Anda di halaman 1dari 135

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER (UNEJ) DALAM


MELAKUKAN ABORSI
DECISION MAKING PROCESS A STUDENT THE UNIVERSITY
OF JEMBER (UNEJ) IN DOING ABORTIONS

SKRIPSI

Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2012

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA


UNIVERSITAS JEMBER (UNEJ) DALAM MELAKUKAN
ABORSI
DECISION MAKING PROCESS A STUDENT THE UNIVERSITY
OF JEMBER (UNEJ) IN DOING ABORTIONS

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2012

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:


1. Kedua orang tuaku, Ali Murtadho dan Sulastri yang tiada henti mengucapkan
serangkaian doa dan dukungan dengan ketulusan hati untuk keberhasilan dan
kesuksesanku.
2. Semua dosen-dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember,
terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan kepadaku.
3. Sahabat dan teman-temanku angkatan 2007 yang telah membantu dan menjadi
penyemangatku.
4. Almamaterku tercinta Universitas Jember.

ii

MOTTO

Berfikir seperti anak kecil, bertindak selayaknya orang dewasa

Everythings gonna be alright


(Bob Marley)

Inginkan, rasakan itu sudah terjadi, kreativitas otak akan mencari jalan, badan akan
menuju kesana dan akhirnya terwujud

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Evi Nurfayanti
NIM

: 070910301142

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Proses


Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember Dalam Melakukan Aborsi
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya
sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya
jiblakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 10 Desember 2012


Yang menyatakan,

Evi Nurfayanti
NIM 070910301142

iv

SKRIPSI

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA


UNIVERSITAS JEMBER (UNEJ) DALAM
MELAKUKAN ABORSI
DECISION MAKING PROCESS A STUDENT THE UNIVERSITY
OF JEMBER (UNEJ) IN DOING ABORTIONS

Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142

Dosen Pembimbing
Fransiscus Adi P.A.KS.Msi
NIP. 17309092 008122 1 002

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember


Dalam Melakukan Aborsi telah diuji dan disahkan pada:
Hari,Tanggal : Senin, 10 Desember 2012
Tempat

: Ruang sidang skripsi Ilmu Kesejahteraan Sosial

Tim Penguji:

Ketua

Sekretaris

Budhy Santoso, S.sos, M.Si


NIP.197012131997021001

Franciscus Adi Prasetyo, AKS, M.Si


NIP. 1973090920081221002

Anggota

Drs. Iervan Hendaryanto, M.Si


NIP. 196002221990021001

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Hary Yuswadi, MA


NIP. 19520727198103100

vi

RINGKASAN

Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember Dalam


Melakukan Aborsi; Evi Nurfayanti, 070910301142; 2012; 77 halaman; Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Setiap hari sepanjang kehidupan ini setiap manusia diperhadapkan dengan


proses pengambilan keputusan. Termasuk salah satunya proses pengambilan
keputusan seorang mahasiswa dalam melakukan aborsi, karena kehamilan yang tidak
dikehendaki atau kehamilan diluar nikah. Dimana mahasiswa tersebut akan melalui
beberapa tahapan atau proses dalam memutuskan dan menentukan pilihan atau
tindakan yang terbaik dalam memecahkan setiap masalah yang ada. Pada umumnya
Proses pengambilan keputusan dalam masalah yang dilematis ini terjadi karena
mahasiswa tersebut dihadapkan pada beberapa faktor, faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu sendiri,
dalam arti perilaku aborsi muncul karena alasan kesehatan perempuan yang
mengandung tersebut tidak memungkinkan untuk melahirkan bayinya, karena bisa
menyebabkan kematian bagi sang ibu. Dan faktor eksternal merupakan faktor yang
muncul dari luar, dalam arti perilaku aborsi terjadi karena dipengaruhi oleh orang lain
dan lingkungan sekitar. Seperti: desakan laki-laki yang menghamili, belum siap
punya anak, masalah ekonomi, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perilaku seksual yang tinggi akan mengakibatkan seseorang mempunyai sikap
permisif yang tinggi terhadap aborsi.
Penelitian

yang

berjudul

proses

pengambilan

keputusan

mahasiswa

universitas jember dalam melakukan aborsi, ini bertujuan untuk mendeskripsikan


bagaimana proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember Dalam
Melakukan Aborsi dan bagaimana kendala dalam proses pengambilan keputusan
mahasiswa dalam melakukan aborsi.

vii

Penelitian ini dilakukan di daerah atau wilayah yang ditempati oleh subyek
yang akan diteliti. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa
mahasiswi pelaku aborsi bisa dijumpai di daerah atau wilayah tempat tinggalnya
tersebut dan merupakan tempat yang aman bagi subyek untuk menceritakan masalah
yang dihadapinya tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosial interpretatif, jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dan
penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling
dengan jumlah informan sebanyak 4 orang. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara (indepth interview), dan
studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan induksi konseptualisasi dengan
beberapa tahapan yaitu pengumpulan data mentah, transkrip data, pembuatan koding,
kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi dan penyimpulan akhir.
Sedangkan untuk teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data dan
teori.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah proses-proses dalam
melakukan keputusan aborsi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap pencarian
informasi, tahap perancangan solusi, tahap memilih solusi dan tahap pelaksanaan
dilakukan. Dan dalam tahap proses melakukan keputusan tersebut terdapat berbagai
kendala yang terjadi.

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Proses
Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember Dalam Melakukan Aborsi.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Kesejahteran Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Franciscus Adi P, A.KS, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan, memberi wawasan, dan meluangkan waktu, pikiran, serta perhatian
dari tahap awal sampai penyusunan skripsi ini,
2. Drs. Partono M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan selaku
dosen pembimbing akademik selama menempuh perkuliahan,
3. Prof.Dr. Harry Yuswadi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember,
4. Bapak dan Mimi ku tercinta, dan semua teman-teman Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial 2007, khususnya Yessy Widyastuti, I Putu Agus M.P, Arwah Agung
Sukmono, Oktiano Regian Zufri, Arif Khumaidi, dan Yulia Ayu Indriani,
5. Seluruh pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang tidak bisa disebut satu persatu,
6. Bapak dan Ibu Tim penguji Skripsi pada Jurusan Kes. Sos. FISIP Universitas
Jember, yang telah memeberikan saran dan waktu,
7. Almamaterku, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, yang
telah mengantarkanku kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

ix

Dengan segala hormat, penulis menerima segala kritik dan saran dari berbagai
pihak serta berharap skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca
khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Jember, 10 Desember 2012


Penulis

Evi Nurfayanti

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................

ii

HALAMAN MOTTO ..........................................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................

iv

HALAMAN PEMBIMBING ..............................................................................

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................

vi

RINGKASAN .......................................................................................................

vii

PRAKATA ............................................................................................................

ix

DAFTAR ISI.........................................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

2.1 Individu dan Kesejahteraan Sosial...................................................

2.2 Remaja Dan Seks Pranikah ..............................................................

10

2.3 Perilaku Seksual Pranikah ................................................................

11

2.3.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual


Pranikah....................................................................................

12

2.4 Aborsi ..................................................................................................

14

2.4.1

Pengertian aborsi......................................................................

14

2.4.2

Faktor Pendorong Melakukan Aborsi ......................................

16

2.5 Proses Pengambilan Keputusan .......................................................

17

2.6 Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu...........................................

24

xi

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

25

3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................

25

3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................

25

3.3 Penentuan Lokasi Penelitian.............................................................

26

3.4 Teknik Penentuan Informan.............................................................

26

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................

30

3.5.1

Observasi..................................................................................

30

3.5.2

Wawancara...............................................................................

32

3.5.3

Studi Dokumentasi ...................................................................

35

3.6 Teknik Analisa Data ..........................................................................

35

3.7 Teknik Keabsahan Data ....................................................................

40

BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................

44

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................

44

4.2 Deskripsi Informan ............................................................................

44

4.2.1

Umur Informan.........................................................................

45

4.2.2

Jenis Kelamin Informan Sekunder ...........................................

45

4.2.3

Tempat Tinggal Informan ........................................................

46

4.3 Proses Pengambilan Keputusan Aborsi ...........................................

46

4.3.1

Tahap Pengumpulan Informasi ................................................

4.3.2

Tahap Perencanaan Dalam Bentuk Alternatif Alternatif

48

Pemecahan Masalah .................................................................

53

4.3.3

Tahap Memilih Solusi .............................................................

60

4.3.4

Tahap Pelaksanaan ...................................................................

62

4.4 Kendala Dalam Proses Pengambilan Keputusan Aborsi ...............

71

4.4.1

Kendala Dalam Pengumpulan Informasi .................................

71

4.4.2

Kendala Dalam Perencanaan....................................................

72

4.4.3

Kendala Memilih Solusi...........................................................

72

4.4.4

Kendala Pelaksanaan................................................................

73

xii

BAB 5. PENUTUP................................................................................................

74

5.1 Kesimpulan .........................................................................................

74

5.2 Saran ...................................................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

78

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Pedoman Wawancara

Lampiran 2.

Transkip Wawancara

Lampiran 3.

Kategorisasi Data

Lampiran 4.

Dokumentasi Penelitian

xiv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jember memiliki daya tarik yang kuat bagi sebagian masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan di kota tersebut. Karena, Kabupaten Jember merupakan
daerah dengan jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak yaitu 8 perguruan tinggi,
dan menjadi lokasi dari salah satu perguruan tinggi yang cukup ternama, yaitu
Universitas Jember. Kabupaten Jember juga merupakan lokasi dari beberapa
perguruan tinggi swasta, antara lain: Universitas Muhammadiyah Jember, Politeknik
Jember, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mandala, Universitas Moch. Seroedji, STAIN
Jember, Universitas Islam Jember, dan lainnya. Menurut data dari Jember Dalam
Angka Tahun 2010 jumlah mahasiswa yang terdaftar di Unej sebanyak 18.225 orang,
disusul dengan Universitas Muhammadiyah Jember sebanyak 6.024 orang, dan
universitas lainnya yang memiliki jumlah mahasiswa terdaftar lebih dari 1.000 orang.
Jumlah ini cukup fantastis dan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah
penduduk Jember secara keseluruhan. Dan tentunya mendorong makin suburnya
bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos
atupun pihak orang tua, semakin longgar.
Berdasarkan hasil interview peneliti dengan seorang mahasiswi UNEJ
yang tinggal di kos yang tidak memiliki induk semang didapat pengakuan bahwa
bertempat tinggal di kos yang tidak terdapat pengawasan dari induk semang atau
orang tua yang sangat memudahkan baginya untuk mengajak teman lawan
jenisnya masuk ke dalam kamar. Hal-hal yang menyangkut pergaulan bebas
semakin mudah dilakukan sehingga pada akhirnya terjadi pola perilaku seks bebas.
Seks bebas merupakan tindakan yang melanggar aturan dan norma-norma sosial
dalam masyarakat yang terwujud dalam tindakan hubungan antar lawan jenis yang
belum

memiliki

suatu ikatan

pernikahan (Aldila, 2009).

Wijayanto (Suara

Merdeka, 2 Agustus, 2002) menyatakan bahwa 97% mahasiswa dari 1660 responden
di Jember sudah pernah melakukan hubungan seks pra-nikah, bahkan dari 1660

responden tersebut 23 orang (1,38 %) mengaku telah kumpul kebo atau tinggal
serumah tanpa menikah selama lebih dari 2 tahun, 5 orang (0,3%) mengaku telah
mendapat ijin dari orang tua dan 2 orang (0,12%) telah tinggal seatap dengan
orang tua tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah.
Di dukung dengan hasil survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam
Indonesia

(PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja

yang

mengalami

masalah

kehidupan seks terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Fadillah (2001).
Penelitian Persitarini (Jawa Pos, 31 Desember 1997) terhadap perilaku seks remaja
yang menunjukkan hasil yang mencengangkan dimana penelitian tersebut
menunjukkan bahwa

90% wanita

kehilangan keperawanannya karena terlanjur

sayang dengan pacarnya.


Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha
Esa yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan kepada setiap
manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi
kehidupan tersebut. Berbicara mengenai aborsi tentunya kita berbicara tentang wanita
serta kehidupan manusia karena aborsi erat kaitanya dengan wanita dan janin yang
ada dalam kandungan wanita.
Pengguguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbincangan, baik dalam
forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum
maupun disiplin ilmu lain. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari
semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini
perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri
pelaku maupun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi menyangkut
norma moral serta hukum suatu kehidupan bangsa. Aborsi telah dikenal sejak lama,
Aborsi memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan oleh berbagai metode termasuk
natural atau herbal, penggunaan alat-alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional
lainnya.

Jaman kontemporer memanfaatkan obat-obatan dan prosedur operasi

teknologi tinggi dalam melakukan aborsi.

Legalitas,

normalitas, budaya dan

pandangan mengenai aborsi secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak

negara di dunia isu aborsi adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik
atas kontroversi etika. Aborsi dan masalah-masalah yang berhubungan dengan aborsi.
Keputusan untuk melakukan aborsi dari 1.500.000 kasus di Indonesia dilatar
belakangi oleh berbagai macam faktor. Sebagian besar yakni 41,2 % karena
jumlah anak sudah cukup, 16,1 % karena anak terakhir masih kecil, dan belum siap
punya anak sebanyak 10,2 %. Aborsi dilakukan dengan alasan menempati jumlah
terbesar adalah mengalami kegagalan pemakaian alat kontrasepsi sekitar 48 %,
sementara alasan karena masih remaja sekitar 27 % sisanya karena profesi pekerja
seks komersial 9 % dan 9 % karena kehamilan akibat perkosaan & incest
(hubungan sedarah) (Anshor, 2006). Selain itu alasan lain dalam melakukan aborsi
adalah kehamilan terjadi akibat hubungan kelamin diluar perkawinan, alasan sosio
ekonomis, sudah mempunyai cukup anak, belum mampu punya anak serta kehamilan
akibat perkosaan (Ekotama dkk, 2001).
Penemuan peneliti pada kasus aborsi yang terjadi pada mahasiswi di
salah satu Perguruan Tinggi di Jember. Seperti pengakuan dari salah seorang dukun
pijat (non-medis) yang biasa dijadikan jujugan mahasiwa dan remaja untuk
menggugurkan kandungan. Sebut saja nama dukun Pijat tersebut Bu Karman, warga
Kecamatan Pakusari. Pengakuan Bu Karman, Mahasiswa asal Unej sering ke sini bila
dihitung, sedikitnya ada 50 mahasiswa dan pelajar yang sudah ditanganinya. Terkait
tarif, setiap pasien cukup menyerahkan mahar senilai 500 ribu rupiah (Radar Jember,
10 November 2009). Kasus ini memperkuat tindakan aborsi yang semakin meningkat,
terutama dikalangan mahasiswa akibat perilaku seks pranikah yang berdampak pada
kehamilan yang tidak diinginkan.
Keputusan untuk melakukan aborsi menjadi satu jalan terbaik yang dianggap
mampu menyelesaikan masalah yang sedang dialami. Aborsi telah menjadi salah satu
penyakit atau perampasan hak seseorang untuk menikmati kehidupannya, baik
kehidupan ibunya maupun calon janinnya. Aborsi atau juga bisa disebut dengan
pengguguran kandungan, yaitu mengeluarkan janin yang ada dalam perutnya sebelum
waktunya, baik disengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat usia janin masih muda

atau sebelum bulan ke empat masa kehamilan. Aborsi merupakan perilaku yang
beresiko tinggi, dan semua itu terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
Perempuan selalu menjadi korban, tersubordinasi dalam hukum, budaya
bahkan dalam hak-hak reproduksinya sendiri. Rahim, di mana janin tumbuh berada di
bawah kendali perempuan sebagai pemilik alat reproduksi. Itu sebabnya aborsi selalu
dikaitkan sebagai masalah perempuan, kesalahan perempuan. Lelaki seakan menjadi
bagian yang terpisahkan dalam permasalahan ini. Kehamilan Tidak Diinginkan
(KTD) terjadi karena adanya hubungan seksual antara lelaki dan perempuan. Dalam
hal ini lelaki turut berperan serta mengakibatkan terjadinya KTD yang berbuntut pada
aborsi. Lelaki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam
hal aborsi. Zumrotin K. Susilo dari Forum Kesehatan Perempuan menyatakan bahwa
KTD bisa disebabkan kurangnya akses pada alat kontrasepsi atau kegagalan
kontrasepsi, kemampuan ekonomi, inses, atau perkosaan. Selain itu juga karena
diabaikannya hak reproduksi perempuan.
Masyarakat pada umumnya tidak melihat bahwa seringkali laki-laki menjadi
pendorong utama terjadinya aborsi. Para pelaku aborsi secara sadar, menyadari
bahwa tindakan aborsi melanggar nilai sosial serta hukum positif, dengan alasan
untuk menutupi aib atau ketidakmampuan mempertanggung jawabkan perilaku seks
bebas yang telah mengakibatkan kehamilan tidak dikehendaki, maka dipilihlah jalan
pintas yaitu aborsi yang dipikirnya dapat menyelesaikan masalahnya tersebut.
Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang
mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya
mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya
mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila
sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu berempati yang
bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita
ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya (Prayitno, 1997). Proses
pengambilan keputusan dalam masalah yang dilematis ini terjadi karena mahasiswa
tersebut dihadapkan pada beberapa faktor, faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu sendiri, dalam arti
perilaku aborsi muncul karena alasan kesehatan perempuan yang mengandung
tersebut tidak memungkinkan untuk melahirkan bayinya, karena bisa menyebabkan
kematian bagi sang ibu. Dan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari
luar, dalam arti perilaku aborsi terjadi karena dipengaruhi oleh orang lain dan
lingkungan sekitar. Seperti: desakan laki-laki yang menghamili, belum siap punya
anak, masalah ekonomi, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perilaku seksual yang tinggi akan mengakibatkan seseorang mempunyai sikap
permisif yang tinggi terhadap aborsi.
Berdasarkan pada pertimbangan bahwa cukup banyaknya remaja yang
melakukan hubungan seksual pranikah, sehingga terjadi kehamilan tidak dikehendaki
yang berakhir dengan aborsi. Peneliti menemukan bahwa alasan atau latar belakang
subjek untuk melakukan aborsi jauh dari alasan serta melihat fakta yang terjadi
adanya ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan, terutama pada kasus aborsi
dimana perempuan kurang memiliki kekuasaan terhadap dirinya sendiri sehingga
perempuan cenderung tidak terlindungi dan berakibat terjadinya pelanggaran atas
kesehatan hak reproduksinya, sehingga dari uraian diatas penulis bermaksud
mengungkap lebih mendalam

mengenai proses pengambilan keputusan untuk

melakukan aborsi dalam sebuah penelitian yang berjudul; Proses Pengambilan


Keputusan Mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) Dalam Melakukan Aborsi.

1.2 Rumusan Masalah


Perilaku seks bebas yang terjadi dikalangan remaja saat ini bukan hanya
terjadi di kota-kota besar saja, tetapi hampir merata pada semua penjuru daerahdaerah kabupaten, termasuk dalam hal ini adalah Kabupaten Jember. Drs. H. Ikhsan
Khatib, Kepala BKKB Kodya Jakarta Timur dalam Gemari (2006), menyatakan
kecenderungan remaja tahu banyak soal gaya hidup yang tak sewajarnya ini, harus
diimbangi dengan informasi yang benar, akurat dan terpercaya. Karena secara
psikologis, faktor pemicu terjadinya seks bebas adalah fase pubertas pada remaja.

Kondisi ini menyebabkan remaja akan aktif secara seksual yang ditandai dengan
ketertarikan terhadap lawan jenis. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh seperti mudahnya akses untuk mendapatkan produk yang berbau
pornografi, lemahnya kontrol orang tua dan juga pengaruh teman sebaya.
Masalah aborsi ini bisa disebabkan karena beberapa tekanan yang ada. Seperti
tekanan dari laki-laki sebagai pasangan perempuan tersebut, tekanan dari lingkungan,
tekanan nilai-nilai moral yang ada, tekanan karena kesehatan dan terakhir
menyangkut harga diri sang perempuan. Bahkan perempuan disini mempunyai beban
ganda, sebagai pelaku dan juga sebagai korban. Berdasarkan hal yang sudah
dipaparkan di atas, penelitian ini memilih fokus pada:
a. Bagaimana proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas Jember (UNEJ)
Dalam Melakukan Aborsi
b. Bagaimana kendala dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas
Jember (UNEJ) dalam melakukan aborsi.

1.3 Tujuan Penelitian


Setiap aktivitas dalam sebuah penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan
tertentu. Hal ini bertujuan untuk memberi arah pada saat seorang penulis melakukan
aktivitas penelitiannya agar dalam proses tersebut penulis tidak keluar dari tujuantujuan yang telah ditentukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
a. Untuk mendeskripsikan tentang Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa
Uneversitas Jember (UNEJ) Dalam Melakukan Aborsi
b. Untuk mendeskripsikan tentang kendala dalam Proses Pengambilan Keputusan
Mahasiswa Uneversitas Jember (UNEJ) Dalam Melakukan Aborsi

1.4 Manfaat Penelitian


a. Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai proses pengambilan
keputusan

untuk

melakukan

aborsi

pada

mahasiswi

yang

didalamnya

mengungkap faktor-faktor serta latar belakang ataupun alasan pengambilan


keputusan untuk melakukan aborsi pada mahasiswi.
b. Dari hasil penelitian disini, bisa memberikan penyadaran bagi mahasiswa, dapat
mengurangi tindakan aborsi, dan mengurangi pergaulan bebas. Karena saat ini
pergaulan bebas sudah menjadi hal yang ngetrend. Hal ini ditandai dengan
semakin meningkatnya kasus-kasus seperti aborsi, kehamilan tidak diinginkan
(KTD), dan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Individu dan Kesejahteraan Sosial


Kesejahteraan merupakan keinginan dan cita-cita semua individu di dunia ini,
baik individu yang berasal dari kelas atas, menengah dan bawah, dari yang berdaya
hingga yang tidak berdaya sekalipun, kita semua menginginkan untuk bisa hidup
sejahtera selamanya. Menurut James Midgley (Huda, 2009, hal.72) dalam buku
pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial sebuah pengantar mendefinisikan:
Kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga
syarat utama: (1) ketika masalah sosial dapat dimenej dengan baik (2) ketika
kebutuhan bisa terpenuhi; dan (3) ketika peluang-peluang sosial terbuka
secara maksimal
1) Setiap orang belum tentu memiliki kemampuan management yang baik
terhadap masalah sosial yang dihadapi. Setiap orang pasti akan
menghadapi suatu masalah tetapi memiliki kemampuan yang berbedabeda dalam menghadapi masalah tersebut. Kesejahteraannya tergantung
terhadap bagaimana kemampuannya dalam menghadapi dan
menyelesaikan setiap masalah.
2) Setiap individu, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan tersebut tidak hanya dalam
bidang ekonomi, tetapi juga menyangkut keamanan, kesehatan,
pendidikan keharmonisan dalam pergaulan dan kebutuhan non ekonomi
lainnya.
3) Untuk merealisasikan setiap potensi yang ada dari anggota masyarakat,
perlu adanya langkah memaksimalkan peluang-peluang sosial. Pemerintah
dapat memperbesar peluang tersebut dengan meningkatkan program
pendidikan maupun menciptakan sistem sosial yang mendukung bagi
setiap warganya untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
Ketika individu, kelompok, dan masyarakat dapat memenuhi ketiga syarat
utama di atas, maka dia sudah dapat disebut sejahtera.
Sementara itu, pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil PreConference Working for the 15th International Conference of Social Welfare
(sulistiati, 2004: 25) yakni:
Social welfare is all the organized social arrangements which have as their
direct and primary objective the well being of people in social centext. It

includes the broad range of policies and services wich are concerned with
various aspect of people live their income, security health, housing, education,
recreation, cultural tradition, etc.
(kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan
dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam
masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, rekreasi budaya,
dan lain sebagainya).
Kesejahteraan sosial mencakup usaha sosial yang terorganisir dan tujuan
utama kesejahteraan sosial yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya yang
berdasarkan konteks sosial. Bila unsur-unsur yang didalamnya sudah tercapai seperti
pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, rekreasi budaya, maka akan menciptakan
kehidupan yang sejahtera.
Kesejahteraan sosial diantaranya juga mencakup kesejahteraan seseorang atas
kehidupannya sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni
terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2006). Kesejahteraan sosial dilihat
dari sudut pandang sebagai suatu keadaan (kondisi) dapat dilihat dari rumusan UU
No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2
ayat 1: kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan bertahan hidup sosial
materiil maupun spirituil yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Adi, 2005:16).
Dan kesejahteraan disini juga mencakup tentang kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh. Menurut Abraham H. Maslow (dalam T. Sumarnonugroho
1984:6) menguraikan lima tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut:
1) Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makan, dan sebaginya)
2) Kebutuhan rasa aman (jaminan agar dapat bertahan dalam penghidupan
dan kehidupan serta terpuaskan kebutuhan dasarnya secara
berkesinambungan)

10

3) Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi


4) Kebutuhan untuk penghargaan ( dari dirinya dan pihak lain)
5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan bertumbuh
Dari kebutuhan-kebuthan diatas, masih banyak kebutuhan yang masih belum
bisa dicapai oleh perempuan yang sudah pernah melakukan aborsi. Dimana mereka
tidak bisa mencapai hak reproduksinya yang dapat memunculkan berbagai masalah
sehingga membuat perempuan pelaku aborsi tidak dapat hidup dengan sejahtera.

