PENDAHULUAN
1.1.
perusahaan. Menurut Rizqia et. al..(2013) dalam Gayatri dan Mustanda, kebijakan
pendanaan memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan menurut
Artini dan Anik(2011) dalam Gayatri dan Mustanda, dimana kebijakan pendanaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi, dan
umumnya khusus untuk perusahaan asuransi ada ketetapan dari pemerintah mengenai
rasio resiko dengan modal dari perusahaan asuransi yaitu Risk Based Capital (RBC).
Risk Based Capital (RBC) adalah merupakan rasio antara resiko yang ditanggung
dengan modal dari perusahaan asuransi. RBC merupakan rasio yang ditetapkan oleh
pemerintah dan harus dipatuhi oleh perusahaan asuransi karena usaha asuransi adalah
usaha pengalihan resiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat
resiko jika tidak dikelola dengan baik. Asuransi di ibaratkan seperti sebuah payung yang
bisa memberi perlindungan keuangan atas resiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan
ini. Industri asuransi juga merupakan lembaga keuangan karena memiliki beberapa
fungsi yaitu menarik uang dari dan menyalurkan kepada masyarakat (Wijaya 2003
dalam Fitriani,2009).
Asuransi dalam UU No. 2 Th 1992 adalah perjanjian antara kedua belah pihak
atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasrkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Hasil penelitian Neny (2004) menunjukkan pentingnya pengawasan kinerja
terhadap perusahaan-perusahaan dalam industri asuransi. Alasan utama pengawasan
tersebut adalah adanya fakta bahwa seluruh nilai (value) dari janji (promise) yang di
jual kepada masyarakat oleh perusahaan asuransi adalah terletak pada kondisi
perusahaan di masa yang akan datang, sehingga perlu kinerja dan peningkatan nilai
perusahaan dalam industri asuransi agar dapat memberikan rasa aman kepada
masyarakat. Nilai perusahaan merupakan persepsi atau gambaran kepercayaan investor
terhadap perusahaan, dan merupakan indikator pasar menilai perusahaan secara
keseluruhan(Nurlela dan Ishaluddin, 2008 dalam Kusumadilaga, 2010). Nilai
Perusahaan merupakan cerminan dari harga saham perusahaan, semakin tinggi harga
saham sebuah perusahaan, maka semakin tinggi Nilai Perusahaan tersebut.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemudahan perusahaan
dalam memperoleh pendanaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Penelitian
yang dilakukan oleh Rachmawati, et.al (2007) ukuran perusahaan dinyatakan
berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun ukuran
perusahaan mempunyai nilai negatif dan signifikan oleh Siallagan dan Masud (2006).
Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
melalui semua kegiatan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal dan
jumlah karyawan. Semua perusahaan akan berusaha meningkatkan laba karena kondisi
roda perekonomian selalu mengalami perubahan sehingga akan mendorong persaingan
bisnis yang semakin kompetitif. Laba dapat dijadikan sebagai suatu alat pengendalian
bagi manajemen, juga dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target,
budget, koordinasi, serta evaluasi hasil pelaksanaan operasional perusahaan dan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
Manajer harus berupaya meningkatkan laba perusahaannya dengan melakukan
ekspansi besar-besaran terhadap usahanya. Perusahaan harus tetap tumbuh agar
senantiasa dapat memberikan kemakmuran yang lebih tinggi bagi para pemilik saham.
Oleh karena itu perusahaan akan senantiasa membutuhkan dana dengan jumlah yang
sangat besar untuk mendorong meningkatnya laba di perusahaan tersebut.Kebutuhan
dana dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal perusahaan.
Pada umumnya perusahaan lebih memilih menggunakan sumber pendanaan
ektsernalnya melalui utang. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan utang
maka akan timbul bunga yang berfungsi sebagai tax deductible (pengurang pajak).
Sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan tergerus akibat pengaruh bunga, dan
pajak yang dikenakan atas laba perusahaan akan menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan menggunakan ekuitas (saham). Namun yang menjadi perhatian adalah
bagaimana manajemen mampu mengelola utang sehingga memberikan keuntungan bagi
perusahaan, sebaliknya jika penggunaan dana tidak optimal akan terjadi resiko
kebangkrutan karena perusahaan tidak mampu membayar utang-utang tersebut.
Berdasarkan studi literatur diatas, masih banyak terdapat ketidak konsistenan
hasil penelitian. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji kembali utang sebagai salah
satu keputusan pendanaan dapat mempengaruhi pencapaian profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Nilai
Perusahaan, antara lain : Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kebijakan
Investasi, Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Kinerja Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan. Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan non-bank yang berperan
menghimpun dana dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi dan
memberikan perlindungan kepada masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap
kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa uang tidak pasti atau terhadap
hidup atau meninggalnya seseorang, sehingga dalam hal ini penelitian terhadap
keputusan pendanaan, ukuran perusahaan dan Risk Based Capital (RBC) terhadap dana
yang terhimpun adalah sangat penting, mengingat dana tersebut adalah dana yang dapat
memberikan perlindungan kepada masyarakat pemakai jasa asuransi.
Beberapa faktor tersebut memilki pengaruh dan hubungan yang tidak konsisten
terhadap Nilai Perusahaan, seperti :
1. Kebijakan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang dilakukan
oleh perusahaan. Sudana (2011) menyatakan bahwa,Kebijakan pendanaan berkaitan
dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai investasi
yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia, sehingga
diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efektif. Alternatif pendanaan
yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber, seperti yang
dijelaskan Keown et al.(2011) pembiayaan datang dari dua sumber utama: hutang
(kewajiban-kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan
harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Hal ini menjadi bahan
pertimbangan nilai perusahaan, karena dengan keputusan pendanaan yang baik dan
benar, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik.
