Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SENI BUDAYA

KERAJINAN PANGGAL

KELOMPOK

: HIJAU

KELAS

: X MIA 1

PENYUSUN

: - DAFA WIRADIANSYAH
- DESI RAHMAYANTI
- HAFIDH AULIA R
- PAISAL PATOPANG
- SALSABILA BAIQLIS R
- SEPTYANA N
- TANTI NUR AZIZAH
- TRI ADJI PRASETYA W

SMA BUDHI WARMAN 1


JL. RAYA BOGOR KM.19 KRAMAT JATI, JAKARTA TIMUR
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang kerajinan seni budaya tentang
panggal tradisional. Tak ketinggalan kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Idi Kusnadi yang telah memberikan waktu
dan pelajaran berharga kepada kami untuk membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Serta apresiasi kami terhadap Bapak
Yohadi yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan mengenai gangsing tradisional atau yang biasa
disebut panggal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
menginggat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 27 April 2015

KELOMPOK HIJAU

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. PEMBAHASAN MASALAH .................................................................. 2
C. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
D. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................... 2
E. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. KEUNIKAN ............................................................................................. 3
B. PROSES PEMBUATAN .......................................................................... 3
1. ALAT DAN BAHAN ..................................................................... 3
2. CARA PEMBUATAN .................................................................... 4
C. SEJARAH ................................................................................................. 8
D. PEMASARAN ........................................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 11
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 11
B. SARAN ..................................................................................................... 11
LAMPIRAN ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selain layang-layang, permainan tradisional yang sampai saat ini masih banyak
dimainkan oleh baik anak-anak maupun orang dewasa adalah gasing.
Gasing/Panggal sendiri adalah sebuah mainan yang cara memainkannya adalah
dengan cara Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan
memegang tali. Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian
badan gasing. lilit kuat dan lempar ke tanah maka gasing akan berputar. Putaran
gasing pada poros dengan letak keseimbangan di suatu titik pada tanah ini
bekerja berdasarkan efek giroskopik yakni berputar terhuyung-huyung untuk
sepersekian detik setelah terlempar ke tanah untuk kemudian setelah kaki gasing
(paksi) berinteraksi dengan tanah maka gasing pun akan berputar dengan tegak.
Permainan ini dimainkan dengan dua cara yaitu perorngan dan beregu.
Bahan-bahan untuk membuat gasing sendiri bermacam-macam mulai dari batu,
kayu hingga bambu. Sedangkan untuk tali penariknya sendiri pada masa itu
(gasing tradisional) biasanya menggunakan tali yang terbuat dari kulit kayu dan
serat nanas yang dipilin dengan panjang yang berbeda-beda tergantung dari
tangan orang yang akan memainkannya. Selain merupakan mainan anak-anak
dan orang dewasa, gasing pada jaman dulu gasing juga digunakan untuk berjudi
(adu bunyi, adu putar dan adu pukul) dan ramalan nasib. Bahkan saking
populernya mainan ini, di beberapa daerah ada waktu-waktu khusus untuk
memainkan gasing ini seperti misalnya di Demak, permainan gasing akan ramai
dimainkan ketika pergantian musim antara musim hujan ke musim kemarau, di
Bengkulu permainan gasing dilakukan ketika perayaan tahun baru Islam, dan
sebagainya.
Dugan sementara, gasing sendiri adalah sebuah permainan yang paling tua di
Indonesia dan bahkan mungkin di asia tenggara tempat di mana permainan ini
sering dimainkan. Tidak hanya itu, ada beberapa gasing yang ditemukan di
beberapa situs dan kuburan tua di antara benda-benda kesayangan mayat yang
dikuburkan. Nama dan bentuk gasing sendiri berbeda-beda tergantung tempat di
mana mainan itu berada. Misalnya saja pada Masyarakat Jawa Barat dan DKI
Jakarta disebut gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamaninya
pukang, Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang jawa timur
menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut
dengan dua nama berbeda, yaitu jika terbuat dari bambu disebut gangsingan,
dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon. warga Kalimantan Timur
menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di
Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat Jambi, Bengkulu,
Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut gasing.