2.2 Remaja Dan Seks Pranikah


Penelitian yang dilakukan oleh Tito (2001) tentang perilaku seksual remaja
juga turut menginformasikan semakin masifnya perilaku seks pranikah tersebut.
Perilaku seksual yang ada di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di Medan, 8,5%
remaja di Yogyakarta, 3,4% remaja di Surabaya, serta 31,1% remaja di Kota Kupang
telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian juga menemukan, 33,5%
responden laki-laki di Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali
sebanyak 23,6% laki-laki. Di Yogyakarta, sebanyak 15,5% sedangkan di desa
sebanyak 0,5%. Berdasarkan pengaruh atau ide melakukan hubungan seks pranikah,
Wijaya dalam Sari (2011) menyebutkan sebagai berikut, 5,51% (48% responden pria
dan 6% responden wanita) yang berusia 13-15 tahun, 67,3% berusia 16-17 tahun dan
26,7% berusia diatas 18 tahun menyatakan dari hasil penelitian ini terungkap 7% dari
responden melakukan hubungan seks pranikah. 100% dari mereka yang melakukan
hubungan seks pranikah ini mengaku mendapatkan gagasan untuk melakukan
hubungan seks dari vcd porno yang mereka liat, 73% dari teman, 66% dari internet,
dan 47% dari media cetak seperti koran atau majalah.
Melalui beberapa hasil penelitian di atas tersebut, maka dengan mengacu pada
kategori usia dapat diketahui bahwa perilaku seks bebas atau pranikah memiliki
kecenderungan tinggi dilakukan pada kelompok usia 13-18 tahun. Menurut Daradjat
(1988:101), usia tersebut masuk dalam kelompok remaja. Kecenderungan remaja
melakukan hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keingintahuan remaja,

11

pengaruh teman sebaya, mudahnya akses internet. Prilaku seks bebas ini bukan hanya
terjadi dikalangan orang (dewasa) yang sudah berkeluarga saja, akan tetapi kalangan
remaja khususnya pada mahasiswa juga banyak terjadi. Karena mahasiswa disini
telah masuk kedalam pergaulan free sex atau hubungan seksual pranikah. Yang
dimaksud dengan free sex (seks bebas) adalah hubungan seksual yang dilakukan
diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi (Artikel,
2012).
Salah satu resiko dari perilaku seks bebas tersebut adalah terjadinya
kehamilan tidak diinginkan (KTD). Menurut survey yang dilakukan oleh Widani
(Sawabi, 2009) dalam Kita sayang remaja, mengatakan bahwa kehamilan tidak di
inginkan (KTD) pada remaja kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga
200.000 kasus tiap tahun. Dan survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota
besar di Indonesia, KTD mencapai 37.000 kasus, 27% di antaranya terjadi dalam
lingkungan pranikah dan 12,5% adalah pelajar.
Lazulva dalam Tinceuli Sinaga (2005:11), sebanyak 560 kasus (10,89%)
kehamilan tidak dikehendaki (KTD), unwanted pregnancy sepanjang tahun 2004,
terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Bila
dilihat dari proporsi yang mengalami KTD terbagi untuk pendidikan Sekolah
Menengah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 1,24% dan proporsi Sekolah
Menengah Umum (SMU) ada 16,6%. Adapun selebihnya adalah kelompok
mahasiswa.

2.3 Perilaku Seksual Pranikah


Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan
yang sah (Sarwono, 2005). Mutadin (2002) mengatakan bahwa prilaku seksual
pranikah merupakan prilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan
resmi menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Semantara Luthfie (dalam
Amrillah dkk, 2001) mengungkapkan bahwa prilaku seksual pranikah adalah prilaku

12

seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Simanjuntak
(dalam prastawa & Lailatushifah, 2009) menyatakan bahwa prilaku seksual pranikah
adalah segala macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai
dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang
dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah. Berdasarkan definisi-definisi
yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku seksual pranikah adalah
segala prilaku yang didorong oleh hasrat seksual seperti bergandengan tangan,
berciuman, bercumbu dan bersenggama yang dilakukan oleh pria dan wanita tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.

2.3.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah


Pratiwi (2004) mengatakan bahwa prilaku seksual remaja/mahasiswa

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :


a. Biologis
Yaitu, perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan
hormonal yang dapat menimbulkan prilaku seksual.
b. Pengaruh Orangtua
kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dalam
masalah seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan prilaku seksual.
c. Pengaruh teman sebaya
Pengaruh teman sebaya membuat remaja mempunyai kecenderungan untuk
memakai norma teman sebaya dibandingkan norma sosial yang ada.
d. Akademik
Remaja yang prestasi dan aspirasi yang rendah cenderung lebih sering
memunculkan prilaku seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di
sekolah.

13

e. Pemahaman
Pemahaman kehidupan sosial akan membuat remaja mampu untuk mengambil
keputusan yang akan memberikan pemahaman prilaku seksual dikalangan remaja.
Remaja yang mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai
yang dianutnya akan menampilkan prilaku seksual yang sehat.
f. Pengalaman Seksual
Semakin banyak remaja mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual
maka semakin kuat stimulasi yang mendorong munculnya prilaku seksual
tersebut, misalnya melihat gambar-gambar porno diinternet ataupun mendengar
obrolan dari teman mengenai pengalaman seksual.
g. Pengalaman dan Penghayatan Nilai-Nilai Keagamaan
Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai nilai-nilai keagamaan,
integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan seksual selaras dengan
nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari prilaku yang produktif.
h. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian seperti harga diri, kontrol diri dan tanggung jawab akan
membuat remaja mampu mengambil dan membuat keputusan.
i. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi
Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami prilaku seksual serta alternatif cara
yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prilaku seksual pada remaja/mahasiswa menurut Pratiwi (2004) yaitu
biologis, pengaruh teman sebaya, pengaruh orang tua, akademik, pemahaman,
pengalaman seksual, pengalaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, kepribadian
dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.

14

2.4 Aborsi
2.4.1

Pengertian aborsi
Aborsi dalam bahasa Latin; abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum

usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Dalam kamus


umun bahasa Indonesia Badudu dan zein, (1996) aborsi didefinisikan sebagai
terjadinya keguguran janin. Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya
kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan secara mandiri. Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani
dan Setiawan, 2005), Aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron, atau
keguguran adalah pengguguran atau pengenyahan dengan paksa janin (embrio) dari
rahim (uterus) selama tiga bulan. Secara umum istilah aborsi diistilahkan sebagai
pengguguran kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan keempat masa kehamilan).
Didalam dunia medis, aborsi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
Spontaneus Abortion (Aborsi Spontan) dan Provocatus abortion (aborsi yang
disengaja). Aborsi spontan terjadi secara tidak disegaja. Pada umumnya disebut
keguguran, bisa terjadi pada wanita dengan trauma kehamilan, bekerja terlalu berat.
Sedangkan aborsi yang disengaja dilakukan secara sengaja dengan prosedur sah dan
aman (safe abortion), biasanya dilakukan ditempat praktik dokter, klinik atau rumah
sakit (Rathus & Nevid, 1993) .
Menurut Fatmawati (2008), perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang
melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan
keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan,
memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu
telat bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat
ginekosid/cytotec.
Aborsi dapat dikatakan aman apabila dilakukan di tempat praktik dokter,
klinik, atau rumah sakit yang berkompeten (Sarwono, 1999). Sementara aborsi yang

15

tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih atau kompeten dalam melakukan praktik aborsi dan menggunakan sarana
yang tidak memadai (Sudarsono, 1995)
Pada dasarnya aborsi kebanyakan dilakukan oleh remaja, dan ini juga terjadi
dikalangan mahasiswa. Aborsi ini terjadi karena kehamilan diluar nikah dan menjadi
kehamilan tidak dikehendaki (KTD). Aborsi yang dilakukan oleh remaja diluar nikah
ini karena dipengaruhi oleh moralitas dan sanksi-sanksi sosial. Moralitas sosial itu
tidak berpengaruh banyak terhadap wanita-wanita hamil yang sudah kawin,
sebaliknya moralitas dan sanksi-sanksi sosial tersebut berat menekan dan mengancam
status wanita hamil yang tidak kawin (Kartono, 1992:123).
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for
Social Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan
sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi
dalam rahim, sebelum usia janin mencapai 20 minggu. (http://www.nedstatbasic.net).
Encyclopedia Britania The American College Of Obstericians and
Gyneologist menyebutkan terdpat dua jenis aborsi, yaitu :
a. Accident abortion, yaitu penghentian kehamilan sebelum kematangan yang terjadi
selama alami, tanpa perlakuan medis.
b. Trerapeutic abortion, yaitu penghentian kehamilan melakukan perlakuan tenaga
medis, melalui operasi atau penggunaan RU486 atau beberapa terapi lainnya.
Beberapa kelompok masyarakat yang pro kehidupan mendefinisikan aborsi
sebagai sebuah tujuan untuk menghalangi proses perkembangan yang dari waktu ke
waktu konsepsi hingga melahirkan.
Di indonesia aborsi jelas-jelas sangatlah dilarang, meskipun dalam HAM
aborsi diperbolehkan. Seorang perempuan mempunyai hak untuk melakukan aborsi
karena merupakan bagian dari hak kesehatan reproduksi yang sangat mendasar.
Aborsi menjadi suatu kebutuhan bagi perempuan yang mengalami kehamilan yang
tidak dikehendaki, karena adanya beberapa alasan seperti kegagalan akibat

16

penggunaan kontrasepsi, atau memang sengaja tidak menggunakan kontrasepsi,


kehamilan yang diakibatkan karena kekerasan seksual seperti pemerkosaan.
Hukum yang ada di Indonesia berkata lain, hukum mengatakan seharusnya
mampu menyelamatkan ibu dari kematian tindak aborsi tidak aman oleh tenaga tak
terlatih seperti dukun. Terdapat 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat
ini, yaitu :
1. Undang-Undang RI No.1 Tahun 1946 tentang kita Undang-undang hukum
Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah
tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.
2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
3. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan
dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi).
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm
Dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan
pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai
undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari UU kesehatan, UU praktik
kedokteran, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), UU penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan UU hak asasi manusia (HAM). Keadaan
seperti di atas inilah dengan begitu banyak permasalahan yang kompleks yang
membuat banyak timbul praktik aborsi gelap, yang dilakukan baik oleh tenaga medis
formal maupun tenaga medis informal. Baik yang sesuai dengan standar operasional
medis maupun yang tidak. Sebelum keluarnya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tentang kesehatan ketentuan mengenai aborsi diatur dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1992. Dimana dalam ketentuan UU kesehatan memuat tentang aborsi yang
dilakukan atas indikasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir
cacat sehinga sulit hidup diluar kandungan.

2.4.2

Faktor Pendorong Melakukan Aborsi


Menurut Pratiwi (2004), alasan-alasan yang mendorong seseorang melakukan

aborsi adalah kekhawatiran akan gagalnya studi yang sedang dijalani, ketidaksiapan

17

menghadapi kemungkinan-kemngkinan perubahan hidup, ketidaksiapan ekonomi,


ketidaksiapan membina rumah tangga, dan perasaan malu pada lingkungan sekitar.
Sarwono (2000) mengemukakan factor yang mendorong individu atau remaja
putri melakukan aborsi adalah putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga dan
tetangga, masih bimbang dalam pengasuhan anak yang akan dilahirkan, terputus dan
terganggunnya karir di masa yang akan datang, tidak mau membabani orang tua,
tidak ingin hamil atau punya anak di luar nikah. Selain pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam diri individu sendiri seperti mau di kasih makan apa anakku bila lahir
nanti membuat individu melakukan aborsi. Faktor lain yang sangat mendorong
individu melakukan aborsi adalah desakan dari pacar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa mahasiswa baik lakilaki dan wanita, sebelum melakukan tindakan aborsi pranikah mengalami kondisi
yang sama, seperti: kebingungan, ketakutan, deg-degan, sedih dan sensitif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sarlito (2001) yang menyatakan bahwa kondisi psikologis
laki-laki pra-aborsi di antaranya adalah takut atau cemas, kebingungan sehingga
menunda-nunda persoalan, membutuhkan perlindungan tetapi lelaki yang berbuat
pada umumnya tidak mau dan tidak mampu bertanggung jawab, membutuhkan
informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat mentabukan
seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah, khususnya perempuan). Pada
saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari bantuan yang paling terjangkau (dekat,
murah dan mudah). Tindakan nekat ini tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup
bisa sangat berbahaya, dukun atau para medik atau dokter yang tidak bertanggung
jawab, komplikasi yang tidak segera ditolong, infeksi karena tidak diperiksa ulang.

2.5 Proses Pengambilan Keputusan


Suatu proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna sebagi
berikut;
(i) Runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu,
(ii)Rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan
produk.

18

Sedangkan wikipedia dalam (id.wikipedia.org/wiki/proses) memaknai proses


sebagai berikiut ;
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau
didesain mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya
lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh
perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di
bawah pengaruhnya.
Dalam menetapkan suatu tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang
diharapkan, setiap tindakan pastilah membutuhkan dan melalaui suatu proses yang
berwarna dimana antara satu proses dan proses lainnya berbeda cara dan bentuknya.
Demikian juga dengan proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam melakukan
aborsi.
Manusia adalah makhluk pembuat keputusan (decision-making man)
pengambil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan
keputusan merupakan prasyarat penentu tindakan. Pengambilan keputusan adalah
causa bagi respond tindakan, bagi effect konsekuensi. Namun, kebanyakan dari
manusia tidak pernah tahu akan konsekuensi dari suatu keputusan yang diambil.
Ketidaktahuan akan bagaimana seharusnya sebuah keputusan di ambil dapat
menghantarkan kita pada dua konsekuensi, yaitu baik atau buruk.
Dermawan (2006), mengungkapkan bahwa dalam hal ini ada 3 (tiga) teori
pengambilan

keputusan.

Teori-teori

yang

dimaksud

yaitu:

teori

Rasional

komprehensif, teori Inkremental dan teori Pengamatan terpadu.


a. Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang
banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsurunsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalahmasalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.

19

2) Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat


keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan
kepentingannya.
3) Perbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara
saksama.
4) Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif yang
dipilih diteliti.
5) Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat
diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
6) Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan.
b. Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu
teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus
dipertimbangkan (seperti dalam teori rasional komprehensif) dan pada saat yang
sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh
oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan sehari-hari. Pokokpokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan
untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada
sebagai sesuatu hal yang saling terpisah.
2) Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif
yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini
hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila dibandingkan
dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
3) Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja
yang akan dievaluasi.
4) Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara
teratur.

Pandangan

inkrementalisme

memberikan

kemungkin

untuk

20

mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan


tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat
ditanggulangi.
5) Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah.
Batu uji bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai
analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa
menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana
untuk mencapai tujuan.
6) Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikanperbaikan

kecil

dan

hal

ini

lebih

diarahkan

untuk

memperbaiki

ketidaksempurnaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi masalah sosial


yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-tujuan
sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
c. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Secara
umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat
keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan
keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk melakukan
scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan
keputusan tersebut. Dengan demikian, model pengamatan terpadu ini pada
hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan
model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan
keputusan.

Model

pengamatan

terpadu

juga

memperhitungkan

tingkat

kemampuan para pembuat keputusan yang berbeda-beda.


Menurut Supranto dalam teknik pengambilan keputusan ( 3: 2005), Secara
populer dapat dikatakan bahwa mengambil atau membuat suatu keputusan berarti
memilih salah satu di antara sekian banyak alternative yang ada. Dalam pengambilan
suatu keputusan minimal ada dua alternative dan dalam pratiknya lebih dari dua
alternative dimana pengambil/ pembuat keputusan (decision maker) harus memilih

21

salah satu berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Dampak dari suatu
keputusan yang diambil berbeda-beda, ada yang sempit dan ada yang luas ruang
lingkup yang terkena dampak atau pengaruh tersebut. Pada umumnya suatu
keputusan dibuat dan diambil dalam rangka untuk memecahkan suatu permasalah
atau persoalan (problem solving), setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang
akan dicapai.
Beberapa keputusan bisa berulang kali dibuat secara rutin dan dalam bentuk
persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan. Keputusan-keputusan semacam ini
dapat ditempuh secara efektif dengan mengikuti peraturan-peraturan atau pola-pola
yang telah dikukuhkan dalam bentuk juklak (petunjuk pelaksanaan) yang telah
dilaksanakan dan ada sebelumnya. Intuisi dan pertimbangan (judgment) dari orangorang yang mempunyai pengalaman seperti tipe persoalan tersebut merupakan
narasumber (resource person) yang sangat penting dalam suatu organisasi di mana
keputusan akan diambil. Di dalam banyak situasi keputusan, tanggung jawab untuk
memilih suatu alternative-alternative yang ada terletak pada perorangan (individual)
yang mengambil keputusan untuk kepentingannya sendiri atau atas kepentingan suatu
organisasi yang diwakilinya. Di dalam kesempatan lain suatu keputusan mungkin
dapat diambil oleh beberapa orang bersama-sama (a group of individuals) yang
bertindak sebagai anggota suatu kelompok.
Bagian dari proses keputusan dalam situasi semacam itu terdiri dari beberapa
diskusi yang dilakukan secara terpisah, dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan
atau modifikasi dari pendapat (opinions) dari seorang atau lebih anggota kelompok.
Proses mungkin sampai pada konsensus di antara para anggota yang terlibat dalam
proses pembuatan keputusan, kemudian konsensus tersebut dapat dipergunakan untuk
dasar pengambilan suatu keputusan, atas nama kelompok (group), sehingga
keputusan seolah-olah diambil/dibuat oleh pengambil keputusan tunggal. Proses
diskusi ini mungkin sampai pada tahap konsensus di antara para anggota kemudian
konsensus atau permufakatan bersama tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar
pengambilan suatu keputusan atas nama anggota.

22

Situasi yang lebih kompleks mungkin terjadi jika kelompok individu tersebut
tidak dapat sampai pada keputusan yang dapat disetujui bersama atas nama
kelompok. Hal ini mungkin bisa terjadi jika beberapa atau bahkan semua anggota
kelompok mempunyai tujuan masing-masing yang sangat berbeda, bertentangan satu
sama lain. Di dalam keadaan seperti ini, kelompok-kelompok kecil (sub group)
mungkin di bentuk oleh opini atau pendapat yang berbeda-beda dan berusaha
memberikan suatu keputusan yang bulat atas nama dapat dibuat, mungkin diperlukan
waktu bagi kelompok-kelompok kecil tersebut bertemu dan berdialog guna mencapai
suatu kesepakatan bersama. Ketua-ketua kelompok kecil mungkin melalui perbedaan
yang sengit, berhasil berkompromi, memilih alternatif terbaik untuk kelompoknya
atau

keluarganya

dan

diri

waria

tersebut.

Mereka

kemudian

bertemu

(bermusyawarah) untuk memilih alternative terbaik untuk seluruh anggota kolompok.


Kondisi sejenis timbul dalam situasi keputusan di mana melibatkan sejumlah
peserta yang bebas (independent participants) dengan kepentingan yang sangat
berbeda satu sama lain . Dalam hal dimana peserta pengambil keputusan mempunyai
kepentingan (tujuan) yang berbeda, suatu keputusan yang dapat memuaskan semua
pihak pasti memerlukan waktu proses yang cukup lama, melalui interaksi, negosiasi
bahkan persuasi atau pemberian kesadaran.
Selama proses pengambilan pandangan dan preferensi dari beberapa peserta
pengambilan keputusan mungkin berubah (bisa karena timbul kesadaran yang tinggi
atau mungkin karena terpaksa, takut karena ada tekanan/intimidasi/ancaman) dan
kompromi bisa dicapai. Apapun alasannya apabila suatu kompromi sudah dicapai,
keputusan dapat langsung dibuat, suatu keputusan yang sudah mendapat persetujuan
bersama.
Seandainya tak ada pengertian dari para peserta atau dari para anggota
keluarga dan pengambil keputusan, misalnya masih ada peserta yang mengotot atau
mempertahankan tuntutan semula sesuai dengan keinginan dan konfrontasi akan
berjalan terus kalau tuntutan belum dipenuhi, maka jalan buntu atau kemacetan akan

23

terjadi sesuatu keputusan yang mendapat persetujuan bersama mungkin menjadi lebih
lama untuk mencapainya atau justru terjadi kegagalan.
Persoalan pengambilan keputusan berkenaan dengan ruang lingkup situasi
yang luas sekali melibatkan peserta pengambil keputusan secara perseorangan (
individual) atatu kelompok individu (a group of individuals), keputusan mana
mempunyai dampak yang luas sekali, melalui suatu proses perdebatan yang panjang
dan melelahkan. Setiap situasi mempunyai ciri atau sifat yang unik dan tak ada
duanya.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dimengerti bahwa proses
pengambilan keputusan adalah runtutan sebuah proses perbuatan yang menuju pada
sebuah perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu yang telah ada dan dipilih
atau diputuskan dalam diri seorang individu.
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan suatu langkah atau tahapan untuk
mencapainya. Simon (1960), memperkenalkan empat aktivitas atau tahapan dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu:
1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan
permasalahan.
2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan
masalah.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang
disediakan.
4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan
Dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas Jember dalam
melakukan aborsi ini menggunakan tahapan-tahapan yang diperkenalkan oleh Simon
(1960), yaitu intelegence (pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan
permasalahan), Design (Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan
masalah), Choice (Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang
disediakan, Implementation (Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan).
Tahapan-tahapan ini dipergunakan untuk mengumplkan data-data.

24

2.6 Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu


Tinjauan terdahulu berfungsi memberikan landasan suatu acuan kerangka
berfikir untuk menjadi saran dari sebuah penelitian dan juga untuk mendapatkan
informasi tambahan atau pendukung. Penelitian terdahulu diperlukan guna menjadi
acuan penelitian yang akan dilakukan, sehingga diketahui perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Kajian terhadap penelitian terdahulu diambil dari hasil penelitian-penelitian
yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam melakukan aborsi
pada remaja atau mahasiswa. Meskipun memiliki perbedaan objek penelitian, lokasi,
waktu, pembahasan dalam penelitian terdahulu menjadi rujukan berpikir secara
toeritik bagi penelitian ini.
Terdapat beberapa penelitian yang bekaitan dengan penelitian ini. Yang mana
keseluruhan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan untuk
melakukan aborsi pada subyek penelitian yang mengalami KTD dikarenakan oleh
kepercayaan dan penilaian subyek penelitian tentang aborsi sebagai pilihan terbaik
dalam memecahkan masalah KTD, sikap yang kompromi terhadap konsekuensi
aborsi, dukungan dan tekanan dari orang tua menimbulkan niat dalam diri subyek
penelitian untuk melakukan aborsi. Pengambilan keputusan aborsi tersebut juga
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan remaja mengenai aborsi itu sendiri dan juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar subjek, yaitu kondisi keluarga, masyarakat, serta
teman bergaul.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Mengacu pada latar belakang dan tujuan dari penelitian di atas maka
pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2010:5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
berbagai metode yang ada.
Adapun tujuan dari penelitian kualitatif menurut Yuswadi dalam Bungin
(2001:147) bertujuan agar dapat mendeskrpsikan secara lebih rinci, lebih jelas dan
lebih akurat. Jadi yang dihasilkan oleh penelitian ini adalah data deskriptif yang berisi
tentang gejala-gejala sosial, fakta- fakta sosial lalu makna dari fakta-fakta yang
ditemukan saat penelitian. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini
diharapkan mampu mendeskripsikan tentang keadaan yang sebenarnya (naturalistik)
di lapangan. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif karena metode ini
dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di balik
fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara
memuaskan. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk
mengidentifikasi, mengetahui dan mengkaji secara mendalam tentang Bagaimana
Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Negeri Jember Dalam
Melakukan Aborsi.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dipilih adalah metode deskriptif. Menurut Nawawi
(2001:63), metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (sesorang,
lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak/
sebagaimana adanya.

25

26

Mengacu pada latar belakang dan tujuan dari penelitian di atas maka
penelitian ini menekankan pada deskripsi dari fokus penelitian ini yaitu Bagaimana
Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) Dalam
Melakukan Aborsi.

3.3 Penentuan Lokasi Penelitian


Langkah awal yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah
menentukan wilayah yang dijadikan lokasi penelitian. Penentuan lokasi penelitian
merupakan hal sangat penting dimaksudkan untuk memperjelas fokus penelitian atau
permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan pada judul skripsi ini Proses Pengambilan Keputusan
Mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) Dalam Melakukan Aborsi. Lokasi penelitian
ini adalah daerah atau wilayah yang ditempati oleh subyek yang akan diteliti. Alasan
pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa mahasiswi pelaku aborsi
bisa dijumpai di daerah atau wilayah tempat tinggalnya tersebut dan merupakan
tempat yang aman bagi subyek untuk menceritakan masalah yang dihadapinya
tersebut.

3.4 Teknik Penentuan Informan


Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. Spradley dalam
Sugiono (2009:49), menamakan istilah populasi dengan social situation atau situasi
sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Dalam penelitian kualitatif populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian
dari populasi itu. Populasi misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai
pada organisasi tertentu dan lain sebagainya. Irawan (2006:52) menyatakan bahwa:

27

penelitian kualitatif tidak mengenal populasi dan tidak pula sampel.


Kalaupun kata sampel muncul dalam metode kualitatif maka sampel ini
tidak bersifat mewakili (representatif) populasi, tetapi lebih diperlakukan
sebagai kasus yang mempunyai ciri khas tersendiri, yang tidak harus sama
dengan ciri populasi yang tidak diwakilinya.
Lebih lanjut Faisal (1990:56),menyatakan bahwa:
konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana
memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan
informasi yang mantap dan terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada
(karakteristik elemen-elemen yang tercakup dalam fokus/topik penelitian.
Mengenai rancangan pengambilan sampel, pada dasarnya terdapat dua cara
yang dapat digunakan. Menurut Irawan (2006:114), sampel yang digunakan untuk
generalisasi, maka sampling atau sampelnya disebut sampling probabilitas. Sampel
yang tidak digunakan dan tidak bisa digunakan untuk melakukan generalisasi disebut
sampel non probabilitas. Penelitian ini menggunakan rancangan sampel nonprobabilitas (nonprobability sampling) dimana penentuan sampel penelitian secara
random (acak) menjadi tidak penting. Menurut Umar (2004:90), cara ini juga sering
disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan karena dalam
pelaksanaanya digunakan pertimbangan tertentu oleh peneliti. Dan snowball
merupakan merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar, hal ini dilakukan karena jumlah dari
sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan,
maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data, dengan
demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Pada penelitian ini subjek penelitian disebut informan. Informan adalah
sebuah penelitian yang memiliki peran penting sebagai sumber informasi, seperti
yang dikemukakan oleh Moleong (2007:132), informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
penelitian. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2004:132), kegunaan

28

informan bagi peneliti adalah membantu secepatnya dan tetap seteliti mungkin yang
dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum
mangalami latihan etnografi. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
orang yang paling banyak mengetahui keseluruhan informasi dari berbagai sumber,
kemudian peneliti mencari informan kunci. Apabila pemulihan informan benar-benar
jatuh pada subyek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (objek),
maka keuntungan bagi peneliti karena tidak memerlukan banyak informan lagi,
sehingga penelitian cepat selesai. Jadi, yang menjadi kepedulian peneliti kualitatif
adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada.
Dalam penelitian dengan topik Proses pengambilan keputusan mahasiswaa
dalam melakukan aborsi: studi kasus pada mahasiswa Universitas Jember (UNEJ),
Kabupaten Jember, teknik digunakan adalah snowball sampling. Menurut Sugiono
(2009:52) :
snowball merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar, hal ini dilakukan karena
jumlah dari sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data
yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai
sumber data, dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin
besar , seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung, dengan cara peneliti
memilih orang tertentu yang dipetimbangkan akan memberikan data yang diperlukan.
Selanjutnya, berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampelnya tersebut,
peneliti akan menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan
data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang dinamakan teknik snowball sampling.
Informan kunci (informant key) yang dijadikan informan dalam penelitian ini
yaitu remaja atau mahasiswa Universitas Jember, Kabupaten Jember, yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
a. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif dari Perguruan tinggi Universitas Negeri
Jember, Kabupaten Jember.

29

b. Pernah melakukan aborsi


c. Belum menikah
Berdasarkan karakteristik penentuan informan pokok diatas, maka informan
yang masuk dalam karakteristik tersebut adalah 2 orang informan pokok yang terdiri
dari informan AN dan informan MW. Mahasiswi yang masih berstatus sebagai
mahasiswa aktif dari perguruan tinggi Universitas Negeri Jember, Kabupaten Jember.
Berikut adalah profil informan pokok secara umum:
a. Informan AN
Informan AN adalah mahasiswi Universitas Negeri Jember. Informan berusia 20
tahun dan merupakan pelaku aborsi yang masih belum menikah.
b. Informan MW
Informan MW adalah mahasiswi Universitas Negeri Jember. Informan berusia 20
tahun dan merupakan pelaku aborsi yang masih belum menikah.
Selain informan kunci (informant key), peneliti di sini menambahkan
informan tambahan (secondary informan) sebagai penambah data. Menurut Suyanto
dan Sutinah (2005:172), informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat didalam interaksi sosial yang diteliti.
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dinilai mengetahui
tindakan informan primer dalam melakukan aborsi, yang tidak hanya terbatas pada
teman, melainkan juga pihak lain seperti tenaga medis atau dukun. Adapun
karakteristik informan tambahan ini yaitu sebagai berikut:
a. Terlibat langsung dalam proses pelaksanaan
b. Mengetahui tindakan informan pokok
Informan yang dijadikan sebagai informan tambahan disini merupakan
pasangan informan pokok. Maka informan tambahan yang masuk dalam karakteristik
tersebut adalah 2 informan tambahan yaitu informan TN dan informan DK yang
terlibat langsung. Kedua informan tambahan tersebut merupakan pasangan dari
informan pokok.

30

3.5 Teknik Pengumpulan Data


3.5.1

Observasi
Metode ini digunakan sebagai metode pendahuluan, artinya dalam penelitian

ini metode observasi digunakan sebagai pengamatan awal untuk mengetahui situasi
dan kondisi obyek yang akan diteliti. Penulis disini melakukan pengamatan awal
dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung obyek yang akan
dijadikan sasaran yaitu remaja/mahasiswa Universitas Jember, Kabupaten Jember
yang pernah melakukan praktek aborsi, sehingga dapat melihat fakta-fakta yang
terjadi di lapangan. Irawan (2006:71) menyatakan bahwa:
Observasi juga tidak mudah digunakan. Teknik ini memerlukan sensitifitas
dan kejelian yang sangat tinggi dari penelitinya. Objek yang di evaluasi bisa
bersifat nyata (tangible) seperti benda-benda, gerakan, perilaku. Tetapi objek
juga bisa bersifat intangible seperti suasana atau situasi. Anda bisa merekam
suara-suara mendesis seperti angin (tangible), atau anda melaporkan hasil
pengamatan berupa suasana sunyi senyap yang mencekam (intangible).
Observasi merupakan cara pengumpulan data yang cukup efektif dalam
sebuah penelitian karena bisa jadi apa yang didengar, tidak sama dengan apa yang
dilihat. Untuk menepis pengertian atau asumsi-asumsi dalam pengumpulan data yang
keliru maka apa yang telahh didapatkan dari hasil wawancara paling tidak masih ada
sinergi logis dengan apa yang juga dilihat oleh peneliti, sehingga walaupun ada tidak
ada kesamaan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi nantinya,
maka sedapat mungkin peneliti bisa dengan mudah untuk memahami dan membuat
analisa kecocokan (klarifikasi) antara data dan fakta yang telah terkumpul tersebut.
Pelaksanaan kegiatan observasi ini akan dilakukan oleh peneliti secara formal dan
non-formal dalam kondisi waktu yang tidak ditentukan (pagi hari, siang hari, sore
hari ataupun malam hari). Dalam suatu penelitian kualitatif, objek pengamatan
biasanya suatu situasi sosial tertentu. Menurut Faisal (1990:78), terdapat sembilan
item utama yang dapat diobservasi pada suatu situasi sosial, yaitu:
1) Gambaran keadaan tempat dan ruang tempat suatu situasi sosial
berlangsung dengan mencatat pada catatan lapangan, contohnya pada saat
pendekatan terhadap subyek.

31

2) Mencatat benda, peralatan, perlengkapan yang terdapat pada ruangan


tersebut termasuk letak tata ruang dan penggunaannya misalnya perabotan
rumah, meja, kursi tempat berlangsungnya observasi.
3) Para pelaku pada suatu situasi sosial, termasuk karakteristik yang melekat
pada mereka (seperti status, jenis kelamin, usia, dan sebagainya).
4) Mencatat kegiatan yang sedang berlangsung pada saat observasi namun
sifatnya tersamar agar informan tidak merasa risih dan tetap bersifat
normal Tingkah laku para pelaku dalam proses berlangsungnya aktivitas
tidak luput dicatat
5) Tingkah laku para pelaku dalam proses berlangsungnya aktivitas/ kegiatan
yang berhubungan juga tidak luput untuk dicatat
6) Peristiwa yang berlangsung di saat dilakukannya observasi
7) Waktu berlangsungnya peristiwa pagi, siang, sore atau malam. Namun
pada penelitian ini obsevasi dilakukan malam hari
8) Ekspresi perasaan yang tampak pada para pelaku di suatu situasi sosial
misalnya marah, takut, gelisah, sedih dan lain lain,dan
9) Tujuan yang ingin dicapai melalui rangkaian kegiatan yang ada di suatu
situasi sosial.
Observasi dilakukan dengan sengaja pada saat informan senggang atau dalam
keadaan santai tanpa tekanan yaitu pada waktu informan istirahat atau sudah tidak
ada kegiatan lain, misalnya informan MW yang merupakan seorang mahasiswi yang
siang hari kuliah kadang hingga sore hari. Maka observasi dilakukan pada malam hari
disaat waktu informan senggang.
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Informan MW
Berdasarkan observasi yang dilakukan di tempat tinggal informan MW, jika
dilihat dari kondisi atau keadaan tempat tinggal informan tergolong dari kelas
menengah keatas. Terlihat dari barang-barang yang dimiliki oleh informan. Ciriciri informan adalah berusia 20 tahun dan masih aktif di perguruan tinggi
Universitas Negeri Jember, Kabupaten Jember.
b. Informan AN
Berdasarkan observasi yang dilakukan di tempat tinggal informan AN, jika dilihat
dari kondisi atau keadaan tempat tinggal informan juga tergolong dari kelas
menengah keatas. Terlihat dari barang-barang yang dimiliki oleh informan

32

ditempat tinggalnya tersebut. Ciri-ciri informan adalah berusia 20 tahun dan


masih aktif di perguruan tinggi Universitas Negeri Jember, Kabupaten Jember.

3.5.2

Wawancara
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering

digunakan dalam penelitian kualitatif. Teknik wawancara merupakan cara untuk


pengumpulan data dan informasi. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal.
Teknik wawancara digunakan jika seluruh atau sebagian besar data yang digunakan
ada dalam pemikiran, perasaan, dan persepsi informan. Interview (wawancara) adalah
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab oleh peneliti
pada informan. Moleong (2007:135), menyatakan bahwa:
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut. Bisa dikatakan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara
dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang yang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam suatu
penelitian dengan cara menanyakan secara mendetail dan mendalam, memancing
dengan pertanyaan maupun mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh
gambaran yang utuh tentang informan atau peristiwa maupun isu tertentu.
Wawancara dapat disamakan dengan obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara
obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut adalah
tujuannya, hubungan antara informan (intrviewee) dan pewawancara (interviewer),
tata krama, dan batasan waktunya. Wawancara adalah teknik yang tidak mudah
digunakan. Tetapi jika dilakukan dengan baik, wawancara akan mampu memberi kita
data yang sangat kaya. Wawancara adalah gabungan antara ilmu pengetahuan dan

33

seni (intuisi). Menurut Faisal (1990:61) pengumpulan data melalui wawancara


dilakukan karena dua alasan, yaitu:
Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang
diketahui dan dialami seseorang atau subjek yang diteliti, tetepi juga apa yang
tersembunyi jauh di dalam diri subjek peneliti (explicit knowledge maupun
tacit knowledge). Kedua, apa yang ditanyakan pada informan bisa mencakup
hal-hal yang bersifat lintas-waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa
sekarang, dan juga masa mendatang.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses, memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Wawancara ini juga dilakukan melalui wawancara semi terstruktur yang maksudnya
adalah proses wawancara menggunakan panduan wawancara yang berasal dari
pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam mengajukan pertanyaan dan
penggunaan terminologi lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur. Biasanya
dalam proses wawancara, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang umum, yang
mencamkan masalah-masalah yang diteliti tanpa menentukan urutan pertanyaan.
Pedoman wawancara dalam penelitian digunakan untuk mengingatkan mengenai
aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist)
apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan. Wawancara
semi terstruktur dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang
mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau
pengalaman informan. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur
karena dalam proses wawancara dilengkapi dengan pedoman wawancara, pedoman
wawancara tersebut sebagai pengingat aspek-aspek yang akan dibahas dan tidak akan
terjadi kebingungan dalam proses wawancara.

34

Dalam penelitian terdapat pokok-pokok atau garis besar pertanyaan yang akan
dilontarkan dan dijadikan pedoman dalam wawancara (interview guide), informan
juga dapat memberikan asumsi dan menafsirkan sesuatu seputar permasalahan yang
dihadirkan. Menurut Suyanto dan Sutinah (2005:56), interview guide adalah
semacam rambu-rambu yang dipergunakan untuk mengarahkan seorang peneliti agar
tidak terjebak mencari data si luar permasalahan dan tujuan penelitiannya. Interview
guide umumnya berisikan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dan ingin
memperoleh jawaban yang mendalam. Rangkaian pertanyaan yang tersusun dalam
interview guide tidak dilengkapi dengan pilihan jawaban yang sudah ditemukan
terlebih dahulu, tetapi jawaban yang dikehendaki justru seluas, serinci, dan selengkap
mungkin.
Dalam pelaksanaanya di lapangan, wawancara dilakukan oleh peneliti secara
terbuka dan terarah dengan menggunakan pedoman wawancara (intervie guide),
berhadap-hadapan, secara mendalam (in-depth interview) serta dalam keadaan
suasana

yang

mendukung

seperti

tersedianya

waktu

yang

cukup

untuk

dilaksanakannya proses wawancara, misalnya pada waktu malam hari ketika


informan sedang istirahat atau sedang tidak ada kegiatan lain.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan tentang wawancara di atas, maka
berikut merupakan proses wawancara dan penjelasan singkat hasil wawancara dengan
informan pokok maupun informan tambahan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
a. Informan MW
Informan MW pengalaman aborsinya ini merupakan yang pertama kalinya. MW
tergolong anak yang religius, taat dalam ibadahnya.
b. Informan AN
Informan AN dalam praktek aborsi ini sudah pernah melakukannya lebih dari satu
kali. AN juga pernah melakukan aborsi dengan pacar sebelumnya.

35

c. Informan TN
Informan TN yang memiliki kisah yang cukup mengesankan. Wawancara dengan
informan TN amat jelas dan detail, sebab ia menyimpan data (dokumentasi) atas
aborsi yang dilakukannya. Mulai foto hasil kuretase hingga kuburan janinnya.
d. Informan DK
DK adalah informan yang amat unik. Sebab ia menyimpan barang-barang
ceweknya, mulai baju (daster) dan pakaian dalam (bra-celana dalam) kekasihnya,
yang dikenakan saat proses aborsi. Sebagai kenang-kenangan, katanya.

3.5.3

Studi Dokumentasi
Metode ini merupakan metode tambahan dalam melengkapi pengumpulan

data yang berkaitan dengan permasalahan. Metode dokumentasi digunakan untuk


mengumpulkan data sekunder yang diperlukan untuk menunjang data primer yang
telah diperoleh. Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung
dari sumbernya. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dengan tehnik
dokumentasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara pengumpulan sumbersumber data yang berasal dari buku, literature, majalah, internet, arsip atau dokumen.
Metode ini diperlukan untuk menambah tingkat keabsahan hasil penelitian. Dari
metode ini akan diperoleh data mengenai karakteristik lokasi penelitian dan berbagai
data sekunder yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data


Analisa data adalah salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian, untuk memeriksa, mempelajari, dan membandingkan data yang ada.
Menurut Bogdan dalam Sugiono (2009:88) dalam hal analisi data kualitatif
menyatakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang
lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

36

menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam


pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Jadi analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori , menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis
yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulangulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul. Apabila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan
secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi ternyata hipotesis diterima, maka
hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Nasution dalam Sugiono
(2009:89) dalam hal ini menyatakan analisis dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian
selanjutnya sampai jika mungkin teori yang grounded. Dalam penelitan kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan
pengumpulan data, tetapi dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Pendekatan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

induksi

konseptualisasi. Penelitian kualitatif berpikir secara induktif. Penelitian ini tidak


memulai dengan mengajukan hipotesis dan kemudian menguji kebenarannya, tetapi
penelitian kualitatif bergerak dari bawah, mengumpulkan data sebanyak mungkin
tentang data yang relevan dengan topik penelitiaannya dan dari data itu dicari pola-

37

pola, hukum, prinsip-prinsip, dan akhirnya menarik kesimpulan dari analisanya itu.
Gulo (2005:37) menyatakan bahwa:
Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak
pada gejala-gejala pengamatan yang prosesnya berjalan secara induktif,
dengan mengamati sejumlah gejala secara individual kemudian
merumuskannya dengan bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak, sedangkan
gejala bersifat konkret. Konsep berada dalam bidang logika (teoritis),
sedangkan gejala berada dalam dunia empiris (faktual). Memberikan konsep
pada gejala disebut konseptualisasi.
Konseptualisasi penelitian tidak hanya merumuskan masalah, tetapi juga
mengungkapkan cara-cara tentang bagaimana masalah tersebut akan diteliti. Faisal
(1990:90) menyatakan bahwa:
dengan startegi atau pendekatan ini, peneliti bertolak dari fakta atau
informasi empiris (data) untuk membangun konsep, hipotesis dan teori. Dari
fakta/informasi ke konsep merupakan suatu gerak melintas ke tingkat
abstraksi yang lebih tinggi, bukan suatu penghitungan tabulasi dari data yang
berasosiasi dengan konsep yang ditemukan. Data yang terakumulasi dibawah
satu tabel itulah yang akhirnya dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
tentang definisi nominal, makna teoritis atau konten substansi dari suatu
konsep.
Induksi konseptualisasi digunakan untuk membangun kesimpulan-kesimpulan
ilmiah yang bertolak dari data-data empirik. Peneliti berangkat dari data empiris
kemudian menuju atau membangun konsep teoritis. Analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung secara interaktif, dimana pada setiap tahap kegiatan berjalan
secara bersamaan. Analisis data dilakukan bersamaan atau hampir dengan
pengumpulan data. Untuk itu peneliti kualitatif harus selalu ingat, tidak ada panduan
baku baginya untuk melakukan analisis data. Menurut Irawan (2006:76-80), ada
beberapa tahapan yang dapat dilakukan pada waktu melakukan analisis data
penelitian kualitatif, yaitu:
a. Pengumpulan Data Mentah
Pada tahap ini data mentah dikumpulkan melalui berbagai cara yaitu pertama
dengan melakukan observasi lapangan, observasi lapangan dicatat dalam bentuk
catatan lapangan yang menggambarkan tentang kondisi lingkungan fisik maupun

38

sosial informan baik berupa kondisi tubuh, kondisi rumah informan, pendidikan
informan, kegiatan yang dilakukan informan dan lain-lain.
b. Transkip Data
Pada tahap ini, seluruh data yang telah diperoleh sebelumnya baik yang berasal
dari observasi lapangan, wawancara maupun pustaka dirubah dalam bentuk
tertulis (baik yang berasal dari recorder atau catatan tulisan tangan). Semuanya
diketik persis seperti apa adanya (verbatim) tanpa mencampuradukan dengan
pendapat dan pikiran orang lain. Hasil observasi diubah dalam ketikan rapi
menjadi catatan observasi (terlampir), hasil wawancara secara keseluruhan diketik
dalam bentuk transkrip wawancara (terlampir), dan dokumen-dokumen seperti
foto-foto (terlampir), dan lain-lain.
c. Pembuatan Koding
Pada tahap ini seluruh data yang sudah ditranskrip di atas akan dibaca dan
ditelaah dengan seksama. Lalu pada bagian-bagian tertentu dari transkrip tersebut
akan ditemukan hal-hal penting atau pokok-pokok pikiran. Dari hal-hal penting
ini untuk diambil kata kuncinya dan diberi kode angka misalnya Informan TN
dalam kutipan wawancara mengatakan :
Pertama, aku mencegah aib keluarga beserta aku sendiri. Kedua, menimbang
lagi kita masih berstatus mahasiswa jadi untuk berkeluarga masih berpikir
seribu kali. Tentunya ini menyangkut urusan ekonomi. Apalagi aku, yang
notabennya mahasiswa sekaligus calon ayah, pastinya khawatir dengan
keadaan seperti itu. Maka dari itu, aku sudah mantap tuk melakukan abosrsi.
Apalagi melihat kasus perceraian pada pasangan suami-istri sering
diakibatkan oleh factor ekonomi. Perihal itu yang amat aku takutkan
Dalam kutipan tersebut terdapat beberapa pokok pikiran yaitu pengambilan
keputusan tersebut terjadi karena berbagai pertimbangan dan alasan seperti
mencegah aib keluarga dan diri sendiri, masalah ekonomi, dan belum siap. Ketiga
pokok pikiran tersebut masing-masing diberi kode angka 1, 2 dan 3.
d. Kategorisasi Data
Pada tahap ini data hasil koding yang telah dilakukan sebelumnya disederhanakan
kembali dengan cara mengikat kata-kata kunci pada daftar koding dalam suatu

39

dalam satu besaran yang dinamakan kategori. Sehingga nantinya akan


mempermudah dalam menganalisinya. Jika ada beberapa kode yang memiliki
pokok pikiran yang sama maka akan dileburkan menjadi satu kategori. Jadi,
misalnya dari 65 kata-kata kunci, anda mungkin akan merangkum menjadi 12
kategori.
e. Penyimpulan Sementara
Tahap ini adalah tahap pengambilan kesimpulan yang bersifat sementara dan
semua berdasarkan data yang diperoleh. Hasil kesimpulan sementara tidak ada
bercampur dengan pikiran dan penafsiran lain diluar data yang telah diperoleh.
f. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check dan recheck antara satu sumber data dengan
sumber data lainnya. Misal hasil wawancara dengan hasil observasi, lalu dengan
hasil dokumentasi. Dalam proses ini beberapa kemungkinan bisa terjadi. Pertama,
satu sumber cocok (senada, koheren) dengan sumber lain. Kedua, satu sumber
data berbeda dari sumber lain, tetapi tidak harus berarti bertentangan. Ketiga, satu
sumber 180 bertolak belakang dengan sumber lain.
g. Penyimpulan Akhir
Pada tahapan ini, kesimpulan akhir diambil dengan merangkum dari proses
keseluruhan analisis data. Kesimpulan akhir diambil ketika sudah merasa bahwa
data sudah jenuh dan setiap penambahan data baru hanya berarti ketimbang
tindihan. Setelah dirasa jenuh kemudian membuat kesimpulan akhir dengan
mengamati hasil data-data yang diperoleh dari informan.
Pengumpulan
data mentah

Penyimpulan
Sementara
Sumber: Irawan

Transkip
Data

Triangulasi

Pembuatan
Koding

Kategorisasi
Data

Penyimpulan
Akhir

40

3.7 Teknik Keabsahan Data


Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat timbul.
Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan. Maka untuk mengurangi
dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti mengadakan pengecekan kembali
data tersebut sebelum diproses dalam bentuk laporan, dengan harapan laporan yang
disajikan nanti tidak mengalami kesalahan. Kevalidan data merupakan suatu hal yang
mutlak diperlukan dalam setiap penelitian. Tanpa data yang valid dan dapat diuji
kebenarannya maka suatu penelitian tidak dapat dikatakan ilmiah. Data yang valid
merupakan data yang benar-benar diperoleh dari sumber yang kompoten terhadap
masalah yang akan diteliti.
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa
hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan
data. Menurut Lincoln & Guba (dalam Faisal, 1990:31-33) setidak-tidaknya ada
empat kriteria utama guna menjamin keterpercayaan / kebenaran hasil peneliatian
kualitatif, yaitu:
a. Standar Kredibilitas
Standar kredibilitas diperlukan supaya hasil penelitian kualitatif dapat
dipercaya oleh para pembaca, dan juga dapat disetujui kebenarannya oleh
partisipan yang diteliti. Untuk itu ada tujuh teknik yang dapat dilakukan, yaitu:
1) memperpanjang atau tidak tergesa-gesa dalam membawa data sebelum
tercipta rapport waktu kegiatan penelitian di lapangan atau prolonged
engagement. Dalam penelitian ini rapport telah dibangun terlebih dahulu
dengan informan sebelum melakukan penelitian
2) melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh dalam
jangka waktu tertentu sehingga informasi yang diperoleh bisa semakin apa

41

adanya mendalam, dan rinci berkaitan dengan topik penelitian, atau


persistent observation yaitu proses pengambilan keputusan mahasiswa
Universitas Jember dalam melakukan aborsi. Observasi ini dilakukan sebelu
penelitian.
3) melakukan setidak-tidaknya triangulasi metode dan triangulasi sumber data,
sehingga kebenaran data yang diperoleh melalui suatu metode dan dari suatu
sumber data juga dapat dicek dengan data yang diperoleh melalui metode lain
dan dari sumber lainnya, atau triangulation. Menurut Moleong (2010:330)
menyatakan bahwa Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk
kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sendiri.
Menurut Moleong (2010: 330-331), teknik trianggulasi data dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
a) Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan
jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,
orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
b) Pada trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi, yaitu: (1)
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c) Trianggulasi dengan teori dinamakan penjelasan banding (rival
explanation). Dalam hal ini, jika analisis telah menggunakan pola,
hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka
penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau
penyaing.

42

Trianggulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Dari pemaparan di atas, penelitian ini mempergunakan teknik
triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Trianggulasi sumber data artinya
memadukan antara hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Trianggulasi sumber data dilakukan dengan mengkroscekkan data yang
sebelumnya diperoleh pada saat melakukan penelitian, baik dari para informan
pokok maupun informan tambahan mengenai proses pengambilan keputusan.
Triangulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan dan memaknai hasil
analisis dari penelitian dengan teori-teori yang berkaitan yang telah disajikan
di bab dua yang termuat beberapa konsep antara lain konsep kesejahteraan
sosial, konsep proses pengambilan keputusan, konsep perilaku, konsep aborsi.
4) melibatkan teman sejawat yang tak ikut meneliti untuk membicarakan dan
bahkan mengeritik segenap proses dan hasil penelitian sehingga peneliti bisa
memperoleh masukan atas kelemahan yang mungkin terjadi dari penelitian
yang dilakukannya, atau peer debriefing.
5) melakukan analisis kasus negatif atau negative case analysis, yaitu dengan
jalan menguji ada tidaknya kasus/keadaan yang bisa menyanggah kebenaran
hipotesis/ temuan/hasil penelitian, yang bila terdapat kasus atau bukti
sanggahan maka hipotesis/temuan/hasil penelitian tersebut perlu dimodifikasi
dan dianalisis kembali secara negatif hingga sampai ke suatu titik yang sudah
tak terbantah lagi.
6) melacak kesesuaian segenap hasil analisis data, dan bila semakin sesuai dan
bahkan bisa saling menjelaskan satu dengan yang lain, maka hasil
penelitiannya semakin terpercaya, atau melakukan teknik referential
adequacy checks, dan
7) mengecek kesesuaian rekaman, interpretasi, dan simpulan-simpulan hasil
penelitian dengan apa yang telah diperoleh dari para partisipan selama

43

penelitian berlangsung, yaitu dengan jalan meminta kepada mereka unutk


mereview dan mengecek kebenarannya, atau melakukan member check-ing.
b. Standar Transferabilitas
Standar ini sesungguhnya merupakan pertanyaan empiris (empirical
questions) yang tak dapat dijawab oleh peneliti kualitatif itu sendiri. Yang bisa
menjawab atau menilainya adalah para pembaca laporan penelitian. Bila pembaca
laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya ke latar atau
konteks semacam apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferable),
maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas. Untuk memenuhi
standar tersebut jalan satu-satunya adalah dengan memperkaya deskripsi tentang
latar belakang/konteks dari yang menjadi fokus penelitian yaitu proses
pengambilan keputusan mahasiswa universitas negeri jember dalam melakukan
aborsi.
c. Standar Dependabilitas
Standar dependabilitas dapat dipenuhi dengan cara melakukan pengecekan
akan salah-benarnya dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti di
lapangan yaitu dari proses pengumpulan data, menginterpretasikan temuan, dan
melaporkan hasil penelitian. semakin konsisten dalam keseluruhan proses
penelitiannya, maka semakin memenuhi standar dependabilitas. Pengecekan dapat
dilakukan dengan mereview segenap jejak aktivitas penelitian
d. Standar Konfirmabilitas
Standar ini banyak miripnya dengan standar dependabilitas yang
berkenaan dengan mutu hasil penelitian dengan memperhatikan topangan
catatan/rekaman data lapangan (hasil audit dependabilitas). Audit konfirmabilitas
ini dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan audit dependabilitas. Jika
hasil audit tersebut menunjukkan adanya konfirmabilitas, maka hasil penelitian
bersangkutan juga lazimnya bisa diterima atau diakui oleh para pembaca.

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Pada masa sekarang ini sudah ngetrend yang namanya pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang terjadi pada mahasiswa ini, menimbulkan berbagai konflik
yang harus dihadapinya, dan salah satunya adalah perilaku aborsi. Mahasiswa yang
melakukan hubungan seksual pranikah dengan lawan jenisnya, bisa menyebabkan
suatu kehamilan. Seperti yang diungkapkan Lutfhie (dalam Amrillah dkk, 2001) (Bab
2 hal 12), mengungkapkan bahwa prilaku seksual pranikah adalah prilaku seks yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Sehingga bagi mahasiswa
yang hamil, mau tidak mau harus mengambil keputusan, yaitu mempertahankan
kandungannya atau menghentikan kehamilan dengan jalan aborsi. Menurut Pratiwi
(2004) (Bab 2 hal 17), alasan-alasan yang mendorong seseorang melakukan aborsi
adalah kekhawatiran akan gagalnya studi yang sedang dijalani, ketidak siapan
menghadapi kemungkinan-kemungkinan perubahan hidup, ketidak siapan ekonomi,
ketidaksiapan membina rumah tangga, dan perasaan malu pada lingkungan sekitar.
Lokasi penelitan yaitu daerah atau wilayah tempat tinggal informan. Tempat
tinggal informan bertempat di daerah sekitar kampus Universitas Jember (UNEJ).
Universitas Negeri Jember berlokasi tepatnya di wilayah lingkungan Tegalboto
Kidul, Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember.

4.2 Deskripsi Informan


Deskripsi informan merupakan ciri serta sifat yang melekat pada diri masingmasing informan. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan 2 orang sebagai
informan pokok dan 2 orang informan sekunder untuk dijadikan sample. Dalam
memaparkan deskripsi informan, terdapat beberapa hal yang akan diketengahkan, hal
ini tidak lain adalah sebagai upaya untuk mengetahui siapa informan dalam penelitian
ini. Hal yang akan diketengahkan dalam penelitian yaitu:

44

45

a. Umur informan
b. Tempat tinggal informan
c. Jenis kelamin informan

4.2.1

Umur Informan
Pada penelitian ini yang dijadikan informan oleh penulis adalah remaja

khususnya mahasiswa Universitas Jember (UNEJ), Kabupaten Jember yang belum


menikah dan berstatus mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) berumur 17 tahun
sampai 22 tahun. Dapat diketahui bahwa golongan umur informan pokok dalam
penelitian ini adalah pada umur 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang karena pada usia ini
remaja mengalami pencarian jati diri dan transisi dari kanak-kanak menuju dewasa
yang biasanya diikuti oleh berbagai masalah baik psikis, fisik atau sosial. Sedangkan
untuk informan sekunder terdapat 1 orang informan berumur 22 tahun, dan 1 orang
berumur 21 tahun. Pada masa ini juga dapat dikatakan remaja sudah menuju masa
dewasa, sama seperti remaja usia 21 tahun.
Disini pengaruh yang didapat dari dalam dan luar rumah akan nampak dari
berbagai perilaku yang muncul pada diri remaja seusia ini. Komposisi usia informan
akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan melakukan aborsi pada
remaja.

4.2.2

Jenis Kelamin Informan Sekunder


Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Pembagian

informan ini dilakukan supaya pendapat mereka dapat mewakili, karena pengambilan
keputusan melakukan aborsi pada remaja antara laki-laki dan perempuan berbedabeda didalam berpacaran serta sesuai dengan informasi yang penulis terima dari
informan. Jenis kelamin informan sekunder disini merupakan 2 orang laki-laki,
informan TN dan informan DK. Informan sekunder disini juga merupakan pasangan
dari informan primer. Informan TN telah membina hubungan dengan pasangannya ini
cukup lama, yaitu mulai dari awal mereka masuk kuliah. Bahkan sudah

46

merencanakan untuk kehidupan masa depan bersama. Sedangkan informan DK


hubungannya hanya berkisar setahun dengan pasangannya.

4.2.3

Tempat Tinggal Informan


Tempat tinggal informan sangat mempengaruhi perilaku mereka sehari-hari

dalam bergaul, bersikap dan berperilaku. Hal tersebut juga sebagai kontrol tingkah
laku dan sikap mereka didalam masyarakat karena merasa tidak ada yang memantau
dan memperhatikan sehingga bisa mengakibatkan lepas kendali dan merasa bebas.
Informan ini semua bertempat tinggal di kosan. Mereka memilih tepat kos
karena lebih dekat dengan kampus meraka masing-masing. Seluruh informan ini
berasal dari luar kota dan semuanya berbeda kota. Adapun jenis kos yang ditempati
informan yaitu: informan pokok; MW bertempat tinggal dikos yang bebas. AN
bertempat tinggal di kost yang tidak bebas. Sedangkan, tempat kost informan
sekunder TN dan DK bertempat tinggal dikost yang bebas. Bedasarkan uraian diatas
menjelaskan bahwa sebagian besar informan bertempat tinggal dikosan yang bebas,
tanpa pengawasan pemlik kos. Hal ini mempengaruhi tingkah laku informan dalam
berhubungan dengan lawan jenis.

4.3 Proses Pengambilan Keputusan Aborsi


Proses pengambilan keputusan merupakan proses memililih suatu alternative
cara bertindak dengan metode efisien sesuai situasi. Proses pengambilan keputusan
ini di ambil ketika muncul sebuah masalah. Dalam proses pengambilan keputusan
aborsi di kalangan mahasiswa ini terjadi ketika adanya kehamilan yang tidak di
kehendaki (KTD). Kehamilan tidak dikehendaki terjadi akibat adanya kehamilan
diluar pernikahan.
Pelaku pada umumnya akan mengalami masalah psikologis yang sama.
Seperti yang ditututurkan oleh informan MW sebagai berikut:
Ya, kaget sekaligus bingung. Nggak tahu harus apa lagi, kecuali hanya
nangis dan murung di kamar. Kerap kali sering bersama pacar.Perasaan saya

47

tak ingin jauh darinya, takut kehilangan dia. Sesekali saya serasa merasa
manusia yang paling hina di mata Tuhan dan sosial.Untungnya, pacar saya
sering memberi perhatian yang lebih, daripada sebelumnya, sehingga saya
bisa agak lebih tenang.
Pernyataan tersebut juga dituturkan oleh informan AN sebagai berikut:
Pertama liat hasil test pack itu aku ya gimana ya kaget, surprise banget liat
hasilnya, bingung jelasinnya mbak. Waktu itu aku lagi sendirian, agak siang
cowokku datang dan liat hasil itu langsung lemes dia nggak tau harus gimana,
marah- marah sendiri. Itu waktu yang pertama kalinya, yang kedua kalinya ya
kayaknya biasa saja sudah. Nganggep itu cuma telat biasa mens biasa gitu.
Informan MW dan informan AN menjelaskan bahwa sebelum melakukan
tindakan aborsi, pada waktu pertama mengetahui tentang kehamilan tersebut
informan mempunyai perasaaan takut, bingung, kaget. Kondisi itulah yang menurut
Sarlito (Bab 2, hal 18) bahwa kondisi psikologis pra-aborsi di antaranya adalah takut
atau cemas, kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan, membutuhkan
perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada umumnya tidak mau dan tidak mampu
bertanggung jawab, membutuhkan informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada
siapa (masyarakat mentabukan seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah,
khususnya perempuan).
Rencana terkait dengan kehamilan diluar pernikahan tersebut seorang
mahasiswa akan mencari sebuah solusi atau penyelesaian masalahnya itu. Solusi yang
dijadikan penyelesaian dalam masalah tersebut adalah langkah aborsi. Seperti yang
diungkapkan oleh informan MW. Informan MW mengatakan sebagai berikut:
Pertama liat hasil test pack itu aku ya gimana ya kaget, surprise banget liat
hasilnya, bingung jelasinnya mbak. Waktu itu aku lagi sendirian, agak siang
cowokku datang dan liat hasil itu langsung lemes dia nggak tau harus gimana,
marah- marah sendiri. Itu waktu yang pertama kalinya, yang kedua kalinya ya
kayaknya biasa saja sudah. Nganggep itu cuma telat biasa mens biasa gitu.
Hal tersebut diperkuat oleh pengakuan AN, yaitu sebagai berikut:
Langkah pertama ya mikirin gimana caranya buat gugurin ini kandungan,
waktu itu sih masih 1 bulanan umur kehamilannya. Cowokku ya juga sibuk
mikirin bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan. Sama-sama bingung

48

harus berbuat apa, gimana caranya. Nggak kepikiran sama yang lain, ini kan
aib juga mbak. Nggak mungkin kan ngomongin ini sama orang.
Informan MW dan informan AN menjelaskan bahwa langkah yang diambil
terkait dengan kehamilan diluar nikah tersebut adalah aborsi. Langkah tersbut dipilih
karena selain masih berstatus mahasiswa, informan juga belum siap dan juga takut
sama orang tua informan. Informan lain, selaku informan sekunder yaitu pasangan
informan pokok juga mengungkapkan hal yang sama. Seperti yang dikatakan oleh
informan DK pasangan informan AN. Informan DK mengatakan sebagai berikut:
Ya aborsi. Itu yang ada di pikiran saya untuk menyelesaikan masalah ini.
Saya memulih aborsi ini karna saya masih belum siap. Ya belum siap untuk
menjadi seorang ayah dan juga takut kalau sampe ngomong hal ini sama
orang tua. Cewek saya pun berpikiran begitu, dia juga masih belu siap untuk
melanjutkan kehamilannya itu. Saya disini kan masih mahasiswa, belum
mampu untuk menafkahi. Sehari-hari saja masih dapat dari orang tua. Maka
dari itu mbak, kita milih aborsi sebagai jalan keluar dan jalan terbaik buat kita
dan masa depan kita juga.( DK: Juli 2012)
Informan DK menjelaskan bahwa langkah yang diambil sebagai pemecah
masalah terkait aborsi diluar pernikahan tersebut adalah aborsi. Informan tersebut
sama-sama bingung harus berbuat apa, karena hal tersebut merupakan aib. Dari hasil
wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa rencana terkait kehamilan diluar nikah
tersebut adalah aborsi. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut terdapat
tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pasangan yang melakukan aborsi.

4.3.1

Tahap Pengumpulan Informasi


Tahap awal sebelum dilakukan proses perencanaan dalam proses pengambilan

keputusan aborsi ini adalah tahap pengumpulan informasi. Pada tahap pengumpulan
informasi ini informan berusaha mencari informasi yang terkait dengan kehamilan di
luar nikah dan tentang aborsi.Karena informasi ini sangat penting dan dibutuhkan
bagi informan tersebut.

49

a. Informan MW
Informasi-informasi yang didapat oleh informan MW adalah sebagai berikut:
Saya banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaan saya lebih mantap
saja untuk melakukan aborsi ini.
Dalam pencarian informasi itu informan dibantu oleh pasangannya, yaitu
informan TN. Mengungkapkan sebagai berikut:
Aku banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaanku lebih mantap
saja dalam menyuruh cewek aku melakukan hal itu.
Informan MW dan informan TN menjelaskan bahwa dalam pencarian
informasi informan banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Dan juga memantapkan dirinya dengan bekal
informasi dari atrikel atau wacana yang didapat dalam menyuruh pasangannya untuk
melakukan aborsi. Kondisi itulah yang menurut Simon (1960) (Bab 2, Hal 23),
merupakan salah satu dari empat aktivitas atau tahapan dalam proses pengambilan
keputusan. Dan kondisi di atas tersebut dalam aktivitas atau tahapan pengumpulan
informasi (intelegence). Pengumpulan informasi tersebut membutuhkan waktu,
karena informan belum pernah melakukan aborsi sebelumnya dan butuh banyak
informasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi tersebut cukup lama,
seperti yang diungkapkan oleh informan MW:
Sekitar 1 bulan kita mengumpulkan semua informasi itu. Ya kan di perlukan
banyak informasi dan juga pada waktu pertama tahu kehamilan itu masih
bingung lah mau tanya sama siapa.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan TN selaku informan sekunder,
yaitu sebagai berikut:
Sekitar 1 bulan. Ya kan nggak cuma 1 atau 2 informasi yang aku cari. Aku
mencari informasi sebanyak mungkin. (TN: Juli 2012)
Informan MW dan informan TN menjelaskan bahwa mereka mencari
informasi-informasi tersebut dengan cara mengunduh wacana terkait dengan aborsi,
khususnya artikel-artikel yang mendukung aborsi. Dalam pencarian informasi itu

50

informan membutuhkan waktu sekitar 1 bulan, karena informasi yang dicari sebanyak
mungkin. Selain itu juga merupakan aborsi pertama kali yang akan dilakukan
sehingga informan masih bingung. Setelah informasi terkumpul informan mengelola
informasi-informasi yang telah didapat tersebut dengan cara mendiskusikan dengan
pasangannya. Seperti yang dituturkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Ya kita hanya sharing saja berdua, nggak ada yang lain.
Hal tersebut juga diperkuat oleh penuturan informan TN, yaitu:
Ya kita hanya sharing saja, tak ada yang lain. Di samping itu, tentunya aku
meyakinkan pacar aku untuk optimis sebelum melakukan aborsi agar
semuanya berjalan dengan lancar dan efektif.
Berdasarkan pernyataan informan di atas menjelaskan dalam pengelolaan
informasi yang diperoleh yaitu dengan sharing atau musyawarah tentang informasiinformasi terkait dengan aborsi yang telah didapatnya dari berbagai media itu, lalu
didiskusikan dengan pasangannya sebelum melakukan aborsi agar semuanya berjalan
dengan lancar. sebab secara psikologi sangat berpengaruh bagi calon ibu yang siapsiap untuk melakukan aborsi. Sisi lain, supaya optimis itu eksis dalam diri calon
ibu. Dengan begitu proses aborsi akan berjalan dan efektif.

b. Informan AN
Informasi-informasi yang di dapat oleh informan AN seperti yang
diungkapkan sebagai berikut:
info tentang makanan, obat-obatan termasuk jamu apa yang sekiranya bisa
gugurin kandungan itu. Tapi masih belum berpikiran buat pijet, soalnya aku
langsung berpikir bagaimana caranya secepat mungkin buat gugurin
kandungan ini, takut ketahuan sama orang tua. ( AN: Juli 2012)
Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh informan DK sebagai berikut:
Saya banyak baca-baca tentang artikel-artikel yang terkait tentang aborsi
di internet. Ya supaya nggak terjadi sesuatu lah dengan langkah yang akan
kita ambil nantinya. (DK: Juli 2012)
Informan AN dan informan DK menjelaskan apa yang di dapat dalam
pencarian informasi terkait dengan kehamilan diluar pernikahan dan aborsinya

51

tersebut. Informasi yang didapat adalah tentang makanan, obat-obatan atau jamu yang
bisa menggugurkan atau menghentikan kandungannya. Karena informan berpikir
bagaimana cara menggugurkan kandungannya tersebut secepat mungkin, karena takut
ketahuan orang tuanya. Informan juga banyak membaca artikel-artikel yang terkait
tentang aborsi. Hal itu bertujuan agar langkah yang diambil oleh informan tidak
terjadi sesuatu yang bersifat negatif. Kondisi itulah yang menurut Simon (1960) (Bab
2, Hal 23), merupakan salah satu dari empat aktivitas atau tahapan dalam proses
pengambilan keputusan. Dan kondisi di atas tersebut termasuk dalam aktivitas atau
tahapan yang pertama, yaitu tahap pengumpulan informasi (intelegence).
Informasi-informasi tersebut tentunya tidak secara tiba-tiba muncul dalam
benak informan. Informan tentunya mencari-cari informasi-informasi tersebut dari
berbagai sumber. Sumber informasi-informasi tersebut bisa didapat dari media
ataupun juga langsung dari orang atau teman. Sumber informasi yang diproleh
informan AN yaitu:
Kalau informasi-informasi tentang kehamilan dan aborsi itu sih kebanyakan
taunya dari internet, google. Teman-teman juga, soalnya temen-temen aku
juga udah banyak yang tau tentang aborsi bahkan pernah melakukan juga.
Hal serupa juga dijelaskan oleh informan DK sebagai berikut:
Saya dapat informasi itu semua (kehamilan dan aborsi) dari internet, bacabaca artikel di internet. Biar lebih yakin lah dari pada dari omongan yang
belum tentu benarnya itu.
Untuk

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

aborsi,

informan

membutuhkan waktu. Informasi-informasi itu tidak dengan mudahnya langsung


didapat begitu saja. Seperti yang dituturkan oleh informan AN waktu yang
dibutuhkan dalam pengumpulan informasinya yaitu:
Hmm,, sekitar 1 mingguan kayaknya mbak. Kan masih tanya-tanyanya lama
gitu, tanya sana sini kan yang tanya bukan aku langsung. Dan juga nunggu
informasi dari temen pacarku itu.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh penuturan informan DK, yaitu sebagai berikut:
Sekitar 1-2 mingguan mbak. lama-lama dengan mencari informasinya ntar
yang ada malah tambah besar itu perutnya. Kan kasian juga.

52

Informan AN dan informan DK menjelaskan bahwa dalam pengumpulan


informasi-informasi tentang aborsi itu, informan membutuhkan waktu sekitar 1-2
mingguan. Karena informan masih bertanya-tanya dan menunggu informasi dari
pasangannya. Berbeda dengan informan sebelumnya, karena informan ini berpikir
kalau lama-lama dalam pencarian informasinya tersebut yang ada kandungan akan
semakin kelihatan. Bertambahnya hari maka kandungan itu akan semakin membesar
dan juga akan sulit untuk di gugurkan kandungannya. Berdasarkan dari hasil
wanwancara diatas dapat disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam
mengumpulkan informasi yaitu sekitar 1-2 minggu dan 1 bulan.
Setelah semua informasi-informasi itu terkumpul, maka informan akan
mengolah informasi-informasi terkait dengan aborsi itu untuk memutuskan informasi
mana yang cocok atau akan di ambil dan digunakannya untuk melakukan tindakan
aborsinya. Seperti yang informan AN jelaskan bagaimana dalam pengolahan
informasinya yaitu sebagai berikut:
Dengan semua informasi yang kita dapat itu kita mikir, diskusi bareng dan
nebak-nebak jugalah kan masalahnya belum pernah waktu itu, informasi yang
mana yang sekiranya bisa mendapatkan hasil yang cepat dan kiranya juga
terjangkau itu yang kita pilih mbak.
Pernyataan informan AN di atas dibenarkan oleh pernyataan pasangannya
yaitu informan DK yang mengatakan:
Ya kita omongin berdua gimana-gimanya. Cara mana yang sekiranya cepat
dan sekiranya terjangkau juga. Maklum lah anak kosan, masih belum bisa cari
duit sendiri.
Berdasarkan kedua pernyataan informan di atas menjelaskan dalam
pengolahan informasi yang diperoleh yaitu dengan sharing atau musyawarah tentang
hasil informasi-informasi terkait dengan aborsi yang didapatnya tersebut dengan
pasangannya. Tidak serta merta memutuskan sendiri dalam pengolahan informasiinformasi tersebut. Pada tahap awal dalam proses pengambilan keputusan ini
merupakan kondisi yang menurut Simon (1960) (Bab 2, hal 24), yaitu Intelegence
(pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan).

53

Tahap pengumpulan informasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi


dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan. Informasi-informasi yang didapatnya
berupa wacana-wacana atau artikel yang terkait dengan aborsi, serta info-info tentang
makanan, obat-obatan dan jamu yang bisa menggugurkan kandungan tersebut. Semua
informasi yang didapat akan dikumpulkan dan diolah pada tahap selanjutnya. Hal ini
dibuktikan bahwa pada tahap pengumpulan informasi ini, proses yang dilakukan oleh
informan yaitu mengumpulkan informasi-informasi dengan mengunduh wacanawacana dan artikel tentang aborsi. Informasi yang didapatnya dari wacana atau artikel
tersebut berupa tentang makanan, obat-obatan termasuk jamu yang sekiranya bisa
menggugurkan kandungan. Dalam pengumpulan informasi tersebut informan
membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu dan 1 bulan. Dalam pencarian informasi
membutuhkan waktu yang cukup lama karena informasi yang dibutuhkan cukup
banyak dan bukan informasi sembarangan. Dari hasil informasi-informasi yang telah
didapat tersebut, informan mengolah informasi-informasi yang didapat guna untuk
memutuskan informasi mana yang cocok atau akan di ambil dan digunakan.
Pengolahan informasi tersebut informan lakukan dengan sharing atau musyawarah
tentang informasi terkait dengan aborsi yang telah didapatnya dengan pasangannya.

4.3.2

Tahap Perencanaan Dalam Bentuk Alternatif Alternatif Pemecahan


Masalah
Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah tahap pengumpulan informasi

adalah tahap perencanaan dalam bentuk alternatif solusi. Informan akan melakukan
tahap perencanaan sebagai langkah untuk menyusun rencana dan tindakan yang akan
dilakukan apabila terjadi kemungkinan terburuk dari solusi yang telah ditetapkan
(aborsi). Setalah dilakukannya wawancara dengan informan mengenai tahap
perencanaan dalam bentuk alternatif solusi ini ditemukan hasil mengenai hal tersebut.
a. Informan MW
Pada proses selanjutnya yaitu tahapan perencanaan selain alternatif aborsi,
informan MW mengungkapkan sebagai berikut:

54

Tidak ada alternatif lain. Saya sudah mantap untuk melakukan aborsi.
Apapun yang terjadi, saya akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan TN, yaitu sebagai berikut:
Tidak ada alternatif. Aku sudah mantap untuk melakukan aborsi. Apapun
yang terjadi, aku akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut. bahkan dalam
benak aku sendiri, aku siap menanggung dosa-dosa itu semua, termasuk dosa
melaksanakan aborsi.
Karena informan hanya memikirkan bagaiman cara menggugurkan kandungan
tersebut dan hidup normal kembali seperti biasanya. Dengan tidak adanya aletrnatif
solusi maka informan hanya memfokuskan terhadap satu solusi yang telah diperoleh
dan ditetapkan yaitu aborsi. Informan memilih solusi aborsi dalam pemecahan
masalahnya itu tentunya karena berbagai pertimbangan yang dijadikan sebagai
alasan. Seperti yang diungkapkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Terpenting bagi saya, umur janin saya tak lebih dari 4 bulan lamanya.
Dengan begitu saya akan tenang dalam melakukan aborsi. Sebab pengetahuan
saya, dalam agama, apabila kandungan saya sudah mencapai 4 bulan lebih,
maka janin itu sudah bernyawa, dalam arti Tuhan telah memberikan nyawa
pada janin tersebut. Dengan begitu, secara otomatis, apabila saya melakukan
aborsi pada usia janin di umur 3 bulan, maka saya tidak terklaim membunuh.
Perihal itu yang saya yakini.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan TN, sebagai berikut:
Ya bermacam-macam alasan.Karena kita belum siap menikah.Kita masih
kuliah.Tak bisa dibayangkan apabila kita pacar aku hamil duluan.Tentunya,
terkait dengan itu orang tua juga menaggung aib / malu.Kasihan orang
tua.Apalagi aku masih belum kerja.Pendapatan aku hanya didapat dari uang
kiriman orang tua.Dengan begitu maka aku memutuskan untuk melakukan
aborsi.Meskipun itu amat berat sekali bagi kami berdua. (TN: Juli 2012)
Informan MW menjelaskan bahwa terpenting janinnya tidak lebih dari 4 bulan
maka informan tenang dalam melakukan aborsinya.Sebab sepengetahuan informan
dalam agama, apabila kandungan informan sudah mencapai 4 bulan lebih maka janin
itu sudah bernyawa, dalam arti tuhan telah memberikan nyawa pada janin tersebut.
Sehingga apabila melakukan aborsi waktu usia janin masih dibawah 3 bulan,
informan merasa tidak terklaim membunuh. Perihal itulah yang diyakini oleh

55

informan MW. Keyakinan tersebut informan peroleh dari pelajaran agama yang
pernah diketahuinya. Dari keyakinan itu juga informan memantapkan dirinya untuk
melakukan aborsiSedangkan informan TN menjelaskan bahwa terdapat bermacammacam alasan yang dipikirkannya sehingga memilih jalan aborsi yang dianggap jalan
terbaik. Alasan-lasan tersebut yaitu karena belum siap menikah karena masih dalam
masa pendidikan, belum mempunyai pekerjaan dan aib yang akan ditanggung orang
tua apabila mengetahui kehamilan diluar nikah tersebut. Dari seluruh pernyataan
tentang alasan melakukan aborsi, kondisi itulah yang menurut Sarwono (Bab 2, hal
17) bahwa faktor yang mendorong individu atau remaja putri melakukan aborsi
adalah putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga dan tetangga, masih bimbang
dalam pengasuhan anak yang akan dilahirkan, terputus dan terganggunnya karir di
masa yang akan datang, tidak mau membabani orang tua, tidak ingin hamil atau
punya anak di luar nikah. Selain pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri
individu sendiri seperti mau di kasih makan apa anakku bila lahir nanti membuat
individu melakukan aborsi. Faktor lain yang sangat mendorong individu melakukan
aborsi adalah desakan dari pacar.
Dari berbagai pertimbangan yang telah dijadikan alasan oleh informan,
informan telah mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan baik atau buruk
yang akan terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh informan MW, yaitu:
Bagi saya, kemungkinan terburuk adalah apabila saya diketahui sedang
mengandung oleh lingkungan, hanya itu mbak. Malu rasanya bila temanteman mengetahuinya. Apalagi kalau sampai orang tuaku tahu dengan
keadaan sekarang. Jadi jalan satu-satunya adalah harus menjaga penampilan
saya saat keluar, supaya tidak diketahui.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan informan TN selaku pasangan
informan MW, yaitu:
Bagi aku, kemungkinan terburuk adalah apabila aku diketahui orang tua.
Hanya itu, mbak. dan harus siap menghadapinya.
Dijelaskan oleh informan MW dan informan TN dalam kesiapannya dalam
kemungkinan-kemungkian terburuk dari kehamilan diluar nikahnya tersebut yaitu

56

apabila diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai orang tua yang tahu dengan
keadaannya dan harus siap untuk menghadapinya. Pihak yang paling dominan dalam
perancangan solusi ini yaitu pasangan informan MW, seperti yang diungkapkan oleh
informan TN:
Aku mbak. Aku merasa punya tanggung jawab yang besar atas kandungan
pacar aku mbak. Kerap aku sering menghibur dia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Sebab pacar aku sering murung, mukanya kusut, bahkan tak
jarang sering tak urus dengan sendirnya sendiri.
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Pacar saya mbak. Sebab saya melihat, ia merasa punya tanggung jawab yang
lebih atas kandungan ini. Perihal itu yang saya amat suka dari dia. Jarangjarang loh, pria yang mau bertanggung jawab atas tindakannya.
Dalam peraancangan solusi alternatif ini, informan MW dan informan TN
menjelaskan bahwa yang paling dominan dalam perancangan solusi alternatif ini
pasangan informan yaitu informan TN. Karena merasa punya tanggung jawab yang
besar atas kandungan pasangannya tersebut.

b. Informan AN
Informan AN dalam proses ini yaitu tahapan perancangan solusi alternatif
mengungkapkan hal sebagai berikut:
Aku mikirnya waktu itu nggak ampe kesitu (alternatif lain) ya mbak.
Resikonya saja aku nggak mikirin apalagi alternatif solusi, pokoknya yang
terpenting itu aku nggak hamil dan secepatnya kembali normal lagi. Pikiranku
cuma ke satu pikiran gimana cara gugurin kandungan itu. (AN: Juli 2012)
Informan AN menjelasakan bahwa informan tidak pernah memikirkan
alternatif lain. Bahkan resiko yang akan di tanggungnya atas solusi aborsi tersebut
informan tidak memikirkannya. Karena informan hanya memikirkan bagaiman cara
menggugurkan kandungan tersebut dan hidup normal kembali seperti biasanya.
Dengan tidak adanya aletrnatif solusi lain maka informan hanya memfokuskan
terhadap satu solusi yang telah diperoleh dan ditetapkan yaitu aborsi. Informan

57

memilih solusi aborsi dalam pemecahan masalahnya itu tentunya karena berbagai
pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan. Informan AN mengatakan:
Kita kan nggak ada laternatif lain selain aborsi mbak. Jadi nggak ada
pertimbangan-pertimbangan lagi. Alasannya ya karena belum siap punya anak
dan takut sama ortu. Dan masih kuliah juga.
Hal serupa juga di ungkapkan oleh informan DK yaitu sebagai berikut:
Ya macam-macam mbak.yang pasti kita juga belum siap, apalagi saya
sebagai calon seorang ayah. Peran saya kan lebih besar, disini saya masih
seorang mahasiswa yang belum punya pekerjaan. Dan juga terkait dengan
orang tua yang nantinya juga harus menanggung aib yang udah kita
perbuat.Dengan alasan itu semua, kita memilih jalan keluar dengan aborsi.
(DK:Juli 2012)
Informan AN dan informan DK menjelaskan bahwa juga terdapat berbagai
macam alasan sehingga dipilihnya solusi aborsi tersebut. Informan belum siap,
apalagi informan DK sebagai calon seorang ayah. Karena seorang ayah bagi informan
merupakan peran yang sangat besar. Informan masih berstatus sebagi seorang
mahsaiswa yang belum mempunyai pekerjaan. Dan terkait dengan orang tuanya,
informan tidak mau orang tuanya juga harus menanggung aibnya juga atas apa yang
telah informan perbuat. Dengan alasan itu semua informan dan pasangannya memilih
jalan keluar aborsi untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapinya
Dari seluruh pernyataan tentang alasan melakukan aborsi dapat dimaknai
dengan pernyataan Sarwono (Bab 2, hal 17) yang mengatakan bahwa faktor
mengemukakan factor yang mendorong individu atau remaja putri melakukan aborsi
adalah putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga dan tetangga, masih bimbang
dalam pengasuhan anak yang akan dilahirkan, terputus dan terganggunnya karir di
masa yang akan datang, tidak mau membabani orang tua, tidak ingin hamil atau
punya anak di luar nikah. Selain pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri
individu sendiri seperti mau di kasih makan apa anakku bila lahir nanti membuat
individu melakukan aborsi. Faktor lain yang sangat mendorong individu melakukan
aborsi adalah desakan dari pacar. Alasan-alasan tersebut selain factor sosial juga
dikarenakan informan ingin mencapai hidup yang sejahtera tanpa adanya beban

58

psikologis. Kondisi itulah yang menurut Adi (Bab 2, hal 9) bahwa kesejahteraan
sosial dilihat dari sudut pandang sebagai suatu keadaan (kondisi) dapat dilihat dari
rumusan UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial, pasal 2 ayat 1: kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan bertahan
hidup sosial materiil maupun spirituil yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat. Aborsi dianggap sebagai
usaha yang tepat dalam mencapai kondisi sejahtera karena untuk menghindari aib
keluarga akibat kehamilan di luar nikah.
Dari berbagai pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan tersebut, informan
pastinya telah mempunyai kesiapan terhadap kemungkinan terburuk yang akan
dihadapinya. Informan AN mengungkapkan sebagai berikut:
Kesiapannya ya siap nggak siap harus siap mbak, karna itu udah keputusan
aku dan aku harus siap menanggung resiko-resikonya dari alternatif itu
sekalipun resiko itu terburuk. Aku nggak ingin mengecewakan orang tua,
sekalipun aku meninggal karna proses aborsi itu aku berharap orangtua nggak
akan pernah tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh informan DK selaku pasangan informan
AN, yaitu sebagai berikut:
Siap nggak siap harus siap mbak. kemungkinan terburuk yang saya
pikirkan adalah kalau sampe ketahuan sama orang tua dan kehilangan pacar
saya pada waktu aborsi. Hal-hal yang nggak kita duga sebelumnya. (DK: Juli
2012)
Informan menjelaskan kesiapannya terhadap kemungkinan terburuk yang
akan dihadapinya dari solusi aborsi tersebut. Bahwa siap tidak siap informan harus
siap terhadap kemungkinan terburuk atas solusi yang telah dipilihnya tersebut.
Karena informan takut kalau sampai ketahuan orang tuanya. Dan informan juga takut
kehilangan pacarnya pada waktu aborsi. Hal-hal yang tidak mungkin terduga
sebelumnya oleh informan. Pihak yang paling dominanyang melakukan perancangan

59

solusi ini yaitu informan AN, seperti yang dikatakan oleh informan AN sebagai
berikut:
Yang paling dominan ya aku sendiri. Karna kan disini aku yang hamil dan
yang ngerasain sakit atau giman-gimananya aku. Jadi yang tau aku ya aku.
(AN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan DK sebagai pasangan informan,
yaitu sebagai berikut:
Pacar saya mbak. karna kata dia, dia yang bakalan ngerasain sakitnya,
yang tau dia hanya dia. Gitu katanya, ya agak keras kepala sih. Saya hanya
saja bisa nurutin apa kemauan dia.(DK: Juli 2012)
Informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa dalam perancangan solusi
tersebut yang paling dominan adalah pihak perempuan (informan AN). Informan AN
mengatakan bahwa jika dia yang akan merasakan sakitnya, yang hamil juga dia. Jadi
informan AN paling dominan dalam perancangan solusi tersebut. Dari hasil
wawancara tentang pihak yang paling dominan dalam perancangan solusi tersebut
adalah informan perempuan dan informan laki-laki.
Fenomena tersebut dapat dimaknai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh
Simon (1960) (Bab 2, hal 24), yaitu tahap design (Tahap perancangan solusi dalam
bentuk altenatif pemecahan masalah). Tahap perancangan solusi ini bertujuan untuk
mengembangkan solusi atau informasi-informasi yang telah

didapat melalui

pengumpulan informasi di atas. Pada tahapan ini, proses yang dilakukan oleh
informan yaitu merancang atau merencanakan alternatif yang akan dilakukan dan
akan dipilihnya tersebut. Informan tidak memiliki alternatif lain selain aborsi, karena
aborsi dipikirnya merupakan pemecah masalahnya yang terbaik untuk masa depan
mereka. Aborsi dipilihnya karena berbagai alasan-alasan dan pertimbangan,
meskipun resiko negatif yang akan didapatnya. Alasan yang diutarakan oleh informan
yaitu karena belum siap membina rumah tangga, masih kuliah dan belum mempunyai
pekerjaan, dan terkait dengan orang tuanya apabila mengetahui perbuatannya tersebut
akan menanggung aibnya. Resiko terburuk yang paling ditakuti oleh informan yaitu
apabila kehamilan diluar nikahnya tersebut diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai

60

orang tuanya yang mengetahui keadaannya waktu itu. Sehingga siap tidak siap
informan harus siap menerima resiko negatif dari alternatif pemecahan masalahnya
yang telah dipilih tersebut yaitu demi masa depan informan. Dan dalam perancangan
alternatif solusi ini, yang paling dominan bukan hanya dari pihak laki-laki saja.
Tetapi juga bisa dari pihak perempuan, karena perempuan disini merasa dialah yang
mempunyai tanggung jawab atas badannya, yang merasakan sakit atau tidaknya
hanya perempuan tersebut.

4.3.3

Tahap Memilih Solusi


Pada tahap selanjutnya informan memilih solusi yang telah diperoleh dari

tahap pengumpulan informasi. Dari tahap pengumpulan informasi, informan hanya


mendapatkan satu solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya yaitu
melakukan tindakan aborsi. Seperti yang telah diutarakan informan MW sebagai
berikut:
Hanya aborsi. Tak ada yang lain, meskipun hal tersebut cenderung ke
dampak negatifnya. Karena kita melakukan hal itu juga demi masa depan kita.
Informan MW menjelaskan bahwa hanya aborsi lah yang menjadi langkah
dalam pemecahan masalah kehamilan diluar nikah itu, tidak ada yang lain. Meskipun
tindakan aborsi tersebut dampaknya lebih cenderung ke dampak negatif. Karena
informan MW melakukan itu semua demi kehidupan dimasa depannya. Masa depan
yang bahagia tanpa menanggung beban, entah itu beban lahir maupun batin. Hal
serupa diungkapkan oleh pasangan informan MW yaitu informan TN sebagai berikut:
Hanya aborsi. Tak ada yang lain. Sebab sehabis minum pil dan jamu tetap
tak berdampak pada kandungan pacar aku.Sehingga aborsi itu yang harus
kami ambil. Apapun yang terjadi, aku tetap meyakinkan pacar aku untuk
aborsi. Kalau tidak, aku tidak bisa bayangkan masa depan kita akan buram.
Informan TN menjelaskan bahwa tidak ada solusi lain yang dipilih selain
melakukan tindakan aborsi dengan bantuan orang lain. Karena setelah mencoba
melakukan aborsi dengan minum pil dan jamu, tetap tidak berdampak atau bereaksi
apa-apa terhadap kandungan tersebut. jika tidak melakukan tindakan aborsi maka

61

hubungan informan dengan pasangannya akan terganggu. Jadi hanya tindakan aborsi
yang menjadi langkah dalam pemecahan masalah kehamilan di luar nikah, sehingga
masalah tersebut selesai dan informan beserta pasangannya menjalani hidup normal
kembali seperti semula. Kondisi seperti itulah yang menurut Fatmawati (2008) (Bab
2, Hal 14) merupakan perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang melakukan
perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan keluarga dan
masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan, memakai
pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat
bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/
cytotec.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh pasangan informan DK dan Informan
AN. Menurut informan AN sebagai berikut:
Aborsi ke dukun pijat mbak, karna buat ke dokter atau bidan, selain
biayanya, kita nggak ada teman yang bisa membantu kesitu. Dan pacar ku
juga menyetujui ke dukun pijat itu.
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh informan DK. Menurut informan DK:
.Solusi yang kita sepakati yaitu aborsi dan kita ke dukun pijet, soalnya
kalau ke dokter atau bidan itu nggak berani. Selain biayanya, kita juga nggak
ada link yang bisa membantu buat kesana, ya kalau dokter kan belum tentu
mau juga, harus dengan alasan yang bener bener bisa diterima dan tidak
merugikan dari si ibu atau pun calon janin itu.
Berdasarkan ungkapan Informan DK dan informan AN di atas menjelaskan
bahwa solusi yang dipilih yaitu tindakan aborsi melalui dukun pijat. Pilihan tersebut
didasarkan dari pertimbangan biaya aborsi yang lebih murah dibandingkan melalui
dokter atau bidan. Selain itu juga tidak ada teman yang bisa membantu untuk kesana.
Sehingga informan memilih aborsi dengan ke dukun pijat. Informan dan pasangannya
sama-sama menyetujui untuk ke dukun pijat, karena sudah tidak ada solusi yang
dianggap tepat.
Beberapa hasil dari wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
tahap memilih solusi ini seluruh informan pokok memilih untuk melakukan tindakan

62

aborsi. Karena aborsi dianggap lebih efisien dalam memecahkan masalah kehamilan
diluar nikah, meskipun aborsi tersebut lebih cenderung ke dampak negatifnya. Aborsi
dilakukan juga demi masa depan seluruh informan supaya bisa hidup normal kembali
dan menjalani kehidupan yang sejahtera. Dan cara aborsi yang dipilih oleh informan
yaitu dengan meminta bantuan orang ketiga, yaitu dukun pijat dan bidan. Oleh karena
itu, aborsi merupakan pilihan paling rasional bagi kedua belah pihak. Fenomena
tersebut dapat dimaknai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh Simon (1960) (Bab
2, hal 24) bahwa setelah melakukan tahap perencanaan maka selanjutnya informan
melakukan tahapan pemilihan solusi.
Pada tahap memilih solusi ini, informan memilih solusi aborsi sebagai
pemecah masalah yang sedang dihadapinya tersebut, yaitu hamil diluar nikah. Tidak
ada solusi lain selain aborsi yang dianggapnya tepat untuk masalahnya itu. Tujuan
informan memilih solusi tindakan aborsi yaitu demi masa depan yang lebih baik
sehingga informan terhindar dari kemungkinan harus bertanggung jawab dalam
urusan rumah tangga. Sebab, informan menilai dirinya belum siap karena saat ini
sedang menempuh pendidikan dan belum memiliki pekerjaan sebagai sumber mata
pencaharian. Dalam pemilihan solusi ini (aborsi), informan menyepakati untuk
meminta bantuan orang ketiga (dukun pijat dan bidan). Karena sebelumnya informan
telah mencoba menggugurkan kandungannya tersebut menggunakan obat-obatan dan
jamu penggugur kandungan, tetapi tidak ada hasilnya. Sehingga memutuskan untuk
meminta bantuan orang ketiga untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.

4.3.4

Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap terakhir. Informan melakukan tahap

pelaksanaan ini apabila telah melaksanakan tahap memilih solusi. Setelah dilakukan
wawancara tahap pelaksanaan ini diperoleh informasi dari pasangan informan TN
dengan informan MW, tentang cara pelaksanaan keputusan yang telah diambil.
Menurut penuturan informan MW adalah sebagai berikut:

63

Ya saya hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan
hidup kita normal kembali. Dalam arti saya merasa tak terbebani dengan
status hamil di luar nikah. (MW: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga di ungkapkan oleh informan TN. Menurut informan
TN:
Ya aku hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan
hidup kita normal kembali. Dalam arti aku merasa tak terbebani dengan status
ayah.Dengan begitu beban moral yang aku tanggung tidak terlalu berat.
(TN: Juli 2012)
Berdasarkan penuturan pasangan informan TN dan informan MW di atas
menjelaskan bahwa dalam tahap pelaksanaan keputusan tindakan aborsi hanya bisa
pasrah menghadapi segala resiko yang harus dihadapi. Tindakan aborsi itu dilakukan
oleh informan demi kehidupan yang normal kembali dalam arti informan tidak
terbebani oleh beban moral, status hamil diluar nikah dan beban menjadi orang tua.
Karena informan disini masih belum siap untuk menerima semua itu. Kondisi
tersebut menurut Pratiwi (2004) (Bab 2, Hal 17) merupakan suatu alasan-alasan yang
mendorong seseorang melakukan aborsi adalah kekhawatiran akan gagalnya studi
yang

sedang

dijalani,

ketidaksiapan

menghadapi

kemungkinan-kemngkinan

perubahan hidup, ketidak siapan ekonomi, ketidaksiapan membina rumah tangga, dan
perasaan malu pada lingkungan sekitar. Sehingga dengan dilakukannya aborsi
tersebut, informan tidak akan dibebabni oleh beban moral.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh pasangan informan DK dan informan
AN. Menurut penuturan informan AN sebagai berikut:
Caranya ya aku harus bener-bener yakin sama keputusan itu dan benerbener berharap keputusan itu hasilnya terbaik buat kita berdua, meskipun
dalam hatiku sedih ya mbak harus membunuh calon janin di perutku ini.
Meskipun pikiran ya kadang-kadang kemana-mana, nggak bisa fokus.Kan ini
juga merupakan keputusan mati atau hidup. (AN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga di ungkapkan informan DK. Menurut inforan DK
yaitu sebagai berikut:

64

Saya harus benar-benar siap dan yakin terhadap apa-apa yang akan terjadi.
Sekalipun hal itu terburuk. Dan berharap hasil yang terbaik dari keputusan
kita berdua.(DK: Juli 2012)
Pasangan informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa dalam tahap
pelaksanaan melakukan tindakan aborsi itu harus benar-benar siap dan yakin terhadap
keputusan yang dijadikan sebagai langkah pemecahan masalah hamil diluar nikah.
Meskipun dalam hati informan terdapat rasa kasihan terhadap calon janin dan
berharap keputusan tindakan aborsi itu membuahkan hasil yang terbaik bagi pasangan
tersebut. Adapun kesimpulan dari hasil wawancara diatas, mengenai bagaimana cara
seluruh informan melaksanakan keputusan yang telah diambil yaitu informan hanya
bisa pasrah terhadap keputusan yang telah diambil, dan pasangan harus siap dan
yakin akan keputusan yang telah diambil.
Tindakan aborsi yang telah dilaksanakan tersebut tentunya terdapat
pengalaman-pengalaman di dalamnya. Pengalaman itu bisa berupa pengalaman yang
menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan seperti kegagalan
dalam melakukan aborsi. Pasangan informan TN dan informan MW mengungkapkan
sebagai berikut:
Tidak ada kegagalan dalam melaksanakan tindakan aborsi itu mbak,
semua berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan. (MW: Juli 2012)
Pernytaan tersebut juga diungkapkan oleh informan TN yaitu:
Sepertinya tidak ada kegagalan dalam tindakan aborsi ini.Semuanya
berjalan dengan lancar. (TN: Juli 2012)
Pasangan informan TN dan informan MW mnejalaskan bahwa pasangan
informan tersebut tidak menemui kegagalan dalam tahap melaksanakan tindakan
aborsi atas kehamilan diluar pernikahan itu. Semua rencana berjalan dengan lancar
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh informan. Hal serupa juga di ungkapkan oleh
pasangan informan DK dan informan AN. Menurut informan AN sebagai berikut:
Alhamdulillah ya mbak, semuanya berjalan lancar meskipun harus bolak
balik ke tukang pijetnya itu.Ya tempatnya lumayan jauh lah dari
tempatku.(AN: Juli 2012)

65

Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh pasangan informan AN, yaitu


informan DK.
Alhamdulillah semuanya solusi yang kita pilih berjalan lancar mbak. tidak
ada kegagalan dalam aborsi itu. (DK: Juli 2012)
Informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa dalam tahap pelaksanaan
aborsi tidak menemui kegagalan. Solusi tindakan aborsi tersebut berjalan dengan
lancar. Meskipun harus bolak balik pijat tapi hasilnya menyenangkan bagi informan.
Adapun kesimpulan dari pernyataan diatas yaitu seluruh informan tidak menemui
kegagalan dalam tahap melaksanakan tindakan aborsi.
Tahap pelaksanaan tindakan aborsi tersebut informan tidak melakukannya
sendiri. Melainkan ada pihak lain yang membantu dalam proses pelaksanaan aborsi
tersebut hingga membuahkan hasil. Pasangan informan TN dan informan MW
menuturkan sebagai berikut:
Bidan. Kami dianjurkan pakai obat-obatan yang diresepkan ahli medis
(bidan). Sebab usia janinnya masih belia/muda. Jadi si bidan hanya
menganjurkan obat. Selebihnya, sekitar 1 bulan kemudian, kira-kira umur
janin kita masih 3 bulan kandungan kami diperiksa sehingga si bidan bisa
menyimpulkan kandungan itu.Apa perlu di kiret (kuratase) atau tidak. Dalam
arti meminimalkan resiko kematian bagi ibu.
Pernyataan tersebut didukung oleh penuturan informan TN, yaitu:
Bidan. Kami dianjurkan pakai obat-obatan yang diresepkan ahli medis
(bidan). Sebab usia janinnya masih belia/muda. Jadi si bidan hanya
menganjurkan obat.Selebihnya, sekitar 1 bulan kemudian, kira-kira umur
janin kita masih 3 bulan kandungan kami diperiksa sehingga si bidan bisa
menyimpulkan kandungan itu.Apa perlu di kiret (kuratase) atau tidak. Dengan
begitu pacaraku bisa aman.Dalam arti meminimalkan resiko kematian bagi
ibu.Dan aku sangat bersyukur setelah 1 tahun kemudian pacar aku tak pernah
mengalami gangguan pada perutnya.
Informan TN dan informan MW menuturkan bahwa yang membantu proses
pelaksanaan aborsi yaitu bidan. Bidan tersebut mnganjurkan informan memakai obatobatan yang diresepkan oleh bidan tersebut.Selanjutnya dilakukannya tahap
kuretasekarena umur janin informan sudah mencapai 3bulan. Hal itu dilakukan

66

meminimalkan resiko kematian bagi sang ibu. Cara yang laen dituturkan oleh
pasangan informan DK dan informan AN. Informan AN menuturkan sebagai berikut:
Kita minta bantuan sama dukun pijet. Sebelumnya sih saya sudah
mengkonsumsi obat-obatan penggugur kandungan itu mbak. Temen deketku
Cuma bantu dalam informasi tentang tempat-tempat untuk melakukan aborsi
itu. Kalau dalam penanganan aborsinya ya dukun pijet itu, nggak ada pihak
medis yang terlibat.Selain biayanya, kita juga nggak ada realasi buat kesitu.
Pernyataan serupa juga dituturkan oleh pasangan informan AN, yaitu
informan DK sebagai berikut:
Kita meminta bantuan ke tukang pijet. Sebelumnya pacar saya sudah
mengkonsumsi obat penggugur kandungan tapi ya itu hasilnya nggak
maksimal.Jadi kita memutuskan ke dukun pijet.Agar isi yang ada dalam perut
itu hancur dan semuanya keluar.meskipun caranya berbeda dengan yang di
dokter atau bidan. Setidaknya hasilnya membantu lah buat kita berdua,
terutama buat pacar saya.
Pasangan informan DK dan informan MW menuturkan bahwa dalam proses
aborsi yang dilakukannya tersebut dibantu oleh seorang dukun pijat. Sebelumnya
informan melakukan proses aborsi hanya dengan mengkonsumsi obat-obatan
penggugur kandungan. Karena tindakannya yang dilakukannya sendiri tersebut belum
membuahkan hasil, informan mecari dukun pijat yang bisa membantu proses tindakan
aborsi itu. Kondisi seperti itulah yang menurut Fatmawati (2008)(Bab 2, Hal 14),
merupakan perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang melakukan aborsi
pranikah, antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan keluarga dan masyarakat,
mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan, memakai pakaian yang
longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas
muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/cytotec. Dari pernyataan
kedua pasangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak yang membantu dalam
proses aborsi yaitu bidan dan dukun pijat.
Pelaksanaan tindakan aborsi tersebut tidak dilakukan ditempat informan.
Seperti yang dituturkan oleg pasangan informan TN dan informan MW. Informan
MW menuturkan sebagai berikut:
Di rumah bidan, di daerah Jember bagian selatan.(MW: Juli 2012)

67

Penuturan tersebut dibenarkan oleh pasangan informan MW, yaitu informan


TN sebagai berikut:
Di rumah bidan, di daerah Jember bagian selatan. Aku sangat berterima
kasih banyak terhadap teman aku yang telah memberitahu atau meberi jalan
dalam melaksanakan aborsi. (TN: Juli 2012)
Pasangan informan ini menjelaskan dimana tempat informan melakukan
pelaksanaan aborsi tersebut. Pasangan informan melakukan tindakan pelaksanaan
aborsi di rumah seorang bidan yang terletak di daerah Jember bagian selatan.
Pernyataan lain diungkapkan oleh pasangan informan DK dan informan AN.
Informan AN menuturkan tempat pelaksanaan aborsi sebagai berikut:
Dikostan sama di rumah dukun pijet itu mbak. Karna dukun pijetnya itu di
daerah bondowoso. Nggak mungkin kan aku manggil tukang pijetnya ke
kosatan ku. Kalau dikosan ya kayak minum obat-obatan sama jamunya itu.
Penuturan tersebut disampaikan juga oleh pasangan informan AN, yaitu
informan DK sebagai berikut:
Di tempatnya dukun pijet tersebut. Di daerah bondowoso.Karna informasi
yang saya dapat ya di daerah situ.
Pasangan informan DK dan AN menuturkan tempat pelaksanaan proses
aborsinya tersebut di rumah seorang dukun dan kosan pasangan informan. Hanya
proses menggunakan obat-obatannya yang dilakukan di kosan oleh informan tersebut.
Dari hasil wawancara tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa proses pelaksanaan
aborsi dilakukan di rumah dukun pijat dan bidan.
Pelaksanaan aborsi tersebut terdapat beberapa tahap. Bukan hanya sekali
tahapan karena aborsi tersbut juga membutuhkan proses. Seperti yang dituturkan oleh
pasangan informan TN dan informan MW. Informan MW menuturkan sebagai
berikut:
Proses itu kami lakukan sebanyak 3 kali. Pertama cek-up kandungan saya
sebelum diaborsi.Baru kedua, saya lakukan aborsi dan selanjutnya cek-up dari
hasil aborsi tersebut, supaya tidak terjadi kendala negative pada
selanjutnya.Tentunya denngan mengikuti itu semua, mungkin saya bisa hidup
normal kembali seperti sediakala.

68

Pernyataan serupa juga dituturkan oleh pasangan informan MW, yaitu


informan TN sebagai berikut:
Proses itu kami lakukan sebanyak 3 kali. Pertama cek-up kandungan aku
sebelum diaborsi.Baru kedua, aku lakukan aborsi dan selanjutnya cek-up dari
hasil aborsi tersebut, supaya tidak terjadi kendala negative pada
selanjutnya.Tentunya denbgan mengikuti itu semua, mungkin aku bisa hidup
normal seperti sediakala.
Informan TN dan informan MW menjelaskan tahapan-tahapan yang
diperlukan dalam proses aborsi tersebut. Informan membutuhkan 3 kali tahapan yang
harus dijalani. Pertama cek-up kandungan, kedua melakukan tindakan aborsi dan
yang terakhir melakukan cek-up ulang dari hasil aborsi tersebut. Itu dilakukan supaya
tidak terjadi kendala negative. Dengan melakukan tahapan itu semua informan
berharap bisa menjalani kehidupan yang normal kembali. Pernyataan lain
disampaikan oleh informan DK dan informan AN. Informan AN menuturkan sebagai
berikut:
Kalau ke dukun pijetnya 2 kali gitu, itu jaraknya selisih seminggu sama
pertama pijetnya itu. Kalau obatnya ngabisin sekitar 5 pil kalau nggak salah
dan jamunya lebih banyak lagi.Hingga bener-bener darah yang keluar itu
bersih, nggak lagi kluar.Ya dituntaskan dengan minum jamu itu. (AN: Juli
2012)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pasangan informan AN, yaitu informan
DK sebagai berikut:
Sekitar 2 kali mbak. kata dukunnya sih biar bener-bener bersih. Setelah
pijet pertama hasilnya keluar, seminggu kemudian kita kembali lagi kesana.
Dan yang terakhir dikasi jamu, biar bener-bener bersih katanya. (DK: Juli
2012)
Informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa tahapan yang diperlukan
dalam tindakan aborsi tersebut yaitu diperlukan 2 kali tahapan pemijatan dan berjarak
sekitar satu minggu. Dan terakhir informan meminum jamu yang telah diberikan oleh
dukun pijat tersebut. Hingga benar-benar tidak ada lagi darah yag keluar.Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa, tahapan melakukan aborsi terdapat dua macam.

69

Jika melalui dokter atau bidan diperlukan 3x tahapan, sedangkan melalui dukun pijat
hanya memerlukan 2x tahapan.
Setelah proses aborsi selesai informan akan merasakan suatu kelegaan dan
bahagia. Dan tentunya kebahagian tersebut dibagi dengan seorang yang telah
mendukung ataupun membantu informan.Seperti yang dipaparkan oleh pasanngan
informan TN dan informan MW. Informan TN dan informan MW menuturkan
sebagai berikut:
Pastinya pacar saya, mbak. Nggak ada yang lain. Kan yang tau masalah ini
cuma kita berdua. (MW: Juli 2012)
Sedangkan menurut informan TN, yaitu sebagai berikut:
Pastinya sahabat aku, mbak. siapa lagi, wong Cuma dia yang tau masalah
ini. (TN: Juli 2012)
Kedua informan tersebut yakni informan TN dan informan MW menjelaskan
bahwa pihak pertama yang diberitahu atas keberhasilan tindakan aborsi tersebut
adalah pasangan informan dan sahabat informan yang telah ikut membantu mencari
pemecahan masalah dan informasi-informasi tentang aborsi. Setalah proses aborsi
selesai informan merasa puas terhadap hasil tindakan aborsi yang telah dilaksanakan.
Sehingga tidak heran lagi jika informan merasa bahagia. Seperti yang dituturkan oleh
informan TN sebagai berikut:
Alhamdulillah aku merasa puas sekaligus bahagia dengan keputusan yang
kami ambil. Sekarang kami bisa kuliah dengan tenang dan serius. Sehingga
dengan begitu aku bisa cepat lulus dan menggapai cinta-cita lalu menikahai
pacar aku. Dengan pengalaman aborsi ini aku merasa lebih dewasa daripada
sebelumnya.Sebabb pengalaman ini sangat berharga bagi kami.Dan aku tak
mengulangi masa silam ini. (TN: Juli 2012)
Hal serupa juga dituturkan oleh informan DK yaitu sebagai berikut:
Ya saya puas mbak.karena semuanya berjalan dengan lancar. Dan saya
benar-benar bersyukur saya masih sehat sampe saat ini. Berharap nggak akan
terulang lagi kejadian itu. Karena memang benar-benar menguras tenaga dan
pikiran mbak.semoga itu menjadi yang terakhir kalinya. Amin. (DK: Juli
2012)

70

Kedua informan, yakni informan TN dan informan MW sama-sama merasa


puas terhadap tidakan yang telah dilakukan. Sehingga informan bisa hidup dengan
tenang kembali dan serius dengan kuliahnya. Kondisi seperti itulah yang menurut
Adi (2005) (Bab 2,Hal 9) suatu kesejahteraan sosial dilihat dari sudut pandang
sebagai suatu keadaan (kondisi), yang dapat dilihat dari rumusan UU No. 6
tahun1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Informan tersebut
benar-benar bersyukur dan berharap tidak akan pernah terulang lagi kejadian sepeti
apa yang informan alami saat itu yaitu kehamilan diluar nikah. Fenomena diatas
tersebut dapat dimaknai dengan pernyataan Simon (Bab 2, hal 24) yaitu tahap
Implementation (tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan). Aborsi merupakan
hasil dari keputusan bersama, yang dalam arti sempit dimaknai oleh informan sebagai
upaya untuk menghindarkan diri dari resiko pertanggungjawaban yang lebih berat.
Proses eksekusi aborsi tersebut dibantu oleh pihak ketiga, yaitu bidan dan
dukun pijat, yang memang telah memiliki pengalaman untuk membantu aborsi secara
ilegal. Dan tindakan aborsi tersebut dilakukan di tempat tinggal bidan dan dukun pijat
tersebut. Informan yang memilih bantuan dukun pijat tersebut sebelumnya telah
mencoba untuk mengkonsumsi obat-obatan penggugur kandungan, tapi tidak ada
hasilnya. Sehingga informan meminta bantuan dukun pijat tersebut untuk
menyelesaikan masalah kehamilan diluar nikahnya. Secara psikologis, informan
merasa tertekan dan cemas terhadap kemungkinan terburuk seperti kematian
pasangannya, jika aborsi tersebut tidak berhasil sesuai dengan harapan. Tetapi
informan hanya bisa pasrah mengahadapi resiko yang harus dihadapi, Sebab
konsekuensi yang lebih berat telah menunggu, yaitu berhadapan dengan hukum
akibat tuduhan melakukan tindakan aborsi ilegal, beban moral dan kematian dari
pasangan dalam proses aborsi. Oleh karena itu, maka dalam proses pelaksanaan
aborsi ini, satu-satunya harapan informan adalah dapat dilaksanakan dengan baik, dan
pasangannya selamat, sehingga tidak berimplikasi lebih luas yang dapat membawa
informan harus terjerat persoalan hukum.

71

Proses pelaksanaan aborsi tersebut tidak menemui kegagalan dan berjalan


lancar. Sehingga informan sendiri pun masih memiliki harapan untuk sebuah masa
depan yang lebih baik setelah menyelesaikan sekolah di lembaga pendidikan tinggi.
Informan sangat menyadari resiko yang juga harus ditanggung oleh pihak keluarga
jika ternyata mengetahui tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh informan.
Keinginan untuk bekerja secara mapan dan menikah sesuai dengan ketentuan agama,
aturan sosial dan hukum merupakan harapan pribadi informan untuk membahagiakan
pihak keluarga. Maka dari itu informan sangat bersyukur atas berhasilnya tindakan
aborsi yang telah dilakukannya.

4.4 Kendala Dalam Proses Pengambilan Keputusan Aborsi


4.4.1

Kendala Dalam Pengumpulan Informasi


Pada tahap pengumpulan informasi merupakan tahap yang paling penting

dalam proses pengambilan keputusan. Informan harus memperoleh informasi


sebanyak dan seakurat mungkin tentang hal yag terkait dengan kehamilan diluar
nikah dan aborsi. Dalam tahap ini informan tidak mengalami kendala apapun. Karena
informan dibantu oleh teman dalam tahap pengumpulan informasi tersebut. Seperti
yang di ungkapkan oleh informan MW sebagai berikut:
Tidak ada mbak. Informasi-informasi saya dapat dari teman-teman pacar
saya dan juga dari artikel-artikel yang saya baca mengenai aborsi d internet.
(MW: Juli 2012)
Pernyataan serupa juga di ungkapkan oleh informan TN yaitu:
.Tidak ada kendala mbak. Semuanya berjalan lancer.Informasi saya
peroleh dengan gampang melalui teman saya.Jadi saya tidak susah-susah
mencari informasi. (TN: Juli 2012)
Informan TN dan informan MW menjelaskan bahwa dalam pengumpulan
informasi megenai hal yang terkait dengan kehamilan diluar pernikahan dan aborsi itu
tidak ada kendala. Semua informasi, informan peroleh dengan mudah melalui
temannya. Dimana temannya tersebut sudah pernah melakukan aborsi sebelumnya.

72

4.4.2

Kendala Dalam Perencanaan


Pada tahap perencanaan kendala yang dihadapi pasangan informan TN dan

informan DK adalah biaya untuk melakukan tindakan aborsi tersebut. Hal ini
dikarenakan status informan yang masih berada dibangku kuliah dan belum
mempunyai penghasilan sendiri. Pernyataan diatas di ungkapkan oleh informan TN
yang menyatakan sebagai berikut:
.Ya kita hanya mengumpulkan donasi saja agar proses aborsi berjalan
dengan lancar. Khususnya hampir 80% donasi itu aku yang
mengumpulkannya. Entah dengan cara menipu orang tua dengan alasan uang
praktikum, buku dsb, asalkan donasi itu terkumpul dan bisa melaksanakan
aborsi. TN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga dikatakan oleh informan DK, yaitu:
Kita sudah sama-sama setuju dengan aborsi ini. Jadi prosesnya ya lancarlancar saja. Kita hanya berbagi cara gimana untuk mengumpulkan donasinya.
Kebanyakan sih dengan menipu orang tua.Buat beli bukulah, uang praktikum,
urunan, apa sajalah. (DK: Juli 2012)
Informan TN dan Informan DK menjelaskan bahwa dalam tahap perencanaan
ini informan menemukan kendala dalam masalah biaya. Sehingga informan mencari
biaya tersebut dengan cara menipu orang tua informan dengan berbagai macam
alasan, seperti untuk beli buku, praktikum dll. Jadi dari pernyataan-pernyataan diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala yang dialami informan dalam tahap
perencanaan ini adalah cara mendapatkan biaya untuk tindakan aborsi tersebut.
Karena informan disini masih mendapat uang dari orang tua.

4.4.3

Kendala Memilih Solusi


Pada tahap memilih solusi ini terdapat suatu kendala, yang mana berupa

keberatan-keberatan pasangan saat dalam penetapan solusi tindakan. Hal tersebut


dikarenakan adanya kekhawatiran sementara. Seperti penuturan informan TN sebagai
berikut:
Pertama, pacar aku sering nangis, lantaran takut dan khwatir dengan masa
depannya kalau tak bisa punya anak. Maka aku meyakinkan dia supaya jangan

73

khawatir dengannya. Yang sering aku bilang, aku akan tetap mencintaimu
meskipun kau kelak tak bisa punya anak. Aku sudah ikhlas dan rela dengan
segala resiko kelak, yang akan kita tanggung bersama.
Informan TN menjelaskan bahwa kendala yang dialaminya yaitu ketakukan
dan kekhawatiran pasangannya terhadap solusi yang dipilihnya tersebut. Pasangan
informan khawatir dengan masa depannya kelak jika tidak bisa mempunyai
keturunan. Hingga akhirnya informan berusaha meyakinkan pasangannya untuk tidak
khawtir dengan hal itu. Dan informan berjanji akan tetap bersama pasangannya
tersebut apapun yang akan terjadi. Karena informan tersebut sudah ikhlas dan rela
terhadap semuanya.

4.4.4

Kendala Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap terakhir dalam proses pengambilan

keputusan. Dalam tahap pelaksanaan ini semua informan tidak menemukan kendala
apa-apa. Semuanya berjalan lancar sesuai dengan harapan para informan. Seperti
yang dikatakan oleh informan MW dan informan AN, informan MW menyatakan
sebagai berikut :
Tidak ada, semua berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan.
Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh informan AN,yaitu:
Alhamdulillah ya mbak, semuanya berjalan lancar meskipun harus bolak
balik ke tukang pijetnya itu. Ya tempatnya lumayan jauh lah dari tempatku.
Informan bersyukur karena semua proses pelaksanaan berjalan dengan lancar
meskipun ada kendala sedikit dalam pembiayaan. Dan hasil akhir dari proses
pelaksanaan tersebut sesuai dengan harapan informan, sehingga informan bisa hidup
seperti sediakala tanpa memikirkan beban yang berat.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
proses pengambilan keputusan mahasiswa UNEJ dalam melakukan aborsi, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Proses pengambilan keputusna mahsiswa dalam melakukan aborsi ini, terdapat
beberapa tahapan:
1) Tahap pengumpulan informasi
Pada tahap pengumpulan informasi ini, mahasiswa mengumpulkan informasiinformasi terkait dengan aborsi atau kehamilan diluar nikannya tersebut.
Informasi-informasi itu diperolehnya dari wacan-wacana dan artikel di
internet. Informasi yang diperolehnya berupa informasi terkait dengan aborsi
dan tentang makanan, obat-obatan serta jamu yang bisa mengugurkan
kandungan. Pengumpulan informasi itu membutuhkan waktu, dan waktu yang
dibutuhkan oleh informan yaitu sekitar 1 minggu hingga 1 bulan. Karena
informan mengumpulkan banyak informasi. Informasi yang telah didapat
tersebut, mahasiswa mengolahnya dengan cara sharing atau musyawarah
mengenai hasil informasi terkait dengan aborsi yang didapatnya tersebut.
2) Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah
Pada tahap perancangan solusi ini, informan merancang atau merencanakan
solusi atau alternatif yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya tersebut (aborsi). Dalam perancangan atau perencanaan alternatif
pemecehan masalah ini, informan hanya menrancang satu solusi sebagai
pemecah masalahnya, yaitu aborsi dan tidak ada yang lain. Informan tidak
memiliki alternatif lain selain aborsi, karena aborsi dipikirnya merupakan
pemecah masalahnya yang terbaik untuk masa depan mereka. Aborsi
dipilihnya karena berbagai alasan-alasan dan pertimbangan, meskipun resiko

74

75

negatif yang akan didapatnya. Alasan yang diutarakan oleh informan yaitu
karena belum siap membina rumah tangga, masih kuliah dan belum
mempunyai pekerjaan, dan terkait dengan orang tuanya apabila mengetahui
perbuatannya tersebut akan menanggung aibnya. Resiko terburuk yang paling
ditakuti oleh informan yaitu apabila kehamilan diluar nikahnya tersebut
diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai orang tuanya yang mengetahui
keadaannya waktu itu. Sehingga siap tidak siap informan harus siap menerima
resiko negatif dari alternatif pemecahan masalahnya yang telah dipilih
tersebut yaitu demi masa depan informan.
3) Tahap memilih solusi
Pada tahap memilih soslusi ini, informan memilih solusi aborsi sebagai
pemecah masalah yang sedang dihadapinya tersebut, yaitu hamil diluar nikah.
Tidak ada solusi lain selain aborsi yang dianggapnya tepat untuk masalahnya
itu. Tujuan informan memilih solusi tindakan aborsi yaitu demi masa depan
yang lebih baik sehingga informan terhindar dari kemungkinan harus
bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga. Sebab, informan menilai
dirinya belum siap karena saat ini sedang menempuh pendidikan dan belum
memiliki pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian. Dalam pemilihan solusi
ini (aborsi), informan menyepakati untuk meminta bantuan orang ketiga
(dukun pijat dan bidan). Karena sebelumnya informan telah mencoba
menggugurkan kandungannya tersebut menggunakan obat-obatan dan jamu
penggugur kandungan, tetapi tidak ada hasilnya. Sehingga memutuskan untuk
meminta bantuan orang ketiga untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
4) Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pelaksanaan aborsi tersebut dibantu oleh pihak
ketiga, yaitu bidan dan dukun pijat, yang memang telah memiliki pengalaman
untuk membantu aborsi secara ilegal. Dan tindakan aborsi tersebut dilakukan
di tempat tinggal bidan dan dukun pijat tersebut. Informan yang memilih

76

bantuan dukun pijat tersebut sebelumnya telah mencoba untuk mengkonsumsi


obat-obatan penggugur kandungan, tapi tidak ada hasilnya. Sehingga
informan meminta bantuan dukun pijat tersebut. Secara psikologis, informan
merasa tertekan dan cemas terhadap kemungkinan terburuk seperti kematian
pasangannya, jika aborsi tersebut tidak berhasil sesuai dengan harapan. Tetapi
informan hanya bisa pasrah mengahadapi resiko yang harus dihadapi, Sebab
konsekuensi yang lebih berat telah menunggu, yaitu berhadapan dengan
hukum akibat tuduhan melakukan tindakan aborsi ilegal, beban moral dan
kematian dari pasangan dalam proses aborsi.
b. Kendala dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam melakukan
aborsi
Dalam proses pengambilan keputusan ini, informan hanya menemui
kendala masalah biaya untuk melakukan tindakan aborsinya tersebut. Sehingga
informan mencari biaya tersebut dengan cara menipu orang tua informan dengan
berbagai macam alasan, seperti untuk beli buku, praktikum dll. Karena informan
disini masih mendapatkan uang dari orang tua, dan tidak mempunyai pekerjaan
tetap maupun sampingan yang bisa menghasilkan uang untuk biaya aborsinya.
Dan juga kendala informan dalam ketakukan dan kekhawatiran pasangannya
terhadap solusi yang dipilihnya tersebut. Informan khawatir dengan masa
depannya kelak jika tidak bisa mempunyai keturunan. Tetapi pasangan informan
berusaha meyankinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa, dan itu semua demi
masa depan meraka berdua.

5.2 Saran
a. Pendidikan seks sebaiknya diberikan pada anak sedini mungkin baik itu pada
pendidikan formal maupun pada pendidikan non formal
b. Sebagai orang tua, sebaiknya dalam memberikan kebebasan dan kepercayaan
kepada putra dan putrinya sebaiknya disertai kontrol terhadap tingkah laku putra
dan putrinya.

77

c. Sebaiknya dalam pergaulan antara teman, remaja bisa membawa diri serta bisa
menerima dengan selektif informasi yang didapat dalam hubungan antar teman.
d. Apabila terjadi kehamilan diluar nikah alangkah baiknya mempertanggung
jawabkan perbuatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Pengantar pada Pengertian dan beberapa Pokok Bahasan. Jakarta: FISIP UI
PRESS.
Aldila.D.R.(2000).Perepsi Mahasiswa Terhadap Aborsi Dikalangan Remaja (studi
kasus pada program studi sosiologi-antropologi FKIP UNS tahun
2008).Skripsi.Tidak diterbitkan.UNS
Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. CV Pustaka Ceria. Bandung
Bungin, B. 2001. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dermawan, Rizky. 2006. Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung
Fadillah, H. (2001). Waspadai
September.

seks

bebas

kalangan remaja.Majalah Gemari.

Facione, P. and Facione, N. 2007. Thinking and Reasoning in Human Decision


Making, The California Academic Press / Insight Assessment.
Faisal, Sanapiah. 1990. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Guladi. Jawa Pos. 22 Juni 2007.
Gemilang, Route. 2009. Pengambilan Keputusan. Surabaya
Hastuti, Sri Hesti. 2008. Perilaku Abrsi Pranikah di Kalangan Mahasiswa. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hartini. W.(2003). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Resiko

78

79

Aborsi dengan Pengambilan Keputuan untuk Aborsi di Yogyakarta. UGM.


Yogyakarta. Skripsi
Huda, Miftachul. 2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta:Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI
Junaidi, 2007. Kajian Teoritis Mengenai Ketimpangan Gender. Jambi
Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju.
Kabupaten Jember Dalam Angka. 2010: Badan Pusat Statistik
Moleong, Lexy. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
______. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
______. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
M.Hidayana, Irwan. 2004. Seksualitas: Teori dan Realitas. Program Gender dan
Seksualitas FISIP UI.
Narbuko C & Achmadi A. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Nawawi, Hadari. 2001. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Cetak kesepuluh.
Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Sarwono. 2005. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Fajar Interpratama
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : kajian
strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial . Bandung:
Refika Aditama.
Sarlito.(2000).aborsi.Available at;www.Sarlito nesma.Nerman f20org/sarlito Aborsi
hml
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sulistiati. 2004. Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan Sosial dalam Edi Suharto.
2004. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:
Balatbangsos Depsos RI

80

Supranto, 2005. Tekhnik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rineka Cipta


Suyanto, bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada
Media
Uddin, dkk.(2004). Pengetahuan Sikap dan Praktik Aborsi di Indonesia.
Jakarta:Mitra Inti Foundation
Umar, Husein. 2004. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka
Utama
Wijayanto, S. (2004). Sexs in the kost. Yogyakarta: CV.Qalam
Zein. Badudu, 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia

Jurnal
Sinaga, Tinceuli. 2007. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari
Kehamilan Tidak Dikehendaki di Sekolah Umum Negeri 1 Pematang Siantar
Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara.
Agustino, Hutri. Megi, Serli. Rini, Setyo. 2007. Perilaku Seks Bebas dan Aborsi
Mahasiswa di Malang. PKM Penulisan Ilmiah. Universitas Muammadiyah
Malang.
Sari, Puspita Citra. Harga Diri Pada Remaja Putri yang Telah Melakukan Hubungan
Seks Pranikah. Universitas Gunadarma.
Kumala Suratno, Nur. 2009. Pengambilan Keputusan Untuk Melakukan Aborsi Pada
Mahasiswa. Skripsi. Universitas Negeri Islam Yogyakarta.
Khisbiyah, Desti, M & Wijayanto. (2002). Kehamilan yang tidak dikehendaki di
kalangan remaja. Bening : Media Refleksi Pengalaman Lapangan Program AIDS &
Kesehatan Reproduksi. Juni, III (1), 2-5
Persitarini. Jawa Pos. 31 Desember 1997.
Radar-Jember, 10 november 2009

81

Internet
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remajayang-mengkwatirkan/
http://www.nedstatbasic.net
http://remaja/masa-remaja/
http://tempo.com (diunduh tanggal 5 januari 2012)
http://www.Indosiar.com (diunduh tanggal 5 Januari 2012).
http://www.tribunnews.com (diunduh tanggal 5 januari 2012).
http://www.kompas.com (diunduh tanggal 5 Januari 2012).
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/#ixzz1ktuhbzcX
http://www.untukku.com/artikel-untukku/apa-itu-seks-bebas
untukku.html#ixzz1sN2Fceyv
http://regional.kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Ta
hun..30.Persen.Oleh.Remaja
http://www.kesrepro.com
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/01/21/kehamilan-yang-tidak diinginkanremaja/
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remajayang-mengkwatirkan/
http://hqweb01/bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map124waspadai.html.
(id.wikipedia.org/wiki/proses)

82
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

LATAR BELAKANG INFORMAN


Nama

Umur

Jenis Kelamin

Agama

Pendidikan Terakhir

Pekerjaan

Alamat

PROSES-PROSES YANG DILAKUKAN


a. Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan.
1) Bagaimana reaksi anda berdua ketika pertama kali mengetahui bahwa
pasangan anda hamil di luar pernikahan?
2) Langkah apa yang anda rencanakan terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
3) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
4) Darimana

sajakah

anda

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

kehamilan dan aborsi?


5) Jika anda mencari informasi dengan bertanya kepada teman, siapakah teman
yang bersedia memberikan informasi tersebut?
6) Pihak manakah yang membantu anda dalam mengumpulkan informasi tentang
kehamilan dan aborsi tersebut?
7) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?

83

8) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah


informasi-informasi tersebut ?
b. Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah.
1) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
2) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
3) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
4) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
5) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
6) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
7) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
8) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
9) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
c. Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.
1) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
2) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?

84

3) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan


tertentu dari pasangan anda?
4) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
5) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
6) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
7) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
8) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
d. Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan
1) Bagaimana cara anda untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
tersebut?
2) Apakah anda menemui kegagalan untuk melaksanakan salah satu cara yang
telah anda lakukan tersebut?
3) Siapakah yang membantu anda untuk melaksanakan cara yang sudah anda
pilih tersebut?
4) Dimanakah anda melaksanakan cara yang sudah anda pilih tersebut?
5) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
6) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?
7) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
8) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
9) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?

85
Lampiran 2

Hasil Wawancara
Nama

: Tino

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar/Mahasiswa

Alamat

:-

1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan.


a) Bagaimana reaksi anda berdua ketika pertama kali mengetahui bahwa anda
hamil di luar pernikahan?
Galau, bingung. Nggak tahu harus apa lagi. Kerap kali aku sering bersamanya.
Merayu dia untuk melakukan aborsi, minum jamu pencegah hamil, kiret dsb.
Tapi dia malah terus nangis, kalau mendengar aku menyuruh itu semua. Aku
pun bingung mengahadapi itu semua. Sebab dia hamil pun agara-gara aku
yang ngajak berhubungan badan. Bahkan pertama kali, aku menyenggama
dia, saat itu dia perawan, ia nangis-nangis lantaran aku telah memerawaninya.
Aku hanya mengelus-elusnya sebagai bentuk cinta dan rasa sayang aku.
Setelahnya kami tak segan-segan tuk melakukan hal itu lagi. Lagi dan lagi
hingga kemudian ia hamil.
b) Langkah apa yang anda rencanakan terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Aborsi. Mungkin dengan begitu kita menetralisirkan masalah itu. Mengapa
aku memilih aborsi, karena status aku yang mahasiswa. Pertama aku hanya
mendapat kucuran donasi untuk hidup dari orang tua alias aku tak bisa

86

mencarikan nafkah untuk pasangan aku, mbak. Maka dari itu mbak, mungkin
hanya dengan aborsi itu bisa meneruskan cita-cinta kita berdua. Amien.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Aku banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya artikelartikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaanku lebih mantap saja
dalam menyuruh cewek aku melakukan hal itu.
d) Darimana

sajakah

anda

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

kehamilan dan aborsi?


Dari internet, dengan begitu aku bisa punya pandangan tentang aborsi secara
positif dan negatif.
e) Jika anda mencari informasi dengan bertanya kepada teman, siapakah teman
yang bersedia memberikan informasi tersebut?
Aku sering banyak bertanya sama teman-teman kos, yang pernah melakukan
hal itu. Di mana dan berapa donasinya. Dengan begitu aku bisa punya
gambaran yang detail bahkan tidak segan-segan aku menanyakan langsung
terhadap pelakunya, yakni pacar teman aku. Supaya aku bisa myakinkan pacar
aku untuk melakukan aborsi dan jangan khwatir/takut dengan perihal itu.
f) Pihak manakah yang membantu anda dalam mengumpulkan informasi tentang
kehamilan dan aborsi tersebut?
Sahabat aku

yang sering menceritakan pengalamannya dan sering

memberikan wejangan/nasehat dalam melaksanakan aborsi. Dan langkah apa


saja yang harus diambil. Misalnya memberikan nama pil untuk mencegah
kehamilan, seperti sitotec dan pervaginal.
g) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?
Sekitar 1 bulan. Ya kan nggak cuma 1 atau 2 informasi yang aku cari. Aku
mencari informasi sebanyak mungkin.

87

h) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah


informasi-informasi tersebut ?
Ya kita hanya sharing saja, tak ada yang lain. Di samping itu, tentunya aku
meyakinkan pacar aku untuk optimis sebelum melakukan aborsi agar
semuanya berjalan dengan lancar dan efektif.

2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah.


a) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
Tidak ada alternatif. Aku sudah mantap untuk melakukan aborsi. Apapun
yang terjadi, aku akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut. bahkan dalam
benak aku sendiri, aku siap menanggung dosa-dosa itu semua, termasuk dosa
melaksanakan aborsi.
b) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Ya kita hanya mengumpulkan donasi saja agar proses aborsi berjalan dengan
lancar. Khususnya hampir 80% donasi itu aku yang mengumpulkannya. Entah
dengan cara menipu orang tua dengan alasan uang praktikum, buku dsb,
asalkan donasi itu terkumpul dan bisa melaksanakan aborsi.
c) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
Tak ada pro dan kontra. Kita sudah sepakat untuk melakukan aborsi. Demi
kebaikan kita bersama.
d) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Ya bermacam-macam alasan. Karena kita belum siap menikah. Kita masih
kuliah. Tak bisa dibayangkan apabila kita pacar aku hamil duluan. Tentunya,
terkait dengan itu orang tua juga menaggung aib / malu. Kasihan orang tua.

88

Apalagi aku masih belum kerja. Pendapatan aku hanya didapat dari uang
kiriman orang tua. Dengan begitu maka aku memutuskan untuk melakukan
aborsi. Meskipun itu amat berat sekali bagi kami berdua.
e) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Bagi aku, kemungkinan terburuk adalah apabila aku diketahui orang tua.
Hanya itu, mbak. dan harus siap menghadapinya.
f) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Tentunya sama pacarku sekaligus sahabat yang sudah berpengalaman dalam
melakukan aborsi itu.
g) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Ada. Sahabat aku sendiri. Ya bisa dibilang teman seperjuanganku sejak SMA.
Ia yang sering membantu aku untuk menemukan links bidan yang bisa diajak
kompromi dalam melaksanakan aborsi.
h) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Sekitar 1 bulanan. Tentunya, waktu 1 bulan tersebut aku banyak
mengahabiskan waktu utnuk meyakinkan, mensugesti, pacar aku untuk siap
diaborsi. Di samping itu aku mengumpulkan donasi untuk aborsi. Huft,
pokoknya waktu itu banyak menguras tenaga dan pikiran aku, mbak.
i) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Aku mbak. Aku merasa punya tanggung jawab yang besar atas kandungan
pacar aku mbak. Kerap aku sering menghibur dia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Sebab pacar aku sering murung, mukanya kusut, bahkan tak
jarang sering tak urus dengan sendirnya sendiri.

89

3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.


a) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
Hanya aborsi. Tak ada yang lain. Sebab sehabis minum pil dan jamu tetap tak
berdampak pada kandungan pacar aku. Sehingga aborsi itu yang harus kami
ambil. Apapun yang terjadi, aku tetap meyakinkan pacar aku untuk aborsi.
Kalau tidak, aku tidak bisa bayangkan masa depan kita akan buram.
b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Pertama, aku mencegah aib keluarga beserta aku sendiri. Kedua, menimbang
lagi kita masih berstatus mahasiswa jadi untuk berkeluarga masih berpikir
seribu kali. Tentunya ini menyangkut urusan ekonomi. Apalagi aku, yang
notabennya mahasiswa sekaligus calon ayah, pastinya khawatir dengan
keadaan seperti itu. Maka dari itu, aku sudah mantap tuk melakukan abosrsi.
Apalagi melihat kasus perceraian pada pasangan suami-istri sering
diakibatkan oleh factor ekonomi. Perihal itu yang amat aku takutkan.
c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan
tertentu dari pasangan anda?
Pertama, pacar aku sering nangis, lantaran takut dan khwatir dengan masa
depannya kalau tak bisa punya anak. Maka aku meyakinkan dia supaya jangan
khawatir dengannya. Yang sering aku bilang, aku akan tetap mencintaimu
meskipun kau kelak tak bisa punya anak. Aku sudah ikhlas dan rela dengan
segala resiko kelak, yang akan kita tanggung bersama.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
Ya karena jalan satu-satunya, yang dianggap menurut kita yang terbaik,
hanyalah aborsi. Meskipun jalannnya harus dikiret (kuratase), dengan begitu
bisa mencegah kanker, sekaligus usaha aborsi akan lebih efektif, meskipun

90

ada kemungkinan negative yang lainnya. Tapi aku tak kepikiran itu. Aku
hanya pasrah.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Alahamdulillah dia malah menyetujuinya. Bahkan siap untuk diaborsi. Ia tak
segan-segan untuk menyegerakan rencana itu.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Sepertinya aku hanya melibatkan bidan yang siap mengaborsi cewek aku, agar
tidak berdampak negative di kehidupan selanjutnya. Dengan begitu, aku akan
tenang-tenang saja.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Mungkin aku susah akan punya anak kelak, saat kita bekeluarga. Sebab
apabila proses aborsi, tahap kuratase, tidak optimal bisa menyebabkan kanker.
Perihal ini yang sering aku takutkan mungkin jadi momok bagi aku hingga
saat ini. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan seperti itu. Mau bagaimana
lagi mbak, wong itu resiko yang harus aku tanggung kelak. Meskipun di sisi
lain, aku berdosa besar terhadap agama dan Tuhan. Aku siap menaggung itu
semua, asal sekarang, kita bisa hidup normal seperti pada umumnya, bukan
seperti pasangan keluarga yakni ayah-ibu.
h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Ya aku hanya bisa berdoa atas semua itu. Meskipun keadaan kian berat.
Menjelang masa-masa persiapan aborsi aku sering sendu melihat cewek aku
yang sebentar lagi diaborsi. Entahlah. Tak tahu. Perasaan aku hanya ingat
pada janin yang dikandungnya, bahwa ia adalah darah daging aku. Aku tak
tahu harus berbuat apa. Yang ada hanya pemantapan diri bahwa aku harus
menerima dia kekurangan-kelebihan dengan segala lapang dada sebab ia
adalah wanita yang mengandung darah daging aku.

91

4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan


a) Bagaimana cara anda untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
tersebut?
Ya aku hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan hidup
kita normal kembali. Dalam arti aku merasa tak terbebani dengan status
ayah. Dengan begitu beban moral yang aku tanggung tidak terlalu berat.
b) Apakah anda menemui kegagalan untuk melaksanakan salah satu cara yang
telah anda lakukan tersebut?
Sepertinya tidak ada. Semuanya berjalan dengan lancar.
c) Siapakah yang membantu anda untuk melaksanakan cara yang sudah anda
pilih tersebut?
Bidan. Kami dianjurkan pakai obat-obatan yang diresepkan ahli medis
(bidan). Sebab usia janinnya masih belia/muda. Jadi si bidan hanya
menganjurkan obat. Selebihnya, sekitar 1 bulan kemudian, kira-kira umur
janin kita masih 3 bulan kandungan kami diperiksa sehingga si bidan bisa
menyimpulkan kandungan itu. Apa perlu di kiret (kuratase) atau tidak.
Dengan begitu pacar aku bisa aman. Dalam arti meminimalkan resiko
kematian bagi ibu. Dan aku sangat bersyukur setelah 1 tahun kemudian pacar
aku tak pernah mengalami gangguan pada perutnya.
d) Dimanakah anda melaksanakan cara yang sudah anda pilih tersebut?
Di rumah bidan, di daerah Jember bagian selatan. Aku sangat berterima kasih
banyak terhadap teman aku yang telah memberitahu atau meberi jalan dalam
melaksanakan aborsi.
e) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
Proses itu kami lakukan sebanyak 3 kali. Pertama cek-up kandungan aku
sebelum diaborsi. Baru kedua, aku lakukan aborsi dan selanjutnya cek-up dari
hasil aborsi tersebut, supaya tidak terjadi kendala negative pada selanjutnya.

92

Tentunya denbgan mengikuti itu semua, mungkin aku bisa hidup normal
seperti sediakala.
f) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?
Berat. Tapi mau bagaimana lagi, aku sering menghiburnya dan selalu
menanamkan optimis bahwa aborsi itu akan berjalan dengan baik. Meskipun
sisi lain aku khawatir dengan keselamatannya saat aborsi berlangsung. Aku
hanya bisa berdoa terhadap Tuhan untuk selalu memberikan keselamatan
kepada dia saat aborsi berlangsung.
g) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Pertama aku yang amat dominan dengan keputusan ini. Setelah itu, kami
berdua sepakat dalam laksanakan proses aborsi itu. Bagaimanapun juga proses
aborsi itu kita laksanakan demi kepentingan kita bersama di kehidupan
selanjutnya
h) Maksud anda kehidupan selanjutnya apa?
Maksudnya setelah kita melaksanakan aborsi kita bisa hidup normal seperti
mahasiswa pada umumnya. Bisa belajar dengan serius tanpa harus
memikirkan kandungan dsb.
i) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Pastinya sahabat aku, mbak. siapa lagi, wong Cuma dia yang tau masalah ini.
j) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ya dia bersyukur semuanya telah berjalan lancar. Dan dia juga mewanti-wanti
agar jangan sampai terulang lagi masalah seperti ini dan tetap berhati-hati.
Dan aku banyak bersyukur dan berterima kasih kepada dia pacarku, karena ia
telah melaksanakan aborsi itu. Ia dengan berani menahan rasa sakit yang amat
perih saat aborsi sedang berlangsung. Bahkan setelahnya itu dia selalu
memberikan senyum kebahagiaan pada diriku. Maka dengan begitu aku

93

berjanji untuk selalu menjaganya dan berhati-hati atau waspada saat


berhubungan badan agar tidak melakukan aborsi lagi.
k) Lantas, pertanyaan terakhir, apakah anda merasa puas atau tidak dengan
segala keuputusan yang sudah ambil/disepakati?
Alhamdulillah aku merasa puas sekaligus bahagia dengan keputusan yang
kami ambil. Sekarang kami bisa kuliah dengan tenang dan serius. Sehingga
dengan begitu aku bisa cepat lulus dan menggapai cinta-cita lalu menikahai
pacar aku. Dengan pengalaman aborsi ini aku merasa lebih dewasa daripada
sebelumnya. Sebabb pengalaman ini sangat berharga bagi kami. Dan aku tak
mengulangi masa silam ini.

94

Hasil Wawancara
Nama

: Dika

Umur

: 21 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar / mahasiswa

Alamat

:-

1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan.


a) Bagaimana reaksi anda berdua ketika pertama kali mengetahui bahwa
pasangan anda hamil di luar pernikahan?
Kalau reaksi saya ya langsung galau mbak, hehe. Nggak tau harus gmn,
bingung mau gimana. Dan akhirnya saya mikir harus cepat-cepat cari jalan
keluar, mumpung usia kehamilannya masih muda. Waku itu masih sekitar 1
bulanan. Semenjak mengetahui kehamilannya itu,cewek saya nggak mau di
tinggal saya. Selalu minta ditemenin dan kalau mau di tinggal pulang kadang
dianya nangis. Mungkin ngerasa takut kali ya mbak. dan saya selalu berusaha
buat nenangin dia. Meskipun saya juga dalam keadaan bingung.
b) Langkah apa yang anda rencanakan terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Ya aborsi. Itu yang ada di pikiran saya untuk menyelesaikan masalah ini. Saya
memulih aborsi ini karna saya masih belum siap. Ya belum siap untuk
menjadi seorang ayah dan juga takut kalau sampe ngomong hal ini sama
orang tua. Cewek saya pun berpikiran begitu, dia juga masih belu siap untuk
melanjutkan kehamilannya itu. Saya disini kan masih mahasiswa, belum
mampu untuk menafkahi. Sehari-hari saja masih dapat dari orang tua. Maka

95

dari itu mbak, kita milih aborsi sebagai jalan keluar dan jalan terbaik buat kita
dan masa depan kita juga.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Saya banyak baca-baca tentang artikel-artikel yang terkait tentang aborsi di
internet. Ya supaya nggak terjadi sesuatu lah dengan langkah yang akan kita
ambil nantinya.
d) Darimana

sajakah

anda

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

kehamilan dan aborsi?


Saya dapat informasi itu semua (kehamilan dan aborsi) dari internet, bacabaca artikel di internet. Biar lebih yakin lah dari pada dari omongan yang
belum tentu benarnya itu.
e) Jika anda mencari informasi dengan bertanya kepada teman, siapakah teman
yang bersedia memberikan informasi tersebut?
Saya tanya-tanya sama teman dekat saya. Dimana ada tempat yang bisa buat
gugurin kandungan dan gimana prosesnya. Karna sebelumnya dia pernah
melakukan hal itu dengan pacarnya. Setidaknya buat ngeyakinin pacar saya
lah biar nggak takut lagi.
f) Pihak manakah yang membantu anda dalam mengumpulkan informasi tentang
kehamilan dan aborsi tersebut?
Pacar saya sama saya sendiri sih disini. Kalau temen saya ya seperti yang saya
bilang tadi. Informasi tentang tempat buat aborsi dan prosesnya itu saja.
g) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?
Sekitar 1-2 mingguan mbak. lama-lama dengan mencari informasinya ntar
yang ada malah tambah besar itu perutnya. Kan kasian juga.
h) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah
informasi-informasi tersebut ?

96

Ya kita omongin berdua gimana-gimanya. Cara mana yang sekiranya cepat


dan sekiranya terjangkau juga. Maklum lah anak kosan, masih belum bisa cari
duit sendiri.
2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah.
a) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
Nggak ada alternatif lain. Saya dan pacar saya juga sudah mantap memilih
dan melakukan aborsi ini. Meskipun dalam benak saya, saya nggak tega juga
sama pacar saya yang harus nanggung sakitnya. Itu kan juga kesalahan saya.
Kalau bisa digantika sakitnya, saya kan menggantikannya mbak.
b) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Kita sudah sama-sama setuju dengan aborsi ini. Jadi prosesnya ya lancarlancar saja. Kita hanya berbagi cara gimana untuk mengumpulkan donasinya.
Kebanyakan sih dengan menipu orang tua. Buat beli bukulah, uang praktikum,
urunan, apa sajalah.
c) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
Nggak ada pro dan kontra. Karna disini kita sama- sama setuju dengan hal ini.
d) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Ya macam-macam mbak. yang pasti kita juga belum siap, apalagi saya
sebagai calon seorang ayah. Peran saya kan lebih besar, disini saya masih
seorang mahasiswa yang belum punya pekerjaan. Dan juga terkait dengan
orang tua yang nantinya juga harus menanggung aib yang udah kita perbuat.
Dengan alasan itu semua, kita memilih jalan keluar dengan aborsi.

97

e) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari


alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Siap nggak siap harus siap mbak. kemungkinan terburuk yang saya pikirkan
adalah kalau sampe ketahuan sama orang tua dan kehilangan pacar saya pada
waktu aborsi. Hal-hal yang nggak kita duga sebelumnya.
f) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Saya sama pacar saya dan juga temen deketnya pacar saya yang mengetahui
masalah ini.
g) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Kita berdua dan shabat pacar saya itu mbak. ini kan masalah aib juga mbak.
jadi sebisa mungkin kita merahasiakannya.
h) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Cuma sekitar 1 mingguan. Ya pacar saya kan juga menyetujui dengan
alternatif solusi tersebut.
i) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Pacar saya mbak. karna kata dia, dia yang bakalan ngerasain sakitnya, yang
tau dia hanya dia. Gitu katanya, ya agak keras kepala sih. Saya hanya saja
bisa nurutin apa kemauan dia.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.
a) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
Aborsi ke dukun pijat mbak, karna buat ke dokter atau bidan, selain biayanya,
kita nggak ada teman yang bisa membantu kesitu. Dan pacar ku juga
menyetujui ke dukun pijat itu.

98

b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Ya seperti yang saya bilang tadi. Pertama, saya belum siap untuk semuanya,
status saya dan pacar saya disini juga masih seorang mahasiswa. Belum ada
pikiran untuk berkeluarga.Kedua, kasian sama orang tua harus menanggung
aib kita dan juga takut sama orang tua kalau ketahuan hamil diluar nikah ini.
c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan
tertentu dari pasangan anda?
Nggak ada, karna disini kita sama-sama menyetujui hal tersebut. Dan pacar
saya juga sudah benar benar mantap dengan pilihan aborsi ini.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
Ya karna saya dan pacar saya sudah mantap dengan solusi ini. Dan kita juga
menganggap hal ini adalah jalan keluar terbaik buat kita berdua dan juga masa
depan kita berdua. Meskipun dalam benak saya nggak tega harus melihat
pacar saya merasakan sakitnya sendirian.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Setuju, karna ini juga merupakan hasil kesepakatan kita berdua. Demi orang
tua dan masa depan kita berdua.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Pihak lain disini ya Cuma sahabat pacar saya saja. Meskipun awalnya dia
nggak menyetujui rencana kami berdua. Tapi akhirnya dia jua setuju. Karna
juga demi masa depan kita.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Kemungkinan terburuk yang saya pikirkan yaitu pendarahan. Karna banyak di
berita-berita gitu pendarahan yang ujung-ujungnya bisa menyebabkan
kematian.

99

h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam


menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Saya hanya bisa berdoa saja. Semoga nggak terjadi apa-apa sama pacar saya.
Dan alhamdulillah pacar saya sehat sampe sekarang.
4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan
a) Bagaimana cara anda untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
tersebut?
Saya harus benar-benar siap dan yakin terhadap apa-apa yang akan terjadi.
Sekalipun hal itu terburuk. Dan berharap hasil yang terbaik dari keputusan
kita berdua.
b) Apakah anda menemui kegagalan untuk melaksanakan salah satu cara yang
telah anda lakukan tersebut?
Alhamdulillah semuanya berjala lancar mbak.
c) Siapakah yang membantu anda untuk melaksanakan cara yang sudah anda
pilih tersebut?
Kita meminta bantuan ke tukang pijet. Sebelumnya pacar saya sudah
mengkonsumsi obat penggugur kandungan tapi ya itu hasilnya nggak
maksimal. Jadi kita memutuskan ke dukun pijet. Agar isi yang ada dalam
perut itu hancur dan semuanya keluar. meskipun caranya berbeda dengan
yang di dokter atau bidan. Setidaknya hasilnya membantu lah buat kita
berdua, terutama buat pacar saya.
d) Dimanakah anda melaksanakan cara yang sudah anda pilih tersebut?
Di tempatnya dukun pijet tersebut. Di daerah bondowoso. Karna informasi
yang saya dapat ya di daerah situ.
e) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
Sekitar 2 kali mbak. kata dukunnya sih biar bener-bener bersih. Setelah pijet
pertama hasilnya keluar, seminggu kemudian kita kembali lagi kesana. Dan
yang terakhir dikasi jamu, biar bener-bener bersih katanya.

100

f) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika


melaksanakan pilihan tersebut?
Saya hanya bisa menghiburnya mbak. meski itu juga berat buat saya ya sebisa
mungkin saya tetap tegar dihadapannya supaya semua nya bisa berjalan
lancar. Tetap yakin dan juga meyakinkan pacar saya kalau tidak akan terjadi
apa-apa, semuanya bakalan baik-baik saja. Agar kita bisa kembali hidup
normal kembali.
g) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Saya sama pacar saya mbak. karna kita sama-sam belum siap untuk
berkeluarga. Dan kita juda sudah sama-sama menyetujui keputusan itu.
h) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Hmm,, temen saya yang waktu bantuin saya cari informasi tempat
pengguguran kandungan itu mbak. dan saya juga sangat berterima kasih sama
dia atas infonya itu. Karna Cuma dia yang temen saya yang tau tentang
masalh ini waktu itu.
i) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ya turut senang dengan hasilnya keputusan yang telah kita lakukan. Dan
mewanti-wanti supaya kita lebih berhati-hati lagi. Hehe. Dan saya juga benarbenar bangga karena pacar saya kuat melaksanakan itu semua. Dan
alhamdulillah sampe saat ini pacar saya sehat.
j) Lantas, pertanyaan terakhir, apakah anda merasa puas atau tidak dengan
segala keputusan yang sudah ambil/disepakati?
Ya saya puas mbak. karena semuanya berjalan dengan lancar. Dan saya benarbenar bersyukur saya masih sehat sampe saat ini. Berharap nggak akan
terulang lagi kejadian itu. Karena memang benar-benar menguras tenaga dan
pikiran mbak. semoga itu menjadi yang terakhir kalinya. Amin

101

Hasil Wawancara
Nama

: Mawar

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar / mahasiswi

Alamat

:-

1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan.


a) Bagaimana reaksi anda berdua ketika pertama kali mengetahui bahwa anda
hamil di luar pernikahan?
Ya, kaget sekaligus bingung. Nggak tahu harus apa lagi, kecuali hanya nangis
dan murung di kamar. Kerap kali sering bersama pacar. Perasaan saya tak
ingin jauh darinya, takut kehilangan dia. Sesekali saya serasa merasa manusia
yang paling hina di mata Tuhan dan sosial. Untungnya, pacar saya sering
memberi perhatian yang lebih, daripada sebelumnya, sehingga saya bisa agak
lebih tenang.
b) Langkah apa yang anda rencanakan terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Aborsi. Kata-kata itulah yang kerap muncul dari mulut pacar saya mbak. Saya
hanya mengiyakan. Maklum pikiran saya cuma takut saja, kalau sampai orang
tua saya tahu dengan keadaan saya seperti ini, pastinya kita disuruh menikah
sedangkan pacar saya masih belum bisa mencari nafkah, belum kerja.
Tentunya saya tak ingin punya rumah tangga yang berantakan gara-gara
ekonomi. Apa mau dikata, kecuali dengan melakukan aborsi meskipun

102

perasaan saya amat berat untuk melakukannya. Semua itu demi masa depan
kita berdua dan orang tua kita.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Saya banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya artikelartikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaan saya lebih mantap saja
untuk melakukan aborsi ini.
d) Darimana

sajakah

anda

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

kehamilan dan aborsi?


Dari internet, dengan begitu saya bisa punya pandangan tentang aborsi secara
positif dan negatif.
e) Jika anda mencari informasi dengan bertanya kepada teman, siapakah teman
yang bersedia memberikan informasi tersebut?
Tidak ada. Saya tidak tanya sama siapa-siapa. Mungkin hanya pacar saya saja
yang mencari informasi, entah itu dari internet atau teman-temannya.
f) Pihak manakah yang membantu anda dalam mengumpulkan informasi tentang
kehamilan dan aborsi tersebut?
Pacar saya. Ia sering memberikan gambaran aborsi yang didapat dari temantemannya, menjelaskan pada saya dan membujuk saya supaya tidak begitu
takut dan pastinya mau untuk melakukannya.
g) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?
Sekitar 1 bulan kita mengumpulkan semua informasi itu. Ya kan di perlukan
banyak informasi dan juga pada waktu pertama tahu kehamilan itu masih
bingung lah mau tanya sama siapa.
h) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah
informasi-informasi tersebut ?
Ya kita hanya sharing saja berdua, nggak ada yang lain.

103

2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif pemecahan masalah.


a) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
Tidak

ada alternatif lain. Saya sudah mantap untuk melakukan aborsi.

Apapun yang terjadi, saya akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut.
b) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Ya kita hanya mengumpulkan donasi saja agar proses aborsi berjalan dengan
lancar.
c) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
Tak ada pro dan kontra. Kita sudah sepakat untuk melakukan aborsi. Demi
kebaikan kita bersama.
d) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Terpenting bagi saya, umur janin saya tak lebih dari 4 bulan lamanya. Dengan
begitu saya akan tenang dalam melakukan aborsi. Sebab pengetahuan saya,
dalam agama, apabila kandungan saya sudah mencapai 4 bulan lebih, maka
janin itu sudah bernyawa, dalam arti Tuhan telah memberikan nyawa pada
janin tersebut. Dengan begitu, secara otomatis, apabila saya melakukan aborsi
pada usia janin di umur 3 bulan, maka saya tidak terklaim membunuh. Perihal
itu yang saya yakini.
e) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Bagi saya, kemungkinan terburuk adalah apabila saya diketahui sedang
mengandung oleh lingkungan, hanya itu mbak. Malu rasanya bila temanteman mengetahuinya. Apalagi kalau sampai orang tuaku tahu dengan

104

keadaan sekarang. Jadi jalan satu-satunya adalah harus menjaga penampilan


saya saat keluar, supaya tidak diketahui.
f) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Tentunya sama pacar saya saja, nggak ada yang lain.
g) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Tidak ada, ini masalah kita berdua. Jadi kita hanya kita berdua yang berperan
disini.
h) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Sekitar 1 bulanan. Setelah kita mendapatkan semua informasi itu kita nggak
langsung memutuskan apa yang akan kita pilih. Kita masih mikir-mikir juga.
i) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Pacar saya mbak. Sebab saya melihat, ia merasa punya tanggung jawab yang
lebih atas kandungan ini. Perihal itu yang saya amat suka dari dia. Jarangjarang loh, pria yang mau bertanggung jawab atas tindakannya.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.
a) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
Hanya aborsi. Tak ada yang lain, meskipun hal tersebut cenderung ke dampak
negatifnya. Karena kita melakukan hal itu juga demi masa depan kita.
b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Pertama, saya mencegah aib keluarga beserta saya sendiri. Kedua, menimbang
lagi kita masih berstatus mahasiswa jadi untuk berkeluarga masih berpikir
seribu kali. Tentunya ini menyangkut urusan ekonomi. Apalagi saya, yang
notabenenya mahasiswi sekaligus calon ibu, pastinya khawatir dengan
keadaan seperti itu. Maka dari itu, saya sudah mantap tuk melakukan abosrsi.

105

c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan


tertentu dari pasangan anda?
Tak ada. Kita sudah pasrah terhadap apa yang akan terjadi nantinya. Karena
itu juga kesalahan kita.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
Ya karena jalan satu-satunya, yang dianggap menurut kita yang terbaik,
hanyalah aborsi. Meskipun jalannnya harus dikiret (kuratase), dengan begitu
bisa mencegah kanker, sekaligus usaha aborsi akan lebih efektif, meskipun
ada kemungkinan negative yang lainnya. Tapi saya nggak kepikiran itu. Saya
hanya pasrah.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Ya dia malah menyetujuianya. Bahkan mendukung aborsi. Malah dia yang
menyarankan untuk melakukan proses aborsi.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Perlu saya tegaskan kembali, saya tidak melibatkan orang dalam melakukan
aborsi kecuali hanya pacar saya.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Mungkin saya susah akan punya anak kelak, saat kita bekeluarga. Sebab
apabila proses aborsi, tahap kuratase, tidak optimal bisa menyebabkan kanker.
Perihal ini yang sering saya takutkan mungkin jadi momok bagi saya hingga
saat ini. Saya hanya bisa pasrah dengan keadaan seperti itu. Mau bagaimana
lagi mbak, wong itu resiko yang harus saya tanggung kelak. Meskipun di sisi
lain, saya berdosa besar terhadap agama dan Tuhan.
h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Ya saya hanya bisa berdoa atas semua itu. Meskipun keadaan tambah berat.

106

4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan


a) Bagaimana cara anda untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
tersebut?
Ya saya hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan hidup
kita normal kembali. Dalam arti saya merasa tak terbebani dengan status
hamil di luar nikah
b) Apakah anda menemui kegagalan untuk melaksanakan salah satu cara yang
telah anda lakukan tersebut?
Tidak ada, semua berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan.
c) Siapakah yang membantu anda untuk melaksanakan cara yang sudah anda
pilih tersebut?
Bidan. Kami dianjurkan pakai obat-obatan yang diresepkan ahli medis
(bidan). Sebab usia janinnya masih belia/muda. Jadi si bidan hanya
menganjurkan obat. Selebihnya, sekitar 1 bulan kemudian, kira-kira umur
janin kita masih 3 bulan kandungan kami diperiksa sehingga si bidan bisa
menyimpulkan kandungan itu. Apa perlu di kiret (kuratase) atau tidak. Dalam
arti meminimalkan resiko kematian bagi ibu.
d) Dimanakah anda melaksanakan cara yang sudah anda pilih tersebut?
Di rumah bidan, di daerah Jember bagian selatan.
e) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
Proses itu kami lakukan sebanyak 3 kali. Pertama cek-up kandungan saya
sebelum diaborsi. Baru kedua, saya lakukan aborsi dan selanjutnya cek-up
dari hasil aborsi tersebut, supaya tidak terjadi kendala negative pada
selanjutnya. Tentunya denngan mengikuti itu semua, mungkin saya bisa hidup
normal kembali seperti sediakala.
f) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?

107

Biasa saja. Justru saya yang sering diperhatikan oleh pacar saya. Saya justru
banyak bersyukur karena punya pasangan yang amat perhatian.
g) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Pertama pacar saya yang amat dominan dengan keputusan ini. Lama kelamaan
justru saya yang paling mantap untuk mengambil keputusan aborsi. Justru
pacar saya sering menitikkan air mata, beberapa jam sebelum proses aborsi
dilaksanakan.
h) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Pastinya pacar saya, mbak. Nggak ada yang lain. Kan yang tau masalah ini
cuma kita berdua.
i) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ia banyak bersyukur dan berterima kasih kepada saya, akrena telah
melaksanakan aborsi itu. Dengan itu, janjinya dia harus berhati-hati atau
waspada saat berhubungan badan agar tidak melaksanakan aborsi lagi.
Dengan begitu maka tak ada donasi yang perlu dikeluarkan dan hidup bisa
normal seperti sebelumnya.

108

Hasil Wawancara
Nama

: Ana

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar / mahasiswi

Alamat

:-

1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan permasalahan.


a) Bagaimana reaksi anda berdua ketika pertama kali mengetahui bahwa
pasangan anda hamil di luar pernikahan?
Pertama liat hasil test pack itu aku ya gimana ya kaget, surprise banget liat
hasilnya, bingung jelasinnya mbak. Waktu itu aku lagi sendirian, agak siang
cowokku datang dan liat hasil itu langsung lemes dia nggak tau harus gimana,
marah- marah sendiri. Itu waktu yang pertama kalinya, yang kedua kalinya ya
kayaknya biasa saja sudah. Nganggep itu cuma telat biasa mens biasa gitu.
b) Maksudnya anda yang kedua kalinya sudah biasa itu gimana?
ya pas hamil untuk ke dua kalinya maksud aku mbak. Sudah semacam telat
mens biasa, nggak begitu kaget lagi. Kalau mau aborsi ya Cuma kayak pengen
ngilangin benjolan diperut saja, semacam sakit gigilah cabut slesai.
c) Langkah apa yang anda rencanakan terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Langkah pertama ya mikirin gimana caranya buat gugurin ini kandungan,
waktu itu sih masih 1 bulanan umur kehamilannya. Cowokku ya juga sibuk
mikirin bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan. Sama-sama bingung

109

harus berbuat apa, gimana caranya. Nggak kepikiran sama yang lain, ini kan
aib juga mbak. Nggak mungkin kan ngomongin ini sama orang.
d) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Waktu itu aku masih cari-cari info tentang makanan, obat-obatan termasuk
jamu apa yang sekiranya bisa gugurin kandungan itu. Tapi masih belum
berpikiran buat pijet, soalnya aku langsung berpikir bagaimana caranya
secepat mungkin buat gugurin kandungan ini, takut ketahuan sama orang tua.
e) Darimana

sajakah

anda

mengumpulkan

informasi-informasi

tentang

kehamilan dan aborsi?


Kalau informasi-informasi tentang kehamilan dan aborsi itu sih kebanyakan
taunya dari internet, google. Teman-teman juga, soalnya temen-temen aku
juga udah banyak yang tau tentang aborsi bahkan pernah melakukan juga.
f) Apakah anda tidak takut ketahuan jika bertanya informasi ke teman anda ?
Waktu aku dapat informasi dari temen-temen mengenai hal itu, aku masih
belum hamil mbak. Itu taunya jauh sebelum aku dapet masalah ini karna
temenku sudah pernah ngelakuin waktu itu.
g) Jika anda mencari informasi dengan bertanya kepada teman, siapakah teman
yang bersedia memberikan informasi tersebut?
Aku dapet informasi tentang aborsi kebanyakan dari internet, kalau dari temen
jauh sebelum aku dapat masalah ini. Jadi temen-temen yang aku peroleh
informasinya nggak tau kalau aku juga mau melakukan aborsi waktu itu.
Teman-teman maen gitu mbak.
h) Pihak manakah yang membantu anda dalam mengumpulkan informasi tentang
kehamilan dan aborsi tersebut?
Temen dekatku mbak, tapi dia belum pernah melakukan aborsi. Dia berusaha
cari tau tentang itu semua, meskipun informasinya juga yang di dapat dari
mulut ke mulut. Ya dia juga cari-cari lewat internet.

110

i) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?
Hmm,, sekitar 1 mingguan kayaknya mbak. Kan masih tanya-tanyanya lama
gitu, tanya sana sini kan yang tanya bukan aku langsung. Dan juga nunggu
informasi dari temen pacarku itu .
j) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah
informasi-informasi tersebut ?
Dengan semua informasi yang kita dapat itu kita mikir, diskusi bareng dan
nebak-nebak jugalah kan masalahnya belum pernah waktu itu, informasi yang
mana yang sekiranya bisa mendapatkan hasil yang cepat dan kiranya juga
terjangkau itu yang kita pilih mbak.
2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah.
a) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
Aku mikirnya waktu itu nggak ampe kesitu (alternatif lain) ya mbak.
Resikonya saja aku nggak mikirin apalagi alternatif solusi, pokoknya yang
terpenting itu aku nggak hamil dan secepatnya kembali normal lagi. Pikiranku
cuma ke satu pikiran gimana cara gugurin kandungan itu.
b) Wah nekat ya, bagaimana kalau ternyata resikonya berakibat fatal ?
Ya berarti itu nasib mbak ,, hehe. Mau gimana lagi, malu juga ada. Belum
juga malunya orang tua, kan kasian sama orang tua.
c) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Berhubung kita disini masih sama-sama belum siap untuk berumah tangga ya
proses diskusinya sama cowokku ya cepetlah. Nggak ada masalah karna kita
sama-sama setuju dengan alternatif aborsi itu. Kita menganggap alternatif
aborsi itu merupakan jalan yang terbaik buat masa depan kita.
d) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?

111

Nggak ada pro dan kontra ya mbak. Kita sama-sama setuju dengan
menganggap aborsi merupakan jalan terbaik buat kita dan masa depan kita.
e) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?`
Kita kan nggak ada laternatif lain selain aborsi mbak. Jadi nggak ada
pertimbangan-pertimbangan lagi. Alasannya ya karena belum siap punya anak
dan takut sama ortu. Dan masih kuliah juga.
f) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Kesiapannya ya siap nggak siap harus siap mbak, karna itu udah keputusan
aku dan aku harus siap menanggung resiko-resikonya dari alternatif itu
sekalipun resiko itu terburuk. Aku nggak ingin mengecewakan orang tua,
sekalipun aku meninggal karna proses aborsi itu aku berharap orangtua nggak
akan pernah tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
g) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Sama pacar mbak, o ya temen deket aku juga yang sudah capek-capek cari
informasi itu.he
h) Apa kiranya temen anda bisa menjaga rahasia ini?
Nggak tau juga mbak, kalau seandainya dia sudah ngomong sama tementemennya yang lain ya mau gimana lagi. Aku sih cuek saja mbak, ini kan
hidup ku. Tau apa sih orang tentang aku.
i) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Nggak ada mbaks selain sahabat saya itu. Kayak gini kan aib ya, jadi sebisa
mungkin dan kalau bisa Cuma kita berdua saja yang tau masalah ini. Malu lah
mbak.

112

j) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Sekitar 1 mingguan lah mbak. karna saya sudah mantap dengan ini (aborsi)
k) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Yang paling dominan ya aku sendiri. Karna kan disini aku yang hamil dan
yang ngerasain sakit atau giman-gimananya aku. Jadi yang tau aku ya aku.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.
a) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
Solusi yang kita sepakati yaitu aborsi dan kita ke dukun pijet, soalnya kalau
ke dokter atau bidan itu nggak berani. Selain biayanya, kita juga nggak ada
link yang bisa membantu buat kesana, ya kalau dokter kan belum tentu mau
juga, harus dengan alasan yang bener bener bisa diterima dan tidak merugikan
dari si ibu atau pun calon janin itu.
b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Ya disini aku kan masih kuliah, cowokku juga masih kuliah belom punya
kerja. Gimana juga cara ngadepin orang tua. Kita disini masih sama-sama
belum siap. Jadi tiga hal itu yang menjadi dasar pertimbanagan kita sehingga
memilih aborsi ini.
c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan
tertentu dari pasangan anda?
Kalau keberatan-keberatan gitu nggak ada ya mbak, saya sendiri juga seudah
mantap buat semua ini. Paling cuma cowokku saja ngarasa kasian dan nggak
tega gitu aku menanggung sakit itu sendiri.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?

113

Aku nganngep ini alternatif yang paling baik dan paling tepat meskipun itu
membahayakan nyawaku. Alasannya ya aku belum siap buat ngadepin orang
tua, nggak pengen mengecewakannya dan aku masih pengen ngelanjutin
study ku.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Ya setuju sama solusi itu, itu juga merupakan hasil kesepakatan kita berdua.
Alasannya dia ya sama kayak aku, nggak pengen ngecewain orang tua dan
masih pengen ngelanjutin kuliahnya. Karna kalau kita, meskipun cuma dapet
gelar S1 bakalan mempermudah buat semuanya.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Kita disini kan tidak melibatkan orang lain mbak, hanya kita berdua yang tahu
sama temen deketku itu, ya temen deketku juga nyaranin aborsi juga.
Walaupun sebelumnya dia nggak setuju.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Kemungkinan terburuk ya bisa saja aku mati pendarahan mbak. Karna aku liat
di berita-berita itu kan kebanyakan dalam proses aborsi itu mati gara-gara
pendarahan. Aku juga sempet berkhayal gimana ntar pendarahannya, tapi
ternyata pendarahan yang aku alami nggak sama seperti khayalanku itu. Cuma
seperti menstruasi biasa.
h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Waktu itu aku nggak ampe berpikiran sejauh itu ya mbak,saya hanay bisa
berdoa saja. kalau kemungkinan memang benar-bener terjadi kemungkinan
terburuk itu ya aku ngangepnya ya nasibku gitu udah. Nggak tau kalau
cowokku ya, soalnya kita berdua nggak pernah membahas sampe kesitu. Yang
ada dipikirannya cuma bagaimana ngilangin itu yang ada di perut.

114

4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan


a) Bagaimana cara anda untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
tersebut?
Caranya ya aku harus bener-bener yakin sama keputusan itu dan bener-bener
berharap keputusan itu hasilnya terbaik buat kita berdua, meskipun dalam
hatiku sedih ya mbak harus membunuh calon janin di perutku ini. Meskipun
pikiran ya kadang-kadang kemana-mana, nggak bisa fokus. Kan ini juga
merupakan keputusan mati atau hidup.
b) Apakah anda menemui kegagalan untuk melaksanakan salah satu cara yang
telah anda lakukan tersebut?
Alhamdulillah ya mbak, semuanya berjalan lancar meskipun harus bolak balik
ke tukang pijetnya itu. Ya tempatnya lumayan jauh lah dari tempatku.
c) Kira-kira berapa kali anda ke tukang pijet tersebut? Dan kira-kira seberapa
jauh tempatnya?
Ke dukunnya sih dua kali kesana untuk pijet, kalau jauhnya berapa ya..itu kan
di daerah Bondowoso, tapi masih masuk-masuk di daerah desa, ya kira-kira
satu jam lah dari Jember kalau naik motor.
d) Siapakah yang membantu anda untuk melaksanakan cara yang sudah anda
pilih tersebut?
Kita minta bantuan sama dukun pijet. Sebelumnya sih saya sudah
mengkonsumsi obat-obatan penggugur kandungan itu mbak. Temen deketku
Cuma bantu dalam informasi tentang tempat-tempat untuk melakukan aborsi
itu. Kalau dalam penanganan aborsinya ya dukun pijet itu, nggak ada pihak
medis yang terlibat. Selain biayanya, kita juga nggak ada realasi buat kesitu.
e) Dimanakah anda melaksanakan cara yang sudah anda pilih tersebut?
Dikostan sama di rumah dukun pijet itu mbak. Karna dukun pijetnya itu di
daerah bondowoso. Nggak mungkin kan aku manggil tukang pijetnya ke
kosatan ku. Kalau dikosan ya kayak minum obat-obatan sama jamunya itu.

115

f) Apakah teman-teman kosan anda tidak curiga dengan melihat jamu dan obatobatan itu, bagaimana anda menjelaskannya?
Ya itu kan kan kamar ku mbak, jadi aku nggak sembarangn memasukkan
orang laen ke kamarku dan pastinya aku nyimpen barang-barang itu serapi
mungkin hingga nggak buat orang lain curiga yang melihatnya.
g) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
Kalau ke dukun pijetnya 2 kali gitu, itu jaraknya selisih seminggu sama
pertama pijetnya itu. Kalau obatnya ngabisin sekitar 5 pil kalau nggak salah
dan jamunya lebih banyak lagi. Hingga bener-bener darah yang keluar itu
bersih, nggak lagi kluar. Ya dituntaskan dengan minum jamu itu.
h) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?
Saya hanya meyakinkannya mbak. soalnya pas waktu hampir melaksanakan
keputusan itu, keliatannya dia rada-rada ragu. Katanya sih kasian dan nggak
tega ngeliat saya harus menanggung itu semua.
i) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Yang paling dominan ya saya sama pacar saya mbak. karna ini keputusan kita
dan kita sama-sama menyetujuai keputusan itu.
j) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Ya tentu saja cowokku lah mbak. Setelah itu baru temen deketku yang udah
bantuin itu. Aku nggak pernah menceritakan masalah ini ke oranng tua, cari
mati mbak. Jadi sampai detik ini nggak ada yan tau selain aku, pacarku dan
temen deketku itu mbak.

116

k) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ya turut bersyukur lah mbak, karna sudah berhasil dan nggak dapat masalah
yang lebih besar lagi. Masalah yang lebih besar lagi ya itu hubungan dengan
orang tua, orang tua jangan sampe tau masalah ini. Biar aku aja yang
nanggungnya, toh sekarang saya sehat nggak terjadi apa-apa. Dan sarannya
dari temen deketku ya jangan sampe terulang kejadian ini lagi.

117
Lampiran 3

Kategorisasi Data Informan


No
1

Kategorisasi data
Reaksi ketika mengetahui hamil

Koding

Rencana terkait kehamilan diluar


nikah

Informasi apa dan darimana


informasi diperoleh terkait dengan
permasalahan kehamilan dan
aborsi

Pihak yang membantu dalam


mengumpulkan informasi tentang
aborsi
Waktu untuk mengumpulkan
informasi tentang aborsi
Cara pasangan mengolah informasi yang diperoleh tentang aborsi
Alternatif lain yang dipersiapkan
selain aborsi
Proses diskusi dalam menyusun
alternatif aborsi

5
6
7
8

Alasan memilih aborsi

Mereka bingung mengetahui kehamilan


pasangannya dan tidak tahu harus berbuat
apa
Setelah mengetahui kehamilannya kaget
dan menangis karena ketakutan
Merayu pasangan untuk melakukan aborsi
Langkah aborsi yang dijadikan
penyelesaian masalah kehamilan diluar
nikah
Mencari informasi tentang makanan,
obat-obatan atau jamu untuk
menggugurkan kandungan
Informasi diperoleh dari artikel di internet
sahabat yang sebelumnya pernah
melakukan aborsi
Pasangan
1-2 minggu
1 bulan
Mendiskusikan dengan pasangan
Tidak memiliki alternatif lain selain
aborsi
Sama-sama menyetujui proses aborsi
Mendiskusikan tentang donasi
Tidak ada
Belum siap untuk menjadi seorang ayah
Masih berstatus mahasiswa
Kehamilannya diluar nikah karena
merupakan aib bagi keluarga
Karena pertimbangan usia janin yang
masih dibawah 4 bulan
Belum memiliki pekerjaan
Aborsi dinilai lebih efektif dan
merupakan pilihan terbaik

118

No

Kategorisasi data

10. Kesiapan pasangan dan


kemungkinan terburuk apa dalam
melakukan aborsi

Koding

Diketahui oleh orang tua


Ditinggal pasangan
Diketahui oleh lingkungan
Sulit untuk memiliki anak lagi
Jika proses aborsi tidak optimal dapat
menyebabkan kanker
Dapat terjadi pendarahan
pasangan siap menghadapi semua
kemungkinan terburuk
pasangan hanya bisa berdoa untuk
keselamatan pasangan wanita

11

Pihak yang merencanakan


alternatif solusi

pasangan
sahabat terdekat yang pernah melakukan
aborsi

12

Waktu yang dibutuhkan dalam


merancang alternatif solusi

1 minggu
1 bulan

13

Pihak yang paling dominan dalam


merancang alternatif solusi

Pihak wanita
Pihak pria

14

Cara melaksanakan keputusan


yang telah diambil

Pasrah terhadap keputusan yang telah


diambil
Pasangan siap dan yakin akan tindakan
yang akan dilaksanakan

15
16

Pengalaman kegagalam dalam


melakukan aborsi
Pihak yang membantu proses
aboesi

17

Tempat melakukan aborsi

18

Tahapan melakukan aborsi

19

Bentuk dukungan pasangan pria


terhadap pasangannya

Tidak ada kegagalan dalammelakukan


aborsi
Bidan
Dukun pijat
Di rumah tukang pijat
Di rumah bidan
3 kali tahapan (check-up kandungan,
pelaksanaan aborsi, check-up dari hasil
aborsi)
2 kali tahapan (pijat dan mengkonsumsi
obat-obatan)
Menghibur
Menanamkan keyakinan untuk optimis

119

No

Kategorisasi data

Koding

20

Pihak pertama yang diberitahu


tentang keberhasilan aborsi

Pasangannya
Sahabat

21

Saran dari pihak yang diberitahu


terkait tentang aborsi yang
dilakukan

Lebih berhati-hati dalam berhubungan


Jangan mengulang kesalahan tersebut

22

Kepuasan terhadap tindakan yang


telah dilakukan

Pasangan pria puas, lega dan bahagia


terhadap keberhasilan aborsi

120
Lampiran 4

Wawancara dengan Informan MW

Wawancara dengan Informan TN

Anda mungkin juga menyukai