Kota Bima
1.896
5.192
NTB
81.092
411.913
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003. *) Angka Pembulatan
Tabel 2.46 : Luas Areal dan Potensi Lestari Sumber Daya Perikanan Tangkap
di Perairan NTB
Kabupaten
Wilayah Produksi
Luas
Areal (Km)
Potensi Lestari(ton/th)
Pelagis
Demersal
Total
4.242
6.164
110.033
116.197
a. Perairan Pantai
4.312
5.956
8.661
14.617
2.675
5.338
6.581
11.919
c. ZEE
12.897
16.960
18.488
35.448
975
1.989
2.211
4.200
a. Perairan Pantai
670
1.367
1.487
2.854
617
1.259
1.370
2.629
c. ZEE
9.675
12.720
13.866
26.586
2.829
4.557
6.843
11.400
a. Perairan Pantai
2.574
3.708
4.962
8.670
1.645
2.998
3.574
6.572
c. ZEE
13.892
12.720
13.866
26.586
9.920
15.406
17.947
33.353
a. Perairan Pantai
6.643
8.243
9.748
17.991
5.888
10.035
10.762
20.797
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
c. ZEE
58.034
76.315
83.192
159.507
2.753
3.017
4.475
7.492
a. Perairan Pantai
2.349
2.545
2.984
5.829
1.254
1.903
2.022
3.925
c. ZEE
9.675
12.720
13.866
26.586
8.440
9.951
15.857
25.808
a. Perairan Pantai
7.519
7.352
10.893
18.245
5.557
7.851
8.264
16.115
c. ZEE
8.682
11.417
12.446
23.865
29.159
41.084
57.366
98.450
a. Perairan Pantai
23.887
29.171
38.735
67.906
17.636
29.384
32.573
61.957
c. ZEE
112.855
142.852
155.724
298.576
Dompu
Bima
NTB
Disamping potensi perikanan tangkap, NTB juga memiliki potensi budidaya laut yang sangat
besar, khususnya ikan dan moluska. Luas total areal perairan laut yang potensial untuk
pengembangan budidaya laut adalah 42.443 ha yang memiliki prospek cukup baik terutama
untuk budidaya Rumput Laut, budidaya Kerang Mutiara, Lobster, budidaya Kerapu, dan
budidaya ikan karang lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.47 : Potensi Areal Budidaya Laut di NTB.
Potensi Area (Ha)
No
Kabupaten/Kota
Rumput
Krg
Kerang Kakap Kerapu Teripang
Laut
Mutiara & Darah Putih
Abalone
125
1.805
20
40
15
10
2 Lombok Tengah
355
705
35
55
30
40
3 Lombok Timur
2.000
2.355
120
125
85
490
4 Sumbawa
15.500
5.500
500
350
1.200
2.780
5 Dompu
1.295
1.965
350
63
50
250
6 Bima
1.825
NTB
20.948
2.120
14.450
275
1.300
67
65
700
1.445
30
3.600
No
Komoditas
Potensi
Produksi
(ton)
Realisasi
Nilai Potensi
Produksi
(Rp.juta)
(ton)
Nilai
Produksi(Rp.juta)
19.476,75
Tingkat
Pemanfaatan
(%)
Rumput Laut
209.480
633.000
31.162,8
14,8
Mutiara
1,5
300.000
1,217
304.250
80
Kerapu,
Kakap,dll
11.680
140.000
211,4
47.277,2
Luas
Luas
Tingkat
Produksi Nilai Produksi
Potensial Pemanfaatan Pemanfaatan (ton)
(Rp.juta)
(Ha)
(Ha)
(%)
1. Mataram
2. Lombok Barat
875
302
34,5
366,7
7.515,26
339,3
61,6
38,9
291,8
4. Lombok Timur
3.500
205
5,8
881,8
30,501,7
5. Sumbawa
10.375
2.459,6
23,7
3.338,7
120.193
6. Dompu
4.700
1.714
36,5
1.406,1
14,226,145
7. Bima
5.102
1.863
36,5
3.761,4
60.473,45
8. Kota Bima
143
143
100
35,8
580,07
NTB
25.245
7.025,9
27,8
9.829,4
233.781,43
nilai ekspor hasil komoditi ini relatif lebih tinggi dibanding sektor lain dengan potensi yang
masih sangat besar.
Areal perairan laut yang memungkin-kan untuk budidaya mutiara sebagian besar terdapat di
Perairan Selat dan Teluk-teluk dengan kedalaman 20 100 m. yang tersebar diseluruh wilayah
perairan NTB.
Potensi areal budidaya Mutiara di NTB sebesar 14.450 Ha (184 titik
Koordinat) yang tersebar disepanjang pantai P. Lombok dan P.
Sumbawa. Mutiara ini menempati peringkat pertama untuk nilai ekspor
Provinsi NTB sejak tahun 1997 hingga tahun 2000.
Rumput Laut
Komoditi rumput laut sebagai salah satu komoditi unggulan di NTB
dengan produksi yang relatif tinggi dan stabil serta mempunyai potensi
areal yang cukup tinggi. Usaha pengembangan rumput laut mempunyai
prospek yang cukup baik, karena didukung oleh beberapa hal antara lain:
(i) potensi lahan budidaya rumput laut yang tersedia cukup luas,
(ii) permintaan pasar terhadap produksi rumput laut cukup tinggi, sedangkan produksi rum
laut di Indonesia sampai saat ini baru sekitar 3 % dari permintaan pasar dunia,
(iii) modal yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya relatif kecil sehingga memungkinkan
dilaksanakan oleh para nelayan/petani rumput laut,
(iv) dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, dan
(v) dapat menjadi salah satu alternatif pengalihan mata pencaharian bagi penebang hutan b
dan pengambil batu karang.
Kerapu
Budidaya Kerapu di NTB masih tergolong usaha rintisan. Potensi areal budidaya Kerapu sebesar
7.050 Ha. Permintaan konsumen dalam dan luar negeri (Hongkong, Taiwan, Singapura) terhadap
ikan Kerapu belum dapat dipenuhi.
Kegiatan budidaya Kerapu di daerah NTB untuk saat ini baru dilakukan oleh dua perusahaan
perikanan yang berlokasi di Labuan Ijuk dan Labuan Sangoro Kabupaten Sumbawa, sedangkan
yang dilakukan oleh masyarakat adalah di Teluk Ekas dan Teluk Serewe di Kabupaten Lombok
Timur.
Udang/Lobster
Udang/Lobster merupakan salah satu komoditi andalan yang cukup
prospektif untuk dikembangkan. Potensi areal untuk budidaya udang adalah seluas areal
pertambakan yang ada sedangkan budidaya Lobster dapat dikembangkan pada kawasan
teluk/perairan.
Beberapa kawasan untuk budidaya Udang/Lobster berada di Kabupaten Lombok Timur, Lombok
Tengah, Sumbawa, Dompu, dan Bima.
Nila
Nila Merah adalah salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan
dan sedang digalakkan karena mempunyai beberapa keunggulan antara
lain:
(i) mudah dipelihara dan dikembangkan,
(ii) pertumbuhannya sangat cepat,
(iii) toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi,
(iv) prospek pemasaran di dalam dan di luar negeri cukup menjanjikan.
Potensi areal untuk usaha budidaya ikan Nila di perairan umum sebesar 7.191 Ha. Menurut data
tahun 2003, produksi ikan di perairan umum sebesar 2.468,1 ton.
Prospek pemasaran Nila Merah cukup menjanjikan terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar
lokal dan pasar luar negeri (Eropa). Selain itu dengan semakin berkembangnya jumlah hotel dan
restoran di NTB permintaan terhadap ikan segar semakin meningkat.
Cakalang
Hasil tangkapan ikan Cakalang rata-rata 2.521,6 ton/tahun dilakukan oleh nelayan lokal dengan
mengoperasikan alat tangkap seperti Tonda, Gill Net dan lain-lain. Hal ini berarti tingkat
eksploitasi masih relatif sangat kecil. Dengan rendahnya tingkat pemanfaatan memberikan
peluang bagi pengembangan produksi. Ditinjau dari sisi permintaan (demand), Cakalang
termasuk salah satu komoditi penting yang mempunyai peluang pasar yang luas baik lokal
maupun ekspor sehingga prospek pengusahaannya cukup prospektif.
Teripang
Teripang termasuk komoditi perikanan yang mempunyai prospek yang cerah untuk
dikembangkan di masa mendatang. Potensi areal untuk pengembangan budidaya Teripang adalah
3.598 Ha yang terdapat di Pulau Lombok 538 Ha dan Sumbawa 3.060 Ha.
Permintaan ekspor Teripang dan perdagangan luar daerah terus mengalami peningkatan
sementara produksi masih rendah dikarenakan masih sedikit pengusaha yang bergerak di bidang
budidaya Teripang.
NTB memiliki kawasan hutan yang cukup luas dan berfungsi untuk hutan produksi, lindung dan
konservasi, dengan rincian per kabupaten seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.50 : Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi, Tahun 2004
LUAS (Ha)
Kabupaten
/ Kota
Lombok
Barat
Lombok
Tengah
Lombok
Timur
Wilayah
Suaka
Alam dan
Hutan
Wisata
Hutan
Lindung
Hutan
Produksi
Terbatas
Hutan
Produksi
Tetap
5.171,52
78.195,33
142.765,00 10.857,54
4.888,58
19.733,14
5.565,00
64.508,67
514.191,91
3.987,02
1.820,80 44.740,03
3.079,33
Dompu
22.225,00
1.258,53
5.635,00
Bima
Kota Bima
Kota
Mataram
TOTAL
1.068.096,78
dengan potensi (berdasarkan produksi yang dihasilkan oleh kelompok tani binaan Dinas
Kehutanan) sebesar 2.750 ltr/tahun.
Peluang Pengembangan
Dengan besarnya potensi tersebut, terdapat satu perusahaan yang melakukan pengusahaan hutan
dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di kawasan Tambora. Guna mendukung peluang
berinvestasi, Pemerintah NTB telah melakukan pengembangan agroforestry dan hutan
serbaguna, pembangunan hutan tanaman unggulan lokal, pengembangan kemiri, gaharu, dan
pembangunan unit percontohan Silvopasture.
Tabel 2.51: Lahan Kritis di NTB menurut DAS per Kabupaten Tahun 2004
1.
2.
3.
4.
Kabupaten
Lombok
Barat
Lombok
Tengah
Lombok
Timur
Sumbawa
Nama DAS
Dalam
Kawasan
Luar
Kawasan
Putih
10.275,00
309,50
10.584,50
Dodokan
4.070,00
491,25
4.561,25
Jelateng
10.575,00
935,50
11.510,50
Jumlah 1
24.920,00
1.736,25
26.656,25
Jelateng
862,53
1.012,50
1.875,03
Dodokan
7.550,00
7.550,00
Jumlah 2
8.412,53
1.012,50
9.425,03
Menanga
5.976,00
523,25
6.499,25
Putih
4.650,00
66,50
4.716,50
Dodokan
2.834,20
487,50
3.321,70
Jumlah 3
13.460,20
1.077,25
14.537,45
Jumlah P. Lombok
46.792,73
3.826,00
50.618,73
Jereweh
2.337,00
2.605,00
4.942,00
Rea
8.240,00
8.661,00
16.901,00
Rhee
8.675,00
10.596,00
19.271,00
Jumlah
5.
6.
Dompu
Bima
Beh
27.625,00
8.811,00
36.436,00
Moyo Hulu
4.250,00
198,00
4.448,00
Bako
3.400,00
2.236,00
5.636,00
Baka
1.473,00
1.473,00
Ampang
29.540,00
49,00
29.589,00
Moyo
5.560,00
5.560,00
Jumlah 4
89.627,00
34.629,00
124.256,00
Banggo
15.750,00
3.125,00
18.875,00
Baka
16.115,00
1.553,00
17.668,00
Parado
190,00
190,00
Hoddo
1.250,00
1.250,00
Jumlah 5
33.115,00
4.868,00
37.983,00
Banggo
8.125,00
5.640,00
13.765,00
Parado
25.130,00
19.582,00
44.712,00
243,00
243,00
Rimba
25.700,00
12.759,00
38.459,00
Hoddo
1.500,00
8.836,00
10.336,00
Sari
9.380,00
8.841,00
18.221,00
Jumlah 6
69.835,00
55.901,00
125.736,00
Jumlah P. Sumbawa
192.577,00
95.398,00
287.975,00
239.369,73
99.224,00
338.593,73
Baka
TOTAL JUMLAH
Disamping itu dilakukan pula upaya pembangunan hutan kemasyarakatan (HKm). Areal
potensial antara lain terdapat di sepanjang kaki G. Rinjani yang membentang dari Lombok Barat
sampai Lombok Timur.
Guna tertibnya pengelolaan dan pemanfaatan hutan agar menghasilkan keseimbangan antara
aspek ekonomi, ekologi dan sosial budaya, pemerintah menetapkan Wilayah Pengelolaan Hutan
(WPH) sebanyak 13 WPH ke dalam 13 Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), 10
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), dan 6 Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
(KPHK).
Peluang investasi yang dapat dilakukan pada :
1. KPHP meliputi :
a. Pemanfaatan kawasan untuk budidaya tanaman obat, tanaman pangan di bawah tegakan,
jamur, perlebahanataupenangkaran satwa dan budidaya sarang burung walet.
b. Pemanfaatan jasa lingkungan untuk usaha wisata alam, olah raga petualangan, pemanfaatan
air, perdagangan carbon serta usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.
c. Pemanfaatan hasil hutan kayu meliputi penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, pengamanan, penebangan, pengolahan hasil dan pemasaran
d. Pemungutan hasil hutan kayu
e. Pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.
2. KPHL, meliputi :
a. Pemanfaatan kawasan untuk budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, budidaya
jamur, budidaya perlebahan, usaha penangkaran satwa liar dan budidaya sarang burung
walet.
b. Pemanfaatan jasa lingkungan untuk usaha wisata alam, olah raga tantangan, pemanfaatan
air, perdagangan karbon dan usaha penyelamatan hutan dan lingkungan,
c. Pemungutan hasil hutan bukan kayu dapat berupa pengambilan rotan, ketak, madu dan lainlain.
3. KPHK, meliputi :
a. Pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Pemanfaatan kawasan, khususnya pada zona pemanfaatan
Berdasarkan paradigma baru kehutanan yaitu Pengelolaan sumber daya Hutan berbasis pada
masyarakat untuk memperoleh manfaat yang optimal, lestari dan seimbang dalam segi ekonomi,
ekologi dan sosial budaya, maka diupayakan terjadinya perubahan pola pikir yang mendasar
dalam pengelolaan dan berinvestasi di bidang kehutanan sebagai berikut :
1. Pendekatan kolaborasi diubah menjadi pendekatan kemasyarakatan (community based
2. management)
3. Fokus pada ekonomi diubah menjadi pemanfaatan yang seimbang pada aspek ekonomi,
ekologi dan sosial budaya.
Perhatian pada produksi kayu (timber management) diubah menjadi pengelolaan sumber
daya hutan (forest resources management).
Sehingga hutan tidak dipandang sebagai sumber kayu, tetapi segenap potensinya dikelola secara
keseluruhan. Berdasarkan kewenangan pengelolaan, pemerintah daerah berwenang mengelola
KPHP dan KPHL, sedangkan KPHK merupakan kewenangan pemerintah pusat melalui Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di daerah.
TWAL Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan biasa disebut dengan Gili Matra atau TWAL Gili
Indah, mempunyai luas 2.954 Ha terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan selebihnya perairan laut.
Taman Wisata Laut Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan memiliki potensisumber daya alam yang
tinggi, berupa
biota laut maupun flora dan fauna daratan. Berbagai biota laut yang dijumpai adalah berupa
Karang laut seperti Karang Lunak (Heliophora sp), (Labophyelia sp) dan lain-lain.Karang Keras
(Millephora sp), (Anthipathes sp), (Manthipora sp) dan lain-lain, serta berbagai macam jenis ikan
hias (Balistapus undulates), (Lethrinus nuburotus), (Platakpinatus), dan lain-lain.
Vegetasi daratan yang dijumpai merupakan vegetasi yang dianggap tumbuh secara alami seperti
Asam Laut (Temarindus indica), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), Ketapang (Terminalia cattapa)
dan lainnya, serta vegetasi yang sudah diusahakan oleh masyarakat setempat seperti Kelapa
( Cocos nucifera ), Bambu ( Bambusa sp ), Pisang dan tanaman pertanian lainnya.
Fauna atau satwa liar yang dapat dengan mudah dijumpai antara lain jenis burung daratan dan
itik liar. Dari hasil survey terdapat 54 marga dan 148 jenis karang yang tersebar di ketiga Gili ini,
Karang yang tumbuh didominasi oleh Ascropra sp, yang tumbuh pada kedalaman sekitar 3-16
meter dari permukaan laut.
Sedangkan di Gili Indah terdapat 26 suku dan 167 jenis ikan, sebagian dari ikan-ikan tersebut
merupakan ikan yang mempunyai warna yang indah dan menarik.
Kawasan ini menjadi obyek wisata bahari yang sangat digemari oleh wisatawan baik
mancanegara maupun domestik, terutama untuk snorkeling, fishing, diving, surfing, sun bathing,
shifting dan camping.
Taman Wisata Alam (TWA) Bangko-Bangko
TWA Bangko-Bangko terletak di desa Pelangan Kecamatan
Sekotong Kabupaten Lombok Barat dengan luas areal 2.169 Ha,
tepatnya terletak di bagian paling barat dari Kabupaten Lombok
Barat bagian selatan sampai dengan garis pantai selat Lombok.
Secara umum tipe vegetasi terdiri dari dua tipe yaitu sebagian kecil
merupakan Vegetasi Pantai dan Vegetasi Hutan Hujan Dataran
Rendah.
Vegetasi Pantai meliputi antara lain dari Famili Bruguiera,
Pandanaceae, Soneratiaceae dan Rubiaceae. Sedangkan Vegetasi
Hutan Hujan Dataran Rendah meliputi jenis-jenis antara lain Bajur (Pterospermum javanicum),
Kesambi (Schleicera oleosa), Waru (Hibiscus tiliaceus). Jenis satwa meliputi Jenis Burung yaitu
Ayam Hutan (Gallus varius), Perkutut (Geopeha striata), Elang Bondol (Haliastur Indus),
Punglor (Zoothera interpress) dan Koa Kiau (Phylemon buceroides). Jenis Mamalia antara lain:
Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), Rusa (Cervus timorensis) dan Babi Hutan (Sus sp).
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan selain surfing adalah mandi sinar matahari (berjemur),
berenang, tracking dan wisata budaya.
TWA Kerandangan
TWA Kerandangan termasuk desa Senggigi kecamatan Batu Layar
Kabupaten Lombok Barat dengan luas areal 396,10 Ha.
Berdasarkan kelompok hutan termasuk dalam kelompok Hutan Rinjani,
terdiri dari tipe hutan hujan tropis dan hutan musim. Berdasarkan survey
potensi dan kondisi hutan kelompok Hutan Rinjani,
terdapat berbagai jenis pohon antara lain Ajan atau Kelicung (Dyospiros
malabarica), Bua Odak, Bajur, Garu, Klokos Udang (Dracontomelon
mangiferum), Terep (Artocorput elasticus), Bintangur (Callophyllum inophylum), Sentul (Aglaia
sp), Goa (Ficus sp), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Kayu Suren (Toona sureni), Sengon Laut
(Albizia falcataria), Kayu Manis (Cinamomum burmanii), Tusam (Pinus merkusii), Kayu Damar
(Agathis lorentifolia), Mahoni (Swietenia macrophylla), Kemiri (Aleurites mollucana), dan Bajur
(Pterospermum javanicum).
Jenis-jenis satwa liar yang terdapat dalam kawasan Tanaman Wisata Alam Kerandangan antara
lain Ayam Hutan (Gallus varius), Cerucuk (Pycnonotus goiavier), Koa Kiau (Phylemmon
buceroides), Punai (Treron alax), Kecial (Zosterops wallacel), Biawak (Varanus salvator), Damar
(Chlorphage hicolus), Srigunting (Dicruru cinensis), Kera Abu-abu (Macaca jascicularis), Raja
Udang (Halcyon chloris), Kepodang (Oriolus chinensis), Kecuit (Nectarina vugularis), beraneka
kupu-kupu.
Sebagai salah satu TWA Pegunungan yang memiliki lembah dan air terjun, TWA ini memiliki
potensi wisata seperti panorama lembah yang sangat indah, Air Terjun Putri Kembar, Air terjun
Goa Walet, dan Eat Beraik.
Sarana dan prasarana yang telah ada berupa pondok kerja, jalan trail, radio komunikasi serta
sarana penunjang wisata berupa penginapan, restoran, pondok wisata, dan sarana komunikasi.
Untuk mencapai kawasan ini dapat melalui :
- Mataram Senggigi Kerandangan dengan kendaraan darat 25 menit
- Bali Teluk Kode dengan kapal cepat
- Teluk Kode Kerandangan 35 menit
TWA Suranadi
TWA Suranadi mempunyai luas 52 ha terletak di desa Suranadi, kecamatan Narmada Kabupaten
Lombok Barat.
Tipe vegetasi yang menutupi TWA Suranadi merupakan vegetasi campuran yang tersebar merata
yang ditandai dengan tumbuhnya pohon-pohon yang tinggi bercampur dengan perdu, semak,
padang rumput sehingga secara keseluruhan membentuk lapisan-lapisan tajuk yang tertutup.
Jenis yang dominant dijumpai adalah beringin (Ficus sp), Garu (Disoxilum sp), terep
(Arthocarpus elastica), suren (Toona sureni), kemiri (Aleuritas moluccana), purut (Parathocarpus
venenoosa), pulai (Alstonia scholaris), Balam (Eugenia polyantha), Kopang (Parkisa sp), Bua
Odak (Lanchonela notila), Duren (Durio zibethinus), Sentul (Aglata sp), Berora (Kleinova
hospital), Jambu (Eugenia sp), Purut (Paraiocarpus venenonus becc).
Jenis satwa yang ada didominasi Elang (Haliastur Indus), Burung Madu (Nectarinidae), Kera
Abu-abu (Macaca jascicularis), Kera Hitam (Presbytis cristata), Biawak (Varanus salvator), Ular
dan Musang Air (Cynogala benetti), Jelarang (Ratufa bicolor) dan lain-lain.dan jenis burung.
Potensi wisata yang tersedia meliputi sumber mata air yang berair sepanjang tahun, pure, jungle
tracking, bird watching, camping, penelitian, pendidikan lingkungan.
Fasilitas penunjang wisata yang tersedia adalah hotel, restoran, pusat informasi, jalan tracking,
camping ground, aula pertemuan, warung makan/lesehan, kolam renang. Untuk mencapai lokasi
ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat 25 menit dari Mataram.
TWA Pelangan
Kawasan ini terletak di desa Pelangan kecamatan sekotong Kabupaten Lombok Barat. Terbagi ke
dalam 2 bentuk kenampakan permukaan lahan yaitu hamparan lahan datar sampai bergelombang
dengan ketinggian 0 15 m dari permukaan laut yang dikelilingi bukit berbentuk ladam kuda
kearah selatan. Disisi yang lain bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan 8-25 %.
Potensi wisata yang dimiliki yaitu pantai dengan pasir putih yang indah.
Selain itu memiliki potensi flora diantaranya kelicung, bajur, beringin, ketimunan, asam dan
bidara, Ipil, Kesambi, Klokos, Waru, Ketapang yang merupakan jenis tanaman dari hutan alam,
namun wilayah Taman Wisata Alam Pelangan merupakan areal bekas perladangan dan
perambahan, sehingga kondisi vegetasi terbagi dalam dua golongan, yaitu jenis-jenis budidaya
seperti kelapa dan pisang, dan vegatasi alami seperti tersebut diatas. Disamping itu terdapat juga
semak belukar, padang ilalang dan savanna yang cukup luas terutama pada areal bekas
perambahan hutan.Satwa yang dijumpai antara lain rusa, kijang, kera, lutung, musang, ayam
hutan, koakkaok, elang.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan antara lain berjemur, berenang, camping, pendidikan dan
penelitian serta jungle tracking.
Untuk mencapai kawasan ini dapat ditempuh melalui : (untuk kehutanan diisi dalam kilometer
dan pariwisata diisi dalam jam /menit )
- Mataram Sekotong Pelangan dengan jalan darat dari Mataram 2 jam
Bangau Hitam (Liconia episcopus), Itik Liar (Cairima scutulata), Kuntul Putih (Egreta egretta)
serta Burung Pelikan (Pelicanedae).
Jenis burung terakhir ini merupakan jenis burung migrant, yang berasal dari Australia. Babi
Hutan, Kera abu-abu dan Ayam Hutan juga terdapat pada daerah perbukitan, serta berbagai jenis
reptil seperti Ular Sanca/Sawah, Kura-kura dan Biawak yang menempati lokasi bagian selatan
rawa taliwang. Kegiatan wisata yang umumnya dilakukan pada TWA ini adalah pengamatan
burung, bersampan, pendidikan dan penelitian.
TWA Semongkat
Pada kawasan wisata alam Semongkat ditemukan banyak jenis tanaman asli yang menghasilkan
buah sebagai sumber makanan satwa seperti : Buah Petas, Rasak, Ketimus, Kesambi, Seriwi,
Malaka, Rapatbewe, Asam.
Berbagai jenis burung terdapat di lokasi ini antara lain : Pring, Bayang, Raja Udang, Koa Kiu,
Ayam Hutan, Beo, Kepodang, Elang serta Alap-alap. Adapun jenis mamalia seperti : Babi Hutan,
Menjangan, Kera Abu-abu dan Landak banyak di temukan dilokasi Taman Wisata Alam ini.