Untuk bentuknya sendiri gasing dapat dibedakan dalam beberapa bentuk yakni
lonjong, berbentuk jantung pisang, kerucut, silinder, dan bahkan bulat pipih
seperti piring terbang ufo.
B. PEMBATASAN MASALAH
Dengan mempertimbangkan keterbatasan serta agar penelitian dapat lebih
fokus, maka permasalahan ini dibatasi pada strategi produk dan promosi yang
digunakan oleh pengrajin panggal Bapak Idi Kusnadi dalam menciptakan dan
menyempurnakan produk yang dipasarkannya untuk bersaing di pasar.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah gasing panggal di Indonesia?
2. Bagaimana proses pembuatan gasing panggal?
3. Bagaimana perkembangan gasing panggal di Indonesia?
4. Apa saja jenis gasing panggal yang dibuat pengrajinnya?
D. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pengrajin-pengrajin panggal yang sudah sulit untuk ditemukan
2. Semakin berkurangnya jumlah peminat permainan panggal khususnya
bagi anak-anak.
3. Produksi panggal yang hanya berasal dari pemesanan sehingga
menyebabkan keterbatasan produk.
4. Kurangnya perhatian masyarakat dan kepedulian pemerintah terkait
pelestarian kerajinan maupun permainan panggal.

E. TUJUAN PENULISAN
Tujua n dari penulisan karya tulis ini adalah untuk untuk memperluas
pengetahuan tentang Panggal, sejarah Panggal, proses pembuatan Panggal dan
jenis Panggal yang terdapat di Indonesia serta mempromosikan kerajinan
Panggal kepada pembaca.

BAB II PEMBAHASAN
A. KEUNIKAN
Keunikan dari bapak Idi Kusnadi yaitu gasing yang dibuat bisa berbentuk
monas, ondel-ondel dan ufo. Pada gasing ondel-ondel dan monas dapat
dibuat menjadi pajangan ataupun dapat dimainkan. Gasing atau panggal
tersebut sangat mirip dengan objeknya, namun memiliki bagian membulat
dibawah jika gasing/panggal monas dan ondel-ondel dibuat untuk tujuan
dimainkan. Sementara gasing ufo merupakan gasing yang paling banyak
diproduksi karena berfungsi untuk dimainkan.

B. PROSES PEMBUATAN
1. Alat
- Palu
- Gergaji Kayu
- Mesin bubut
- Pemahat
- Mesin pembuat tali
- Paku baja
- Kuas
- Obeng
Bahan
- Kayu (mahoni, jambu biji, akasia)
- Cat akrilik
- Lem fox
- Semen putih
- Tali (nilon, rapia, tambang)
2. CARA PEMBUATAN
I. Panggal/Gasing

a. Siapkan gelondongan kayu berukuran panjang 30cm dan


berdiameter 8cm

b. Siapkan mesin bubut untuk memahat kayu

c. Pasangkan gelondongan kayu pada mesin bubut

d. Saat mesin dinyalakan, kayu tersebut otomatis berputar, pahat kayu


hingga menjadi bentuk panggal menggunakan alat pahat

e. Jika telah terbentuk model panggal, hentikan mesin bubut dan


kemudian gergaji panggal tersebut sehingga terpisah dari kayu

f. Panggal yang telah setengah jadi kemudian dipaku menggunakan


palu
g. Setelah selesai, campurkan lem fox dan semen putih dengan sedikit
menggunakan air kemudian dioleskan ke panggal menggunakan
kuas hingga permukaannya berwarna putih, diamkan beberapa saat
hingga mengering

h. Selanjutnya, lukis panggal menggunakan cat akrilik sesuai


keinginan kita

i. Lalu, jemur panggal yang telah dilukis hingga kering dibawah sinar
matahari
j. Terakhir, Panggal yang telah dijemur kemudian di vernis
k. Panggal pun sudah dapat dimainkan.

II.

Tali
a. Siapkan benang nilon, tali rafia dan tali tambang, dan mesin
pembuat tali
b. Kemudian, kaitkan masing-masing tali pada pengail mesin
c. Putar mesin kemudian satukan tali-tali tersebut menjadi satu

d. Tali pun sudah jadi

C. SEJARAH
Gasing/Panggal merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara,
walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti.
Di wilayah Pulau Tujuh (Natuna), Kepulauan Riau, permainan gasing telah
ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing
mulai dikenal sejak 1930-an. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan
orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi
tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara
perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut
kebiasaan di daerah masing-masing.
Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di
Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Rian rutin menyelenggarakan
kompetisi. Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian
musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat Bengkulu ramai-ramai
memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

Beragam nama gasing


Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing.
Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau
panggal. Masyarakat Lampung menamaninya pukang, warga Kalimantan
Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di
Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat Jambi,
Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang

menyebut gasing. Nama maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat


Bugis di Sulawesi Selatan. Sedangkan masyarakat Bolaang Mongondow di
daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang Jawa
Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing
disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut
gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.

Bentuk gasing
Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat
lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang
berbentuk seperti piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian
badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran dan bagian gasing
berbeda-beda menurut daerah masing-masing.

Gasing bambu
Gasing di Ambon (apiong) memiliki kepala dan leher. Namun umumnya,
gasing di Jakarta dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi
yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam. Sementara paksi gasing
natuna, tidak nampak.

Jenis gasing
Gasing dapat dibedakan menjadi gasing adu bunyi, adu putar dan adu pukul

Permainan gasing
Cara memainkan gasing, tidaklah sulit. Yang penting, pemain gasing tidak
boleh ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah.

Cara:
Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing.
lilit kuat sambil berputar.

D. PEMASARAN
Pemasaran panggal bapak Idi Kusnadi di lakukan dengan sistem made by order,
sehingga pembeli harus mendatangi tempat kerajinan bapak Idi kusnadi.
Pembeli panggal bapak Idi Kusnadi tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi
juga mancanegara. Panggal bapak Idi Kusnadi telah di ekspor sampai ke
Jepang, Korea dan negara-negara lain. Di dalam negeri pemesanan panggal
dilakukan saat ada perayaan kebudayaan betawi serta acara-acara kesenian.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Gangsing atau Panggal adalah mainan tradisional dan telah menjadi bagian
dari kesenian Indonesia. Dari hasil observasi kami mengenai Panggal dapat
disimpulkan jika sejatinya mainan/kerajinan Panggal dapat diterima oleh
masyarakat kita terbukti dengan munculnya berbagai jenis Panggal yang
berbeda di beberapa daerah. Setiap daerah juga memiliki ciri khas tersendiri
untuk tampilan dan desain Panggalnya. Oleh karena itu, Panggal harus
dipertahankan agar tak lekang oleh jaman, sehingga bisa menjadi warisan
anak-cucu kita kelak.

B. SARAN
Sudah seharusnya kita sadar akan peran penting bagi pelestarian mainanmainan tradisional khususnya Panggal. Berbagai elemen yang terkait
diharapkan menunjukkan keseriusannya untuk mengelola dan menjaga
kesenian ini tetap eksis di masyarakat Indonesia. Ucapan terima kasih pun
sudah seharusnya kita ucapkan kepada para pengrajin tak terkecuali Bapak
Idi Kusnadi yang telah mendedikasikan seninya untuk melestarikan Panggal.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2013/06/gasing-mainan-tradisional-yangbanyak.html
http://wikipedia.org/indonesian/gasing.html

Anda mungkin juga menyukai