BATA
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
umber daya manusia merupakan modalitas utama dari sektor konstruksi disamping teknologi, capital,
material dan modal usaha. Efisiensi dan kualitas infrastruktur salah satunya akan sangat tergantung
dari kehandalan kompetensi SDM Konstruksi bidang terampil khususnya pekerja konstruksi. Oleh
karena itu, peningkatan kompetensi pekerja konstruksi merupakan keharusan untuk menjamin tidak terjadinya
kegagalan bangunan/ konstruksi. Dalam perspektif inilah suatu pelatihan bagi para Pekerja Konstruksi dibutuhkan untuk mengakselerasi peningkatan jumlah Pekerja Konstruksi yang memiliki kompetensi yang optimal
sehingga pada akhirnya akan bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan melalui kompensasi imbal jasa
yang layak bagi tenaga kerja konstruksi.
Pelatihan Pekerja Konstruksi dengan menggunakan Mobile Training Unit diharapkan mampu menjawab tantangan untuk peningkatan kompetensi Pekerja Konstruksi yang ada di Indonesia karena dapat menjangkau
kantong-kantong Pekerja Konstruksi yang ada di daerah pelosok. Pelatihan Konstruksi Keliling ini harus
didukung oleh semua stakeholder bidang jasa konstruksi agar tingkat keberhasilannya mencapai sasaran yang
diinginkan. Selain dukungan eksternal suatu pelatihan yang baik harus didukung oleh alat pelatihan yang baik
juga, salah satunya modul/ materi pelatihan. Buku saku pekerja konstruksi dalam pelatihan merupakan salah
satu media bahan pelatihan peningkatan kompetensi bagi tenaga kerja konstruksi.
Saya percaya, buku saku ini dapat menjadi pegangan bagi para pekerja konstruksi untuk melakukan tugasnya
Jakarta, Januari 2014
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PEMBINAAN KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
embinaan kompetensi dan pelatihan konstruksi bagi SDM Konstruksi secara berkesinambungan
harus terus diupayakan dala meningkatkan daya saing SDM Konstruksi. Kementerian Pekerjaan
Umum, melalui Badan Pembinaan Konstruksi cq. Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi mempunyai tugas dan fungsi untuk mewujudkan SDM konstruksi yang berkualitas dan berdaya
saing dengan mengoptimalkan seuruh sumber daya yang tersedia saat ini.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan terobosan untuk mempercepat penyelenggaraan pelatihan
konstruksi ditengah daya dukung pemerintah yang terbatas dalam hal pendanaan maupun sarana prasarana. Salah satu terobosan tersebut adalah pelatihan dengan menggunakan Mobile Training Unit (MTU) atau
disebut Pelatihan Konstruksi Keliling. Pelatihan ini diharapkan dapat menjangkau tenaga kerja konstruksi
di kantong-kantong lokasi pekerja konstruksi baik di pelosok daerah maupun di proyek-proyek konstruksi.
Selain itu, dengan adanya Pelatihan Konstruksi Keliling ini dapat meningkatkan akses/ peluang bagi tenaga
kerja konstruksi terampil untuk mengikuti pelatihan/ uji kompetensi.
Buku Saku Pekerja Konstruksi dalam Pelatihan Konstruksi Keliling ini hadir untuk mendukung proses
belajar mengajar yang akan dilaksanakan selama proses pelatihan. Buku saku ini diharapkan menjadi
panduan bagi para peserta pelatihan selama mengikuti proses belajar, serta sebagai alat pembelajaran
mandiri diluar pelatihan. Buku ini dirancang sedemikian ringkas agar mudah dimengerti serta mengikuti
perkembangan zaman dan teknologi yang ada saat ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
bakuan/ modul pelatihan sesuai standar yang berlaku.
1 BAB I
PENGANTAR
BAB VII
3 BAB II
59
PUSBIN
KPK 2014
38
8
22
BAB III
BAB VI
BAB IV
BAB V
29
BAB I
Pelatihan Berbasis
Kompetensi
Kompeten ditempat
Kerja
Jika
seseorang
kompeten
dalam
pekerjaan tertentu,
maka yang bersangkutan
memiliki
seluruh keterampilan,
pengetahuan
dan sikap kerja yang
perlu untuk ditampilkan secara efektif di
tempat kerja, sesuai
dengan standar yang
telah ditetapkan.
BAB I
PENGANTAR
BAB II
PELAKSANAAN
KESELAMATAN
KESEHATAN
KERJA
Umum
Sepatu kerja
Helm
Kacamata
BAB II
PELAKSANAAN K3
Safety belt
Rompi kerja
Pemakaian APD
Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum memasuki area pekerjaan, untuk
mempersiapkan diri dan menghindari kecelakaan pada saat berada dilokasi
pekerjaan.
Pemilihan APD
Memilih Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi. seperti :
Sarung Tangan
BAB II
PELAKSANAAN K3
BAB II
PELAKSANAAN K3
BAB III
PENYIAPAN
MATERIAL dan
PERALATAN
PEKERJAAN
PASANGAN
BATA
Umum
a. Pekerjaan
dimulai
dengan
penyusunan rencana kerja, agar
pelaksanaan pekerjaaan dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
1. Batu pecah/kali
2. Batu bata
3. Peralatan pengukuran (water pass/selang plastik, patok dan
papan, meteran)
4. Peralatan kerja (sendok spesi, cangkul, palu)
5. Bahan adukan (pasir dan semen), dan
6. Tempat membuat adukan/spesi
Penyimpanan Material
Material pasangan bata harus
ditempatkan sesuai SOP, sehingga pada digunakan tidak mengganggu
kelancaran
dalam
mengerjakan pasangan bata.
Tata cara penempatan material :
tempat
penyimpanan
semen
a. Penempatan Semen
semen
Pengambilan
semen
dari
tumpukannya
harus
diatur,
sehingga semen yang lama bisa
diambil lebih dahulu.
masuk
keluar
200
50
80
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
10
b. Penempatan Pasir
tempat
penyimpanan
pasir
Instruksi kerja mesin potong bata terdapat pada buku manual kerja
suatu peralatan, biasanya juga menjelaskan tata cara perawatan
dari alat potong itu sendiri.
pasir
portable
11
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
stationer
Pemotongan Bata
Pemilihan beberapa tipe tampak
luar bata
Bata merah dibuat dari tanah liat
atau tanah lempung diaduk dan
dicampur dengan air
Pemilihan beberapa tipe tampak
luar bata
Batu bata yang dibuat di perusahaan besar yang menggunakan tenaga mesin,
terdiri dari macam-macam ukuran yaitu:
a. bata utuh
b. panjang bata
c. panjang bata
Jenis-jenis potongan bata yang mungkin dapat terjadi pada pemasangan batu
bata adalah seperti berikut:
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
12
Menggaris bata
yang akan dipotong
Berhati-hatilah
saat
melakukan pemotongan
bata
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
SPESIFIKASI
KOTAK PERALATAN
Berfungsi
sebagai
tempat
menyimpan peralatan tangan.
Pada kedua sisi samping
terdapat lubang agar udara di
dalam kotak tidak lembab.
40cm
65cm
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
14
NO.
2.
SPESIFIKASI
Kriteria :
a. Melalui gelang panahan yang diletakkan diatas ujung ibu jari telunjuk bisa
diketahui titik beratnya dan sempurna tidak nya bentuk cetok itu.
gbr 3d
gbr 3d
d. Permukaan daun cetok harus rata, halus. Daun cetok lenting dipukul dengan
benda keras suaranya nyaring.
e. Tangkainya harus terpasang dengan kuat.
3.
15
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
Berbentuk segiempat
dengan ukuran 220cm
Terbuat dari baja tipis
gbr 3d
NO.
4.
SPESIFIKASI
5.
gbr 3d
Kriteria :
Tangkai palu harus terpasang kuat dan tegak lurus dengan posisi menonjol 5-15
mm dari kepala palu.
6.
gbr 3d
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
16
NO.
7.
SPESIFIKASI
Kriteria :
a. Tangkai palu haris terpasang dengan kuat.
b. Tidak terdapat kerusakan seperti terlalu longgar pada lubangnya, sehingga
mudah lepas waktu dipakai.
c. Permukaan pal hendaknya sedikit cembung (tidak rata) dan tepi permukaannya masih baik.
8.
Kriteria :
Penyipat waterpass sekarang lebih banyak dibuat dari logam yang ringan
seperti aluminium dengan bentuk persegi.
9.
gbr 3d
Unting-Unting 400gr
Kegunaan unting-unting adalah untuk mengontrol tegak
Kriteria :
a. Benang yang dipakai tidak terdapat ikatan atau sambungan
b. Benang yang terbaik terbuat dari sisal
c. Bagian bawah simpul ada kelebihan
d. Bagian bawah simpul ada kelebihan antara 10-15 mm (lihat gambar)
e. Benang sintetis dapat dipotong dengan korek api.
f. Setelah terpotong dirapikan hingga terdapat ujung yang baik.
17
gbr 3d
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
Berat 400gr
gbr 3d
NO.
10.
11.
SPESIFIKASI
SIKU-SIKU 60/33
Kegunaan siku-siku adalah untuk menggambar dan mengontrol kesikuan
pekerjaan
Kriteria :
a. Tidak boleh digunakan sebagai palu atau untuk mengungkit paku maupun
bekisting
b. Tidak boleh dijatuhkan atau dilempar
Ukuran 60x33cm
gbr 3d
BENANG
Kriteria :
a. Benang sintetis lebih baik karena bisa ditarik dan dilentingkan sehingga
kotoran yang melekat bisa terlepas
b. Benang tidak boleh dipukul
c. Benang digulung pada sebuah papan atau kayu
12.
METERAN
gbr 3d
gbr 3d
gbr 3d
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
18
NO.
13.
SPESIFIKASI
14.
gbr 3d
SIKAT PEMBERSIH
Kriteria :
Berbentuk lancip, S atau persegi
15.
gbr 3d
KUAS AIR
Berfungsi untuk memercikkan air pada benda kerja
Kriteria :
a. Kuas dibuat dari serat fiber atau plastik
b. Kuas air harus dalam keadaan bersih
19
gbr 3d
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
Berbentuk
bulat,
bertongkat dari kayu
atau plastik
gbr 3d
NO.
16.
SPESIFIKASI
17.
Terbuat
dari
kayu
dengan ukuran 50 x 32
cm
gbr 3d
Kriteria :
Sama dengan roskam kayu segiempat
18.
gbr 3d
PENAHAN BENANG
Digunakan untuk menahan benang pada pekerjaan pasangan bata
Kriteria :
Harus selalu dibersihkan agar tidak berkarat
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
20
Perawatan :
a. Semua peralatan yang terbuat dari besi dan
baja harus selalu diberi oli agar tidak berkarat
b. Tidak boleh digunakan sebagai alat untuk meratakan pada pekerjaan plesteran, sebagai
penyangga atau digunakan untuk keperluan lain
yang menyimpang dari petunjuk
c. Bagian tabung yang berisi gelembung (libel)
harus selalu dibersihkan.
d. Kontrol sewaktu-waktu ketepatannya (kalibrasi)
21
BAB III
MATERIAL dan PERALATAN PEKERJAAN PASANGAN PASANGAN BATA
BAB IV
Umum
a. Pekerjaan dimulai dengan penyusunan rencana kerja,
agar pelaksanaan pekerjaaan dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
Pemasangan
Bouwplank
untuk
Pondasi
23
BAB IV
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
Pondasi tipe P2
Pondasi tipe P3
BAB IV
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
24
Pondasi tipe P3
Pondasi tipe P4
BAB III
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
Patok
ketinggian
Patok yang
diberi perlindungan
b. Pemasangan Bouwplank
Fungsi papan acuan konstruksi (bouwplank) adalah sebagai pedoman untuk kedataran dan kesikuan permukaan pasangan pondasi,
pasangan dinding bata, beton sloof serta lebar dan dalam galian
tanah.
BAB IV
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
26
as
benang untuk
profil sloof
Penyiapan lokasi konstruksi dinding dilaksanakan apabila pekerjaan pondasi telah selesai
dikerjakan yang mengacu ada gambar kerja.
Pemasangan profil sloof dinding bata
Pemasangan benang untuk profil sloof dilakukan apabila tinggi dan tebal sloof telah diketahui.
dengan melihat ukuran dari gambar kerja yang
telah diperolehnya.
27
BAB III
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
Memeriksa seluruh profil pekerjaan dasar pasangan bata dan memeriksa konstruksi pasangan
bata yang akan dipasang profilnya, melakukan pemeriksaan yang meliputi :
1. Pemeriksaan benang yang dipasang, masih dalam keadaan tegang atau berubah.
2. Pemeriksaan kedataran benang.
3. Pemeriksaan kesikuan benang.
4. Pemeriksaan bouwplank, kedudukannya masih tetap atau ada pergeseran.
5. Pemeriksaan jarak antara titik-titik tertentu, seperti sudut bangunan, pertemuan dinding dan
sebagainya.
BAB IV
PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
28
BAB V
Umum
Memilih Bahan adukan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan mutu bahan adukan sesuai standar mutu yang sudah ditetapkan.
30
3. Pasir
Pasir yang baik adalah pasir yang bersih, tajam, keras, kasar dan
tidak mengandung bahan organis. Pasir yang mempunyai kadar
lumpur lebih dari 5% harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
a. Jenis pasir
1. Pasir sungai
2. Pasir gunung
3. Pasir laut
2. Kapur
Berikut adalah tipe kapur yang biasa dijadikan
campuran adukan semen dalam pemasangan
bata
a. Kapur tohor
b. Kapur padam
c. Kapur udara
d. Kapur hidrolis
e. Kapur magnesia
31
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
Pemeriksaan kadar
lumpur pasir
Jika tinggi pasir dan lumpur adalah 10 cm dan tinggi endapan lumpur 2
mm, maka kadar lumpur pasir tersebut adalah sebesar 2/100 x 100% =
2%.
Proses pencucian
pasir yang
mengandung kadar
lumpur lebih dari
5%
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
32
4. Air
a. Sendok adukan :
b. Sikat adukan :
33
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
d. Saringan pasir
e. Gerobak adukan
f. Bak adukan :
Pengaduk semen
Pengadukan campuran dilakukan apabila perbandingan antara semen dan
pasir telah ditentukan. Jumlah semen dan pasir yang akan diaduk ditentukan
berdasarkan Spesefikasi Teknis yang dipersyaratkan.
Untuk melakukan pengadukan secara manual, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
g. Ember adukan
1. Sediakan tempat membuat adukan kira-kira ukuran 1,5 x 1,5 meter, dan
sebaiknya keempat sisinya dibatasi dengan papan dan bagian bawahnya
diberi alas dari seng atau plesteran
2. Tuangkan pasir yang sudah diayak
h. Dolak
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
34
Mengaduk bahan
adukan dalam
keadaan kering
Pengadukan
campuran setelah
air dituangkan
Contoh adukan
yang baik
35
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
1. Tabung Aduk
2. Motor
3. Roda Molen
4. Kerangka
5. Roda Pembalik Tabung
6. Batang Tarik Mesin
7. Kunci Roda Pembalik
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
36
Proses pengadukan
campuran dengan
menggunakan
beton molen
Lokasi harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan maupun dari sisa-sisa pecahan batu bata yang sudah tidak digunakan lagi.
37
BAB V
PEMBUATAN ADUKAN SEMEN
BAB VI
Umum
a. Pekerjaan didahului dengan penyusunan rencana kerja,
agar pelaksanaan pekerjaaan dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
b. Pendataan persyaratan kerja, jenis kegiatan dan kuantitas pekerjaan.
39
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
3. Sendok spesi ditempatkan di atas alas spesi sedangkan alat-alat dan perlengkapan lainnya ditempatkan di
sisi lain spesi dan batu bata. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pasangan batu perlu
dipersiapkan dekat dengan tempat dimana pekerjaan
akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pemasangan
bata dengan
menggunakan
profil
Pemasangan
bata tanpa
menggunakan
profil
f.
