I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1.
2.
b.
c.
d.
Gelas piala
e.
Kaca arloji
f.
Corong gelas
g.
Batang pengaduk
h.
i.
Pipet tetes
j.
Botol semprot
3) Sampel
III. DASAR TEORI
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode AAS berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih
berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah
sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA)
pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam
larutan.
Hukum
absorpsi
sinar
(Lambert-Beer)
yang
berlaku
pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya.
Keuntungan dan Kelemahan Metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu
spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsurunsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat
langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur,
batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
besar dan menekan proses ionisasi unsur yang akan dianalisa. Umumnya dengan
menambah logam Na atau K untuk gangguan ionisasi ini.
e. Gangguan Spektra
Pada metode analisis AAS, gangguan spectra jarang sekali terjadi karena
panjang gelombang setiap serapan atom adalah karakteristik. Gangguan spektra
dapat terjadi jika serapan atom yang dianalisis tumpang tindih dengan garis
spektra lain, sehingga untuk mengatasinya dipilih panjang gelombang serapan
karakteristik yang lain.
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA)
adalah sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen
yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor.
Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi
konsentrasi standard dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan
konsentrasi sample yang tidak diketahui. Walaupun komponen-komponennya
sama, akan tetapi sumber cahaya dan tempat sampel yang digunakan pada SSA
memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari yang digunakan dalam
spektrometri molekul (misal: UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin
untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri molekuler
dengan dua alasan utama sebagai berikut:
Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu
digunakan, maka pita radiasi yang di berikan oleh monokromator jauh lebih lebar
dari pada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak mempunyai
kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA
menjadi jelek.
Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom,
maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan
energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang sangat sempit atau
perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif dibandingkan detektor
fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak efektif sehingga
tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih
sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang
dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut.
Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)
Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang
dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan dalam
pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan
1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2
20 mA. Adapun gas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan
dipercepat menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atomatom logam menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom.
Proses ini disebut dengan percikan atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan
ini menyebabkan beberapa atom tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan
dasar dengan memancarkan spektrum atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi
(dan komponen lain yang terdapat dalam katode) juga dipancarkan. Jendela atau
tempat dimana radiasi keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika sehingga
dapat menggunakan panjang gelombang di bawah 350 nm.
Nyala
Fungsi
nyala
adalah
untuk
memproduksi
atom-atom
yang
dapat
2.
3.
Mengatur gas N2O pada range 45-60 psi (dengan menghubungkan kabel
diregulator ke sumber PLN)
4.
B. Setting Instrumen
1) Menghidupkan computer
2) Memilih icon GBC versi 1.33, klik dua kali. Tunggu hingga selesai.
3) Klik metode, lalu mengatur dengan ketentuan :
Description (mengatur unsur yang akan diamati, memasukkan nama unsur
atau mengklik tabel sistem perioda)
Instrument (memasukkan arus lampu dan panjang gelombang maksimum,
sesuai tabel didalam kotak lampu)
Measurement (memilih integration, memasukkan waktu pembacaan dan
jumlah replica yang akan digunakan)
Calibrasi (memilih linier least square though zero)
Standard (menambah atau mengurangi row sesuai jumlah standar yang
digunakan)
Quality (membiarkan seperti apa adanya)
2.
3.
4.
5.
6.
Setelah
semua
larutan
standar,
program
V. DATA PERCOBAAN
akan
meminta
sampel,
Kondisi pengoperasian :
Lampu yang digunakan
Arus lampu yang digunakan
Laju udara
=
Laju asetilen
=
Lebar slit
=
VI.
Ca
= 4,0 A
10,0 l/min
2,00 l/min
0,5 nm
sampel
volume
konsentrasi(ppm)
absorbansi
cal blanko
50
-0,0011
standar 1
50
0,0115
standar 2
50
10
0,0177
standar 3
50
15
0,0247
standar 4
50
20
0,0334
standar 5
50
25
0,0422
PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan standar
Larutan standar 100 ppm 100 ml (dari 1000 ppm)
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 100 ml x 100 ppm
1000 ppm
V1 = 10 ml
Larutan standar 5 ppm 50 ml (dari 100 ppm)
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 5 ppm
100 ppm
V1 = 2,5 ml
Larutan standar 10 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x10 ppm
100 ppm
V1 = 5 ml
Larutan standar 15 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 15 ppm
100 ppm
V1 = 7,5 ml
Larutan standar 20 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 20 ppm
100 ppm
V1 = 10 ml
Larutan standar 25 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 25 ppm
100 ppm
V1 = 12,5 ppm
X2
XY
-0,0011
0,0115
25
0,0575
10
0,0177
100
0,177
15
0,0247
225
0,3705
20
0,0334
400
0,668
25
0,0422
625
1,055
75
0,1284
1375
2,328
konsentrasi
absorbansi
7,4775262
0,0131
9,5954383
0,0166
20,24551
0,0342
18,611692
0,0315
Konsentrasi sampel
0,0016
X = 7,75 ppm
Sampel (abs = 0,0166)
Y = mX + C
0,0166= 0,0016X + 0,0007
X = (0,0166- 0,0007)
0,0016
X = 9,937 ppm
Sampel (abs = 0,0342)
Y = mX + C
0,0342 =0,0016X + 0,0007
X = (0,0342 -0,0007)
0,0016
X = 20,937 ppm
Persen kesalahan
= (praktek teori ) x 100 %
(praktek )
Sampel 1
= (7,75 6,695 ) x 100 %
7,75
= 13,61 %
Sampel 2
= (9,937 8,997 ) x 100 %
9,937
= 9,45 %
Sampel 3
= (20,937 20,402 ) x 100 %
20,937
= 2,55 %
Sampel 4
= (19,25 18,634 ) x 100 %
19,25
= 3,2 %
VII.
ANALISA PERCOBAAN
VIII.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tim laboratoirum. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya