Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik dan Hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri
dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita
kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal
terapi bermain ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya proposal ini tidak lepas
dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan
mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal inovasi ini,
karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini
dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Aamiin.
Wassalamu alaikum Wr. Wb
Metro,

Maret 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman
hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain
merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa
pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari
waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain
di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana
lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan
(Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga
timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak
mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah
peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara
atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan
sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,
selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan

kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang


asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya
terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan
kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang
dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti
menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat
pelaksanaan terapi di rumah sakit.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan
bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak,
dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas
anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di

instalasi keperawatan anak (Ruang Anak), dapat bersosialisasi dengan teman


sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat
kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :
1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak
(Ruang Anak).
2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi
4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat
C. Sasaran
Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak (Ruang Anak) RSUD Ahmad
Yani Metro usia sekolah.

BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia sekolah (10 tahun)
yang sedang menjalani perawatan di ruang anak dengan kesadaran compos mentis,
kooperatif, dan keadaan umum baik.
B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak

6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat


keterampilan tangan lebih majemuk.
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.
D. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1.

Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan
anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak
seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan
stimulasi kinetik.

2.

Perkembangan Intelektual (Kognitif)


Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek.

3.

Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima.

Bermain

dengan

orang

lain

akan

membantu

anak

untuk

mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari


hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui

bermain

anak

akan

mengembangkan

kemampuannya

dan

membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan


mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).
E. Kategori berrmain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat

kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan
dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan
menebak kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain
atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak
tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).

BAB III
METODOLOGI BERMAIN
A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain yang akan diberikan ialah menempel potongan gambar dari kertas
origami. Permainan yang akan dilakukan hanyalah menempel dan menyusun sesuai
dengan contoh sketsa yang ada. Sketsa yang ada bisa berbentuk mobil-mobilan, bebek,
ikan, perahu, dan bunga. Gambar yang terbuat dari kertas origami yang sudah dibentuk
menjadi potongan-potongan tinggal di tempel sesuai sketsa dengan berbagai macam
warna dan menyusunnya menjadi sebuah gambar. Anak akan memilih sketsa, dan pola
warna tema dari sktetsa sesuai keinginan dan keterampilan yang akan digunakan.

B. Tujuan permainan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit. Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan
akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu
seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rs
5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak
akibat hospitalisasi
C. Keterampilan yang diperlukan
Menempel dan menyusun.
D. Jenis permainan
Meyusun dan menempel
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak
bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame pemandangan
atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan keterampilan
(skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil akan memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil dalam
menyocokan gambar sesuai dengan imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh
melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak
diajarkan menempel dan menyusun. Mengapa demikian? Karena dilihat dari kondisi
anak yang tidak boleh main berlebih yang membutuhkan energi ekstra, dan anak yang
cenderung pendiam selama hospitalisasi.
Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak dengan usia sekolah,
yaitu anak Akbar (10 tahun) dengan diagnosa medis Post Craniotomy dengan riwayat
epilepsy yang memiliki perkembangan kognitif dan motorik yang sangat terlambat

dan tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Anak Fajar (10 tahun) dengan diagnosa
medis CKS (Cidera kepala sedang) yang juga memiliki riwayat kejang dan trauma
hospitalisasi. Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam menyusun potongan
gambar dan melatih kemampuan motorik kasar anak dalam menempelkan gambar,
kegiatan ini juga membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras
banyak energi selama anak bermain dan dapat memberikan kesenangan tersendiri
sehingga mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.
E. Alat bermain
1. Kertas origami
2. Sterofoam
3. Lem kertas
4. Tema gambar yang tersedia : Mobil, Burung, Bunga, Perahu, Ikan, Bebek
F. Proses bermain
No.
1.

2.

Terapis
Waktu
Persiapan
5 menit
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
Proses
a. Membuka terapi dengan 25 menit
mengucapkan

salam

memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada

dan

Subjek terapi
Ruangan, alat, anak

Menjawab salam,
Memperkenalkan diri
Memperhatikan

anak

tentang tujuan dan manfaat


bermain
c. Membaca

doa

sebelum

memulai permainan
d. Mengajak anak bermain
e. Kalau ingin bertanya atau
menjawab

angkat

tangan

terlebih

dahulu

baru

berbicara
f. Mengikuti

3.

Bermain bersama dengan


antusias

dan

mengungkapkan
kegiatan

dari

awal sampai akhir


g. Mengevaluasi respon anak
Penutup
a. Istirahat
10 menit
b. Evaluasi kegiatan
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain

perasaannya

Memperhatikan
menjawab salam

dan

d. Berdoa

G. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasa
: Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan Anak
(Ruang Anak)
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah
Judul Terapi Bermain : Menempel gambar
Tempat
: Ruang Anak RSUD. Ahmad Yani Metro
Hari, tanggal
:
, Maret 2016
Waktu
: 30 menit ( jam 00.00 s.d 00.00 WIB)
Nama peserta utama
1. An. Akbar ( 10 tahun)
2. An. Fajar (10 tahun)
H. Hal- hal yang Perlu di Waspadai
1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan
2. Anak lelah
3. Anak tidak mau mengikuti permainan
I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Mengajak atau melibatkan orang tua
2. Berkomunikasi dengan baik pada anak
J. Pengorganisasian
1. Tim terapi
a. Leader : Roseliana
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum kegiatan
dimulai. Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif
dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan
baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam
kelompok.

b. Co. Leader
: Dita Puspita
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak dan
mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
: Julia hartati
Tugas

Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak yang


kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan
memfasilitasi peserta.
d. Observer : Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non
verbal anak selama kegiatan berlangsung
K. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengekspresikan perasaanya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan
5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat
L. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan diruangan rawat. Anak ditempatkan bersama dalam
satu ruangan rawat. Permainan akan dilakukan di tempat tidur klien.

: Orang Tua
: Fasilitator
: Leader
: Co-Leader
Cara Permainan
Masing-masing anak akan diberikan satu buah sterofam, satu buah lem, satu paket
gambar origami yang sudah dibentuk menjadi potongan-potongan gambar yang
berwarna warni dan satu buah sketsa gambar. Anak akan diminta untuk menyusun
potongan-potongan gambar dari kertas origami dan menempelnya pada sterofoam
sesuai dengan sketsa yang sudah ada dan membentuknya menjadi sebuah gambar
utuh. Anak akan diberikan waktu selama 10 menit untuk menusun dan menempel.

Selama kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk menambah
semangat anak selama bermain. setelah selesai menyusun dan menempel anak
didiminta untuk memperlihatkan gambar yang sudah disusun dan ditempelnya. Selain
itu anak diminta untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi kesimpulan dari
gambar yang sudah disusunnya.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat
anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan
sensoris-motorik,

sebagai

terapi,

meningkatkan

perkembangan

sosial,

perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,


dan perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya
mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar.
Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain
dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada
permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang akhirnya
akan seperti frame pemandangan atau benda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan
perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap

stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau
ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai