Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

KARDIOVASKULAR PENYAKIT JANTUNG BAWAAN:


STENOSIS KATUP JANTUNG
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 11
1. Imelda Siburian
2. Maria Tamara
3. Renta Tio
4. Rut Marlia
5. Sanriwifa
6. Saril Simarmata
7. Stefani Sipayung

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2001, sebab utama kematian penduduk
Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah
(26,3%). Ditemukan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 222 per 100.000
penduduk. Salah satu penyakit kardiovaskuler yang melibatkan katup jantung adalah stenosis
mitral (Djaja et al, 2003).
Katup yang mengalami gangguan fungsi akan menyebabkan terjadinya penyakit katup,
yaitu inkompetensi katup (insufisiensi katup dan regurgitasi) atau aliran yang mengalami
obstruksi (stenosis). Pada jantung normal, darah mengalir dalam satu arah karena adanya
katup jantung. Ada empat katup di jantung: mitral, trikuspid, pulmonal, dan aorta. Korda
tendinea dan otot papiler adalah struktur lampiran untuk kedua katup mitral dan trikuspid.
Mereka memastikan bahwa katup menutup erat. Katup pulmonal dan aorta tidak memiliki
struktur lampiran tersebut. Kerusakan katup atau struktur di sekitarnya dapat mengakibatkan
katup berfungsi normal. Katup dari sisi kiri jantung yang paling sering terkena dan dibahas
dalam bab ini. aliran darah ke depan dapat terhambat jika katup menyempit, atau stenosis,
dan tidak terbuka sepenuhnya. Jika katup tidak menutup sepenuhnya, darah punggung, yang
disebut sebagai regurgitasi atau insufisiensi. Aliran darah yang abnormal meningkatkan beban
kerja jantung dan meningkatkan tekanan di dalam ruang jantung yang terkena. Kerusakan
katup dapat terjadi dari cacat bawaan, demam rematik, atau infeksi. cacat bawaan terjadi
terutama pada anak-anak, dan penyakit jantung rematik terjadi terutama pada orang dewasa.
terapi antibiotik profilaksis membantu mencegah demam rematik dan penyakit jantung
rematik selanjutnya dan dianjurkan untuk mencegah penyakit katup (Williams, 2007).
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lubang antara ventrikel kiri dan aorta (Smeltzer,
2010) Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis (Aspiani,
2014). Stenosis mitral adalah kerusakan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
disebabkan oleh endokarditis rematik dimana terdapat penebalan daun katup mitral (Smeltzer,
2010) Kurang lebih 60% pasien dengan katup mitral rematik tidak memberikan riwayat
adanya demam rematik. Hampir 50% dari karditis rematik akut belum memberikan dampak
signifikan pada katup.3 Kira-kira 25% dari seluruh penyakit jantung rematik menyebabkan
stenosis mitral, 40% kombinasi antara stenosis mitral dan regurgitasi mitral. Kurang lebih
38% dari seluruh stenosis mitral adalah multivalvuler, 35% melibatkan katup aorta dan 6%
melibatkan katup trikuspidal. Katup pulmonal jarang terkena. Dua pertiga dari seluruh kasus
2

rematik adalah wanita. Interval waktu terjadinya kerusakan katup akibat demam rematik
bervariasi dari beberapa tahun sampai lebih dari 20 tahun.
1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medik asuhan keperawatan klien
dengan gangguan kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsep Medis
2.1.1. Defenisi
Penyakit jantung bawaan adalah (PJB) sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir (Muttaqin, 2009).
3

