SKRIPSI
Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Sosial
Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142
PERSEMBAHAN
ii
MOTTO
Inginkan, rasakan itu sudah terjadi, kreativitas otak akan mencari jalan, badan akan
menuju kesana dan akhirnya terwujud
iii
PERNYATAAN
: 070910301142
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142
iv
SKRIPSI
Oleh
Evi Nurfayanti
NIM 070910301142
Dosen Pembimbing
Fransiscus Adi P.A.KS.Msi
NIP. 17309092 008122 1 002
PENGESAHAN
Tim Penguji:
Ketua
Sekretaris
Anggota
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
vi
RINGKASAN
yang
berjudul
proses
pengambilan
keputusan
mahasiswa
vii
Penelitian ini dilakukan di daerah atau wilayah yang ditempati oleh subyek
yang akan diteliti. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa
mahasiswi pelaku aborsi bisa dijumpai di daerah atau wilayah tempat tinggalnya
tersebut dan merupakan tempat yang aman bagi subyek untuk menceritakan masalah
yang dihadapinya tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosial interpretatif, jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dan
penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling
dengan jumlah informan sebanyak 4 orang. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara (indepth interview), dan
studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan induksi konseptualisasi dengan
beberapa tahapan yaitu pengumpulan data mentah, transkrip data, pembuatan koding,
kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi dan penyimpulan akhir.
Sedangkan untuk teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data dan
teori.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah proses-proses dalam
melakukan keputusan aborsi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap pencarian
informasi, tahap perancangan solusi, tahap memilih solusi dan tahap pelaksanaan
dilakukan. Dan dalam tahap proses melakukan keputusan tersebut terdapat berbagai
kendala yang terjadi.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Proses
Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember Dalam Melakukan Aborsi.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Kesejahteran Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Franciscus Adi P, A.KS, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan, memberi wawasan, dan meluangkan waktu, pikiran, serta perhatian
dari tahap awal sampai penyusunan skripsi ini,
2. Drs. Partono M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan selaku
dosen pembimbing akademik selama menempuh perkuliahan,
3. Prof.Dr. Harry Yuswadi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember,
4. Bapak dan Mimi ku tercinta, dan semua teman-teman Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial 2007, khususnya Yessy Widyastuti, I Putu Agus M.P, Arwah Agung
Sukmono, Oktiano Regian Zufri, Arif Khumaidi, dan Yulia Ayu Indriani,
5. Seluruh pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang tidak bisa disebut satu persatu,
6. Bapak dan Ibu Tim penguji Skripsi pada Jurusan Kes. Sos. FISIP Universitas
Jember, yang telah memeberikan saran dan waktu,
7. Almamaterku, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, yang
telah mengantarkanku kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
ix
Dengan segala hormat, penulis menerima segala kritik dan saran dari berbagai
pihak serta berharap skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca
khususnya dan semua pihak pada umumnya.
Evi Nurfayanti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................
vi
RINGKASAN .......................................................................................................
vii
PRAKATA ............................................................................................................
ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................
xi
xiv
10
11
2.3.1
12
14
2.4.1
Pengertian aborsi......................................................................
14
2.4.2
16
17
24
xi
25
25
25
26
26
30
3.5.1
Observasi..................................................................................
30
3.5.2
Wawancara...............................................................................
32
3.5.3
35
35
40
44
44
44
4.2.1
Umur Informan.........................................................................
45
4.2.2
45
4.2.3
46
46
4.3.1
4.3.2
48
53
4.3.3
60
4.3.4
62
71
4.4.1
71
4.4.2
72
4.4.3
72
4.4.4
Kendala Pelaksanaan................................................................
73
xii
BAB 5. PENUTUP................................................................................................
74
74
76
78
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Pedoman Wawancara
Lampiran 2.
Transkip Wawancara
Lampiran 3.
Kategorisasi Data
Lampiran 4.
Dokumentasi Penelitian
xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
memiliki
suatu ikatan
Wijayanto (Suara
Merdeka, 2 Agustus, 2002) menyatakan bahwa 97% mahasiswa dari 1660 responden
di Jember sudah pernah melakukan hubungan seks pra-nikah, bahkan dari 1660
responden tersebut 23 orang (1,38 %) mengaku telah kumpul kebo atau tinggal
serumah tanpa menikah selama lebih dari 2 tahun, 5 orang (0,3%) mengaku telah
mendapat ijin dari orang tua dan 2 orang (0,12%) telah tinggal seatap dengan
orang tua tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah.
Di dukung dengan hasil survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam
Indonesia
yang
mengalami
masalah
kehidupan seks terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Fadillah (2001).
Penelitian Persitarini (Jawa Pos, 31 Desember 1997) terhadap perilaku seks remaja
yang menunjukkan hasil yang mencengangkan dimana penelitian tersebut
menunjukkan bahwa
90% wanita
Legalitas,
negara di dunia isu aborsi adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik
atas kontroversi etika. Aborsi dan masalah-masalah yang berhubungan dengan aborsi.
Keputusan untuk melakukan aborsi dari 1.500.000 kasus di Indonesia dilatar
belakangi oleh berbagai macam faktor. Sebagian besar yakni 41,2 % karena
jumlah anak sudah cukup, 16,1 % karena anak terakhir masih kecil, dan belum siap
punya anak sebanyak 10,2 %. Aborsi dilakukan dengan alasan menempati jumlah
terbesar adalah mengalami kegagalan pemakaian alat kontrasepsi sekitar 48 %,
sementara alasan karena masih remaja sekitar 27 % sisanya karena profesi pekerja
seks komersial 9 % dan 9 % karena kehamilan akibat perkosaan & incest
(hubungan sedarah) (Anshor, 2006). Selain itu alasan lain dalam melakukan aborsi
adalah kehamilan terjadi akibat hubungan kelamin diluar perkawinan, alasan sosio
ekonomis, sudah mempunyai cukup anak, belum mampu punya anak serta kehamilan
akibat perkosaan (Ekotama dkk, 2001).
Penemuan peneliti pada kasus aborsi yang terjadi pada mahasiswi di
salah satu Perguruan Tinggi di Jember. Seperti pengakuan dari salah seorang dukun
pijat (non-medis) yang biasa dijadikan jujugan mahasiwa dan remaja untuk
menggugurkan kandungan. Sebut saja nama dukun Pijat tersebut Bu Karman, warga
Kecamatan Pakusari. Pengakuan Bu Karman, Mahasiswa asal Unej sering ke sini bila
dihitung, sedikitnya ada 50 mahasiswa dan pelajar yang sudah ditanganinya. Terkait
tarif, setiap pasien cukup menyerahkan mahar senilai 500 ribu rupiah (Radar Jember,
10 November 2009). Kasus ini memperkuat tindakan aborsi yang semakin meningkat,
terutama dikalangan mahasiswa akibat perilaku seks pranikah yang berdampak pada
kehamilan yang tidak diinginkan.
Keputusan untuk melakukan aborsi menjadi satu jalan terbaik yang dianggap
mampu menyelesaikan masalah yang sedang dialami. Aborsi telah menjadi salah satu
penyakit atau perampasan hak seseorang untuk menikmati kehidupannya, baik
kehidupan ibunya maupun calon janinnya. Aborsi atau juga bisa disebut dengan
pengguguran kandungan, yaitu mengeluarkan janin yang ada dalam perutnya sebelum
waktunya, baik disengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat usia janin masih muda
atau sebelum bulan ke empat masa kehamilan. Aborsi merupakan perilaku yang
beresiko tinggi, dan semua itu terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
Perempuan selalu menjadi korban, tersubordinasi dalam hukum, budaya
bahkan dalam hak-hak reproduksinya sendiri. Rahim, di mana janin tumbuh berada di
bawah kendali perempuan sebagai pemilik alat reproduksi. Itu sebabnya aborsi selalu
dikaitkan sebagai masalah perempuan, kesalahan perempuan. Lelaki seakan menjadi
bagian yang terpisahkan dalam permasalahan ini. Kehamilan Tidak Diinginkan
(KTD) terjadi karena adanya hubungan seksual antara lelaki dan perempuan. Dalam
hal ini lelaki turut berperan serta mengakibatkan terjadinya KTD yang berbuntut pada
aborsi. Lelaki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam
hal aborsi. Zumrotin K. Susilo dari Forum Kesehatan Perempuan menyatakan bahwa
KTD bisa disebabkan kurangnya akses pada alat kontrasepsi atau kegagalan
kontrasepsi, kemampuan ekonomi, inses, atau perkosaan. Selain itu juga karena
diabaikannya hak reproduksi perempuan.
Masyarakat pada umumnya tidak melihat bahwa seringkali laki-laki menjadi
pendorong utama terjadinya aborsi. Para pelaku aborsi secara sadar, menyadari
bahwa tindakan aborsi melanggar nilai sosial serta hukum positif, dengan alasan
untuk menutupi aib atau ketidakmampuan mempertanggung jawabkan perilaku seks
bebas yang telah mengakibatkan kehamilan tidak dikehendaki, maka dipilihlah jalan
pintas yaitu aborsi yang dipikirnya dapat menyelesaikan masalahnya tersebut.
Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang
mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya
mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya
mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila
sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu berempati yang
bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita
ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya (Prayitno, 1997). Proses
pengambilan keputusan dalam masalah yang dilematis ini terjadi karena mahasiswa
tersebut dihadapkan pada beberapa faktor, faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu sendiri, dalam arti
perilaku aborsi muncul karena alasan kesehatan perempuan yang mengandung
tersebut tidak memungkinkan untuk melahirkan bayinya, karena bisa menyebabkan
kematian bagi sang ibu. Dan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari
luar, dalam arti perilaku aborsi terjadi karena dipengaruhi oleh orang lain dan
lingkungan sekitar. Seperti: desakan laki-laki yang menghamili, belum siap punya
anak, masalah ekonomi, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perilaku seksual yang tinggi akan mengakibatkan seseorang mempunyai sikap
permisif yang tinggi terhadap aborsi.
Berdasarkan pada pertimbangan bahwa cukup banyaknya remaja yang
melakukan hubungan seksual pranikah, sehingga terjadi kehamilan tidak dikehendaki
yang berakhir dengan aborsi. Peneliti menemukan bahwa alasan atau latar belakang
subjek untuk melakukan aborsi jauh dari alasan serta melihat fakta yang terjadi
adanya ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan, terutama pada kasus aborsi
dimana perempuan kurang memiliki kekuasaan terhadap dirinya sendiri sehingga
perempuan cenderung tidak terlindungi dan berakibat terjadinya pelanggaran atas
kesehatan hak reproduksinya, sehingga dari uraian diatas penulis bermaksud
mengungkap lebih mendalam
Kondisi ini menyebabkan remaja akan aktif secara seksual yang ditandai dengan
ketertarikan terhadap lawan jenis. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh seperti mudahnya akses untuk mendapatkan produk yang berbau
pornografi, lemahnya kontrol orang tua dan juga pengaruh teman sebaya.
Masalah aborsi ini bisa disebabkan karena beberapa tekanan yang ada. Seperti
tekanan dari laki-laki sebagai pasangan perempuan tersebut, tekanan dari lingkungan,
tekanan nilai-nilai moral yang ada, tekanan karena kesehatan dan terakhir
menyangkut harga diri sang perempuan. Bahkan perempuan disini mempunyai beban
ganda, sebagai pelaku dan juga sebagai korban. Berdasarkan hal yang sudah
dipaparkan di atas, penelitian ini memilih fokus pada:
a. Bagaimana proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas Jember (UNEJ)
Dalam Melakukan Aborsi
b. Bagaimana kendala dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas
Jember (UNEJ) dalam melakukan aborsi.
untuk
melakukan
aborsi
pada
mahasiswi
yang
didalamnya
includes the broad range of policies and services wich are concerned with
various aspect of people live their income, security health, housing, education,
recreation, cultural tradition, etc.
(kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan
dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam
masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, rekreasi budaya,
dan lain sebagainya).
Kesejahteraan sosial mencakup usaha sosial yang terorganisir dan tujuan
utama kesejahteraan sosial yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya yang
berdasarkan konteks sosial. Bila unsur-unsur yang didalamnya sudah tercapai seperti
pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, rekreasi budaya, maka akan menciptakan
kehidupan yang sejahtera.
Kesejahteraan sosial diantaranya juga mencakup kesejahteraan seseorang atas
kehidupannya sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni
terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2006). Kesejahteraan sosial dilihat
dari sudut pandang sebagai suatu keadaan (kondisi) dapat dilihat dari rumusan UU
No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2
ayat 1: kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan bertahan hidup sosial
materiil maupun spirituil yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Adi, 2005:16).
Dan kesejahteraan disini juga mencakup tentang kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh. Menurut Abraham H. Maslow (dalam T. Sumarnonugroho
1984:6) menguraikan lima tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut:
1) Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makan, dan sebaginya)
2) Kebutuhan rasa aman (jaminan agar dapat bertahan dalam penghidupan
dan kehidupan serta terpuaskan kebutuhan dasarnya secara
berkesinambungan)
10
11
pengaruh teman sebaya, mudahnya akses internet. Prilaku seks bebas ini bukan hanya
terjadi dikalangan orang (dewasa) yang sudah berkeluarga saja, akan tetapi kalangan
remaja khususnya pada mahasiswa juga banyak terjadi. Karena mahasiswa disini
telah masuk kedalam pergaulan free sex atau hubungan seksual pranikah. Yang
dimaksud dengan free sex (seks bebas) adalah hubungan seksual yang dilakukan
diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi (Artikel,
2012).
Salah satu resiko dari perilaku seks bebas tersebut adalah terjadinya
kehamilan tidak diinginkan (KTD). Menurut survey yang dilakukan oleh Widani
(Sawabi, 2009) dalam Kita sayang remaja, mengatakan bahwa kehamilan tidak di
inginkan (KTD) pada remaja kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga
200.000 kasus tiap tahun. Dan survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota
besar di Indonesia, KTD mencapai 37.000 kasus, 27% di antaranya terjadi dalam
lingkungan pranikah dan 12,5% adalah pelajar.
Lazulva dalam Tinceuli Sinaga (2005:11), sebanyak 560 kasus (10,89%)
kehamilan tidak dikehendaki (KTD), unwanted pregnancy sepanjang tahun 2004,
terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Bila
dilihat dari proporsi yang mengalami KTD terbagi untuk pendidikan Sekolah
Menengah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 1,24% dan proporsi Sekolah
Menengah Umum (SMU) ada 16,6%. Adapun selebihnya adalah kelompok
mahasiswa.
12
seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Simanjuntak
(dalam prastawa & Lailatushifah, 2009) menyatakan bahwa prilaku seksual pranikah
adalah segala macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai
dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang
dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah. Berdasarkan definisi-definisi
yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku seksual pranikah adalah
segala prilaku yang didorong oleh hasrat seksual seperti bergandengan tangan,
berciuman, bercumbu dan bersenggama yang dilakukan oleh pria dan wanita tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.
2.3.1
13
e. Pemahaman
Pemahaman kehidupan sosial akan membuat remaja mampu untuk mengambil
keputusan yang akan memberikan pemahaman prilaku seksual dikalangan remaja.
Remaja yang mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai
yang dianutnya akan menampilkan prilaku seksual yang sehat.
f. Pengalaman Seksual
Semakin banyak remaja mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual
maka semakin kuat stimulasi yang mendorong munculnya prilaku seksual
tersebut, misalnya melihat gambar-gambar porno diinternet ataupun mendengar
obrolan dari teman mengenai pengalaman seksual.
g. Pengalaman dan Penghayatan Nilai-Nilai Keagamaan
Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai nilai-nilai keagamaan,
integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan seksual selaras dengan
nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari prilaku yang produktif.
h. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian seperti harga diri, kontrol diri dan tanggung jawab akan
membuat remaja mampu mengambil dan membuat keputusan.
i. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi
Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami prilaku seksual serta alternatif cara
yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prilaku seksual pada remaja/mahasiswa menurut Pratiwi (2004) yaitu
biologis, pengaruh teman sebaya, pengaruh orang tua, akademik, pemahaman,
pengalaman seksual, pengalaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, kepribadian
dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
14
2.4 Aborsi
2.4.1
Pengertian aborsi
Aborsi dalam bahasa Latin; abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum
15
tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih atau kompeten dalam melakukan praktik aborsi dan menggunakan sarana
yang tidak memadai (Sudarsono, 1995)
Pada dasarnya aborsi kebanyakan dilakukan oleh remaja, dan ini juga terjadi
dikalangan mahasiswa. Aborsi ini terjadi karena kehamilan diluar nikah dan menjadi
kehamilan tidak dikehendaki (KTD). Aborsi yang dilakukan oleh remaja diluar nikah
ini karena dipengaruhi oleh moralitas dan sanksi-sanksi sosial. Moralitas sosial itu
tidak berpengaruh banyak terhadap wanita-wanita hamil yang sudah kawin,
sebaliknya moralitas dan sanksi-sanksi sosial tersebut berat menekan dan mengancam
status wanita hamil yang tidak kawin (Kartono, 1992:123).
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for
Social Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan
sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi
dalam rahim, sebelum usia janin mencapai 20 minggu. (http://www.nedstatbasic.net).
Encyclopedia Britania The American College Of Obstericians and
Gyneologist menyebutkan terdpat dua jenis aborsi, yaitu :
a. Accident abortion, yaitu penghentian kehamilan sebelum kematangan yang terjadi
selama alami, tanpa perlakuan medis.
b. Trerapeutic abortion, yaitu penghentian kehamilan melakukan perlakuan tenaga
medis, melalui operasi atau penggunaan RU486 atau beberapa terapi lainnya.
Beberapa kelompok masyarakat yang pro kehidupan mendefinisikan aborsi
sebagai sebuah tujuan untuk menghalangi proses perkembangan yang dari waktu ke
waktu konsepsi hingga melahirkan.
Di indonesia aborsi jelas-jelas sangatlah dilarang, meskipun dalam HAM
aborsi diperbolehkan. Seorang perempuan mempunyai hak untuk melakukan aborsi
karena merupakan bagian dari hak kesehatan reproduksi yang sangat mendasar.
Aborsi menjadi suatu kebutuhan bagi perempuan yang mengalami kehamilan yang
tidak dikehendaki, karena adanya beberapa alasan seperti kegagalan akibat
16
2.4.2
aborsi adalah kekhawatiran akan gagalnya studi yang sedang dijalani, ketidaksiapan
17
18
keputusan.
Teori-teori
yang
dimaksud
yaitu:
teori
Rasional
19
Pandangan
inkrementalisme
memberikan
kemungkin
untuk
20
kecil
dan
hal
ini
lebih
diarahkan
untuk
memperbaiki
Model
pengamatan
terpadu
juga
memperhitungkan
tingkat
21
salah satu berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Dampak dari suatu
keputusan yang diambil berbeda-beda, ada yang sempit dan ada yang luas ruang
lingkup yang terkena dampak atau pengaruh tersebut. Pada umumnya suatu
keputusan dibuat dan diambil dalam rangka untuk memecahkan suatu permasalah
atau persoalan (problem solving), setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang
akan dicapai.
Beberapa keputusan bisa berulang kali dibuat secara rutin dan dalam bentuk
persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan. Keputusan-keputusan semacam ini
dapat ditempuh secara efektif dengan mengikuti peraturan-peraturan atau pola-pola
yang telah dikukuhkan dalam bentuk juklak (petunjuk pelaksanaan) yang telah
dilaksanakan dan ada sebelumnya. Intuisi dan pertimbangan (judgment) dari orangorang yang mempunyai pengalaman seperti tipe persoalan tersebut merupakan
narasumber (resource person) yang sangat penting dalam suatu organisasi di mana
keputusan akan diambil. Di dalam banyak situasi keputusan, tanggung jawab untuk
memilih suatu alternative-alternative yang ada terletak pada perorangan (individual)
yang mengambil keputusan untuk kepentingannya sendiri atau atas kepentingan suatu
organisasi yang diwakilinya. Di dalam kesempatan lain suatu keputusan mungkin
dapat diambil oleh beberapa orang bersama-sama (a group of individuals) yang
bertindak sebagai anggota suatu kelompok.
Bagian dari proses keputusan dalam situasi semacam itu terdiri dari beberapa
diskusi yang dilakukan secara terpisah, dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan
atau modifikasi dari pendapat (opinions) dari seorang atau lebih anggota kelompok.
Proses mungkin sampai pada konsensus di antara para anggota yang terlibat dalam
proses pembuatan keputusan, kemudian konsensus tersebut dapat dipergunakan untuk
dasar pengambilan suatu keputusan, atas nama kelompok (group), sehingga
keputusan seolah-olah diambil/dibuat oleh pengambil keputusan tunggal. Proses
diskusi ini mungkin sampai pada tahap konsensus di antara para anggota kemudian
konsensus atau permufakatan bersama tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar
pengambilan suatu keputusan atas nama anggota.
22
Situasi yang lebih kompleks mungkin terjadi jika kelompok individu tersebut
tidak dapat sampai pada keputusan yang dapat disetujui bersama atas nama
kelompok. Hal ini mungkin bisa terjadi jika beberapa atau bahkan semua anggota
kelompok mempunyai tujuan masing-masing yang sangat berbeda, bertentangan satu
sama lain. Di dalam keadaan seperti ini, kelompok-kelompok kecil (sub group)
mungkin di bentuk oleh opini atau pendapat yang berbeda-beda dan berusaha
memberikan suatu keputusan yang bulat atas nama dapat dibuat, mungkin diperlukan
waktu bagi kelompok-kelompok kecil tersebut bertemu dan berdialog guna mencapai
suatu kesepakatan bersama. Ketua-ketua kelompok kecil mungkin melalui perbedaan
yang sengit, berhasil berkompromi, memilih alternatif terbaik untuk kelompoknya
atau
keluarganya
dan
diri
waria
tersebut.
Mereka
kemudian
bertemu
23
terjadi sesuatu keputusan yang mendapat persetujuan bersama mungkin menjadi lebih
lama untuk mencapainya atau justru terjadi kegagalan.
Persoalan pengambilan keputusan berkenaan dengan ruang lingkup situasi
yang luas sekali melibatkan peserta pengambil keputusan secara perseorangan (
individual) atatu kelompok individu (a group of individuals), keputusan mana
mempunyai dampak yang luas sekali, melalui suatu proses perdebatan yang panjang
dan melelahkan. Setiap situasi mempunyai ciri atau sifat yang unik dan tak ada
duanya.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dimengerti bahwa proses
pengambilan keputusan adalah runtutan sebuah proses perbuatan yang menuju pada
sebuah perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu yang telah ada dan dipilih
atau diputuskan dalam diri seorang individu.
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan suatu langkah atau tahapan untuk
mencapainya. Simon (1960), memperkenalkan empat aktivitas atau tahapan dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu:
1) Intelegence: pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan
permasalahan.
2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan
masalah.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang
disediakan.
4) Implementation: Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan
Dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa Universitas Jember dalam
melakukan aborsi ini menggunakan tahapan-tahapan yang diperkenalkan oleh Simon
(1960), yaitu intelegence (pengumpulan informasi untuk mengindentifikasikan
permasalahan), Design (Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan
masalah), Choice (Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang
disediakan, Implementation (Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan).
Tahapan-tahapan ini dipergunakan untuk mengumplkan data-data.
24
25
26
Mengacu pada latar belakang dan tujuan dari penelitian di atas maka
penelitian ini menekankan pada deskripsi dari fokus penelitian ini yaitu Bagaimana
Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) Dalam
Melakukan Aborsi.
27
28
informan bagi peneliti adalah membantu secepatnya dan tetap seteliti mungkin yang
dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum
mangalami latihan etnografi. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
orang yang paling banyak mengetahui keseluruhan informasi dari berbagai sumber,
kemudian peneliti mencari informan kunci. Apabila pemulihan informan benar-benar
jatuh pada subyek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (objek),
maka keuntungan bagi peneliti karena tidak memerlukan banyak informan lagi,
sehingga penelitian cepat selesai. Jadi, yang menjadi kepedulian peneliti kualitatif
adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada.
Dalam penelitian dengan topik Proses pengambilan keputusan mahasiswaa
dalam melakukan aborsi: studi kasus pada mahasiswa Universitas Jember (UNEJ),
Kabupaten Jember, teknik digunakan adalah snowball sampling. Menurut Sugiono
(2009:52) :
snowball merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar, hal ini dilakukan karena
jumlah dari sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data
yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai
sumber data, dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin
besar , seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung, dengan cara peneliti
memilih orang tertentu yang dipetimbangkan akan memberikan data yang diperlukan.
Selanjutnya, berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampelnya tersebut,
peneliti akan menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan
data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang dinamakan teknik snowball sampling.
Informan kunci (informant key) yang dijadikan informan dalam penelitian ini
yaitu remaja atau mahasiswa Universitas Jember, Kabupaten Jember, yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
a. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif dari Perguruan tinggi Universitas Negeri
Jember, Kabupaten Jember.
29
30
Observasi
Metode ini digunakan sebagai metode pendahuluan, artinya dalam penelitian
ini metode observasi digunakan sebagai pengamatan awal untuk mengetahui situasi
dan kondisi obyek yang akan diteliti. Penulis disini melakukan pengamatan awal
dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung obyek yang akan
dijadikan sasaran yaitu remaja/mahasiswa Universitas Jember, Kabupaten Jember
yang pernah melakukan praktek aborsi, sehingga dapat melihat fakta-fakta yang
terjadi di lapangan. Irawan (2006:71) menyatakan bahwa:
Observasi juga tidak mudah digunakan. Teknik ini memerlukan sensitifitas
dan kejelian yang sangat tinggi dari penelitinya. Objek yang di evaluasi bisa
bersifat nyata (tangible) seperti benda-benda, gerakan, perilaku. Tetapi objek
juga bisa bersifat intangible seperti suasana atau situasi. Anda bisa merekam
suara-suara mendesis seperti angin (tangible), atau anda melaporkan hasil
pengamatan berupa suasana sunyi senyap yang mencekam (intangible).
Observasi merupakan cara pengumpulan data yang cukup efektif dalam
sebuah penelitian karena bisa jadi apa yang didengar, tidak sama dengan apa yang
dilihat. Untuk menepis pengertian atau asumsi-asumsi dalam pengumpulan data yang
keliru maka apa yang telahh didapatkan dari hasil wawancara paling tidak masih ada
sinergi logis dengan apa yang juga dilihat oleh peneliti, sehingga walaupun ada tidak
ada kesamaan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi nantinya,
maka sedapat mungkin peneliti bisa dengan mudah untuk memahami dan membuat
analisa kecocokan (klarifikasi) antara data dan fakta yang telah terkumpul tersebut.
Pelaksanaan kegiatan observasi ini akan dilakukan oleh peneliti secara formal dan
non-formal dalam kondisi waktu yang tidak ditentukan (pagi hari, siang hari, sore
hari ataupun malam hari). Dalam suatu penelitian kualitatif, objek pengamatan
biasanya suatu situasi sosial tertentu. Menurut Faisal (1990:78), terdapat sembilan
item utama yang dapat diobservasi pada suatu situasi sosial, yaitu:
1) Gambaran keadaan tempat dan ruang tempat suatu situasi sosial
berlangsung dengan mencatat pada catatan lapangan, contohnya pada saat
pendekatan terhadap subyek.
31
32
3.5.2
Wawancara
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering
33
34
Dalam penelitian terdapat pokok-pokok atau garis besar pertanyaan yang akan
dilontarkan dan dijadikan pedoman dalam wawancara (interview guide), informan
juga dapat memberikan asumsi dan menafsirkan sesuatu seputar permasalahan yang
dihadirkan. Menurut Suyanto dan Sutinah (2005:56), interview guide adalah
semacam rambu-rambu yang dipergunakan untuk mengarahkan seorang peneliti agar
tidak terjebak mencari data si luar permasalahan dan tujuan penelitiannya. Interview
guide umumnya berisikan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dan ingin
memperoleh jawaban yang mendalam. Rangkaian pertanyaan yang tersusun dalam
interview guide tidak dilengkapi dengan pilihan jawaban yang sudah ditemukan
terlebih dahulu, tetapi jawaban yang dikehendaki justru seluas, serinci, dan selengkap
mungkin.
Dalam pelaksanaanya di lapangan, wawancara dilakukan oleh peneliti secara
terbuka dan terarah dengan menggunakan pedoman wawancara (intervie guide),
berhadap-hadapan, secara mendalam (in-depth interview) serta dalam keadaan
suasana
yang
mendukung
seperti
tersedianya
waktu
yang
cukup
untuk
35
c. Informan TN
Informan TN yang memiliki kisah yang cukup mengesankan. Wawancara dengan
informan TN amat jelas dan detail, sebab ia menyimpan data (dokumentasi) atas
aborsi yang dilakukannya. Mulai foto hasil kuretase hingga kuburan janinnya.
d. Informan DK
DK adalah informan yang amat unik. Sebab ia menyimpan barang-barang
ceweknya, mulai baju (daster) dan pakaian dalam (bra-celana dalam) kekasihnya,
yang dikenakan saat proses aborsi. Sebagai kenang-kenangan, katanya.
3.5.3
Studi Dokumentasi
Metode ini merupakan metode tambahan dalam melengkapi pengumpulan
36
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
induksi
37
pola, hukum, prinsip-prinsip, dan akhirnya menarik kesimpulan dari analisanya itu.
Gulo (2005:37) menyatakan bahwa:
Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak
pada gejala-gejala pengamatan yang prosesnya berjalan secara induktif,
dengan mengamati sejumlah gejala secara individual kemudian
merumuskannya dengan bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak, sedangkan
gejala bersifat konkret. Konsep berada dalam bidang logika (teoritis),
sedangkan gejala berada dalam dunia empiris (faktual). Memberikan konsep
pada gejala disebut konseptualisasi.
Konseptualisasi penelitian tidak hanya merumuskan masalah, tetapi juga
mengungkapkan cara-cara tentang bagaimana masalah tersebut akan diteliti. Faisal
(1990:90) menyatakan bahwa:
dengan startegi atau pendekatan ini, peneliti bertolak dari fakta atau
informasi empiris (data) untuk membangun konsep, hipotesis dan teori. Dari
fakta/informasi ke konsep merupakan suatu gerak melintas ke tingkat
abstraksi yang lebih tinggi, bukan suatu penghitungan tabulasi dari data yang
berasosiasi dengan konsep yang ditemukan. Data yang terakumulasi dibawah
satu tabel itulah yang akhirnya dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
tentang definisi nominal, makna teoritis atau konten substansi dari suatu
konsep.
Induksi konseptualisasi digunakan untuk membangun kesimpulan-kesimpulan
ilmiah yang bertolak dari data-data empirik. Peneliti berangkat dari data empiris
kemudian menuju atau membangun konsep teoritis. Analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung secara interaktif, dimana pada setiap tahap kegiatan berjalan
secara bersamaan. Analisis data dilakukan bersamaan atau hampir dengan
pengumpulan data. Untuk itu peneliti kualitatif harus selalu ingat, tidak ada panduan
baku baginya untuk melakukan analisis data. Menurut Irawan (2006:76-80), ada
beberapa tahapan yang dapat dilakukan pada waktu melakukan analisis data
penelitian kualitatif, yaitu:
a. Pengumpulan Data Mentah
Pada tahap ini data mentah dikumpulkan melalui berbagai cara yaitu pertama
dengan melakukan observasi lapangan, observasi lapangan dicatat dalam bentuk
catatan lapangan yang menggambarkan tentang kondisi lingkungan fisik maupun
38
sosial informan baik berupa kondisi tubuh, kondisi rumah informan, pendidikan
informan, kegiatan yang dilakukan informan dan lain-lain.
b. Transkip Data
Pada tahap ini, seluruh data yang telah diperoleh sebelumnya baik yang berasal
dari observasi lapangan, wawancara maupun pustaka dirubah dalam bentuk
tertulis (baik yang berasal dari recorder atau catatan tulisan tangan). Semuanya
diketik persis seperti apa adanya (verbatim) tanpa mencampuradukan dengan
pendapat dan pikiran orang lain. Hasil observasi diubah dalam ketikan rapi
menjadi catatan observasi (terlampir), hasil wawancara secara keseluruhan diketik
dalam bentuk transkrip wawancara (terlampir), dan dokumen-dokumen seperti
foto-foto (terlampir), dan lain-lain.
c. Pembuatan Koding
Pada tahap ini seluruh data yang sudah ditranskrip di atas akan dibaca dan
ditelaah dengan seksama. Lalu pada bagian-bagian tertentu dari transkrip tersebut
akan ditemukan hal-hal penting atau pokok-pokok pikiran. Dari hal-hal penting
ini untuk diambil kata kuncinya dan diberi kode angka misalnya Informan TN
dalam kutipan wawancara mengatakan :
Pertama, aku mencegah aib keluarga beserta aku sendiri. Kedua, menimbang
lagi kita masih berstatus mahasiswa jadi untuk berkeluarga masih berpikir
seribu kali. Tentunya ini menyangkut urusan ekonomi. Apalagi aku, yang
notabennya mahasiswa sekaligus calon ayah, pastinya khawatir dengan
keadaan seperti itu. Maka dari itu, aku sudah mantap tuk melakukan abosrsi.
Apalagi melihat kasus perceraian pada pasangan suami-istri sering
diakibatkan oleh factor ekonomi. Perihal itu yang amat aku takutkan
Dalam kutipan tersebut terdapat beberapa pokok pikiran yaitu pengambilan
keputusan tersebut terjadi karena berbagai pertimbangan dan alasan seperti
mencegah aib keluarga dan diri sendiri, masalah ekonomi, dan belum siap. Ketiga
pokok pikiran tersebut masing-masing diberi kode angka 1, 2 dan 3.
d. Kategorisasi Data
Pada tahap ini data hasil koding yang telah dilakukan sebelumnya disederhanakan
kembali dengan cara mengikat kata-kata kunci pada daftar koding dalam suatu
39
Penyimpulan
Sementara
Sumber: Irawan
Transkip
Data
Triangulasi
Pembuatan
Koding
Kategorisasi
Data
Penyimpulan
Akhir
40
41
42
Trianggulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Dari pemaparan di atas, penelitian ini mempergunakan teknik
triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Trianggulasi sumber data artinya
memadukan antara hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Trianggulasi sumber data dilakukan dengan mengkroscekkan data yang
sebelumnya diperoleh pada saat melakukan penelitian, baik dari para informan
pokok maupun informan tambahan mengenai proses pengambilan keputusan.
Triangulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan dan memaknai hasil
analisis dari penelitian dengan teori-teori yang berkaitan yang telah disajikan
di bab dua yang termuat beberapa konsep antara lain konsep kesejahteraan
sosial, konsep proses pengambilan keputusan, konsep perilaku, konsep aborsi.
4) melibatkan teman sejawat yang tak ikut meneliti untuk membicarakan dan
bahkan mengeritik segenap proses dan hasil penelitian sehingga peneliti bisa
memperoleh masukan atas kelemahan yang mungkin terjadi dari penelitian
yang dilakukannya, atau peer debriefing.
5) melakukan analisis kasus negatif atau negative case analysis, yaitu dengan
jalan menguji ada tidaknya kasus/keadaan yang bisa menyanggah kebenaran
hipotesis/ temuan/hasil penelitian, yang bila terdapat kasus atau bukti
sanggahan maka hipotesis/temuan/hasil penelitian tersebut perlu dimodifikasi
dan dianalisis kembali secara negatif hingga sampai ke suatu titik yang sudah
tak terbantah lagi.
6) melacak kesesuaian segenap hasil analisis data, dan bila semakin sesuai dan
bahkan bisa saling menjelaskan satu dengan yang lain, maka hasil
penelitiannya semakin terpercaya, atau melakukan teknik referential
adequacy checks, dan
7) mengecek kesesuaian rekaman, interpretasi, dan simpulan-simpulan hasil
penelitian dengan apa yang telah diperoleh dari para partisipan selama
43
BAB 4. PEMBAHASAN
44
45
a. Umur informan
b. Tempat tinggal informan
c. Jenis kelamin informan
4.2.1
Umur Informan
Pada penelitian ini yang dijadikan informan oleh penulis adalah remaja
4.2.2
informan ini dilakukan supaya pendapat mereka dapat mewakili, karena pengambilan
keputusan melakukan aborsi pada remaja antara laki-laki dan perempuan berbedabeda didalam berpacaran serta sesuai dengan informasi yang penulis terima dari
informan. Jenis kelamin informan sekunder disini merupakan 2 orang laki-laki,
informan TN dan informan DK. Informan sekunder disini juga merupakan pasangan
dari informan primer. Informan TN telah membina hubungan dengan pasangannya ini
cukup lama, yaitu mulai dari awal mereka masuk kuliah. Bahkan sudah
46
4.2.3
dalam bergaul, bersikap dan berperilaku. Hal tersebut juga sebagai kontrol tingkah
laku dan sikap mereka didalam masyarakat karena merasa tidak ada yang memantau
dan memperhatikan sehingga bisa mengakibatkan lepas kendali dan merasa bebas.
Informan ini semua bertempat tinggal di kosan. Mereka memilih tepat kos
karena lebih dekat dengan kampus meraka masing-masing. Seluruh informan ini
berasal dari luar kota dan semuanya berbeda kota. Adapun jenis kos yang ditempati
informan yaitu: informan pokok; MW bertempat tinggal dikos yang bebas. AN
bertempat tinggal di kost yang tidak bebas. Sedangkan, tempat kost informan
sekunder TN dan DK bertempat tinggal dikost yang bebas. Bedasarkan uraian diatas
menjelaskan bahwa sebagian besar informan bertempat tinggal dikosan yang bebas,
tanpa pengawasan pemlik kos. Hal ini mempengaruhi tingkah laku informan dalam
berhubungan dengan lawan jenis.
47
tak ingin jauh darinya, takut kehilangan dia. Sesekali saya serasa merasa
manusia yang paling hina di mata Tuhan dan sosial.Untungnya, pacar saya
sering memberi perhatian yang lebih, daripada sebelumnya, sehingga saya
bisa agak lebih tenang.
Pernyataan tersebut juga dituturkan oleh informan AN sebagai berikut:
Pertama liat hasil test pack itu aku ya gimana ya kaget, surprise banget liat
hasilnya, bingung jelasinnya mbak. Waktu itu aku lagi sendirian, agak siang
cowokku datang dan liat hasil itu langsung lemes dia nggak tau harus gimana,
marah- marah sendiri. Itu waktu yang pertama kalinya, yang kedua kalinya ya
kayaknya biasa saja sudah. Nganggep itu cuma telat biasa mens biasa gitu.
Informan MW dan informan AN menjelaskan bahwa sebelum melakukan
tindakan aborsi, pada waktu pertama mengetahui tentang kehamilan tersebut
informan mempunyai perasaaan takut, bingung, kaget. Kondisi itulah yang menurut
Sarlito (Bab 2, hal 18) bahwa kondisi psikologis pra-aborsi di antaranya adalah takut
atau cemas, kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan, membutuhkan
perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada umumnya tidak mau dan tidak mampu
bertanggung jawab, membutuhkan informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada
siapa (masyarakat mentabukan seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah,
khususnya perempuan).
Rencana terkait dengan kehamilan diluar pernikahan tersebut seorang
mahasiswa akan mencari sebuah solusi atau penyelesaian masalahnya itu. Solusi yang
dijadikan penyelesaian dalam masalah tersebut adalah langkah aborsi. Seperti yang
diungkapkan oleh informan MW. Informan MW mengatakan sebagai berikut:
Pertama liat hasil test pack itu aku ya gimana ya kaget, surprise banget liat
hasilnya, bingung jelasinnya mbak. Waktu itu aku lagi sendirian, agak siang
cowokku datang dan liat hasil itu langsung lemes dia nggak tau harus gimana,
marah- marah sendiri. Itu waktu yang pertama kalinya, yang kedua kalinya ya
kayaknya biasa saja sudah. Nganggep itu cuma telat biasa mens biasa gitu.
Hal tersebut diperkuat oleh pengakuan AN, yaitu sebagai berikut:
Langkah pertama ya mikirin gimana caranya buat gugurin ini kandungan,
waktu itu sih masih 1 bulanan umur kehamilannya. Cowokku ya juga sibuk
mikirin bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan. Sama-sama bingung
48
harus berbuat apa, gimana caranya. Nggak kepikiran sama yang lain, ini kan
aib juga mbak. Nggak mungkin kan ngomongin ini sama orang.
Informan MW dan informan AN menjelaskan bahwa langkah yang diambil
terkait dengan kehamilan diluar nikah tersebut adalah aborsi. Langkah tersbut dipilih
karena selain masih berstatus mahasiswa, informan juga belum siap dan juga takut
sama orang tua informan. Informan lain, selaku informan sekunder yaitu pasangan
informan pokok juga mengungkapkan hal yang sama. Seperti yang dikatakan oleh
informan DK pasangan informan AN. Informan DK mengatakan sebagai berikut:
Ya aborsi. Itu yang ada di pikiran saya untuk menyelesaikan masalah ini.
Saya memulih aborsi ini karna saya masih belum siap. Ya belum siap untuk
menjadi seorang ayah dan juga takut kalau sampe ngomong hal ini sama
orang tua. Cewek saya pun berpikiran begitu, dia juga masih belu siap untuk
melanjutkan kehamilannya itu. Saya disini kan masih mahasiswa, belum
mampu untuk menafkahi. Sehari-hari saja masih dapat dari orang tua. Maka
dari itu mbak, kita milih aborsi sebagai jalan keluar dan jalan terbaik buat kita
dan masa depan kita juga.( DK: Juli 2012)
Informan DK menjelaskan bahwa langkah yang diambil sebagai pemecah
masalah terkait aborsi diluar pernikahan tersebut adalah aborsi. Informan tersebut
sama-sama bingung harus berbuat apa, karena hal tersebut merupakan aib. Dari hasil
wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa rencana terkait kehamilan diluar nikah
tersebut adalah aborsi. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut terdapat
tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pasangan yang melakukan aborsi.
4.3.1
keputusan aborsi ini adalah tahap pengumpulan informasi. Pada tahap pengumpulan
informasi ini informan berusaha mencari informasi yang terkait dengan kehamilan di
luar nikah dan tentang aborsi.Karena informasi ini sangat penting dan dibutuhkan
bagi informan tersebut.
49
a. Informan MW
Informasi-informasi yang didapat oleh informan MW adalah sebagai berikut:
Saya banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaan saya lebih mantap
saja untuk melakukan aborsi ini.
Dalam pencarian informasi itu informan dibantu oleh pasangannya, yaitu
informan TN. Mengungkapkan sebagai berikut:
Aku banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaanku lebih mantap
saja dalam menyuruh cewek aku melakukan hal itu.
Informan MW dan informan TN menjelaskan bahwa dalam pencarian
informasi informan banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet khususnya
artikel-artikel yang mendukung aborsi. Dan juga memantapkan dirinya dengan bekal
informasi dari atrikel atau wacana yang didapat dalam menyuruh pasangannya untuk
melakukan aborsi. Kondisi itulah yang menurut Simon (1960) (Bab 2, Hal 23),
merupakan salah satu dari empat aktivitas atau tahapan dalam proses pengambilan
keputusan. Dan kondisi di atas tersebut dalam aktivitas atau tahapan pengumpulan
informasi (intelegence). Pengumpulan informasi tersebut membutuhkan waktu,
karena informan belum pernah melakukan aborsi sebelumnya dan butuh banyak
informasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi tersebut cukup lama,
seperti yang diungkapkan oleh informan MW:
Sekitar 1 bulan kita mengumpulkan semua informasi itu. Ya kan di perlukan
banyak informasi dan juga pada waktu pertama tahu kehamilan itu masih
bingung lah mau tanya sama siapa.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan TN selaku informan sekunder,
yaitu sebagai berikut:
Sekitar 1 bulan. Ya kan nggak cuma 1 atau 2 informasi yang aku cari. Aku
mencari informasi sebanyak mungkin. (TN: Juli 2012)
Informan MW dan informan TN menjelaskan bahwa mereka mencari
informasi-informasi tersebut dengan cara mengunduh wacana terkait dengan aborsi,
khususnya artikel-artikel yang mendukung aborsi. Dalam pencarian informasi itu
50
informan membutuhkan waktu sekitar 1 bulan, karena informasi yang dicari sebanyak
mungkin. Selain itu juga merupakan aborsi pertama kali yang akan dilakukan
sehingga informan masih bingung. Setelah informasi terkumpul informan mengelola
informasi-informasi yang telah didapat tersebut dengan cara mendiskusikan dengan
pasangannya. Seperti yang dituturkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Ya kita hanya sharing saja berdua, nggak ada yang lain.
Hal tersebut juga diperkuat oleh penuturan informan TN, yaitu:
Ya kita hanya sharing saja, tak ada yang lain. Di samping itu, tentunya aku
meyakinkan pacar aku untuk optimis sebelum melakukan aborsi agar
semuanya berjalan dengan lancar dan efektif.
Berdasarkan pernyataan informan di atas menjelaskan dalam pengelolaan
informasi yang diperoleh yaitu dengan sharing atau musyawarah tentang informasiinformasi terkait dengan aborsi yang telah didapatnya dari berbagai media itu, lalu
didiskusikan dengan pasangannya sebelum melakukan aborsi agar semuanya berjalan
dengan lancar. sebab secara psikologi sangat berpengaruh bagi calon ibu yang siapsiap untuk melakukan aborsi. Sisi lain, supaya optimis itu eksis dalam diri calon
ibu. Dengan begitu proses aborsi akan berjalan dan efektif.
b. Informan AN
Informasi-informasi yang di dapat oleh informan AN seperti yang
diungkapkan sebagai berikut:
info tentang makanan, obat-obatan termasuk jamu apa yang sekiranya bisa
gugurin kandungan itu. Tapi masih belum berpikiran buat pijet, soalnya aku
langsung berpikir bagaimana caranya secepat mungkin buat gugurin
kandungan ini, takut ketahuan sama orang tua. ( AN: Juli 2012)
Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh informan DK sebagai berikut:
Saya banyak baca-baca tentang artikel-artikel yang terkait tentang aborsi
di internet. Ya supaya nggak terjadi sesuatu lah dengan langkah yang akan
kita ambil nantinya. (DK: Juli 2012)
Informan AN dan informan DK menjelaskan apa yang di dapat dalam
pencarian informasi terkait dengan kehamilan diluar pernikahan dan aborsinya
51
tersebut. Informasi yang didapat adalah tentang makanan, obat-obatan atau jamu yang
bisa menggugurkan atau menghentikan kandungannya. Karena informan berpikir
bagaimana cara menggugurkan kandungannya tersebut secepat mungkin, karena takut
ketahuan orang tuanya. Informan juga banyak membaca artikel-artikel yang terkait
tentang aborsi. Hal itu bertujuan agar langkah yang diambil oleh informan tidak
terjadi sesuatu yang bersifat negatif. Kondisi itulah yang menurut Simon (1960) (Bab
2, Hal 23), merupakan salah satu dari empat aktivitas atau tahapan dalam proses
pengambilan keputusan. Dan kondisi di atas tersebut termasuk dalam aktivitas atau
tahapan yang pertama, yaitu tahap pengumpulan informasi (intelegence).
Informasi-informasi tersebut tentunya tidak secara tiba-tiba muncul dalam
benak informan. Informan tentunya mencari-cari informasi-informasi tersebut dari
berbagai sumber. Sumber informasi-informasi tersebut bisa didapat dari media
ataupun juga langsung dari orang atau teman. Sumber informasi yang diproleh
informan AN yaitu:
Kalau informasi-informasi tentang kehamilan dan aborsi itu sih kebanyakan
taunya dari internet, google. Teman-teman juga, soalnya temen-temen aku
juga udah banyak yang tau tentang aborsi bahkan pernah melakukan juga.
Hal serupa juga dijelaskan oleh informan DK sebagai berikut:
Saya dapat informasi itu semua (kehamilan dan aborsi) dari internet, bacabaca artikel di internet. Biar lebih yakin lah dari pada dari omongan yang
belum tentu benarnya itu.
Untuk
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
aborsi,
informan
52
53
4.3.2
adalah tahap perencanaan dalam bentuk alternatif solusi. Informan akan melakukan
tahap perencanaan sebagai langkah untuk menyusun rencana dan tindakan yang akan
dilakukan apabila terjadi kemungkinan terburuk dari solusi yang telah ditetapkan
(aborsi). Setalah dilakukannya wawancara dengan informan mengenai tahap
perencanaan dalam bentuk alternatif solusi ini ditemukan hasil mengenai hal tersebut.
a. Informan MW
Pada proses selanjutnya yaitu tahapan perencanaan selain alternatif aborsi,
informan MW mengungkapkan sebagai berikut:
54
Tidak ada alternatif lain. Saya sudah mantap untuk melakukan aborsi.
Apapun yang terjadi, saya akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan TN, yaitu sebagai berikut:
Tidak ada alternatif. Aku sudah mantap untuk melakukan aborsi. Apapun
yang terjadi, aku akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut. bahkan dalam
benak aku sendiri, aku siap menanggung dosa-dosa itu semua, termasuk dosa
melaksanakan aborsi.
Karena informan hanya memikirkan bagaiman cara menggugurkan kandungan
tersebut dan hidup normal kembali seperti biasanya. Dengan tidak adanya aletrnatif
solusi maka informan hanya memfokuskan terhadap satu solusi yang telah diperoleh
dan ditetapkan yaitu aborsi. Informan memilih solusi aborsi dalam pemecahan
masalahnya itu tentunya karena berbagai pertimbangan yang dijadikan sebagai
alasan. Seperti yang diungkapkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Terpenting bagi saya, umur janin saya tak lebih dari 4 bulan lamanya.
Dengan begitu saya akan tenang dalam melakukan aborsi. Sebab pengetahuan
saya, dalam agama, apabila kandungan saya sudah mencapai 4 bulan lebih,
maka janin itu sudah bernyawa, dalam arti Tuhan telah memberikan nyawa
pada janin tersebut. Dengan begitu, secara otomatis, apabila saya melakukan
aborsi pada usia janin di umur 3 bulan, maka saya tidak terklaim membunuh.
Perihal itu yang saya yakini.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan TN, sebagai berikut:
Ya bermacam-macam alasan.Karena kita belum siap menikah.Kita masih
kuliah.Tak bisa dibayangkan apabila kita pacar aku hamil duluan.Tentunya,
terkait dengan itu orang tua juga menaggung aib / malu.Kasihan orang
tua.Apalagi aku masih belum kerja.Pendapatan aku hanya didapat dari uang
kiriman orang tua.Dengan begitu maka aku memutuskan untuk melakukan
aborsi.Meskipun itu amat berat sekali bagi kami berdua. (TN: Juli 2012)
Informan MW menjelaskan bahwa terpenting janinnya tidak lebih dari 4 bulan
maka informan tenang dalam melakukan aborsinya.Sebab sepengetahuan informan
dalam agama, apabila kandungan informan sudah mencapai 4 bulan lebih maka janin
itu sudah bernyawa, dalam arti tuhan telah memberikan nyawa pada janin tersebut.
Sehingga apabila melakukan aborsi waktu usia janin masih dibawah 3 bulan,
informan merasa tidak terklaim membunuh. Perihal itulah yang diyakini oleh
55
informan MW. Keyakinan tersebut informan peroleh dari pelajaran agama yang
pernah diketahuinya. Dari keyakinan itu juga informan memantapkan dirinya untuk
melakukan aborsiSedangkan informan TN menjelaskan bahwa terdapat bermacammacam alasan yang dipikirkannya sehingga memilih jalan aborsi yang dianggap jalan
terbaik. Alasan-lasan tersebut yaitu karena belum siap menikah karena masih dalam
masa pendidikan, belum mempunyai pekerjaan dan aib yang akan ditanggung orang
tua apabila mengetahui kehamilan diluar nikah tersebut. Dari seluruh pernyataan
tentang alasan melakukan aborsi, kondisi itulah yang menurut Sarwono (Bab 2, hal
17) bahwa faktor yang mendorong individu atau remaja putri melakukan aborsi
adalah putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga dan tetangga, masih bimbang
dalam pengasuhan anak yang akan dilahirkan, terputus dan terganggunnya karir di
masa yang akan datang, tidak mau membabani orang tua, tidak ingin hamil atau
punya anak di luar nikah. Selain pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri
individu sendiri seperti mau di kasih makan apa anakku bila lahir nanti membuat
individu melakukan aborsi. Faktor lain yang sangat mendorong individu melakukan
aborsi adalah desakan dari pacar.
Dari berbagai pertimbangan yang telah dijadikan alasan oleh informan,
informan telah mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan baik atau buruk
yang akan terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh informan MW, yaitu:
Bagi saya, kemungkinan terburuk adalah apabila saya diketahui sedang
mengandung oleh lingkungan, hanya itu mbak. Malu rasanya bila temanteman mengetahuinya. Apalagi kalau sampai orang tuaku tahu dengan
keadaan sekarang. Jadi jalan satu-satunya adalah harus menjaga penampilan
saya saat keluar, supaya tidak diketahui.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan informan TN selaku pasangan
informan MW, yaitu:
Bagi aku, kemungkinan terburuk adalah apabila aku diketahui orang tua.
Hanya itu, mbak. dan harus siap menghadapinya.
Dijelaskan oleh informan MW dan informan TN dalam kesiapannya dalam
kemungkinan-kemungkian terburuk dari kehamilan diluar nikahnya tersebut yaitu
56
apabila diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai orang tua yang tahu dengan
keadaannya dan harus siap untuk menghadapinya. Pihak yang paling dominan dalam
perancangan solusi ini yaitu pasangan informan MW, seperti yang diungkapkan oleh
informan TN:
Aku mbak. Aku merasa punya tanggung jawab yang besar atas kandungan
pacar aku mbak. Kerap aku sering menghibur dia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Sebab pacar aku sering murung, mukanya kusut, bahkan tak
jarang sering tak urus dengan sendirnya sendiri.
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan MW, sebagai berikut:
Pacar saya mbak. Sebab saya melihat, ia merasa punya tanggung jawab yang
lebih atas kandungan ini. Perihal itu yang saya amat suka dari dia. Jarangjarang loh, pria yang mau bertanggung jawab atas tindakannya.
Dalam peraancangan solusi alternatif ini, informan MW dan informan TN
menjelaskan bahwa yang paling dominan dalam perancangan solusi alternatif ini
pasangan informan yaitu informan TN. Karena merasa punya tanggung jawab yang
besar atas kandungan pasangannya tersebut.
b. Informan AN
Informan AN dalam proses ini yaitu tahapan perancangan solusi alternatif
mengungkapkan hal sebagai berikut:
Aku mikirnya waktu itu nggak ampe kesitu (alternatif lain) ya mbak.
Resikonya saja aku nggak mikirin apalagi alternatif solusi, pokoknya yang
terpenting itu aku nggak hamil dan secepatnya kembali normal lagi. Pikiranku
cuma ke satu pikiran gimana cara gugurin kandungan itu. (AN: Juli 2012)
Informan AN menjelasakan bahwa informan tidak pernah memikirkan
alternatif lain. Bahkan resiko yang akan di tanggungnya atas solusi aborsi tersebut
informan tidak memikirkannya. Karena informan hanya memikirkan bagaiman cara
menggugurkan kandungan tersebut dan hidup normal kembali seperti biasanya.
Dengan tidak adanya aletrnatif solusi lain maka informan hanya memfokuskan
terhadap satu solusi yang telah diperoleh dan ditetapkan yaitu aborsi. Informan
57
memilih solusi aborsi dalam pemecahan masalahnya itu tentunya karena berbagai
pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan. Informan AN mengatakan:
Kita kan nggak ada laternatif lain selain aborsi mbak. Jadi nggak ada
pertimbangan-pertimbangan lagi. Alasannya ya karena belum siap punya anak
dan takut sama ortu. Dan masih kuliah juga.
Hal serupa juga di ungkapkan oleh informan DK yaitu sebagai berikut:
Ya macam-macam mbak.yang pasti kita juga belum siap, apalagi saya
sebagai calon seorang ayah. Peran saya kan lebih besar, disini saya masih
seorang mahasiswa yang belum punya pekerjaan. Dan juga terkait dengan
orang tua yang nantinya juga harus menanggung aib yang udah kita
perbuat.Dengan alasan itu semua, kita memilih jalan keluar dengan aborsi.
(DK:Juli 2012)
Informan AN dan informan DK menjelaskan bahwa juga terdapat berbagai
macam alasan sehingga dipilihnya solusi aborsi tersebut. Informan belum siap,
apalagi informan DK sebagai calon seorang ayah. Karena seorang ayah bagi informan
merupakan peran yang sangat besar. Informan masih berstatus sebagi seorang
mahsaiswa yang belum mempunyai pekerjaan. Dan terkait dengan orang tuanya,
informan tidak mau orang tuanya juga harus menanggung aibnya juga atas apa yang
telah informan perbuat. Dengan alasan itu semua informan dan pasangannya memilih
jalan keluar aborsi untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapinya
Dari seluruh pernyataan tentang alasan melakukan aborsi dapat dimaknai
dengan pernyataan Sarwono (Bab 2, hal 17) yang mengatakan bahwa faktor
mengemukakan factor yang mendorong individu atau remaja putri melakukan aborsi
adalah putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga dan tetangga, masih bimbang
dalam pengasuhan anak yang akan dilahirkan, terputus dan terganggunnya karir di
masa yang akan datang, tidak mau membabani orang tua, tidak ingin hamil atau
punya anak di luar nikah. Selain pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri
individu sendiri seperti mau di kasih makan apa anakku bila lahir nanti membuat
individu melakukan aborsi. Faktor lain yang sangat mendorong individu melakukan
aborsi adalah desakan dari pacar. Alasan-alasan tersebut selain factor sosial juga
dikarenakan informan ingin mencapai hidup yang sejahtera tanpa adanya beban
58
psikologis. Kondisi itulah yang menurut Adi (Bab 2, hal 9) bahwa kesejahteraan
sosial dilihat dari sudut pandang sebagai suatu keadaan (kondisi) dapat dilihat dari
rumusan UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial, pasal 2 ayat 1: kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan bertahan
hidup sosial materiil maupun spirituil yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat. Aborsi dianggap sebagai
usaha yang tepat dalam mencapai kondisi sejahtera karena untuk menghindari aib
keluarga akibat kehamilan di luar nikah.
Dari berbagai pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan tersebut, informan
pastinya telah mempunyai kesiapan terhadap kemungkinan terburuk yang akan
dihadapinya. Informan AN mengungkapkan sebagai berikut:
Kesiapannya ya siap nggak siap harus siap mbak, karna itu udah keputusan
aku dan aku harus siap menanggung resiko-resikonya dari alternatif itu
sekalipun resiko itu terburuk. Aku nggak ingin mengecewakan orang tua,
sekalipun aku meninggal karna proses aborsi itu aku berharap orangtua nggak
akan pernah tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh informan DK selaku pasangan informan
AN, yaitu sebagai berikut:
Siap nggak siap harus siap mbak. kemungkinan terburuk yang saya
pikirkan adalah kalau sampe ketahuan sama orang tua dan kehilangan pacar
saya pada waktu aborsi. Hal-hal yang nggak kita duga sebelumnya. (DK: Juli
2012)
Informan menjelaskan kesiapannya terhadap kemungkinan terburuk yang
akan dihadapinya dari solusi aborsi tersebut. Bahwa siap tidak siap informan harus
siap terhadap kemungkinan terburuk atas solusi yang telah dipilihnya tersebut.
Karena informan takut kalau sampai ketahuan orang tuanya. Dan informan juga takut
kehilangan pacarnya pada waktu aborsi. Hal-hal yang tidak mungkin terduga
sebelumnya oleh informan. Pihak yang paling dominanyang melakukan perancangan
59
solusi ini yaitu informan AN, seperti yang dikatakan oleh informan AN sebagai
berikut:
Yang paling dominan ya aku sendiri. Karna kan disini aku yang hamil dan
yang ngerasain sakit atau giman-gimananya aku. Jadi yang tau aku ya aku.
(AN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan DK sebagai pasangan informan,
yaitu sebagai berikut:
Pacar saya mbak. karna kata dia, dia yang bakalan ngerasain sakitnya,
yang tau dia hanya dia. Gitu katanya, ya agak keras kepala sih. Saya hanya
saja bisa nurutin apa kemauan dia.(DK: Juli 2012)
Informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa dalam perancangan solusi
tersebut yang paling dominan adalah pihak perempuan (informan AN). Informan AN
mengatakan bahwa jika dia yang akan merasakan sakitnya, yang hamil juga dia. Jadi
informan AN paling dominan dalam perancangan solusi tersebut. Dari hasil
wawancara tentang pihak yang paling dominan dalam perancangan solusi tersebut
adalah informan perempuan dan informan laki-laki.
Fenomena tersebut dapat dimaknai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh
Simon (1960) (Bab 2, hal 24), yaitu tahap design (Tahap perancangan solusi dalam
bentuk altenatif pemecahan masalah). Tahap perancangan solusi ini bertujuan untuk
mengembangkan solusi atau informasi-informasi yang telah
didapat melalui
pengumpulan informasi di atas. Pada tahapan ini, proses yang dilakukan oleh
informan yaitu merancang atau merencanakan alternatif yang akan dilakukan dan
akan dipilihnya tersebut. Informan tidak memiliki alternatif lain selain aborsi, karena
aborsi dipikirnya merupakan pemecah masalahnya yang terbaik untuk masa depan
mereka. Aborsi dipilihnya karena berbagai alasan-alasan dan pertimbangan,
meskipun resiko negatif yang akan didapatnya. Alasan yang diutarakan oleh informan
yaitu karena belum siap membina rumah tangga, masih kuliah dan belum mempunyai
pekerjaan, dan terkait dengan orang tuanya apabila mengetahui perbuatannya tersebut
akan menanggung aibnya. Resiko terburuk yang paling ditakuti oleh informan yaitu
apabila kehamilan diluar nikahnya tersebut diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai
60
orang tuanya yang mengetahui keadaannya waktu itu. Sehingga siap tidak siap
informan harus siap menerima resiko negatif dari alternatif pemecahan masalahnya
yang telah dipilih tersebut yaitu demi masa depan informan. Dan dalam perancangan
alternatif solusi ini, yang paling dominan bukan hanya dari pihak laki-laki saja.
Tetapi juga bisa dari pihak perempuan, karena perempuan disini merasa dialah yang
mempunyai tanggung jawab atas badannya, yang merasakan sakit atau tidaknya
hanya perempuan tersebut.
4.3.3
61
hubungan informan dengan pasangannya akan terganggu. Jadi hanya tindakan aborsi
yang menjadi langkah dalam pemecahan masalah kehamilan di luar nikah, sehingga
masalah tersebut selesai dan informan beserta pasangannya menjalani hidup normal
kembali seperti semula. Kondisi seperti itulah yang menurut Fatmawati (2008) (Bab
2, Hal 14) merupakan perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang melakukan
perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan keluarga dan
masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan, memakai
pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat
bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/
cytotec.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh pasangan informan DK dan Informan
AN. Menurut informan AN sebagai berikut:
Aborsi ke dukun pijat mbak, karna buat ke dokter atau bidan, selain
biayanya, kita nggak ada teman yang bisa membantu kesitu. Dan pacar ku
juga menyetujui ke dukun pijat itu.
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh informan DK. Menurut informan DK:
.Solusi yang kita sepakati yaitu aborsi dan kita ke dukun pijet, soalnya
kalau ke dokter atau bidan itu nggak berani. Selain biayanya, kita juga nggak
ada link yang bisa membantu buat kesana, ya kalau dokter kan belum tentu
mau juga, harus dengan alasan yang bener bener bisa diterima dan tidak
merugikan dari si ibu atau pun calon janin itu.
Berdasarkan ungkapan Informan DK dan informan AN di atas menjelaskan
bahwa solusi yang dipilih yaitu tindakan aborsi melalui dukun pijat. Pilihan tersebut
didasarkan dari pertimbangan biaya aborsi yang lebih murah dibandingkan melalui
dokter atau bidan. Selain itu juga tidak ada teman yang bisa membantu untuk kesana.
Sehingga informan memilih aborsi dengan ke dukun pijat. Informan dan pasangannya
sama-sama menyetujui untuk ke dukun pijat, karena sudah tidak ada solusi yang
dianggap tepat.
Beberapa hasil dari wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
tahap memilih solusi ini seluruh informan pokok memilih untuk melakukan tindakan
62
aborsi. Karena aborsi dianggap lebih efisien dalam memecahkan masalah kehamilan
diluar nikah, meskipun aborsi tersebut lebih cenderung ke dampak negatifnya. Aborsi
dilakukan juga demi masa depan seluruh informan supaya bisa hidup normal kembali
dan menjalani kehidupan yang sejahtera. Dan cara aborsi yang dipilih oleh informan
yaitu dengan meminta bantuan orang ketiga, yaitu dukun pijat dan bidan. Oleh karena
itu, aborsi merupakan pilihan paling rasional bagi kedua belah pihak. Fenomena
tersebut dapat dimaknai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh Simon (1960) (Bab
2, hal 24) bahwa setelah melakukan tahap perencanaan maka selanjutnya informan
melakukan tahapan pemilihan solusi.
Pada tahap memilih solusi ini, informan memilih solusi aborsi sebagai
pemecah masalah yang sedang dihadapinya tersebut, yaitu hamil diluar nikah. Tidak
ada solusi lain selain aborsi yang dianggapnya tepat untuk masalahnya itu. Tujuan
informan memilih solusi tindakan aborsi yaitu demi masa depan yang lebih baik
sehingga informan terhindar dari kemungkinan harus bertanggung jawab dalam
urusan rumah tangga. Sebab, informan menilai dirinya belum siap karena saat ini
sedang menempuh pendidikan dan belum memiliki pekerjaan sebagai sumber mata
pencaharian. Dalam pemilihan solusi ini (aborsi), informan menyepakati untuk
meminta bantuan orang ketiga (dukun pijat dan bidan). Karena sebelumnya informan
telah mencoba menggugurkan kandungannya tersebut menggunakan obat-obatan dan
jamu penggugur kandungan, tetapi tidak ada hasilnya. Sehingga memutuskan untuk
meminta bantuan orang ketiga untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
4.3.4
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap terakhir. Informan melakukan tahap
pelaksanaan ini apabila telah melaksanakan tahap memilih solusi. Setelah dilakukan
wawancara tahap pelaksanaan ini diperoleh informasi dari pasangan informan TN
dengan informan MW, tentang cara pelaksanaan keputusan yang telah diambil.
Menurut penuturan informan MW adalah sebagai berikut:
63
Ya saya hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan
hidup kita normal kembali. Dalam arti saya merasa tak terbebani dengan
status hamil di luar nikah. (MW: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga di ungkapkan oleh informan TN. Menurut informan
TN:
Ya aku hanya bisa pasrah dan melaksanakan itu semua, agar perjalanan
hidup kita normal kembali. Dalam arti aku merasa tak terbebani dengan status
ayah.Dengan begitu beban moral yang aku tanggung tidak terlalu berat.
(TN: Juli 2012)
Berdasarkan penuturan pasangan informan TN dan informan MW di atas
menjelaskan bahwa dalam tahap pelaksanaan keputusan tindakan aborsi hanya bisa
pasrah menghadapi segala resiko yang harus dihadapi. Tindakan aborsi itu dilakukan
oleh informan demi kehidupan yang normal kembali dalam arti informan tidak
terbebani oleh beban moral, status hamil diluar nikah dan beban menjadi orang tua.
Karena informan disini masih belum siap untuk menerima semua itu. Kondisi
tersebut menurut Pratiwi (2004) (Bab 2, Hal 17) merupakan suatu alasan-alasan yang
mendorong seseorang melakukan aborsi adalah kekhawatiran akan gagalnya studi
yang
sedang
dijalani,
ketidaksiapan
menghadapi
kemungkinan-kemngkinan
perubahan hidup, ketidak siapan ekonomi, ketidaksiapan membina rumah tangga, dan
perasaan malu pada lingkungan sekitar. Sehingga dengan dilakukannya aborsi
tersebut, informan tidak akan dibebabni oleh beban moral.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh pasangan informan DK dan informan
AN. Menurut penuturan informan AN sebagai berikut:
Caranya ya aku harus bener-bener yakin sama keputusan itu dan benerbener berharap keputusan itu hasilnya terbaik buat kita berdua, meskipun
dalam hatiku sedih ya mbak harus membunuh calon janin di perutku ini.
Meskipun pikiran ya kadang-kadang kemana-mana, nggak bisa fokus.Kan ini
juga merupakan keputusan mati atau hidup. (AN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga di ungkapkan informan DK. Menurut inforan DK
yaitu sebagai berikut:
64
Saya harus benar-benar siap dan yakin terhadap apa-apa yang akan terjadi.
Sekalipun hal itu terburuk. Dan berharap hasil yang terbaik dari keputusan
kita berdua.(DK: Juli 2012)
Pasangan informan DK dan informan AN menjelaskan bahwa dalam tahap
pelaksanaan melakukan tindakan aborsi itu harus benar-benar siap dan yakin terhadap
keputusan yang dijadikan sebagai langkah pemecahan masalah hamil diluar nikah.
Meskipun dalam hati informan terdapat rasa kasihan terhadap calon janin dan
berharap keputusan tindakan aborsi itu membuahkan hasil yang terbaik bagi pasangan
tersebut. Adapun kesimpulan dari hasil wawancara diatas, mengenai bagaimana cara
seluruh informan melaksanakan keputusan yang telah diambil yaitu informan hanya
bisa pasrah terhadap keputusan yang telah diambil, dan pasangan harus siap dan
yakin akan keputusan yang telah diambil.
Tindakan aborsi yang telah dilaksanakan tersebut tentunya terdapat
pengalaman-pengalaman di dalamnya. Pengalaman itu bisa berupa pengalaman yang
menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan seperti kegagalan
dalam melakukan aborsi. Pasangan informan TN dan informan MW mengungkapkan
sebagai berikut:
Tidak ada kegagalan dalam melaksanakan tindakan aborsi itu mbak,
semua berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan. (MW: Juli 2012)
Pernytaan tersebut juga diungkapkan oleh informan TN yaitu:
Sepertinya tidak ada kegagalan dalam tindakan aborsi ini.Semuanya
berjalan dengan lancar. (TN: Juli 2012)
Pasangan informan TN dan informan MW mnejalaskan bahwa pasangan
informan tersebut tidak menemui kegagalan dalam tahap melaksanakan tindakan
aborsi atas kehamilan diluar pernikahan itu. Semua rencana berjalan dengan lancar
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh informan. Hal serupa juga di ungkapkan oleh
pasangan informan DK dan informan AN. Menurut informan AN sebagai berikut:
Alhamdulillah ya mbak, semuanya berjalan lancar meskipun harus bolak
balik ke tukang pijetnya itu.Ya tempatnya lumayan jauh lah dari
tempatku.(AN: Juli 2012)
65
66
meminimalkan resiko kematian bagi sang ibu. Cara yang laen dituturkan oleh
pasangan informan DK dan informan AN. Informan AN menuturkan sebagai berikut:
Kita minta bantuan sama dukun pijet. Sebelumnya sih saya sudah
mengkonsumsi obat-obatan penggugur kandungan itu mbak. Temen deketku
Cuma bantu dalam informasi tentang tempat-tempat untuk melakukan aborsi
itu. Kalau dalam penanganan aborsinya ya dukun pijet itu, nggak ada pihak
medis yang terlibat.Selain biayanya, kita juga nggak ada realasi buat kesitu.
Pernyataan serupa juga dituturkan oleh pasangan informan AN, yaitu
informan DK sebagai berikut:
Kita meminta bantuan ke tukang pijet. Sebelumnya pacar saya sudah
mengkonsumsi obat penggugur kandungan tapi ya itu hasilnya nggak
maksimal.Jadi kita memutuskan ke dukun pijet.Agar isi yang ada dalam perut
itu hancur dan semuanya keluar.meskipun caranya berbeda dengan yang di
dokter atau bidan. Setidaknya hasilnya membantu lah buat kita berdua,
terutama buat pacar saya.
Pasangan informan DK dan informan MW menuturkan bahwa dalam proses
aborsi yang dilakukannya tersebut dibantu oleh seorang dukun pijat. Sebelumnya
informan melakukan proses aborsi hanya dengan mengkonsumsi obat-obatan
penggugur kandungan. Karena tindakannya yang dilakukannya sendiri tersebut belum
membuahkan hasil, informan mecari dukun pijat yang bisa membantu proses tindakan
aborsi itu. Kondisi seperti itulah yang menurut Fatmawati (2008)(Bab 2, Hal 14),
merupakan perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang melakukan aborsi
pranikah, antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan keluarga dan masyarakat,
mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan, memakai pakaian yang
longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas
muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/cytotec. Dari pernyataan
kedua pasangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak yang membantu dalam
proses aborsi yaitu bidan dan dukun pijat.
Pelaksanaan tindakan aborsi tersebut tidak dilakukan ditempat informan.
Seperti yang dituturkan oleg pasangan informan TN dan informan MW. Informan
MW menuturkan sebagai berikut:
Di rumah bidan, di daerah Jember bagian selatan.(MW: Juli 2012)
67
68
69
Jika melalui dokter atau bidan diperlukan 3x tahapan, sedangkan melalui dukun pijat
hanya memerlukan 2x tahapan.
Setelah proses aborsi selesai informan akan merasakan suatu kelegaan dan
bahagia. Dan tentunya kebahagian tersebut dibagi dengan seorang yang telah
mendukung ataupun membantu informan.Seperti yang dipaparkan oleh pasanngan
informan TN dan informan MW. Informan TN dan informan MW menuturkan
sebagai berikut:
Pastinya pacar saya, mbak. Nggak ada yang lain. Kan yang tau masalah ini
cuma kita berdua. (MW: Juli 2012)
Sedangkan menurut informan TN, yaitu sebagai berikut:
Pastinya sahabat aku, mbak. siapa lagi, wong Cuma dia yang tau masalah
ini. (TN: Juli 2012)
Kedua informan tersebut yakni informan TN dan informan MW menjelaskan
bahwa pihak pertama yang diberitahu atas keberhasilan tindakan aborsi tersebut
adalah pasangan informan dan sahabat informan yang telah ikut membantu mencari
pemecahan masalah dan informasi-informasi tentang aborsi. Setalah proses aborsi
selesai informan merasa puas terhadap hasil tindakan aborsi yang telah dilaksanakan.
Sehingga tidak heran lagi jika informan merasa bahagia. Seperti yang dituturkan oleh
informan TN sebagai berikut:
Alhamdulillah aku merasa puas sekaligus bahagia dengan keputusan yang
kami ambil. Sekarang kami bisa kuliah dengan tenang dan serius. Sehingga
dengan begitu aku bisa cepat lulus dan menggapai cinta-cita lalu menikahai
pacar aku. Dengan pengalaman aborsi ini aku merasa lebih dewasa daripada
sebelumnya.Sebabb pengalaman ini sangat berharga bagi kami.Dan aku tak
mengulangi masa silam ini. (TN: Juli 2012)
Hal serupa juga dituturkan oleh informan DK yaitu sebagai berikut:
Ya saya puas mbak.karena semuanya berjalan dengan lancar. Dan saya
benar-benar bersyukur saya masih sehat sampe saat ini. Berharap nggak akan
terulang lagi kejadian itu. Karena memang benar-benar menguras tenaga dan
pikiran mbak.semoga itu menjadi yang terakhir kalinya. Amin. (DK: Juli
2012)
70
71
72
4.4.2
informan DK adalah biaya untuk melakukan tindakan aborsi tersebut. Hal ini
dikarenakan status informan yang masih berada dibangku kuliah dan belum
mempunyai penghasilan sendiri. Pernyataan diatas di ungkapkan oleh informan TN
yang menyatakan sebagai berikut:
.Ya kita hanya mengumpulkan donasi saja agar proses aborsi berjalan
dengan lancar. Khususnya hampir 80% donasi itu aku yang
mengumpulkannya. Entah dengan cara menipu orang tua dengan alasan uang
praktikum, buku dsb, asalkan donasi itu terkumpul dan bisa melaksanakan
aborsi. TN: Juli 2012)
Pernyataan tersebut juga dikatakan oleh informan DK, yaitu:
Kita sudah sama-sama setuju dengan aborsi ini. Jadi prosesnya ya lancarlancar saja. Kita hanya berbagi cara gimana untuk mengumpulkan donasinya.
Kebanyakan sih dengan menipu orang tua.Buat beli bukulah, uang praktikum,
urunan, apa sajalah. (DK: Juli 2012)
Informan TN dan Informan DK menjelaskan bahwa dalam tahap perencanaan
ini informan menemukan kendala dalam masalah biaya. Sehingga informan mencari
biaya tersebut dengan cara menipu orang tua informan dengan berbagai macam
alasan, seperti untuk beli buku, praktikum dll. Jadi dari pernyataan-pernyataan diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala yang dialami informan dalam tahap
perencanaan ini adalah cara mendapatkan biaya untuk tindakan aborsi tersebut.
Karena informan disini masih mendapat uang dari orang tua.
4.4.3
73
khawatir dengannya. Yang sering aku bilang, aku akan tetap mencintaimu
meskipun kau kelak tak bisa punya anak. Aku sudah ikhlas dan rela dengan
segala resiko kelak, yang akan kita tanggung bersama.
Informan TN menjelaskan bahwa kendala yang dialaminya yaitu ketakukan
dan kekhawatiran pasangannya terhadap solusi yang dipilihnya tersebut. Pasangan
informan khawatir dengan masa depannya kelak jika tidak bisa mempunyai
keturunan. Hingga akhirnya informan berusaha meyakinkan pasangannya untuk tidak
khawtir dengan hal itu. Dan informan berjanji akan tetap bersama pasangannya
tersebut apapun yang akan terjadi. Karena informan tersebut sudah ikhlas dan rela
terhadap semuanya.
4.4.4
Kendala Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap terakhir dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam tahap pelaksanaan ini semua informan tidak menemukan kendala
apa-apa. Semuanya berjalan lancar sesuai dengan harapan para informan. Seperti
yang dikatakan oleh informan MW dan informan AN, informan MW menyatakan
sebagai berikut :
Tidak ada, semua berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan.
Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh informan AN,yaitu:
Alhamdulillah ya mbak, semuanya berjalan lancar meskipun harus bolak
balik ke tukang pijetnya itu. Ya tempatnya lumayan jauh lah dari tempatku.
Informan bersyukur karena semua proses pelaksanaan berjalan dengan lancar
meskipun ada kendala sedikit dalam pembiayaan. Dan hasil akhir dari proses
pelaksanaan tersebut sesuai dengan harapan informan, sehingga informan bisa hidup
seperti sediakala tanpa memikirkan beban yang berat.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
proses pengambilan keputusan mahasiswa UNEJ dalam melakukan aborsi, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Proses pengambilan keputusna mahsiswa dalam melakukan aborsi ini, terdapat
beberapa tahapan:
1) Tahap pengumpulan informasi
Pada tahap pengumpulan informasi ini, mahasiswa mengumpulkan informasiinformasi terkait dengan aborsi atau kehamilan diluar nikannya tersebut.
Informasi-informasi itu diperolehnya dari wacan-wacana dan artikel di
internet. Informasi yang diperolehnya berupa informasi terkait dengan aborsi
dan tentang makanan, obat-obatan serta jamu yang bisa mengugurkan
kandungan. Pengumpulan informasi itu membutuhkan waktu, dan waktu yang
dibutuhkan oleh informan yaitu sekitar 1 minggu hingga 1 bulan. Karena
informan mengumpulkan banyak informasi. Informasi yang telah didapat
tersebut, mahasiswa mengolahnya dengan cara sharing atau musyawarah
mengenai hasil informasi terkait dengan aborsi yang didapatnya tersebut.
2) Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah
Pada tahap perancangan solusi ini, informan merancang atau merencanakan
solusi atau alternatif yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya tersebut (aborsi). Dalam perancangan atau perencanaan alternatif
pemecehan masalah ini, informan hanya menrancang satu solusi sebagai
pemecah masalahnya, yaitu aborsi dan tidak ada yang lain. Informan tidak
memiliki alternatif lain selain aborsi, karena aborsi dipikirnya merupakan
pemecah masalahnya yang terbaik untuk masa depan mereka. Aborsi
dipilihnya karena berbagai alasan-alasan dan pertimbangan, meskipun resiko
74
75
negatif yang akan didapatnya. Alasan yang diutarakan oleh informan yaitu
karena belum siap membina rumah tangga, masih kuliah dan belum
mempunyai pekerjaan, dan terkait dengan orang tuanya apabila mengetahui
perbuatannya tersebut akan menanggung aibnya. Resiko terburuk yang paling
ditakuti oleh informan yaitu apabila kehamilan diluar nikahnya tersebut
diketahui oleh lingkungan, apalagi sampai orang tuanya yang mengetahui
keadaannya waktu itu. Sehingga siap tidak siap informan harus siap menerima
resiko negatif dari alternatif pemecahan masalahnya yang telah dipilih
tersebut yaitu demi masa depan informan.
3) Tahap memilih solusi
Pada tahap memilih soslusi ini, informan memilih solusi aborsi sebagai
pemecah masalah yang sedang dihadapinya tersebut, yaitu hamil diluar nikah.
Tidak ada solusi lain selain aborsi yang dianggapnya tepat untuk masalahnya
itu. Tujuan informan memilih solusi tindakan aborsi yaitu demi masa depan
yang lebih baik sehingga informan terhindar dari kemungkinan harus
bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga. Sebab, informan menilai
dirinya belum siap karena saat ini sedang menempuh pendidikan dan belum
memiliki pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian. Dalam pemilihan solusi
ini (aborsi), informan menyepakati untuk meminta bantuan orang ketiga
(dukun pijat dan bidan). Karena sebelumnya informan telah mencoba
menggugurkan kandungannya tersebut menggunakan obat-obatan dan jamu
penggugur kandungan, tetapi tidak ada hasilnya. Sehingga memutuskan untuk
meminta bantuan orang ketiga untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
4) Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pelaksanaan aborsi tersebut dibantu oleh pihak
ketiga, yaitu bidan dan dukun pijat, yang memang telah memiliki pengalaman
untuk membantu aborsi secara ilegal. Dan tindakan aborsi tersebut dilakukan
di tempat tinggal bidan dan dukun pijat tersebut. Informan yang memilih
76
5.2 Saran
a. Pendidikan seks sebaiknya diberikan pada anak sedini mungkin baik itu pada
pendidikan formal maupun pada pendidikan non formal
b. Sebagai orang tua, sebaiknya dalam memberikan kebebasan dan kepercayaan
kepada putra dan putrinya sebaiknya disertai kontrol terhadap tingkah laku putra
dan putrinya.
77
c. Sebaiknya dalam pergaulan antara teman, remaja bisa membawa diri serta bisa
menerima dengan selektif informasi yang didapat dalam hubungan antar teman.
d. Apabila terjadi kehamilan diluar nikah alangkah baiknya mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Pengantar pada Pengertian dan beberapa Pokok Bahasan. Jakarta: FISIP UI
PRESS.
Aldila.D.R.(2000).Perepsi Mahasiswa Terhadap Aborsi Dikalangan Remaja (studi
kasus pada program studi sosiologi-antropologi FKIP UNS tahun
2008).Skripsi.Tidak diterbitkan.UNS
Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. CV Pustaka Ceria. Bandung
Bungin, B. 2001. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dermawan, Rizky. 2006. Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung
Fadillah, H. (2001). Waspadai
September.
seks
bebas
78
79
80
Jurnal
Sinaga, Tinceuli. 2007. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari
Kehamilan Tidak Dikehendaki di Sekolah Umum Negeri 1 Pematang Siantar
Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara.
Agustino, Hutri. Megi, Serli. Rini, Setyo. 2007. Perilaku Seks Bebas dan Aborsi
Mahasiswa di Malang. PKM Penulisan Ilmiah. Universitas Muammadiyah
Malang.
Sari, Puspita Citra. Harga Diri Pada Remaja Putri yang Telah Melakukan Hubungan
Seks Pranikah. Universitas Gunadarma.
Kumala Suratno, Nur. 2009. Pengambilan Keputusan Untuk Melakukan Aborsi Pada
Mahasiswa. Skripsi. Universitas Negeri Islam Yogyakarta.
Khisbiyah, Desti, M & Wijayanto. (2002). Kehamilan yang tidak dikehendaki di
kalangan remaja. Bening : Media Refleksi Pengalaman Lapangan Program AIDS &
Kesehatan Reproduksi. Juni, III (1), 2-5
Persitarini. Jawa Pos. 31 Desember 1997.
Radar-Jember, 10 november 2009
81
Internet
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remajayang-mengkwatirkan/
http://www.nedstatbasic.net
http://remaja/masa-remaja/
http://tempo.com (diunduh tanggal 5 januari 2012)
http://www.Indosiar.com (diunduh tanggal 5 Januari 2012).
http://www.tribunnews.com (diunduh tanggal 5 januari 2012).
http://www.kompas.com (diunduh tanggal 5 Januari 2012).
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/#ixzz1ktuhbzcX
http://www.untukku.com/artikel-untukku/apa-itu-seks-bebas
untukku.html#ixzz1sN2Fceyv
http://regional.kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Ta
hun..30.Persen.Oleh.Remaja
http://www.kesrepro.com
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/01/21/kehamilan-yang-tidak diinginkanremaja/
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remajayang-mengkwatirkan/
http://hqweb01/bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map124waspadai.html.
(id.wikipedia.org/wiki/proses)
82
Lampiran 1
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
sajakah
anda
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
83
84
85
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Nama
: Tino
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pelajar/Mahasiswa
Alamat
:-
86
mencarikan nafkah untuk pasangan aku, mbak. Maka dari itu mbak, mungkin
hanya dengan aborsi itu bisa meneruskan cita-cinta kita berdua. Amien.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Aku banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya artikelartikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaanku lebih mantap saja
dalam menyuruh cewek aku melakukan hal itu.
d) Darimana
sajakah
anda
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
87
88
Apalagi aku masih belum kerja. Pendapatan aku hanya didapat dari uang
kiriman orang tua. Dengan begitu maka aku memutuskan untuk melakukan
aborsi. Meskipun itu amat berat sekali bagi kami berdua.
e) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Bagi aku, kemungkinan terburuk adalah apabila aku diketahui orang tua.
Hanya itu, mbak. dan harus siap menghadapinya.
f) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Tentunya sama pacarku sekaligus sahabat yang sudah berpengalaman dalam
melakukan aborsi itu.
g) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Ada. Sahabat aku sendiri. Ya bisa dibilang teman seperjuanganku sejak SMA.
Ia yang sering membantu aku untuk menemukan links bidan yang bisa diajak
kompromi dalam melaksanakan aborsi.
h) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Sekitar 1 bulanan. Tentunya, waktu 1 bulan tersebut aku banyak
mengahabiskan waktu utnuk meyakinkan, mensugesti, pacar aku untuk siap
diaborsi. Di samping itu aku mengumpulkan donasi untuk aborsi. Huft,
pokoknya waktu itu banyak menguras tenaga dan pikiran aku, mbak.
i) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Aku mbak. Aku merasa punya tanggung jawab yang besar atas kandungan
pacar aku mbak. Kerap aku sering menghibur dia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Sebab pacar aku sering murung, mukanya kusut, bahkan tak
jarang sering tak urus dengan sendirnya sendiri.
89
90
ada kemungkinan negative yang lainnya. Tapi aku tak kepikiran itu. Aku
hanya pasrah.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Alahamdulillah dia malah menyetujuinya. Bahkan siap untuk diaborsi. Ia tak
segan-segan untuk menyegerakan rencana itu.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Sepertinya aku hanya melibatkan bidan yang siap mengaborsi cewek aku, agar
tidak berdampak negative di kehidupan selanjutnya. Dengan begitu, aku akan
tenang-tenang saja.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Mungkin aku susah akan punya anak kelak, saat kita bekeluarga. Sebab
apabila proses aborsi, tahap kuratase, tidak optimal bisa menyebabkan kanker.
Perihal ini yang sering aku takutkan mungkin jadi momok bagi aku hingga
saat ini. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan seperti itu. Mau bagaimana
lagi mbak, wong itu resiko yang harus aku tanggung kelak. Meskipun di sisi
lain, aku berdosa besar terhadap agama dan Tuhan. Aku siap menaggung itu
semua, asal sekarang, kita bisa hidup normal seperti pada umumnya, bukan
seperti pasangan keluarga yakni ayah-ibu.
h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Ya aku hanya bisa berdoa atas semua itu. Meskipun keadaan kian berat.
Menjelang masa-masa persiapan aborsi aku sering sendu melihat cewek aku
yang sebentar lagi diaborsi. Entahlah. Tak tahu. Perasaan aku hanya ingat
pada janin yang dikandungnya, bahwa ia adalah darah daging aku. Aku tak
tahu harus berbuat apa. Yang ada hanya pemantapan diri bahwa aku harus
menerima dia kekurangan-kelebihan dengan segala lapang dada sebab ia
adalah wanita yang mengandung darah daging aku.
91
92
Tentunya denbgan mengikuti itu semua, mungkin aku bisa hidup normal
seperti sediakala.
f) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?
Berat. Tapi mau bagaimana lagi, aku sering menghiburnya dan selalu
menanamkan optimis bahwa aborsi itu akan berjalan dengan baik. Meskipun
sisi lain aku khawatir dengan keselamatannya saat aborsi berlangsung. Aku
hanya bisa berdoa terhadap Tuhan untuk selalu memberikan keselamatan
kepada dia saat aborsi berlangsung.
g) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Pertama aku yang amat dominan dengan keputusan ini. Setelah itu, kami
berdua sepakat dalam laksanakan proses aborsi itu. Bagaimanapun juga proses
aborsi itu kita laksanakan demi kepentingan kita bersama di kehidupan
selanjutnya
h) Maksud anda kehidupan selanjutnya apa?
Maksudnya setelah kita melaksanakan aborsi kita bisa hidup normal seperti
mahasiswa pada umumnya. Bisa belajar dengan serius tanpa harus
memikirkan kandungan dsb.
i) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Pastinya sahabat aku, mbak. siapa lagi, wong Cuma dia yang tau masalah ini.
j) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ya dia bersyukur semuanya telah berjalan lancar. Dan dia juga mewanti-wanti
agar jangan sampai terulang lagi masalah seperti ini dan tetap berhati-hati.
Dan aku banyak bersyukur dan berterima kasih kepada dia pacarku, karena ia
telah melaksanakan aborsi itu. Ia dengan berani menahan rasa sakit yang amat
perih saat aborsi sedang berlangsung. Bahkan setelahnya itu dia selalu
memberikan senyum kebahagiaan pada diriku. Maka dengan begitu aku
93
94
Hasil Wawancara
Nama
: Dika
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pelajar / mahasiswa
Alamat
:-
95
dari itu mbak, kita milih aborsi sebagai jalan keluar dan jalan terbaik buat kita
dan masa depan kita juga.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Saya banyak baca-baca tentang artikel-artikel yang terkait tentang aborsi di
internet. Ya supaya nggak terjadi sesuatu lah dengan langkah yang akan kita
ambil nantinya.
d) Darimana
sajakah
anda
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
96
97
98
b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Ya seperti yang saya bilang tadi. Pertama, saya belum siap untuk semuanya,
status saya dan pacar saya disini juga masih seorang mahasiswa. Belum ada
pikiran untuk berkeluarga.Kedua, kasian sama orang tua harus menanggung
aib kita dan juga takut sama orang tua kalau ketahuan hamil diluar nikah ini.
c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan
tertentu dari pasangan anda?
Nggak ada, karna disini kita sama-sama menyetujui hal tersebut. Dan pacar
saya juga sudah benar benar mantap dengan pilihan aborsi ini.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
Ya karna saya dan pacar saya sudah mantap dengan solusi ini. Dan kita juga
menganggap hal ini adalah jalan keluar terbaik buat kita berdua dan juga masa
depan kita berdua. Meskipun dalam benak saya nggak tega harus melihat
pacar saya merasakan sakitnya sendirian.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Setuju, karna ini juga merupakan hasil kesepakatan kita berdua. Demi orang
tua dan masa depan kita berdua.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Pihak lain disini ya Cuma sahabat pacar saya saja. Meskipun awalnya dia
nggak menyetujui rencana kami berdua. Tapi akhirnya dia jua setuju. Karna
juga demi masa depan kita.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Kemungkinan terburuk yang saya pikirkan yaitu pendarahan. Karna banyak di
berita-berita gitu pendarahan yang ujung-ujungnya bisa menyebabkan
kematian.
99
100
101
Hasil Wawancara
Nama
: Mawar
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pelajar / mahasiswi
Alamat
:-
102
perasaan saya amat berat untuk melakukannya. Semua itu demi masa depan
kita berdua dan orang tua kita.
c) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Saya banyak mengunduh wacana tentang aborsi di internet, khususnya artikelartikel yang mendukung aborsi. Ya, supaya perasaan saya lebih mantap saja
untuk melakukan aborsi ini.
d) Darimana
sajakah
anda
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
103
Apapun yang terjadi, saya akan terima resiko negatif dari aborsi tersebut.
b) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Ya kita hanya mengumpulkan donasi saja agar proses aborsi berjalan dengan
lancar.
c) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
Tak ada pro dan kontra. Kita sudah sepakat untuk melakukan aborsi. Demi
kebaikan kita bersama.
d) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?
Terpenting bagi saya, umur janin saya tak lebih dari 4 bulan lamanya. Dengan
begitu saya akan tenang dalam melakukan aborsi. Sebab pengetahuan saya,
dalam agama, apabila kandungan saya sudah mencapai 4 bulan lebih, maka
janin itu sudah bernyawa, dalam arti Tuhan telah memberikan nyawa pada
janin tersebut. Dengan begitu, secara otomatis, apabila saya melakukan aborsi
pada usia janin di umur 3 bulan, maka saya tidak terklaim membunuh. Perihal
itu yang saya yakini.
e) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Bagi saya, kemungkinan terburuk adalah apabila saya diketahui sedang
mengandung oleh lingkungan, hanya itu mbak. Malu rasanya bila temanteman mengetahuinya. Apalagi kalau sampai orang tuaku tahu dengan
104
105
106
107
Biasa saja. Justru saya yang sering diperhatikan oleh pacar saya. Saya justru
banyak bersyukur karena punya pasangan yang amat perhatian.
g) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Pertama pacar saya yang amat dominan dengan keputusan ini. Lama kelamaan
justru saya yang paling mantap untuk mengambil keputusan aborsi. Justru
pacar saya sering menitikkan air mata, beberapa jam sebelum proses aborsi
dilaksanakan.
h) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Pastinya pacar saya, mbak. Nggak ada yang lain. Kan yang tau masalah ini
cuma kita berdua.
i) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ia banyak bersyukur dan berterima kasih kepada saya, akrena telah
melaksanakan aborsi itu. Dengan itu, janjinya dia harus berhati-hati atau
waspada saat berhubungan badan agar tidak melaksanakan aborsi lagi.
Dengan begitu maka tak ada donasi yang perlu dikeluarkan dan hidup bisa
normal seperti sebelumnya.
108
Hasil Wawancara
Nama
: Ana
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pelajar / mahasiswi
Alamat
:-
109
harus berbuat apa, gimana caranya. Nggak kepikiran sama yang lain, ini kan
aib juga mbak. Nggak mungkin kan ngomongin ini sama orang.
d) Informasi-informasi seperti apa sajakah yang anda cari terkait dengan
permasalahan yang sedang anda hadapi pada waktu itu yaitu kehamilan diluar
pernikahan?
Waktu itu aku masih cari-cari info tentang makanan, obat-obatan termasuk
jamu apa yang sekiranya bisa gugurin kandungan itu. Tapi masih belum
berpikiran buat pijet, soalnya aku langsung berpikir bagaimana caranya
secepat mungkin buat gugurin kandungan ini, takut ketahuan sama orang tua.
e) Darimana
sajakah
anda
mengumpulkan
informasi-informasi
tentang
110
i) Berapa lamakah waktu yang anda perlukan untuk mengumpulkan informasiinformasi tersebut?
Hmm,, sekitar 1 mingguan kayaknya mbak. Kan masih tanya-tanyanya lama
gitu, tanya sana sini kan yang tanya bukan aku langsung. Dan juga nunggu
informasi dari temen pacarku itu .
j) Setiap kali anda mendapatkan informasi, bagaimana anda berdua mengolah
informasi-informasi tersebut ?
Dengan semua informasi yang kita dapat itu kita mikir, diskusi bareng dan
nebak-nebak jugalah kan masalahnya belum pernah waktu itu, informasi yang
mana yang sekiranya bisa mendapatkan hasil yang cepat dan kiranya juga
terjangkau itu yang kita pilih mbak.
2) Design: Tahap perancangan solusi dalam bentuk altenatif pemecahan masalah.
a) Terhadap permasalahan yang sedang anda hadapi, yaitu kehamilan di luar
pernikahan, alternatif-alternatif solusi seperti apa yang anda persiapkan?
Aku mikirnya waktu itu nggak ampe kesitu (alternatif lain) ya mbak.
Resikonya saja aku nggak mikirin apalagi alternatif solusi, pokoknya yang
terpenting itu aku nggak hamil dan secepatnya kembali normal lagi. Pikiranku
cuma ke satu pikiran gimana cara gugurin kandungan itu.
b) Wah nekat ya, bagaimana kalau ternyata resikonya berakibat fatal ?
Ya berarti itu nasib mbak ,, hehe. Mau gimana lagi, malu juga ada. Belum
juga malunya orang tua, kan kasian sama orang tua.
c) Bagaimana proses diskusi pada waktu menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut?
Berhubung kita disini masih sama-sama belum siap untuk berumah tangga ya
proses diskusinya sama cowokku ya cepetlah. Nggak ada masalah karna kita
sama-sama setuju dengan alternatif aborsi itu. Kita menganggap alternatif
aborsi itu merupakan jalan yang terbaik buat masa depan kita.
d) Bagaimana pro dan kontra yang terjadi pada waktu penyusunan alternatif
solusi pemecahan masalah tersebut ?
111
Nggak ada pro dan kontra ya mbak. Kita sama-sama setuju dengan
menganggap aborsi merupakan jalan terbaik buat kita dan masa depan kita.
e) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dari
setiap alternatif solusi pemecahan masalah terkait dengan kehamilan di luar
pernikahan tersebut?`
Kita kan nggak ada laternatif lain selain aborsi mbak. Jadi nggak ada
pertimbangan-pertimbangan lagi. Alasannya ya karena belum siap punya anak
dan takut sama ortu. Dan masih kuliah juga.
f) Bagaimana kesiapan anda terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah terhadap kehamilan di luar nikah
tersebut?
Kesiapannya ya siap nggak siap harus siap mbak, karna itu udah keputusan
aku dan aku harus siap menanggung resiko-resikonya dari alternatif itu
sekalipun resiko itu terburuk. Aku nggak ingin mengecewakan orang tua,
sekalipun aku meninggal karna proses aborsi itu aku berharap orangtua nggak
akan pernah tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
g) Bersama siapakah anda pada waktu merancang alternatif pemecahan masalah?
Sama pacar mbak, o ya temen deket aku juga yang sudah capek-capek cari
informasi itu.he
h) Apa kiranya temen anda bisa menjaga rahasia ini?
Nggak tau juga mbak, kalau seandainya dia sudah ngomong sama tementemennya yang lain ya mau gimana lagi. Aku sih cuek saja mbak, ini kan
hidup ku. Tau apa sih orang tentang aku.
i) Adakah pihak-pihak lain yang turut serta anda libatkan secara sengaja untuk
merancang alternatif pemecahan masalah?
Nggak ada mbaks selain sahabat saya itu. Kayak gini kan aib ya, jadi sebisa
mungkin dan kalau bisa Cuma kita berdua saja yang tau masalah ini. Malu lah
mbak.
112
j) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk merancang alternatif solusi
tersebut?
Sekitar 1 mingguan lah mbak. karna saya sudah mantap dengan ini (aborsi)
k) Siapakah yang paling dominan dalam merancang alternatif pemecahan
masalah terhadap kehamilan di luar nikah tersebut?
Yang paling dominan ya aku sendiri. Karna kan disini aku yang hamil dan
yang ngerasain sakit atau giman-gimananya aku. Jadi yang tau aku ya aku.
3) Choice: Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan.
a) Solusi apakah yang anda sepakati bersama dengan pasangan anda sebagai
solusi dari masalah kehamilan di luar pernikahan tersebut?
Solusi yang kita sepakati yaitu aborsi dan kita ke dukun pijet, soalnya kalau
ke dokter atau bidan itu nggak berani. Selain biayanya, kita juga nggak ada
link yang bisa membantu buat kesana, ya kalau dokter kan belum tentu mau
juga, harus dengan alasan yang bener bener bisa diterima dan tidak merugikan
dari si ibu atau pun calon janin itu.
b) Hal-hal seperti apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan anda memilih
solusi tersebut?
Ya disini aku kan masih kuliah, cowokku juga masih kuliah belom punya
kerja. Gimana juga cara ngadepin orang tua. Kita disini masih sama-sama
belum siap. Jadi tiga hal itu yang menjadi dasar pertimbanagan kita sehingga
memilih aborsi ini.
c) Pada saat pilihan tersebut telah ditetapkan, masih adakah keberatan-keberatan
tertentu dari pasangan anda?
Kalau keberatan-keberatan gitu nggak ada ya mbak, saya sendiri juga seudah
mantap buat semua ini. Paling cuma cowokku saja ngarasa kasian dan nggak
tega gitu aku menanggung sakit itu sendiri.
d) Mengapa anda tidak memilih alternatif solusi yang lain? Mohon dijelaskan
alasan anda?
113
Aku nganngep ini alternatif yang paling baik dan paling tepat meskipun itu
membahayakan nyawaku. Alasannya ya aku belum siap buat ngadepin orang
tua, nggak pengen mengecewakannya dan aku masih pengen ngelanjutin
study ku.
e) Bagaimana pendapat pasangan anda terhadap pemilihan solusi tersebut?
Ya setuju sama solusi itu, itu juga merupakan hasil kesepakatan kita berdua.
Alasannya dia ya sama kayak aku, nggak pengen ngecewain orang tua dan
masih pengen ngelanjutin kuliahnya. Karna kalau kita, meskipun cuma dapet
gelar S1 bakalan mempermudah buat semuanya.
f) Jika anda melibatkan pihak lain dalam penetapan pilihan tersebut, bagaimana
pendapat orang yang anda libatkan tersebut?
Kita disini kan tidak melibatkan orang lain mbak, hanya kita berdua yang tahu
sama temen deketku itu, ya temen deketku juga nyaranin aborsi juga.
Walaupun sebelumnya dia nggak setuju.
g) Menurut anda, kemungkinan terburuk seperti apa yang dapat terjadi
seandainya solusi itu dilaksanakan?
Kemungkinan terburuk ya bisa saja aku mati pendarahan mbak. Karna aku liat
di berita-berita itu kan kebanyakan dalam proses aborsi itu mati gara-gara
pendarahan. Aku juga sempet berkhayal gimana ntar pendarahannya, tapi
ternyata pendarahan yang aku alami nggak sama seperti khayalanku itu. Cuma
seperti menstruasi biasa.
h) Bagaimana anda bersama pasangan anda mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemungkinan terburuk tersebut?
Waktu itu aku nggak ampe berpikiran sejauh itu ya mbak,saya hanay bisa
berdoa saja. kalau kemungkinan memang benar-bener terjadi kemungkinan
terburuk itu ya aku ngangepnya ya nasibku gitu udah. Nggak tau kalau
cowokku ya, soalnya kita berdua nggak pernah membahas sampe kesitu. Yang
ada dipikirannya cuma bagaimana ngilangin itu yang ada di perut.
114
115
f) Apakah teman-teman kosan anda tidak curiga dengan melihat jamu dan obatobatan itu, bagaimana anda menjelaskannya?
Ya itu kan kan kamar ku mbak, jadi aku nggak sembarangn memasukkan
orang laen ke kamarku dan pastinya aku nyimpen barang-barang itu serapi
mungkin hingga nggak buat orang lain curiga yang melihatnya.
g) Berapa kali upaya yang harus anda lakukan hingga berhasil melaksanakan
cara tersebut?
Kalau ke dukun pijetnya 2 kali gitu, itu jaraknya selisih seminggu sama
pertama pijetnya itu. Kalau obatnya ngabisin sekitar 5 pil kalau nggak salah
dan jamunya lebih banyak lagi. Hingga bener-bener darah yang keluar itu
bersih, nggak lagi kluar. Ya dituntaskan dengan minum jamu itu.
h) Bagaimana bentuk dukungan anda terhadap pasangan anda ketika
melaksanakan pilihan tersebut?
Saya hanya meyakinkannya mbak. soalnya pas waktu hampir melaksanakan
keputusan itu, keliatannya dia rada-rada ragu. Katanya sih kasian dan nggak
tega ngeliat saya harus menanggung itu semua.
i) Siapakah yang dominan dalam penetapan pilihan tersebut?
Yang paling dominan ya saya sama pacar saya mbak. karna ini keputusan kita
dan kita sama-sama menyetujuai keputusan itu.
j) Siapakah yang anda ceritakan terlebih dahulu ketika usaha yang anda lakukan
tersebut mengalami keberhasilan/kegagalan?
Ya tentu saja cowokku lah mbak. Setelah itu baru temen deketku yang udah
bantuin itu. Aku nggak pernah menceritakan masalah ini ke oranng tua, cari
mati mbak. Jadi sampai detik ini nggak ada yan tau selain aku, pacarku dan
temen deketku itu mbak.
116
k) Bagaimana saran dari pihak yang anda ceritakan tersebut terkait dengan usaha
yang telah anda lakukan, baik berhasil maupun tidak berhasil?
Ya turut bersyukur lah mbak, karna sudah berhasil dan nggak dapat masalah
yang lebih besar lagi. Masalah yang lebih besar lagi ya itu hubungan dengan
orang tua, orang tua jangan sampe tau masalah ini. Biar aku aja yang
nanggungnya, toh sekarang saya sehat nggak terjadi apa-apa. Dan sarannya
dari temen deketku ya jangan sampe terulang kejadian ini lagi.
117
Lampiran 3
Kategorisasi data
Reaksi ketika mengetahui hamil
Koding
5
6
7
8
118
No
Kategorisasi data
Koding
11
pasangan
sahabat terdekat yang pernah melakukan
aborsi
12
1 minggu
1 bulan
13
Pihak wanita
Pihak pria
14
15
16
17
18
19
119
No
Kategorisasi data
Koding
20
Pasangannya
Sahabat
21
22
120
Lampiran 4