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
40
41
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Profil dipasang
berdasarkan garis
bangunan pada
bouwplank
Persiapan
pembuatan
profil
Ikatan bata
Memasang
benang pada
profil
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
42
b. Persyaratan pasangan
Untuk memperoleh satu unit pasangan yang betul-betul baik (kokoh dan
kuat), dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan harus dipenuhi pula
syarat-syarat berikut:
1. Overlap antara pasangan bata lapis kesatu, kedua dst, tidak kurang
dari bata
2. Siar tegak antara pasangan bata lapis kesatu, kedua dst, tidak menjadi satu garis.
3. Ukuran siar, baik siar tegak maupun siar datar garis sama besar (8
mm 12 mm)., dengan ukuran maksimum 15 mm
43
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Mengatur
kedataran
bata-bata ujung
Cara memegang
sendok spesi
Menghamparkan
adukan/spesi di
atas pasangan
bata
Memasang
bata-bata ujung
lapisan kedua
dan memeriksa
kedataran dan
tinggi nat
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
44
Ikatan strek
dinding satu
bata
Proses pemasangan dinding satu bata hampir sama dengan pemasangan dinding bata mulai dari mempelajari gambar kerja sampai dengan
Pemasangan profil dan benang penyipat.
Pelaksanaan pemasangan dinding satu bata
Ikatan pasangan dinding satu bata pada prinsipnya dapat terdiri dari
beberapa variasi. Seperti ikatan dinding bata, Di Indonesia ikatan yang
umum digunakan adalah ikatan strek sebagaimana ditunjukkan pada
gambar berikut :
45
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Ikatan
kop
dinding
satu bata
Prinsip utama dari pasangan satu bata adalah adanya lapisan strek
(memanjang) dan lapisan kepala/kop (header), dimana bata awal pada
lapisan strek dimulai dengan bata 3/4, sebagaimana ditunjukkan oleh
gambar dibawah ini :
Ikatan satu bata
46
47
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
2. Gunakan tongkat ukur untuk menentukan tebal lapisan bata jika bata
akan dipasang langsung di atas pondasi beton, atau ketinggian sloof
jika bata akan dipasang di atas sloof.
Pemasangan profil
dan benang penyipat
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
48
Pemasangan
profil dan
benang penyipat
49
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Sambungan
siku dengan
ikatan 1/2 bata.
Pasangan bata
sambungan
siku 1/2 bata.
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
50
Sambungan T
Sambungan T juga dapat terdiri dari konstruksi 1/2 bata, satu bata atau
lebih. Ikatan antara bata yang umum dilakukan adalah ikatan strek seperti
berikut ini:
Langkah-langkah
pemasangan
sambungan siku di atas adalah:
untuk
51
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
1. Jika dinding yang dipasang sebagai dinding ekspos, maka sebaiknya nat mendatar maupun vertikal harus terlihat rapih. Agar nat lebih
indah dipanbdang mata, maka nat dapat dibentuk sesuai selera.
2. Beberapa bentuk nat yang dapat dibuat serta alat yang digunakan
dapat dilihat pada gbr.6.32 s/d 6.36.
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
52
53
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
54
g.
h.
i.
j.
Bentuk kop pasangan dinding bata sangat bervariasi di bawah ini diberikan beberapa contoh kop pasangan dinding bata.
Contoh bentuk kop pasangan dinding bata
a.
b.
c.
d.
e.
f.
55
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Menghamparkan adukan di
atas pasangan dinding bata.
Pemasangan
benang
sebagai
profil
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
56
Memeriksa ketegakan
dinding dan kelurusan nat
pasangan bata dengan
waterpass atau mistar
pelurus
Pemeriksaan
kelurusan dan
ketegakan
dinding bata
57
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
Pemeriksaan Pasangan
Dinding Sambungan
Siku dan T
Pemeriksaan pekerjaan
sudut dan T
sambungan
BAB VI
PELAKSANAAN PEMASANGAN BATA
58
BAB VII
Umum
a. Pekerjaan didahului dengan penyusunan
rencana kerja, agar pelaksanaan pekerjaaan dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
b. Pendataan persyaratan kerja,
kegiatan dan kuantitas pekerjaan.
Konstruksi Ikatan pada kolom pasangan bata ada berbagai jenis dan variasi.
