(rasa
nyeri,
raba,
suhu),
motoris
(kelemahan
MH PB
Makula,
MH MB
infiltrat, Makula, plak, papul,
makula
Warna
infiltrat
Hipopigmentasi,
Permukaan
Distribusi
Jumlah
Kerusakkan
eritema
Kering, skuama (+)
Asimetris
15
1 cabang saraf
Halus berkilat
Simetris
>5
Banyak cabang saraf
saraf
BTA
(-)
(+)
PB (6 bulan)
600 mg/bulan
100 mg/bulan
-
MB (12 bulan)
600 mg/bulan
100 mg/bulan
300
mg/bulan,
50
mg/hari
2. Rifampisin-Ofloksasin-Minosiklin (ROM) untuk pasien MH
MB (24 bulan) yang menolak diberi lamprene
Rifampisin
Ofloksasin
Minosiklin
3.
:
:
:
600 mg/bulan
400 mg/hari
100 mg
Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit yang sebenarnya akut.
Ada 2 tipe :
1. Reaksi reversal (reaksi tipe 1)
2. Eritema Nodosum Leprosum/ENL (reaksi tipe 2)
Tanda
Kulit
Reaksi tipe 1
Lesi eritema banyak
Reaksi tipe 2
Nodus baru banyak,
Saraf
nyeri, eritema
Membesar
dan
nyeri
Keadaan umum
Baik, demam +/Jelek, demam +
Waktu timbul dan Awal MDT, pasien MH Akhir MDT, pasien
tipe pasien
PB dan MB
MH MB
Reaksi Ringan
Reaksi Berat
Tambah
aktif, Lesi membengkak
menebal dan merah, sampai
teraba
nyeri
panas
tekan.
dan pecah,
Makula teraba
ada
yang
merah,
panas
tekan.
Ada
plak
tangan
dan
bengkak,
Saraf tepi
dan
sendi-
sendi sakit
Tidak ada nyeri tekan Nyeri tekan
saraf dan gangguan atau
fungsi
kaki
dan
gangguan
fungsi
Keadaan Umum
Saraf tepi
Organ tubuh
Reaksi Ringan
Nodul merah yang
nyeri tekan jumlah
sedikit,
biasanya
hilang sendiri dalam 2
3 hari
Demam
(-)
atau
demam ringan
Nyeri
tekan
(-),
gangguan fungsi (-)
Reaksi Berat
Nodul nyeri tekan,
ada yang pecah,
jumlah
banyak,
berlangsung lama
Demam
ringan
sampai berat
Nyeri tekan (+) dan
atau
gangguan
fungsi (+)
tidak ada
ini
adalah
urtikaria,
angioedema,
dan
anafilaksis.
b) tipe II : reaksi sitotoksik, akibat reaksi ini adalah
hemolisis dan purpura. Obat obat yang dapat
menyebabkan reaksi
ini : penisilin, sephalosporin, sulfonamide dan
rifampisin.
c) tipe III : reaksi kompleks imun, akibat reaksi ini
vaskulitis, urtikaria. Obat obat penyebab reaksi ini
: kuinin, salisilat, khlorpromazin, dan sulfonamide.
d) tipe IV : reaksi seluler tipe lambat, akibat reaksi ini
dermatitis
kontak,
reaksi
eksantema,
reaksi
fotosensitivitas.
2. reaksi nonimunologi
Reaksi nonimunologi diklasifikasikan berdasarkan gejalanya :
a) Akumulasi
b) Efek yang merugikan, contohnya antimetabolit
agen kemoterapi seperti siklofosfamid yang dapat
menyebabkan rambut rontok
c) Pelepasan langsung mediator sel mast, reaksi ini
tergantung pada dosis obat dan tidak melibatkan
antibody, contohnya aspirin dan NSAID lain dapat
menyebabkan perubahan produksi leukotrien yang
mana
menjadi
faktor
pemicu
pengeluaran
ruam
jika
diberi
ampisilin.
Ketidak
Inspeksi
Palpasi
3. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5. Genitalia
6. Ekstremitas
III. Diagnosa Banding
IV. Pemeriksaan Penunjang
V. Diagnosa Kerja
VI. Penatalaksanaan