Aktivitas wisata yang umumnya dilakukan adalah pengintaian dan pengamatan burung,
pendidikan, penelitian, foto hunting, camping, jungle tracking, jelajah sungai. Pada areal wisata
telah tersedia berbagai sarana diantaranya jalan setapak yang cocok untuk tracking.
Burung Gosong (Megapodis reinwardtii), Kepodang (Oriolus chinensis) dan jenis reptile antara
lain Biawak (Varanus salvator), sedangkan mamalia laut yaitu Lumba-lumba. Berdasarkan hasil
perhitungan penelitian pengembangan taman buru Pulau Moyo (Didjen PHPA tahun 1990) dapat
diduga populasi satwa besar (Sapi liar, Babi hutan dan Rusa) adalah sebagai berikut: Sapi Liar
(Bos javanicus) 3.594 ekor, Babi Hutan (Sus scrofa) 9.658 ekor, Rusa (Cervus timorensis) 3.144
ekor.
Tipe vegetasi yang terdapat di Pulau Moyo adalah vegetasi hutan pantai dan hutan daratan
rendah terdiri dari vegetasi pohon-pohonan, rumput, semak dan terdapat savanna yang cukup
luas.
Vegetasi berupa tegakan hutan primer seluas 2000 ha terletak membujur dari selatan ke utara
yang diselingi oleh semak belukar, sedangkan yang lainnya seluas 15.250 ha berupa hutan
sekunder, hutan tanaman jati dan semak belukar. Jenis-jenis flora yang terdapat di Pulau Moyo
berjumlah 18 jenis, diantaranya adalah Jambu (Eugenia sp), Kesambi (Schleichera oleosa),
Asam (Tamarindus indica) dan Jati (Tectona grandis), sedangkan jenis tumbuhan rumput
diantaranya adalah Paspalum sp, Saccharum spontancum dan Alang-alang (Imperata cilindrica).
Potensi wisata adalah keindahan alam pantai, kawasan perairan beserta biota laut seperti
berbagai jenis coral biru, berbagai jenis ikan , dan lain lain. Kawasan Taman Buru P. Moyo
secara administrasi terletak di Desa Labuan Aji, Desa Bajo Medang, Desa Sebotok, dan Desa
Sebaru, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa. Untuk mencapai kawasan wisata ini
ditempuh melalui Desa Labuan Aji dengan menggunakan sampan nelayan dengan waktu tempuh
15 menit.
TWA Madapangga
TWA Madapangga terletak di Desa Ndano, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima dengan luas areal
232 Ha. Kawasan ini merupakan kawasan pegunungan dengan tipe vegetasi didominasi oleh
jenis Loa/Ketimus (Protium javanicum), Kesambi (Schleicera oleosa) dan Walikukun (Shoutenia
ovata) serta Beringin (Ficus benyamina), jenis Loa (Protium javanicum) biasanya dipakai
masyarakat sekitar sebagai obat malaria, sakit pinggang dan lain-lain.
Kawasan ini menyimpan potensi satwa yang utama yaitu jenis burung. dilindungi Undangundang antara lain: Elang Bondol (Holiastur Indus), Bangau Putih (Egretta garzetta), Bangau
Hitam (Ciconia episcopus), Koa Kiu (Phylemon buceroides) dan Burung Hantu, dan jenis-jenis
burung kecil yang populasinya cukup banyak. Adapun jenis mamalia yang terdapat di kawasan
ini antara lain: Babi Hutan, Musang, Rusa dan Kera Abu-abu. Kawasan ini, telah dikembangkan
oleh Pemda Bima sebagai salah satu obyek wisata alam pegunungan.
Perairan di TWAL Pulau Moyo mempunyai dasar perairan yang landai, umumnya dangkall
ditumbuhi berbagai koloni karang dengan pola penyebaran bervariasi antara mengelompok dan
patchy coral, merupakan habitat berbagai biota karang. Kondisi airnya secara umum jernih,
khusus di bagian yang dangkal penetrasi sinar matahari dapat mencapai dasar perairan. Hal
tersebut memungkinkan pertumbuhan berbagai biota dasar perairan menjadi subur. Pola arus
cenderung dipengaruhi kondisi sekitarnya seperti cuaca, tinggi gelombang dan pasang surut.
Khusus di perairan bagian selatan P. Moyo kondisi arus air relative deras karena areal tersebut
merupakan selat antara P. Moyo dan P. Sumbawa.
Berbagai jenis karang yang dapat dijumpai adalah Montifora, Fungia fungis Comostrea Sp,
Acroporidae, Favidae, Acrophora, Sarcophyton Sp dan Millepora playphylla. Potensi ikan hias
yang dijumpai yaitu Sersan Mayor (Budefdaf bengalensis), Dakocan (Dascyllus sp), Moris ideal
(Zainus canerceus) dan berbagai jenis ikan hias lainnya. Disamping itu terdapat pula potensi
penyu yaitu penyu sisik dan penyu hijau.
TWAL Pulau Satonda
Kawasan P. Satonda merupakan salah satu kawsan konservasi yang ditunjuk dengan keputusan
Menteri Kehutanan No. 22/Kpts-VI/1998 tanggal 7 Januari 1998 sebagai TWAL P.Satonda
dengan luas 2.600 Ha terdiri dari 453,70 Ha daratan dan 2.146,30 Ha areal perairan. Kawasan ini
terletak di wilayah Desa Nangamiro Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
Perairan di TWAL P. Satonda mempunyai dasar perairan yang landai dengan patchy-patchy
terutama di bagian selatan dan timur. Dibagian barat dan utara dasar perairan sedikit curam.
Wilayah dasar perairan ditumbuhi berbagai koloni karang dengan pola penyebaran bervariasii
antara mengelompok dan patchy coral, merupakan habitat berbagai biota karang, dibagian koloni
karang yang kosong merupakan substrat berpasir sedikit berbatu.
Berbagai jenis karang yang dapat dijumpai adalah, Xenia sp, Capnella sp, Labophyton sp,
Hetractris crispa, Nepthtea sp, Acroporidae, Favidae, Lemnalia sp, Acrophora, Sarcophyton Sp,
berbagai species ikan hias dan penyu.
Jenis vegetasi yang dijumpai antara lain ketapang, waru laut, pandan laut, nyamplung, beringin
dan asam.
selalu lembab sepanjang tahun . SA Jereweh berada di ketinggian 100 950 m dpl yang dicirikan
oleh hutan yang bertajuk jamak (multi layer) serta terdapat potensi rotan dalam volume yang
tinggi. Pada kawasan ini terdapat ngarai dan sungai-sungai kecil karena adanya perbedaan
kelerengan.
Ditinjau dari keaneka ragaman fauna, kelompok burung merupakan satwa yang paling banyak
dijumpai. Sedangkan potensi flora yang ada antara lain asam, kesambi, suren, beringin, bajur,
duabanga, ipil. Disamping potensi diatas terdapat pula potensi wisata yang menarik untuk
dikembangkan yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, panorama alam yang sangat indah,
pengamatan kehidupan satwa burung, tekstur bebatuan pada tebing dibeberapa tempat yang
sangat indah.
2.2.7. POTENSI SUMBER DAYA AIR
Untuk tujuan efektivitas perencanaan/pemanfaatan sumber daya air, efisiensi pengelolaan dan
penjagaan kelestarian sumber air, Satuan Wilayah Sungai (SWS) di NTB dibagi 2(dua) yakni
SWS Lombok dan SWS Sumbawa.
SWS Lombok terdiri atas 4 Sub SWS (SSWS) / Daerah Aliran Sungai (DAS) dan 48 sungai
utama sedangkan SWS Sumbawa terdiri atas 14 SSWS/DAS dan 122 sungai utama. Pembagian
SSWS disajikan pada gambar sebagai berikut:
No.
Parameter
Satuan
Musim Hujan
(Nop Apr)
Musim
Kemarau
(Mei Okt)
Rata-rata
Tahunan
1. Temperatur
oC
21,6 32,9
19,0 33,2
25,5
2. Kelembaban
42 98
48 98
75,5
3. Tekanan udara
mbar
4. Penyinaran matahari
45 77
68 86
67
5. Arah angin
270 360
120 170
224
6. Kecepatan angin
Knot
2,0 6,5
4,0 6,0
4,4
7. Curah hujan
mm/bulan
75 393
0 99
115
8. Hari hujan
hari/bulan
6 22
0 11
0,04 0,06
0 0,02
0,03
9.
Aliran permukaan
spesfik
m 3/dt/km 2
1007,6
Besaran potensi sumber daya air dianalisis dan dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni
potensi air permukaan dan potensi air bawah tanah. Air permukaan meliputi volume air hujan, air
yang tertampung pada sungai, mata air maupun badan air (embung, bendungan). Sedangkan air
bawah tanah meliputi air yang tertampung dalam cekungan air tanah.
Luas wilayah, jumlah sungai utama, jumlah mata air, hujan wilayah dan volume air permukaan
pada masing-masing SSWS/DAS Lombok dan SSWS/DAS Sumbawa disajikan dalam dua tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.53 : Kondisi Air Permukaan SWS Lombok
Luas
Jumlah
Wilayah Sungai
(km 2 ) (unit)
Jumlah Hujan
Mata Air Wilayah
(titik)
(mm)
Volume Air
Permukaan
Volume Aliran
Spesifik
(juta m 3 )
(juta m 3 /km 2 )
L.01
Jelateng
502
691
45,72
0,09
L.02
Dodokan
2.027
13
33
738
1431,17
0,71
L.03
Putih
1.197
18
20
1.083
953,35
0,80
L.04
Menanga
1.013
15
60
850
612,31
0,60
Jumlah Lombok
4.739
48
113
841
3042,55
0,64
Volume Air
Permukaan
Volume Aliran
Spesifik
(juta m 3 )
(juta m 3 /km 2 )
Hujan
Luas
Jumlah Jumlah
Wilayah
Wilayah Sungai Mata Air
(km 2 )
(unit)
(titik)
(mm)
S.01 Jereweh
871
19
16
1.127
552,23
0,63
S.02 Rea
1.049
14
1.100
690,27
0,66
S.03 Rhee
1.335
58
665
563,36
0,42
956
53
881
540,44
0,57
888
220,98
0,49
S.06 Ampang
1.059
34
716
518,27
0,49
S.07 Hoddo
1.814
18
27
914
1224,10
0,67
S.08 Banggo
802
11
32
697
389,45
0,49
S.09 Parado
1.396
68
537
440,59
0,32
S.10 Sari
698
80
469
215,30
0,31
S.11 Rimba
1.068
32
518
316,72
0,30
S.12 Baka
903
44
868
501,91
0,56
S.13 Bako
754
11
699
304,48
0,40
S.14 Beh
2.255
12
74
928
1227,48
0,54
122
532
Jumlah Sumbawa
15.414
786
7705,58
0,50
Sedangkan potensi air tanah yang terdapat pada cekungan air tanah disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.55: Potensi dan Cekungan Air Tanah (CAT) di SWS Lombok dan SWS Sumbawa
No.
CAT/
Cakupan Wilayah
1 CAT Mataram-Selong
Luas
(km)
2.366
670
1.124
224
22
246
3.490
886
30
916
1.404
183
25
208
4 CAT Empang
Kabupaten Sumbawa dan Dompu
345
35
30
65
5 CAT Pekat
Kabupaten Dompu dan sebagian
Kabupaten Bima
977
220
10
230
1.419
320
14
334
375
63
69
1.102
165
16
181
363
36
39
5985
1022
104
1126
9.475
1.908
134
2042
Jumlah Lombok
3 CAT Sumbawa Besar
Kabupaten Sumbawa
Pemanfaatan air secara umum meliputi keperluan untuk bidang pertanian, domestik, maupun
industri. Prakiraan kebutuhan air per SWS dianalisis menurut asumsi secara umum dengan
menggunakan parameter umum dari berbagai referensi /pedoman/ acuan. Hasil analisis neraca
sumber daya air yang berupa ketersediaan dan pemanfaatan air pada tiap-tiap SSWS/DAS
disajikan pada tabel.
Dari analisis jumlah ketersediaan dan kebutuhan air tersebut, diperoleh nilai Index Kebutuhan
Air (IKA) dalam %, yang merupakan nisbah (rasio) antara ketersediaan dan pemanfaatan. Dari
tabel, beberapa SSWS/DAS menunjukkan angka yang negatif dan sebaliknya. Nilai IKA
dibawah 50% mengindikasikan adanya kelebihan/surplus air, nilai antara 50-70% dikatagorikan
kritis air, sedangkan nilai di atas 70% dikatagorikan sebagai daerah kekurangan air (defisit).
Table 2.56: Neraca Sumber daya Air
No
SWS/Sub SWS
Air
Kebutuhan
Luas (km
Indeks
tersedia
air
Kategori
2)
Keb Air(%)
(juta m 3) (juta m 3)
I.
SWS Lombok
4739
3042
3850
127
Defisit
Jelateng
502
46
128
279
Defisit
Dodokan
2027
1431
2483
173
Defisit
Putih
1197
953
252
26
Surplus
Menanga
1013
612
987
161
Defisit
II.
SWS Sumbawa
15414
7704
2978
39
Surplus
Jereweh
871
552
24
Surplus
Rea
1049
690
139
20
Surplus
Rhee
1335
563
318
57
Kritis
Moyo Hulu
956
540
365
68
Kritis
P. Moyo
454
221
(>>>)
Surplus
Ampang
1059
519
359
69
Kritis
Hoddo
1814
1224
87
Surplus
Banggo
802
389
138
35
Surplus
Parado
1396
441
553
125
Defisit
10
Sari
698
215
163
76
Defisit
11
Rimba
1068
317
182
57
Kritis
12
Baka
903
502
470
94
Defisit
13
Bako
754
304
61
20
Surplus
14
Beh
2255
1227
119
10
Surplus
20153
10746
6828
64
Jumlah NTB
RENCANA PENGEMBANGAN
Pemakai sumber daya air yang terbesar adalah dari sektor pertanian, dalam hal ini adalah untuk
irigasi tanaman budidaya (terutama padi, palawija, perkebunan). Selanjutnya dari hasil analisis
neraca tersebut, dapat dikemukakan bahwa untuk keberlanjutan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya air, terutama pada daerah-daerah kritis dan defisit air, diperlukan pengelolaan
sumber daya air yang terpadu dan perencanaan berbasis SSWS. Dari pengkajian lapangan dan
perhitungan yang pernah dilaksanakan, diperlukan banyak bangunan prasarana penampung air
berupa saluran suplesi, waduk, embung, atau eksploitasi air bawah tanah dalam skala besar
maupun kecil. Disamping itu juga diperlukan upaya terpadu untuk pemantapan jaringan irigasi
permukaan yang sudah ada, efisiensi pemakaian air permukaan maupun konservasi sumbersumber air.
Dari identifikasi dan perencanaan yang sudah dilaksanakan, pada beberapa wilayah banyak
ditemukan potensi sumber daya air untuk pengembangan lebih lanjut, baik untuk keperluan
pertanian, domestic, wisata, maupun konservasi; antara lain:
Pembangunan embung (tersebar di daerah kritis/defisit air)
Pembangunan bendungan permukaan (termasuk di wilayah Meninting, Pelangan, PandanduriSwangi, Pringgabaya, Beringinsila, Rababaka, Wera)
Pembangunan bendungan bawah tanah (di wilayah Lombok bagian utara-timur, lereng
tambora, dan wilayah Keli)
Pembangunan/eksploitasi air tanah (tersebar di wilayah kritis/defisit air)
Rehabilitasi embung-embung yang telah menurun fungsinya
Rehabilitasi Jaringan irigasi
Normalisasi Sungai
Di beberapa sungai besar dan bangunan prasarana yang sudah ada, diidentifikasi potensi
pengembangan tenaga mikrohidro, misalnya di sungai-sungai Brang Beh, Brang Rhea, Brang
Utan, Bendungan Pelaparado, Saluran Irigasi Jurangsate.
Tabel 2.57: Data Inventarisasi Bendungan/Dam di Provinsi NTB
Nama
No. Bendungan/
dam
Selesai
dibangun
Luas
Genangan
(Km2)
Kapasitas
(juta m 3)
Luas
Manfaat
Irigasi
DPS
Lain-Lain
(ha)
(Km2)
(termasuk Potensi)
1. Batujai
1982
890
25
169
2. Pengga
1994
430
27
340
400 KVA
Wisata, Perikanan
dan
Air Baku
3. Mamak
1993
300
32,5
101
4. Tiukulit
1994
120
11
54
1.800 Perikanan
Pariwisata Alam dan
Waduk
5 Gapit
1995
6 Batubulan
2003
720
53,5
194
7 Sumi
1997
66
19,4
60
8 Pelaparado
2005
80
18
85
9,8
1.300 Perikanan
300
24,4
69,6
2 Mujur
214
25,9
87,2
Sektor industri terbagi atas industri besar, sedang, kecil dan industri rumahtangga. Pada tahun
2003 jumlah perusahaan Industri sebesar 61.221 perusahaan, terdiri atas 137 perusahaan Industri
Besar dan Sedang dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 5.774 pekerja dan
sebanyak 61.084 perusahaan Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga menyerap sebanyak
175.361 pekerja, sedangkan total investasi yang ditanam sampai tahun 2003 sebesar Rp. 214,64
milyar.
Pada Perusahaan Industri Besar dan Sedang terdapat 29,93 % perusahaan yang bergerak di
bidang Industri Makanan dan Minuman, hanya 2,92 % yang bergerak di bidang Industri Tekstil
dan Pakaian Jadi.
Tabel 2.58: Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang dan Tenaga Kerja Dirinci Menurut
Jenis Lapangan Usaha Tahun 2003
Lapangan Usaha
Jumlah
Perusahaan
Tenaga Kerja
Pekerja
Produksi
Pekerja
Lainnya
Total
41
1.489
234
1.723
38
2001
157
2.158
130
112
16
540
77
617
33
938
82
1020
129
15
144
Jumlah
137
5.20
574
5.774
Industri Gerabah
Industri Gerabah adalah industri kerajinan dari tanah liat dengan model:
Gentong, Ceret, Guci, Mangkok tempat buah, Pot Bunga dan bentuk
lainnya sesuai dengan pesanan. Hasil kerajinan ini merupakan salah satu
komuditi ekspor yang cukup menjanjikan, dan menempati urutan ketiga
terbesar yang menghasilkan devisa setelah barang Tambang dan Mutiara.
Sentra Industri Kerajinan Gerabah terdapat di Desa Banyumulek Kecamatan Kediri Lombok
Barat dan di Desa Penakak Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur.
Kerajinan Tenun
Kerajinan tenun (tenun ikat dan gedogan) adalah produk kerajinan yang
dibuat dengan mengguna-kan alat tenun bukan mesin (ATBM) memiliki
motif, corak dan karakteristik tersendiri.
Produk tenunan ini bermula dari bentuk Kain Purbasari yang biasanya
didesain untuk anggota keluarga kerajaan dalam bentuk Kain Sarung,
sekarang berkembang berbagai macam produk seperti bahan pakaian,
selimut, hiasan dinding, dan sebagainya. Pusat kerajinan tenun antara
lain di desa Sukarara, Pejanggik Lombok Tengah, Desa Pringgasela
Lombok Timur, Desa Ranggo Kabupaten Dompu, Kelurahan Raba
Dompu Kota Bima, Desa Renda Kabupaten Bima.
Kerajinan Anyaman
Berbagai macam kerajinan antara lain: Anyaman Ketak di Dusun
Nyiurbaya Lingsar Kabupaten Lombok Barat, Anyaman Rotan yang
berpusat di Desa Beleka, Lekor Kabupaten Lombok Tengah, Desa Tepas,
Beru Kabupaten Sumbawa, Kilo, Pekat Kabupaten Dompu, Monta
Kabupaten Bima, dan Anyaman Bambu terdapat di Desa Loyok
Kabupaten Lombok Timur.
Kerajinan anyaman ini antara lain dalam bentuk kotak tembakau (Cupu),
tas wanita, dompet, tempat menyimpan beras/nasi (kecupu), kotak
perhiasan, kotak sabun, gegandek untuk menaruh pakaian, makanan dan lainnya, serta bentuk
lain sesuai dengan pesanan.
= Potensi Perdagangan
Aktifitas perdagangan dalam negeri di NTB pada tahun 2003 antara lain pengadaan gula pasir
sebanyak 19.150 ton, tepung terigu 6.108 ton, minyak goreng 9.434 ton, semen 223.030 ton dan
pupuk sebanyak 67.859 ton. Sedangkan penyaluran bahan pokok tersebut rata-rata mencapai 90
persen dari total pengadaan.
Perdagangan luar negeri dari NTB menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pada tahun
2003 nilai ekspor NTB mencapai US $ 551,49 juta lebih, meningkat 7,41 persen dari tahun 2002.
Komoditi ekspor terbesar adalah hasil tambang sebesar US $ 546,81 juta lebih atau 99,15 persen
dari total nilai ekspor, kemudian hasil Industri dan Perikanan masing-masing sebesar US $
2.496,68 juta (0,45 persen) dan US $ 1.801,17 juta (0,33 persen). Sedangkan tujuan ekspor
meliputi 38 negara dengan pangsa pasar terbesar adalah Jepang dengan nilai sebesar US$ 237,74
juta lebih (43,11 persen) kemudian Korea sebesar US $ 73,03 juta lebih ( 16,38 persen) dan
Filipina sebesar US $ 62,24 juta lebih (11,29 persen).
Grafik 2.1 : Ekspor Luar Negeri NTB Menurut
Negara Tujuan Tahun 2003.
Peluang Pengembangan perdagangan NTB, baik
dalam negeri maupun luar negeri, dimasa yang
akan datang masih dapat dikembangkan terutama
ekspor komoditi unggulan seperti mutiara dan
hasil industri kerajinan.
potensial yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata yaitu sembilan di Pulau Lombok
dan enam di Pulau Sumbawa.
Kawasan Pariwisata tersebut seperti pada Gambar 2.10 Peta Kawasan Pariwisata.
= Lima Belas Kawasan Pariwisata
Kawasan Wisata Senggigi dan sekitarnya, Luas : 1.805,63 Ha
Merupakan pusat pariwisata di Lombok Barat dengan berbagai
akomodasi mulai dari hotel melati sampai hotel berbintang. Sepanjang
pantai di kawasan tersebut terhampar pasir putih dengan panorama alam
pantai dan perbukitan yang indah serta ombaknya yang cukup tenang
sehingga para wisatawan dapat melakukan aktivitas wisata antara lain:
berjemur, volley pantai, berenang, kano, berperahu, volley air, surfing,
Golf dan menikmati sunset.
Dikawasan tersebut juga terdapat Suaka Taman Laut dengan Karang Biru (Blue Coral) yang
cukup terkenal di dunia. Sekitar kawasan terdapat tiga pulau yang disebut Gili Trawangan, Gili
Meno dan Gili Air yang sangat diminati oleh para wisatawan dengan panorama alam yang indah
serta pantai berpasir putih yang mengelilingi ketiga Gili tersebut.
Diantara Gili Trawangan dan Gili Meno terdapat Taman Laut dengan Karang Biru yang cukup
terkenal di dunia. Dapat dicapai dalam waktu 10-40 menit dengan menggunakan perahu motor
dari Bangsal. Atraksi wisata yang dapat dilakukan yaitu: berjemur, berenang, berperahu,
memancing, surfing, diving, snorkeling dan menikmati sunset.
Kawasan Wisata Suranadi dan sekitarnya, LUAS : 96,7 Ha
Di kawasan wisata Suranadi dan sekitarnya terdapat beberapa obyek yang cukup unik dan
menarik untuk dinikmati seperti tiga buah bangunan pura dan lima mata air (Panca Tirta),
miniatur danau segara anak, melihat miniatur Pura Kalasa (simbol Gunung Rinjani), mata air
awet muda, bangunan Kemaliq (penganut watu telu) yang berdampingan dengan bangunan Pura
(Penganut Agama Hindu). Kawasan tersebut juga didukung oleh panorama alam yang indah dan
sejuk.
Kawasan Pariwisata Gili Gede dan sekitarnya, Luas : 3.278 Ha
Di kawasan tersebut terdapat beberapa Gili atau pulau-pulau kecil dengan pantai yang berpasir
putih dan terdapat beberapa hotel melati. Panorama perbukitan serta ombak yang tenang
sehingga sangat cocok untuk aktivitas wisata seperti: berjemur, berenang, berperahu dan
menikmati keindahan matahari terbenam di sore hari.
Kawasan Wisata Kuta dan sekitarnya, Luas : 2.590 Ha
Di Kawasan Kuta terdapat beberapa pantai yang indah seperti Pantai Seger, Putri Nyale, Tanjung
Aan dan Pantai Kuta yang memiliki keunikan tersendiri dengan pantai yang berpasir putih dan
berbentuk butiran bulat, di sepanjang pantai dengan panorama alam perbukitan dan pohon kelapa
menghiasi sepanjang pantai. Di kawasan ini terdapat beberapa hotel melati dan hotel berbintang.
Aktivitas yang dapat dilakukan adalah berjemur, berenang, menyelam, kano, surfing dan
berperahu. Setiap tahun antara bulan Januari Maret dilaksanakan upacara adat Bau Nyale
atau menangkap Nyale yang merupakan tradisi tahunan masyarakat setempat.
di Bali dan gradasi warna Danau Segara Anak. Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 m dari
permukaan laut.
Di sekitar lereng Gunung Rinjani juga terdapat beberapa obyek wisata yang menarik
diantaranya: Air Terjun Sendang Gile, Otak Kokok Gading, dan Lemor.
yang rindang di sepanjang pantai. Panorama hutan tropis alami dan alam perbukitan sangat
menarik bagi para wisatawan dalam dan luar negeri. Amanwana Resort adalah lokasi utama.
Berjemur, menyelam, snorkeling, menyaksikan kehidupan ikan laut, menelusuri hutan, air terjun
dan tarian tradisional dari penduduk setempat.
Di kawasan Pulau Moyo juga terdapat beberapa obyek yang menarik seperti Tanjung Pasir dan
Tanjung Menangis yang memiliki pantai berpasir putih dengan ombak yang tenang.
fauna, snorkeling, surfing, berjemur, sunset, memancing, diving, berenang, hiking, dan camping.
Selain ke-15 Kawasan Wisata tersebut di atas, di Provinsi NTB juga terdapat beberapa Taman
Wisata, seperti:
lingkungan.
Taman Wisata Alam Danau Taliwang
Potensi wisata yang ada adalah berbagai jenis flora dan fauna. Aktifitas wisata yang dapat
dilakukan adalah pengamatan burung, bersampan, pendidikan lingkungan dan penelitian.
Taman Buru dan Taman Wisata Alam Pulau Moyo
Sebagai sebuah taman buru, kawasan ini memiliki potensi satwa buru antara lain Sapi Liar,
Babi Hutan, dan Rusa. Sedangkan potensi wisata adalah keindahan alam pantai, kawasan
perairan beserta biota laut seperti berbagai jenis coral biru, dan jenis ikan laut hias. Sarana dan
Prasarana wisata yang tersedia adalah hotel dan restoran.
Taman Wisata Alam Madapangga
Potensi Wisata yang tersedia adalah berbagai jenis flora dan fauna.
Taman Buru Gunung Tambora Selatan
Sebuah taman buru dengan pemandangan alam pegunungan dan wisata laut., Sedangkan
potensi satwa buru antara lain Babi Hutan, dan Rusa.
Taman Nasional Gunung Rinjani
Taman Nasional Gunung Rinjani adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli. Potensi wisata alam pegunungan yang memiliki keanekaragaman Flora dan Fauna , air
terjun, kolam permandian air panas dan dingin, danau dan tanaman khas bunga edelwies.
Aktifitas wisata yang dapat dilakukan antara lain: mandi air panas dan dingin, penelitian,
tracking, pendakian, memancing.
Taman Hutan Raya Sesaot
Potensi wisata yang dimiliki adalah aneka ragam flora dan fauna serta air terjun yang indah
dengan udara pegunungan yang sejuk. Aktifitas wisata yang dapat dilakukan: tracking, mount
biking, hiking, camping,
Cagar Alam Toffo Kota Lambu
Sebagian besar cagar alam berupa padang savana yang luas dengan berbagai jenis burung dan
fauna lainnya serta hutan Mangrove tumbuh di bagian pantai.
Cagar Alam Pedauh
Cagar alam ini banyak dihuni oleh berbagai jenis burung langka yang dilindungi dan satwa liar
lainnya.
Cagar Alam Gunung Tambora Selatan
Potensi wisata yang ada adalah pemandangan alam, padang savanna, dan lebah madu.
Cagar Alam Pulau Sangiang
Selain berbagai jenis flora, cagar alam ditemukan berbagai jenis burung langka dan satwa liar
lainnya.
Swaka Margasatwa Gunung Tambora Selatan
Potensi wisata berupa pemandangan alam yang yang sangat indah, padang savanna, potensi
lebah madu yang sering dijadikan sebagai obyek wisata pemanenan lebah madu secara
tradisional, pengamatan penyu, penelitian dan pendidikan.
Swaka Alam Jereweh
potensi wisata yang menarik untuk dikembangkan yaitu sungai yang mengalir sepanjang
tahun, panorama alam, pengamatan kehidupan satwa burung, dan, tekstur bebatuan tebing.
= Wisata Budaya
Museum NTB
Terletak di Jalan Panjitilar Ampenan Kota Mataram. Berbentuk bangunan Lumbung Padi khas
Suku Sasak. Pada museum ini dapat disaksikan gambaran perkembangan NTB dari zaman
prasejarah sampai saat ini.
Ada beberapa pertunjukan kesenian dan acara-acara yang bersifat ceremonial.
Ruang Pameran antara lain berisi gambaran kosmografi, data-data geologi, diorama alam flora,
fauna, lukisan-lukisan, benda-benda budaya hasil karya zaman dahulu.
Taman Mayura
Terletak di Kecamatan Cakranegara Kota Mataram. Dibangun tahun 1744 oleh Raja Lombok
Anak Agung Ngurah Karang Asem. Taman ini berbentuk empat persegi panjang didalamnya
terdapat Bale Kambang di tengah kolam.
Di dalam taman ini terdapat dua pura, yaitu Pura Kelepung dan Pura Padmasari. Pada bagian
belakang terdapat lapangan tennis dan kolam renang.
Pura Meru
Terletak di Cakranegara. Merupakan peninggalan Raja Bali di Lombok dan merupakan tempat
peribadatan Umat Hindu.
Pura Segara
Terdapat di pinggir pantai Ampenan. Merupakan tempat peribadatan umat Hindu.
Masjid Kuno Rambitan
Berjarak 49 km dari Kota Mataram. Masjid dibangun pada abad ke-16 terletak di tengah
perkampungan penduduk dengan ciri-ciri: Mihrab tidak tepat mengarah kiblat, bentuk atap
tumpang, hanya ada bangunan inti dan tanpa serambi. Atap dari ijuk dan dinding dari bambu.
Makam Selaparang
Terletak di Dusun Peresak, Desa Selaparang, Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur. Jaraknya
55 km dari Kota Mataram. Komplek makam ini sederhana namun di dalamnya terdapat makam
tokoh dari berbagai daerah dan agama sebagai perlambang dari perwujudan Nusantara.
Bala Kuning
Merupakan rumah kediaman Sultan Sumbawa Muhammad Kaharuddin III setelah turun tahta,
terletak di tengah Kota Sumbawa Besar. Di rumah ini tersimpan benda-benda peninggalan
kerajaan antara lain: Keris, mahkota raja, tombak, pakaian raja yang berlapis emas.
Dalam Loka
Dalam Loka atau Istana Sumbawa terletak di pusat kota Sumbawa Besar. Dibangun pada zaman
Sultan Muhammad Jallaluddin III yang memerintah Kerajaan Sumbawa antara tahun 1883-1931.
Istana ini berbentuk rumah panggung dengan 99 tiang penyangga sebagai perlambang 99 sifat
Tuhan Asmaul Husna.
Sarkofagus Ai Renung
Makam kuno ini terletak di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu dengan jarak 27 km dari
Sumbawa Besar.
Doro Bata
Terletak satu kilometer dari Kota Dompu. Lokasi ini merupakan tempat penelitian benda-benda
peninggalan pra sejarah. Doro Bata merupakan bekas-bekas Kerajaan Dompu.
Istana Bima
Terletak di tengah Kota Bima, dibangun pada tahun 1927-1930 dengan arsitektur bergaya Eropa.
Istana ini terdiri dari bangunan istana, mesjid dan alun-alun. Fungsi istana sekarang ini adalah
sebagai Museum Bima yang lebih dikenal dengan Museum Asi Mbojo.
Lumbung Tradisional Wawo Maria
Merupakan lokasi wisata yang terletak sekitar 25 kilometer dari kota Bima pada jalur wisata
untuk tujuan Pulau Komodo. Lumbung Tradisional (Lengge) merupakan obyek wisata yang telah
banyak dikunjungi.
Wadu Paa
Terletak di Teluk Bima dan merupakan tempat keberadaan situs purbakala yang cukup terkenal.
Tempatnya di Dusun Sowa, Desa Kananta, Kecamatan Donggo. Melalui laut dari Pelabuhan
Bima menuju lokasi ini ditempuh selama satu jam.
= Wisata Sejarah
Makam Van Ham
Makam Van Ham terletak di tengah kota Mataram. Van Ham adalah seorang Jenderal Belanda
yang tewas pada tahun 1894 ketika terjadi pertempuran sengit antara pasukan Kerajaan Lombok
dengan Tentara Belanda.
Desa Bayan
Di tempat ini terdapat masyarakat Suku Sasak dan masih terus mempertahankan sifat tradisional
yang bercorak agraris. Bangunan tradisional Balejajar terdiri dari dua atau tiga ruangan dengan
tiang-tiang dan berdinding bambu. Rumah-rumah di Bayan dicirikan dengan adanya berugak di
depan rumah. Selain itu budaya di desa ini juga masih tetap dipertahankan keasliannya.
Desa Sade dan Desa Rambitan
Letaknya sekitar 19 km dari Kota Praya, Lombok Tengah. Di kedua desa yang dihuni oleh Suku
Sasak ini terdapat dua bangunan tradisional dengan lumbung padi yang khas. Terdapat pula
kerajinan tenun gedogan.
Desa Sembalun Lawang dan Sembalun Bumbung
Kedua desa ini berada dalam sebuah danau yang sudah mengering dan berubah menjadi lahan
yang subur. Merupakan tempat persinggahan menuju
Gunung Rinjani. Bangunan tradisional dan Petilasan Gajah Mada dapat dijumpai di desa ini.
Dusun Pemulung
Letaknya tujuh kilometer dari Kota Sumbawa Besar. Di desa ini dapat disaksikan budaya
tradisional masyarakat Sumbawa dengan berbagai macam atraksi seperti: karapan kerbau, karaci,
tarian daerah, rumah tradisional dan lain-lain. Tradisi menumbuk padi juga dapat disaksikan.
Desa Tapel
Terletak di puncak Gunung Batu Lenteh Kecamatan Moyo Hulu, berjarak 37 km dari Kota
Sumbawa Besar. Dapat ditempuh dengan jalan kaki atau berkuda. Bangunan tradisional
berbentuk rumah panggung terdapat di desa ini. Demikian juga budaya radisional masyarakat
Sumbawa mulai dari cara berpakaian, bentuk rumah dan adat perkawinan.
Desa Poto
Berjarak 30 km dari Kota Sumbawa Besar di Kecamatan Moyo Hilir. Tenunan tradisional
pembuatan gerabah serta atraksi kesenian rakyat seperti: pacuan kuda dan karapan kerbau dapat
disaksikan di desa ini.
Pulau Bungin
Terletak di Kecamatan Alas pada jarak 70 km dari Kota Sumbawa Besar dengan kepadatan
penduduk 14.000 jiwa / km2.. Tradisi di Pulau Bungin sangat unik antara lain pada tradisi
perkawinan adanya keharusan bagi keluarga baru untuk menyiapkan lahan/rumah dengan
mengurug laut.
Ketua Rombongan bertemu dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo. Pada saat itu
diserahkan Sere Pua dan Al-Quran kepada Sultan.
Barapan Kebo
Barapan Kebo adalah permainan ketangkasan Balapan Kerbau yang tetap dilestarikan oleh
masyarakat Sumbawa. Tujuan akhir dari Permainan ini adalah mencapai Saka (Bendera) yang
ada digaris finish.
Shaman/Juri membacakan jampi-jampi agar kerbau peserta lomba takut mencapai Saka. Jika
Saka dilewati oleh peserta barapan kebo, maka Shaman/Juri akan menetapkan bahwa dialah
pemenangnya.
= Kesenian Daerah
Wayang Kulit
Kesenian yang paling populer dalam masyarakat Lombok adalah Wayang Kulit, yang mana
serial cerita/lakonnya banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa.
Tari Tandak Mendet
Tarian ini adalah bagian dari upacara adat disebut Ngayu Ayu dari Desa Sembalun Lombok
Timur yang membentuk suatu ciri acara yang melibatkan seluruh penduduk di Desa Sembalun
Bumbung. Penari terdiri dari 8 tentara; 6 orang laki-laki bertindak sebagai tentara, seorang
membawa sumpit dan seorang lagi bertindak sebagai pemimpin. Tarian ini dipertunjukan untuk
menyatakan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan mereka dan upaya
untuk tetap hidup sebagai hamba.
Peresean
Presean sangat terkenal sebagai pertunjukan ketangkasan diantara masyarakat Lombok.
Pertunjukan ini dilaksanakan oleh dua pepadu yang bertanding secara fisik dengan rotan
sebagai senjata dan ende sebagai tameng. Pertunjukan ini diiringi dengan Gamelan dan dipimpin
oleh juri yang disebut Pekembar. Pekembar memiliki hak untuk menentukan siapa yang menjadi
pemenang.
Belanjakan
Belanjakan adalah salah satu jenis tarian rakyat yang masih hidup, khususnya di Desa Masbagik,
Lombok Timur.
Kata Belanjakan berasal dari kata Lanjak yang artinya menendang dengan tumit. Oleh
karena dalam pertandingan ini gerakannya adalah dengan menendang tumit.
Atraksi ini disamping berfungsi sebagai persehatan juga sebagai ajang kompetisi mengadu
ketrampilan belanjakan, juga biasanya dilaksanakan setelah panen padi. Atraksi ini memiliki
unsur pendidikan seperti meningkatkan keberanian, kepercayaan diri dan memperluas hubungan
sosial karena dilaksanakan antara kelompok-kelompok dari desa lain.
Tari Gandrung
Gandrung artinya perasaan rindu yang dieksperesi-kan dalam bentuk
gerak dan tarian. Kita dapat menjumpai tarian ini dibeberapa desa yang
ada di Pulau Lombok. Tari Gandrung dipertunjukkan oleh seorang gadis
penari, biasanya dipertunjukkan di tempat terbuka diiringi oleh gamelan.
Tari Gandrung memiliki suatu pertunjukan yang unik. Mereka menari
dengan kipas dan ketika penari menyentuhkan kipasnya kepada salah
seorang penonton yang biasanya laki-laki, ini berarti laki-laki yang
disentuh kipas tersebut diundang untuk menari bersama penari gandrung
di arena tersebut.
Rudat
Rudat adalah tarian tradisional Suku Sasak yang dipertunjukan oleh group anak muda. Tarian ini
adalah kombinasi antara budaya islam pada umumnya dan budaya sasak khususnya. Tarian ini
diikuti dengan beberapa instrumen musik seperti Jidur. Penari biasanya menyajikan nyanyian
rudat yang berisikan ajaran Islam. Penari biasanya memakai kostum warna warni dilengkapi
dengan topi dan perlengkapan lainnya.
Kayak Sando
Kayak Sando adalah salah satu jenis tarian daerah yang diambil dari cerita masyarakat yang ada
di Lombok Tengah dan Lombok Timur. Warna khusus tarian ini adalah bahwa semua penari
memakai topeng. Tarian ini sering dipertunjukan pada acara-acara adat untuk memeriahkan
upacara upacara daerah.
Cupak Gerantang
Panji Semirang yang aslinya berasal dari Bali diambil oleh seniman Sasak menjadi sebuah
bentuk Operet yang diberi nama Cupak Gerantang. Operet ini biasanya dipertunjukkan untuk
menghidupkan acara perkawinan dan acara hitanan. Pertunjukkan Cupak Gerantang biasanya
dipertunjukkan sepanjang malam dari jam 21.00 hingga pagi hari.
Barong Tengkok
Barong Tengkok adalah pertunjukkan yang biasanya disuguhkan dalam suatu acara untuk
mengiringi pengantin pada acara perkawinan atau acara hitanan. Prosesinya berupa arak-arakan
dengan mengusung calon pengantin atau yang dikhitan dengan kuda-kudaan kayu.
Kecimol
Kecimol adalah salah satu jenis musik tradisional dari Lombok Timur, Desa Lenek Kecamatan
Aikmel. Instrumennya terdiri dari gambus, gendang jidur, mandolin dan sebuah biola. Lirik lagu
berisikan ungkapan pendidikan bagi anak muda yang sedang bercinta. Jenis musik ini telah
berkembang di berbagai Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur.
Tari Bajang Girang
Tarian ini perwujudan ekspresi perasaan anak muda yang selalu bermaksud untuk melaksanakan
perkawinan. Dalam Bahasa Indonesia, kata bajang berarti muda dan girang berarti senang.
Tari Lenggo
Tari Lenggo adalah salah satu jenis kesenian yang ada pada zaman
dahulu diselenggarakan oleh para Raja dan Ratu di Bima. Gerakan tarian
ini yang demikian luwes merupakan cerminan keluwesan dan tingkah
laku yang baik dari para pemuda dan pemudi di Bima. Tari Lenggo pada
zaman dulu sering dipertunjukan pada upacaraupacara menyambut tamu-tamu, upacara adat
lainnya atau acara penting kerajaan.
Ntumbu
Ntumbu adalah atraksi mengadu kepala antara dua pemain, merupakan salah satu pertunjukan di
daerah Bima. Pada pertunjukan ini kedua pemain diberikan kekebalan lebih dulu oleh pemimpin
pertunjukan yang disebut Guru dengan berdoa yang disebut Nochtah. Untuk memungkinkan
melangsungkan pertunjukan perlu adanya kepercayaan, keyakinan yang dikonsentrasikan dalam
hati bagi kedua pemain dan ini akan diperoleh apabila kedua pemain telah di doakan.
Pemain membagi diri dalam dua kelompok. Kelompok yang bertahan disebut Tee dan yang
menyerang disebut Ncora
Atraksi Ntumbu diiringi musik tradisional Bima, mula-mula pemain yang memegang dan
melambaikan saputangan memberi salam kepada penonton kemudian pemanasan sebelum
melakukan adu kepala.