LAPORAN KASUS
Nama/ No. RM
: Nn. DH/ 14 03 22
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Tanggal masuk
: 29 Februari 2016
Anamnesis :
Keluhan Utama
Pasien demam tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluhkan demam tinggi. Demam tinggi timbul
mendadak, terus menerus, nyeri kepala. Pasien juga merasakan badan terasa sakit
pada seluruh persendian dan nyeri pada otot namun tidak begitu hebat. Mimisan
disangkal, gusi berdarah disangkal, timbul bintik merah di lengan (-). Nyeri telinga
(-), batuk pilek disangkal, BAK normal, warna kuning, jernih, nyeri saat BAK (-).
BAB normal, warna kuning. Riwayat berpergian jauh tidak ada dalam 2 minggu
terakhir.
1 hari SMRS pasien masih demam, mual (+), muntah (+) frekuensi 3x/hari, berisi
apa yang dimakan, penurunan nafsu makan (+), nyeri ulu hati (+), menggigil (-),
berkeringat (-).
Pasien berobat ke puskesmas dan dilakukan pemeriksaan Rumple leed, didapatkan
hasil (+). Pasien dirujuk ke RSUD Siak Sri Indrapura dengan diagnosis suspek DHF.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis
Vital sign
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 38C
Kepala leher
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bibir tidak kering, lidah kotor
(-)
Thorax
:
Inspeksi
: bentuk dan gerakan dinding dada simetris, retraksi (-), ictus cordis
tidak tampak
Palpasi
: fremitus kanan sama dengan kiri normal, ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada, bunyi jantung
normal
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah tanggal 29/02/2016
Hb
: 13,5 gr/dl
Ht
: 39,6 vol%
Trombosit
: 99.000/mm3
Leukosit
: 2.400/mm3
Resume
Pasien mengeluhkan demam tinggi sejak 4 hari SMRS. Demam tinggi timbul
mendadak, terus menerus, badan pasien terasa sakit pada seluruh persendian, nyeri kepala
dan nyeri otot. 1 hari SMRS pasien masih demam, mual (+), muntah (+) frekuensi 3x/hari,
berisi apa yang dimakan, penurunan nafsu makan (+), nyeri ulu hati (+). Pemeriksaan rumple
leed (+) di puskesmas. Tetangga pasien ada yang menderita demam serupa seperti pasien dan
didiagnosis DBD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38C, nyeri tekan epigastrium dan
ptekie (+) di lengan kanan bagian volar. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
trombositopenia dan leukopenia.
Diagnosis di IGD : DHF grade I
Diagnosis Banding :
-
Demam Dengue
Malaria
Chikungunya
Demam Tifoid
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah rutin serial per 24 jam
Uji serologi IgM antidengue
Terapi
IVFD RL 30 tpm
Injeksi Ranitidin 1 gr/12 jam
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Ondansentron 1 gr/12 jam
Curcuma 2x1
Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
Follow Up
Tanggal
01-03-2016
Perjalanan penyakit
Terapi
S demam (+) hari ke 5, nafsu makan IVFD RL 30 tpm
3
Curcuma 2x1
muntah
(-),
nyeri
kepala
sedikit
Curcuma 2x1
A: Demam dengue
S demam (-) hari ke 7, nafsu makan IVFD RL 30 tpm
mulai membaik, nyeri ulu hati (+)
Curcuma 2x1
A: Demam dengue
S demam (-) hari ke 8, nafsu makan IVFD RL 30 tpm
(+), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah
(k/p)
mmHg, nadi : 86x/i (isian kuat, reguler), Cek ulang Hb, Ht, Plt serial
per 24 jam
A: Demam dengue
S demam (-) hari ke 9, nafsu makan Pasien
dipulangkan
(+), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah diberikan obat :
(-), nyeri kepala (-), gusi berdarah (-), Ibuprofen 2 x 200 mg
BAK normal, BAB (+) normal
6
Omeprazole 2 x 20 mg
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manisfestasi klinis demam, nyeri otot/ atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.1
2.2
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus RNA Dengue
genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang terdiri dari serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4, dari keempat serotipe tersebut, serotipe DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Secara
morfologi, Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul 4x106..1,2
2.3
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. 1 Data
terbaru menunjukkan insiden DBD di Indonesia antara 37 hingga 41 per 100.000 penduduk
(2012 hingga 2013). 3
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bajana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan penampungan air lainnya). 1
Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa
keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun, Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat. 4
8
Patogenesis
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah
hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune
enchancement.6
Respon imun yang berperan dalam patogenesis DBD adalah :6
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag.
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi
IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namum proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag
d. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan
C5a.
Menurut hipotesis sekunder yang diajukan oleh Suvatte, 1997 (gambar 2), sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, sehingga respon amnestik
antibodi pasien akan menjadi terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan
mengahasilkan IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga
menyebabkan peningkatan dari replikasi virus. Sehingga terbentuk kompleks virus antibodi
yang akan mengaktifasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke
ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan
terdapatnya cairan dalam rongga serosa.4
9
2.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue
(SSD). 6
11
Diagnosis
1.
Demam Dengue
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbita
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Leukopenia, Trombositopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan pasien DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
12
2.
terpenuhi :2,6,7
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
-
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD adalah
pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.
3.
dan lemah, tekanan darah turun ( 20 mmHg), hipotensi dibandingkan standard sesuai umur,
kulit dingin dan lembab serta gelisah.6
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :6
Leukosit
13
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45%
dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total
IgG
+
+
_
Interpretasi
Infeksi primer
Infeksi sekunder
Tersangka infeksi sekunder
Tidak ada infeksi
NS 1
Antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama demam sampai hari ke
delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63%-93,4%.6 Grafik sensitivitasnya dapat
dilihat pada gambar. Spesifisitas pemeriksaan NS1 100% sama tingginya dengan
spesifisitas gold standard kultur virus.6
14
15
*DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD)
2.8
Penatalaksanaan
Prinsip utama adalah terapi suportif, dimana angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1 %. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Dibutuhan suplemen
cairan intravena jika asupan cairan oral tidak mampu dipertahankan umtuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi.6
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran FK UI, telah menyusun lima protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa
berdasarkan kriteria :6
1. Tatalaksana dengan rencana tindakan sesuai indikasi
2.
3.
16
Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol ke polklinik dalam waktu 24 jam berikutnya dimana
dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit, trombosit tiap 24 jam, atau apabila keadaan
penderita memburuk, segera kembali ke IGD.
2.
3.
Hb, Ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.
Gambar 7. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di UGD6
Protokol II. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang Rawat
Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok, diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus : 6
1500+{20 x(BB dalam kg-20)}
17
perkembangan menjadi buruk dengan tanda-tanda syok, tangani pasien sesuai dengan
protocol V. Bila syok teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti pemberian
terapi awal. 6
ml/kgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O. Bila
keadaan belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemi,
anemia, KID, infeksi sekunder.Bila keadaan belum teratasi, berikan obat inotropik atau
vasopresor. 6
2.10
Prognosis
21
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50%
pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan
<1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan
intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok
berkepanjangan atau perdarahan intrakranial.14
BAB III
PEMBAHASAN
22
Pasien ini datang dengan keluhan utama demam yang tinggi mendadak dan
berlangsung terus menerus selama 4 hari dan naik turun dengan obat penurun panas hari
keempat. Pada pasien juga terdapat gejala klinis seperti, nyeri kepala, badan pasien terasa
sakit pada seluruh persendian, nyeri otot, penurunan nafsu makan, mual dan muntah, nyeri
ulu hati. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu 38C, nyeri tekan epigastrium, ptekie
pada volar lengan kanan. Dari pemeriksaan labolatorium darah rutin didapatkan leukopenia
dan trombositopenia.
Diagnosis pada pasien ini kurang tepat karena pada pasien hanya memenuhi 3 dari 4
kriteria untuk diagnosis DBD yang ditetapkan WHO 1997, antara lain:
1.
Demam yang berlangsung 2-7 hari dan sifatnya bifasik (tinggi pada hari-hari pertama dan
membaik pada hari-hari selanjutnya). Pasien ini mengalami demam yang terus menerus
dan tidak mereda dengan obat penurun panas biasa selama 3 hari. Selanjutnya demam
masih dirasakan hingga hari ke 4, namun berespon dengan obat penurun panas, turun
2.
3.
4.
Pasien pada kasus ini datang dengan demam hari ke 4, biasanya pemeriksaan IgM dan
IgG antidengue maupun NS1 sudah dapat dilakukan. IgM dapat terdeteksi pada hari ke 4
demam. Pada infeksi primer, IgG antidengue terdeteksi pada hari ke 7 demam sedangkan
pada infeksi sekunder IgG antidengue terdeteksi pada hari ke 4 demam. Pemeriksaan NS1
23
sudah dapat terdeteksi pada hari ke 1 demam dengan sensitivitas 80%. Bila NS1 diperiksa
pada hari ke 4 demam maka sensitivitasnya hanya 50%. Oleh karena itu, pada pasien ini lebih
efektif dan efisien dilakukan pemeriksaan IgM antidengue.
Sesuai dengan protokol penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok maka pasien
dianjurkan untuk dirawat. Pemberian cairan pada pasien ini berdasarkan protokol 2 yaitu
pasien dengan tersangka demam berdarah dengue tanpa perdarahan spontan dan masif dan
tanpa syok, diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus : 1500+(20 x(BB
dalam kg-20). Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam. Pada
kasus, pasien diberikan terapi infus cairan RL 30 tpm. Dengan berat badan 55 kg, pemenuhan
kebutuhan cairan sesuai protokol pemberian cairan pada tersangka DBD sudah tercukupi.
Selain itu diberikan terapi simtomatik seperti paracetamol, ranitidin, ondansentron, dan
vitamin.
Pasien dipulangkan pada hari rawatan ke 6 atas kriteria pada pasien tidak demam
selama 24 jam tanpa pemberian antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara
klinis, hematokrit stabil, jumlah trombosit >50.000/ml dan tidak dijumpai distres pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III.
Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006. 1709-1713.
24
25