Sebagaimana pasangan dinding dari batu bata, maka prinsip yang harus
dipegang tidak boleh ada nat vertikal yang segaris. Contoh gambar
konstruksi ikatan kolom pasangan bata, seperti berikut ini :
Ikatan kolom untuk tebal 1x1 bata
jenis
a. Lapis pertama
a. Lapis kedua
a. Lapis pertama
a. Lapis kedua
a. Lapis pertama
a. Lapis kedua
a. Lapis pertama
a. Lapis kedua
60
Pemasangan kolom
pasangan bata
61
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
Memeriksa
kedataran bata
Contoh
kolom ulir
pasangan
bata
Susunan
bata pada
kolom ulir
pasangan
bata
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
62
Kolom ulir pasangan bata juga dapat terletak di atas pondasi beton bertulang, tahapan pembuatan konstruksi kolom ulir sebagai berikut :
1. Membersihkan permukaan pondasi.
2. Tentukan letak titik pusat kolom yaitu dengan mengambil titik tengah
pondasi. Atau jika kurang jelas minta informasi kepada atasan anda
dimana letak titik pusat kolom.
3. Lihat gambar kerja berapa ukuran kolom yang harus dikerjakan.
63
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
9.
11. Setelah lapis kedua selesai dipasang, maka posisi pemasangan lapis
ketiga harus sama dengan cara pemasangan lapis kedua terhadap lapis
pertama, yaitu dengan membuat ujung-ujung bata lapis kedua dan ketiga
mempunyai jarak a.
12. Lakukan pemeriksaan kedataran dan kelurusan pasangan bata yang
telah selesai dipasang.
13. Untuk pemasangan lapisan keempat dan seterusnya adalah sama seperti lapis ketiga, yang penting disini tukang harus menjaga konsistensi
besarnya ukuran a.
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
64
Jarak antara kolom yang ideal (L) adalah 2,50 3,00 m untuk pasangan
dinding dengan tebal 1 bata dan 3,00 3,50 m untuk pasangan dinding
dengan tebal lebih besar dari 1 bata.
Contoh gambar Pola ikatan di bawah ini merupakan sebagian kecil dari
banyak pola yang dapat diterapkan.
65
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
Pilaster 1 x 1 bata
dengan penonjolan
pada kedua sisi
Pilaster 1 x 1 bata
pada dinding
bata
Pilaster 1 x 1
bata pada dinding 1
bata
Pilaster 1 x 2 bata
pada dinding 1 bata
Pilaster 1 x 1 bata
dengan penonjolan
pada kedua sisi
Langkah-langkah persiapan pemasangan kolom pilaster yang harus dilakukan oleh seorang tukang adalah:
1. Pelajari gambar kerja yang telah diberikan.
2. Perhatikan pola ikatan yang akan dilakukan
3. Persiapkan profil yang akan dibutuhkan
4. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan, termasuk bata-bata
yang harus dipotong.
5. Gambarkan pada lantai garis kolom dan dinding yang akan
dipasang.sambil menyusun bata tanpa adukan pada gambar tersebut.
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
66
4. Perhatikan ikatan agar dalam pemasangan setiap tidak terdapat nat vertikal
(tegak) yang segaris.
5. Setelah pemasangan setiap lapisan
diberi plat penguat agar hubungan
antara ikatan menjadi lebih erat.
67
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
BAB VII
PEMBUATAN KOLOM PEMASANGAN BATA
68
Department of Labor and Immigration Basic Trade Manual 13.1 Bricklaying Fundamentals, Australian Government Publishing Service, Canberra, 1975
Bailey H. And D.W. Hancock, Brickwork and Associated Studies, Volume 1, 2, 3, The
Macmillan Press Ltd, London, 1979
Nash, W.G., Brickwork Bonding Problems and Solutions, Hutchinson & Co (Plubishers) Ltd,
London, 1977
Smith, S., Brickwork, Second Edition, Macmillan Press Ltd, London, 1978
McKay, W.B., Brickwork, Third Edition (Metric), Longman Publishers, London, 1974
Hodge, J.C., Brickwork for Apprentice, Third Edition (Metric Units), Edward Arnold (Publishers) Ltd., London, 1979
The US Department of The Army, Concrete, Masonry and Brickwork, Dover Publcations
Inc, New York, 1975
A Fine Homebuilding Book, Foundations and Masonry, Taunton Press, Inc, Connecticut,
1990
Kreh Sr., R.T., Masonry Skills, Delmar Publishers, New York, 1976