Stenosis katup adalah penyempitan pada katup jantung. Stenosis katup aorta adalah
penyempitan lubang antara ventrikel kiri dan aorta (Smeltzer, 2010). Stenosis
pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis (Aspiani, 2014).
Stenosis mitral adalah kerusakan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
disebabkan oleh endokarditis rematik dimana terdapat penebalan daun katup mitral
(Smeltzer, 2010). Stenosis trikuspid adalah penyempitan pada katup trikuspid dan
merupakan kelainan yang jarang ditemui (Tanto, 2014).
2.1.2. Klasifikasi
1) Penyakit jantung bawaan asianotik
Jenis PJB asianotik yang sering ditemukan antara lain defek septum ventrikel
(DSV), defek septum atrial (DSA), stenosis pulmonal, duktus arteriosus paten
(DAP), stenosis aorta dan koarktasio aorta.manifestasi klinis awal yang paling
sering muncul pada PJB adalah gagal jantung kongestif. (Tanto, 2014)
2) Penyakit jantung bawaan sianotik
Pada umumnya penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik menunjukkan manifestasi
klinis sianosis pada neonatus. Namun, tidak semua sianosis pada disebabkan oleh
PJB sianotik. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan yang tepat untuk
mengetahui etiologi sianosis. PJB sianotik yang sering ditemukan adalah tetralogy
of fallot, Transposisi Arteri Besar dan Atresia Trikuspid (Tanto, 2014).
2.1.3. Sirkulasi Darah Janin
Terdapat perbedaan besar antara sirkulasi janin, bayi, anak, dan orang dewasa.
Sewaktu berada di adalam rahim, janin tidak menerima oksigen melalui paru-paru.
Oksigen ibu disalurkan menembus plasenta dan masuk ke vena umbilikalis. Vena
umbilikalis menyalurkan darah yang kaya oksigen ke sisi kanan jantung janin melalui
vena kava. Karena sumber oksigen berasal dari ibu, paru janin dan sebagian besar
pembuluh darah yang menyuplainya berada dalam keadan kolaps sehingga timbul resisten
yang tinggi terhadap aliran darah di paru janin, terutama apabila dibandingkan dengan
aliran sirkulasi sistemik janin yang memiliki resistensi sangat rendah karena pembuluh
darah plasenta terbuka lebar.
Terdapat perbedaan structural karakteristik sirkulasi janin. Pada janin, ada dua
hubungan pirau (shunt) yang memanfaatkan sumber oksigen ibu dan tingginya resistensi
sirkulasi paru. Hubungan yang pertama adalah lubang antara atrium kanan dan atrium
4

kiri, yang disebut foramen ovale. Karena resistensi sirkulasi paru yang keluar dari
ventrikel kanan sangat tinggi, darah janin mengalir ke daerah dengan resistensi rendah:
dari atrium kanan ke kiri melalui foramen ovale. Karena darah yang masuk ke vena kava
di janin telah mengalami oksigenasi di plasenta, pirau kanan ke kiri ini merupakan cara
adaptasi yang efesien. Darah yang kaya oksigen disalurkan ke sirkulasi sistemik (sisi kiri)
tanpa perlu mengirim darah ke system paru yang tidak berfungsi dan kolaps.
System pirau kedua antara sisi kanan dan kiri sirkulasi janin adalah hubungan
vascular antara arteri pulmonalis dan aorta. Hubungan ini disebut duktus arteriosus.
Duktus ini memungkinkan darah beroksigen yang meninggalkan sisi kanan jantung
menghindari paru janin dan mengalir langsung ke sirkulasi sistemik yang resistensinya
rendah. Harus diperhatikan bahwa paru janin menerima sedikit darah yang mengalir ke
arteri pulmonalis sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan paru.
(Corwin, 2009)
2.1.4. Etiologi
Perempuan dengan faktor resiko berikut ini beresiko melahirkan bayi dengan PJB:
-

Diabetes Melitus

Riwayat Keluarga PJB

Riwayat penggunaan indometasin

Riwayat infeksi rubela pada trimester pertama

Tempat tinggal di dataran tinggi

Riwayat keluarga dengan kelainan genetik

Demam Reumatik
(Tanto, 2014)

2.1.5. Manifestasi Klinis


Curigai adanya kelainan jantung kongenital jika ditemui salah satu gejala berikut ini:
-

Kesulitan menyusu

Takipnea

Berkeringat yang tidak wajar

Retraksi subkostal

Gagal jantung kongestif

Murmur inosen
5

sinkop dari disritmia

Ortopnea

dispnea

kelelahan

edema paru

Gangguan fungsi miokard

Kongesti paru

Kongesti vena sistemik

2.1.6. Patofisiologi
Penyempitan dari orifisium trikuspid menyebabkan obstruksi dan perubahan
gradien tekanan diastolik antar atrium dan ventrikel kanan. Gradien tekanan tersebut
dipengaruhi arus darah transvalvular yang meningkat pada inspirasi dan menurun pada
ekspirasi. Gradien tekanan diastolik sekitar 4 mmHg cukup untuk menyebabkan
tekanan atrium kanan menyebabkan kongesti vena sistemik. Kongesti tersebut
kemudian dapat menyebabkan hepatomegali, asites atau edema yang berat. Obstruksi
pada trikuspid menyebabkan suplai darah ke ventrikel kanan menurun sehingga curah
jantung hampir tidak meningkat pada saat aktivitas fisik (Tanto, 2014)
Obstruksi aliran darah keluar dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis yang
berakibat penambahan tekanan sistolik dan hipertrofi ventrikel kanan. Keparahan
kelainan ini tergantung pada ukuran pembukaan katup yang terbatas. Tekanan ventrikel
kanan mungkin lebih tinggi daripada tekanan sistolik sistematik, sehingga pada
obstruksi yang lebih ringan, tekanan ventrikel hanya sedikit naik atau naik sedang.
Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal atau pada pangkal arteri pulmonal,
maka ventrikel kanan akan menghadapi tekanan yang berlebihan yang kronis. Adanya
hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup signifikan.
Tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kanan meninggi. Elastisitas miokard berkurang
dan akhirnya timbul gejala gagal jantung kanan (Aspiani, 2014)
Hasil stenosis katup mitral dari penebalan lipatan katup mitral dan pemendekan
tendinea korda, menyebabkan penyempitan pembukaan katup. pasien yang lebih tua
dengan stenosis mitral biasanya memiliki kalsifikasi dan fibrosis dari lipatan katup
mitral. pembukaan menyempit menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri. atrium kiri membesar untuk menahan volume darah ekstra yang disebabkan oleh
penyumbatan. Sebagai hasil dari ini peningkatan volume darah, tekanan naik di atrium
6

kiri. Tekanan kemudian meningkat dalam sirkulasi paru dan ventrikel kanan sebagai
volume darah punggung atas dari atrium kiri. Ventrikel kanan melebarkan untuk
menangani peningkatan volume. Akhirnya ventrikel kanan gagal dari beban kerja yang
berlebihan ini, mengurangi volume darah dikirim ke ventrikel kiri dan kemudian
menurun curah jantung (Williams, 2007)
Aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta terhambat melalui stenosis katup aorta.
Pembukaan katup aorta dapat menyempit karena penebalan, jaringan parut, kalsifikasi,
atau sekering lipatan katup ini. Untuk mengimbangi kesulitan dalam melontarkan darah
ke dalam aorta, ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat. Pada stenosis kronis, ventrikel
kiri hipertropi untuk mempertahankan curah jantung normal. Dengan meningkatnya
penyempitan pembukaan katup, mekanisme kompensasi tidak dapat melanjutkan dan
ventrikel kiri gagal untuk memindahkan darah ke depan. Hal ini menyebabkan curah
jantung menurun dan gagal jantung (Williams, 2007)

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Aspiani, 2014):
1) EKG
hipertrofi ventrikel kiri pada stenosis aorta atau kanan pada stenosis pulmonal
2) Rontgen dada
menunjukkan suatu bayangan jantung yang normal, kalsifikasi katup, pembesaran
ventrikel kiri dan kongesti pulmonal, vaskuler paru perifer normal, arteri
pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi pasca-stenosis
3) Ekokardiografi
penebalan katup aorta dan dinding ventrikel kiri, stenosis aorta dapat terjadi
bersama stenosis mitral, memperlihatkan penurunan ukuran arteri pulmonalis dan
penurunan aliran darah ke paru
4) Kateterisasi jantung
7

berguna dalam mengevaluasi stenosis aorta. Gradien tekanan pada katup (yang
menunjukkan obstruksi) dan peningkatan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri,
dapat mengukur perbedaan tekanan sistole melalui katup pulmonal, menentukan
lebar katup pulmonal, menentukan lebar katup pulmonal yang stenosis.
5) Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan volume, jalan udara dan kapasitas difusi paru.
6) Radioisotop dan radioangiografi
Melihat ada atau tidaknya pintasan dari kiri ke kanan
2.1.8. Prognosis
Setelah timbulnya gejala, pasien dengan stenosis aorta berat memiliki survival rate
serendah 50% pada 2 tahun dan 20% pada 5 tahun tanpa penggantian katup aorta. (New
heart valve, 2014) Orang dengan penyakit katup ringan jarang memburuk. Namun,
mereka dengan penyakit yang parah akan bertambah buruk. Hasilnya sering sangat baik
ketika operasi atau pelebaran katup berhasil. cacat jantung bawaan lainnya mungkin
menjadi faktor pencetus. Paling sering, katup baru dapat berlangsung selama beberapa
dekade. Namun, beberapa akan aus dan perlu diganti. (National Library of Medicine,
2014). Stenosis mitral karena penyakit jantung rematik mengikuti kursus progresif
lambat, dengan pasien yang tersisa tanpa gejala selama bertahun-tahun sebelum dyspnea
atau kerusakan tiba-tiba dari fibrilasi atrium. Tingkat kelangsungan hidup 10 tahun
keseluruhan pasien yang tidak diobati yang telah memperoleh MS adalah 50-60%,
namun angka kelangsungan hidup 10-tahun mencapai 80% jika pasien asimtomatik.
Setelah timbul gejala, prognosis memburuk secara signifikan. Jika pasien menyajikan
dengan dyspnea, tingkat kelangsungan hidup 1 tahun kurang dari 15%. Setelah
valvotomi balon perkutan atau komisurotomi bedah, tingkat kelangsungan hidup 5
sampai 7 tahun adalah 50-90%. Setelah komisurotomi bedah, tingkat operasi ulang
adalah 5-7% dan 5 tahun komplikasi bebas tingkat kelangsungan hidup 80-90%.
Penggantian katup mitral memerlukan risiko kematian 5% pada pasien muda yang sehat.
(Emedicine, 2014)
2.1.8. Komplikasi
-

Gagal ventrikel kiri


Aritmia dapat mati mendadak
Fibrilasi atrium
Endokarditis infektif
Sinkop
Gagal jantung kanan
Infark miokardiak kanan
Endokarditis
8

2.1.9

Emboli
Perdarahan
tamponade jantung
(Williams, 2007)

Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan umum meliputi istirahat, mengobati penyakit dasar, terapi gagal
jantung dan angina, mengindari latihan berat dan diet
2) Terapi antibiotik untuk mencegah berulangnya infeksi
3) Obat-obat, seperti penyekat beta, digoksin, dan verapramil dapat memperlambat
denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium
4) Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu
dilakukan perbaikan atau penggantian katup (valvulotomi)
5) Pemisahan daun katup yang menyatu juga dapat dilakukan melalui pembedahan.
Jika kerusakan katupnya terlalu parah, dapat diganti dengan katup mekanik atau
katup yang sebagian dibuat dari katup babi. (Aspiani, 2014)

2.2. Konsep Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
a. Keluhan Umum
Pada fase awal, keluhan utama biasanya sesak nafas, nyeri dada bahkan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
- Riwayat kehamilan : Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi
(faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
-

Riwayat Persalinan: Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse,


Grimace, Activity, Respiration)
Nilai

Nafas
Denyut jantung
Warna kulit

0
Tidak ada
Tidak ada
Biru atau pucat

1
2
Tidak teratur
Teratur
<100
>100
Tubuh
merah Merah jambu
jambu

Gerakan/tonus otot
Reflex (menangis)
-

Tidak ada
Tidak ada

&

tangan biru.
Sedikit fleksi
Lemah/lambat

kaki,
Fleksi
Kuat

Riwayat Prenatal: data umum klien, riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu, data umum kesehatan saat ini (status obstetric, usia kehamilan, Keadaan
9

umum, Kesadaran, BB/TB, TTV, Kepala- Leher, Dada, Abdomen, Uterus,


Perineum dan Genital, Ekstremitas, Eliminasi, Istirahat dan kenyamanan,
Nutrisi dan cairan, Keadaan mental, Persiapan persalinan, Obat-obatan yang
-

dipakai saat ini)


Riwayat tumbuh: Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori

sebagai akibat dari kondisi penyakit.


Riwayat psikososial/ perkembangan: Kemungkinan mengalami masalah
perkembangan, Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman hospitalisasi
sebelumnya

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien. Riwayat inum
obat, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga pengkajian adanya
riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati
sering kali klien mengkacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
e. Review of System
- B1 (Respirasi)
Apabila gangguan sudah terkait dengan tranposisi biasanya klien terlihat sesak
nafas, pola nafas tidak teratur, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini
terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan akhir dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Biasanya disertai dengan retraksi oto bantu nafas, ada suara nafas
-

tambahan/abnormal seperti wheezing atau ronchi.


B2 (Kardiovaskuler)
Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan adanya nyeri dada, kaji juga
apakah iramanya teratur atau tidak, adanya sianosis central maupun perifer.
CRT > 2 detik atau 3 detik. Adanya clubbing finger. Biasanya disertai pula

dengan adanya suara tambahan S3/S4


B3 (Persyarafan)
Kesadaran biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji adaya nyeri
kepala atau tidak
B4 (Genetourinaria)

10

kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, cacat frekeunsi berkemih,
teratur atau tidak, berapa jumlahnya, bagaimana bau dan warnanya, kaji
-

apakah klien memakai alat bantu atau tidak.


B5 (Pencernaan)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, berat badan
turun. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri tekan abdomen.

Kaji adanya bising usus. Kaji kebersihan mulut.


B6 (Muskuloskeletal dan Integumen)
Meliputi pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan,
tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah
takitardia dan dispnea pada saat aktifitas. Akral dingin,klien kesulitan

melakukan tugas perawatan diri sendiri, adanya oedema didaerah perifer.


B7 (Pengindraan)
Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur. Pada hidung kaji adanya
epistaksis atau tidak, bagaimana ketajaman penciumannya apakah normal atau
tidak,adanya sekret atau tidak. Kaji pada telinga normal atau tidak, simetris
atau tidak, bagaimana ketajaman pendengarannya. Bagaimana klien dapat
merasakan rasa asin, pahit, asam, manis. Normal atau tidak indra perabanya

klien.
B8 (Endokrin)
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau thiroid. Ada atau tidaknya luka
ganggren. Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark
miokardium akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1.
2.
3.
4.

Penurunan curah jantung b.d. perubahan volume sekuncup


Nyeri akut b.d. agens cedera biologis
Gangguan pertukaran gas b.d. ventilasi perfusi
Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

2.2.3. Intervensi
Dx Data
1) DS:
Perawat

Tujuan
NOC:
mengumpulkan Cardiac

data-data subjektif melalui

Intervensi
NIC: Cardiac Care (4040)
Pump Pengkajian
1. Kaji adanya nyeri dada
11

proses pengambilan riwayat


sakit atau wawancara.
DO:
-

Aritmia
Bradikardia
Perubahan EKG
Palpitasi
Takikardia
Distensi JVP
Edema
Distensi vena jugularis
Murmur
Kulit lembap
Dispnea
Perubahan warna kulit
Batuk
Crackle
Ortopnea
Dispnea
paroksismal

nokturnal
Ansietas
gelisah

Effectiveness (0400)
Circulation
Status

(intenistas,
radiasi,

lokasi,
durasi

dan

(0401)
Tissue

faktor pencetus nyeri)


Perfusion: 2. Catat tanda dan gejala
Cardiac (0405)
dari penurunan curah

jantung
3.
Monitor status respirasi
Setelah dilakukan tindakan
keperwatan 3 x 24 jam

untuk

klien menunjukkan curah

gagal jantung

jantung

adekuat

melihat

tanda

dengan Tindakan Mandiri

kriteria hasil:

4. Lakukan

penilaian

a. tekanan darah dalam

komperehensif terhadap

rentang normal
b. toleransi
terhadap

sirkulasi perifer (mis.

aktivitas
c. ukuran jantung normal

edema,

Cek

nadi

perfifer,
pengisian

kapiler

dan

suhu

ekstremitas)
5. Lakukan terapi relaksasi
Pendidikan Kesehatan:
6. Instruksikan klien dan
keluarga tentang terapi
modalitas,

dan

pembatasan aktivitas
7. Instruksikan pasien dan
keluarga

tentang

perawatan dan proses


penyembuhan
Kolaborasi
8. Kolaborasi

pemberian

terapi antiaritmia sesuai


2) DS:
Perawat

NOC:

mengumpulkan Pain Control (1605)


data-data subjektif melalui Pain Level (2102)
Vital Signs (0802)
proses pengambilan riwayat

kebutuhan
NIC: Pain Management
(1400)
Pengkajian:
1. Kaji

nyeri

secara
12

sakit atau wawancara.

Setelah dilakukan tindakan

komperehensif, meliputi

DO:

keperawatan

lokasi,

3x24

jam,

karakteristik,

Perubahan tekanan darah klien dapat mengontrol


durasi,
frekuensi,
Perubahan
frekuensi
nyeri dengan kriteria hasil:
kualitas, intensitas, dan
jantung
a. Skala nyeri ringan
faktor pemicu
Perubahan
frekuensi
b. Menggunakan
non- 2. Kaji
pengalaman
pernafasan
analgesik
individu terhadap nyeri
Diaforesis
c. Menyatakan
nyeri
Perilaku distraksi
Tindakan Mandiri:
Mengekspresikan
terkontrol
3. Gunakan
komunikasi
perilaku
terapeutik agar klien
Masker wajah
Indikasi nyeri yang dapat
dapat mengekspresikan

diamati
Melaporkan nyeri secara

verbal
Gangguan tidur

nyeri
4. Ajarkan

penggunaan

teknik nonfarmakologi
(mis.relaksasi,
imajinasi, terapi musik,
distraksi)
Pendidikan Kesehatan:
5. Berikan
tentang

informasi
nyeri

seperti

penyebab, berapa lama


terjadi

dan

pencegahan
6. Berikan
terhadap

tindakan
dukungan

pasien

dan

keluarga
Kolaborasi
7. Kolaborasi
3) DS:
Perawat

NOC:

pemberian

analgetik
NIC: Airway Management

mengumpulkan Respiratory Status: Gas (3140)

data-data subjektif melalui

Pengkajian:
Exchange (0402)
proses pengambilan riwayat Mechanical Ventilation 1. Auskultasi bunyi napas,
Response: Adult (0411)
sakit atau wawancara.
area penurunan ventilasi
Tissue
Perfusion:
DO:
atau
tidak
adanya
13

pH darah arteri abnormal


Cardiac (0405)
ventilasi dan adanya
pernapasan abnormal
bunyi napas tambahan
warna kulit abnormal
2. Observasi
status
diaforesis
Setelah
dilakukan
dispnea
respirasi dan oksigenasi
dilakukan
tindakan
hipoksemia
sesuai kebutuhan
hipoksia
keperawatan 3x24 jam,
takikardia
Tindakan mandiri:
pertukaran gas adekuat
3. Posisikan klien untuk
dengan kriteria hasil:
memaksimalkan
a. Tidak ada dispnea
b. PaO2
dalam
batas
ventilasi
4. Keluarkan
sekret
normal
c. PaCO2 dalam batas
dengan batuk efektif
normal

atau

suction

sesuai

dengan kebutuhan
Pendidikan kesehatan:
5. Anjurkan klien untuk
bernafas pelan, dalam
6.

dan batuk
Ajarkan

klien

bagaimana
menggunakan inhaler
Kolaborasi:
7. Kolaborasi

pemberian

bronkodilator
8. Kolaborasi pemberian
oksigen
4) DS:
Perawat

NOC:
mengumpulkan Activity

NIC:Energy

Management

Tolerance (0180)

data-data subjektif melalui

Pengkajian
(0005)
proses pengambilan riwayat Endurance (0001)
1. Monitor respon jantung
Psychomotor Energy
sakit atau wawancara.
paru terhadap aktivitas
(0006)
2. Monitor asupan nutrisi
DO:
sebagai sumber energi
- Respons tekanan darah
Setelah dilakukan tindakan
yang adekuat
abnormal
terhadap
keperawatan 3x24 jam, Tindakan Mandiri
aktivitas
klien
menunjukkan
14

Respons

frekuensi toleransi aktivitas dengan 3. Tentukan

jantung

abnormal kriteria hasil:

keterbatasan

klien terhadap aktivitas


4. Bantu klien dari tempat

terhadap aktivitas
a. Tekanan sistolik ketika
Perubahan EKG yang
tidur atau duduk atau
beraktivitas
mencerminkan aritmia
b. Tekanan
diastolik
berjalan
Ketidaknyamanan
5. Hindari aktivitas selama
ketika beraktivitas
setelah beraktivitas
c. Gambaran EKG
periode istirahat
Dispnea
setelah d. Kemampuan
Pendidikan Kesehatan
beraktivitas
melakukan ADL
6. Ajarkan
klien
dan
Menyatakan rasa letih
Menyatakan
merasa
keluarga teknik untuk
lemah

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari yang dapat


meminimalkan
penggunaan oksigen
7. Instruksikan klien atau
keluarga
mengenal

untuk
tanda

dan

gejala kelelahan yang


memerlukan
pengurangan aktivitas
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi

tentang

cara

meningkatkan makanan
tinggi energi

15

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Elsevier
Djaja, et al. 2003. Perjalanan transisi Epidemiologi di Indonesia dan Implikasi
Penanganannya, study Mortalitas Survey kesehatan rumah tangga. Jakarta: Buletin
Penelitian Kesehatan
Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.
Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Elsevier
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Williams, Linda S. 2007. Understanding Medical-surgical Nursing. United States of
America: F.A.Davis Company
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001096.htm
http://newheartvalve.com/hcp/about-aortic-stenosis#S5m3lPDilYYwyDEx.99
http://emedicine.medscape.com/article/902351-overview#a5
16

17

Anda mungkin juga menyukai