D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Oneversima Lombu
Sanriwifa
Sri Waty Devita
Stefani Priscilla
Sulistyowati Gulo
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
1.1.
Defenisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak arachnoid dan
piamater dan medula spinalis (Tarwoto, 2007)
1.2.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. (Widagdo, 2008)
1.3.
Klasifikasi
a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza,
Nersseria,
Diplokokus
pnemonia,
Sterptokokus
group
Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan
meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah
otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh
fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan
langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang
masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid.
Adanya
1.5.
Pathway
Invasi kuman ke selaput otak
Gangguan fungsi sistem regulasi
Hipertermia
Gangguan Metabolisme otak
Peningkatan TIK
Gangguan Persepsi
Sensori
Gangguan Kesadaran
Hambatan
Mobilitas
Fisik
Gangguan
Jaringan
Lepas muatan listrik
Kejang
1.6.
Manifestasi Klinis
-
1.7.
-
1.8.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium (darah, urine)
2. Radiografi
3. Pemeriksaan Lumbal pungsi (Tarwoto, 2007)
1.9.
Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Umum
- Pasien diisolasi
Perfusi
(parasetamol)
- Kontrol kejang : diazepam
- Kontrol peningkatan TIK: manitol
- Pemenuhan kebutuhan cairan nutrisi
2. Pemberian antibiotik
- Diberikan 10-14 hari atau sediktinya 7 hari bebas panas
- Antibiotik yang umum diberikan: ampisilin, gentamicin.
(Tarwoto, 2007)
2.Konsep Keperawatan
2.1. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda :
tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi,
disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
2.2.
1.
2.
Diagnosa keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari pathogen
Risiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral,
hipovolemia.
3.
Risiko trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum,
vertigo.
4.
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
5.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan
6.
Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
2.3.
Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
Mandiri
a. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b. Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
c. Pantau suhu secara teratur
d. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
e. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
f. Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
Kolaborasi
a. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
a. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
b. Pantau status neurologis.
c. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
d. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan
haluaran.
e. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
a.
b.
c.
d.
3.
4.
Mandiri.
a. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi
yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif
dan masage otot leher.
b. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
Berikan anal getik, asetaminofen, codein
5.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Sagung
Seto
Widagdo, Wahyu. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: TIM