Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN INFEKSI NIFAS

Disusun Oleh :

1.      MARLINA                                                1026010230
2.      ELI FAHMIATI                                       1026010216
3.      WENNY AFRIMADENNI.P                 1026010264

Dosen Pembimbing :

Ns. Pawiliyah, S.Kep.Man

JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2013
KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan infeksi
nifas yang kami anggap sangat menarik untuk didiskusikan.
Di samping itu juga kami kelompok mengharapkan kritik dan sarannya apabila ada kesalahan
kata ataupun cara penyusunan makalah ini sehingga dapat dijadikan perbaikan makalah kedepan.
Akhirnya kami selaku penulis mengucapkan terima kasih atas segala upaya dari semua pihak
dari segi moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dan juga penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
            Bengkulu,         April  2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2.Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II       TINJAUAN TEORITIS
                   2.1  Definisi............................................................................................... 5
                   2.2. Etiologi............................................................................................... 6
                   2.3. Faktor-Faktor Predisposisi.................................................................. 6
                   2.4. Patofisiologi........................................................................................ 7
                   2.5. Gejala Klinis....................................................................................... 7
                   2.6. Klasifikasi........................................................................................... 8
                   2.7  Manifestasi Klinis Pasien infeksi nifas............................................... 9
                   2.8. Penatalaksanaan................................................................................ 10
BAB III     ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
                   3.1. Pengkajian......................................................................................... 12
                   3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 15
                   3.3. NCP Keperawatan ........................................................................... 23
BAB IV     PENUTUP
                   5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 27
                   5.2. Saran................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
                   Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah
keadaan abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada alat genetalia
pada waktu persalinan.
                 Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan
sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

1.2.  Tujuan
Tujuan Umum
              Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi nifas.

Tujuan khusus
1.         Untuk mengetahui konsep dasar teoritis infeksi nifas
2.         Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi nifas, yang meliputi ;
pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.  Definisi Infeksi Nifas


Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya
kuman – kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono Prawiroharjo, 2005 :
689)

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413)

Jadi yang di maksud infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada traktus genitalia
yang terjadi setelah melahirkan, di tandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu

2.2.  Etiologi Infeksi Nifas


a.  Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandung

  Eksasogen       :  kuman datang dari luar


  Autogen          :  kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh
  Endogen          :  dari jalan lahir sendiri

b.  Berdasarkan dari kuman yang sering menyebabkan infeksi

  Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khusus nya golongan A.
Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
  Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
  Eschercia coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan bisa menyebabkan infeksi terbatas pada
perinium, vulva dan endometrium
  Clostridium welchii, bersifat anaerob. Jarang di temukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi
pada abortus kriminalis

2.3.  Faktor-Faktor Predisposisi
  Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk,
status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi

  Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama

  Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir

  Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah

  Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya
proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas

2.4.  Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka berdiameter kira-kira
4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan
merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva,
vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-
luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

a.       Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa
sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-
kuman.

b.       Droplet
infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung
dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di
larang memasuki kamar bersalin.

c.       Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita     dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-
kain yang tidak steril dan alat-alat yang di gunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.

d.      Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya
ketuban.

e.       Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan.
Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan
beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai
dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya
menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimblkan infeksi pula pada janin

2.5.  Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain
demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu
badan meningkat.
Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,pernafasan meningkat
dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma,gangguan involusi uteri, lokia berbau,
bernanah dan kotor.
2.6.  Klasifikasi
1.      Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
2.      Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3.      Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4.      Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

2.7.  Manifestasi klinis
Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :

1.      Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.

a.       Infeksi perinium vulva dan serviks

Tanda dan gejalanya :

      Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi urine

      Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak

      Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38 C, dan nadi kurang dari
100x/menit

      Bisa luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa meningkat
hingga 39-40 C, kadang-kadang di sertai menggigil

b.      Endometritis

      Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang
disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
      Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

2.      Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium.
Septikemia :
  Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
  Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
  Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit
atau lebih).
  Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
Piemia :
  Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
  Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki
peredaran darah umum.
  Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh
turunnya suhu.
  Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis :
  Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
dan ada defense musculaire.
  Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies
hippocratica.
  Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
  Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
  Bisa terdapat pembentukan abses.
  Selulitis pelvik :
  Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada
pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
  Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
  Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
  Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap,
menjadi naik turun disertai menggigil.
  Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

2.8.  Penatalaksanaan
1. Pencegahan

a. selama kehamilan

pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :

  Perbaikan Gizi

  Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi

  Personal Hygine

b. Selama persalinan

  Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik

  Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama

  Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama

  Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-
baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas
  Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril

  Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu
sehat

  Tamu yang berkunjung harus di batasi

2.      Pengobatan

  Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji
kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan

  Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
antibiotika spectrum luas menunggu hasil laboratorium

  Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah


Perhatikan diet : TKTP

  Lakukan transfusi darah 

  Pengobatan kemoterapi dan antibiotika 

o   Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4-6 jam kemudian peroral, sediaan dapat berupa
tablet biasa/force, bactrim

o   Kemasan penisilin

o   Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol

o   Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan

o  Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS

3.1              Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri
pada daerah luka operasi
a.       Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi tenggorokan.
2.      Data Dasar Pengkajian
a.     Aktivitas/istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan/keletihan yang terus menerus (persalinan lama,
stressor pasca partum multiple)
b.    Sirkulasi
Biasanya takikardi dari berat sampai bervariasi.
c.     Eliminasi
Biasanya BAB klien diare/konstipasi
d.    Nyeri/Keamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit
kepala.
e.     Pernapasan
Biasanya pernapasan cepat/dangkal.
f.     Integritas Ego
Biasanya klien gelisah/anxietas
g.    Hygiene
Gejala    :  Penurunan kemampuan/peningkatan kemampuan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda    :  Kebersihan kurang
h.    Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula menggigil berat
atau berulang
i.      Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea bau busuk
dan banyak/berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan/mimisan dengan drainasi
purulen
j.      Pemeriksaan diagnostik :
1. Sel darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
2. LED dan SDM : sangat meningkat
3. HB / HT : penurunan adanya anemia
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari lochea servik dan
uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
5. Urinaritis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi : menentukan adanya fregmen-fregmen placenta yang tertahan, melokalisasi abses
peritonium
7. pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/ pembentukan abses, atau
adanya vena-vena dengan trombosis

3.2  Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat

3.3 NCP
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
Tujuan : Gg rasa nyaman nyeri dapat teratasi
k/h  :  TTV dalam batas normal, wajah klien tampak rileks atau tidak meringis
           
Intervensi Rasional

  Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri  Membantu dalam diagnosa banding


  berikan instruksi mengenal, membantu, keterlibatan jaringan pada proses infeksi
mempertahankan kebersihan dan   Meningkatkan kesejahteraan umum dan
kehangatan pemulihan, menghilangkan
  Instruksikan klien dalam melakukan teknik ketidaknyamanan berkenaan dengan
relaksasi, memberikan aktivitas pengalihan menggigil
seperti : radio, televisi, membaca   Memfokuskan kembali perhatian klien,
meningkatkan prilaku positif dengan
ketidaknyamanan
  Anjurkan kesinambungan menyusui saat
kondisi klien memungkinkan karenanya   Mencegah ketidaknyamanan dari
anjurkan dan berikan instruksi dalam pembesaran payudara, meningkatkan
penggunaan pompa payudara listrik / keadekuatan suplai ASI pada klien
manual menyusui
  Kolaborasi : 
a. Berikan analgetik / antipiretik   Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi

b.    Berikan kompres panas local dengan


menggunakan lampu pemanas / rendam
duduk sesuai indikasi

2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit


Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi
k/h  : mencapai pemulihan tepat waktu, bebas dari komplikasi tambahan
Intervensi Rasional

  Tinjau ulang catatan prenatal, intra partum   Mengidentifikasi factor-faktor yang


dan pasca partum menempatkan klien pada kategori resti
  Pertahankan kebijakan mencuci tangan terhadap terjadinya penyebaran infeksi
dengan ketat untuk staf, klien dan pasca partum
pengunjung   Membantu mencegah kontaminasi silang
  Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan   pembersihan melepaskan kontaminasi
perineum yang benar setelah berkemih, urinarius/ fekal
defekasi dan sering ganti balutan Anjurkan/  Meningkatkan kontraktilitas uterus dan
demonstrasikan pembersihan perineum involusi
yang benar setelah berkemih, defekasi dan   Peningkatan TTV menyertai infeksi, fluktuasi
sering ganti balutan   Memungkinkan identifikasi awal dan
  Demonstrasikan masase fundus yang tepat tindakan, meningkatkan resolusi infeksi
  monitor TTV   Meningkatkan aliran lochea dan drainase
  Observasi tanda infeksi lain uterus
  Anjurkan posisi semi powler   Sariawan oral pada bayi baru lahir adalah
  Anjurkan ibu menyusui secara periodic efek samping umum dari terapi antibiotic
memeriksa mulut bayi terhadap adanya
bercak putih
  Kolaborasi :

- Pantau pemeriksaan laboratorium


- Anjurkan penggunaan pemanasan yang
lembab

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi
k/h  : Hb/Ht dalam batas normal, penurunan berat badan
Intervensi Rasional
  Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat  Protein membantu meningkatkan pemulihan
besi dan vitamin C bila masukan oral dan regenerasi jaringan baru. Zat besi
dibatasi untuk sintesis Hb, vitamin.C memudahkan
  Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/ absorbsi zat besi dan untuk sintesis dinding
hari jus, sup dan cairan nutrisi sel
  Anjurkan tidur/ istirahat adekuat   Memberikan kalori dan nutrien untuk
  Kolaborasi  memenuhi kebutuhan metabolic,
- Berikan cairan/ nutrisi parenteral mengganti kehilangan cairan

  Menurunkan laju metabolisme,


memungkinkan nutrient dan O2 untuk
digunakan dalam proses pemulihan

  Untuk mengatasi dehidrasi, mengganti


kehilangan cairan

BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman
anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital
infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung
pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk
keadaan penderita.
5.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dapat memperbaiki perbuatan makalah yang akan datang.
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan Infeksi nifas.
DAFTAR PUSTAKA
            A.price sylvia, 2005 patofisiologi ,Jakarta: EGC
Hudono, S.T, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Junaidi. P. 1992. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi Ke 3. Jakarta : Media An Aesculapius FKUI.
Marlyn E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998, Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.
Sulaeman, S. 1981. Obstetri Patologi.  Bagian Obstetri dan Ginekologi. Bandung : FKUP

Anda mungkin juga menyukai