Anda di halaman 1dari 6

Studi Tentang

DINAMIKA AGRIBISNIS DAN INDUSTRI KARET INDONESIA


DALAM PERSAINGAN PASAR GLOBAL

Oktober 2009

Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara produsen karet alam
terbesar di dunia. Peringkat pertama ditempati Thailand, sedangkan Malaysia di posisi
ketiga. Dari segi areal perkebunannya, Indonesia boleh berbangga diri karena memiliki
hamparan kebun karet terluas di dunia. Menurut catatan Ditjen Perkebunan, Departemen
Pertanian, sampai tahun 2008 lalu luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai sekitar
3,47 juta ha dengan total produksi karet alam sebanyak 2.921.872 ton. Pada tahun 2009 ini,
luas areal perkebunan karet diperkirakan akan bertambah menjadi 3.524.583 hektar dengan
produksi sebanyak 3.040.111 ton.

Namun, rasio antara volume produksi karet dengan luas areal perkebunan yang ada
menunjukkan produktivitas yang masih rendah. Hal ini disebabkan sekitar 85% dari total
perkebunan karet di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Menurut beberapa hasil
penelitian, produktivitas perkebunan karet rakyat masih sangat rendah, yaitu sekitar 600 –
800 kg per hektar per tahun. Perkebunan rakyat umumnya belum menggunakan bibit karet
dari klon-klon unggul, pemeliharaannya masih sederhana, serta banyak tanaman karet yang
sudah tua dan rusak. Padahal, di Thailand dengan menggunakan bibit karet dari klon
unggul disertai pemeliharaan yang baik, produktivitasnya dapat mencapai 1.500 – 2.000 kg
per hektar per tahun.

Melalui program revitalisasi perkebunan, pemerintah berupaya menyediakan bibit


karet dari klon-klon unggul, melakukan perluasan areal tanam serta peremajaan tanaman
karet yang sudah tua dan rusak. Program yang dimulai sejak 2006 tersebut, hingga tahun
2010 diharapkan dapat meremajakan kebun karet rakyat seluas 736.000 hektar.

Dalam bidang agribisnis dan industri karet ini, pemerintah Indonesia mempunyai
obsesi dapat menyalip Thailand di peringkat pertama sebagai negara produsen karet alam
terbesar dunia. Prospek dan peluang ke arah itu cukup terbuka. Menurut ramalan ahli
pemasaran karet dunia, Dr. Hidde P. Smit yang juga Sekretaris Jenderal International Rubber
Study Group (IRSG), bahwa prospek perdagangan karet alam dunia sangat baik. Dalam
jangka panjang, perkembangan konsumsi karet alam akan mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dari 9,23 juta ton pada tahun 2006 diprediksi menjadi 11,9 juta ton pada
tahun 2020.

Sementara itu, dua di antara tiga negara penghasil karet alam terbesar, yaitu Malaysia
dan Thailand, dengan kekuatan ekonominya yang berkembang cepat, mungkin menjadi
generasi baru dari Newly Industrialized Countries (NICs), sehingga kedua negara tersebut
akan meninggalkan agrobisnis karet. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia
untuk mengisi kekurangan pasok karet bagi kebutuhan dunia. Pemerintah Indonesia
sendiri telah menetapkan sasaran peningkatan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4
juta ton/tahun pada tahun 2020.

Upaya peningkatan produksi tersebut tentu membutuhkan rangsangan harga produk


karet yang menguntungkan. Seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2006, karet alam
dunia mencapai harga US$2,5 per kg. Harga tersebut sangat menggairahkan petani dan
pelaku usaha karet lainnya. Lebih fenomenal lagi pada pertengah tahun 2008, harga karet

1
dunia mencapai US$3,4 per kg. Ini merupakan harga karet alam tertinggi selama 50 tahun
terakhir.

Sayangnya, harga tinggi tersebut tidak berlangsung lama. Pada akhir tahun 2008,
harga karet alam di pasar global anjlok hingga ke level terendah senilai US$1,2 per kg. Hal
ini disebabkan turunnya harga minyak mentah dunia serta terjadinya krisis finansial di
Amerika Serikat. Padahal, selama ini Amerika Serikat merupakan importir karet alam
terbesar dunia bersama China dan Jepang. Akibat krisis keuangan tersebut, beberapa
industri kendaraan mengalami gulung tikar sehingga permintaan ban berkurang dan
dampak lebih jauhnya terjadi penurunan permintaan terhadap bahan baku karet alam.

Sementara di dalam negeri sendiri, Indonesia belum mampu memanfaatkan produk


karet alam secara optimal. Dari sekitar 2,9 juta ton produk karet nasional, sebanyak 85%
diekspor dalam bentuk bahan baku (crumb rubber, sheet, lateks, dan sebagainya). Hanya
sekitar 15% atau 435.000 ton produk karet alam yang diserap oleh industri rekayasa di
dalam negeri.

Dari 435.000 ton produk karet tersebut, sebagian besar (55 persen) diserap oleh
industri ban kendaraan bermotor. Selebihnya diserap oleh industri sarung tangan karet,
benang dan kondom (17 persen), alas kaki (11 persen), vulkanisir (11 persen), dan barang-
barang karet lainnya (9 persen). Dengan kondisi industri otomotif dunia yang kurang
kondusif, maka bukan mustahil eksistensi industri ban nasional turut terancam pula.

Kondisi tersebut merupakan prospek dan peluang bagi para investor untuk
melakukan investasi dan bisnis di ranah perkaretan Indonesia. Pemerintah perlu
memberikan dukungan kebijakan yang kondusif agar eksistensi agribisnis dan industri
perkaretan nasional tetap dapat bersaing di pasar global. Selain upaya meningkatkan
produksi dan kualitas produk karet, juga perlu dipacu upaya peningkatan daya serap
bahan baku karet oleh industri di dalam negeri sendiri.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai dinamika agribisnis dan industri karet
Indonesia di tengah persaingan pasar global, PT Media Data Riset telah melakukan kajian
dan menyusunnya dalam bentuk Study Report. Laporan disusun sekitar 300 halaman dan
ditawarkan kepada lembaga/institusi terkait dengan harga Rp 5.000.000 (Lima juta rupiah)
per copy untuk versi bahasa Indonesia, atau US$750 (Tuju ratus lima puluh US Dollar) per
copy untuk versi bahasa Inggris. Bagi yang berminat dapat menghubungi PT Media Data
Riset, Jakarta, melalui Telepon: 021-8096071 / Fax: 021-8096071. Formulir pemesanan kami
lampirkan bersama ini.

Demikian penawaran ini dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2009


PT Media Data Riset

Drh H. Daddy Kusdriana M.Si


Direktur Utama

2
Studi Tentang
DINAMIKA AGRIBISNIS DAN INDUSTRI KARET INDONESIA
DALAM PERSAINGAN PASAR GLOBAL
Oktober 2009

I. PENDAHULUAN 3.4.3. Karet bongkah (block rubber)


1.1. Latar Belakang 3.4.4. Karet spesifik teknis (crumb
1.2. Lingkup Pembahasan Studi rubber)
1.3. Sumber Data dan Informasi 3.4.5. Tyre rubber
3.5. Kayu Karet
II. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN 3.6. Diagram Pohon Industri Karet
PERKEBUNAN DI INDONESIA
2.1. Perkembangan Perkebunan di Masa IV. PRODUKSI DAN KONSUMSI KARET
Penjajahan INDONESIA
2.2. Perkembangan Perkebunan 4.1. Perkembangan Luas Areal
Nasional Hingga 2004 Perkebunan Karet
2.3. Perkembangan Perkebunan Masa 4.1.1. Luas areal menurut
Revitalisasi Pertanian pengusahaan
2.3.1. Sasaran pertumbuhan PDB 4.1.2. Luas areal menurut provinsi
2.3.2. Sasaran produksi 4.2. Perkembangan Produksi Karet
perkebunan 4.2.1. Produksi karet menurut
2.3.3. Sasaran ekspor, impor dan pengusahaan
neraca perdagangan 4.2.2. Produksi karet menurut
2.3.4. Sasaran produktivitas tenaga provinsi
kerja 4.3. Produksi Kebun Karet
2.4. Perkembangan Terakhir Perkebunan 4.3.1. Perkembangan produktivitas
Nasional kebun karet
2.4.1. Luas areal, produksi dan 4.3.2. Kapasitas produksi
produktivitas komoditas perkebunan negara
utama 4.4. Pemanfaatan Produk Kayu Karet
2.4.2. Evaluasi pelaksanaan 4.5. Permasalahan Produksi
program perkebunan 2008 4.6. Konsumsi Karet
4.6.1. Konsumsi industri dalam
III. KARAKTERISTIK KARET INDONESIA negeri
3.1. Karet Sebagai Komoditas 4.6.2. Utilitas industri karet dan
Perkebunan Unggulan produk karet
3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet
3.2.1. Iklim V. PEREMAJAAN DAN PERLUASAN
3.2.2. Tanah media tanam PERKEBUNAN KARET
3.2.3. Rekomendasi jarak tanam 5.1. Tuntutan Peremajaan Perkebunan
3.3. Klon Karet Karet Rakyat
3.3.1. Klon-klon karet yang 5.2. Revitalisasi dan Peremajaan
direkomendasikan Perkebunan Karet
3.3.2. Spesifikasi klon-klon karet 5.3. Solusi Masalah Kemungkinan Krisis
yang direkomendasikan Bibit Karet
3.3.2.1. Klon IRR 5 5.4. Program Jangka Pendek Peremajaan
3.3.2.2. Klon IRR 42 Karet
3.3.2.3. Klon IRR 118 5.4.1. Model peremajaan
3.3.3. Klon karet menurut provinsi 5.4.2. Sasaran peremajaan
3.4. Jenis Karet Alam 5.4.3. Organisasi pelaksanaan
3.4.1. Bahan olah karet 5.5. Pembiayaan Program Peremajaan
3.4.2. Lateks pekat Karet

3
5.5.1. Rencana pembiayaan dan 7.2.1. Kinerja impor karet hingga
investasi tahun 2007
5.5.2. Pembiayaan program untuk 7.2.2. Realisasi impor karet tahun
tahun 2008 2008
5.6. Dukungan Kebijakan 7.2.2.1. Impor karet
Indonesia menurut
VI. KONDISI PERSAINGAN INDUSTRI jenisnya
KARET DUNIA 7.2.2.2. Impor karet
6.1. Produksi Karet Alam Dunia Indonesia menurut
6.2. Konsumsi Karert Dunia negara asalnya
6.2.1. Konsumsi karet alam 7.3. Dinamika Harga Karet
6.2.2. Karet sintetis 7.3.1. Kebangkitan harga karet di
6.3. Keseimbangan Demand - Supply Karet tahun 2007
Alam Dunia 7.3.2. Harga fenomenal di tahun
6.4. Peluang Indonesia dalam Persaingan 2008
Global 7.3.3. Harga terendah di tahun
6.4.1. Peluang menjadi negara 2009
produsen terbesar dunia
6.4.2. Peluang sebagai pemasok VIII. KINERJA INDUSTRI KARET
karet terbesar INDONESIA
8.1. Ketersediaan Lahan
VII. DINAMIKA EKSPOR DAN IMPOR 8.2. Potensi Industri Pengolahan Karet
KARET INDONESIA 8.2.1. Klaster industri pengolahan
7.1. Dinamika Ekspor Karet 8.2.2. Pelaku usaha
7.1.1. Kinerja ekspor karet 2004 – 8.3. Kebutuhan dan Realisasi Investasi
2007 8.3.1. Investasi dan analisis
7.1.1.1. Ekspor menurut finansial usaha perkebunan
jenis dan grade karet
7.1.1.2. Ekspor menurut 8.3.2. Investasi dalam subsistem
pelabuhan ekspor hulu (on farm)
7.1.1.3. Ekspor menurut 8.3.3. Investasi dalam subsistem
negara tujuan hilir (off farm)
7.1.2. Kinerja ekspor karet tahun 8.4. Produksi Karet Remah (Crumb
2008 Rubber)
7.1.2.1. Pengaruh harga 8.4.1. Perkembangan industri karet
BBM dan krisis remah
finansial global 8.4.2. Perkembangan mutu bahan
terhadap ekspor baku karet remah
karet Indonesia 8.5. Industri Pemakai Karet
tahun 2008 8.6. Industri Alas Kaki
7.1.2.2. Realisasi ekspor 8.6.1. Jenis alas kaki
karet tahun 2008 8.6.2. Kinerja industri alas kaki
7.1.2.3. Ekspor karet 8.6.3. Negara importir alas kaki
menurut negara 8.6.4. Proyeksi
tujuan 8.6.4.1. Proyeksi permintaan
7.1.2.4. Kontribusi ekspor dan penawaran
karet terhadap 8.6.4.2. Proyeksi ekspor
ekspor non-migas nasional
7.1.3. Kondisi ekspor karet tahun 8.7. Industri Kondom
2009
7.1.3.1. Kebijakan
pengurangan
volume ekspor IX. INDUSTRI KENDARAAN DAN BAN DI
7.1.3.2. Realisasi volume INDONESIA
ekspor karet 2009 9.1. Industri Kendaraan Bermotor
7.2. Dinamika Impor Karet

4
9.1.1. Perkembangan produksi dan 9.2.5.5. PT Multistrada Arah
investasi Sarana Tbk (MASA)
9.1.1.1. Perkembangan 9.2.5.6. Chen Shin Rubber
produksi Industry Co Ltd.
9.1.1.2. Perkembangan 9.2.5.7. Dunlop Tyres
investasi
9.1.2. Perkembangan pemasaran X. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
9.1.3. Kinerja ekspor kendaraan INDUSTRI KARET DI INDONESIA
bermotor 10.1. Kebijakan Pengembangan Agribisnis
9.1.4. Dukungan kebijakan Karet
9.2. Industri Ban Kendaraan 10.1.1. Arak kebijakan subsistem on
9.2.1. Klasifikasi ban farm
9.2.2. Produksi dan kebutuhan ban 10.1.2. Strategi pada subsistem on
dalam negeri farm
9.2.2.1 Perkembangan 10.2. Kebijakan Pengembangan Industri
produksi dan Hilir Karet
kebutuhan 10.2.1. Rencana aksi jangka
9.2.2.2. Produk ban menengah
domestik telah 10.2.2. Rencana aksi jangka panjang
memenuhi standar 10.3. Langkah-langkah Pengembangan
mutu yang telah Dilakukan
9.2.3. Perkembangan penjualan 10.4. Pengamanan Cabang-cabang
ban Industri
9.2.4. Perkembangan ekspor dan 10.5. Pengembangan Industri Pengolahan
impor ban Karet Rakyat
9.2.5. Kinerja produsen ban di
Indonesia XI. KESIMPULAN DAN PROSPEK
9.2.5.1. PT Gajah Tunggal 11.1. Kesimpulan
9.2.5.2. PT Bridgestone Tire 11.2. Prospek
Indonesia
9.2.5.3. PT Goodyear Tire LAMPIRAN
and Rubber 1. Kebijakan Pemerintah
Company 2. Daftar Nama dan Alamat
9.2.5.4. Sumitomo Rubber Perusahaan/Pelaku Usaha
Industries Ltd. Komoditas Karet

5
FORMULIR PESANAN
PT MEDIA DATA RISET
Jl. SMA XIV , No. 12 A WS
Cawang–UKI, Jakarta 13630
Phone : (021) 809 6071
Fax : (021) 809-6071

Studi Tentang
DINAMIKA AGRIBISNIS DAN INDUSTRI KARET INDONESIA
DALAM PERSAINGAN PASAR GLOBAL
Oktober 2009

Silahkan Pilih ( √ ) untuk pesanan :

Edisi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

Nama
(Mr/Mrs/Ms)
Position
Nama Perusahaan
NPWP No.
Alamat

Telepon Fax :
Tanda Tangan

Tanggal

Harga :
Edisi Bhs. Indonesia - Rp 5.000.000 (Lima Juta Rupiah)
Edisi Bhs.Inggris - US$ 750 (TujuhRatuslima puluh US Dollar)

Catatan : Harga belum termasuk pajak (10% PPn)


Di luar Jakarta dan luar negeri; ditambah biaya pengiriman (Jasa Kurir)

Pembayaran, Silahkan beri tanda ( √ )

Cash
Cheque
Transfer to - PT MEDIA DATA RISET
AC NO. 070 000 534 0497
BANK MANDIRI CAB. DEWI SARTIKA
JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai