Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang Masalah


Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam pendidikan
memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan peningkatan kualitas pendidikan
itu sendiri merupakan suatu proses peningkatan sumber daya manusia. Pemanfaatan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan nasional, merupakan
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan
secara berkelanjutan.
Dalam kaitannya dengan masalah tersebut peranan sekolah dalam
mengembangkan potensi siswa nampak dominan. Sebab sekolah harus berupaya
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yaitu mempersiapkan siswa agar
berprestasi tinggi seperti dengan upaya mendorong siswa memanfaatkan kecerdasan
emosinya sebagai peningkatan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajarnya.
Hasil belajar adalah hasil perbuatan atau kemampuan yang dicapai siswa
sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan meliputi tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang berdasarkan pengalaman
interaksi siswa dengan lingkungannya yang berhubungan dengan suatu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor


internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal adalah yang berasal dari dalam
diri siswa di antaranya yaitu faktor psikologis, yaitu yang bersifat bawaan antara lain:
a; Faktor interaktif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
dan faktor kecakapan yang nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
b; Faktor Non-interaktif yaitu unsur-unsur kepribadian yaitu sikap,

kebiasaan,

minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuaian diri.1


Para ahli psikologi menyebutkan bahwa Intellegence Quotient hanya
mempunyai peran sekitar 20 % dalam menentukan keberhasilan hidup. Sedangkan
80 % sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Di antaranya yang terpenting adalah
kecerdasan emosional.2 Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami,
mengenali tentang diri sendiri.3 Yakni sebuah kecerdasan yang memotivasi kondisi
psikologis menjadi pribadi-pribadi yang matang.
Mengetahui betapa besarnya pengaruh kecerdasan emosi dalam menunjang
kesuksesan hidup seseorang, sudah sewajarnya pula kita menyiapkan peserta didik
untuk mencapai kecerdasan emosional ini pada kadar yang tinggi. Kecerdasan
emosional tidaklah berkembang secara alamiah. Artinya, seseorang tidak sendirinya
memiliki kematangan-kematangan kecerdasan emosional semata-mata apabila

1 Abu Ahmadi dan Widodo S. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. h. 130
2 Suharsono. 2005. Melejiitkan IQ, IE dan IS. Depok: Inisiasi Perss. h.15
3 Taufiq Pasiak. 2002. Revolusi SQ/EQ/IQ Antara Neurosains dan Al-Quran. Bandung: Mizan. h.
114

didasarkan pada perkembangan usia biologisnya. Sebaliknya, kecerdasan emosional


sangat tergantung pada pelatihan dan pendidikan yang kontinyu.
Dalam dunia pendidikan, kecerdasan mempunyai peranan penting dalam
membangun sistem/pola pembelajaran yang baru. Kecerdasan emosional dapat
diterapkan dalam pendidikan formal maupun non formal seperti lingkungan keluarga
dan masyarakat. Karena pada dasarnya emosi dan perasaan telah lahir secara alamiah.
Setiap manusia mempunyai perasaan dan emosi, agar tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan ke arah yang negatif. Dalam penerapan kecerdasan emosional seorang
pendidik harus tanggap terhadap peserta didiknya, menanganinya secara efektif serta
berbicara dan menjelaskan dengan cara yang relevan. Dengan kata lain, keterampilan
ini dengan skala/unsur kecerdasan emosional.
Ada banyak keuntungan bila seseorang memiliki kecerdasan emosional secara
memadai. Pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat untuk
pengendalian diri, sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan
bodoh yang merugikan dirinya dan orang lain. Kedua, kecerdasan emosional bisa
diimplementasikan sebagai cara yang baik untuk memasarkan atau membesarkan ide,
konsep atau bahkan sebuah produk. Dengan pemahaman tentang diri, kecerdasan
emosional juga menjadi cara terbaik dalam membangun lobby, jaringan dan
kerjasama. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk
mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun juga.4
4 Suharsono. Op. Cit. h. 120-121

Dalam kehidupan sehari-hari banyak contoh yang menunjukkan tidak sedikit


orang yang dengan kemampuan intelektual luar biasa namun gagal dalam hidupnya
karena rendahnya kecerdasan emosional yang dimilikinya. Di Fakultas kedokteran
misalnya, diantara dokter yang lulus tepat waktu (6,5-7 tahun) dengan indeks prestasi
kumulatif (Ipk) di atas 3,0 merupakan dokter-dokter yang gagah, baik sebagai kepala
puskesmas maupun sebagai dokter praktik swasta. Ketika menjadi kepala puskesmas,
mereka menjadi pemimpin yang gagal dan ketika membuka praktik, mereka
kekurangan pasien. Sementara kawan-kawan mereka yang hampir drop-out karena
terlalu lama sekolah, juga dengan indeks prestasi kumulatif (Ipk) biasa, justru
menjadi dokter-dokter yang berhasil. Ketika bekerja di lingkungan masyarakat di
antaranya bahkan menjadi dokter teladan.5
Pada kasus di atas menurut Daniel, dokter yang gagal tidak cukup cerdas
emosinya. Intelligence Quotien-nya bagus tetapi Emotional intelligence-nya jelek.
Kecerdasan emosional dibangun oleh syaraf-syaraf emosi diotak manusia dan syaraf
emosi dokter yang gagal tidak berkembang dengan baik. Akibatnya, mereka
kehilangan daya empati dan daya sosialisasi diri. Menurut Gardner, kecerdasan
emosional merupakan indikator kunci bagi kesuksesan. Menurutnya zaman modern
dicirikan oleh manusia-manusia yang kehilangan emosi.6

5 Pasiaq. Op. Cit. h. 14


6 Pasiaq. Ibid. h.17

Meskipun kecerdasan emosional tidak secara langsung meningkatkan


kecerdasan intelektual (kognitif murni), tetapi jelas peranan yang dimainkannya
dalam kehidupan terutama ketika anak mulai dewasa sangatlah penting. Karena emosi
memegang peranan penting dalam sikap dan tindakan seseorang. Tidak ada satu sikap
atau tindakan seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan emosinya. Karena
pengaruh (perasaan) emosi terhadap sikap seseorang lebih besar dari pada rasio.
Untuk itu, pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan
keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi, pendidikan agama jauh
lebih luas dari pada itu yaitu bertujuan membentuk kepribadian anak sesuai dengan
ajaran agama. Pembinaan akhlak jauh lebih penting dari pada pandai menghafal dalildalil dan hukum agama yang tidak diresapi dalam hidup. Dan guru harus mampu
mengarahkan kecerdasan emosional itu dalam mencapai hasil belajarnya, baik di
rumah maupun di sekolahnya.
Adapun usaha yang dilakukan sekolah secara tidak langsung untuk
mencerdaskan emosi para siswa yaitu dengan cara diikut sertakannya siswa dalam
berbagai kegiatan intra dan ekstra-kurikuler yang ada di sekolah. Dengan tujuan agar
siswa mengetahui potensi-potensi dan kemampuan yang dimilikinya, yaitu
kemampuan mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain
dan membina hubungan atau berkomunikasi dengan pihak lain. Dalam hal ini
termasuk siswa yang mampu menjadi bagian terpenting dalam mendorong kemajuan
organisasinya adalah siswa yang ber-IQ rendah tetapi ber-EQ bagus sehingga
berprestasi cemerlang.

Berkaitan dengan hasil belajar siswa di sekolah, tidak terlepas dari pelajaran
yang disampaikan guru, salah satunya pelajaran Matematika yang merupakan salah
satu pelajaran penting dalam kurikulum SMP. Alokasi waktu untuk pelajaran
Matematika berdasarkan kurikulum yang berlaku yaitu 2 x 45 menit pelajaran.
Namun demikian, SMP Terpadu Bismillah Barugbug memberikan perhatian yang
sangat tinggi terhadap pelajaran Matematika. Hal ini dibuktikan dengan adanya
materi pelajaran tambahan untuk mendukung pelajaran Matematika seperti Qiraat,
Tadarus, Aswaja, Bahasa Arab dan Tahfidz Juz Amma. Keseluruhan materi muatan
lokal ini bertujuan untuk mendukung pelajaran Matematika.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang
kecerdasan emosional siswa dengan hasil belajar Matematika dengan mengambil
judul Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil belajar Matematika Studi
di SMP...

B; Perumusan Masalah
Secara umum penelitian ini hendak mencari jawaban atas pertanyaan
bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar Matematika di SMP

Terpadu Bismillah Barugbug. Dan dilihat dari latar belakang masalah tersebut,
penulis dapat merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1; Bagaimana kecerdasan emosional pada siswa di SMP Terpadu Bismillah
Barugbug?
2; Bagaimana hasil belajar Matematika pada siswa di SMP Terpadu Bismillah
Barugbug?
3; Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar Matematika pada
siswa di SMP Terpadu Bismillah Barugbug?
C; Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1; Untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan emosional pada siswa di SMP
Terpadu Bismillah Barugbug.
2; Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar Matematika pada siswa di
SMP Terpadu Bismillah Barugbug.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar Matematika pada siswa di SMP Terpadu Bismillah Barugbug.

D. Kerangka Pemikiran
Dalam hal memahami belajar, bukan saja harus mengetahui apa yang mereka
rasakan seperti rasa bangga dan malu, cinta dan benci, harapan dan ketidakberdayaan
dan perasaan takut tetapi juga emosinya.

Emosi yang seperti ini berhubungan dengan segi-segi usaha dalam mencapai
tujuan dari suatu tindakan yang ditanggapi, demi untuk pemeliharaan diri dari
pertumbuhannya. Untuk menentukan pusat emosi, perasaan sikap emosi dari suatu
tindakan, maka emosi dapat dibagi atas dua dasar, yaitu:
1; Perasaan yang menyakitkan atau menggelisahkan.
2; Perasaan yang menyenangkan atau menentramkan.
Dasar dan perasaan itu cenderung menyertai kepada usaha-usaha untuk
mencari sesuatu, sedangkan keduanya menyertai pemuasan kebutuhan atau
pengalaman yang melegakan.7
Kecerdasan emosional menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami
perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan
dalam hubungan dengan orang lain.8
Robert K Cooper, berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi.

7 Zakiyah Daradjat. 1976. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak. Jakarta: Bulan Bintang. cet. ke-15. h.
20
8 Forum Kajian Budaya dan Agama. 2000. Kecerdasan Emosi dan Quantum Learning.
Yogyakarta. Forum Kajian Budaya dan Agama h. 4

Wilayah kecerdasaan emosi adalah hubungan pribadi dan antar pribadi,


kecerdasaan emosi bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial
dan kemampuan adaptasi sosial.9
Dengan demikian kecerdasaan emosi akan sangat menentukan suatu hasil
belajar siswa ketika kecerdasan emosi itu dalam keadaan maksimal karena faktor
psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan atau
kecerdasan emosi dan kesiapan akan sangat mempengaruhi kegiatan belajar dalam
menentukan hasil belajar Matematika.10
Pencapaian hasil belajar atau hasil belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas
juga harus menjadi indikator hasil belajar. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan
hierarki.
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa indikator yang terdapat dalam
kecerdasan emosional dan hasil belajar Matematika yang diduga terdapat pengaruh
yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar Matematika.
Adapun pengaruh kedua variabel tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:
PENGARUH
Indikator Variabel X
Indikator Variabel Y
(Kecerdasan Emosional)
(Hasil belajar Matematika)
1; Mengenali emosi diri
2; Mengelola emosi
3; Memotivasi diri

1.Keterampilan kognitif
2.Keterampilan afektif
3.Keterampilan psikomotorik

9 Segal Jeane. 2002. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Kaifa. h. 277


10 Muhibbin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Praktek. Bandung: Remaja
Rosda Karya. h. 132

10

4; Mengenali emosi orang lain/empati


5; Membina hubungan
RESPONDEN

E; Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis meliputi kecerdasan emosional terdiri dari
pengertian kecerdasan emosional, komponen-komponen kecerdasan emosional,
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional dan kecerdasan emosional
dalam pendidikan. Hasil belajar terdiri dari pengertian hasil belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar, dan pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil
belajar Matematika.
Bab III : Metodologi penelitian meliputi tempat dan waktu penelitian, metode
penelitian, populasi dan teknik sampling, instrumen penelitian, teknik analisis data
dan hipotesis penelitian.
Bab IV : Deskripsi dan analisis data hasil penelitian meliputi deskripsi data
variabel X (kecerdasan emosional), deskripsi data variabel Y (hasil belajar
Matematika) dan analisis korelasi antara variabel X (kecerdasan emosional) dan
variabel Y (hasil belajar Matematika).

11

Bab V : Penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai