jamu
untuk
menjaga
kebugaran.
Pemanfaatannya
semakin
berkembang dengan banyaknya jamu yang dijual secara bebas, sehingga mudah
dibeli dan dikonsumsi secara bebas. Bentuk jamu yang beredar di pasaran antara
lain bentuk godogan, ramuan ataupun sachet. Definisi Obat Tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional
dilarang menggunakan:
modern. BKO dapat terdiri dari bahan kimia aktif ataupun obat jadi. Adanya Jamu
yang mengandung BKO di pasaran merupakan salah satu upaya produsen dalam
meningkatkan penjualan produknya. Perlu dipahami bahwa jamu tidak dapat
memberikan efek pengobatan yang instan, karena berasal dari bahan alam. Jamu
yang mengandung BKO biasanya memberikan efek penyembuhan yang lebih
cepat dibandingkan jamu yang tidak mengandung BKO, sehingga masyarakat
merasa puas dan cenderung akan mengkonsumsi kembali jamu tersebut pada saat
keluhan timbul kembali atau digunakan terus menerus sebagai upaya
meningkatkan kesehatannya.
Bahan Obat yang Sering Ditambahkan dalam Jamu
Klaim kegunaan Obat
tradisional
Pegal linu / encok / : Fenilbutason, antalgin, diklofenak sodium, piroksikam,
rematik
parasetamol, prednison, atau deksametason
Pelangsing
: Sibutramin hidroklorida
Peningkat stamina / : Sildenafil Sitrat
obat kuat pria
Kencing
manis
diabetes
Sesak nafas / asma
/ : Glibenklamid
: Teofilin
Timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, kadang
pendarahan dan tukak, reaksi hipersensifitas terutama angio edema dan
bronkospasme, sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran,
fotosensifitas dan hematuria.
2. Antalgin (Metampiron)
Efek samping : Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan
agranulositosis.
3. Deksametason
Efek Samping :
o
anak-anak
kortikosteroid
dapat
menimbulkan
gangguan
4. Prednison
Efek samping :
o
5. Teofilin
Efek samping: Takikardia, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit
kepala, insomnia dan aritmia.
6. Hidroklortiazid (HCT)
Efek samping: Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan,
impotensi (reversible bila obat dihentikan), hipokalimia, hipomagnesemia,
hipoatremia, hiperkalsemia, alkalosis, hipokloremik, hiperurisemia, pirai,
hiperglikemia dan peningkat kadar kolesterol plasma.
7. Furosemid
Efek samping: Hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesia, alkalosis,
hipokloremik, ekskresi kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran
cerna, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, kadar kolesterol dan trigliserida
plasma meningkat sementara.
8. Glibenklamid
Efek samping :
o
9. Siproheptadin
Efek samping: Mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik,
leukopenia, agranulositosis dan trombositopenia.
Pasal 40
Obat Tradisional tidak boleh mengandung bahan lain yang tidak tercantum
dalam komposisi sebagaimana yang dilaporkan dalam permohonan
pendaftaran.
4. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 196 setiap orang yang sengaja memproduksi/ mengedarkan obat
tradisional yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan
Pidana 10 tahun dan denda paling banyak 1 milyar Rupiah.
Pasal 197 setiap orang yang sengaja memproduksi/ mengedarkan
sediaan farmasi / alkes tidak memiliki izin edar Pidana 15 tahun dan
denda paling banyak 1 ,5 miliar Rupiah.
5. PERMENKES NO.006 th 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional
Pasal 37
Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: menjamin
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang
dihasilkan
Pasal 37
a. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:
b. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil
isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.
c. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan
parenteral, supositoria kecuali untuk wasir, dan/atau
d. Obat tradisional berupa cairan obat dalam yang mengandung etanol
dengan kadar lebih dari 1%.
Peran Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam Mengatasi Masalah BKO
Badan POM selaku badan yang memiliki otoritas didalam pengawasan
obat dan makanan di Indonesia, terus berupaya untuk memenuhi keinginan
masyarakat dengan meningkatkan perannya didalam melindungi masyarakat dari
peredaran obat tradisional yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan.
Disamping itu Badan POM juga berperan dalam membina industri maupun
importir/distributor secara komprehensif mulai dari pembuatan, peredaran serta
distribusi, agar masyarakat terhindar dari penggunaan obat tradisional yang
berisiko bagi pemeliharaan kesehatan. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan
POM dimulai sebelum produk beredar yaitu dengan evaluasi produk pada saat
pendaftaran (pre marketing evaluation/product safety evaluation), inspeksi sarana
produksi sampai kepada pengawasan produk di peredaran (post marketing
surveillance).
Cara Identifikasi secara cepat adanya BKO di dalam obat tradisional.
Identifikasi yang dilakukan oleh ahli:
Yang
dilakukan
MASYARAKAT secara
cepat
sebagai
tindakan
kewaspadaan terhadap obat tradisional yang tidak bermutu dan bahkan mungkin
tidak aman adalah:
Apabila
produk
diklaim
dapat
menyembuhkan
bermacam-macam
penyakit.
Bila manfaat atau kerja obat tradisional dirasa sedemikian cepatnya terjadi
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/144/bahaya-bahan-kimiaobat--bko--yang-dibubuhkan-kedalam-obat-tradisional--jamu-.html. Diakses
tanggal 19 Maret 2016, pk 14.00