Anda di halaman 1dari 32

PENGANTAR

AKUNTANSI KOPERASI
Oleh :

Disampaikan Pada Pelatihan Akuntansi Koperasi


Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali
September 2014
1

Definisi Akuntansi
suatu sistem informasi yang
mengidentifikasikan, mencatat,
dan mengomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi dari
suatu organisasi kepada para
pengguna yang berkepentingan
untuk pengambilan keputusan
ekonomi.
2

Akuntansi Pembukuan
Pembukuan hanya melibatkan pencatatan

peristiwa-peristiwa ekonomi.
Pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.

Tujuan Akuntansi
Menyediakan informasi akuntansi dan
mengkomunikasikan informasi akuntansi
tersebut kepada pengguna yang
berkepentingan.

Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi yang dihasilkan berupa
Laporan Keuangan yang terdiri dari:
1. Neraca
2. Laporan Perhitungan Hasil Usaha
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan


menghasilkan informasi yang menjelaskan

kinerja perusahaan (koperasi) dalam suatu


periode tertentu dan kondisi keuangan
perusahaan (koperasi) pada tanggal tertentu
yang bermanfaat bagi pengguna dalam
pengambilan keputusan.
Menunjukkan laporan pertanggungjawaban
manajemen (koperasi) atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.

Pengguna Akuntansi
Koperasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Manajer Koperasi
Pengurus Koperasi
Anggota
Calon Anggota dan Masyarakat
Kreditur
Fiskus

Jenis Koperasi
(Pasal 83 UU No. 17 Tahun 2012)
Jenis Koperasi terdiri dari:
a. Koperasi konsumen;
b. Koperasi produsen;
c. Koperasi jasa; dan
d. Koperasi Simpan Pinjam.

Koperasi yang mempunyai Unit Simpan

Pinjam wajib mengubah Unit Simpan Pinjam


menjadi Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 122
UU No. 17 Tahun 2012)
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam yang telah memberikan Pinjaman
kepada non-Anggota wajib mendaftarkan nonAnggota tersebut menjadi Anggota Koperasi
(Pasal 123 UU No. 17 Tahun 2012)

Modal Koperasi
(Pasal 66 UU No. 17 Tahun 2012)
Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal

Koperasi sebagai modal awal.


Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal Koperasi
dapat berasal dari:
a. Hibah;
b. Modal Penyertaan;
c. modal pinjaman yang berasal dari:
1. Anggota;
2. Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya;
3. bank dan lembaga keuangan lainnya;
4. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau
5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
dan/atau
d. sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
10

SETORAN POKOK
(1) Setoran Pokok dibayarkan oleh Anggota
pada saat yang bersangkutan mengajukan
permohonan sebagai Anggota dan tidak dapat
dikembalikan.
(2) Setoran Pokok harus telah disetor penuh
dengan bukti penyetoran yang sah.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata
cara penetapan Setoran Pokok pada suatu
Koperasi diatur dalam Anggaran Dasar.

11

SERTIFIKAT MODAL
KOPERASI
(1) Setiap Anggota Koperasi harus membeli
Sertifikat Modal Koperasi yang jumlah
minimumnya ditetapkan dalam Anggaran
Dasar.
(2) Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal
Koperasi dengan nilai nominal per lembar
maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok.
(3) Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam
jumlah minimum merupakan tanda bukti
penyertaan modal Anggota di Koperasi.
(4) Sertifikat Modal Koperasi tidak memiliki hak
suara.
12

HIBAH
(1) Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang
berasal dari sumber modal asing, baik
langsung maupun tidak langsung, dapat
diterima oleh suatu Koperasi dan dilaporkan
kepada Menteri.
(2) Hibah yang berasal dari modal asing tidak
dapat dibagikan secara langsung atau tidak
langsung kepada Anggota, Pengurus, dan
Pengawas.

13

Modal Penyertaan
(1) Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan dari:
a. Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan/atau
b. masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan Modal
Penyertaan.
(2) Pemerintah dan/atau masyarakat wajib turut
menanggung risiko dan bertanggung jawab terhadap
kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan
sebatas nilai Modal Penyertaan yang ditanamkan dalam
Koperasi.
(3) Pemerintah dan/atau masyarakat berhak mendapat bagian
keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan
Modal Penyertaan.
14

Selisih Hasil Usaha


Selisih hasil usaha koperasi:

1. Surplus Hasil Usaha


2. Defisit Hasil Usaha

15

Surplus Hasil Usaha


Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk
Dana Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya
atau sebagian untuk:
a. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang
dilakukan oleh masing-masing Anggota dengan
Koperasi;
b. Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi
yang dimiliki;
c. pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan
karyawan Koperasi;
d. pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan
Koperasi dan kewajiban lainnya; dan/atau
e. penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar.
16

Koperasi dilarang membagikan kepada

Anggota Surplus Hasil Usaha yang berasal


dari transaksi dengan non-Anggota.
Surplus Hasil Usaha yang berasal dari nonAnggota dapat digunakan untuk
mengembangkan usaha Koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada Anggota.

17

Defisit Hasil Usaha


Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha,

Koperasi dapat menggunakan Dana


Cadangan.
Penggunaan Dana Cadangan ditetapkan
berdasarkan Rapat Anggota.
Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak
cukup untuk menutup Defisit Hasil Usaha,
defisit tersebut diakumulasikan dan
dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi pada tahun berikutnya.

18

Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha pada


Koperasi Simpan Pinjam, Anggota wajib
menyetor tambahan Sertifikat Modal
Koperasi.

19

Dana Cadangan
Dana Cadangan dikumpulkan dari penyisihan

sebagian Selisih Hasil Usaha.


Koperasi harus menyisihkan Surplus Hasil
Usaha untuk Dana Cadangan sehingga
menjadi paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari nilai Sertifikat Modal Koperasi.
Dana Cadangan yang belum mencapai jumlah
paling sedikit 20% dari nilai Sertifikat Modal
Koperasi hanya dapat dipergunakan untuk
menutup kerugian Koperasi.

20

Karakteristik Kualitatif
Informasi
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan

21

Standar Akuntansi
Pemakai laporan keuangan memiliki

kebutuhan yang beragam (berbeda) sesuai


dengan kepentingan masing-masing. Oleh
karena itu dibuat standar yang dapat diterima
secara umum dan dipraktekkan secara
universal

22

Fungsi Standar Akuntansi


Sebagai acuan dan pedoman dalam

penyusunan laporan keuangan.


Laporan keuangan antar koperasi dapat
diperbandingkan karena berdasar pada
standar akuntansi yang sama.

23

Empat Pilar Standar Akuntansi


Indonesia
Standar Akuntansi Keuangan UMUM
SAK-ETAP
SAK-Syariah
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

24

SAK UMUM
KONVERGENSI DENGAN IFRS (ADOPSI IFRS)
SEHINGGA MENGHASILKAN LAPORAN
KEUANGAN YANG DAPAT DIGUNAKAN OLEH
PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN SECARA
GLOBAL (INTERNASIONAL)

25

ROADMAP

26

Manfaat Adopsi IFRS


Meningkatkan daya banding laporan keuangan.
Memberikan informasi yang berkualitas di

pasar modal internasional.

Menghilangkan hambatan arus modal

internasional dengan mengurangi perbedaan


dalam ketentuan pelaporan keuangan.
Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi
perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analis.
Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan
menuju best practise.
27

Dampak SAK berkonvergensi dengan IFRS


mengakibatkan SAK berbasis industri harus
dicabut karena SAK IFRS menekankan pada
basis transaksi. Contoh SAK yang berbasis
industri yang dicabut adalah PSAK No.
Akuntansi Perbankan dan PSAK No. 27
Akuntansi Koperasi (Desember 2011 dan
berlaku efektif 1 Januari 2012).

28

Dampak IFRS terhadap Sistem


Akuntansi dan Pelaporan
Pengukuran:
1. Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair

value)
Standar IFRS lebih condong kepada penggunaan
nilai wajar, terutama untuk properti investasi,
beberapa aset tak berwujud, aset keuangan, dan
aset biologis. Dengan demikian maka diperlukan
sumber daya yang kompeten untuk menghitung
nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa
konsultan penilai terutama untuk aset-aset yang
tidak memiliki nilai pasar aktif.

2. Penggunaan estimasi dan judgement


Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis
prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan
judgement untuk menentukan bagaimana
suatu transaksi keuangan dicatat.
29

Dampak IFRS terhadap Sistem


Akuntansi dan Pelaporan
Pengungkapan:
3. Persyaratan pengungkapan yang

lebih banyak dan lebih rinci


IFRS mensyaratkan pengungkapan
berbagai informasi tentang risiko baik
kualitatif maupun kuantitatif.
Pengungkapan dalam laporan keuangan
harus sejalan dengan data/informasi
yang dipakai untuk pengambilan
keputusan yang digunakan oleh
manajemen.
Seminar US PSAK/SY

30

Latar Belakang Pengembangan


SAK-ETAP
IFRS terlalu kompleks untuk diterapkan oleh

UKM dan dan perusahaan menengah lainnya


Diterbitkan sebelum PSAK berbasis IFRS
berlaku efektif sehingga UKM dan ETAP (Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik) dapat memilih
standar ini.
Tidak menghapus peluang UKM dan ETAP
mengadopsi PSAK berbasis IFRS bila mampu

31

NEXT....
SAK ETAP

32

Anda mungkin juga menyukai