Anda di halaman 1dari 8

MASALAH SISTEM PENCERNAAN

Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) berjalan dari mulut ke anus. Fungsi saluran Gl
adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta penyerapan
zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan.
ANATOMI
Seperti diperlihatkan dalam, saluran Gl berawal di rongga mulut, dan berlanjut ke esofagus dan
lambung. Makanan disimpan sementara di lambung sampai disalurkan ke usus halus. Usus halus
dibagi menjadi tiga bagian, duodenum, jejunum, dan ileum. Pencernaan dan penyerapan
makanan berlangsung terutama di usus halus. Dari usus halus, makanan disalurkan ke usus besar
yang terdiri dari kolon dan rektum. Organ-organ tambahan sistem ini meliputi hati, pankreas,
kandung em-pedu, dan apendiks.
Seluruh saluran pencernaan terdiri dari beberapa lapisan jaringan: lapisan mukosa (untuk fungsi
sekresi) yang terletak paling dalam, lapisan jaringan ikat submukosa, lapisan otot polos sirkular
dan longitudinal, dan suatu membran serosa yang terletak paling luar yang disebut lapisan
peritoneum (atau adventisial) Lapisan-lapisan ini dihubungkan satu sama lain secara fisik dan
melalui hubungan-hubungan saraf.
LAPAR DAN INGESTI MAKANAN
Rasa lapar dikontrol oleh sualu daerah otak di hipotalamus sebelah lateral. Perangsangan daerah
ini menyebabkan tiinbulnya dorongan kuat. Untuk mencari makanan dan memakannya.
Hipotalamus lateral menerima banyak input yang dapat merangsang rasa lapar. Sebagai contoh,
rasa lapar dapat dirangsang oleh adanya kontraksi lapar di lambung. Semakin lama lambung
kosong, maka kontraksi ini tampaknya meningkat frekuensi dan intensitasnya. Mekanisme pasti
bagaimana kontraksi tersebut terjadi masih belum jelas.
Rasa lapar juga dirangsang oleh turunnya kadar zat-zat gizi dalam darah, misalnya asam amino,
lemak, dan ghikosa, serta oleh peningkatan alau pcmiriman hormon-liormon yang mengatur
metabolisme. Input ke pusat lapar hipolalamus dapat mencakup input dari bagian-bagian otak
yang lain. Misalnya, pusat-pusat otak yang lebih tinggi dapat merangsang rasa lapar sebagai
respons terhadap situasi atau pengalaman tertentu. Demikian juga, input dari pusat emosi di otak,
sistem limbik, juga dapat merangsang rasa lapar.
Sebaliknya, nukleus ventromedialis hipotalamus tampaknya merupakan tempat
munculnya rasa kcnyang, kebalikan dari rasa lapar. Pusat ini juga dipengaruhi oleh
penuh tidaknya lambung serta kadar zat-zat gizi dan hormon dalam darah, telapi dalam
arah yang berlawanan. Emosi dan kebiasaan juga mempengaruhi pusat kenyang.
PENDORONGAN MAKANAN MELINTASI SALURAN CERNA

Setelah dibawa ke dalam mulut, makanan mulai bergerak ke esofagus, lambung, serta usus halus
dan usus besar. Gerakan ini disebut pendorongan (propulsi). Kecepatan pendorongan makanan
tergantung pada motilitas masing-masing bagian saluran pencernaan. Motilitas masing-masing
bagian tersebut, sebaliknya, ditentukan oleh kontraksi otot serta input hormonal dan saraf.
Pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di sepanjang perjalanannya dan memerlukan
motilitas yang optimum di setiap segmen saluran pencernaan.
KONTROL OTOT ATAS MOTILITAS USUS
Saluran GI terdiri dari dua lapisan otot polos utama, lapisan longitudinal di sebelah Iuar dan
lapisan otot sirkular di sebelah dalam. Lapisan otot ketiga berukuran sangat tipis, terletak paling
dalam di lapisan mukosa saluran GL Lapisan otot longitudinal dan sirkular bertanggungjawab
untuk mencampur dan menggerakkan makanan di sepanjang saluran GI.
Di setiap segmen saluran GI, otot polos longitudinal dan sirkular memperlihatkan depolarisasi
spontan yang inheren. Depolarisasi inheren ini dapat meningkat intensitasnya dan dapat
menimbulkan potensial aksi sehingga terjadi kontraksi otot. Frekuensi kontraksi bervariasi.
Kontraksi usus dapat bersifat tonik yaitu kontraksi yang menetap dan berlangsung lama, dan
melibatkan tonus otot saluran cerna secara keseluruhan. Kontraksi juga dapat bersifat ritmik dan
berjalan dalam gelombang-gelombang peristaltik ke bagian distal. Kontraksi usus bersii'at lambat
dan bergantung kalsium yang berlangsung pada rentang panjang otol yang lebar.
Sel-sel otot polos saluran GI berhubungan erat satu sama lain di sepanjang usus,
sehingga depolarisasi listrik di salah satu segmen dapat dengan mudah disalurkan ke
segmen berikutnya. Sel-sel otot dapat dirangsang untuk melepaskan muatan dengan
kecepatan yang berbeda dengan kecepatan basal oleh peregangan atau oleh
pelepasan asetilkolin dari saraf parasimpatis yang inempersarafinya. Persarafan
parasimpatis menurunkan kecepatan lepas muatan sel-sel otot tersebut.
KONTROL HORMON ATAS MOTILITAS USUS
Hormon misalnya gastrin dari lambung, serta sekretin dan kolesistokinin (CCK) dari usus halus,
juga dapat mempengaruhi kecepatan kontraksi sel otot polos atau, dengan kata lain, motilitas
usus. Gastrin merangsang motilitas lambung. Sekretin dan CCK merangsang motilitas usus telapi
(terutama sekretin) menghambat motilitas lambung. Hal ini memperlambat pengosongan isi
lambung ke dalam usus halus.
KONTROL SARAF ATAS MOTILITAS USUS
Terdapat dua sistem saraf intrinsik di seluruh usus. Yang pertama terletak diantara lapisan otot
longitudinal dan sirkular. Kelompok saraf ini, yang disebut pleksus mienterikus, terdapat sebagai
suatu sistem yang berdiri sendiri dan terdiri dari jalur aferen dan eferen yang mempersarafi otot.
Pleksus mienterikus bekerja dengan mempengaruhi irama listrik dasar sel-sel otot polos. Eksitasi
pleksus mienterikus akan meningkatkan kontraksi tonik yang meningkatkan tonus basal saluran

pencernaan. Eksitasi tersebut juga meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi ritmik
sehingga peristalsis meningkat.
Pleksus saraf intrinsik kedua terletak di lapisan submukosa saluran GI. Lapisan ini terdiri dari
jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel-sel sekretork. Pleksus ini terletak di bawah otot polos
sirkular dan di atas lapisan nuikosa. Eksitasi pleksus submukosa menyebabkan peningkatan
fungsi sekrqforik saluran GI.
Neuron-neuron sensorik yang terdapat di kedua pleksus berespons terhadap partikel
makanan, iritan, mikro-organisme, dan peregangan dengan meningkatkan kecepatan
pelepasan muatannya dan, melalui perangsangan pleksus mienterikus, meningkatkan
motilitas saluran GI. Pleksus saraf mienterikus juga dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Serat-serat simpatis berasal dari korda spinalis yang terletak antara T8
dan 1.3 dan mempersarafi pleksus intrinsik di seluruh usus. Serat-serat ini menghambat
pelepasan muatan pleksus sehingga irama dasar usus melambat. Saraf simpatis
mengeluarkan norepinefrin di usus. Saraf parasimpatis berjalan dalam saraf vagus ke
esofagus, lambung, dan separuh atas usus besar. Serat parasimpatis lain berjalan
dalam divisi sakrum dan mempersarafi separuh distal usus besar. Saraf parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin dan merangsang pelepasan muatan pleksus mienterikus. Hal
ini mempercepat peristalsis dan pencampuran makanan. Persarafan bagian distal usus
besar penting untuk merangsang defekasi. Usus halus tampaknya tidak dipersarafi oleh
saraf parasimpatis.
PENCERNAAN MAKANAN
Pencernaan makanan berawal di mulut dengan pelepasan air liur (saliva), berlanjut di lambung,
dan sebagian besar diselesaikan di usus halus. Proses pencernaan melibatkan enzim-enzim
sekretorik yang spesifik untuk berbagal makanan dan bekerja untuk menguraikan karbohidrat
menjadi gula sederhana, lemak menjadi asam lemak bebas dan monoglise-rida, serta protein
menjadi asam amino. Hanya dalam bentuk-bentuk sederhana inilah zat-zat gizi dapat diserap
menembus usus dan digunakan oleh tubuh.
ENZIM SEKRETORIK
Kelenjar-kelenjar sekretorik dijumpai di seluruh lapisan submukosa dan mukosa saluran GI dari
mulut sampai anus. Sekresi enzim-enzim pencernaan dapat ditingkatkan dengan peregangan,
perangsangan saraf oleh pleksus submukosa, dan perangsangan kelenjar submukosa oleh sistem
parasimpatis. Perangsangan simpatis mengurangi sekresi. Enzim-enzim dari pankreas juga
penting untuk pencernaan.
HORMON PENCERNAAN
Gastrin, sekretin, dan CCK berperan penting untuk merangsang pencernaan. Gastrin dikeluarkan
oleh lambung sebagai respons terhadap perangsangan parasimpatis, peregangan, dan adanya
protein. Gastrin merangsang sekresi getah lambung untuk memulai pencernaan protein dan

sekresi asam hidroklorida (HCl). HCl dalam lambung bertanggungjawab untuk mengaktifkan
enzim pencernaan terpenting di lumbung, pepsin.
Sekretin dikeluarkan dan usus halus terutama sebagai respons terhadap HCl dalam makanan
(kimus) yang masuk ke dalam usus halus darl lambung. Sekretin merangsang sekresi usus serta
pengeluaran bikarbonat oleh pankreas, untuk menetralkan asam. Hal ini penting karena enzimenzim yang diperlukan untuk pencernaan di usus halus tidak dapat bekerja dalam lingkungan
asam.
CCK dilepaskan dari usus halus terutama sebagai respons terhadap lemak. CCK menyebabkan
sekresi usus, kontraksi kandung empedu, dan pengeluaran empedu. Empedu penting untuk
pencernaan lemak.
PENYERAPAN MAKANAN
Penyerapan makanan yang telah dicerna terjadi di lapisan mukosa usus halus. Mukosa dilapisi
oleh banyak vilus yaitu tonjolan-tonjolan (jonjot) halus sel epitel. Vilus sangat meningkatkan
luas permukaan penyerapan. Di dalam lumen dari masing-masing vilus terdapat jaringan kapiler
dan sebuah pembuluh limfe, yang disebut lakteal. Di setiap vilus terdapat serat-serat saraf
pleksus intrinsik dan sel-sel otot polos.
Asam-asam amino dipindahkan secara aktif menembus sel-sel epitel untuk masuk ke dalam
kapiler. Asam-asam amino tersebut kemudian disalurkan melalui aliran darah ke semua sel
tubuh, terutama sel-sel otot, tempat mereka digunakan untuk sintesis protein. Asam amino yang
tidak digunakan dengan cara ini disalurkan ke hati tempat asam tersebut diubah menjadi
karbohidrat atau lemak dan digunakan untuk energi atau disimpan di seluruh tubuh.
Gula-gula sederhana juga secara aktif dipindahkan ke dalam aliran darah dan dikirim ke semua
sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Gula yang tidak digunakan dengan cara Ini
dapat disimpan sebagai lemak alau glikogen di semua sel, terutama di sel-sel hati.
Asam-asam lemak bebas dan monogliserida, merupakan hasil metabolisme lemak,
bersifat larut lemak dan berpindah melalui proses difusi pasif ke dalam sel-sel usus. Di
dalam sel tersebut, mereka diubah kembali menjadi trigliserida, suatu proses yang
memerlukan energi. Trigliserida ini masuk ke laktat di bagian tengah vilus dan berjalan
ke duktus tornsikus lain ke sirkulasi umum. Trigliserida dapat diubah menjadi glukosa di
hati dan digunakan sebagai sumber energi, atau dapat digunakan secara langsung
sebagai sumber energi oleh sebagian besar sel tubuh. Kelebihan trigliserida dapat
disimpan di jaringan adiposa.
SEKRESI MUKUS
Mukus disekresikan di seluruh panjang usus. Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang
membungkus dinding usus dan berfungsi sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh
enzim-enzim yang terdapat di dalam usus. Mukus juga berfungsi sebagai pelumas makanan
sehingga mudah Iewat.

Tanpa pembentukan mukus, integritas dinding usus akan sangat terganggu, terutama di lambung
tempat terdapatnya MCI dalam konsentrasi tinggi dan merupakan komponen esensial untuk
pencernaan protein. Selain itu, tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek lubrikasi dari mukus.
PERAN EMPEDU
Empedu dihasilkan dalam hati dan mengandung garam-garam empedu, air, kolesterol, bilirubin
suatu produk penguraian metabolisme sel darah merah dan elektrolit. Empedu secara kontinyu
dikeluarkan dari hati tetapi disimpan dan dipekatkan di kandung empedu. Empedu dikeluarkan
dari kandung empedu sebagai respons terhadap CCK, dan sebagai respons terhadap adanya
lemak di usus halus.
Empedu penting untuk pencernaan trigliserida (juga disebut lemak). Empedu tidak
mengandung enzim-enzim pencernaan tetapi mengandung garam-garam empedu yang
berfungsi untuk mengemulsifikasi lemak. Garam empedu bekerja sebagai deterjen
untuk menguraikan lemak menjadi butiran-butiran yang sangat halus. Hanya dalam
bentuk butiran-butiran halus inilah lemak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.
PENCERNAAN LEMAK
Setelah lemak dicerna menjadi asam-asam lemak dan monogliserida, mereka berikatan dengan
garam-garam empedu menjadi bulatan-bulatan kecil yang disebut misel (micelle). Dalam bentuk
ini, produk akhir pencernaan lemak yang larut tersebut berdifusi ke lapisan sel epitel usus halus.
Garam-garam empedu melepaskan asam lemak dan monogliserida ke sel epitel. Sebagian besar
asam lemak dan monogliserida kemudian berikatan kembali untuk membentuk trigliserida. Dari
titik ini, di sel epitel trigliserida berikatan dengan kolesterol dan fosfolipid. Kompleks ini
terbungkus oleh protein, keluar sel epitel, dan berpindah dengan difusl pasif ke dalam lakteal.
Kompleks trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid disebut kilomikron. Kilomikron diangkut dalam
limfe ke duktus torasikus dan kemudian masuk kembali ke sirkulasi umum.
Setelah berada dalam sirkulasi umum kilomikron disalurkan ke sebagian besar sel lubuh tempat
trigliserida dapat disimpan atau kembali diuraikan menjadi asam lemak dan digunakan sebagai
sumber energi seperti dijelaskan di atas.
RESIRKULASI EMPEDU
Setelah menyalurkan asam lemak dan monogliserida ke vilus, garam-garam empedu mengalir
kembali ke kimus (chyme) untuk mengambil kembali lebih banyak molekul dan mengulangi
proses tersebut. Sebagian besar garam empedu akhirnya diserap kembali di ujung usus halus dan
didaur ulang ke hali melalui vena portal untuk digunakan kembali. Proses ini disebut sirkulasi
enterohepatik.
ELIMINASI PRODUK SISA
Penyerapan terus berlanjut di usus besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar penyerapan
berlangsung di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus besar setiap

hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Selain air, yang
membentuk sekitar 75% dari feses, feses mengandung bakteri yang mati, sebagian lemak dan
bahan makanan kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein. Produk sampingan bilirubin
menentukan warna tinja.
Proses eliminasi, atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini
dihasilkan sebagai respons terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkular
oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang
berjalan di segmen sakrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh
tinja juga merupakan perangsang peristalsis yang kuat. Scwaktu gelombang peristaltik
dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas. Apabila sfingter anus
eksternus juga melemas maka akan terjadi defekasi. Sfingter anus eksternus adalah
suatu otot rangka sehingga di bawah control kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi
sfingter internus menyebabkan kontraksi refleks sfingter eksternus pada semua individu
kecuali bayi dan sebagian orang yang mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini
secara efektif menghentikan defekasi. Apabila refleks defekasi terjadi pada waktu yang
tepat setelah sfingter internus melemas, maka kontraksi refleks sfingter eksternus dapat
secara sadar dilawan dan defekasi akan berlangsung.

MASALAH-MASALAH UTAMA
ANOREKSIA
Anoreksia didefinisikan sebagai hilangnya nafsu makan. Anoreksia sering terjadi sebagai
gejala dengan kelainan GI lain, termasuk mual, muntah, dan diare. Anoreksia juga terjadi
pada keadaan-keadaan yang tidak berkaitan dengan saluran GI misalnya kanker.
Anoreksia nervosa adalah suatu keadaan di mana seseorang memilih untuk tidak makan
karena ketakutan berlebihan menjadi gemuk. Istilah anoreksia nervosa sebenarnya adalah
penamaan yang salah karena individu yang mengidapnya tetap memiliki keinginan makan
dan tetap merasa lapar, sehingga berdasarkan defmisi bukan benar-benar anorektik.
Sebagian besar orang yang mengalami anoreksia nervosa adalah wanita dewasa muda atau
dewasa, sering bersifat perfeksionis, yang menganggap bahwa menjadi kurus adalah tanda
keberhasilan atau atlit yang beranggapan bahwa prestasi mereka bergantung pada tingkat
kekurusan yang hanya mungkin dicapai melalui pengurangan makan yang ketat. Walaupun
lebih jarang, pria muda juga dapat mengidap anoreksia nervosa. Pada pria muda, keadaan ini
sering berkaitan dengan depresi atau kecemasan mengenai orientasi seksual. Setiap orang
yang menderita anoreksia nervosa memerlukan terapi intensif dan jangka panjang untuk
mengatasi keadaan tersebut.
MUAL

Mual (nausea) adalah sensasi subyektif yang tidak menyenangkun dan sering mendahului
muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi di bagian mana saja dari saluran GI, tetapi
juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tlnggi. Interpretasi mual terjadi di
medula,
dl
samping
atau
bagian
dari,
pusat
muntah.
MUNTAH
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula
oblongata otak. Impuls-impuls aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls-impuls aferen berasal dari lambung alau duodenum dan muncul sebagai
respons terhadap distensi berleblhan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons
terhadap rangsangan kimiawi oleh emelik (bahan yang menyebabkan muntah), misalnya
ipekak, Hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui pengaktivan pusat
muntah. Muntah juga dapat terjadi melalui pcrangsangan langsung bagian-bagian otak yang
terletak dekat dengan pusat muntah di otak. Obat-obat tertentu mencetuskan muntah dengan
mengaktifkan pusat ini, yang disebut chemo receptor trigger zone, yang terletak di dasar
ventrik keempat. Muntah yang timbul akibat perubahan gerak yang cepat diperkirakan
berlangsung melalui perangsangan trigger zone ini. Pengaktivan chemoreceptor trigger tone
dapat secara langsung mencetuskan muntah, atau secara tidak langsung melalui pengaktivan
pusat muntah. Input dari pusat-pusal otak yang lebih tinggi di korteks dan peningkatan
tekanan intrakranium (TIK) juga dapat merangsang muntah, mungkin dengan secara
langsung merangsang pusat muntah. Muntah proyektil terjadi apabila pusat muntah
dirangsang secara langsung, dan sering oleh peningkatan TIK.
Apabila relleks muntah telah diawali di pusat muntah, maka muntah tersebut terjadi melalui
pengaktivan beberapa saraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron
motorik spinalis ke otot abdomen dan diafragma. Eksitasi jaras-jaras ini menyebabkan
timbulnya respons muntah yang terkoordinasi. Gejala-gejala tertenlu biasanya mendahului
muntah, termasuk mual, takikardia, dan berkeringat.
DIARE
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi akibat adanya
zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam tinja, yang disebut diare osmetik, atau karena
iritasi saluran cerna. Penyebab tersering Iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus
distal atau usus besar.
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjndi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh inikraba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan
oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara
langsung menyebabkan sekresi air dan elcktrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur
plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar.

Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis-jenis
stress tertentu, yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat
jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran tinja ber-jumlah kecil tetapi sering. Penyebab
diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserativa dan penyakit Crohn.
Bayi dan anak sangat rentan terhadap efek diare dan harus dipantau secara ketat untuk
mencari tanda-tanda dini dehidrasi.
KONSTIPASI
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Karena frekuensi
berdefekasi berbeda-beda pada setiap orang, maka definisi ini bersifat subyektif dan
dianggap sebagai penurunan relatif jumlah buang air besar pada seseorang.
Defekasi dapat menjadi sulit apabila tinja mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila
individu mengalami dehidrasi atas apabila tindakan buang air bcsar ditunda yang
memungkinkan lebih banyak air yang dise-rap keluar tinja sewaktu tinja berada di usus
besar. Diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban tinja dengan cara menarik air secara
osmotis ke dalam tinja dan dengan merangsang peristaltik kolon melalui peregangan.
Dengan demikian, urang yang makan makanan rendah serat atau makanan yang sangat
dimurnikan berisiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah ruga mendurung defekasi
dengan merangsang saluran GI secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya
jarang bergerak berisiko lebih tinggi mengalami konstipasi.
Rasa takut akan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus psikologis bagi seseurang
untuk menahan buang air besar dan dapat menyebabkan konstipasi. Input-input psikologis
lain juga dapat menyebabkan kelambatan dei'ekasi. Rangsangan simpatis alas saluran
menurunkan motilitas dan dapat memperlambat defekasi. Aktivilas simpatis meningkat pada
individu yang mengalami stres lama. Obat-obat tertentu misalnya antasid dan opiat juga
dapat menyebabkan konslipasi.
Trauma korda spinalis, sklerosis multipel, neoplasma usus, dan hipotiroidisme dapat
menyebabkan konstipasi. Suatu penyakit yang ditandai oleh disfungsi pleksus mienterikus di
usus besar, yang disebut penyakit Hirschprung (megakolon kongenital), juga menyebabkan
konslipasi. Penyakit ini biasanya telah tampak segera setelah lahir.

Anda mungkin juga menyukai