Anda di halaman 1dari 15

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1.

Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom.

2.

Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
a.

Peralatan GBC AAS 932 plus

b.

Lampu katoda rongga Ca

c.

Labu takar 100ml, 50ml

d.

Gelas piala

e.

Kaca arloji

f.

Corong gelas

g.

Batang pengaduk

h.

Pipet ukur 1ml

i.

Pipet tetes

j.

Botol semprot

Bahan yang digunakan :


1) Larutan standar Ca
2) Aquadest

3) Sampel
III. DASAR TEORI
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode AAS berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih
berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah
sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA)
pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam
larutan.
Hukum

absorpsi

sinar

(Lambert-Beer)

yang

berlaku

pada

spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya.
Keuntungan dan Kelemahan Metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu
spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsurunsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat
langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur,
batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).

Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu


menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh
ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan
emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya
pelarut.
Gangguan-Gangguan pada Analisa menggunakan AAS dan Cara Mengatasinya
a. Serapan Latar (Background Absorption)
Kadang-kadang sinar yang diberikan dari lampu katoda rongga diserap oleh
senyawa-senyawa lain yang terkandung di dalam sampel atau di dalam nyala
yang diukur. Adanya serapan ini akan mengganggu pada pengukuran serapan
atom dari unsur-unsur yang dianalisis, gangguan dari serapan ini disebut serapan
latar (background absorbsion). Serapan latar antara lain disebabkan oleh:
1) Serapan molekuler disebabkan oleh senyawa-senyawa yang tidak beratomisasi
dalam atomizer.
2) Hamburan sinar yang disebabkan oleh partikel-partikel padat yang halus
melintang berkas sinar.
3) Serapan nyala bahan bakar yang digunakan
Serapan latar pada umumnya mengganggu pada unsur yang mempunyai
panjang gelombang di bawah 2500 A (daerah ultra lembayung). Pada atomisasi
tanpa nyala (CRA) gangguan serapan lataq dapat terlihat karena adanya asap bila
atomisasi cuplikan pada suhu relatif rendah, gangguan ini dapat dihilangkan
sempurna selama tahap pengabuan, sehingga tidah ada asap yang ditimbulkan
pada tahap ionisasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan bekerja pada panjang
gelombang yang lebih besar dan dengan nyala yang suhunya lebih tinggi, dapat
pula diatasi dengan mengukur besarnya penyerapan latar tersebut dengan
menggunakan sumber sinar yang memberikan pancaran continue, misal pada
lampu katoda Ni yang diisi gas hidrogen.
b. Gangguan Matrix

Yaitu gangguan yang disebabkan adanya unsur-unsur atau senyawa-senyawa


lain yang terkandung di dalam sampel. Adanya matrix ini menyebabkan sifat-sifat
fisik dari setiap sampel (baik berupa larutan maupun padatan) akan tidak sama,
lebih-lebih jika dibandingkan dengan standar murni. Adanya perbedaan
kandungan matrik ini akan mengakibatkan perbedaan dalam proses atomisasinya
dan proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang dianalisa.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menyesuaikan kandungan komponenkomponen matrix yang mayor dengan jumlah yang berlebihan pada preparasi
standar dan cuplikan. Metode laim yang sangat baik untuk mengatasi gangguan
matrix ini adalah dengan metode penambahan standar (standar addition method).
c. Gangguan Kimia
Yaitu gangguan yang disebabkan oleh adanya komponen yang membentuk
senyawa stabil secara termal dengan unsur yang dianalisa, yang tidak dapat
terdiasosiasi sempurna komponen atomisasinya. Misal adanya ion phospat pada
penentuan Ca dengan atomisasi dengan nyala udara asetilen. Ion phospat akan
membentuk senyawa stabil dengan Ca yang sulit untuk diatomisasikan secara
sempurna.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah unsur lain yang berlebihan
pada cuplikan dan standar, yang unsur ini juga akan membentuk senyawa yang
stabil dengan ion phospat secara termal, misal dengan penambahan Ca. Cara lain
yaitu dengan menaikkan suhu nyala untuk memecahkan senyawa stabil yang
terbentuk, tetapi cara ini kurang memberikan hasil yang memuaskan.
d. Gangguan Ionisasi
Gangguan ini terjadi pada penggunaan suhu yang tinggi, sehingga atom-atom
yang akan dianalisa tidak hanya teratomisasi pada tingkat tenaga dasar tetapi
atom-atom dapat tereksitasi secara termal karena panas dan bahkan terionisasi.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah unsur logam yang berlebihan yang
dapat dengan mudah terionisasi sehingga menghasilkan elektron dengan jumlah

besar dan menekan proses ionisasi unsur yang akan dianalisa. Umumnya dengan
menambah logam Na atau K untuk gangguan ionisasi ini.
e. Gangguan Spektra
Pada metode analisis AAS, gangguan spectra jarang sekali terjadi karena
panjang gelombang setiap serapan atom adalah karakteristik. Gangguan spektra
dapat terjadi jika serapan atom yang dianalisis tumpang tindih dengan garis
spektra lain, sehingga untuk mengatasinya dipilih panjang gelombang serapan
karakteristik yang lain.
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA)
adalah sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen
yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor.
Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi
konsentrasi standard dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan
konsentrasi sample yang tidak diketahui. Walaupun komponen-komponennya
sama, akan tetapi sumber cahaya dan tempat sampel yang digunakan pada SSA
memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari yang digunakan dalam
spektrometri molekul (misal: UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin
untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri molekuler
dengan dua alasan utama sebagai berikut:
Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu
digunakan, maka pita radiasi yang di berikan oleh monokromator jauh lebih lebar
dari pada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak mempunyai
kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA
menjadi jelek.

Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom,
maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan
energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang sangat sempit atau
perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif dibandingkan detektor
fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak efektif sehingga
tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih
sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang
dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut.
Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)
Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang
dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan dalam
pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan
1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2
20 mA. Adapun gas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan
dipercepat menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atomatom logam menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom.
Proses ini disebut dengan percikan atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan
ini menyebabkan beberapa atom tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan
dasar dengan memancarkan spektrum atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi
(dan komponen lain yang terdapat dalam katode) juga dipancarkan. Jendela atau
tempat dimana radiasi keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika sehingga
dapat menggunakan panjang gelombang di bawah 350 nm.
Nyala
Fungsi

nyala

adalah

untuk

memproduksi

atom-atom

yang

dapat

mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada


umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju nyala
adalah nebulizer pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar (burner).
Sebelum menuju nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi

oleh aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian, aerosol


yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju ke burner. Sample yang
menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya (90-95%) menuju
tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu berbentuk U untuk
menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan ledakan serius. Sample yang
berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan cahaya dari lampu katode tabung
dilewatkan melalui nyala. Sample yang berada pada nyala akan menyerap cahaya
tersebut.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

SOP GBC AAS PLUS


A. Setting gas supply
1.

Mengatur gas Acytelene pada range 8-14 psi

2.

Mengatur Compress Air (Udara Tekan) pada range 45-60 psi

3.

Mengatur gas N2O pada range 45-60 psi (dengan menghubungkan kabel
diregulator ke sumber PLN)

4.

Menyalakan blower (exhause)

B. Setting Instrumen
1) Menghidupkan computer
2) Memilih icon GBC versi 1.33, klik dua kali. Tunggu hingga selesai.
3) Klik metode, lalu mengatur dengan ketentuan :
Description (mengatur unsur yang akan diamati, memasukkan nama unsur
atau mengklik tabel sistem perioda)
Instrument (memasukkan arus lampu dan panjang gelombang maksimum,
sesuai tabel didalam kotak lampu)
Measurement (memilih integration, memasukkan waktu pembacaan dan
jumlah replica yang akan digunakan)
Calibrasi (memilih linier least square though zero)
Standard (menambah atau mengurangi row sesuai jumlah standar yang
digunakan)
Quality (membiarkan seperti apa adanya)

Flame (memilih tipe nyala api pembakaran, memilih Air-Acetylen)


4) Klik sampel
Menambah atau mengurangi row untuk sampel yang digunakan.
5) Klik analisis (menghubungkan dengan file, membiarkan seperti apa adanya)
6) Klik result (menampilkan layar untuk pengamatan hasil)
C. Persiapan Sampel
Menyiapkan sampel, mengencerkan bila perlu.
D. Pengukuran Sampel
1.

Menekan Air-Acetylen diikuti IGNITION (penyalaan)

2.

Klik START pada aplikasi window, menunggu sampai terbaca instrument


ready di bagian bawah layar.

3.

Klik zero pada window, menunggu instrument ready muncul.

4.

Komputer akan meminta cal blank (mengaspirasi larutan pengencer


(aquadest yang digunakan)), klik OK, Progam akan mengukur blanko.

5.

Setelah blanko selesai, program akan meninta standar 1, mengaspirasikan


larutan standar 1, klik OK. Melakukan pengulangan untuk seluruh larutan
standar.

6.

Setelah

semua

larutan

standar,

program

mengaspirasikan sampel secara berurutan.

V. DATA PERCOBAAN

akan

meminta

sampel,

Kondisi pengoperasian :
Lampu yang digunakan
Arus lampu yang digunakan
Laju udara
=
Laju asetilen
=
Lebar slit
=

VI.

