7. Oneversima Lombu
2. Iman Gulo
8. Pevatriani Waruwu
3. Josephine Lombu
9. Stefani Sipayung
4. Mawarta Tarigan
5. Natalia Sitepu
6. Nia Sitanggang
12.
13. Dosen: Lindawati Tampubolon, M.Kep
14.
15.
16.
17.
18. STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
19. 2016
20.
21. BAB 1
22. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
23.
Masalah kesehatan yang paling umumyang dialami oleh individu adalah nyeri.
Nyeri adalah alasan yang paling seringdalam mencari bantuan pelayanan kesehatan (Smeltzer
& Bare, 2008). Di rumah sakit, nyeri juga merupakan masalah yang umum dialami oleh
pasien, misalnya pasien bedah atau pasien kanker (Borglin, et al., 2011; Watmough & Flynn,
2011).
24. Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual maupun potensial, atau digambarkan seperti kerusakan itu
sendiri (Bader, 2012). Nyeri adalah konsekuensi yang dapat diperkirakan dari adanya
trauma maupun tindakan pembedahan (Polomano, et al.,2008). Nyeri disepakati oleh
American Pain Society sebagai tanda vital kelima atauthe fifth vital sign. Hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran penanganan nyeri di antara petugas
kesehatan professional (Smeltzer & Bare, 2008; Berman, et al., 2008).Dengan
penanganan sesuai kebutuhan terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh klien, klien akan
merasa nyaman dan dapat mempercepat penyembuhan (Rosdahl & Kowalsky, 2008).
Dokumentasi pengkajian nyeri pun seperti dokumentasi pengkajian keempat tanda
vital yang lain (Smeltzer & Bare, 2008).
25.
psikologis, sosial, spiritual, dan budaya. Yang perlu dilakukan dalam penanganan nyeri
adalah mengadministrasikan intervensi untuk meredakan nyeri dengan cara farmakologi
maupun nonfarmakologi, mengkaji keefektifan intervensi, memonitor efek yang berlawanan,
dan sebagai penyokong untuk pasien saat intervensi yang ditentukan tidak efektif meredakan
nyeri (Smeltzer & Bare, 2008). Dalam penanganan nyeri, perawat berperan pentingdalam
mengkaji, menyediakan intervensi yang tepat, dan mendokumentasikan (Crowe, et al., 2008;
Naveh, et al., 2011).
26. Intervensi untuk penatalaksanaan nyeri sangat beragam. Tidak ada intervensi yang
membahayakan, tetapi tidak berarti dianggap semuanya aman. Ketika dua intervensi
sama-sama efektif, perawat perlu mempertimbangkan efek samping, risiko kerugian,
biaya, pilihan pasien, termasuk pengalaman nyeri, penyebab, dan analgesik yang
dipakai (Crowe, et al., 2008). Memilih intervensi yang tepat merupakan tugas
perawat, yaitu dengan mempertimbangkan jenis-jenis nyeri dan faktor-faktor yang
mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri.
27.
aktivitas yang tertera dalam intervensi untuk merefleksikan dengan lebih baik kebutuhan
pasien pada kondisi tertentu sepanjang itu sesuai atau tepat, dibutuhkan, dan diindikasikan
(McCloskey
&
Bulechek,
2004).
Pernyataanpernyataan
tersebut
memungkinkan
keperawatan
untuk
pendidikan
maupun
praktik
keperawatan.Intervensi
keperawatan dalam NIC yang berkaitan dengan penatalaksanaan nyeri adalah Pain
Management seperti biofeedback, TENS, Hipnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi
musik, terapi aktivitas, akupresur, aplikasi panas/dingin dan pijatan, distraksi, imajinasi
terbimbing dan pemberian analgetik.
1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
28. Agar mahasiswa/i mampu memahami dan melakukan teknik manajemen
nyeri.
1.2.2. Tujuan khusus
- Agar mahasiswa/i mampu memahami dan melakukan teknik manajemen nyeri
-
imajinasi terbimbing
Agar mahasiswa/i mampu memahami dan melakukan teknik manajemen nyeri
distraksi
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37. BAB 2
38. TINJAUAN TEORI
39. 2.1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
40.
2.1.1. Defenisi
41.
untuk mengurangi tanda dan gejala tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot atau ansietas
(Bulechek, 2013)
42.
-
2.1.2. Tujuan
meningkatkan ventilasi alveoli
memelihara pertukaran gas
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002)
43.
46.
48.
49. 2.1.6. Evaluasi
-
50.
2.1.7. Dokumentasi
-
51.
2.2. Guided Imagery (Imajinasi Terbimbing)
52. 2.2.1. Defenisi
-
Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut
memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan &
Sadock, 2010).
Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang secara
khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer & Bare, 2002).
53.
Untuk memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan
semua indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga
terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
Untuk mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang menyertai stres.
55.
56. 2.2.3. Persiapan Pasien
-
Sarankan bahwa individu pada posisi yang nyaman dengan pakaian biasa
Jelaskan alasan dan manfaat, keterbatasan, dan jenis teknik imajinasi terbimbing
yang tersedia.
6. Gambarkan
pemandangan
menggunakan
lima
indera
yang
mungkin
sebagai debu merah dan tersiram serta terbawa arus sungai begitu dimasuki).
12. Bantu pasien untuk mengembangkan metode untuk mengakhiri teknik imajinasi
terbimbing, seperti menghitung perlahan saat bernapas dalam, dan gerakan dan
pikiran menjadi rileks, segar, dan terjaga.
13. Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
pikiran
dan
perasaan
mengenai
pengalamannya
Anjurkan pasien untuk practive guided imagery, jika memungkinkan.
14. Rekam pengalaman yang diungkapkan, jika berguna.
15. Rencanakan dengan pasien waktu yang tepat untuk melakukan teknik imajinasi
terbimbing.
16. Evaluasi dan dokumentasikan respon pasien terhadap kegiatan imajinasi terbimbing
59. (Bulechek, 2013)
60.
61. 2.2.6. Evaluasi
62.
2.2.7. Dokumentasi
-
Distraksi visual
69.
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.
Distraksi pendengaran
70.
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan
irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).
Distraksi pernafasan
71.
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung
pernafasan ritmik.
Distraksi intelektual
72.
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
(Tamsuri, 2007)
73. 2.3.4.Prosedur
1. Kaji nyeri secara komperehensif yang meliputu lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus
2. Motivasi individu untuk memilih teknik pengalihan yang diinginkan (musik, terlibat
dalam percakapan atau menceritakan rinci tentang peristiwa atau cerita, mengingat
kejadian positif, berfokus pada foto atau benda netral, imajinasi terbimbing, humor,
atau latihan pernapasan dalam)
3. Ajarkan pasien pada mengenaimanfaat merangsang berbagai Indra (musik, berhitung,
televisi, membaca, video / game genggam atau teknologi realitas maya)
4. Sarankan teknik pengalihan yang sesuai dengan tingkat energi, kemampuan,
kesesuaian usia, tingkat perkembangan dan keefektifan penggunannya
5. mengidentifikasi dengan pasien daftar kegiatan yang menyenangkan (olahraga, pergi
untuk berjalan-jalan, mandi gelembung, berbicara dengan teman atau keluarga)
6. menyarankan pasien untuk berlatih teknik gangguan sebelum waktu yang diperlukan,
jika memungkinkan
7. mendorong partisipasi dari keluarga dan orang terdekat lainnnya dan serta berikan
pengajaran yang diperlukan
8. mengevaluasi dan dokumentasi respon terhadap pengalihan
74.
75. 2.3.5. Evaluasi
-
76.
2.3.6. Dokumentasi
-
77.
78.
79. DAFTAR PUSTAKA
80. Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Elsevier.
81. Priharjo R. 2003. Asuhan Keperawatan untuk Mengatasi Nyeri. Di dalam: Asih Y,
eds. Pemenuhan aktifitas istirahat pasien. Jakarta: EGC.
82. Smeltzer & Bare . (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins.
83. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
84. Tamsuri, A. 2007. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.