(RBC) yang semakin tinggi dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan asuransi
dalam memenuhi klaim menjadi lebih tinggi dan konsumen lebih terlindungi.
pula perusahaan
4. Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan (2009), menyatakan bahwa laba perusahan
berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa
pelaporan laba perusahaan dapat merefleksikan nilai perusahaan, jika perusahaan
mengalami kerugian akan dapat menurunkan nilai perusahaan.
100%
90%
80%
2013
70%
2012
60%
2011
50%
2010
40%
2009
30%
2008
20%
2007
10%
0%
ABDA AHAP AMAG ASBI
ASDM
ASJT
ASRM PNIN
LPGI
MREI
ratio kebijakan pendanaan (DER), ukuran perusahaan (TA), laba perusahaan (PR) pada
tahun 2008 mengalami peningkatan. Sedangkan nilai saham perusahaan (PER) dan risk
based capital (RBC) mengalami penurunan dan nilai perusahaan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2013 dengan penurunan pada DER dan
peningkatan pada ukuran perusahaan, RBC perusahaan dan laba perusahaan.
PT.Asuransi Harta Aman Pratama Tbk dapat dilihat ukuran perusahaan (TA)
dan nilai perusahaan (PER) dan laba perusahaan (PR) tahun 2011 mengalami
peningkatan, akan tetapi kebijakan pendanaan (DER) dan risk based capital (RBC)
mengalami penurunan dan nilai perusahaan mengalami penurunan yang signikan dari
tahun 2007 ke tahun - tahun berikutnya akan tetapi tidak diikuti dengan penurunan
DER, RBC yang signifikan.
PT. Paninvest Tbk dapat di lihat bahwa ukuran perusahaan (TA), laba
perusahaan(PR) dan nilai perusahaan (PER) di tahun 2013 mengalami peningkatan,
akan tetapi debt to equity ratio (DER), risk based capital (RBC) mengalami penurunan,
nilai perusahaan hanya mengalami penurunan yang relatif tidak berbeda jauh disertai
dengan penurunan DER, RBC.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh kebijakan pendanaan, risk based capital (RBC)
dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan asuransi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan laba perusahaan sebagai variable moderating.
1.2.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
memoderasi hubungan
antara kebijakan pendanaan, risk based capital (RBC), ukuran perusahaan, dengan nilai
perusahaan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4.
Manfaat penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan
juga baik. Dengan kinerja yang baik akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi,
dan dapat meningkatkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham sehingga akan
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai Perusahaan merupakan suatu variabel yang
sangat penting , karena semakin tinggi nilai perusahaan semakin tinggi kemakmuran
pemegang saham (Gapens, 1996)
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan dan sering
sekali dikaitkan dengan harga saham. Harga saham tinggi, nilai perusahaan juga tinggi.
Menurut Fama(1978) dalam Untung Wahyudi et al. Nilai perusahaan akan tercermin
dari harga sahamnnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara
pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan karena harga
pasar saham dianggap cerminan dari nilai perusahaan sesungguhnya. Nilai saham yang
di bentuk dari indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang
investasi. Bagi perusahaan yang telah mempunyai saham (go public), nilai perusahaan
dapat dinilai dari nilai sahamnya. Jogiyanto (2010) menjelaskan bahwa Terdapat
beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai
pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Menurut Husnan (2006) Pengertian Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Nilai Perusahaan merupakan nilai yang di butuhkan investor untuk mengambil
keputusan investasi yang tercermin dari harga pasar perusahaan.
H arg aPerlembarSaham
LabaPerlembarSaham
NilaiPasar
H arg aSaham
Menurut Aris (2006) Tujuan Utama Perusahaan adalah sebagai berikut : Tujuan
PER (Price
Earning Ratio).
2.1.2. Kebijakan Pendanaan
Setiap emiten akan berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan agar dapat
memakmurkan investornya. cara yang diterapkan adalah dengan menetapkan berbagai
kebijakan, kebijakan perusahaan adalah merupakan keputusan - keputusan ataupun
pilihan - pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Menurut Moeljadi
(2006) Agar tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dapat tercapai, maka perlu diambil berbagai kebijakan (financial decision) yang relevan
dan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan-kebijakan
keuangan itu (Weston dan Copeland, 1992) yakni :
Dana pinjaman dan saham, merupakan sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, sedangkan laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan. (Sudana, 2011) Menurut Modigliani dan Miller (1963) dalam Haruman
(2007) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.Apabila
pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax
deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi
pemegang saham. Selain iru, penggunaan dana eksternal akan menambah pendapatan
perusahaan
yang
nantinya
akan
digunakan
untuk
kegiatan
investasi
yang
tan g
= TotalHu
TotalEkuitas
klaim yang diajukan oleh seluruh nasabah. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi, dalam pasal 2, menyatakan:
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh perseratus) dari
resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
(2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), namun memiki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus perseratus), diberikan
kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
20%. Dalam peraturan ini tidak ada pengecualian terhadap perhitungan perkiraan beban
klaim, apakah telah terjadi peristiwa yang menyebabkan kerugian yang ekstrim bagi
perusahaan atau tidak. Komponen dalam penentuan RBC terdiri atas komponen
perhitungan tingkat solvabilitas dan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM). Tingkat solvabilitas adalah melihat pada risiko likuiditas yang ditentukan oleh
asset dan kewajiban. Sedangkan BTSM mempertimbangkan risiko klaim, yaitu klaim
yang sudah terjadi dan klaim masa depan. Dengan perhitungan atau formula yang sama,
tentu hal ini akan mengakibatkan rendahnya RBC perusahaan yang terkena klaim yang
ekstrim dibandingkan dengan perusahaan yang tidak kena dampak.
Martin Grace (1993) mengatakan bahwa RBC dapat digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi kebangkrutan (insolvency). Jika perusahaan asuransi memiliki rasio RBC
di bawah ketentuan pemerintah, maka rasio ini menjadi signal yang tidak baik bagi
perusahaan asuransi yang bersangkutan .
Ditinjau dari segi hukum, pemerintah telah memberikan payung hukum untuk
melindungi kepentingan nasabah perusahaan asuransi dengan menetapkan Risk Based
Capital (RBC). Sehingga diharapkan perusahaan asuransi memiliki kekuatan modal
yang cukup dan dapat menghindarkan resiko merugikan nasabahnya dalam hal terjadi
masalah ataupun kerugian sebagai akibat dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan RBC sebagai salah satu
variabel independen dalam meneliti pengaruh variabel RBC terhadap Nilai Perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
2.1.4.
Ukuran Perusahaan
Menurut (Ferry dan Jones, 1979 dalam Panjaitan: 2004), ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat di klasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara, antara lain :
1. Total aktiva
2. Penjualan
3. Log size
4. Nilai pasar saham
5. Kapitalisasi pasar
6. Dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi .
Menurut Sawir (2001) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari
struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Pertama,
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana
dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal. Kedua,
ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan.
Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang.
Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan
kontrak. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba .
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko (2008)
mengemukakan bahwa: Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin
besar aset biasanya perusahaan tersebut semakin besar. Selanjutnya, Yogiyanto (2010)
menyatakan bahwa :Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan,
ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Sementara itu, untuk
menghitung nilai total asset, Asnawi (2005) mengemukakan bahwa: Nilai total asset
biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk
itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.Berdasarkan uraian di atas,
maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva
tesebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma digunakan untuk
memperhalus asset karena nilai dari asset tersebut yang sangat besar dibanding variabel
keuangan lainnya.
Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan kepada Log Total
Aset Perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan, dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2007).
Semakin besar aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang
ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak
juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan di kenal oleh masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
2.1.5. Laba perusahaan ( PR )
Menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam laporan
keuangan karena berbagai alasan antara lain laba merupakan dasar dalam perhitungan
pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,
dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa
yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah laba. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua
cara, dari segi ilmu ekonomi, laba adalah peningkatan kekayaan seorang investor atas
hasil penanam modalnya setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut, sedangkan dari segi ilmu akuntansi didefinisikan sebagai
selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi. Dalam hal ini, peneliti
memproksikan pengukuran laba dari segi ilmu akuntansi dengan konsep laba yang
diikuti perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 2.1
2.3. Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Pengaruh Kebijakan
Dividen,Kebijakan
Hutang,Keputusan
Investasi dan Kepemilikan Insider ter
Hadap Nilai Perusahaan
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi
Kepemilikan Insider
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
kebijakan perusahaan
(insentif,leverage )
Variabel Intervening :
Kinerja Perusahaan
Dimas Prasetyo,
Zahroh Z.A.
Devi Farah Azizah
(2012)
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Elva Nuraina
(2012)
Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Kebijakan Hutang dan
Nilai Perusahaan
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Kebijakan Hutang
Variabel Independen:
Kepemilikan Institusional
Ukuran Perusahaan
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Dividen
Kebijakan perusahaan(
insentif manajer,leverage keuangan)berpengaruh positif terhadap Kinerja perusahaan, dan Kinerja perusa
-haan mempunyai pengaruh langsung dan
Positif terhadap Nilai
Perusahaan.
Keputusan Investasi
dan Keputusan Pendanaan berpengaruh sesecara signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Institusional berpengaruh signiterhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan
Hutang, Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap Nilai PeruSahaan dan tidak ber
Pengaruh terhadap
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan,
dan Kebijakan Dividen berpengaruh posi
-tif terhadap Nilai
Perusahaan.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konsep
Nilai dari sebuah perusahaan pada umumnya di pengaruhi oleh berbagai faktor
Kebijakan
Pendanaan
(DER) X1
Nilaiperusahaan
(PER) Y
Total Aset (TA)
X2
Laba perusahaan (PR)
X4
Risk Based
Capital (RBC) X3
Penelitian ini merupakan suatu kajian ilmiah yang berangkat dari berbagai
konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya.
Menurut
Mardiyati, et. Al, (2012) Kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi berbeda dengan pendapat Jusriani dan Shiddiq
(2013) mengatakan bahwa kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio (DER) diperoleh tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Peneliti menggunakan rasio Kebijakan pendanaan (DER) untuk meneliti
pengaruh kebijakan pendanaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Menghasilkan laba merupakan tujuan seluruh perusahaan termasuk juga
perusahaan asuransi. Dengan dikeluarkannya penetapan Batas tingkat Solvabilitas (Risk
Based Capital) yang harus dimiliki oleh perusahaan asuransi, maka akan mempengaruhi
tingkat laba yang dapat dihasilkan perusahaan asuransi tersebut. Risk Based Capital
adalah modal minimum yang harus disediakan oleh setiap asuransi atau perusahaan
reasuransi untuk menutup setiap kemungkinan kegagalan pengelolaan asset dan
berbagai resiko lainnya. Dan merupakan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.06/2004. Menurut Wulandari (2011) ada pengaruh yang signifikan dari
tingkat Risk Based Capital terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Kirmizi
(2011) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat Risk Based Capital terhadap
nilai perusahaan.
3.2.
Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konseptual dan landasan teori yang telah dikemukakan
2.
BAB IV
METODE PENELITIAN
untuk
purposive
adalah pemilihan
Tabel 4.1.
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Asuransi Tahun 2007 -2013
No.
Kode
Saham
Nama Emiten
Kriteria Sampel
1
2
3
Sampel
1.
ABDA
2.
AHAP
3.
AMAG
4.
ASBI
5.
ASDM
6.
ASMI
7.
ASJT
8.
ASRM
9.
PNIN
Paninvest Tbk
10.
LPGI
11.
MREI
10
Sumber : www.idx.co.id
Sampel
PER
H arg aperlembarSaham
LabaPerlembarSaham
Keterangan :
PER = Nilai Perusahaan
Harga = Harga Pasar perlembar saham
EPS
TotalHu tan g
Keterangan :
DER
= Debt To Equity
Total Hutang = Jumlah semua Hutang Perusahaan di Neraca sebelah Pasiva
Total Ekuitas = Jumlah semua modal Perusahaan di Neraca sebelah Pasiva
Risk Based Capital (RBC), variabel Independen
solvabilitas yang harus
(X3) adalah
ratio tingkat
dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Ukuran Perusahan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : UkuranPerusahaan = TA
4.5.3. Variabel Moderating
Variabel
Kebijakan
Pendanaan
(DER) (X1)
modal
Ukuran
Perusahaan
(TA) (X2)
Risk Based
Capital (RBC)
(X3)
DER =
Skala ukuran
TotalHu tan g
TotalEkuitas
UkuranPerusahaan = TA
Rasio
Rasio
Rasio
Batas tingkat solvabilitas Min.
Laba perusahaan =
Penjualan total biaya
PER = LabaPerlembarSaham
Rasio
H arg aperlembarSaham
Nilai
Perusahaan
(Y)
Rasio
dideteksi dengan grafik atau uji statistik. Analisis grafik dapat dilihat melalui grafik
normal probability plot dan grafik histogram. Selain dengan Analisis Grafik, uji
Normalitas dapat juga dilihat pada uji Kolmogrov-Smirnov, dimana pedoman yang
digunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah :
* Jika nilai signifikan > 0,05 maka distibusi normal
* Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi tidak normal
b. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol
(Gozali, 2011). Model regresi yang baik adalah bebas dari multikolinieritas. Untuk
mendeteksinya dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai
toleransi. Regresi yang bebas multikolinieritas adalah jika VIF < 10 serta nilai
Tolerance > 0,1.
c. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variansnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik
scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Sebaliknya
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Selain dengan grafik scatterplot, uji heteroskedastisitas dapat
juga dideteksi dengan uji glejser dengan meregresikan nilai absolute resdidual
terhadap variabel independen dengan kriteria sebagai berikut :
* Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hipotesis Nol
Tabel 4.3
Kriteria Uji Durbin Watson
Keputusan
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tidak ditolak
Jika
0 < d < dl
dl
du
4 dl < d < 4
4 du
4 dl
du < d < 4 du
= Nilai perusahaan
= Konstanta
= Kebijakan pendanaan
RBC
TA
= Ukuran perusahaan
PR
= laba perusahaan
= Error
hitung
> F
tabel
diterima dan Ho ditolak. Berarti ada variabel independen secara bersama sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
- Jika F
hitung
< F
tabel
Jika t
hitung
>t
tabel
diterima dan Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
-
Jika t
hitung
<t
tabel
diterima dan Ha ditolak. Berarti ada pengaruh yang tidak signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
2. Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji
interaksi. Uji interaksi bertujuan untuk menentukan apakah variabel yang digunakan
sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen dengan membuat perkalian antar
variabel independen. Menurut Ghozali (2009:200), jika variabel moderasi merupakan
moderating variabel, maka hasil interaksi antara variabel independen dengan variabel
moderasi harus signifikan pada 0,05 atau 0,10. Dalam penelitian ini, tingkat signifikasi
yang digunakan adalah 0,05.
Hipotesis kedua yaitu laba perusahaan dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan kebijakan pendanaan yang diproxikan oleh DER, risk based capital, ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui PER pada perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun model regresi yang dipakai dalam hipotesis kedua ini adalah sebagai
berikut:
PER = + 1.DER + 2.RBC + 3.TA + 4.PR + 5.DER.PR + 6.RBC.PR + 7.TA.PR
+
Keterangan:
PER
= Nilai perusahaan
= Konstanta
= Kebijakan pendanaan
RBC
TA
= Ukuran perusahaan
PR
= Laba perusahaan
= Error
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
(maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean), dan standar deviasi dari setiap
variabel yang diteliti yaitu Kebijakan pendanaan (DER), Risk Based Capital (RBC),
Ukuran perusahaan (TA), variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (PER) , dan
variabel moderating yaitu Laba Perusahaan (PR). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel
5.1.
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DER (Ratio)
70
.03
5.89
1.5241
1.28504
RBC (%)
70
46.72
3269.46
314.5949
414.88791
TA (Rp.M)
70
6.81
2153.35
515.9218
478.52211
PR (Rp.M)
70
.31
155.40
30.4028
36.16122
70
.72
98.09
7.8396
12.23612
Valid N (listwise)
70
RBC sebesar 314,5949 dengan nilai standar deviasi sebesar 414,88791 Emiten yang
memiliki nilai RBC minimum adalah Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) pada tahun
2009.Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Lippo General Insurance Tbk
pada tahun 2009.
Ukuran perusahaan (TA) perusahaan asurasni yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2013 memiliki nilai terendah 6,81 dan nilai tertinggi sebesar 2153,35. Rata-rata
total utang sebesar 515,9218 dengan nilai standar deviasi sebesar 478,52211. Emiten
yang memiliki nilai Size minimum adalah Paninvest Tbk (PNIN) pada tahun 2008.Dan
emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Bina Dana Artha Tbk (ABDA)
pada tahun 2013.
Laba perusahaan (PR) perusahaan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI
pada tahun 2007-2013 memiliki nilai terendah 0,31, dan nilai tertinggi sebesar 155,4.
Rata-rata laba perusahaan sebesar 30,4028 dengan nilai standar deviasi sebesar
36,16122. Emiten yang memiliki nilai Profit minimum adalah PaninvestTbk (PNIN)
pada tahun 2008. Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Multi
Artha GunaTbk (AMAG) pada tahun 2012.
Nilai perusahaan (PER) perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2013 memiliki nilai terendah 0,72 dan nilai tertinggi sebesar 098,09 Rata-rata nilai
perusahaan sebesar 7,8396dengan nilai standar deviasi sebesar 12,23612 Emiten yang
memiliki nilai PER minimum adalah Asuransi RamayanTbk (ASRM) pada tahun
2008.Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Harta Aman
PratamaTbk (AHAP) pada tahun 2007.
5.2.
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala
multikolonieritas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan estimasi
yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) yakni tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.
Hasil uji normalitas melalui alternatif kedua yaitu grafik histogram pada Gambar
5.2.memperlihatkan bahwa distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang
tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan atau dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
Tabel 5.2.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
70
Normal
Mean
a,b
.0000000
Parameters
Std. Deviation
Most Extreme
Absolute
.227
Differences
Positive
.227
Negative
-.208
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
11.12807520
1.901
.001
Tabel 5.3
Setelah data di transform logaritma
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
70
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.59946040
Absolute
.079
Positive
.060
Negative
-.079
Kolmogorov-Smirnov Z
.659
.777
Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolonieritas setelah transformasi logaritma
Coefficients
Standardi
zed
Unstandardized
Coefficient
Coefficients
Model
1
Std. Error
Beta
1.198
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
2.213
lnx1
-.174 .122
-.190
-1.422 .160
.686
1.457
lnx2
-.374 .168
-.297
-2.226 .030
.685
1.459
lnx3
.518
.872
2.904 .005
.136
7.371
lnx4
-.545 .162
-3.370 .001
.143
6.994
.178
1.847 .069
-.986
Dari hasil pengujian pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa variable Lnx1 DER (Kebijakan
pendanaan), lnX2 RBC (Risk BasedCapital), ln X3 Ukuran Perusahaan( TA ) dan ln X4
PR( memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan model
regresi bebas multikolonieritas, yang artinya ada tidak korelasi antar variabel
independen.
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Heteroskedastisitas
dapat dilihat melalui grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 5.5
Grafik Scatterplot
Setelah data di transform logaritma
Pada gambar scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak membentuk pola tertentu atau
tidak teratur.Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi sehingga model regresi layak dipakai.
5.2.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan
dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
mengandung autokorelasi yaitu tidak terdapat korelasi antar variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel pengganggu lainnya pada periode sebelumnya. Hasil
pengujian Autokorelasi dapat dilihat melalui Tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
.452
R Square
a
Adjusted R
Square
Estimate
.205
.156
Durbin-Watson
0.75126
1.795
Hasil pengujian Autokorelasi pada Tabel 5.5 menunjukkan nilai statistik Durbin
Watson (DW) sebesar 1,795. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikansi 5 %, jumlah sampel (n) = 70. Dan jumlah variabel
independen (k) = 4 diketahui bahwa nilai dL = 1,4758 dan nilai dU = 1,7319. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa :
dU = 1,7319, DW (d) = 1,795 maka dU DW (d) = 1,7319 1,795
4 dU = 4 1,7319 = 2,2681
Nilai DW (d) 4 dU = 1,795 2,2681
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh kesimpulan bahwa tidak
ada autokorelasi negatif maupun positif pada model regresi.
5.3.
Pengujian Hipotesis
Tabel 5.7
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
Model
Std. Error
(Constant)
12.951
3.106
DER (Ratio)
-1.727
1.384
Standardized Coefficients
Beta
-.181
RBC (%)
-.005 .004
-.176
TA (Rp.M)
.002 .007
.079
PR (Rp.M)
-.062 .085
-.183
Berdasarkan Tabel 5.7 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 12.951- 1.727 DER- 0,005 RBC + 0,002 TA 0.062 PR
Keterangan :
DER
Kebijakan pendanaan
RBC
TA
Ukuran Perusahaan
PR
Laba Perusahaan
maka akan menurunkan PER sebesar 172.7 % dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
3. Nilai b2 = 0,002
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai RBC berpengaruh positif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat 1%,
maka akan menaikkan PER sebesar 0,2% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.006
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai TA berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%, maka
akan menurunkan PER sebesar 0.6% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -0,062
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai PR berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika Profit meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 6,2% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
a.
atau serempak seluruh variabel independen yaitu Kebijakan pendanaan( DER), Risk
based Capital (RBC), Ukuran Perusahaan (TA), dan Laba perusahaan (PR) terhadap
variabel dependen yaitu Nilai perusahaan (PER). Hasil Uji statistik F adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.8
Uji Statistik F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
545.852
9785.013
65
10330.865
69
136.463 .906
Sig.
.466
150.539
Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji F, diperoleh bahwa nilai F
hitung
adalah 0,906 dengan tingkat signifikansi 0,466 (lebih besar dibandingkan 0,05).
tabel
hitung<
yaitu DER, RBC, TA, dan PR tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu PER.
b.
independen, yaitu DER, RBC, TA, dan PR secara parsial (individual) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu PER. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.9 berikut ini
Tabel 5.9
Uji Statistik t
Coefficienta
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
Coefficients
Std. Error
Beta
Sig.
(Constant)
12.951
3.106
4.170 .000
DER (Ratio)
-1.727
1.384
-.181
-1.248 .217
RBC (%)
-.005
.004
-.176
-1.368 .176
TA (Rp.M)
.002
.007
.079
.301 .765
PR (Rp.M)
-.062
.085
-.183
-.728 .469
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-1,248< t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel DER (Kebijakan
pendanaan) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai
perusahaan (PER).
2. Pengaruh RBC terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel RBC diperoleh t
hitung
signifikansi sebesar 0,176 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-1,368< t
tabel
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel RBC (Risk Based
Capital) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai
Perusahaan (PER).
hitung
signifikansi sebesar 0,765 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
0,301< t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
hitung
signifikansi sebesar 0,469 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-0,728< t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel PR (Laba perusahaan)
secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai perusahaan
(PER).
a. Koefisien Determinasi
Berdasarkan uji Hipotesis (Uji F) diperoleh bahwa DER (Kebijakan hutang),
RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran perusahaan), dan PR (Laba perusahaan )
mempunyai pengaruh terhadap Nilai perusahaan (DER).
Tabel 5.10
Koefisien Determinasi
Model
1
R
.416
R Square
Adjusted R Square
.173
0.80
11.73948
Pada Tabel 5.10 angka R Square sebesar 0,173 menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara DER (Kebijakan pendanaan), RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran
perusahaan), PR( laba perusahaan) terhadap Nilai perusahaan adalah sebesar 17.3%.
Untuk nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0.173. Nilai ini mengindikasikan
bahwa 17,3% variasi atau perubahan dalam Nilai perusahaan (PER) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel DER, RBC, TA, PR, Sedangkan sisanya sebesar 82,7% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.3.1.1.Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Setelah data ditranform
Hasil analisis regresi setelah data ditransform dapat dilihat pada Tabel 5.11
sebagai berikut :
Tabel 5.11
Hasil Analisis Regresi
Setelah data ditransform
Unstandardized Coefficients
Model
Std. Error
Standardized Coefficients
Beta
(Constant)
2.213
1.198
Lnx1 (Ratio)
-.174 .122
-.190
Lnx2 (%)
-.374 .168
-.297
Lnx3(Rp.M)
.518 .178
.872
Lnx4 (Rp.M)
-.545 .162
-.986
Berdasarkan Tabel 5.11 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 2.213- 0,174 DER- 0,374 RBC + 0,518 TA 0.545 PR
Keterangan :
Ln x1
Ln x2
Ln x3
Ln x4
4. Nilai b3 = 0,518
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai TA berpengaruh positif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%, maka
akan menaikkan PER sebesar 51,8% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -0,545
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai PR berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika PR meningkat 1%, maka
akan menurunkan PER sebesar 54,5% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
a. Uji Simultan (Uji F) Setelah data ditransform
Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh secara simultan
atau serempak seluruh variabel independen yaitu Kebijakan pendanaan (DER), Risk
based Capital (RBC), Ukuran perusahaan (TA), dan Laba perusahaan (PR) terhadap
variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (PER). Hasil Uji simultan F adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.11
Uji Statistik F
Setelah data ditransform
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Sig.
Regression 9.434
2.358
4.179
.005a
Residual
36.686
65
.564
Total
46.119
69
Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji F, diperoleh bahwa nilai F
hitung
tabel
hitung>
yaitu DER, RBC, TA, dan PR berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen yaitu PER.
b. Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen, yaitu DER, RBC, TA, dan PR secara parsial (individual) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu PER. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.13 berikut ini
Tabel 5.13
Uji Statistik t
Setelah transform data
Coefficienta
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
Coefficients
Std. Error
Beta
Sig.
(Constant)
2.213 1.198
1.847 .069
Lnx1 (Ratio)
-.174 .122
-.190
-1.422 .160
Lnx2 (%)
-.374 .168
-.297
-2.226 .030
Lnx3(Rp.M)
.518 .178
.872
2.904 .005
Lnx4 (Rp.M)
-.545 .162
-.986
-3.370 .001
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-1,422< t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-2,226< t
tabel
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel LnRBC (Risk Based
Capital) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan (PER).
3. Pengaruh Lnx3(LnTA) terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel LnTA diperoleh t
hitung
signifikansi sebesar 0,005 yang artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan t
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung2,904
> t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel LnTA (Ukuran
Perusahaan) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan
(PER).
4. Pengaruh Lnx4(LnPR) terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel LnPR diperoleh t
hitung
signifikansi sebesar 0,001 yang artinya nilai signifikansi lebihkecil dari 0,05.
Sedangkan t
tabel
Sehingga diperoleh t
hitung
-3,370< t
tabel
tabel
sebesar 1,9966.
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel PR (Laba perusahaan)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan (PER).
c. Koefisien Determinasi
Tabel 5.14
Koefisien Determinasi
Model
1
R
.452
R Square
Adjusted R Square
.205
0.156
10.75126
Pada Tabel 5.14 angka R Square sebesar 0,205 menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara DER (Kebijakan pendanaan), RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran
perusahaan), PR( laba perusahaan) terhadap Nilai perusahaan adalah sebesar 20.5%.
Untuk nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0.205. Nilai ini mengindikasikan
bahwa 20,5% variasi atau perubahan dalam Nilai perusahaan (PER) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel DER, RBC, TA, PR, Sedangkan sisanya sebesar 79,5% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua yaitu untuk menganalisis apakah PROFIT (Laba perusahaan)
dapat memperkuat atau memperlemah DER(Kebijakan pendanaan), SIZE (Ukuran
perusahaan) dan RBC (Rised BasedCapital)terhadapPER (Nilai perusahaan) perusahaan
pada perusahaan Asurasniyang terdafar di Bursa Efek Indonesia.Hasil regresi dapat
dilihat pada Tabel 5.15 sebagai berikut:
Tabel 5.15
Hasil Analisis Regresi
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
22.825
4.944
DER (Ratio)
-4.352
2.973
RBC (%)
-.018
TA (Rp.M)
PR(Rp.M)
Sig.
4.616
.000
-.457
-1.464
.148
.007
-.616
-2.423
.018
-.006
.007
-.220
-.773
.443
-.406
.144
-1.199
-2.820
.006
x1.x4
.107
.081
.532
1.318
.192
x2.x4
.001
.000
.770
1.865
.067
x3.x4
6.536E-5
.000
.315
.729
.469
Berdasarkan Tabel 5.13 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 22825-4.352 DER- 0,018 RBC - 0,006 TA0.406 PR + 0.107DER_PR + 0.001
RBC_PR 0.6536 TA_PR
Keterangan :
DER
Kebijakan pendanaan
RBC
TA
Ukuran Perusahaan
PR
Laba Perusahaan
DER_PR
RBC_PR
TA_PR
1. Nilai = 22825
Nilai konstanta sebesar 22825 menunjukkan bahwa apabila semua variabel yaitu
DER, RBC, TA, PR, serta Interaksi antara DER dengan PR, Interaksi antara
RBC dengan PR dan Interaksi antara TA dengan PR
diasumsikan konstan atau 0, maka Nilai perusahaan (PER) yang terbentuk adalah
sebesar 22825.
2. Nilai b1 = - 4.532
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan pendanaan yang
disimbolkan sebagai DER berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika DER meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 453 % dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
3. Nilai b2 = - 0,018
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai RBC berpengaruh negatif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat 1%,
maka akan menurunkan per sebesar 1.8% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.006
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai size berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 0.6% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -0,406
B
(Constant)
Coefficients
Std. Error
17.248
8.124
lnx1
-.826
1.311
lnx2
-2.156
lnx3
lnx4
Beta
Sig.
2.123
.038
-.395
-.630
.531
1.091
-.749
-1.976
.053
-.460
.696
-.339
-.661
.511
-4.600
2.495
-3.640
-1.844
.070
lnx1.lnx4
.241
.345
.392
.699
.487
lnx2.lnx4
.669
.373
3.069
1.794
.078
lnx3.lnx4
.132
.150
.722
.878
.384
Berdasarkan Tabel 5.16 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
Ln PER = 15.460- 0.677 LnDER 2,193 LnRBC 0,156 Ln TA 4,821 LnPR+
0.180 lnDER_lnPR + 0.661 lnRBC_lnPR 0.141 lnTA_lnPR
Keterangan :
Lnx1
Lnx2
Lnx3
LnX4
Lnx1_ln X4
LnX2_Lnx4
LnX3_Lnx4
3. Nilai b2 = - 2,193
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai lnRBC berpengaruh negatif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat
1%, maka akan menurunkan per sebesar 219,3% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.156
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai lnsize berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika Size meningkat
1%, maka akan menurunkan PER sebesar 15,6% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -4,821
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai lnPR berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika PR meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 482,1% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
6. Nilai b5= 0,180
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnDER (Kebijakan
pendanaan) dengan lnPR (Laba perusahaan) berpengaruh positif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa
jika interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER
sebesar 18% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan 0.
7. Nilai b6= 0,661
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnRBC(Risk Based
Capital) dengan lnPR ( Laba perusahaan ) berpengaruh positif terhadap variabel
dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika
interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER sebesar
66,1% dengan asumsi variabel lain tetap atau sama dengan 0.
8. Nilai b7= 0,141
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnTA( Ukuran
perusahaan ) dengan lnPR ( Laba perusahaan ) berpengaruh negatif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa
5.4.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian Indri dkk
(2012), Dimas Prasetyo dkk (2012), Lihan Rini Puspo Wijaya dkk (2010) yang
menyatakan bahwa secara simultan kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Selanjutnya hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya adalah sebagai
berikut :
a.
Pengaruh
Kebijakan
pendanaan
(Debt
to
Equity)
terhadap
Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pendanaan (DER) terhadap nilai
perusahaan dengan menggunakan Uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi -1,422 dengan
tingkat signifikansi 0,160 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
kebijakan pendanaan (debt to equity) secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan
arah koefisien negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan kebijakan
pendanaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.Perusahaan asuransi
yang cenderung bergerak di bidang jas abelum tentu membutuhkan sumber pendanaan
dari sumber luar, yaitu utang untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Hasil ini tidak sejalan dengan Trade off Theory yang menjelaskan tentang
hubungan antara kebijakan pendanaan dengan nilai perusahaan. Teori ini
menunjukkan bahwa penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi
hanya pada batas tertentu. Jika dirasa sudah melampaui batas tersebut, maka
penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan.
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian
sebelummya
Sri
demikian dalam iklim bisnis yang tidak menentu manfaat dari penggunaan utang bisa
lebih kecil dari biaya bunga yang ditimbulkan. Demikian juga dengan penggunaan
ekuitas, modal ekuitas akan menguntungkan apabila pemegang saham memiliki
tuntutan yang tidak terlalu tinggi akan tingkat pengembalian investasi.
b.
Pengaruh
Risk
Based
Capital
(RBC)
terhadap
Nilai
perusahaan
Hasil pengujian Risk Based Capital (RBC) terhadap nilai perusahaan dengan
menggunakan uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi-2,226 dengan tingkat signifikansi
0,030 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RBC (risk based
capital) secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan arah koefisien negatif terhadap
nilai perushaan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio RBC ssecara spesifik negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini tidak sejalan dengan tujuan
kebijakan pemerintah yang telah memberikan perlindungan kepada nasabah asuransi
dengan ditetapkannya RBC bagi perusahaan asuransi dengan harapan perusahaan
asuransi memiliki kekuatan modal yang cukup untuk menghindari resiko yang dapat
merugikan nasabahnya yang mana dengan RBC yang tinggi, perusahaan menjadi lebih
terjamin dan nilai perusahaan akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan penelitian Karmizi (2011) yang menemukan bahwa RBC berpengaruh secara
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini peningkatan nilai perusahaan
asuransi lebih dominan oleh pengelolaan keuangan, pemasaran dan produk yang
ditawarkan.
c.
menggunakan uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi 2,904 dengan tingkat signifikansi
0,005 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
(TA)secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan arah koefisien negatif terhadap
nilai perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur melalui logaritma dari total aset,
menggambarkan bahwa jumlah aset perusahan yang besar akan memiliki peluang yang
lebih besar didalam menghasilkan nilai perusahaan , ternyata tidak berlaku untuk
perusahaan asuransi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian
Namun bertentangan dengan hasil penelitian Elva(2012). Dalam hal ini ukuran
perusahaan dapat mempengaruhi semua jenis perusahaan termasuk juga dapat
mempengaruhi nilai perusahaan asuransi.
d.
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan laba
perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan, seperti peningkatan
laba secara otomatis akan meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi,
peningkatan investasi akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji ini tidak
dapat dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya karena tidak ada yang persis
sama, akan tetapi menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alas an antara lain laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedaoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan
keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya
di masa yang akan dating, dasar dalam perhitungan dan penilaian effisiensi dalam
menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja
perusahaan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada
Kebijakan pendanaan (DER), Risk based Capital (RBC), Ukuran perusahaan (TA),
dan Laba perusahaan (PR) secara secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Nilai perusahaan.
2.
perusahaan.
3.
6.2.
Keterbatasan Penelitian
Peneltitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdapat
di Bursa Efek sehingga variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan hanyalah
mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan asuransi saja sehingga tidak dapat
digeneralisasi untuk jenis perusahaan lain.
2.
3. Variabel moderating yang digunakan adalah laba perusahaan (PR), dan dari hasil
pengujian memiliki tingkat signifikasi yang lebih besar dari alpha 0,05 sehingga
variable moderator ini tidak signifikan mempengaruhi laba.
6.3.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana telah disebutkan di atas,
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 2008, Manajemen Keuangan Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta.BPFE, Yogyakarta.
Andri Rachmawati dan hanung Triatmoko, 2007, Analisis Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan . Makalah
di sampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar,
26-28 Juli.
Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasa Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia.
Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan
Kebijakan Dividen terhadap nilai perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008).
Fitriani, Anggi dan Apriani Dorkas R.A, Tinjauan Empiris terhadap Kinerja
Industri Asuransi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 20042008 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No. 2 September 2009
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobins
Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Makalah disampaikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1002 tentang usaha Perasuransian. Diakses
melalui www.bapepam.go.id
Umar, Husein(2001), Metode Riset Prilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Ulupui, I, G, K, A, 2007 . Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,
Aktivitas,dan Profitabilitas terhadap Return Saham ( Studi pada
Perusahaan Makanan dan Minuman dengan kategori Industri Barang
Konsumsi di Bursa Efek Jakarta ) , Jurnal Akuntansi dan Bisnis ,
Vol.2, No.1, januari : 88 - 102
Weston, J.F dan Copeland, Thomas E., (1992). Managerial Finance, edisi
kesembilan, The Dryden Press, A.Harcourt Brace Jovanovic College
Publisher, USA, Canada, Tokyo, etc.