Anda di halaman 1dari 20

HASIL EKPLORASI MINERAL LOGAM DI JALUR BUSUR

MAGMATIK SUNDA-BANDA

Oleh :
R.Simpwee Soeharto
Subdit. Eksplorasi Mineral Logam

SARI
Pengusahaan dan pemanfaatan bahan galian mineral logam telah berlangsung sejak
lama. Sampai saat Indonesia ini masih merupakan negara yang cukup menarik bagi
penanaman modal di bidang usaha pertambangan bahan galian logam, seperti terbukti
dengan banyaknya kontrak karya yang diterbitkan selama beberapa tahun terahir ini.
Metalogenik dan kerangka tektonik Busur Sunda-Banda cukup mendukung sebagai
tempat kedudukan bermacam-macam endapan logam primer. Dari sekian banyak
eksplorasi yang dilaksanakan ternyata beberapa endapan primer bahan galian logam
utama seperti emas dan tembaga telah ditemukan dan beberapa cukup menarik.
Direktorat Sumberdaya Mineral akan terus berusaha mendorong kegiatan eksplorasi
dalam batas wewenangnya, walaupun dalam pelaksanaannya kedepan dengan adanya UU
No. 22 th. 1999 akan ditangani oleh Pemerintah Daerah. Beberapa cara yang telah
ditempuh diantaranya:
- Menyiapkan beberapa daerah WPP (Wilayah Penugasan Pertambangan) yang
disediakan bagi Kerjasama Eksplorasi antar Institusi Dalam dan Luar negeri (G to G).
- Menyiapkan beberapa daerah prospek untuk kerjasama baik dengan swasta Asing
maupun Nasional.
- Menyebar luaskan informasi tempat keberadaan potensi sumberdaya mineral kepada
para pengguna disektor pertambangan.
Hasil eksplorasi endapan mineral logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi
Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral sejak PELITA V, khususnya di sepanjang
Jalur magmatik Busur Sunda-Banda,telah menemukan beberapa indikasi mineralisasi
logam yang cukup menarik untuk ditindak lanjuti. Mineralisasi pada umumnya terjadi
pada batuan induk volkanik berumur Tersier, beberapa pada batuan metasedimen Pra-
Tersier atau pada batuan intrusifnya sendiri dan mineral rombakan pada batuan sedimen
kwarter. Sedangkan batuan yang menjadi heat source-nya adalah batuan intrusif berumur
Pra-Tersier dan Tersier. Beberapa diataranya cukup baik untuk dipelajari misalnya,
mineralisasi timah, logam langka dan logam dasar pada batuan granit di Sososrtolong dan
Way Pubian, mineralisasi emas tipe urat epitermal dalam daerah WPP di G. Ciawitali
(Kerjasama DSM-BRGM), mineralisasi tipe volkanogenik di Cibuniasih (Kerjasama DSM-
MMAJ/JICA), mineralisasi logam dasar tipe porfiri di Sanenrejo dan mineralisasi logam
dasar di Wai Wajo.

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4-1
PENDAHULUAN Hasil eksplorasi endapan mineral
Permintaan dunia maupun domestik logam yang dilakukan oleh Subdit.
akan logam diperkirakan akan terus Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
meningkat. Hal ini merupakan peluang Sumberdaya Mineral sejak awal Pelita V
yang baik dan harus diantisipasi dengan th.1989, yang kebanyakan terletak di jalur
usaha pengembangan industri mineral Busur Sunda-Banda, telah
logam yang juga akan mendukung mengindentifikasi adanya perbedaan
pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini lingkungan pengendapan, jenis
kegiatan eksplorasi, penambangan dan mineralisasi, tempet kedudukan dan
pengolahan mineral logam utama seperti kemungkinan adanya daerah mineralisasi
emas, tembaga, perak, nikel dan timah, baru yang cukup menarik untuk ditindak
serta usaha eskplorasi lanjuti.
penganekaragamannya cenderung
meningkat. Akan tetapi di ujung abad 21,
METALOGENIK BUSUR SUNDA-
krisis ekonomi yang diikuti oleh krisis
BANDA
politik, sosial dan ketidak stabilan
keamanan di Indonesia telah mengurangi Seperti diketahui bahwa geologi
minat penanaman modal baik nasional kepulauan Indonesia ini terletak pada
maupung asing dalam bidang daerah tumbukan tiga lempeng bumi, yaitu
pertambangan. Bahkan beberapa kegiatan Lempeng Pasific, lempeng India-Australia
eksplorasi sudah berhenti, terutama di dan Eurasia yang telah membentuk
daerah yang dilanda kerusuhan. kerangka tektonik yang cukup rumit serta
kondisi daerah yang cukup dinamis dan
Walaupun demikian, kegiatan
cocok bagi pengendapan berjenis-jenis
eksplorasi yang dilakukan Pemerintah harus
mineral logam.
tetap digiatkan karena ternyata Indonesia
masih merupakan negara yang cukup Paling tidak ada enam jalur busur
menarik untuk usaha di bidang magmatik di Indonesia yang merupakan
pengusahaan mineral logam. Keadaan tempat kedudukan utama mineralisasi
geologi dan tempat kedudukan mineralisasi logam (emas dan tembaga), salah satu di
adalah merupakan salah satu faktor penting antaranya adalah Busur Sunda-Banda.
yang menentukan dan mempengaruhi Sejarah membuktikan bahwa kebanyakan
keberhasilan usaha dibidang industri tambang logam (emas) terletak di jalur
mineral. Keadaan geologi (umur, litologi magmatik ini. (Gambar 1.).
dan kerangka tektoniknya) Busur Sunda- Pengenalan metalogenik di Busur
Banda dan keterdapatan mineralisasi Sunda-Banda akan sangat membantu untuk
logamnya cukup menarik untuk dijajagi. menentukan tempat kedudukan dan
Oleh karena itu penyederhanaan peta memperkirakan jenis/tipe mineralisasi yang
geologi menjadi zona-zona geologi dalam terjadi.
kaitannya dengan tempat kedudukan Perbedaan geologi (lingkungan
mineralisasi logam tertentu, akan sangat pengendapan, litologi dan tektonik) erat
membantu membatasi daerah eksplorasi, hubungannya dengan genesa pembentukan
yang berarti juga penghematan biaya dan bahan galian mineral logam, maka daerah
waktu penyelidikan. mineralisasi logam tertentu dapat dibedakan
berdasarkan jenis/tipe endapan dan
Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000
4-2
karakteristik mineralisasinya. Proses logam jarang di pulau-pulau timah.
geologi seperti magmatik, tektonik dan Mineralisasi dalam jalur plutonik
erosi-sedimentasi akan membentuk jenis- batuan granitik Asia Tenggara ini
jenis endapan magmatik skarn dan greisen, sangat karakteristik, yaitu terbentuknya
endapan hidrotermal berkaitan dengan kasiterit yang umumnya berasosiasi
stockwork, urat, breksi pipa, endapan dengan scheelite, xenotime, columbite,
volkanogenik, sedangkan proses pengayaan monasit.
membentuk endapan laterit, plaser , 3. Mineralisasi Logam pada perioda
sedangkan proses rombakan menghasilkan Kapur Awal hingga Miosen Tengah.
endapan pasir pantai dll. Di P. Sumatera dan Natuna, batuan
Berdasarkan proses geologi, tektonik granit dan granodiorit berumur Kapur
dan fase mineralisasinya, maka secara tersebut telah mengubah batuan
sederhana di Ujung Barat dan sepanjang sedimen menjadi metasedimen, serta
Busur Sunda-Banda tersebut terdapat aktivitas volkanisma terjadi bersamaan
beberapa perioda mineralisasi, diantaranya dengan terbentuknya batuan ofiolit di
adalah: pulau-pulau sebelah barat Sumatera
1. Mineralisasi Logam pada perioda dan di Jawa bagian selatan.
Karbon Akhir hingga Trias Akhir. Mineralisasi logam yang terjadi adalah
Salah satu proses metamorpik tertua magnetit-hematit, molibdenit, pirhotit,
akibat plutonisma di Jalur Busur kalkopirit, sfalerit galena. Emas dan
Sunda-Banda ditemukan di Way logam dasar ditemukan juga berupa
Pubian, Lampung, Sumatera Selatan. oksida dan sulfida dalam urat kwarsa
Granit berumur Trias Akhir hingga epitermal dan tersebar dalam batuan
Kapur Awal mengintrusi batuan yang intrusi di sepanjang zona kontak
lebih tua berumur Paleozoik Awal patahan Sumatera.
berubah menjadi gneis-granit, dengan 4. Mineralisasi Logam perioda antara
mineralisasi logam molibdenit Miosen Tengah hingga Pliosen.
berasosiasi dengan sedikit logam dasar Mineralisasi logam perioda ini
terjadi pada aplit dan urat halus sebagai nampaknya berkaitan dengan aktifitas
oksida dan sulfida dalam batuan gneis sub-volkanik Miosen hingga Pliosen
granit tersebut. Jenis mineralisasi ini dalam batuan andesitik terubah
mungkin terjadi akibat proses berumur Miosen, seperti ditemui di
pneumatolitik atau metasomatik yang Bukit Barisan, Pegunungan Selatan
kemudian dikenai proses hidroterrmal. Jawa dan menerus sampai ke
2. Mineralisasi Logam pada perioda NusaTenggara Timur. Bagian pesisir
Trias Tengah hingga Kapur Akhir barat Sumatera adalah daerah
Mineralisasi kasiterit terjadi pada mineralisasi tipe urat kwarsa epitermal
batuan sedimen dan volkanik Perem mengandung logam mulia berasosiasi
Akhir-Mesozoik yang diintrusi batuan dengan logam dasar, sedikit mangan,
plutonik, terjadi proses pegmatitik, sedangkan Pegunungan selatan Jawa
kontak metasomatik, alterasi dengan karakteristik sering ditemukan
hidrotermal dan mineralisasi logam mangan.
logamtimah yang berasosiasi dengan

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4-3
Gambar 1. Jalur Busur Magmatik Utama tempat Kedudukan Mineralisasi Logam
(dimodifikasi dari beberapa sumber,2000)

5. Mineral logam berumur Kwarter yang merupakan daerah yang cukup menarik
terjadi di Busur Sunda-Banda adalah untuk pencarian endapan logam.
berupa endapan letakan terdiri dari Direktorat Sumberdaya Mineral
emas plaser, pasir besi-titan dan dalam rangka inventarisasi mineral logam
endapan timah sekunder. di seluruh Indonesia akan terus berusaha
mendorong kegiatan eksplorasi dalam
KEGIATAN EKSPLORASI ENDAPAN batas-batas wewenangnya, terutama di
MINERAL LOGAM DAN PROSPEK- daerah-daerah yang diprioritaskan,
NYA walaupun dalam pelaksanaannya kedepan
dengan adanya UU No.22 th. 1999 akan
Sesuai dengan fungsi Direktorat ditangani oleh daerah.
Sumberdaya Mineral, tahapan eksplorasi
yang dilakukan secara garis besar terbagi
menjadi survai tinjau, prospeksi, eksplorasi
HASIL KEGIATAN EKPLORASI
umum dan eksplorasi rinci. Klasifikasi
SUBDIT. EKSPLORASI MINERAL
informasi potensi mineral yang disimpulkan
LOGAM
baru sampai kepada sumberdaya, karena
metoda pemboran yang dilakukan hanya Hasil kegiatan eksplorasi bahan
sebatas pemboran uji geologi. Ditinjau dari galian logam yang dilakukan oleh Subdit.
tingkat risiko dalam penyelidikan dan Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
pengusahaan tambang menunjukan bahwa Sumberdaya Mineral di sepanjang Busur
Busur Magmatik Sunda-Banda masih
Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000
4-4
Sunda-Banda sejak tahun 1988
menunjukan temuan-temuan baru daerah Penerobosan masa batuan granit gneis
mineralisasi logam emas, logam dasar dan pada Karbon Akhir sampai Perem Awal,
timah yang patut mendapat perhatian untuk menyebabkan mineralisasi metasomatik
ditindak lanjuti. Kegiatan tersebut adalah kontak. Sekitar Kapur Akhir, penerobosan
meliputi Proyek Kerjasama dengan BRGM, granit yang lebih muda membentuk
JICA/MMAJ, USGS, dan KOREA/KMPC mineralisasi sulfida logam porfiri. Dengan
maupun yang dibiayai Proyek demikian menunjukan adanya keterkaitan
Pembangunan. Walaupun tahap hubungan antara batuan granit dengan
penyelidikannya kebanyakan masih pada mineralisasi timah maupun logam dasar.
tahan pendahuluan dan hanya pada
Pada jalur granit timah yang terbentang dari
beberapa daerah WPP yang dilakukan agak Thailand sampai ke pulau-pulau timah
detail, akan tetapi informasi geologi dan Bangka-Belitung ini batuan granit tenyata
mineralisasinya sudah dapat dipakai sebagai merupakan tempat kedudukan mineralisasi
pelengkap data geologi yang telah ada. sulfida logam dasar maupun timah
Dengan demikian cukup baik untuk dipakai (Cobbing E. J and Mallick D.I.J.,1984). .
sebagai acuan bagi penyelidikan
selanjutnya. 2. Mineralisasi logam dasar, logam
Beberapa jenis mineralisasi yang mulia dan logam Timah dan
ditemukan adalah sbb: Logam Langka di daerah Way
Pubian.
a. Mineralisasi tipe metasomatik.
Granit Pubian tersingkap di daerah
1. Mineralisasi Timah dan Logam Way Samang-Way Pubian, Lampung
Langka di daerah Sosortolong dan Tengah. Menurut beberapa penulis granit
sekitarnya, Tapanuli Utara Pubian berumur Kapur. Secara fisik ada dua
Penentuan jenis batuan granit akan jenis granit dengan tekstur yang berbeda
sangat membantu menuntun eksplorasi yaitu granit porfir dengan fenokris
jenis-jenis mineral logam yang akan orthoklas kasar dan granit biotit (Gambar
ditemukan di daerah batuan granit,. 3).
Indikasi mineralisasi timah di daerah Granit biotit di daerah ini menerobos
Parmonangan/Sosortolong dan sekitarnya batuan metasedimen yang lebih tua
(Gambar 2a & 2b) ditunjukan oleh gejala menyebabkan gejala greisen dengan
greisenisasi dan kandungan Sn yang cukup kandungan mika yang melimpah di daerah
tinggi pada conto batuan dan endapan Way Waya, dan mengandung kasiterit. Dari
sungai aktif. Sedangkan indikasi 2 (dua) conto batuan granit biotit pada
mineralisasi logam dasar (Cu, Pb, Zn) lokasi yang berbeda, dari Way Pubian dan
ditunjukkan oleh adanya mineral sulfida Way Kijang, menunjukkan karakteristik
dan alterasi hidrotermal berupa propilitisasi, kelompok seri magnetit atau tipe-I, yang
piritisasi dan urat kuarsa mengandung mempunyai kemungkinan yang kecil untuk
kasiterit (?) pada conto batuan dari daerah ditemukannya mineral logam langka,
Sisonding. Daerah ini mungkin menjadi namun justru dijumpai mineralisasi logam
sumber mineralisasi primer logam timah. mulia dan logam dasar. Hal ini juga
didukung oleh sedikitnya temuan mineral

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4-5
Gambar 2a. Peta geologi dan mineralisasi daerah Sosortolong, Sumut

Gambar 2b. Ilustrasi Penampang Geologi di sekitar zona Mineralisasi pada Batuan Granit

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4-6
Gambar 3. Peta geologi, mineralisasi dan alterasi daerah Way Pubian, Lampung Tengah

logam langka dari conto konsentrat dulang. daerah Way Waya kemungkinan dapat
Di daerah Way Gelinding indikasi dikelompokkan ke dalam granit tipe-S. Hal
mineralisasi logam langka seperti mineral ini dapat ditafsirkan bahwa batuan granit di
monasit/xenotim dan kasiterit hanya daerah penyelidikan kemungkinan berasal
ditemukan dalam konsentrat dulang. dari magma pada kedalaman yang berbeda.
Sedangkan gejala mineralisasi logam dasar
Mineralisasi logam Timah di daerah
pada batuan granit porfir di Hulu Way
Way Waya terdeteksi dari adanya
Samang kemungkinan merupakan akibat
singkapan batuan greisen yang
proses hidrotermal berkaitan dengan retas
mengandung kasiterit dan mineral kasiterit
andesit.
pada konsentrat dulang. Secara umum
batuan granit di bagian utara daerah Namun mineralisasi logam mulia dan
penyelidikan memiliki karakteristik granit logam dasar yang dijumpai di daerah G
seri magnetit, sedangkan batuan granit di Dempu, umumnya tidak berkaitan dengan

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4-7
Analisa beberapa conto batuan dari daerah tersebut Sbb:
No. Daerah Au Ag Cu Pb Zn Mn Ba Keteranga
n
ppb ppm ppm ppm ppm ppm ppm
1 Cisasah 1.100 6,4 96,2 594 562 10.000 3.400 Ser-klorit
2 Cikoplok - - - - 1.255 - - Ser-klorit
3 Cidadap 32 3,38 45.300 807 1.910 5.800 - Ser-klorit
4 Cibuniasih 190 64,6 522 30 10.000 10.000 Ser-klorit
5 Balekambang 500 145 > 1.255 3.900 - Ser-klorit


pembentukan batuan granit, kemungkinan
Blok Timur meliputi daerah
berkaitan erat dengan aktivitas volkanik
Ciguranteng, Cinampak, Cibuniasih dan
pada kala Pliosen. Mineralisasi logam
Balekambang
mulia dan logam dasar di daerah G. Dempu
merupakan daerah yang paling prospek Penyelidikan geofisika memakai
dengan asosiasi mineral-mineral galena, metoda gaya berat dan IP. Pemboran uji
sfalerit dan pirit pada urat kuarsa yang geologi dilakukan 4 lokasi di daerah
menembus batuan andesit, serta adanya Cisasah-Cidadap dan 3 lokasi di daerah
beberapa elektrum dan kalkopirit dan Cibuniasih. Dari hasil pemboran dapat
sfalerit. disimpulkan bahwa ketebalan green tuff
sekitar 300m dan membentuk struktur
cekungan Cikalong selebar 10 km.
b. Mineralisasi Tipe Volkanogenik
Batuan tertua yang menempati daerah
Mineralisasi emas dan logam dasar di Cisasah-Cidadap-Cibuniasih adalah
Daerah Cisasah-Cidadap-Cibuniasih, kelompok dari batuan Formasi Jampang
Tasikmalaya Selatan yang berumur Oligo-Miosen Awal (Gambar
Penyelidikan mineralisasi logam 4a dan 4b). Selaras di bagian atasnya
dasar di daerah ini merupakan Kerjasama terendapkan tufa dan lava andesit dan tufa-
antara DSM-MMAJ/JICA th. 1994-1995, lava dasit yang biasa juga dinamakan
meliputi penyelidikan geologi, pencontoan green-tuff berumur Miosen awal hingga
geokimia, pengukuran geofisika dan tengah. Batas paling atas Fm. Jampang
pemboran uji geologi. Ada tiga daerah yang disusun oleh batu lumpur, batu pasir dan
menarik untuk ditindak lanjuti (Gambar 6), batu lanau dengan lapisan rijang dengan
yaitu : lensa-lensa mangan.
• Blok Barat meliputi daerah Cisasah,
Cikoplok-Panyairan, Garonggong,
Cisodong dan Cidadap.
• Blok Tengah adalah daerah Cisaura
dan,

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4-8
Gambar 4a. Stratigrafi Daerah Tasikmalaya Selatan, Jawa Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4-9
Gambar 4b. Peta Geologi dan Zona Ubahan Daerah WPP Tasikmalaya/Ciamis, Jawa Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4 - 10
dengan mineralisasi emas di Cikotok dan
Mineralisasi logam dasar di
Cirotan yang berasosiasi dengan logam
daerahCisasah – Cidadap - Cibuniasih
dasar.
merupakan tipe volkanogenik (VMS,
terendapkan satuan batuan green tuff pada Eksplorasi di G.Ciawitali merupakan
lingkungan pengendapan laut suatu struktur Kerjasama antara DSM dan BRGM
cekungan Cikalong, dengan karakteristik (Perancis) dalam Wilayah Penugasan
ditemukannya barit, urat gypsum, mangan Pertambangan (WPP) Jawa Barat.
bersama-sama dengan galena, spalerit
kalkopirit da pirit masif. Salah satu conto Pengamatan di lapangan menemukan
bijih barit mengandung 2.17 ppm Au, 622 hubungan antara anomali emas dalam soil
ppm Ag, 0.83 % Cu, 38.64% Pb, 16.94% dengan adanya urat kuarsa pada horison
Zn dan 16.29 % Ba. Beberapa lokasi dibawahnya. Pengambilan soil pada grid
tambang gypsum ditemukan di daerah ini yang rapat dimaksudkan untuk mengatasi
pengaruh dari ketebalan kebanyakan urat
kuarsa ternyata < 1 cm. Pengukuran
c. Mineralisasi tipe hidrotermal : geofisika telah mendeteksi adanya zona
mineralisasi sulfida dan tubuh batuan
1. Mineralisasi Au-Logam dasar di intrusi dikedalaman. Pemboran dilakukan di
Kubah Bayah/ G.Ciawitali. lima lubang, 3 lokasi untuk mengecek
G. Ciawitali terletak pada bagian utara distribusi mineralisasi emas kearah
sistim struktur apa yang dikenal sebagai kedalaman sedangkan 2 lokasi menemukan
Kubah Bayah. Daerah ini masih merupakan mineralisasi tipe porfiri. Mineralisasi emas
kawasan Hutan Cagar Alam G. Halimun. G.Ciawitali adalah karakteristik untuk
Indikasi mineralisasi emas teramati dari mineralisasi emas epitermal di Kubah
adanya butiran emas dalam conto Bayah, diperkirakan terjadi pada horizon
konsentrat dulang yang diambil dari hampir atas suatu sistim mineralisasi emas
semua sungai yang berhulu di G. Ciawitali epitermal.
(Gambar 5a dan 5b),
Secara regional, daerah G. Ciawitali
terdiri dari satuan batuan volkanik
piroklastik (Fm. Cimapag) berumur Oligo-
Miosen yang diintrusi oleh korok andesit,
tidak selaras diatasnya ditutupi oleh
satuan batuan felsik-piroklastik.
Mineralisasi emas di G.Ciawitali terjadi
pada batuan andesit tua (Oligo-Miosen)
terubah dan pada batuan tufa andesiti-
dasitik terubah. Ada 2 jenis mineralisasi,
yaitu tipe porfiri pada batuan tufa
terkersikan-terkaolinkan dan tipe urat
kuarsa mengandung emas epitermal
berasosiasi dengan mangan oksida. Berbeda

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4 - 11
batuan termalihkan, mengandung pirit,
arsenopirit, kalkopirit, pirotit dan malakit,
dengan kadar 2.130 ppm Cu.
Ubahan serpentinisasi maupun
karbonatisasi terjadi pada batuan ultrabasa.
Analisa mineralogi bijih menunjukkan
bahwa di dalam batuan samping gabro
menunjukkan adanya mineralisasi pirit,
kalkopirit, ilmenit dan oksida besi mengisi
rekahan.
Hipotesis proses mineralisasinya
dapat di kemukakan dalam Gambar 6b
berikut:
Hasil analisis kimia conto sedimen
sungai menunjukkan ada 7 daerah anomali,
yaitu :
y Daerah Kebutuh Jurang - Kebutuh
Gambar 5a. Interpretasi Penampang Duwur merupakan anomali kuat Au -
Geologi Daerah G. Ciawitali, Bayah, Sb - As - Pb di dalam kelompok batuan
Jawa Barat termalihkan, sekis dan ultrabasa
(Kompleks Lok Ulo), dengan kadungan
Cu masing-masing 4.180 dan 2.130

y
ppm.
Daerah Candi - Sudimara merupakan

y
2. Mineralisasi emas pada lingkungan anomali kuat Au - Cu.
batuan ultrabasa di daerah Kebutuh Daerah Kaliwadas merupakan

y
duwur, Kebumen , Jateng. anomali kuat Pb - Zn.
Daerah Plumbangan merupakan
Litologi di daerah ini yaitu : Satuan
y
anomali kuat Au.
batuan ultrabasa, sekis, batuan termalihkan, Daerah Sokajasa merupakan anomali
batulempung, breksi andesitik, breksi aneka
• Daerah Bongkelan merupakan
kuat Au - Pb - Zn.
bahan, batuan terobosan andesit dan satuan
endapan undak. (Gambar 6a dan 6b).
• Daerah G. Grenjeng merupakan
anomali kuat Sb-Pb.
Butiran emas ditemukan dari hasil
pendulangan di lingkungan batuan ultrabasa anomali kuat Pb - Zn
dan termalihkan, yang terdisintregasi dari Khususnya untuk mineral logam emas
pengendapan larutan hidrotermal yang Kebutuh Jurang - Kebutuh Duwur
mengisi rekahan, berupa lensa-lensa urat merupakan daerah anomali Au - Sb - As -
kuarsa di sepanjang struktur, berasosiasi Pb dan daerah Candi - Sudimara merupakan
dengan pirit, arsenopirit, kalkopirit, pirotit daerah anomali Au - Cu.
dan malakit, hasil analisisnya menunjukkan
kandungan 4.180 ppm Cu dan 1.330 ppm
Mn. Urat kuarsa juga ditemukan pada
Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000
4 - 12
Gambar 5b. Peta Geologi dan Mineralisasi G. Ciawitali, Bayah, Jawa Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4 - 13
Gambar 6a. Peta Geologi dan Mineralisasi Daerah Kebutuhduwur, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4 - 14
Gambar 6b. Hipotesa Tahapan Mineralisasi di Daerah Kebutuhduwur

(Tomm; Sapei T., dkk.,1992 ), dan secara


3. Mineralisasi Au dan Logam Dasar di
umum dikenal sebagai Formasi Andesit Tua
Jember
(Bemmelen, 1949). Sedangkan heat source-
Secara geologi daerah ini terletak di nya berupa batuan intrusi granodioritik-
bagian ujung timur jalur orogenesa dioriti (Gambar 7a dan 7b).
Pegunungan Selatan Jawa, yang juga
dikenal sebagai tempat kedudukan Urat kuarsa gossan di daerah Dusun
mineralisasi logam mulia dan logam dasar. Baban Barat sampai Baban Timur
Berdasarkan pengamatan, geologi /batuan mengandung emas dan logam dasar dengan
yang mempunyai hubungan erat dengan mineral utama yang nampak adalah malakit,
mineralisasi yaitu batuan induk (host rocks) azurit dan limonit. Analisa conto urat pada
berumur Oligo-Miosen, terdiri dari batuan beberapa tempat menunjukan kandungan
"ignimbrite", mungkin serupa dengan 3.5-48.96 ppm Au, 15%-34% Cu dan 0.6%-
13.6% Zn. Di sepanjang K.Sanen antara
batuan ignembrit yang terdapat dalam
Formasi Ciletuh di daerah Jampang Selatan, Dusun Baban Barat-Dusun Baban Timur
Jawa Barat dan batuan gunungapi andesitik, ditemukan mineralisasi sulfida/pirit tersebar
terpiritkan dan terpropilitkan, yang dapat dengan ubahan propilitisasi lemah sampai
disetarakan dengan Formasi Meru Beriti kuat pada batuan dasitik, granodioritik, dan
dioritik.

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4 - 15
Gambar 7a. Peta Geologi dan Ubahan Daerah Sanen Rejo , Jember, Jawa Timur

Gambar 7b. Ilustrasi Mineralisasi di Daerah Kubah Meru Betiri , Jember, Jawa Timur

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4 - 16
Di muara S. Mandilis terdapat breksi andesitik, satuan breksi aglomerat
terobosan batuan mikrodioritik yang dan satuan aluvium (Gambar 10).
memperlihatkan mineralisasi sulfida/pirit Mineralisasi yang ditemukan di
tersebar (tipe porfiri), sedangkan pada daerah ini adalah tipe urat, pengisian
rekahan-rekahanya ditemukan pirit rekahan dan tersebar, dengan mineral pirit,
sekunder dan malakit. Di daerah kalkosit, bornit, kalkopirit, bornit, kovelit,
Pagergunung, Glenmore, ditemukan gejala arsenopirit, galena, sfalerit, mengandung
mineralisasi sulfida/pirit tersebar dan emas dan perak. Tempat kedudukan
ubahan propilitisasi lemah hingga kuat pada mineralisasi umumnya pada batuan terubah
batuan granodioritik dan dioritik. Urat-urat tufa andesitik (Fm. Kiro), tufa dasitik (Fm.
tipis epidot dan kuarsa dengan pola Tanahau) berumur Miosen Awal dengan
stockwork, dengan pirit tersebar, intrusi granodiorit berumur Miosen Tengah
mengandung (N.Suwarna dkk, 1990), yang dikontrol
0.9 ppm Au, 583 ppm Cu dan 538 oleh patahan Normal.
ppm Zn. Pada aliran sungai di daerah ini Dari analisa statistik asosiasi mineral
ditemukanpula daerah Wai Wajo adalah asosiasi As - Au -
bongkah (float) urat kuarsa dengan Ag - Cu - Co - Zn (Bijih Sulfida),asosiasi
kalkopirit, pirit dan galena mengandung Zn,Cu t Cu - Pb - Zn atau asosiasi Cu - Zn -
118-1139 ppb Au, 0.2%-0.8% Cu dan 2.8% Pb (cebakan sulfida umum).
Zn.
Ubahan yang teramati di sekitar
Dalam konsentrat dulang didapatkan urat/kontak yaitu pilik dengan kelompok
butir wolframit di hulu salah satu anak mineral ubahannya kuarsa - serisit - pirit,
sungai K. Tajem di daerah Kampungbaru, argilik dengan kelompok mineral
Kec. Glenmore. ubahannya kaolinit - klorit dan propilitik
dengan mineral ubahannya adalah klorit -
4. Mineralisasi daerah Wai Wajo, Kab.
Sikka, Flores. epidot dan karbonat
Daerah Wai Wajo terletak 39 km Hasil analisa geokimia conto batuan,
sebelah tenggara Maumere, secara menunjukan kandungan Cu: 10% dan Au
administratif termasuk wilayah Kec. Paga tertinggi : 530 ppb,dan conto endapan
dan Kec. Nita, Kab. Sikka, Flores - Prop. sungai aktif dengan kandungan Cu: 46
Nusa Tenggara Timur. ppm, dan Au : 9 ppb. Tidak ditemukan
adanya logam dasar dan logam mulia dalam
Geologi daerah ini tercakup dalam dulang.
Peta Geologi Lembar Ende sekala
1:250.000 (N.Suwarna, 1990), termasuk Tiga daerah anomali yang menarik yaitu :
bagian timur Busur Magmatik Sunda - 1. Lowo Mego, untuk Cu, Zn, Au dan Mn.
Banda (J.C.Carlile dan A.H.G.Mitchelle Tipe mineralisasinya : urat dan tersebar
1994). Stratigrafi daerah penyelidikan
disusun oleh satuan tufa andesitik, satuan Jenis mineralnya : Tembaga, Seng, Emas
tufa dasitik, terobosan granodiorit-diorit- dan Mangan
retas andesit, satuan tufa pasiran, satuan

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4 - 17
Gambar 8. Peta Geologi , Ubahan, dan Mineralisasi Daerah Wai Wajo, Nusa
Tenggara Timur

Kadar logam dalam batuan : Cu:98480 Jenis mineralnya : Tembaga, Timbal,


ppm; Pb:114ppm; Zn:18980 ppm; Mangan, Perak dan Emas
Mn:2129 ppm; Au :530 ppb dan Ag: 12 Kadar dalam batuan Cu: 20240 ppm; Pb:
ppm. 1893 ppm; Zn: 3900 ppm; Mn: 2086
2. Lowo Mera-Lowo Gera untuk Cu, Pb, ppm; Au: 8 ppb dan Ag: 3 ppm
Mn, Ag dan Au.
Tipe mineralisasinya : Urat, pengisian
rekahan dan tersebar

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4 - 18
3. Lowo Soko-Lowo Pelongo untuk Cu, • Lingkungan pengendapan
Mn, Au dan Ag. mineralisasi logam dapat terjadi
dalam lingkungan darat (tipe urat
Tipe mineralisasinya : tersebar
kwarsa epitermal) maupun laut
Jenis mineralnya : Tembaga, Mangan, (endapan logam volkanogenik).

Emas dan Perak
Tipe mineralisasi umumnya berupa
Kadar dalam batuan Cu: 200 ppm; Pb: tipe urat, sulfida masif dan porfiri.
28 ppm; Zn: 67 ppm; Mn: 1618 ppm;
Au: 15-19 ppb dan Ag: 3 ppm

KESIMPULAN d. Hasil kegiatan eksplorasi bahan galian


logam yang dilakukan oleh Subdit.
a. Metalogenik dan kerangka tektonik Eksplorasi Mineral Logam, di
Busur Magmatik Sunda-Banda di sepanjang Busur Sunda-Banda sejak
Indonesia cukup mendukung sebagai awal Pelita V tahun 1989 menunjukan
tempat kedudukan bermacam-macam temuan-temuan baru daerah
endapan logam primer. mineralisasi logam emas, logam dasar
b. Perbedaan geologi (lingkungan dan indikasi timah yang patut
pengendapan, litologi dan tektonik) mendapat perhatian untuk ditidak
erat hubungannya dengan genesa lanjuti. Kegiatan tersebut adalah
pembentukan bahan galian mineral meliputi, Proyek Kerjasama dengan
logam, BRGM, JICA/MMAJ dan
KOREA/KMPC maupun Proyek
c. Secara garis besar dapat disimpulkan Pembangunan. Walaupun tahap
bahwa pada jalur magmatik Sunda- penyelidikannya kebanyakan masih
Banda dijumpai:

pada tahan pendahuluan dan hanya
mineralisasi timah dan logam pada beberapa daerah WPP yang
langka berkaitan dengan dilakukan agak detail, akan tetapi data-
plutonisma granit berumur Akhir data hasil eksplorasi tersebut dapat
Paleozoik hingga Akhir Mesozoik, dipakai sebagai informasi awal dalam
seperti pada proses greisenisasi. melaksanakan usaha tambang.
Mineralisasi logam dasar juga
dapat terjadi pada perioda ini.
• Tempat kedudukan mineralisasi
emas epitermal adalah batuan
andesit tua berumur Oligosen
hingga Pliosen, di Sumatera
berasosiasi dengan logam dasar,
sedangkan di Jawa lebih banyak
ditemukan bersama mangan.
Tempat kedudukan ini masih
berlanjut sampai ke bagian timur.

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM - 2000


4 - 19
DAFTAR PUSTAKA

1. Clark, A, L, 1994, “ Mineral Development in Asia and the Pacific Towards the Year 2000 “ ,
Proceeding of the 4th Asia Pacific Mining Conference, PP 26 – 38, Jakarta.
2. Carlile J.C., and Mitchel A.H.G. 1994. Magmatic arcs and associated gold and copper
mineralization in Indonesia. J. Geochem. Expl. 50. Elsevier.
3. Central Bureau of Statistic, Indonesia Foreign Trade Data in 1991, 1992, 1993, 1994.
4. Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, 1998, Mining and Energy
Yearbook of Indonesia, p. 74-94, 249-258.
5. DMR and BRGM. 1991. Gold Exploration In Ciawitali Prospect, Bayah, West Java, In Gold
Exploration in The Wilgas of Bayah and Jampang Districts West Java.
6. Djaswadi, S,, 1993, “ Prospective of Base Metal Minerals in Indonesia”, Directorate of
Mineral Resources, Spec. Publication, 47, 229 PP, Bandung.
7. Dwi, Karno F.X.dan Sudarya S. 1998. Laporan Eksplorasi Logam Langka Di daerah Hulu
Way Seputih dan Way Pubian, Kab. Lampung Tengah, Lampung. DSM
8. Franklin, Pardiarto B., Sumpena A. dan Zulkifli M.D. 1999. Eksplorasi Mineral Logam dasar
dan Logam Mulia Di Derah Wai Wajo dan Sekitarnya, Kab. Sikka-Nusa Tenggara Timur.
DSM.
9. Hamilton, WH., 1979, “ Tectonics of the Indonesian Region,” Geol. Prof. Paper 1078, USGS,
US Gov. Printing off, Washington.
10. Katili, J.A., 1974, “ Geological Environment of the Indonesian Mineral Deposits: A Plate
tectonic Approach”, Seri Publikasi Teknik, seri Geologi Ekonomi, Geol. Surv. Indonesia,
Bandung.
11. Kuntjara U., Soeharto S., Zamri T., Tampubolon A. dan Said A. 1999. Eksplorasi Logam
Langka Di Daerah Sosortolong, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara. DSM
12. Leeuween Van, 1993,” 25 Year of Mineral Exploration and Discovery in Indonesia, J.
Geochem, Explore v 50, pp. 13 – 90, Elsevier.
13. Machali M. A., 1997. Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan dan Laporan
Eksplorasi. Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
14. Metal Mining Agency of Japan (JICA)-Directorate of Mineral Resources (DMR) phase 1, 1995,
Report on the Cooperate Mineral Exploration in the Tasikmalaya area, West Java, The
Republic of Indonesia, Tokyo.
15. Nearby C.R. and Highley D.E., G.S., 1983, The Economic Importance of Rare Earth
elements, In P. Henderson (Editor): Rare Earth Element Geochemistry, Elsevier, Amsterdam.
16. Sigit, S., 1962, The Geological Map of Indonesia, Geological Research and Development
Center, Bandung.
17. Sudrajat, A.1993, The Strategy of Mineral Exploration in Indonesia Toward the Year 2000,
In: M.Simatupang and B.N. Wahyu (editor), In Mineral Development 1992, IMA, Jakarta.
18. Sunarya Y., 1996. Potensi dan Prospek Emas di Jawa Barat. Bandung
19. Widodo W., Sutisna D.T., Nugroho Widi B. dan Simangunson H. 1999. Laporan Eksplorasi
Mineral Logam Mulia & Logam Dasar di Daerah Kebutuhduwur, Kec. Banjarnegara dan
sekitarnya, Kab. Banjarnegara-Kebumen, Jawa Tengah. DSM.

Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000


4 - 20

Anda mungkin juga menyukai