MAGMATIK SUNDA-BANDA
Oleh :
R.Simpwee Soeharto
Subdit. Eksplorasi Mineral Logam
SARI
Pengusahaan dan pemanfaatan bahan galian mineral logam telah berlangsung sejak
lama. Sampai saat Indonesia ini masih merupakan negara yang cukup menarik bagi
penanaman modal di bidang usaha pertambangan bahan galian logam, seperti terbukti
dengan banyaknya kontrak karya yang diterbitkan selama beberapa tahun terahir ini.
Metalogenik dan kerangka tektonik Busur Sunda-Banda cukup mendukung sebagai
tempat kedudukan bermacam-macam endapan logam primer. Dari sekian banyak
eksplorasi yang dilaksanakan ternyata beberapa endapan primer bahan galian logam
utama seperti emas dan tembaga telah ditemukan dan beberapa cukup menarik.
Direktorat Sumberdaya Mineral akan terus berusaha mendorong kegiatan eksplorasi
dalam batas wewenangnya, walaupun dalam pelaksanaannya kedepan dengan adanya UU
No. 22 th. 1999 akan ditangani oleh Pemerintah Daerah. Beberapa cara yang telah
ditempuh diantaranya:
- Menyiapkan beberapa daerah WPP (Wilayah Penugasan Pertambangan) yang
disediakan bagi Kerjasama Eksplorasi antar Institusi Dalam dan Luar negeri (G to G).
- Menyiapkan beberapa daerah prospek untuk kerjasama baik dengan swasta Asing
maupun Nasional.
- Menyebar luaskan informasi tempat keberadaan potensi sumberdaya mineral kepada
para pengguna disektor pertambangan.
Hasil eksplorasi endapan mineral logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi
Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral sejak PELITA V, khususnya di sepanjang
Jalur magmatik Busur Sunda-Banda,telah menemukan beberapa indikasi mineralisasi
logam yang cukup menarik untuk ditindak lanjuti. Mineralisasi pada umumnya terjadi
pada batuan induk volkanik berumur Tersier, beberapa pada batuan metasedimen Pra-
Tersier atau pada batuan intrusifnya sendiri dan mineral rombakan pada batuan sedimen
kwarter. Sedangkan batuan yang menjadi heat source-nya adalah batuan intrusif berumur
Pra-Tersier dan Tersier. Beberapa diataranya cukup baik untuk dipelajari misalnya,
mineralisasi timah, logam langka dan logam dasar pada batuan granit di Sososrtolong dan
Way Pubian, mineralisasi emas tipe urat epitermal dalam daerah WPP di G. Ciawitali
(Kerjasama DSM-BRGM), mineralisasi tipe volkanogenik di Cibuniasih (Kerjasama DSM-
MMAJ/JICA), mineralisasi logam dasar tipe porfiri di Sanenrejo dan mineralisasi logam
dasar di Wai Wajo.
5. Mineral logam berumur Kwarter yang merupakan daerah yang cukup menarik
terjadi di Busur Sunda-Banda adalah untuk pencarian endapan logam.
berupa endapan letakan terdiri dari Direktorat Sumberdaya Mineral
emas plaser, pasir besi-titan dan dalam rangka inventarisasi mineral logam
endapan timah sekunder. di seluruh Indonesia akan terus berusaha
mendorong kegiatan eksplorasi dalam
KEGIATAN EKSPLORASI ENDAPAN batas-batas wewenangnya, terutama di
MINERAL LOGAM DAN PROSPEK- daerah-daerah yang diprioritaskan,
NYA walaupun dalam pelaksanaannya kedepan
dengan adanya UU No.22 th. 1999 akan
Sesuai dengan fungsi Direktorat ditangani oleh daerah.
Sumberdaya Mineral, tahapan eksplorasi
yang dilakukan secara garis besar terbagi
menjadi survai tinjau, prospeksi, eksplorasi
HASIL KEGIATAN EKPLORASI
umum dan eksplorasi rinci. Klasifikasi
SUBDIT. EKSPLORASI MINERAL
informasi potensi mineral yang disimpulkan
LOGAM
baru sampai kepada sumberdaya, karena
metoda pemboran yang dilakukan hanya Hasil kegiatan eksplorasi bahan
sebatas pemboran uji geologi. Ditinjau dari galian logam yang dilakukan oleh Subdit.
tingkat risiko dalam penyelidikan dan Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
pengusahaan tambang menunjukan bahwa Sumberdaya Mineral di sepanjang Busur
Busur Magmatik Sunda-Banda masih
Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000
4-4
Sunda-Banda sejak tahun 1988
menunjukan temuan-temuan baru daerah Penerobosan masa batuan granit gneis
mineralisasi logam emas, logam dasar dan pada Karbon Akhir sampai Perem Awal,
timah yang patut mendapat perhatian untuk menyebabkan mineralisasi metasomatik
ditindak lanjuti. Kegiatan tersebut adalah kontak. Sekitar Kapur Akhir, penerobosan
meliputi Proyek Kerjasama dengan BRGM, granit yang lebih muda membentuk
JICA/MMAJ, USGS, dan KOREA/KMPC mineralisasi sulfida logam porfiri. Dengan
maupun yang dibiayai Proyek demikian menunjukan adanya keterkaitan
Pembangunan. Walaupun tahap hubungan antara batuan granit dengan
penyelidikannya kebanyakan masih pada mineralisasi timah maupun logam dasar.
tahan pendahuluan dan hanya pada
Pada jalur granit timah yang terbentang dari
beberapa daerah WPP yang dilakukan agak Thailand sampai ke pulau-pulau timah
detail, akan tetapi informasi geologi dan Bangka-Belitung ini batuan granit tenyata
mineralisasinya sudah dapat dipakai sebagai merupakan tempat kedudukan mineralisasi
pelengkap data geologi yang telah ada. sulfida logam dasar maupun timah
Dengan demikian cukup baik untuk dipakai (Cobbing E. J and Mallick D.I.J.,1984). .
sebagai acuan bagi penyelidikan
selanjutnya. 2. Mineralisasi logam dasar, logam
Beberapa jenis mineralisasi yang mulia dan logam Timah dan
ditemukan adalah sbb: Logam Langka di daerah Way
Pubian.
a. Mineralisasi tipe metasomatik.
Granit Pubian tersingkap di daerah
1. Mineralisasi Timah dan Logam Way Samang-Way Pubian, Lampung
Langka di daerah Sosortolong dan Tengah. Menurut beberapa penulis granit
sekitarnya, Tapanuli Utara Pubian berumur Kapur. Secara fisik ada dua
Penentuan jenis batuan granit akan jenis granit dengan tekstur yang berbeda
sangat membantu menuntun eksplorasi yaitu granit porfir dengan fenokris
jenis-jenis mineral logam yang akan orthoklas kasar dan granit biotit (Gambar
ditemukan di daerah batuan granit,. 3).
Indikasi mineralisasi timah di daerah Granit biotit di daerah ini menerobos
Parmonangan/Sosortolong dan sekitarnya batuan metasedimen yang lebih tua
(Gambar 2a & 2b) ditunjukan oleh gejala menyebabkan gejala greisen dengan
greisenisasi dan kandungan Sn yang cukup kandungan mika yang melimpah di daerah
tinggi pada conto batuan dan endapan Way Waya, dan mengandung kasiterit. Dari
sungai aktif. Sedangkan indikasi 2 (dua) conto batuan granit biotit pada
mineralisasi logam dasar (Cu, Pb, Zn) lokasi yang berbeda, dari Way Pubian dan
ditunjukkan oleh adanya mineral sulfida Way Kijang, menunjukkan karakteristik
dan alterasi hidrotermal berupa propilitisasi, kelompok seri magnetit atau tipe-I, yang
piritisasi dan urat kuarsa mengandung mempunyai kemungkinan yang kecil untuk
kasiterit (?) pada conto batuan dari daerah ditemukannya mineral logam langka,
Sisonding. Daerah ini mungkin menjadi namun justru dijumpai mineralisasi logam
sumber mineralisasi primer logam timah. mulia dan logam dasar. Hal ini juga
didukung oleh sedikitnya temuan mineral
Gambar 2b. Ilustrasi Penampang Geologi di sekitar zona Mineralisasi pada Batuan Granit
logam langka dari conto konsentrat dulang. daerah Way Waya kemungkinan dapat
Di daerah Way Gelinding indikasi dikelompokkan ke dalam granit tipe-S. Hal
mineralisasi logam langka seperti mineral ini dapat ditafsirkan bahwa batuan granit di
monasit/xenotim dan kasiterit hanya daerah penyelidikan kemungkinan berasal
ditemukan dalam konsentrat dulang. dari magma pada kedalaman yang berbeda.
Sedangkan gejala mineralisasi logam dasar
Mineralisasi logam Timah di daerah
pada batuan granit porfir di Hulu Way
Way Waya terdeteksi dari adanya
Samang kemungkinan merupakan akibat
singkapan batuan greisen yang
proses hidrotermal berkaitan dengan retas
mengandung kasiterit dan mineral kasiterit
andesit.
pada konsentrat dulang. Secara umum
batuan granit di bagian utara daerah Namun mineralisasi logam mulia dan
penyelidikan memiliki karakteristik granit logam dasar yang dijumpai di daerah G
seri magnetit, sedangkan batuan granit di Dempu, umumnya tidak berkaitan dengan
•
pembentukan batuan granit, kemungkinan
Blok Timur meliputi daerah
berkaitan erat dengan aktivitas volkanik
Ciguranteng, Cinampak, Cibuniasih dan
pada kala Pliosen. Mineralisasi logam
Balekambang
mulia dan logam dasar di daerah G. Dempu
merupakan daerah yang paling prospek Penyelidikan geofisika memakai
dengan asosiasi mineral-mineral galena, metoda gaya berat dan IP. Pemboran uji
sfalerit dan pirit pada urat kuarsa yang geologi dilakukan 4 lokasi di daerah
menembus batuan andesit, serta adanya Cisasah-Cidadap dan 3 lokasi di daerah
beberapa elektrum dan kalkopirit dan Cibuniasih. Dari hasil pemboran dapat
sfalerit. disimpulkan bahwa ketebalan green tuff
sekitar 300m dan membentuk struktur
cekungan Cikalong selebar 10 km.
b. Mineralisasi Tipe Volkanogenik
Batuan tertua yang menempati daerah
Mineralisasi emas dan logam dasar di Cisasah-Cidadap-Cibuniasih adalah
Daerah Cisasah-Cidadap-Cibuniasih, kelompok dari batuan Formasi Jampang
Tasikmalaya Selatan yang berumur Oligo-Miosen Awal (Gambar
Penyelidikan mineralisasi logam 4a dan 4b). Selaras di bagian atasnya
dasar di daerah ini merupakan Kerjasama terendapkan tufa dan lava andesit dan tufa-
antara DSM-MMAJ/JICA th. 1994-1995, lava dasit yang biasa juga dinamakan
meliputi penyelidikan geologi, pencontoan green-tuff berumur Miosen awal hingga
geokimia, pengukuran geofisika dan tengah. Batas paling atas Fm. Jampang
pemboran uji geologi. Ada tiga daerah yang disusun oleh batu lumpur, batu pasir dan
menarik untuk ditindak lanjuti (Gambar 6), batu lanau dengan lapisan rijang dengan
yaitu : lensa-lensa mangan.
• Blok Barat meliputi daerah Cisasah,
Cikoplok-Panyairan, Garonggong,
Cisodong dan Cidadap.
• Blok Tengah adalah daerah Cisaura
dan,
y
ppm.
Daerah Candi - Sudimara merupakan
y
2. Mineralisasi emas pada lingkungan anomali kuat Au - Cu.
batuan ultrabasa di daerah Kebutuh Daerah Kaliwadas merupakan
y
duwur, Kebumen , Jateng. anomali kuat Pb - Zn.
Daerah Plumbangan merupakan
Litologi di daerah ini yaitu : Satuan
y
anomali kuat Au.
batuan ultrabasa, sekis, batuan termalihkan, Daerah Sokajasa merupakan anomali
batulempung, breksi andesitik, breksi aneka
• Daerah Bongkelan merupakan
kuat Au - Pb - Zn.
bahan, batuan terobosan andesit dan satuan
endapan undak. (Gambar 6a dan 6b).
• Daerah G. Grenjeng merupakan
anomali kuat Sb-Pb.
Butiran emas ditemukan dari hasil
pendulangan di lingkungan batuan ultrabasa anomali kuat Pb - Zn
dan termalihkan, yang terdisintregasi dari Khususnya untuk mineral logam emas
pengendapan larutan hidrotermal yang Kebutuh Jurang - Kebutuh Duwur
mengisi rekahan, berupa lensa-lensa urat merupakan daerah anomali Au - Sb - As -
kuarsa di sepanjang struktur, berasosiasi Pb dan daerah Candi - Sudimara merupakan
dengan pirit, arsenopirit, kalkopirit, pirotit daerah anomali Au - Cu.
dan malakit, hasil analisisnya menunjukkan
kandungan 4.180 ppm Cu dan 1.330 ppm
Mn. Urat kuarsa juga ditemukan pada
Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM – 2000
4 - 12
Gambar 5b. Peta Geologi dan Mineralisasi G. Ciawitali, Bayah, Jawa Barat
Gambar 7b. Ilustrasi Mineralisasi di Daerah Kubah Meru Betiri , Jember, Jawa Timur
1. Clark, A, L, 1994, “ Mineral Development in Asia and the Pacific Towards the Year 2000 “ ,
Proceeding of the 4th Asia Pacific Mining Conference, PP 26 – 38, Jakarta.
2. Carlile J.C., and Mitchel A.H.G. 1994. Magmatic arcs and associated gold and copper
mineralization in Indonesia. J. Geochem. Expl. 50. Elsevier.
3. Central Bureau of Statistic, Indonesia Foreign Trade Data in 1991, 1992, 1993, 1994.
4. Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, 1998, Mining and Energy
Yearbook of Indonesia, p. 74-94, 249-258.
5. DMR and BRGM. 1991. Gold Exploration In Ciawitali Prospect, Bayah, West Java, In Gold
Exploration in The Wilgas of Bayah and Jampang Districts West Java.
6. Djaswadi, S,, 1993, “ Prospective of Base Metal Minerals in Indonesia”, Directorate of
Mineral Resources, Spec. Publication, 47, 229 PP, Bandung.
7. Dwi, Karno F.X.dan Sudarya S. 1998. Laporan Eksplorasi Logam Langka Di daerah Hulu
Way Seputih dan Way Pubian, Kab. Lampung Tengah, Lampung. DSM
8. Franklin, Pardiarto B., Sumpena A. dan Zulkifli M.D. 1999. Eksplorasi Mineral Logam dasar
dan Logam Mulia Di Derah Wai Wajo dan Sekitarnya, Kab. Sikka-Nusa Tenggara Timur.
DSM.
9. Hamilton, WH., 1979, “ Tectonics of the Indonesian Region,” Geol. Prof. Paper 1078, USGS,
US Gov. Printing off, Washington.
10. Katili, J.A., 1974, “ Geological Environment of the Indonesian Mineral Deposits: A Plate
tectonic Approach”, Seri Publikasi Teknik, seri Geologi Ekonomi, Geol. Surv. Indonesia,
Bandung.
11. Kuntjara U., Soeharto S., Zamri T., Tampubolon A. dan Said A. 1999. Eksplorasi Logam
Langka Di Daerah Sosortolong, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara. DSM
12. Leeuween Van, 1993,” 25 Year of Mineral Exploration and Discovery in Indonesia, J.
Geochem, Explore v 50, pp. 13 – 90, Elsevier.
13. Machali M. A., 1997. Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan dan Laporan
Eksplorasi. Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
14. Metal Mining Agency of Japan (JICA)-Directorate of Mineral Resources (DMR) phase 1, 1995,
Report on the Cooperate Mineral Exploration in the Tasikmalaya area, West Java, The
Republic of Indonesia, Tokyo.
15. Nearby C.R. and Highley D.E., G.S., 1983, The Economic Importance of Rare Earth
elements, In P. Henderson (Editor): Rare Earth Element Geochemistry, Elsevier, Amsterdam.
16. Sigit, S., 1962, The Geological Map of Indonesia, Geological Research and Development
Center, Bandung.
17. Sudrajat, A.1993, The Strategy of Mineral Exploration in Indonesia Toward the Year 2000,
In: M.Simatupang and B.N. Wahyu (editor), In Mineral Development 1992, IMA, Jakarta.
18. Sunarya Y., 1996. Potensi dan Prospek Emas di Jawa Barat. Bandung
19. Widodo W., Sutisna D.T., Nugroho Widi B. dan Simangunson H. 1999. Laporan Eksplorasi
Mineral Logam Mulia & Logam Dasar di Daerah Kebutuhduwur, Kec. Banjarnegara dan
sekitarnya, Kab. Banjarnegara-Kebumen, Jawa Tengah. DSM.