Anda di halaman 1dari 2

Resensi novel terjemahan

By : Ikhwanto

Judul Asli : Can You Keep a Secret?


Judul Terjemahan : Jangan Bilang-bilang, Ya...
Penulis : Sophie Kinsella
Penerjemah : Siska Yuanita
penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 480 halaman
Cetakan : Ke-5, Februari 2007

Sophie Kinsella berhasil membuat saya 'jatuh cinta' pada sebuah kisah
romansa dengan suguhan yang berbeda, kendati awalnya terasa seperti
film-film drama komedi romantis dengan karakter utama wanita yang naif
dan lugu.

Emma, seorang asisten pemasaran di Panther Corporation, berusaha


mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Ia menyimpan segudang rahasia
mengenai dirinya sendiri maupun perbuatan-perbuatan yang terkait
dengan orangtua dan kekasihnya. Semua berubah tatkala Emma meracau
akibat mabuk dan takut terbang dalam pesawat kelas bisnis kepada teman
seperjalanannya, setelah menggagalkan sebuah pertemuan penting di
Skotlandia. Ketegangan sekaligus kelucuan demi kelucuan bergulir
sebab pria yang duduk di sebelah Emma itu adalah pemilik perusahaan
dan pendirinya, Jack Harper.

Jack digambarkan sangat manusiawi. Bahkan tidak lebih tampan dari


Connor, kekasih Emma. Saya turut jatuh hati oleh sikap-sikap
hangatnya, perhatiannya yang dirasa tulus dengan memberikan apa saja
yang disenangi Emma. Ia membuat sang asisten pemasaran tersadar untuk
membatalkan rencana tinggal bersama kekasihnya, bahkan memutuskan
hubungan yang diliputi sandiwara. Saya ikut gemas saat Jack mendukung
Emma mengutarakan perasaan tersisihnya terhadap Kerry, sepupu yang
mencuri perhatian kedua orangtuanya dengan menjadi bintang di mata
mereka namun menikamnya di belakang. Kerry lebih buruk dari Jemima,
teman seapartemen Emma dan Lissy yang berambisi menjadi wanita
terhormat, atau Artemis, teman seruangannya yang menyebut Emma
sekertarisnya pada orang lain.

Tetapi kemudian impian indah Emma, yang disimpannya dalam rahasia


pula, hancur berantakan. Airmata saya berlinang pada waktu itu,
membayangkan perasaan sakit hati dan terperdaya sekaligus malu tak
terkira yang ditanggungnya. Akan tetapi Sophie Kinsella seperti biasa
mengemasnya dalam kelucuan-kelucuan yang tak sekadar menghibur. Ia pun
menyisipkan pesan moral, setidaknya dua: Keluarga adalah milik kita
yang berharga dan setiap orang memiliki rahasia.

Satu hal yang disayangkan dalam novel ini, penulis kurang mendeskripsikan ekspresi
perasaan, maupun konflik batin yang terekam pada setiap peristiwa. Seperti halnya saat
Emma dihadapkan pada dua pilihan yang sangat dilematis yaitu berencana untuk tetap
tinggal bersama kekasihnya atau menikmati hari-hari indah bersama Jack. Padahal disitulah
letak kekayaan imajinasi yang seharusnya ditumpah-ruahkan dengan kata-kata bermakna
yang cukup mewakili segenap perasaan seorang tokoh. Sekilas, alurnya pun cukup apik dan
menarik, namun antara adegan satu dan lainnya sedikit banyak terkesan dipaksakan.
Sehingga terkadang pembaca kurang bisa mencerna dan masuk dalam cerita.

Namun secara keseluruhan, Jempol tinggi-tinggi untuk Siska Yuanita, dikarenakan alih
bahasanya yang trampil dan memikat. Tak hanya menerjemahkan, namun Siska juga bisa
membuat jalan cerita lebih menarik dan dinamis.

Anda mungkin juga menyukai