Anda di halaman 1dari 40

16

BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG KURIKULUM PESANTREN DAN ASASASAS KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam
bidang olah raga yaitu curere yang berarti jarak tempuh lari. Pengertian ini kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum
diartikan manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia
pada bidang kehidupannya.
Al-Kauly menjelaskan al-manhaj sebagai seperangkat rencana dan media
untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
di inginkan.1
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat
bervariasi, tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu
pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak
lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
Saylor dan Alexander merumuskan kurkulum sebagai The total effort of the
school to going a bout desired out comes in school and out of school situasion.
Definisi ini jelas lebih luas dari pada sekedar meliputi mata pelajaran, akan tetapi

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2007), h. 1

17

segala usaha sekolah atau pesantren untuk mencapai tujuan yang diinginkan.2 Smith
memandang kurikulum sebagai a quence of potential experiences of disciplining
children, and youth in group ways of thinking and acting. Dalam definisi ini jelas
tampak penekanan Smith akan aspek sosial, yakni mendidik anak menjadi anggota
masyarakat. Sedangkan Oliva mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau
program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah
pengarahan sekolah atau pesantren.3
Dalam Islam, kurikulum pendidikan pesantren harus berdasarkan aqidah
Islam. Apabila aqidah Islam sudah menjadi asas mendasar bagi kehidupan seorang
muslim. Asas bagi negaranya asas bagi hubungan antara sesama muslim. Asas bagi
aturan dan masyarakat umumnya.
Agama adalah landasan pokok bagi kebudayaan suatu bangsa. Lain dari pada
itu, ada pula yang mengajarkan pendidikan agama di sekolah-sekolah Islam, tetapi
tampak arah pengajarannya lebih banyak dari pada unsur-unsur pendidikannya.
Agama di tempat ini dapat mendidik tumbuhnya perasaan agama. Mengkaji dengan
lagu dan irama tertentu yang dapat menumbuhkan kerinduan.4
Kekurangan lain pendidikan di langgar dan surau ini ialah pengajarannya
yang hanya satu bidang saja. Ada juga seorang santri langgar yang memiliki
kecerdasan otak kemudian terus memperdalam ilmu agama di bawah bimbingan

Ibid, h. 3.
Ibid, h. 3.
4
Irfan Helmy, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Nansa, 2000), h. 114.
3

18

ustad-ustadnya. Mereka dari langgar berpindah ke pesantren untuk belajar pendidikan


agama yang lebih mendalam lagi. Dalam riwayat disebutkan:5

)


,



(
Artinya: Mereka itu (para penuntut ilmu) akan datang kepadamu dari segala penjuru
bumi untuk belajar agama, apabila nanti mereka telah datang, maka berilah
mereka pesan-pesan yang baik (H.R. Ibnu Majah)6
Tujuan kurikulum dan pendidikan Islam adalah membekali akal, dengan
pemikiran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenal aqaid (cabang-cabang aqidah).
Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu dan membekalinya
dengan pengetahuannya.
..... ......

(9 :)
Artinya: Katakanlah (Hai Muhammad): "Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Q.S. Az-Zumar: 9)7
Kurikulum harus diusahakan mampu menyediakan peluang dan kesempatan
bagi anak didik untuk mengembangkan kreativitasnya sebagai karunia Tuhan yang
sangat berharga.8 Menurut Dhofier tidak semua pesantren ke dalam dua golongan
besar yaitu:

Ibid, h. 115.
Salim Bahbeisy, Riyadus Solihin, (Bandung: PT. Al-Maarif, tt), h. 105
7
Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 747
8
Irsyad Djuweli, Pembaharuan Pendidikan Islam, (Ciputat, Karya Utama Mandiri dan PB
Mathlaul Anwar, 1998), h. 134.
6

19

1. Pesantren Salafi, yaitu model pesantren yang tetap mempertahankan keasliannya


dengan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren.
Sistem madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai
dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, mengenalkan pengajaran
pengetahuan umum seperti Lirboyo dan Ploso Kediri, pesantren Maslahul Huda.
2. Pesantren Khalafi yaitu pesantren yang telah memasukan pelajaran-pelajaran
umum dalam madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe sekolah-sekolah
modern di lingkungan pesantren pondok pesantren Gontor, Darus Salam, Darul
Ahsan. 9
Ada satu perbedaan yang paling menonjol antara pesanten di era pertumbuhan
dan pesantren di era perkembangan. Jika pesantren di era pertumbuhan lebih menitik
beratkan transmisi mistisisme dan ketarekatan. Maka pesantren di era perkembangan
berdiri dan berkembang secara variatif, berciri khas sesuai kurikulum yang
dikembangkan.
Dengan kata lain, munculnya kurikulum pesantren adalah dalam rangka
menunjang kelangsungan tarekat-tarekat aksoteris. Karena pada umumnya pesantren
tidak mempunyai standar baku yang dijadikan pedoman dalam penentuan kurikulum.
Setiap pesantren mempunyai independensi dan otoritas untuk menentukan kurikulum
dalam lingkungannya. 10

Mastuki dan Elsaha Ishom, Intelektualisme Pesantren; (Potret Tokoh dan Cakrawala
Pemikiran Di Era Perkembangan Pesantren, (2003), h. 2
10
Ibid, h. 5

20

Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalamanpengalaman belajar yang diatur dengan sistematis metodis, yang diterima anak untuk
mencapai satu tujuan kurikulum juga sebagai rencana atau program yang menyangkut
semua pengalaman yang dihayati peserta didik dibawah pengasuhan sekolah atau
pesantren.

B. Asas-asas Kurikulum
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena banyak
faktor yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu,
yakni:
1. Asas, filosofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendekatan. 11
Sesuai dengan fungsinya itu pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Pasal 4 UU RI No. 2 tahun ,1989).12
2. Asas sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan
dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
11
12

614

Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), cet. Ke-V,, h. 1
Wahyudin, Materi Pokok Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.

21

3. Asas organisatoris yang memberikan dasar dalam bentuk bagaimana bahan


pelajaran di susun, bagaimana luas dan urutannya.
4. Asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan dalam
berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicerna
dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.

C. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Pesantren


Kata management berarti, pimpinan, direksi dan pengurus yang diambil dari
kata kerja manage berarti mengemudikan, mengurus dan memerintah. 13
Managemen disebut juga dengan siasah, idarah dan tadbir
yang berasal dari manage, berarti (

( -. Dalam kamus lain

management disebut juga dengan istilah tadbir, idarah, siasah dan qiyadah. (
)
Istilah pimpinan dengan sebutan ulil amri firman Allah

(59 : )
Artinya:

13

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan


taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah

Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Managemen Menurut al-Quran , (Jakarta: Pustaka alHusna, 1983), cet. I, h. 9

22

dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama


(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An-Nisa: 59)14
Management adalah: sebagai kecerdasan untuk menggunakan (kekuatan), atau
bagian pengetahuan, usaha, kehakiman dan keseluruhannyadaripada manusia yang
menganalisa, menerangkan, merencanakan, membeli tujuan mencanangkan dan
mengontrol pemakaian untuk kegunaan yang efektif dari manusia dan sumber-sumber
fisik yang dibuktikan untuk melengkapi tujuan yang diketahui dengan sungguh.15
Hidden Curiculum (tersembunyi) selesai shalat subuh atau diluar jam
pelajaran lainnya kalau pelajaran itu disampaikan oleh guru yang mempunyai
pandangan sempit bisa bahaya. Oleh karena itu, perlu adanya penyempurnaan
kurikulum pendidikan, khususnya di pesantren. Kurikulum yang dimaksud Azra
kombinasi buatan Depdiknas dan Depag. Dia menambahkan sistem pendidikan di
pesantren sudah cukup ideal. Namun perlu beberapa penyempurnaan, khususnya oleh
Depag sebagai suplemen tambahan dari materi yang disusun Depdiknas.
Penyempurnaanitu, menurut Azra dilakukan agar para santri tidak melihat segala
sesuatu dari sudut pandang agama saja. Apakah itu tidak akan menjadikan sistem
pendidikan sekolah di pesantren? Azra menyatakan ilmu pengetahuan umum, sangat
diperlukan sebagai refrensi intelektual santri.16
Salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang
digunakan sebagai acuan untuk isi pengajaran mengarahkan proses mekanisme
pendidikan, tolakukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan adalah kurikulum.
14

Lihat, Al-Quran Juz I, Q.S. An-Nisa ayat 59,


Jawahir Tanthowi, Op.Cit, h. 12
16
http://www.indopos.co.id/index.php?=detail&id:6028
15

23

Dalam konteks pendidikan di pesantren menurut Nurcholis Madjid istilah kurikulum


tidak dikenal di dunia pesantren terutama masa pra kemerdekaan walaupun
sebenarnya materi pendidikan sudah ada dan keterampilan itu ada dan diajarkan di
pesantren, kebanyakan pesantren tidak menuliskan dasar dan tujuan pesantren secara
eksplisti dalam bentuk kurikulum, tujuan pendidikan pesantren oleh kebijakan kiai,
sesuai dengan perkembangan pesantren itu.
Sebelumnya dalam kesempatan terpisah pengamat politik Prof. Dr. Azyumardi
Azra mengatakan, kurikulum pesantren saat ini sudah cukup ideal dengan
menggunakan kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Depag sebagai pelengkap,
sehingga tidak perlu diwaspadai. Yang perlu diwaspadai adalah hidden
curriculumnya (kurikulum tersembunyi) yang didapat di luar kelas, misalnya dari
guru yang mengajarkan kekerasan tetapi tidak ada di dalam kurikulum, kata Rektor
UIN Syarif Hidayatullah tersebut. Untuk proses pengawasan kurikulum yang
menyimpang, Azyumardi mengatakan bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab
Departemen Agama dan bukan tanggung jawab pesantren.17
Hidden curriculum, meski kurikulum di ubah berulang kali, tapi sebagian
besar pendidikan masih berpendapat bahwa kurikulum merupakan materi pelajaran
yang berurutan yang akan dipelajari murid. Pemahaman kurikulum seperti ini.
Mengakibatkan munculnya asumsi bahwa penilaian terhadap proses belajar mengajar
siswa cukup dilakukan di akhir proses pembelajaran. Padahal hallain yang perlu
diberikan kepada murid yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai,
17

http//.rohadieducation.wordpress.com/2007/07/12/pi-masuk-unhab/

24

persepsi dan perilakumorid, hal ini dinamakan hidden curriculum. Dr Dede Rosyadi,
MA mengutip pendapat Allan A. Glathorn mengartikan hidden curriculum sebagai
kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari yang secara lebih definitif
digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar kurikulum yang dipelajari.
Namun memberi pengaruh dalam perubahan nilia, persepsi dan perilaku siswa.
Kebiasaan sekolah menerapkan disiplin terhadap siswanya seperti ketetapan guru
memulai pelajaran, kemampuan dan cara-cara guru menguasai kelas, kebiasaan guru
memperlakukan mereka yang melakukan kenakalan dalam kelas. Bahwa perilaku
sikap dan cara berpikir siswa tidak saja dipengaruhi oleh kurikulum pendidikan
memilih pengaruh signifikan bagi pribadi siswa. Hidden curriculum ini berupa nilainilai dan budaya yang berbeda di sekitar hidup murid baik nilai dan budaya di
sekolah masyarakat maupun keluarga.
Santri di pondok sangat beretika. Perilaku etis justru menjadi budaya hidup
sehari-hari dilingkungan pesantren. Baik sengaja maupun tidak, para santri akan
menginternalisasikan nilai-nilai budaya tersebut.
Inovasi kurikulum pesantren many people asses that education system
Indonesia until this day lack of capability if reot. Fair to realize the target. Of
national, education development, which is developing Indonesian holistic human
being, increased student fight, drug conception and circulation. Lack of child, respect
to teacher and parent, the emergoing of tribal egois me that lead to separatisme
moral low linnes of ail government body are indication supporting assement above.18
18

www. Suara merdeka. Com/harian/0301/13/khal.htm

25

Memang benar kurikulum merupakan salah satu variabel input, yang bisa
berpengaruh terhadap hasil pendidikan dalam kurikulum bagaikan sebagai scenario
bagi sebuah pergelaran, para pemain atau para pelaku bisa melakukan improvasiasi.
Harus di pakar pengertian baik buruk suatu kurikulum sangat tergantung pada
filosof yang mendasari sebuah kurikulum yang bercorak liberal tentu saja disesuaikan
untuk mengembangkan masyarakat yang menganut liberalisme, kurikulum yang
pancasila, tentu dikembangkan dan filosof pancasila.
Ada tiga pelajaran yang menjadi sasaran.
1. Ilmu fiqih secara umum ini sudah dimulai melalui beberapa lembaga yang isi
mengenai pemahaman bahwa di fiqih bisa dirubah-rubah tidak mutlak.
2. Ilmu tafsir, sejumlah lembaga, mengembangkan penafsiran al-Quran, dengan
metode hermineutik.
3. Ilmu adab dan sastra bahasa mereka ingin menjadi perpektif bagi para santri
bahwa agama adalah produk budaya dan harus diseuaikan dengan perkembangan
zaman.
Hidden curikulum yaitu berbagai faktor diluas batang tubuh kurikulum yang
secara tidak terkendali bisa mempengaruhi hasil belajar atau lebih tuntas lagi hasil
belajar atau lebih atau lebih tuntas lagi hasil pendidikan pada lembaga pandangan
Mulaya adalah problem pendidikan kita yang sudah sangat kronis, minimnya alokasi
anggaran bagi pendidikan kualitas system pengajaran yang belum sesuai harapan

26

pada umumnya membuat paham alumni pendidikan tidak memenuhi harapan pasar
bekerja. 19
Penampilan guru secara individual dalam kelas maupun proses kondisioning
yang dikembangkan dalam lingkungan lembaga pendidikan, nampak jauh lebih
afektif ketimbang semua yang tertulis dalam kurikulum itu sendiri. Untuk itu langkah
ikutan yang harus dilakukan sudah barang tentu adalah melakukan kajian pula
terhadap silabi, yang merupakan sekenario yang lebih operasional yang
dikembangkan di dalam kelas, sebagai hasil penyerapan para guru atas kurikulum.
Dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas guru memiliki potensi untuk
melakukan pengkajian, sebaliknya para guru juga berpotensi untuk melakukan
penyimpangan kalau ini menyelipkan pesan-pesan khusus sesuai dengan masa
pribadi atau lembaga.
Menteri agama Maftuh Basyuni menegaskan tidak akan mengawasi pesantren,
dan hanya melakukan pembinaan. tidak ada pengawasan pesantren, yang ada
pembinaan kata Menag sesuai menghadiri hari ulang tahun LKBN Antara ke 68
yang dihadiri oleh wakil presiden Yusuf Kallaf dan sejumlah menteri lainnya
dijakarta, Rabu dikatakan Maftuh, selama pesantren masih baik-baik saja
menjalankan kegiatan pendidikannya, maka Depag akan membiarkan saja pesantren
tersebut berjalan. Maftuh menegaskan, tidak hanya pesantren yang kurikulum dan
lainnya diatur sesuai kepentingan republik Indonesia, tetapi juga seluruh lembaga
pendidikan di tanah air. Sebelumnya Meneg menegaskan dugaan pengambilan sidik
19

http: www.republika.co.id/cetak-berita,asp?id=1721798kat-id=1058edisi=cetak.

27

jari bagi para santri di pondok-pondok pesantren di tanah air hanyalah imajinasi yang
berlebihan karena sama sekali tidak perlu dilakukan.
Maftuh juga mengatakan, pihak saya tidak merasa perlu mengubah kurikulum
pendidikan di pesantren. Pesantren tidak dilarang, kalau memang ada yang tidak
benar, dimanapun, wajib diteliti, katanya.20
Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan pasal
38 ayat 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi,
pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas
kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan
kendaraan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan.21
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program
pengajaran, bersama-sama guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih
rinci dan operasional ke dalam program tahunan. Berikut diperinci beberapa prinsip
yang harus diperhatikan:
1. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan makin mudah
terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan.
2. Program itu harus sederhana dan fleksibel
3. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya.
20
21

h. 40

www.kapanlagi.com/h/000099687.html
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), cet. Ke-9,

28

5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.22


Bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi: masalah keimanan (aqidah), masalah
keislaman (syariah). Masalah ikhsan akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini
kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Quran dan alHadits serta di tambah lagi dengan sejarah Islam.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan kurikulum
pendidikan agama:
a. Faktor Poedagogis
b. Faktor psychologis
c. Faktor sosiologis dan cultural
d. Faktor politis.
Kriteria penilaian isi kurikulum pendidikan agama
Bahan-bahan berupa ajaran-ajaran yang esensial dan menyeluruh menurut
agama masing-masing. Bahan-bahan harus dapat mengisi falsafah negara pancasila,
bahan-bahan harus diselaraskan dengan tingkat kematangan anak, bahan-bahan harus
bersifat amaliyah/praktis.23
Karena kegiatan pembelajaran, baik secara konseptual maupun operasional
harus memenuhi tiga fungsi pemenuhan aspek kognitif, afektif dan psikomotorikmaka tidak mungkin pembelajaran-pembelajaran itu berjalan afektif tanpa dukungan
fasilitas belajar yang sistematis dan berdaya guna.24
22
23

Ibid, h. 41-42
Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah, 1983),

h. 64-65
24

Irsyad Juwaeli, Op.Cit, h. 157

29

Salah satu aspek tujuan pendidikan adalah memelihara, mempertahankan dan


mengembangkan bagian dari tujuan yang menjadi dasar integrasi dari perencanaan
masyarakat dan perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran seharusnya
dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk
lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.25
Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga
swasta yang didirikan perseorangan (kyai) sebagai figure central yang berdaulat
menetapkan tujuan pendidikan pondoknya yang mempunyai tujuan tidak tertulis yang
berbeda-beda. Tujuan tersebut dapat kita asumsikan sebagai berikut:
a. Tujuan khusus mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya
dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
b. Tujuan umum membimbing anak didik menjadi manusia yang berkepribadian
Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam
masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya. 26
Sangat perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pelajaran. Pembagian waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas,
pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran
serta pengisian waktu jam kosong.27
25

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka CIpta, 2005), cet. Ke-IV, h. 8


Djamaludin dan Abdullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), h. 106.
27
Mulyasa, Op.Cit, h. 42
26

30

Sistem belajar yang dipakai pada surau-surau ini adalah sistem halaqah, dan
santri diklasifikasikan menurut tugasnya. Mereka biasa disebut orang Siah setiap
tingkat dipimpin oleh seorang guru yang bertanggung jawab kepada guru tua
(pembantu syekh). Mata pelajaran yang diberikan dalam membaca al-Quran adalah
ilmu fiqih, tafsir, bahasa Arab dan hadits. 28
Allah telah mengajari Adam sifat semua benda dan kemudian mengajari pula
anak-anak Adam, sebagaimana dalam firmannya sebagai berikut:



Artinya:

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama


seluruhnya. (Q.S. 2: 31).29

(benda-benda)



Artinya: Tuhan Yang Maha Pemurah, Dia telah mengajarkan al-Quran, Dia telah
menciptakan manusia, Dia telah mengajarinya pandai bicara (dan berfikir)
(Q.S. 55:1-4). 30



Artinya: Bacalah! Dan Tuhan Maha Pemurah Dia yang mengajarkan manusia (cara
menggunakan) pena, mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di
ketahuinya. (Q.S. 96: 3-5).31
Pendidikan adalah usaha sistematis dengan penuh kasih untuk membangun
peradaban bangsa, selama ini produk pendidikan amat kurang membantu
pertumbuhan spiritualitas anak sehingga mereka sulit mengagumi keramahan langit

28

Mastuki, Op.Cit, h. 18
Al-Quran dan Terjemahannya, Op.Cit, h. 14
30
Ibid, h. 885
31
Ibid, h. 1079
29

31

terhadap bumi, gemerciknya air, festival awan, kekompakan hidup semua dan
perilaku alam lain yang semua itu merupakan ayat-ayat Tuhan dan bacaan terbuka
yang amat indah.
Dengan demikian proses pembelajaran sebaiknya dimulai dengan melihat,
mengamati, dan merasakan lingkungan sosial yang dihadapi, guru dan murid
berempati menjadi bagian integral dari realitas sosial dan semesta.32
Sebagai lembaga pendidikan tertua, kami ingin tradisi penggalian ilmu di
pesantren terutama ilmu-ilmu agama yang akhir-akhir ini dan mulai pudar kembali di
galakkan. Seperti pedalaman ilmu alat, tafsir, hadits dan lainnya, yang bersumber dari
kitab kuning.33
Untuk menunjang kualitas belajar santri di pondok ia mengemukakan sebuah
metode pengajaran yang didapatkan dari hasil gabungan metode pendidikan di mana
dia pernah belajar sebelumnya.34
Ketika Rasulullah memberikan ajaran-ajaran atau petunjuknya, sahabat yang
pada saat itu tidak sempat untuk hadir, begitulah halqoddirosi yang berlaku di
mesjidil haram yang merupakan pusat pengajaran-pengajaran pendidikan sejak
timbulnya agama Islam. Dari halaqoh yang besar ke halaqah yang kecil sehingga
sampai kepada yang sekitarnya.35

32

Penulis adalah Purek II UNIS Tangerang, Aris Gumilar, Pembentukan Karakter Hal yang
Fundamental dalam Pendidikan, dalam Satelit News (Februari, 5, 2007), h. 6
33
Fajar Banten, 16 Februari 2008, h. 3
34
Mastuki, Op.Cit, h. 95
35
Muchtarudin, Pengembangan Pendidikan di Makkah al-Mukarromah, (tk, Risalah
Islamiyah, 1971), h. 22

32

Kurikulum sering dibagi menjadi sains dan seni dan selanjutnya dibagi lagi
menjadi berbagai sub cabang, belum lagi menyebutkan bidang-bidang mata ajar
seperti sejarah, filsafat dan sastra. Pembagian ini bermanfaat untuk tujuan yang
berguna dalam arti memungkinkan para peserta didik mengkhususkan diri pada
bidang pengetahuan tertentu.36
Dalam membuat kurikulum kaum muslim harus memandang ke depan dan ke
atas demi kehidupan akhirat. Pandangan ini mengacu pada al-Quran, surat alQashas, ayat 77. Dan carilah apa yang telah dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu (kenikmatan) duniawi37
Sistem

pendidikan

modern

bekerja

layaknya

sebuah

pabrik

yang

keberhasilannya di ukur berdasar produksinya dengan tabel-tabel statistis. Sementara


pendidikan Islam tradisional mengukur kegiatannya berdasarkan fakta seberapa jauh
ia merangsang masyarakat secara keseluruhan dalam mencurahkan perhatiannya
untuk memecahkan persoalan-persoalan yang demikian mendasar guna menjaga sifat
dasar dan kelangsungan hidupnya.38
Al-Quran sebagai buku induk mengajarkan umat manusia untuk mencapai
kesempurnaan dengan memperoleh pengetahuan lewat baca-tulis. Al-Quran berulang
kali menyebutkan istilah baca, tulis dan pena, peristiwa pada wahyu pertama,

36

Sajad Husain dan Ali Ashraf, Krisis dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Mawardi Prima,

200), h. 40
37
38

Sajad Husen, Op.Cit, h. 43


Ibid, h. 95

33

merupakan fakta terkenal yang sangat menakjubkan karena tulis-menulis bukan saja
sesuatu yang baru bagi bangsa Arab, tetapi Nabi sendiri tidak tahu baca-tulis.39
Sejalan dengan perubahan suasana kehidupan kebangsaan, tujuan pendidikan
nasional Indonesia pun mengalami perluasan; tidak lagi semata-mata jiwa
patriotisme. Dalam Undang-undang No.4 /1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah, bab II pasal 3 dinyatakan tujuan pendidikan dan pengajaran
ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Dalam konsep kurikulum bidang studi sebagai wadah ilmu diabdikan dan
diamalkan demi keadilan, kebajikan, kemanusiaan, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Untuk mewujudkan cita-cita yang demikian itu, kurikulum harus merupakan suatu
sistem yang terdiri atas empat komponen berikut:
1.

Universum yakni pengetahuan yang merupakan latar belakang dan segala


manifestasi hidup manusia, misalnya tata surya, kekuatan, dan hukum alam
(ilmu alam kodrat).

2.

Sivilisasi yakni karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup


bermasyarakat.

Dengan

sivilisasi

(peradaban),

manusia

akan

mampu

mengendalikan dan menatap hidup yang lebih sejahtera, ilmu dan teknologi
masuk ke dalam komponen ini.
3.

Kebudayaan, termasuk di dalam filsafat, kesenian, kesusastraan dan agama.

39

Ibid, 81

34

4.

Kepribadian, yaitu komponen yang penting untuk membentuk pribadi yang


nyata tanpa meninggalkan atau mungkin bertentangan dengan ideal.40
Jenis program belajar serta alokasi waktunya adalah sebagai berikut:
Strukur Kurikulum
Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal

No
1

Program Kegiatan Belajar


Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama

Pengembangan Sosial dan Emosional

Pengembangan Kemampuan Dasar


Alokasi waktu per minggu

Alokasi waktu
*
*
*
15 Jam (900 menit)

1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan
jam belajar efektif per hari adalah 2,5 jam (150 menit)
2) Pengelolaan kegiatan belajar ketiga jenis bidang pengembangan diserahkan
sepenuhnya kepada penyelenggara Taman Kanak-Kanak.
3) Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar
meliputi antara lain pengembangan bahasa, kognitif, fisik, dan akademik.
Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawiyah
No

Mata Pelajaran

Alokasi waktu
Kelas VIII
2

Pendidikan Agama

Kelas VII
2

Kewarganegaraan

Bahasa dan Sastra Indonesia

40

Kelas IX
2

Din Wahyudin dan Ishak Abdul Hak, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h. 360

35

Matematika

Sains

Pengetahuan Sosial

Bahasa Inggris

Pendidikan Jasmani

Kesenian

10

Keterampilan

11

Teknologi

34

34

34

Informasi

dan

Komunikasi
Jumlah
Ketentuan untuk kelas VII IX

1) Minggu efektif dalam setahun pelajaran adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif
perminggu minimal 29 jam ( 1740 menit).
2) Alokasi waktu yang disediakan adalah 34 jam pelajaran per minggu,
3) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk kegiatan sekolah seperti kunjungan
perpustakaan, olah raga, bakti sosial, dan sejenisnya.
4) Mata pelajaran sains mencakup materi ekonomi, sejarah dan geografi.
5) Mata pelajaran pengetahuan sosial mencakup materi ekonomi, sejarah, dan
geografi.
6) Mata pelajaran kesenian, keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi
penyajiannya diatur oleh sekolah dengan menggunakan sistem blok.
Struktur Kurikulum Program Studi Ilmu Sosial
Alokasi Waktu
No

Mata Pelajaran
SM1

SM2 SM1

SM2

SM1

SM2

36

Pendidikan Agama

Kewarganegaraan

Bahasa dan Sastra

Bahasa Inggris

Matematika

Kesenian

Pendidikan jasmani

Sejarah

Geografi

10

Ekonomi

11

Sosiologi

12

Fisika

13

Kimia

14

Biologi

15

Teknologi

dan -

36

36

36

34

32

informasi

komunikasi/ keterampilan
Jumlah

36

Ketentuan program studi ilmu sosial


1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan
jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1800 menit)
2) Pengelolaan waktu untuk setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam
tabel. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu sesuai kemampuan dengan tetapi
berpatokan pada alokasi waktu perminggu.
3) Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua peserta didik

37

4) Program studi ilmu sosial lebih difokusikan pada mata pelajaran sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi dan kewarganegaraan.
5) Mata pelajaran ekonomi mencakup unsur-unsur materi akuntansi
6) Mata pelajaran sosiologis mencakup materi antropologi
Adapun nama kitab-kitab di pondok pesantren Al-Amin adalah sebagai
berikut:
No

Nama Kitab

Kelompok

No

Nama Kitab

Kelompok

(Mata Pelajaran)
Amil

Kitab
Kitab Nahwu

Kitab
22

Risalah Muawanah

Zurumiyah

Kitab Nahwu

23

Talim Mutaalim

Tasawuf

Nadom Zurumiyyah

Kitab Nahwu

24

Latoipul Isyarah

Tasawuf

Al-Fiah

Kitab Nahwu

25

Umdatul Salik

Tasawuf

Qotrul Qhais

Kitab Tauhid

26

Fathul Majid

Tijan Darori

Kitab Tauhid

27

Jauhar Maknun

Nahwu

Sulam Munajan

Kitab Fiqih

28

Tafsir Al-Jalalain

Tafsir

Kasipatu Tsaja

Kitab Fiqih

29

Tafsir Al-Showie

Tafsir

Riyadul Badiah

Kitab Fiqih

30

Tafsir Munir

Tafsir

10

Sitin Masalah

Kitab Fiqih

31

Hidayat Al-Mustafid

Tajwid

11

Tuhfatul Athfal

Kitab Tajwid

32

M. Usfuriyah

Tasawuf

12

Fathul Qarib

Kitab Fiqh

33

Risalah Samarkandi

Mantiq

13

Sarah Hikam

Kitab Tasawuf

34

B. Wasail

Mantiq

14

Adjkar Nawawi

Kitab Hadis

35

H. Bazuri

Mantiq

15

Bulughul Marom

Kitab Hadis

36

Minhaj Haspiya

16

Nihayatul Jen

Kitab Hadis

37

Asmawi

17

Durotun Nasihin

Kitab Tasawuf

38

Nasikhul Ibad

18

Jamul Jawame

Kitab Fiqih

39

Sulam Taufiq

Tasawuf

19

Dagoiqul ahbar

Kitab Tasawuf

40

Nadzom Maksud

Saraf

Nahwu

38

20

Kaelani

Kitab Sharaf

41

Matan Jubad

Fiqih

21

Warokot

Kitab Balagah

42

Irsadul Ibad

Tasawuf

Jadwal Pengajian Rutin Pondok Pesantren Al-Amin


Sumur Bandung, Jayanti, Tangerang.
Pelaksanaan Waktu
Sistem
Siang, Malam
Pembelajaran
1. Senin
5.00 7.00
Sorogan

Nama Kitab

Dewan Pengajar

Amil,
jurumiyah Senior al-Amin
matan bina

12.30-14.00

Sorogan

Qathrul qhais,
Tijan Darori, sulam
Munajar, kasifatu
tsaja, riyad, sitin,
fathul qorib

Senior Al-Amin

16.00 17.30

Bandungan

Talim mutalim
Zawahir bukhari
Tafsir munir
Misan qubro

KH. Humaedi

19.00 20.00

Bandungan

Fathul akhfal

Ustad Ibnu Aqil

20.00 21.00

Bandungan

Pembacaan Seni
Baca Al-Quran

Ust. Subhan

Sorogan

Amil, Jurumiyah
Matan Bina

12.30 14.00

Sorogan

Qothrul Qhais,
Tijan, Sulama
Kasifatu tsaja,
Riyadul Badiah

Senior Al-Amin

16.00 17.30

Bandungan

Talim mutaalim
Zawahir bukhori
Tafsir Munir

KH. Khumaedi

2. Rabu
5.0 7.00

39

Mijan Qubro
19.00 - 20.00

Sorogan

Al-Quran

Senior Al-Amin

20.00 21.00

Bandungan

KH. Mamun

21.00 23.00

Bandungan

Amil, Riyad
nadzom Zurumiyah
Al-fiah,
Nurudzolam, Sarah
Hikam

Sorogan

Amil, jurumiah,
Sharaf

Senior Al-Amin

12.30 14.00

Borogan

Qothrul Qhais
Tijan, Sulam
Munajat Kasifatu
Tsaja

Senior Al-Amin

16.00 16.00

Bandungan

Talim Mutaalim
Zawahir Bukhari
tafsir munir
Mijan Qubro

KH.Humaedi

4. Jumat
19.00 20.00

Berjamaah

Yasinan
Marhaban

Seluruh Santri

14.00 16.00

Berjamaah

Tafsir Quran
KH. Mamun
Minhajul
Abidin KH. Handi
Fathul
KH. Khumaedi

Sorogan

Amil,
sharaf

12.30 14.00

Sorogan

Qothrul, Qhais dll

KH. Humaedi

16.00 17.30

Bandungan

Talim Mutaalim
Jawahir Bukhori
Tafsir Munir
Mijan Subro

KH. Humaedi

3. Kamis
5.00 7.00

5. Sabtu
05.00 7.00

6. Minggu

Jurumiyah Senior Al-Amin

40

20.00 23.00

Pelatihan Dawah

Senior Al-Amin

5.00 7.00

Sorogan

Kitab Nahwu

Senior Al-Amin

9.00 12.00
Pengajian Doa-doa Tasawuf
Sumber: Pondok Pesantren Al-Amin Sumur Bandung.

KH. Khumaedi

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Amin


Sumur Bandung Jayanti Tangerang
PENGASUH PONDOK PESANTREN
KH. Mamun Aliudin

ROIS

SEKRETARIS

BENDAHARA

A. Subadri

A. Solihin

A. Suhaemi

41

PEMBAGIAN TUGAS
BID. KURIKULUM
PESANTREN

BID.
MUHADOROH

BID.
PENGAJARAN

Ust. Ibnu Aqil

Kord. Abd. Aziz

Kord. Didi Sugiono

BID. OLAH RAGA


& KESEHATAN

BID.
KEMASYARAKATAN

BID. KEBERSIHAN
& KELESTARIAN

Kord. A. Busaeri

Kord. Nurdin
A. Kholidin

Kord. Ust. Jalil


Tamim

Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui
pembelajaran semua mata pelajaran, kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan
sesuai peserta didik meliputi:
1. Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggung jawab terutama dalam
menjamin perasaan aman dan menghargai sesama, berdasarkan kerangka
normatif agama.
2. Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik numerik dan
spasi serta mencapai dan menyusun pola.
4. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun strategi.
Stategi khusus melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip,
dan

prosedur

yang

telah

memanfaatkan, mengevaluasi.

dipelajari

serta

memilih,

mengembangkan,

42

5. Berfikir dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan


berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup
dan teknologi.
6. Berfikir terarah atau terfokus, berfikir lateral, memperhitungkan peluang dan
potensi, serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di
lingkungan.
7. Berperadaban, berbudaya dan sikap religius, bercitra seni, susila, serta kreatif
dengan menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta
meningkatkan kematangan pribadi sebagai seorang muslim.
8. Percaya diri, jujur, fathonah, dan komitmen dalam bekerja baik secara mandiri
maupun bekerja sama.41

D. Relevansi Pembaharuan Kurikulum Pendidikan


Dengan pembaharuan atau inovasi kerikulum di maksud cara yang baru dan
kreatif dalam seleksi, organisasi, dan penggunaan sumber-sumber manusia dan
material yang diharapkan akan meningkatkan hasil-hasil berkenaan dengan tujuan
yang dirumuskan Pembaharuan adalah usaha yang disengaja dan direncanakan atas
pertimbangan dan keputusan yang matang.

41

_______, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas, Aqidah Akhlak, ,


(Jakarta: Departemen Agama, 2003) h. 16-17

43

Manusia makhluk kreatif, ingin melampaui apa yang telah dicapainya dengan
mencari dan menemukan hal-hal yang baru. Kreativitas manusia adalah salah satu
sumber pembaharuan. Pembaharuan pendidikan juga terjadi bahkan menjadi
keharusan bila terjadi perubahan sosial yang radikal misalnya oleh revolusi seperti
halnya di Rusia, Turki, dan juga Indonesia.42
Proses pembaharuan dapat dijalankan dengan : 1). Berdasarkan penelitian dan
pengembangan, 2). Interaksi Sosial, 3). Metode Pemecahan masalah.
Bagan Kriteria Umum Penilaian isi Kurikulum43
Kriteria
a. Akurat dan uptodate

b. Kemudahan

c. Kerasional

d. Esensial

e. Kemaknaan

f. Keberhasilan

g. Keseimbangan

h. Kepraktisan

Sasaran
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan penemuan-penemuan baru dalam
bidang teknologi
Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan
memperoleh data
Mengembangkan kemampuan berfikir
rasional, bebas, logis
Untuk
mengembangkan
moralitas
penggunaan pengetahuan
Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial
bahan sosial
Merupakan ukuran keberhasilan untuk
mempengaruhi tingkah laku siswa.
Mengembangkan pribadi siswa secara
seimbang dan menyeluruh
Mengarahkan tindakan sehari-hari dan
untuk pelajaran berikutnya

Relevansi pendidikan dengan kehidupan masyarakat juga merupakan dasar


fikiran kurikulum yang menggunakan fungsi-fungsi sosial yang diajarkan adalah

42
43

Nasution, Op.Cit, h. 157


Harjanto, Op.Cit, h. 223

44

hal-hal yang berkenaan dengan pusat-pusat kegiatan manusia dalam hidupnya antara
lain:
1. Perlindungan, pelestarian hidup, harta, dan kekayaan alam.
2. Produksi barang dan jasa serta distribusi hasil-hasil produksi
3. Ekspresi rasa keindahan
4. Ekspresi rasa keagamaan
5. Pendidikan
6. Integrasi pribadi individu
7. Perluasan kebebasan
Hubungan erat yang diinginkan dalam kurikulum juga diusahakan dalam
kurikulum yang berdasarkan apa yang disebut pesantren life situation yaitu situasisituasi dan masalah hidup yang dihadapi manusia sepanjang masa, seperti halnya
pendekatan major areas of living terdahulu dengan pen sistent life situation
dimaksud situasi-situasi yang persistent yaitu senantiasa muncul kembali dalam
hidup manusia.44
Masalah ini sangat ditentukan oleh sistem pendidikan nasional formal, non
formal maupun informal maupun yang meliputi setiap aspek kehidupan manusia
Indonesia yang utuh. Dalam pendidikan nasional kita, maka swasta pun mempunyai
peranan di samping pemerintah dalam hal pendidikan formal.45

44

Nasution, Op.Cit, h. 56-57


Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1986), h. 81
45

45

Berhubungan dengan hasil studi tentang anak Lester D. Crow dan Alice Crow
menyarankan hubungan kurikulum dan anak sebagai berikut:
1. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2. Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk
menghadapi kebutuhannya masa mendatang.
3. Anak hendaknya di dorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak
sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4. Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan
anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan
orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.46
Di Indonesia, dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali
beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984, 1994, dan
terakhir (kemungkinan) tahun 2004 untuk pemberlakuan kurikulum berbasis
kompetisi (KBK). Kurikulum 1994 mulai dilaksanakan tahun 1995 dan hingga saat
ini masih digunakan sampai ditetapkannya kurikulum baru.47
Dari pengalaman selama ini yang terungkap bahwa letak kelemahan
kurikulum di Indonesia terutama pada bagaimana kurikulum tersebut di
implementasikan secara sungguh-sungguh sehingga memberikan nilai tambah yang
nyata bagi peningkatan mutu pendidikan. Dalam penjelasan pasal 34 ayat (5) RUU
46

Nasution, Op.Cit, h. 80-81


Rohmat Mulyana, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 173
47

46

Sisdiknas (versi 21 Januari 2003) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan


menganut modal KBK sebagaimana dikutip berikut ini. kerangka dasar kurikulum
meliputi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, visi dan misi jenjang pendidikan,
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, silabus,
struktur persekolahan dan program, dan pendukung pelaksanaan kurikulum dan
penilaian. Akan tetapi dalam draft terakhir yang disetujui oleh DPR-RI tanggal 11
Juni 2003 (kini telah di undangkan menjadi UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).48

E. Fungsi Pembaharuan Kurikulum


Pembaharuan atau inovasi kurikulum dimaksud dengan cara yang baru dan
kreatif dalam seleksi, organisasi, dan penggunaan sumber-sumber manusia dan
material yang diharapkan akan meningkatkan hasil-hasil berkenaan dengan tujuan
yang telah dirumuskan.49
Pembaharuan

ada

perbedaannya

dengan

perubahan

sekalipun

tiap

pembaharuan merupakan perubahan. Pembaharuan adalah usaha yang disengaja dan


direncanakan atas pertimbangan dan keputusan yang matang. Proses pembaharuan
dapat dijalankan dengan:
1. Berdasarkan penelitian dan pengembangan
2. Interaksi Sosial

48
49

Ibid, h. 185
Nasution, Op.Cit, h. 155-156

47

3. Metode pemecahan masalah50


Secara rasional dan logis tiap pembaharuan hendaknya didasarkan atas hasil
penelitian dan pengembangan. Namun banyak pembaharuan dijalankan tanpa
didahului oleh penelitian.
Cara kedua ialah melalui interaksi sosial yang meniru apa yang dilakukan
orang lain di sekolah lain atau di negara lain. Interaksi antar kelas bahkan antar kelas.
Sebenarnya bukan sesuatu yang lazim atau umum.
Cara ketiga ialah mencobakan hal-hal baru untuk memecahkan masalah
pengajaran yang dihadapi. Mencoba metode baru memerlukan keberanian dan resiko
akan mendapat kritik atau ejekkan.51
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama,
prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum yaitu,
relevan ke luar dan relevansi ke dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar
maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Prinsip kedua
adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel
kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang. Di
sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda.

50
51

Ibid, h. 156-159
Ibid, h. 159

48

Prinsip ketiga adalah kontinuitas yaitu kesinambungan perkembangan dan


proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan bunga, tidak berputusputus atau berhenti.
Prinsip ke empat adalah praktis, mudah dilaksanakan menggunakan alat-alat
sederhana dan biaya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efesiensi.
Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah,
sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas.52
Untuk memantapkan pemahaman-pemahaman dan pengembangan SKKD,
berikut disajikan model-model pengembangan kurikulum, yang merupakan hasil
penelitian berbagai ahli pendidikan dan ahli kurikulum di berbagai negara model ini
disajikan untuk memperkaya pemahaman tentang pengembangan kurikulum,
sehingga kita benar-benar siap untuk menerapkan kurikulum baru.53
Pengembangan kurikulum model administratif, inisiatifnya menggunakan
prosedur administratif sehingga dinas pendidikan memiliki beberapa komisi, dari
komisi tingkat atas (BSNP atau Pusku) yang menentukan kebijakan kurikulum
sampai komisi tingkat bawah yang melaksanakan kurikulum tersebut dalam kegiatan
pembelajaran.54
2. Modul Akar Rumput (grass-roots)

52

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:


Remaja Rosda Karya, 2005), h. 150-151
53
Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandung: PT. Remaj Rosda Karya, 2006), h.
98-99
54
Ibid, h. 99

49

Model akar rumput yang berorientasi demokratis mengakui dua hal sebagai
berikut: 1) kurikulum hanya dapat di implementasikan dengan sukses bila guru
dilibatkan dalam proses penyusunan dan pengembangannya. 2). Tidak hanya orangorang profesional, tetapi peserta didik, guru dan anggota masyarakat lainnya harus
dilibatkan dalam proses perencanaan kurikulum.
Pentingnya guru sebagai kunci keberhasilan penerapan kurikulum di gambar
dalam empat prinsip yang mendasar gras roots model:
1. Kurikulum akan meningkat bila kompetensi profesional guru meningkat.
2. Kompetensi guru akan meningkat bila mereka terlibat secara pribadi dalam
masalah-masalah perubahan dan perbaikan kurikulum.
3. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan perbaikan kurikulum sampai dengan
penilaian hasilnya akan sangat meningkatkan keyakinan.
4. Dalam kelompok tatap muka, guru akan dapat memahami satu sama lain secara
lebih baik dan memperkaya konsensus pada prinsip-prinsip dasar, tujuan, dan
rencana pembelajaran.55

Dalam Islam, kurikulum pendidikan pesantren harus berdasarkan aqidah


Islam. Tujuan kurikulum dan pendidikan Islam adalah membekali akal, dengan
pemikiran dan ide. Ide yang sehat baik itu mengenai aqoid (cabang-cabang aqidah).
Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar
yang diatur dengan sistematis. Metode yang diterima anak untuk mencapai tujuan
kurikulum. Pengembangan kurikulum di dasarkan atas asas-asas yakni asas Pilosofis,
55

Ibid, h. 100

50

asas Sosiologis, asas Organisatoris, asas Psikologis, inovasi Kurikulum Pesantren


many people asses that education system indonesia until this day lack of capability if
reot, fair to realize the target of national, education development which is developing
Indonesian holistic human being, increased student fight, drug conception and
circulation lack of child, respect to teacher and parent, the emergoing of tribel egois
and that lead to separatism, moral law linnes of ail government body are indication
supporting assement abover. Untuk membangn pengembangan kurikulum dan
program pengajaran. Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus ada dalam penyusunan
kurikulum diantaranya: 1). Tujuan yang di kehendaki harus jelas, makin operasional
tujuan makin mudah terlihat dan makin tepat, program-program yang di kembangkan.
2). Program harus sederhana dan fleksibel, 3). Program-program yang di susun dan di
kembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan, 4). Program yang di
kembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya. 5). Harus ada
koordinasi antar komponen pelaksanaan program di sekolah.
Dalam membuat kurikulum kaum muslim harus memandang ke depan dan ke
atas demi kehidupan akhirat. Pandangan ini mengacu pada al-Quran, surat al-Qashas
ayat 77. dan carilah apa yang telah dianugerakan kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu (kehidupan duniawi).
Perubahan dan pembaharuan kurikulum
Dalam perubahan kurikulum termasuk implementasi kurikulum 2004,
sedikitnya terdapat 7 (tujuh) jurus yang perlu diperhatikan dalam mensukseskan
implementasi kurikulum 2004. Ketujuh tersebut adalah mensosialisasikan perubahan

51

kurikulum di sekolah, menciptakan lingkungan yang kondusif, mengembangkan


fasilitas dan sumber belajar, mendisiplinkan peserta didik, mengembangkan
kemandirian kepala sekolah, mengubah paradigma (pola pikir) guru, serta
memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah.
Dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004, pendayagunaan fasilitas
dan sumber belajar memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses
pembelajaran yang akan ditempuh.
2. Merupakan pemandu secara teknis dan langkah operasional untuk menelusuri
secara lebih teliti menuju pada pembentukan kompetensi secara tuntas.
3. Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan
kompetensi dasar yang akan dikembangkan.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada kompetensi
tertentu berupa panduan pengetahuan keterampilan dan sikap yang dapat di
demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap apa yang
dipelajari.
Depdiknas melukiskan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
sebagai berikut:
Konteks pendidikan otonomi daerah, pengembangan daerah,
pembangunan berkelanjutan, kompetensi standar kehidupan
demokratis, globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, ekonomi berbasis pengetahuan HAM

Landasan Filosofis
Pancasila
Pengembangan
Silabus

Rekonseptualisasi
Kurikulum

Kurikulum Berbasis
Kompetensi

Seleksi materi
Penilaian Berbasis
Implementasi
(badivessiulkasi)
Sekolah kurikulum

Kegiatan
Pemantauan
Belajar
Mengajar
kurikulum

52

Kompetensi dan
Hasil Belajar

Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah


Perbedaan KBK dengan Kurikulum 1994
No
1

Kurikulum 1994
Menggunakan pendekatan
penggunaan ilmu pengetahuan
yang menekanakan pada atau
materi berupa pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi yang diambil
dari bidang-bidang ilmu
pengetahuan.

Standar akademis yang diterapkan


secara seragam bagi setiap peserta
didik

Berbasis konten, sehingga peserta


didik dipandang sebagai kertas
putih yang perlu diteliti dengan
sejumlah ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge)

Pengembangan kurikulum
dilakukan secara sentralisasi,

Kurikulum Berbasis Kompetensi


Menggunakan pendekatan kompetensi,
menekankan pada pemahaman,
kemampuan, atau kompetensi tertentu
di sekolah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang ada di masyarakat

Standar kompetensi yang


memperhatikan individu, baik
kemampuan kecepatan belajar maupun
konteks sosial budaya
Berbasis kompetensi sehingga peserta
didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari
seluruh aspek kepribadian, sebagai
pemekaran terhadap potensi-potensi
bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara desentralisasi, sehingga
pemerintah dan masyarakat bersama-

53

sehingga Depdiknas memonopoli


pengembangan ide dan konsepsi
kurikulum
5

Materi yang dikembangkan dan


diajarkan di sekolah sering kali
tidak sesuai dengan potensi
sekolah, kebutuhan dan
kemampuan peserta didik, serta
kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah

Guru merupakan kurikulum yang


menentukan segala sesuatu yang
terjadi di dalam kelas.

Pengetahuan keterampilan dan


sikap di kembangkan melalui
latihan, seperti latihan
mengerjakan soal

Pembelajaran cenderung hanya


dilakukan di dalam kelas, atau di
batasi oleh empat dinding kelas.
Evaluasi nasional yang tidak
menyentuh aspek-aspek
kepribadian peserta didik

sama menentukan stadar pendidikan


yang dituangkan dalam kurikulum
Sekolah diberikan keleluasaan untuk
menyusun dan mengembangkan
silabus mata pelajaran sehingga dapat
mengakomodasi potensi sekolah.
Kebutuhan dan kemampuan peserta
didik serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.
Guru sebagai fasilitator yang
mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar
peserta didik
Pengetahuan, keterampilan dan sikap
dikembangkan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk
kompetensi individual.
Pembelajaran yang dilakukan
mendorong terjadinya kerjasama
antara sekolah, masyarakat dan dunia
kerja
Evaluasi berbasis kelas yang
menekankan pada proses dan hasil
belajar.

Revisi pengembangan tingkat satuan pendidikan, adalah upaya untuk selalu


mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kualitas pendidikan yang ada di
madrasah, ataupun proses perubahan sebagai berikut:
1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan ini bisa direvisi dan diubah apabila ada
perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan menengah.

54

2. Kurikulum

tingkat

satuan

pendidikan

direvisi

dan

diubah

dengan

mempertimbangkan masukan dan tim penyusun KTSP yang dibentuk madrasah


dengan melibatkan elemen yang dibutuhkan.
3. Apabila tidak ada perubahan kurikulum pendidikan menengah secara nasional
oleh pemerintah, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan ini setidak-tidaknya
dan dibuat serta dikaji pada setiap awal tahun pelajaran baru.
Pemilihan atau penentuan program ditentukan pada soal kenaikan kelas
dengan dibagi 4 program yaitu IPA, IPS, Bahasa dan Keagamaan sesuai dengan
kriteria pemilihan atau penentuan program dan ditetapkan pada rapat pleno dewan
pendidikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan program peserta didik
adalah sebagai berikut:
1. Waktu pemilihan atau penentuan program
2. Kriteria pemilihan atua penentuan program-program studi meliputi nilai
akademik, minat peserta didik, masukan dan saran dari guru bimbingan dan
konseling berdasarkan hasil, tes. Adapun alokasi waktu pada kalender pendidikan
adalah sebagai berikut:
No
Kegiatan
1
Minggu efektif belajar

Alokasi Waktu
Minimum 34 minggu
dan maksimum 38
minggu

Keterangan
Digunakan untuk
kegiatan
pembelajaran
efektif pada setiap
satuan pendidikan

Maksimum 2 minggu

Satu minggu

Jeda tengah semester

55

setiap semester
3

Libur akhir tahun pelajaran

Maksimum 3 minggu

Digunakan untuk
penyiapan
kegiatan
administrasi

Anda mungkin juga menyukai