Ca
= 4,0 A
10,0 l/min
2,00 l/min
0,5 nm

sampel

volume

konsentrasi(ppm)

absorbansi

cal blanko

50

-0,0011

standar 1

50

0,0115

standar 2

50

10

0,0177

standar 3

50

15

0,0247

standar 4

50

20

0,0334

standar 5

50

25

0,0422

PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan standar
Larutan standar 100 ppm 100 ml (dari 1000 ppm)

V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 100 ml x 100 ppm
1000 ppm
V1 = 10 ml
Larutan standar 5 ppm 50 ml (dari 100 ppm)
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 5 ppm
100 ppm
V1 = 2,5 ml
Larutan standar 10 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x10 ppm
100 ppm
V1 = 5 ml
Larutan standar 15 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 15 ppm
100 ppm
V1 = 7,5 ml
Larutan standar 20 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 20 ppm
100 ppm
V1 = 10 ml
Larutan standar 25 ppm 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 50 ml x 25 ppm
100 ppm
V1 = 12,5 ppm

Konsentrasi secara manual


Tabel larutan standar
no

X2

XY

-0,0011

0,0115

25

0,0575

10

0,0177

100

0,177

15

0,0247

225

0,3705

20

0,0334

400

0,668

25

0,0422

625

1,055

75

0,1284

1375

2,328

m = (n. XY) (X. Y)


(n. X2) ( X)2
= (6. 2,328) (75. 0,1284)
(6. 1375) (75)2
= (13,968 9,63 )
(8250 5625)
= 0,0016
C = (Y. X2) (X. XY)
(n. X2) ( X)2
= (0,1284. 1375) (75. 2,328)
(6. 1375) (75)2
= (176,55-174,6)
(8250-5625)
= 0,0007
Persamaan : Y = mX +C
Y = 0,0016X + 0,0007
Tabel konsentrasi sampel
sampel

konsentrasi

absorbansi

7,4775262

0,0131

9,5954383

0,0166

20,24551

0,0342

18,611692

0,0315

Konsentrasi sampel

Sampel (abs = 0,0131)


Y = mX + C
0,0131 =0,0016X + 0,0007
X = (0,0131 - 0,0007)

0,0016
X = 7,75 ppm
Sampel (abs = 0,0166)
Y = mX + C
0,0166= 0,0016X + 0,0007
X = (0,0166- 0,0007)
0,0016
X = 9,937 ppm
Sampel (abs = 0,0342)
Y = mX + C
0,0342 =0,0016X + 0,0007
X = (0,0342 -0,0007)
0,0016
X = 20,937 ppm

Sampel (abs = 0,0315)


Y = mX + C
0,0315 =0,0016X + 0,0007
X = (0,0315 - 0,0007)
0,0016
X = 19,25 ppm

Persen kesalahan
= (praktek teori ) x 100 %
(praktek )
Sampel 1
= (7,75 6,695 ) x 100 %
7,75
= 13,61 %
Sampel 2
= (9,937 8,997 ) x 100 %
9,937
= 9,45 %
Sampel 3
= (20,937 20,402 ) x 100 %
20,937
= 2,55 %
Sampel 4
= (19,25 18,634 ) x 100 %
19,25
= 3,2 %

VII.

ANALISA PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan agar mengetahui bagaimana menggunakan dan


cara kerja alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Digunakan lampu
katoda Ca yang digunakan untuk menganalisis Ca dalam suatu sampel.
Menggunakan lampu katoda Ca karena larutan standar yang digunakan
adalah larutan Ca dan sampel yang digunakan mengandung Ca. Analisis
ini juga dibantu dengan bantuan dari udara dan asetilen (Air-Acetylene)
untuk membuat nyala apinya. Lalu membuat larutan standar Ca dari
100ppm kemudian diencerkan menjadi konsentrasi 5ppm, 10ppm, 15ppm,
20ppm, dan 25ppm.
Setelah diamati, nilai regresi grafik dari alat AAS dengan grafik
menggunakan excel dengan data yang sama mendapatkan hasil yang
sama, yaitu R2 dari grafik alat 0.9911.
Dari pengamatan juga terdapat kesamaan konsentrasi antara alat dengan
excel. Hal ini dapat dianalisa sebagai persamaan cara menganalisanya.
Pada alat nilai konstentrasi ditentukan berdasarkan sampel sedangkan
pada excel menggunakan rumus fungsi f(x) atau nilai y berdasarkan pada
nilai absorbansi dari data x yang merupakan konsentrasi sampel dari
pembacaan alat. Dari analisa sampel Ca menggunakan Microsoft Excel
juga kita mendapatkan grafik yang hampir mendekati garis linier, tetapi
karena masih terdapat kesalahan sehingga beberapa titik berada di bawah
garis regresi. Hasil titik menunjukkan bahwa sample Ca lebih mendekati
garis dibandingkan dengan sample yang lainnya. Kesalahan ini juga dapat
dianalisa sebagai kesalahan pada pengenceran yang kurang tepat,
sehingga mempengaruhi nilai absorbansi, juga pemakaian pipet ukur yang
tertukar sehingga mempengaruhi hasil data yang didapat kuang akurat.

VIII.

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa :


Semakin tingggi konsentrasi maka daya serap larutan terhadap cahaya akan
semakin tinggi pula.
Persen kesalahan yang didapat yaitu :
Sampel 1 = 13,61 %
Sampel 2 = 9,45 %
Sampel 3 = 2,55 %
Sampel 4 = 3,2 %
Untuk analisis logam Ca lampu katoda yang digunakan adalah lampu katoda
Ca

DAFTAR PUSTAKA
Tim laboratoirum. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai