Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian


Seiring dengan perkembangan pasar modal yang demikian pesat, terutama

negara Indonesia, menyebabkan banyak orang yang bersedia menginvestasikan uangnya


di pasar modal dan perusahaan - perusahaan dapat dengan mudah memperoleh modal
kerja. Pada umumnya investor menginvestasikan uang di perusahaan yang memiliki
nilai perusahaan yang dapat berkembang dengan cepat agar para investor dapat
memperoleh return yang tinggi. Sedangkan perusahaan merupakan kesatuan bisnis
dengan tujuan utama untuk mencapai keuntungan. Dalam mengelola kegiatan usaha,
sebuah perusahaan akan mempercayakannya kepada manajer untuk menentukan
keputusan apa yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan keuntungan perusahaan.
Bagi perseroan terbatas, tujuan manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
saham, yang artinya memaksimalkan nilai perusahaan.
Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki nilai jika mampu menghasilkan laba yang
terus menerus meningkat. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan mudah dalam
menentukan keputusan penting yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup
perusahaan diantaranya keputusan investasi, keputusan pendanaan dan pembayaran
dividen. Investasi meningkat dapat dilihat dari meningkatnya aset perusahaan. Semakin
besar perusahaan semakin tinggi pula biaya operasionalnya sehingga dibutuhkan
kebijakan pendanaan yang tepat untuk membiayainya. Semakin tinggi pembayaran
deviden kepada para pemegang saham tentu akan menambah keyakinan tersendiri bagi
pemegang saham untuk tetap berinvestasi diperusahaan tersebut, yang pada akhirnya
akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Kebijakan pendanaan merupakan salah satu instumen yang sangat sensitif
terhadap nilai saham perusahaan. Dunia usaha pada umumnya sangat tergantung pada

masalah pendanaan, kebijakan pendanaan yang tidak tepat dapat menimbulkan


penurunan nilai saham perusahaan, sehingga pihak manajemen perusahaan harus
berhati-hati dalam menetapkan kebijakan pendanaan. Penelitian terdahulu masih
menunjukkan ketidakpastian

hubungan antara kebijakan pendanaan dengan nilai

perusahaan. Menurut Rizqia et. al..(2013) dalam Gayatri dan Mustanda, kebijakan
pendanaan memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan menurut
Artini dan Anik(2011) dalam Gayatri dan Mustanda, dimana kebijakan pendanaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi, dan
umumnya khusus untuk perusahaan asuransi ada ketetapan dari pemerintah mengenai
rasio resiko dengan modal dari perusahaan asuransi yaitu Risk Based Capital (RBC).
Risk Based Capital (RBC) adalah merupakan rasio antara resiko yang ditanggung
dengan modal dari perusahaan asuransi. RBC merupakan rasio yang ditetapkan oleh
pemerintah dan harus dipatuhi oleh perusahaan asuransi karena usaha asuransi adalah
usaha pengalihan resiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat
resiko jika tidak dikelola dengan baik. Asuransi di ibaratkan seperti sebuah payung yang
bisa memberi perlindungan keuangan atas resiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan
ini. Industri asuransi juga merupakan lembaga keuangan karena memiliki beberapa
fungsi yaitu menarik uang dari dan menyalurkan kepada masyarakat (Wijaya 2003
dalam Fitriani,2009).
Asuransi dalam UU No. 2 Th 1992 adalah perjanjian antara kedua belah pihak
atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasrkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Hasil penelitian Neny (2004) menunjukkan pentingnya pengawasan kinerja
terhadap perusahaan-perusahaan dalam industri asuransi. Alasan utama pengawasan
tersebut adalah adanya fakta bahwa seluruh nilai (value) dari janji (promise) yang di
jual kepada masyarakat oleh perusahaan asuransi adalah terletak pada kondisi
perusahaan di masa yang akan datang, sehingga perlu kinerja dan peningkatan nilai
perusahaan dalam industri asuransi agar dapat memberikan rasa aman kepada
masyarakat. Nilai perusahaan merupakan persepsi atau gambaran kepercayaan investor
terhadap perusahaan, dan merupakan indikator pasar menilai perusahaan secara
keseluruhan(Nurlela dan Ishaluddin, 2008 dalam Kusumadilaga, 2010). Nilai
Perusahaan merupakan cerminan dari harga saham perusahaan, semakin tinggi harga
saham sebuah perusahaan, maka semakin tinggi Nilai Perusahaan tersebut.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemudahan perusahaan
dalam memperoleh pendanaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Penelitian
yang dilakukan oleh Rachmawati, et.al (2007) ukuran perusahaan dinyatakan
berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun ukuran
perusahaan mempunyai nilai negatif dan signifikan oleh Siallagan dan Masud (2006).
Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
melalui semua kegiatan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal dan
jumlah karyawan. Semua perusahaan akan berusaha meningkatkan laba karena kondisi
roda perekonomian selalu mengalami perubahan sehingga akan mendorong persaingan
bisnis yang semakin kompetitif. Laba dapat dijadikan sebagai suatu alat pengendalian
bagi manajemen, juga dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target,

budget, koordinasi, serta evaluasi hasil pelaksanaan operasional perusahaan dan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
Manajer harus berupaya meningkatkan laba perusahaannya dengan melakukan
ekspansi besar-besaran terhadap usahanya. Perusahaan harus tetap tumbuh agar
senantiasa dapat memberikan kemakmuran yang lebih tinggi bagi para pemilik saham.
Oleh karena itu perusahaan akan senantiasa membutuhkan dana dengan jumlah yang
sangat besar untuk mendorong meningkatnya laba di perusahaan tersebut.Kebutuhan
dana dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal perusahaan.
Pada umumnya perusahaan lebih memilih menggunakan sumber pendanaan
ektsernalnya melalui utang. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan utang
maka akan timbul bunga yang berfungsi sebagai tax deductible (pengurang pajak).
Sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan tergerus akibat pengaruh bunga, dan
pajak yang dikenakan atas laba perusahaan akan menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan menggunakan ekuitas (saham). Namun yang menjadi perhatian adalah
bagaimana manajemen mampu mengelola utang sehingga memberikan keuntungan bagi
perusahaan, sebaliknya jika penggunaan dana tidak optimal akan terjadi resiko
kebangkrutan karena perusahaan tidak mampu membayar utang-utang tersebut.
Berdasarkan studi literatur diatas, masih banyak terdapat ketidak konsistenan
hasil penelitian. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji kembali utang sebagai salah
satu keputusan pendanaan dapat mempengaruhi pencapaian profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Nilai
Perusahaan, antara lain : Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kebijakan
Investasi, Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Kinerja Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan. Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan non-bank yang berperan
menghimpun dana dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi dan
memberikan perlindungan kepada masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap

kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa uang tidak pasti atau terhadap
hidup atau meninggalnya seseorang, sehingga dalam hal ini penelitian terhadap
keputusan pendanaan, ukuran perusahaan dan Risk Based Capital (RBC) terhadap dana
yang terhimpun adalah sangat penting, mengingat dana tersebut adalah dana yang dapat
memberikan perlindungan kepada masyarakat pemakai jasa asuransi.
Beberapa faktor tersebut memilki pengaruh dan hubungan yang tidak konsisten
terhadap Nilai Perusahaan, seperti :
1. Kebijakan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang dilakukan
oleh perusahaan. Sudana (2011) menyatakan bahwa,Kebijakan pendanaan berkaitan
dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai investasi
yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia, sehingga
diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efektif. Alternatif pendanaan
yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber, seperti yang
dijelaskan Keown et al.(2011) pembiayaan datang dari dua sumber utama: hutang
(kewajiban-kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan
harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Hal ini menjadi bahan
pertimbangan nilai perusahaan, karena dengan keputusan pendanaan yang baik dan
benar, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik.

2. Dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 424/kmk,06/2003 tanggal 30 September


2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
yang merupakan pengganti Keputusan Menteri Keuangan No. 481/KMK.017.1999.
Tujuan utama penerapan peraturan tersebut adalah dalam rangka menghadapi dan
mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam industri perasuransian agar dapat
diandalkan dan kompetitif dalam perekonomian nasional serta melindungi pemegang
polis agar setiap klaim yang diajukan akan selalu dapat dibayar sepanjang klaim
tersebut memang sesuai dengan kondisi polis. Dengan tingkat Risk based Capital

(RBC) yang semakin tinggi dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan asuransi
dalam memenuhi klaim menjadi lebih tinggi dan konsumen lebih terlindungi.

3. Ukuran perusahaan mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Karena semakin besar


ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah

pula perusahaan

memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal.


Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati,dkk (2007) ukuran perusahaan
dinyatakan berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun
ukuran perusahaan mempunyai nilai negatif dan signifikan oleh Siallagan dan
Masud (2006).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan (2009), menyatakan bahwa laba perusahan
berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa
pelaporan laba perusahaan dapat merefleksikan nilai perusahaan, jika perusahaan
mengalami kerugian akan dapat menurunkan nilai perusahaan.
100%
90%
80%

2013

70%

2012

60%

2011

50%

2010

40%

2009

30%

2008

20%

2007

10%
0%
ABDA AHAP AMAG ASBI

ASDM

ASJT

ASRM PNIN

LPGI

MREI

Gambar 1,1 Grafik PER perusahaan asuransi


Terlihat perbedaan nilai perusahaan yang cukup signifikan baik antar perusahaan
tersebut, maupun antar industri asuransi, seperti pada PT.Asuransi Bina Dana Arta Tbk

ratio kebijakan pendanaan (DER), ukuran perusahaan (TA), laba perusahaan (PR) pada
tahun 2008 mengalami peningkatan. Sedangkan nilai saham perusahaan (PER) dan risk
based capital (RBC) mengalami penurunan dan nilai perusahaan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2013 dengan penurunan pada DER dan
peningkatan pada ukuran perusahaan, RBC perusahaan dan laba perusahaan.
PT.Asuransi Harta Aman Pratama Tbk dapat dilihat ukuran perusahaan (TA)
dan nilai perusahaan (PER) dan laba perusahaan (PR) tahun 2011 mengalami
peningkatan, akan tetapi kebijakan pendanaan (DER) dan risk based capital (RBC)
mengalami penurunan dan nilai perusahaan mengalami penurunan yang signikan dari
tahun 2007 ke tahun - tahun berikutnya akan tetapi tidak diikuti dengan penurunan
DER, RBC yang signifikan.
PT. Paninvest Tbk dapat di lihat bahwa ukuran perusahaan (TA), laba
perusahaan(PR) dan nilai perusahaan (PER) di tahun 2013 mengalami peningkatan,
akan tetapi debt to equity ratio (DER), risk based capital (RBC) mengalami penurunan,
nilai perusahaan hanya mengalami penurunan yang relatif tidak berbeda jauh disertai
dengan penurunan DER, RBC.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh kebijakan pendanaan, risk based capital (RBC)
dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan asuransi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan laba perusahaan sebagai variable moderating.

1.2.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Apakah kebijakan pendanaan, risk based capital (RBC), ukuran perusahaan, dan laba
perusahan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah laba perusahaan dapat memoderasi hubungan antara kebijakan pendanaan,
risk based capital (RBC), ukuran perusahaan, dengan nilai perusahaan baik secara
parsial maupun simultan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:


1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan pendanaan, risk based capital
(RBC), ukuran perusahaan, dan laba perusahaan secara simultan dan secara parsial
terhadap nilai Perusahaan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk menguji dan menganalisis laba perusahaan dapat

memoderasi hubungan

antara kebijakan pendanaan, risk based capital (RBC), ukuran perusahaan, dengan nilai
perusahaan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4.

Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut


1. Bagi emiten perusahaan asuransi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
alat bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan
asuransi.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
bagi masyarakat terhadap perusahaan asuransi, sehingga masyarakat dapat lebih
mengerti dan memahami dalam investasi diperusahaan asuransi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan ataupun
referensi bagi peneliti selanjutnya tentang pengaruh kebijakan pendanaan, risk based
capital (RBC), dan ukuran perusahaan

terhadap nilai perusahaan dengan laba

perusahaan sebagai variable moderating.


4. Bagi peneliti, menambah wawasan pengetahuan tentang kebijakan pendanaan, risk
based capital (RBC), dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan laba
perusahaan sebagai variable moderating.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan
juga baik. Dengan kinerja yang baik akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi,
dan dapat meningkatkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham sehingga akan
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai Perusahaan merupakan suatu variabel yang
sangat penting , karena semakin tinggi nilai perusahaan semakin tinggi kemakmuran
pemegang saham (Gapens, 1996)
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan dan sering
sekali dikaitkan dengan harga saham. Harga saham tinggi, nilai perusahaan juga tinggi.
Menurut Fama(1978) dalam Untung Wahyudi et al. Nilai perusahaan akan tercermin
dari harga sahamnnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara
pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan karena harga
pasar saham dianggap cerminan dari nilai perusahaan sesungguhnya. Nilai saham yang
di bentuk dari indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang
investasi. Bagi perusahaan yang telah mempunyai saham (go public), nilai perusahaan
dapat dinilai dari nilai sahamnya. Jogiyanto (2010) menjelaskan bahwa Terdapat
beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai
pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Menurut Husnan (2006) Pengertian Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Nilai Perusahaan merupakan nilai yang di butuhkan investor untuk mengambil
keputusan investasi yang tercermin dari harga pasar perusahaan.

Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan


untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di
masa yang akan datang.
Nilai perusahaan pada umumnya di tentukan oleh tiga faktor utama , yakni :
1.Faktor internal perusahaan
2.Faktor eksternal perusahaan
3.Faktor teknikal

Banyak penelitian yang memeriksa pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai


perusahaan di antaranya yang di lakukan oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002),
Carlson dan Bathala (1997). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah
semakin tinggi kinerja keuangan yang biasanya di proksikan dengan rasio keuangan,
maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat
di lihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang
dimiliknya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Pengukuran terhadap nilai perusahaan diantaranya adalah :
1. Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang
diperoleh para pemegang saham. Mohammad Usman, (2001) dalam Malla
Bahagia, (2008). Rumus yang digunakan adalah :
PER

H arg aPerlembarSaham
LabaPerlembarSaham

Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :


* Tingkat pertumbuhan laba
* Dividend Payout Ratio
* Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Menurut Basuki Yusuf, (2005 dalam Malla Bahagia, 2008), hubungan factor - faktor
tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut : Semakin tinggi Pertumbuhan
laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba
dengan PER nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa
yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara
efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi yang
berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula,
karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya
meningkat lebih besar. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER,
r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut
juga investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan,
berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat
menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki
hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang
diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya. PER adalah fungsi dari perubahan
kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.

2. Price Book Value ( PBV )


Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
danorganisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham,
1996)., yang diproksikan dengan :
PBV

NilaiPasar
H arg aSaham
Menurut Aris (2006) Tujuan Utama Perusahaan adalah sebagai berikut : Tujuan

Perusahaan adalah untuk meningkatkan Nilai Perusahaan melalui peningkatan


kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan dipandang dari sudut pandang investor, dimana
investor akan menilai suatu perusahaan dengan melihat pada harga saham atau harga
pasar (market price) perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sudana
(2011) yang menyatakan bahwa bagi perusahaan yang sudah go public,
memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar
saham. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diwakili oleh variabel

PER (Price

Earning Ratio).
2.1.2. Kebijakan Pendanaan
Setiap emiten akan berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan agar dapat
memakmurkan investornya. cara yang diterapkan adalah dengan menetapkan berbagai
kebijakan, kebijakan perusahaan adalah merupakan keputusan - keputusan ataupun
pilihan - pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Menurut Moeljadi
(2006) Agar tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dapat tercapai, maka perlu diambil berbagai kebijakan (financial decision) yang relevan
dan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan-kebijakan
keuangan itu (Weston dan Copeland, 1992) yakni :

(1) Kebijakan investasi (investment decision);


(2) Kebijakan pendanaan (financing decision); dan
(3) Kebijakan dividen (dividend decision).
Pengambilan keputusan atau kebijakan dalam perusahaan merupakan salah satu
tugas dari manajer keuangan perusahaan. Menurut Hanafi (2008), Tugas manajer
keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan likuiditas dengan
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham). Jadi, keputusan
pendanaan termasuk faktor penting bagi manajer perusahaan dalam memaksimumkan
nilai perusahaan. Keputusan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang
dilakukan oleh perusahaan. Sudana (2011) menyatakan bahwa, Keputusan pendanaan
berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai
investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia,
sehingga diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efektif. Alternatif
pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber, seperti
yang dijelaskan oleh Keown et al. (2011) Pembiayaan datang dari dua sumber utama :
hutang (kewajiban - kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam
dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Ekuitas, disisi lain,
menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan. Hal ini yang menjadi
bahan pertimbangan nilai perusahaan, karena dengan keputusan pendanaan yang baik
dan benar, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik.
Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang asal dana untuk
membeli aktiva. Ada dua macam sumber dana :
1. Dana pinjaman, seperti utang bank dan obligasi.
2. Modal sendiri, seperti laba ditahan dan saham.

Dana pinjaman dan saham, merupakan sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, sedangkan laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan. (Sudana, 2011) Menurut Modigliani dan Miller (1963) dalam Haruman
(2007) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.Apabila
pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax
deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi
pemegang saham. Selain iru, penggunaan dana eksternal akan menambah pendapatan
perusahaan

yang

nantinya

akan

digunakan

untuk

kegiatan

investasi

yang

menguntungkan bagi perusahaan, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.


Menurut Myers dalam Kartika (2009) perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan.
Urutan penggunaan sumber pendanaan menurut pecking order theory adalah: internal
fund (dana internal, debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003 dalam
Kartika, 2009).

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak


memperoleh sorotan dari publik akibat penerbitan saham baru (Kartika, 2009).Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan
yaitu pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih murah dibandingkan
biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan
menurunkan harga saham lama. Alasan kedua adalah adanya kekhawatiran manajer
bahwa penerbitan saham baru dapat ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal.
Pemilihan sumber pendanaan yang telah dilakukan oleh manajer keuangan perusahaan,
baik menggunakan utang ataupun menggunakan modal sendiri akan tercermin dalam
kolom neraca keuangan. Hasil dari keputusan pembelanjaan tampak pada neraca sisi
pasiva, yaitu berupa utang lancar, utang jangka panjang, dan modal (Sudana, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
variabel Debt to Equity Ratio (DER) untuk menilai

keputusan atau kebijakan

pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa


Efek Indonesia periode 2007 2013.
Kebijakan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut
komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati,2005). Kebijakan
pedanaan dalam penelitian ini diproksi,
Debt to equity ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan
dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan
Houston, 2011).
DER

tan g
= TotalHu
TotalEkuitas

Menurut Horne dan Wachoviz (1998) Debt to equity is computed by simply


dividing the total debt of the firm ( including current liabilities ) by its shareholders
equity. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan
total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Sedangkan menurut Sawir (2001)

menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah Rasio yang menggambarkan


perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Menurut Robert Ang (1997) DER dapat digunakan untuk melihat struktur modal
suatu perusahaan karena DER yang tinggi menandakan struktur permodalan usaha yang
lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER
mencerminkan resiko perusahan relatif tinggi karena perusahaan dalam operasi relatif
tergantung pada hutang dan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga
hutang sehinnga investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai
DER yang tinggi.
2.1.3.

Risk Based Capital (RBC)


RBC adalah rasio antara Modal berbanding Resiko. Resiko yang dimaksud adalah

klaim yang diajukan oleh seluruh nasabah. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi, dalam pasal 2, menyatakan:
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh perseratus) dari
resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
(2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), namun memiki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus perseratus), diberikan
kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Kepmenkeu menyatakan bahwa solvabilitas atau RBC sebuah perusahaan asuransi


adalah minimal sebesar 120%. Angka ini menunjukkan bahwa apabila 100% nasabah
mengajukan klaim, maka perusahaan tersebut minimal masih punya sisa dana sebesar

20%. Dalam peraturan ini tidak ada pengecualian terhadap perhitungan perkiraan beban
klaim, apakah telah terjadi peristiwa yang menyebabkan kerugian yang ekstrim bagi
perusahaan atau tidak. Komponen dalam penentuan RBC terdiri atas komponen
perhitungan tingkat solvabilitas dan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM). Tingkat solvabilitas adalah melihat pada risiko likuiditas yang ditentukan oleh
asset dan kewajiban. Sedangkan BTSM mempertimbangkan risiko klaim, yaitu klaim
yang sudah terjadi dan klaim masa depan. Dengan perhitungan atau formula yang sama,
tentu hal ini akan mengakibatkan rendahnya RBC perusahaan yang terkena klaim yang
ekstrim dibandingkan dengan perusahaan yang tidak kena dampak.
Martin Grace (1993) mengatakan bahwa RBC dapat digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi kebangkrutan (insolvency). Jika perusahaan asuransi memiliki rasio RBC
di bawah ketentuan pemerintah, maka rasio ini menjadi signal yang tidak baik bagi
perusahaan asuransi yang bersangkutan .
Ditinjau dari segi hukum, pemerintah telah memberikan payung hukum untuk
melindungi kepentingan nasabah perusahaan asuransi dengan menetapkan Risk Based
Capital (RBC). Sehingga diharapkan perusahaan asuransi memiliki kekuatan modal
yang cukup dan dapat menghindarkan resiko merugikan nasabahnya dalam hal terjadi
masalah ataupun kerugian sebagai akibat dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan RBC sebagai salah satu
variabel independen dalam meneliti pengaruh variabel RBC terhadap Nilai Perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

2.1.4.

Ukuran Perusahaan
Menurut (Ferry dan Jones, 1979 dalam Panjaitan: 2004), ukuran perusahaan

adalah suatu skala dimana dapat di klasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara, antara lain :
1. Total aktiva
2. Penjualan
3. Log size
4. Nilai pasar saham
5. Kapitalisasi pasar
6. Dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi .
Menurut Sawir (2001) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari
struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Pertama,
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana
dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal. Kedua,
ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan.
Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang.
Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan
kontrak. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba .
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko (2008)
mengemukakan bahwa: Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin
besar aset biasanya perusahaan tersebut semakin besar. Selanjutnya, Yogiyanto (2010)
menyatakan bahwa :Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan,
ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Sementara itu, untuk
menghitung nilai total asset, Asnawi (2005) mengemukakan bahwa: Nilai total asset

biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk
itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.Berdasarkan uraian di atas,
maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva
tesebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma digunakan untuk
memperhalus asset karena nilai dari asset tersebut yang sangat besar dibanding variabel
keuangan lainnya.

Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan kepada Log Total
Aset Perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan, dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2007).
Semakin besar aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang
ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak
juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan di kenal oleh masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
2.1.5. Laba perusahaan ( PR )
Menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam laporan
keuangan karena berbagai alasan antara lain laba merupakan dasar dalam perhitungan
pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,
dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa
yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.

c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus


tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
e) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan
biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan

yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah laba. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua
cara, dari segi ilmu ekonomi, laba adalah peningkatan kekayaan seorang investor atas
hasil penanam modalnya setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut, sedangkan dari segi ilmu akuntansi didefinisikan sebagai
selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi. Dalam hal ini, peneliti
memproksikan pengukuran laba dari segi ilmu akuntansi dengan konsep laba yang
diikuti perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Review Peneliti Terdahulu


Sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian ini, beberapa hasil dari
penelitian terdahulu perlu dikemukakan. Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai
berikut.
Penelitian Lestari, et.al. (2012) dengan judul Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan HUtang, Keputusan Investasi dan Kepemilikan Insider terhadap Nilai
perusahaan (2008-2011). Penelitian ini dilakukan terhadap 41 perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan hutang, keputusan insider berpengauh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Bambang, et.al. (2010) dengan judul Pengaruh Kebijakan Perusahaan
terhadap Nilai perusahaan dengan Kinerja Perusahaan sebagai variabel moderating
(2004-2006). Penelitian ini terhadap 116 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan pendanaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Dimas, et.al. (2012) dengan judul Pengaruh Keputusan Investasi dan
Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan (2009-2011). Penelitian ini dilakukan
terhadap semua perusahaan sector property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kebijakan
pendanaan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Elva. (2012) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Institusional dan
Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (2006-2008).
Penelitian ini dilakukan terhadap semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap kebijakaan hutang
(pendanaan).

Penelitian Wijaya, et.al. (SNA 2010)) dengan judul Pengaruh Keputusan


Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap 130 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.. Hasil penelitian menunjukkan keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1
2.3. Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti

Judul Penelitian

Indri Fany Lestari,


Taufeni Taufik,
Yusralaini
(2012)

Pengaruh Kebijakan
Dividen,Kebijakan
Hutang,Keputusan
Investasi dan Kepemilikan Insider ter
Hadap Nilai Perusahaan

Variabel Penelitian

Bambang Sudiyatno Pengaruh Kebijakan


Elen Puspitasari
Perusahaan terhadap
( 2010 )
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja perusahaan sebagai variable
intervening

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi
Kepemilikan Insider

Kebijakan Dividen tidak


berpengaruh, sedangKebijakan Hutang,keputusan insider berpengaruh terhadap Nilai
Perusahan.

Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
kebijakan perusahaan
(insentif,leverage )
Variabel Intervening :
Kinerja Perusahaan

Dimas Prasetyo,
Zahroh Z.A.
Devi Farah Azizah
(2012)

Pengaruh Keputusan Investasi dan Keputusan


Pendanaan terhadap
Nilai Perusahaan

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan

Elva Nuraina
(2012)

Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Kebijakan Hutang dan
Nilai Perusahaan

Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Kebijakan Hutang
Variabel Independen:
Kepemilikan Institusional
Ukuran Perusahaan

Lihan Rini Puspo Pengaruh Keputusan InvesWijaya, Bandi,


tasi, Keputusan Pendanaan
Anas Wibawa
dan Kebijakan Dividen
(2010)
terhadap Nilai Perusahaan

Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Dividen

Kebijakan perusahaan(
insentif manajer,leverage keuangan)berpengaruh positif terhadap Kinerja perusahaan, dan Kinerja perusa
-haan mempunyai pengaruh langsung dan
Positif terhadap Nilai
Perusahaan.
Keputusan Investasi
dan Keputusan Pendanaan berpengaruh sesecara signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Institusional berpengaruh signiterhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan
Hutang, Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap Nilai PeruSahaan dan tidak ber
Pengaruh terhadap
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan,
dan Kebijakan Dividen berpengaruh posi
-tif terhadap Nilai
Perusahaan.

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konsep
Nilai dari sebuah perusahaan pada umumnya di pengaruhi oleh berbagai faktor

diantarnya Kebijakan kebijakan, Ukuran Perusahaan dan Kinerja dari perusahaan


tersebut, dalam hal ini peneliti menggunakan Nilai perusahaan sebagai variabel
dependen, dan meneliti apakah Kebijakan Pendanaan, Ukuran Perusahaan, Risk Based
Capital (RBC) dan laba perusahaan dapat berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan ?
Hubungan dan pengaruh dari Kebijakan Pendanaan, ukuran perusahaan, Risk Based
Capital dan apakah Laba perusahaan dapat memoderasi hubungan terhadap Nilai
perusahaan dapat di gambarkan dalam gambar 3.1 sebagai berikut:

Kebijakan
Pendanaan
(DER) X1
Nilaiperusahaan
(PER) Y
Total Aset (TA)
X2
Laba perusahaan (PR)
X4
Risk Based
Capital (RBC) X3

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan suatu kajian ilmiah yang berangkat dari berbagai
konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya.

Kebijakan Pendanaan adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk tentang


asal dana untuk berinvestasi ataupun dalam kegiatan operasional perusahaan. Dan jika
perusahaan menggunakan pendanaan dari hutang akan memiliki resiko keuangan yang
lebih tinggi karena mengalami kesulitan keuangan akibat hutang yang tinggi dan
pembayaran bunga hutang yang tinggi, sehingga akan berdampak buruk terhadap Nilai
Perusahaan. Fama dan Fench (1998) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari
pendanaan melalui hutang memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa
yang akan datang, dan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.

Menurut

Mardiyati, et. Al, (2012) Kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi berbeda dengan pendapat Jusriani dan Shiddiq
(2013) mengatakan bahwa kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio (DER) diperoleh tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Peneliti menggunakan rasio Kebijakan pendanaan (DER) untuk meneliti
pengaruh kebijakan pendanaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Menghasilkan laba merupakan tujuan seluruh perusahaan termasuk juga
perusahaan asuransi. Dengan dikeluarkannya penetapan Batas tingkat Solvabilitas (Risk
Based Capital) yang harus dimiliki oleh perusahaan asuransi, maka akan mempengaruhi
tingkat laba yang dapat dihasilkan perusahaan asuransi tersebut. Risk Based Capital
adalah modal minimum yang harus disediakan oleh setiap asuransi atau perusahaan
reasuransi untuk menutup setiap kemungkinan kegagalan pengelolaan asset dan
berbagai resiko lainnya. Dan merupakan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.06/2004. Menurut Wulandari (2011) ada pengaruh yang signifikan dari
tingkat Risk Based Capital terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Kirmizi
(2011) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat Risk Based Capital terhadap
nilai perusahaan.

Ukuran Perusahaan merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja


suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar dapat mencerminkan bahwa
perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya,
sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya dengan
demikian Nilai Perusahaan akan meningkat. Sedangkan pada perusahaan kecil akan
memiliki kapitasisasi pasar yang kecil, laba yang lebih rendah sehingga nilai perusahaan
akan menjadi kecil. Menurut Agnes (2011) ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan menurut Analisa (2011), ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap Nilai Perusahaan. Dalam hal
ukuran perusahaan dilihat dati total aset yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset
yang besar, pihak menajemen lebih leluasa dalam menggunakan aset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan
kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah aset yang besar akan
menurunkan Nilai Perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika
dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengelola perusahaan
akan meningkatkan Nilai Perusahaan.
Laba perusahaan (PR) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan tingkat efisiensi dalam
menggunakan harta yang dimilikinya (Chen,2004). Profitabilitas suatu perusahaan akan
mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
berinvestasi guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat laba yang rendah akan
menyebabkan para investor manarik investasinya. Sedangkan bagi perusahaan sendiri,
laba dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan harta yang
dimilikinya perusahaan tersebut. Laba juga memiliki arti penting bagi sebuah

perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut


dalam jangka panjang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha
meningkatkan laba perusahaannya, karena semakin tinggi laba yang diperoleh, maka
semakin tinggi pula nilai perusahan dimata investornya.Ang (1997) mengungkapkan
bahwa rasio profitabilitas dan rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan.
Selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi
pemilik saham, laba perusahaan juga merupakan elemen dalam menentukan nilai
perusahaan.
Menurut Martikarini (2013) ada pengaruh yang signifikan dari Laba perusahaan
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Hermuningsih (2012) terdapat pengaruh
yang tidak langsung dari laba perusahaan (PR) terhadap nilai perusahaan.

3.2.

Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konseptual dan landasan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Kebijakan pendanaan (DER), Risk Based Capital, Ukuran perusahan, Profit


berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Nilai perusahaan (DER) pada
Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia.

2.

Laba perusahaan (PR) sebagai variabel moderating dapat memperkuat hubungan


antara Kebijakan pendananan, Risk Based Capital, Ukuran perusahaan dengan
Nilai perusahaan(PER) pada Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kausal komparatif,
atau penelitian hubungan sebab akibat. Penelitian

bertujuan untuk menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap


akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui
data tertentu. Di dalam mengelompokan jenis penelitian ini, adalah termasuk sebagai
penelitian deskriptif, karena menggambarkan keadaan yang telah terjadi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif karena penelitian ini
dilakukan dengan menekankan analisisnya pada data numerik (angka) untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai perusahaan dengan kebijakan pendanaan,
ukuran perusahaan dan RBC perusahaan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti (Indrianto dan Supomo , 2002)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada perusahaan asuransi yang bertempat di Jalan
Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 Jakarta, dimana data diperoleh dengan mendownload
laporan keuangan tahunan perusahaan asuransi melalui situs resmi www.idx.co.id .
Waktu penelitian dari Juli 2014 sampat Desember 2014.

4.3 Populasi dan Sampel


Populasi menjelaskan tentang jumlah sumber data dan darimana asal data,
sedangkan sampel menjelaskan tentang tehnik sampling yang dipakai

untuk

menghasilkan jumlah sampel.


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan asuransi yang menerbitkan laporan keuangan
tahunan (annual report) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 2013 yang berjumlah 11 perusahaan .
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
sampling. Umar (2007) menyatakan bahwa purposive sampling

purposive

adalah pemilihan

sampel berdasarkan karakteristik tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2007 - 2013.
2. Perusahaan asuransi yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan
yang telah diaudit secara teratur selama tahun 2007- 2013.
3. Perusahaan asuransi yang secara teratur melaporkan RBC dalam laporan
keuangan tahunannya (annual report) di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara
teratur selama 2007 - 2013.
4.Perusahaan asuransi yang menghasilkan laba selama 2007-2013.
Dari hasil kriteria diatas, perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
sampel adalah sebanyak 10 perusahaan, dengan masa penelitian selama 7 tahun. Hasil
dari kriteria sampel dan data populasi dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1.
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Asuransi Tahun 2007 -2013

No.

Kode
Saham

Nama Emiten

Kriteria Sampel
1
2
3

Sampel

1.

ABDA

Asuransi Bina Dana Arta Tbk

2.

AHAP

Asuransi Harta Aman Pratama Tbk

3.

AMAG

Asuransi Multi Artha Guna Tbk

4.

ASBI

Asuransi Bintang Tbk

5.

ASDM

Asuransi Dayin Mitra Tbk

6.

ASMI

Asuransi Mitra Maparya Tbk

7.

ASJT

Asuransi Jasa Tania Tbk

8.

ASRM

Asuransi Ramayana Tbk

9.

PNIN

Paninvest Tbk

10.

LPGI

Lippo General Insurance Tbk

11.

MREI

Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk

10

Sumber : www.idx.co.id

Sampel

dalam penelitian ini terdiri dari 10 perusahaan asuransi , dengan tahun

pengamatan selama 7 tahun, jadi

total sampel pada penelitian ini sebanyak 10

perusahaan x 7 tahun = 70 data observasi.


4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengunduh
data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia : www.idx.co.id . Data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
peranatara. Data yang digunakan adalah data pooling dimana penyajian data dilakukan
secara cross section dan time series .

4.5. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel


4.5.1. Variabel Dependen
PER yang merupakan variabel dependen (Y) , yaitu merupakan perbandingan harga
perlembar saham dengan laba perlembar saham yang dimiliki perusahaan.

PER

H arg aperlembarSaham
LabaPerlembarSaham

Keterangan :
PER = Nilai Perusahaan
Harga = Harga Pasar perlembar saham
EPS

= Laba perlembar saham

4.5.2. Variabel Independen


DER, variabel Independen (X1) Kebijakan pendanaan (Debt to Equity Ratio). ,
adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan
melalui hutang dengan pendanaan melalui

ekuitas (Brigham dan Houston, 2001),

dengan rumus pengukuran :


DER = TotalEkuitas

TotalHu tan g

Keterangan :
DER
= Debt To Equity
Total Hutang = Jumlah semua Hutang Perusahaan di Neraca sebelah Pasiva
Total Ekuitas = Jumlah semua modal Perusahaan di Neraca sebelah Pasiva
Risk Based Capital (RBC), variabel Independen
solvabilitas yang harus

(X3) adalah

ratio tingkat

memenuhi ketentuan pemerintah, yakni bagi perusahaan

asuransi harus minimal diatas 120 % .


Ukuran perusahaan, variabel Independen

(X2) adalah jumlah aktiva yang

dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Ukuran Perusahan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : UkuranPerusahaan = TA
4.5.3. Variabel Moderating

Laba perusahaan (PR), variabel Moderating (X4) adalah selisih penjualan


dengan total biaya , dapat diproksi dengan rumus sebagai berikut:
Laba perusahaan = Penjualan total biaya
Secara ringkas, definisi operasional variabel tersebut diatas dapat digambarkan
melalui tabel berikut
Tabel 4.2.

Variabel

Definisi Operasional Variabel


Definisi Operasional
Parameter

Kebijakan

Komposisi hutang dengan

Pendanaan
(DER) (X1)

modal

Ukuran
Perusahaan
(TA) (X2)

Jumlah aktiva yang dimiliki


perusahaan pada periode tertentu

Risk Based
Capital (RBC)
(X3)

Selisih antara kekayaan yang


diperkenankan dengan kewajiban
yang timbul dibanding dengan
Batas tingkat Solvabilitas Minimum

DER =

Skala ukuran

TotalHu tan g
TotalEkuitas

UkuranPerusahaan = TA

Laba perusahaan Selisih penjualan dengan total


(PR) X4
biaya

Rasio

Rasio

Rasio
Batas tingkat solvabilitas Min.

Laba perusahaan =
Penjualan total biaya

PER = LabaPerlembarSaham

Rasio

H arg aperlembarSaham

Nilai

Perbandingan harga perlembar saham

Perusahaan
(Y)

dengan laba perlembar saham


yang dimiliki perusahaan

Rasio

4.6. Metode Analisis Data


Analisis data adalah sebuah proses yang berkaitan dengan pengujian data
dimana hasil dari pengujian tersebut digunakan sebagai bukti yang memadai untuk
menarik kesimpulan. Untuk penelitian dengan pendekatan kuantatif, maka teknik
analisis data ini berkenaan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
pengujian hipotesis yang diajukan (Daulay, 2010).
Modal analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis
regresi linier berganda. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah sebuah
studi mengenai saling ketergantungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih
variabel independen dengan tujuan untuk memprediksi rata-rata populasi atau nilai
variabel independen yang di ketahui (Ghozali , 2011) .
Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan
dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian
ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS.
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif yang
memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai minimum ,
maksimum , mean dan standard deviasi .
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam
model regresi dan untuk mengintepretasikan data agar lebih relevan dalam
menganalisis. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolineritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
a. Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak (Ghozali, 2011).

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas

suatu variabel dapat

dideteksi dengan grafik atau uji statistik. Analisis grafik dapat dilihat melalui grafik
normal probability plot dan grafik histogram. Selain dengan Analisis Grafik, uji
Normalitas dapat juga dilihat pada uji Kolmogrov-Smirnov, dimana pedoman yang
digunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah :
* Jika nilai signifikan > 0,05 maka distibusi normal
* Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi tidak normal

b. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol
(Gozali, 2011). Model regresi yang baik adalah bebas dari multikolinieritas. Untuk
mendeteksinya dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai
toleransi. Regresi yang bebas multikolinieritas adalah jika VIF < 10 serta nilai
Tolerance > 0,1.
c. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variansnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik
scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Sebaliknya

jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Selain dengan grafik scatterplot, uji heteroskedastisitas dapat
juga dideteksi dengan uji glejser dengan meregresikan nilai absolute resdidual
terhadap variabel independen dengan kriteria sebagai berikut :
* Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

* Jika nilai signifikan < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.


d. Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam
penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Menurut Ghozali
(2010:110), pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan
kriteria sebagai berikut :

Hipotesis Nol

Tabel 4.3
Kriteria Uji Durbin Watson
Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak

Tidak ada autokorelasi negatif

No decision

Tidak ada korelasi negatif

Tolak

Tidak ada korelasi negatif

No decision

Tidak ada autokorelasi,


positif atau negatif.

Tidak ditolak

Jika
0 < d < dl
dl

du

4 dl < d < 4
4 du

4 dl

du < d < 4 du

4.6.2. Pengujian Hipotesis


4.6.2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Adapun persamaan yang dipakai dalam untuk membuktikan hipotesis pertama
dan kedua penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Pertama:
Adapun model regresi yang dipakai dalam hipotesis pertama ini adalah sebagai
berikut:
PER = + 1.DER+ 2.RBC+ 3.TA + 4.PR +
Keterangan:
PER

= Nilai perusahaan

= Konstanta

1 s/d 4 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen


DER

= Kebijakan pendanaan

RBC

= Risk based Capital

TA

= Ukuran perusahaan

PR

= laba perusahaan

= Error

4.6.2.1. Uji Simultan - F (Uji F)


Untuk menentukan nilai F hitung tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5 %
dengan derajat (df) = (K-1) dan (n-k), kriteria sebagai berikut:
- Jika F

hitung

> F

tabel

atau probabilitas < taraf Signifikansi 5% = 0,05, maka Ha

diterima dan Ho ditolak. Berarti ada variabel independen secara bersama sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

- Jika F

hitung

< F

tabel

atau probabilitas > taraf Signifikansi 5% = 0,05, maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Berarti variabel independen secara bersama-sama


mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel dependen.
4.6.2.2. Uji Statistik - t (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable independen
secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t
hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ho : i = 0, artinya kebijakan pendanaan, risk based capital, ukuran perusahaan
dan laba perusahaan secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diukur melalui PER
2. Ha : i 0, artinya kebijakan pendanaan, risk based capital, ukuran perusahaan
dan laba perusahaan secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diukur melalui PER
Untuk menentukan t tabel, taraf signifikan yang digunakan sebesar 5 % dengan
derajat kebebasan (df) = (n-k-1), di mana n merupakan jumlah observasi dan k
merupakan jumlah variabel bebas.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf Signifikan 5% ( =
0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
-

Jika t

hitung

>t

tabel

atau probabilitas < taraf Signifikansi 5% = 0,05, maka Ha

diterima dan Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
-

Jika t

hitung

<t

tabel

atau probabilitas > taraf Signifikansi 5% = 0,05, maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Berarti ada pengaruh yang tidak signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).

4.6.2.3. Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menunjukkan besarnya
perubahan yang tersaji diakibatkan oleh variabel lainnya. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengetahui prosentase besarnya keterkaitan antara variabel
independent (x) terhadap variabel dependennya (y). Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Koefisien determinasi dinyatakan dalam R2. Untuk
variabel bebas yang lebih dari satu variabel, maka menggunakan Adjusted R2.

2. Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji
interaksi. Uji interaksi bertujuan untuk menentukan apakah variabel yang digunakan
sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen dengan membuat perkalian antar
variabel independen. Menurut Ghozali (2009:200), jika variabel moderasi merupakan
moderating variabel, maka hasil interaksi antara variabel independen dengan variabel
moderasi harus signifikan pada 0,05 atau 0,10. Dalam penelitian ini, tingkat signifikasi
yang digunakan adalah 0,05.
Hipotesis kedua yaitu laba perusahaan dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan kebijakan pendanaan yang diproxikan oleh DER, risk based capital, ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui PER pada perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun model regresi yang dipakai dalam hipotesis kedua ini adalah sebagai
berikut:
PER = + 1.DER + 2.RBC + 3.TA + 4.PR + 5.DER.PR + 6.RBC.PR + 7.TA.PR
+

Keterangan:
PER

= Nilai perusahaan

= Konstanta

1 s/d 9 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen


DER

= Kebijakan pendanaan

RBC

= Risk Based Capital

TA

= Ukuran perusahaan

PR

= Laba perusahaan

DER_PR = Interaksi kebijakan pendanaan dengan laba perusahaan


RBC_PR = Interaksi Risk Based Capital dengan laba perusahaan
TA_PR

= Interaksi Ukuran perusahaan dengan laba perusahaan

= Error

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.

Deskriptif Data Penelitian


Data yang diperoleh dari analisis deskriptif menunjukkan nilai tertinggi

(maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean), dan standar deviasi dari setiap
variabel yang diteliti yaitu Kebijakan pendanaan (DER), Risk Based Capital (RBC),
Ukuran perusahaan (TA), variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (PER) , dan
variabel moderating yaitu Laba Perusahaan (PR). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel
5.1.
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

DER (Ratio)

70

.03

5.89

1.5241

1.28504

RBC (%)

70

46.72

3269.46

314.5949

414.88791

TA (Rp.M)

70

6.81

2153.35

515.9218

478.52211

PR (Rp.M)

70

.31

155.40

30.4028

36.16122

NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

70

.72

98.09

7.8396

12.23612

Valid N (listwise)

70

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa Kebijakan hutang (DER)


perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2013 memiliki nilai
terendah 0,03, dan nilai tertinggi sebesar 5,89. Rata-rata kebijakan hutang adalah
sebesar 1,5241 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,28504. Emiten yang memiliki
nilai DER minimum adalah Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG) pada tahun
2011.Danemiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Ramayana Tbk
(ASRM) pada tahun 2012.
Risk Based Capital (RBC) perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2013 memiliki nilai terendah 46,72 dan nilai tertinggi sebesar 3269,46. Rata-rata

RBC sebesar 314,5949 dengan nilai standar deviasi sebesar 414,88791 Emiten yang
memiliki nilai RBC minimum adalah Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) pada tahun
2009.Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Lippo General Insurance Tbk
pada tahun 2009.
Ukuran perusahaan (TA) perusahaan asurasni yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2013 memiliki nilai terendah 6,81 dan nilai tertinggi sebesar 2153,35. Rata-rata
total utang sebesar 515,9218 dengan nilai standar deviasi sebesar 478,52211. Emiten
yang memiliki nilai Size minimum adalah Paninvest Tbk (PNIN) pada tahun 2008.Dan
emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Bina Dana Artha Tbk (ABDA)
pada tahun 2013.
Laba perusahaan (PR) perusahaan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI
pada tahun 2007-2013 memiliki nilai terendah 0,31, dan nilai tertinggi sebesar 155,4.
Rata-rata laba perusahaan sebesar 30,4028 dengan nilai standar deviasi sebesar
36,16122. Emiten yang memiliki nilai Profit minimum adalah PaninvestTbk (PNIN)
pada tahun 2008. Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Multi
Artha GunaTbk (AMAG) pada tahun 2012.
Nilai perusahaan (PER) perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2013 memiliki nilai terendah 0,72 dan nilai tertinggi sebesar 098,09 Rata-rata nilai
perusahaan sebesar 7,8396dengan nilai standar deviasi sebesar 12,23612 Emiten yang
memiliki nilai PER minimum adalah Asuransi RamayanTbk (ASRM) pada tahun
2008.Dan emiten yang memiliki nilai maksimum adalah Asuransi Harta Aman
PratamaTbk (AHAP) pada tahun 2007.
5.2.

Pengujian Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi

regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala
multikolonieritas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan estimasi

yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) yakni tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

5.2.1. Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan
independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai ditribusi normal atau
tidak.Model regresi yang layak adalah model yang mempunyai distribusi normal atau
mendekati normal. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat melalui normal
probability plot, grafik histogram serta Kolmogorov Smirnov Test ditunjukkan sebagai
berikut :

Gambar 5.1. Normal P-P Plot


Hasil uji normalitas melalui Normal P-Plot pada Gambar 5.1 menunjukkan
bahwa titik titik menyebar menjauh garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi tidak
terdistribusi secara normal.

Gambar 5.2. Grafik Histogram

Hasil uji normalitas melalui alternatif kedua yaitu grafik histogram pada Gambar
5.2.memperlihatkan bahwa distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang
tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan atau dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.

Tabel 5.2.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N

70

Normal

Mean
a,b

.0000000

Parameters

Std. Deviation

Most Extreme

Absolute

.227

Differences

Positive

.227

Negative

-.208

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

11.12807520

1.901
.001

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data

Berdasarkan Tabel 5.2 Uji Normalitas melalui One Sample Kolmogorov


Smirnov test terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 1,901 dan signifikansi
(Asymp. Sig.(2 tailed))sebesar 0,001< 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa residual
tidak terdistribusi secara normal. Secara keseluruhan, semua hasil pengujian melalui
analisis plot, grafik, dan statistik menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak normal.
Dengan demikian akan dilakukan transformasi logaritma terhadap data yang tersedia.
Setelah dilakukan transformasi, data penelitian menunjukkan titik-titik tidak
menyebar jauh dari garis dagonal sehingga model regresi sudah memenuhi asumsi
normalitas. Hasil uji normalitas setelah transformasi dapat dilihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3. Normal P-P Plot


Setelah data di transfor logaritma
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)
Hasil uji normalitas melalui Normal P-Plot pada Gambar 5.2 menunjukkan
bahwa titik titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi
secara normal.

Gambar 5.4. Grafik Histogram


Setelah data di transform logaritma
Setelah dilakukan transformasi, dari table 5.3. terlihat bahwa nilai Kolmogorov
Smirnov sebesar 0,659 dan signifikansi ( Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,777>0,05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Secara keseluruhan,
semua hasil pengujian melalui analisis plot, grafik, dan statistic menunjukkan hasil yang
normal.

Tabel 5.3
Setelah data di transform logaritma
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N

70

Normal Parameters

a,b

Mean

.0000000

Std. Deviation
Most Extreme Differences

.59946040

Absolute

.079

Positive

.060

Negative

-.079

Kolmogorov-Smirnov Z

.659

Asymp. Sig. (2-tailed)

.777

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

5.2.2. Uji Multikolonieritas


Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil pengujian
Multikolonieritas dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini

Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolonieritas setelah transformasi logaritma
Coefficients

Standardi
zed
Unstandardized

Coefficient

Coefficients

Model
1

Std. Error

Beta

1.198

Collinearity Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

(Constant)

2.213

lnx1

-.174 .122

-.190

-1.422 .160

.686

1.457

lnx2

-.374 .168

-.297

-2.226 .030

.685

1.459

lnx3

.518

.872

2.904 .005

.136

7.371

lnx4

-.545 .162

-3.370 .001

.143

6.994

.178

1.847 .069

-.986

a. Dependent Variable: lny

Dari hasil pengujian pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa variable Lnx1 DER (Kebijakan
pendanaan), lnX2 RBC (Risk BasedCapital), ln X3 Ukuran Perusahaan( TA ) dan ln X4
PR( memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan model

regresi bebas multikolonieritas, yang artinya ada tidak korelasi antar variabel
independen.
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Heteroskedastisitas
dapat dilihat melalui grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 5.5
Grafik Scatterplot
Setelah data di transform logaritma

Pada gambar scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak membentuk pola tertentu atau
tidak teratur.Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi sehingga model regresi layak dipakai.
5.2.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan
dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak

mengandung autokorelasi yaitu tidak terdapat korelasi antar variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel pengganggu lainnya pada periode sebelumnya. Hasil
pengujian Autokorelasi dapat dilihat melalui Tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Autokorelasi
b

Model Summary

Model

.452

R Square
a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.205

.156

Durbin-Watson

0.75126

1.795

a. Predictors: (Constant), x3.x4, DER (Ratio), RBC (%), TA (Rp.M), PR(Rp.M),


x1.x4, x2.x4
b. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

Hasil pengujian Autokorelasi pada Tabel 5.5 menunjukkan nilai statistik Durbin
Watson (DW) sebesar 1,795. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikansi 5 %, jumlah sampel (n) = 70. Dan jumlah variabel
independen (k) = 4 diketahui bahwa nilai dL = 1,4758 dan nilai dU = 1,7319. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa :
dU = 1,7319, DW (d) = 1,795 maka dU DW (d) = 1,7319 1,795
4 dU = 4 1,7319 = 2,2681
Nilai DW (d) 4 dU = 1,795 2,2681
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh kesimpulan bahwa tidak
ada autokorelasi negatif maupun positif pada model regresi.
5.3.

Pengujian Hipotesis

5.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama


Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa
tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
melalui pengaruh DER, RBC, TA dan PR terhadap PER. Hasil regresi dapat dilihat pada
Tabel 5.7 sebagai berikut :

Tabel 5.7
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
Model

Std. Error

(Constant)

12.951

3.106

DER (Ratio)

-1.727

1.384

Standardized Coefficients
Beta

-.181

RBC (%)

-.005 .004

-.176

TA (Rp.M)

.002 .007

.079

PR (Rp.M)

-.062 .085

-.183

a. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

Berdasarkan Tabel 5.7 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 12.951- 1.727 DER- 0,005 RBC + 0,002 TA 0.062 PR
Keterangan :
DER

Kebijakan pendanaan

RBC

Risk Based Capital

TA

Ukuran Perusahaan

PR

Laba Perusahaan

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linier berganda di atas adalah


sebagai berikut :
1. Nilai = 12.951
Nilai konstanta sebesar 12.951 menunjukkan bahwa apabila semua variabel
yaitu DER, RBC, TA, PR, diasumsikan konstan atau 0, maka Nilai perusahaan
(PER) yang terbentuk adalah sebesar 12.951.
2. Nilai b1 = - 1.727
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan pendanaan yang
disimbolkan sebagai DER berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika DER meningkat 1%,

maka akan menurunkan PER sebesar 172.7 % dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
3. Nilai b2 = 0,002
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai RBC berpengaruh positif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat 1%,
maka akan menaikkan PER sebesar 0,2% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.006
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai TA berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%, maka
akan menurunkan PER sebesar 0.6% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -0,062
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai PR berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika Profit meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 6,2% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
a.

Uji Simultan (Uji F)


Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh secara simultan

atau serempak seluruh variabel independen yaitu Kebijakan pendanaan( DER), Risk
based Capital (RBC), Ukuran Perusahaan (TA), dan Laba perusahaan (PR) terhadap
variabel dependen yaitu Nilai perusahaan (PER). Hasil Uji statistik F adalah sebagai
berikut:

Tabel 5.8
Uji Statistik F
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares
Regression
Residual
Total

df

Mean Square

545.852

9785.013

65

10330.865

69

136.463 .906

Sig.
.466

150.539

a. . Predictors: (Constant), PROFIT (Rp.M), DER (Ratio),


RBC (%), SIZE (Rp.M)
b. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji F, diperoleh bahwa nilai F
hitung

adalah 0,906 dengan tingkat signifikansi 0,466 (lebih besar dibandingkan 0,05).

Sedangkan F tabel diperoleh menggunakan rumus k -1 = 4 1=3, dan n k = 70 4= 66


pada derajat kepercayaan 5 % didapat F
tabel.

tabel

sebesar 2,74. Ini berarti bahwa F

hitung<

Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya secara simultan semua variabel independen

yaitu DER, RBC, TA, dan PR tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu PER.
b.

Uji Parsial (Uji-t)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen, yaitu DER, RBC, TA, dan PR secara parsial (individual) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu PER. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.9 berikut ini

Tabel 5.9
Uji Statistik t
Coefficienta
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Coefficients

Std. Error

Beta

Sig.

(Constant)

12.951

3.106

4.170 .000

DER (Ratio)

-1.727

1.384

-.181

-1.248 .217

RBC (%)

-.005

.004

-.176

-1.368 .176

TA (Rp.M)

.002

.007

.079

.301 .765

PR (Rp.M)

-.062

.085

-.183

-.728 .469

Dari hasil pengujian, dapat dijelaskan pengaruh dari masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen secara parsial :
1. Pengaruh DER terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel DER diperoleh thitung sebesar -1,248 dengan
signifikansi sebesar 0,217 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung

-1,248< t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel DER (Kebijakan
pendanaan) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai
perusahaan (PER).
2. Pengaruh RBC terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel RBC diperoleh t

hitung

sebesar -1,368 dengan

signifikansi sebesar 0,176 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t tabel sebesar 1,9966.

Sehingga diperoleh t

hitung

-1,368< t

tabel

1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel RBC (Risk Based
Capital) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai
Perusahaan (PER).

3. Pengaruh TA terhadap PER


Hasil analisis uji t untuk variabel TA diperoleh t

hitung

sebesar 0,301 dengan

signifikansi sebesar 0,765 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung

0,301< t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

diterima dan Ha ditolak.Hal ini berarti bahwa variabel TA (Ukuran Perusahaan)


secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai perusahaan
(PER).
4. Pengaruh PR terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel PR diperoleh t

hitung

sebesar -0,728 dengan

signifikansi sebesar 0,469 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung

-0,728< t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel PR (Laba perusahaan)
secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai perusahaan
(PER).
a. Koefisien Determinasi
Berdasarkan uji Hipotesis (Uji F) diperoleh bahwa DER (Kebijakan hutang),
RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran perusahaan), dan PR (Laba perusahaan )
mempunyai pengaruh terhadap Nilai perusahaan (DER).

Tabel 5.10
Koefisien Determinasi
Model
1

R
.416

R Square

Adjusted R Square

.173

Std. Error of the Estimate

0.80

a. Predictors: (Constant), DER (Ratio), RBC (%), TA (Rp.M), PR (Rp.M),


b. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

11.73948

Pada Tabel 5.10 angka R Square sebesar 0,173 menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara DER (Kebijakan pendanaan), RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran
perusahaan), PR( laba perusahaan) terhadap Nilai perusahaan adalah sebesar 17.3%.
Untuk nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0.173. Nilai ini mengindikasikan
bahwa 17,3% variasi atau perubahan dalam Nilai perusahaan (PER) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel DER, RBC, TA, PR, Sedangkan sisanya sebesar 82,7% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.3.1.1.Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Setelah data ditranform
Hasil analisis regresi setelah data ditransform dapat dilihat pada Tabel 5.11
sebagai berikut :
Tabel 5.11
Hasil Analisis Regresi
Setelah data ditransform
Unstandardized Coefficients
Model

Std. Error

Standardized Coefficients
Beta

(Constant)

2.213

1.198

Lnx1 (Ratio)

-.174 .122

-.190

Lnx2 (%)

-.374 .168

-.297

Lnx3(Rp.M)

.518 .178

.872

Lnx4 (Rp.M)

-.545 .162

-.986

a. Dependent Variable: ln Y (Ratio)

Berdasarkan Tabel 5.11 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 2.213- 0,174 DER- 0,374 RBC + 0,518 TA 0.545 PR
Keterangan :
Ln x1

Kebijakan Hutang (DER)

Ln x2

Risk Based Capital (RBC)

Ln x3

Ukuran Perusahaan (TA)

Ln x4

Laba Perusahaan (PR)

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linier berganda di atas adalah


sebagai berikut :
1. Nilai = 2.213
Nilai konstanta sebesar 2.213 menunjukkan bahwa apabila semua variabel yaitu
DER, RBC, TA, PR, diasumsikan konstan atau 0, maka Nilai perusahaan (PER)
yang terbentuk adalah sebesar 2.213.
2. Nilai b1 = - 0,174
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan pendanaan yang
disimbolkan sebagai DER berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika DER meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 17,4 % dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
3. Nilai b2 = -0,374
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai RBC berpengaruh negatif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 37,4% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.

4. Nilai b3 = 0,518
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai TA berpengaruh positif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%, maka
akan menaikkan PER sebesar 51,8% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.

5. Nilai b4 = -0,545
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai PR berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika PR meningkat 1%, maka
akan menurunkan PER sebesar 54,5% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
a. Uji Simultan (Uji F) Setelah data ditransform
Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh secara simultan
atau serempak seluruh variabel independen yaitu Kebijakan pendanaan (DER), Risk
based Capital (RBC), Ukuran perusahaan (TA), dan Laba perusahaan (PR) terhadap
variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (PER). Hasil Uji simultan F adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.11
Uji Statistik F
Setelah data ditransform
b

ANOVA

Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Sig.

Regression 9.434

2.358

4.179

.005a

Residual

36.686

65

.564

Total

46.119

69

a. Predictors: (Constant), lnx4, lnx1, lnx2, lnx3


b. Dependent Variable: lny

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji F, diperoleh bahwa nilai F
hitung

adalah 4,179 dengan tingkat signifikansi 0,05 (sama dibandingkan 0,05).

Sedangkan F tabel diperoleh menggunakan rumus k -1 = 4 1=3, dan n k = 70 4= 66


pada derajat kepercayaan 5 % didapat F
tabel.

tabel

sebesar 2,74. Ini berarti bahwa F

hitung>

Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara simultan semua variabel independen

yaitu DER, RBC, TA, dan PR berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen yaitu PER.
b. Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen, yaitu DER, RBC, TA, dan PR secara parsial (individual) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu PER. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.13 berikut ini

Tabel 5.13
Uji Statistik t
Setelah transform data
Coefficienta
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Coefficients

Std. Error

Beta

Sig.

(Constant)

2.213 1.198

1.847 .069

Lnx1 (Ratio)

-.174 .122

-.190

-1.422 .160

Lnx2 (%)

-.374 .168

-.297

-2.226 .030

Lnx3(Rp.M)

.518 .178

.872

2.904 .005

Lnx4 (Rp.M)

-.545 .162

-.986

-3.370 .001

Dari hasil pengujian, dapat dijelaskan pengaruh dari masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen secara parsial :
1. Pengaruh Lnx1(LnDER) terhadap lnPER
Hasil analisis uji t untuk variabel lnDER diperoleh thitung sebesar -1,422 dengan
signifikansi sebesar 0,160 yang artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung

-1,422< t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

-1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

diterima dan Ha ditolak.Hal ini berarti bahwa variabel LnDER (Kebijakan


pendanaan) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai
perusahaan (PER).

2. Pengaruh Lnx2(LnRBC) terhadap lnPER


Hasil analisis uji t untuk variabel LnRBC diperoleh t hitung sebesar -2,226 dengan
signifikansi sebesar 0,030 yang artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t tabel sebesar 1,9966.

Sehingga diperoleh t

hitung

-2,226< t

tabel

-1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel LnRBC (Risk Based
Capital) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan (PER).
3. Pengaruh Lnx3(LnTA) terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel LnTA diperoleh t

hitung

sebesar 2,904 dengan

signifikansi sebesar 0,005 yang artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung2,904

> t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel LnTA (Ukuran
Perusahaan) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan
(PER).
4. Pengaruh Lnx4(LnPR) terhadap PER
Hasil analisis uji t untuk variabel LnPR diperoleh t

hitung

sebesar -3,370 dengan

signifikansi sebesar 0,001 yang artinya nilai signifikansi lebihkecil dari 0,05.
Sedangkan t

tabel

diperoleh dari df k = 70 4=66. Nilai t

Sehingga diperoleh t

hitung

-3,370< t

tabel

tabel

sebesar 1,9966.

-1,9966. Maka dapat disimpulkan Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel PR (Laba perusahaan)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan (PER).

c. Koefisien Determinasi

Tabel 5.14
Koefisien Determinasi
Model
1

R
.452

R Square

Adjusted R Square

.205

Std. Error of the Estimate

0.156

10.75126

a. Predictors: (Constant), DER (Ratio), RBC (%), TA (Rp.M), PR (Rp.M),


b. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN (Ratio)

Pada Tabel 5.14 angka R Square sebesar 0,205 menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara DER (Kebijakan pendanaan), RBC (Risk Based Capital), TA (Ukuran
perusahaan), PR( laba perusahaan) terhadap Nilai perusahaan adalah sebesar 20.5%.
Untuk nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0.205. Nilai ini mengindikasikan
bahwa 20,5% variasi atau perubahan dalam Nilai perusahaan (PER) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel DER, RBC, TA, PR, Sedangkan sisanya sebesar 79,5% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua yaitu untuk menganalisis apakah PROFIT (Laba perusahaan)
dapat memperkuat atau memperlemah DER(Kebijakan pendanaan), SIZE (Ukuran
perusahaan) dan RBC (Rised BasedCapital)terhadapPER (Nilai perusahaan) perusahaan
pada perusahaan Asurasniyang terdafar di Bursa Efek Indonesia.Hasil regresi dapat
dilihat pada Tabel 5.15 sebagai berikut:

Tabel 5.15
Hasil Analisis Regresi
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model

Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

22.825

4.944

DER (Ratio)

-4.352

2.973

RBC (%)

-.018

TA (Rp.M)
PR(Rp.M)

Sig.

4.616

.000

-.457

-1.464

.148

.007

-.616

-2.423

.018

-.006

.007

-.220

-.773

.443

-.406

.144

-1.199

-2.820

.006

x1.x4

.107

.081

.532

1.318

.192

x2.x4

.001

.000

.770

1.865

.067

x3.x4

6.536E-5

.000

.315

.729

.469

Berdasarkan Tabel 5.13 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
PER = 22825-4.352 DER- 0,018 RBC - 0,006 TA0.406 PR + 0.107DER_PR + 0.001
RBC_PR 0.6536 TA_PR
Keterangan :
DER

Kebijakan pendanaan

RBC

Risk Based Capital

TA

Ukuran Perusahaan

PR

Laba Perusahaan

DER_PR

Interaksi Kebijakan pendanaan dengan laba perusahaan

RBC_PR

Interaksi Risk based capital dengan laba perusahaan

TA_PR

Interaksi Ukuran perusahaan dengan laba perusahaan

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linier berganda di atas adalah


sebagai berikut :

1. Nilai = 22825
Nilai konstanta sebesar 22825 menunjukkan bahwa apabila semua variabel yaitu
DER, RBC, TA, PR, serta Interaksi antara DER dengan PR, Interaksi antara
RBC dengan PR dan Interaksi antara TA dengan PR
diasumsikan konstan atau 0, maka Nilai perusahaan (PER) yang terbentuk adalah
sebesar 22825.
2. Nilai b1 = - 4.532
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan pendanaan yang
disimbolkan sebagai DER berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika DER meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 453 % dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
3. Nilai b2 = - 0,018
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai RBC berpengaruh negatif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat 1%,
maka akan menurunkan per sebesar 1.8% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.006
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai size berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika TA meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 0.6% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau sama dengan 0.
5. Nilai b4 = -0,406

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang


disimbolkan sebagai PR berpengaruh negatif terhadap variabel independen yaitu
Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika PR meningkat 1%, maka
akan menurunkan PER sebesar 40,6% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau
sama dengan 0.
6. Nilai b5= 0,107
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel DER (Kebijakan
pendanaan) dengan PR (Laba perusahaan) berpengaruh positif terhadap variabel
dependennya yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa jika
interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER sebesar
10,7% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan 0.
7. Nilai b6= 0,001
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel DER( Kebijakan
pendanaan ) dengan PR ( Laba perusahaan ) berpengaruh positif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa
jika interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER
sebesar 0,1% dengan asumsi variabel lain tetap atau sama dengan 0.

8. Nilai b7= 0,6536


Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel TA( Ukuran
perusahaan ) dengan PR ( Laba perusahaan ) berpengaruh negatif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (PER). Ini menunjukkan bahwa
jika interaksi TA dengan PR meningkat 1%, maka akan menurunkan PER
sebesar 65,36% dengan asumsi variabel lain tetap atau sama dengan 0.
Dari pengujian Analisis Regresi diperoleh hasil interaksi antara variabel
DER_PR adalah 0,192, DER_PR adalah 0,067 dan RBC_PR adalah 0,067 yang

berarti tidak signifikan di 0,05 sehingga dilakukan transformasi variabel dalam


bentuk logaritma natural
Tabel 5.16
Hasil Analisis Regresi
Setelah transform data
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Coefficients

Std. Error

17.248

8.124

lnx1

-.826

1.311

lnx2

-2.156

lnx3
lnx4

Beta

Sig.

2.123

.038

-.395

-.630

.531

1.091

-.749

-1.976

.053

-.460

.696

-.339

-.661

.511

-4.600

2.495

-3.640

-1.844

.070

lnx1.lnx4

.241

.345

.392

.699

.487

lnx2.lnx4

.669

.373

3.069

1.794

.078

lnx3.lnx4

.132

.150

.722

.878

.384

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.16 Persamaan regresi untuk model regresi linear berganda
antara variabel independen dengan variabel dependen adalah :
Ln PER = 15.460- 0.677 LnDER 2,193 LnRBC 0,156 Ln TA 4,821 LnPR+
0.180 lnDER_lnPR + 0.661 lnRBC_lnPR 0.141 lnTA_lnPR

Keterangan :
Lnx1

Kebijakan pendanaan (Ln DER)

Lnx2

Risk Based Capital (ln RBC)

Lnx3

Ukuran Perusahaan (Ln SIZE)

LnX4

Laba Perusahaan (Ln PROFIT)

Lnx1_ln X4

Interaksi Kebijakan pendanaan dengan laba perusahaan

LnX2_Lnx4

Interaksi Risk based capital dengan laba perusahaan

LnX3_Lnx4

Interaksi Ukuran perusahaan dengan laba perusahaan

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linier berganda di atas adalah


sebagai berikut :
1. Nilai = 15.460
Nilai konstanta sebesar 15.460 menunjukkan bahwa apabila semua variabel
yaitu lnDER, lnRBC, lnTA, lnPR, serta Interaksi antara lnDER dengan lnPR,
Interaksi anatara lnRBC dengan lnPR dan Interaksi antara lnTA dengan lnPR
diasumsikan konstan atau 0, maka Nilai perusahaan (lnPER) yang terbentuk
adalah sebesar 15.460.
2. Nilai b1 = - 0,677
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan pendanaan yang
disimbolkan sebagai lnDER berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika lnDER meningkat
1%, maka akan menurunkan lnPER sebesar 67,7 % dengan asumsi variabel
lainnya tetap atau sama dengan 0.

3. Nilai b2 = - 2,193
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel Risk Based Capital yang
disimbolkan sebagai lnRBC berpengaruh negatif terhadap variabel dependennya
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika RBC meningkat
1%, maka akan menurunkan per sebesar 219,3% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
4. Nilai b3 = - 0.156
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
disimbolkan sebagai lnsize berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika Size meningkat

1%, maka akan menurunkan PER sebesar 15,6% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.

5. Nilai b4 = -4,821
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba perusahaan yang
disimbolkan sebagai lnPR berpengaruh negatif terhadap variabel independen
yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika PR meningkat 1%,
maka akan menurunkan PER sebesar 482,1% dengan asumsi variabel lainnya
tetap atau sama dengan 0.
6. Nilai b5= 0,180
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnDER (Kebijakan
pendanaan) dengan lnPR (Laba perusahaan) berpengaruh positif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa
jika interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER
sebesar 18% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan 0.
7. Nilai b6= 0,661
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnRBC(Risk Based
Capital) dengan lnPR ( Laba perusahaan ) berpengaruh positif terhadap variabel
dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa jika
interaksi DER dengan PR meningkat 1%, maka akan menaikkan PER sebesar
66,1% dengan asumsi variabel lain tetap atau sama dengan 0.
8. Nilai b7= 0,141
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa interaksi variabel lnTA( Ukuran
perusahaan ) dengan lnPR ( Laba perusahaan ) berpengaruh negatif terhadap
variabel dependennya yaitu Nilai perusahaan (lnPER). Ini menunjukkan bahwa

jika interaksi TA dengan PR meningkat 1%, maka akan menurunkan PER


sebesar 14,1% dengan asumsi variabel lain tetap atau sama dengan 0.

5.4.

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

5.4.1. Pembahasan Hipotesis Pertama


Nilai R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0,205 yang menunjukkan
bahwa 20,5 % pengaruh terhadap nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel
kebijakan pendanaan, risk based capital, ukuran perusahaan dan laba perusahaan,
sisanya 79,5 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
Dari hasil Uji-F yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat signifikansi adalah
sebesar 0,05 (sama dibandingkan dengan 0,05). Hasil ini menyimpulkan bahwa variabel
independen yaitu kebijakan pendanaan, risk based capital, ukuran perusahaan dan laba
perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007- 2013.
Nilai perusahaan merupakan Nilai yang dibutuhkan investor dalam mengambil
keputusan investasi yang tercermin dari harga pasar perusahaan(Husnan,2006). Salah
satu indikator yang digunakan untuk mengukur Nilai perusahaan adalah melalui rasio
Price Earning Ratio(PER). PER merupakan perbandingan antara harga saham
perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham(Mohammad
Usman, 2001).Brigham Gapens (1996) menyatakan, PER merupakan rasio yang paling
penting, dengan alasan untuk semakin tinggi nilai perusahaan semakin tinggi
kemakmuran pemegang saham.Pemegang saham tentunya ingin mendapatkan tingkat
pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan.
Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan kebijakan perusahaanyang
diwakili oleh kebijakan pendanaan (Debt to Equity ratio) berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian Indri dkk
(2012), Dimas Prasetyo dkk (2012), Lihan Rini Puspo Wijaya dkk (2010) yang
menyatakan bahwa secara simultan kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Selanjutnya hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya adalah sebagai
berikut :
a.

Pengaruh

Kebijakan

pendanaan

(Debt

to

Equity)

terhadap

Nilai

Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pendanaan (DER) terhadap nilai
perusahaan dengan menggunakan Uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi -1,422 dengan
tingkat signifikansi 0,160 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
kebijakan pendanaan (debt to equity) secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan
arah koefisien negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan kebijakan
pendanaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.Perusahaan asuransi
yang cenderung bergerak di bidang jas abelum tentu membutuhkan sumber pendanaan
dari sumber luar, yaitu utang untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Hasil ini tidak sejalan dengan Trade off Theory yang menjelaskan tentang
hubungan antara kebijakan pendanaan dengan nilai perusahaan. Teori ini
menunjukkan bahwa penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi
hanya pada batas tertentu. Jika dirasa sudah melampaui batas tersebut, maka
penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan.
Hasil

penelitian

ini

sejalan

dengan

penelitian

sebelummya

Sri

Sofianingsih(2011) akan tetapi bertentangan dengan penelitian Indri dkk (2012),


Dimas,dkk.(2012), Lihan (2010), hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan modal
utang akan lebih menguntungkan apabila iklam bisnis dengan biaya bunga, namun

demikian dalam iklim bisnis yang tidak menentu manfaat dari penggunaan utang bisa
lebih kecil dari biaya bunga yang ditimbulkan. Demikian juga dengan penggunaan
ekuitas, modal ekuitas akan menguntungkan apabila pemegang saham memiliki
tuntutan yang tidak terlalu tinggi akan tingkat pengembalian investasi.
b.

Pengaruh

Risk

Based

Capital

(RBC)

terhadap

Nilai

perusahaan

Hasil pengujian Risk Based Capital (RBC) terhadap nilai perusahaan dengan
menggunakan uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi-2,226 dengan tingkat signifikansi
0,030 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RBC (risk based
capital) secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan arah koefisien negatif terhadap
nilai perushaan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio RBC ssecara spesifik negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini tidak sejalan dengan tujuan
kebijakan pemerintah yang telah memberikan perlindungan kepada nasabah asuransi
dengan ditetapkannya RBC bagi perusahaan asuransi dengan harapan perusahaan
asuransi memiliki kekuatan modal yang cukup untuk menghindari resiko yang dapat
merugikan nasabahnya yang mana dengan RBC yang tinggi, perusahaan menjadi lebih
terjamin dan nilai perusahaan akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan penelitian Karmizi (2011) yang menemukan bahwa RBC berpengaruh secara
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini peningkatan nilai perusahaan
asuransi lebih dominan oleh pengelolaan keuangan, pemasaran dan produk yang
ditawarkan.
c.

Pengaruh Ukuran Perusahaan ( TA) terhadap Nilai perusahaan


Hasil pengujian Ukuran perusahaan (TA) terhadap nilai perusahaan denga

menggunakan uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi 2,904 dengan tingkat signifikansi
0,005 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
(TA)secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan arah koefisien negatif terhadap
nilai perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur melalui logaritma dari total aset,

menggambarkan bahwa jumlah aset perusahan yang besar akan memiliki peluang yang
lebih besar didalam menghasilkan nilai perusahaan , ternyata tidak berlaku untuk
perusahaan asuransi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian

Ayusari dkk (2013),

Namun bertentangan dengan hasil penelitian Elva(2012). Dalam hal ini ukuran
perusahaan dapat mempengaruhi semua jenis perusahaan termasuk juga dapat
mempengaruhi nilai perusahaan asuransi.
d.

Pengaruh Laba perusahaan (PR)terhadap Nilai perusahaan


Hasil pengujian Laba perusahaan (PR) terhadap nilai perusahaan dengan

menggunakan uji-t, diperoleh nilai koefisien regresi-3,370 dengan diperolah tingkat


signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba
perusahaan (PR )secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa laba perusahaan yang besar akan memberikan suatu
prospek perusahaan yang baik sehingga akan dapat merespon investor untuk
meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham perusahaan yang meningkat akan
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan dengan penelitian Martikarini (2011)
bahwa laba secara signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun sejalan
dengan hasil penelitian Sri Hermingsih (2012) yang menemukan bahwa laba
berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
5.4.2. Pembahasan Hipotesis Kedua
Hasil penelitian diperoleh bahwa interaksi kebijakan pendanaan dengan laba
perusahaan, interaksi RBC dengan laba perusahaan dan interaksi ukuran perusahaan
dengan laba perusahaan memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa laba perusahaan tidak dapat memoderasi kebijakan
pendanaan, risk based capital dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan laba
perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan, seperti peningkatan
laba secara otomatis akan meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi,
peningkatan investasi akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji ini tidak
dapat dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya karena tidak ada yang persis
sama, akan tetapi menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alas an antara lain laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedaoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan
keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya
di masa yang akan dating, dasar dalam perhitungan dan penilaian effisiensi dalam
menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja
perusahaan.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada

pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1.

Kebijakan pendanaan (DER), Risk based Capital (RBC), Ukuran perusahaan (TA),
dan Laba perusahaan (PR) secara secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Nilai perusahaan.

2.

Kebijakan pendanaan (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai


perusahaan, risk based capital (RBC) berpengaruh signifikan terhadap Nilai
perusahaan, ukuran perusahaan (TA) berpengaruh signifikan terhadap Nilai
perusahaan, dan

laba perusahaan (PR) berpengaruh signifikan terhadap Nilai

perusahaan.
3.

Laba perusahaan tidak dapat memoderasi hubungan kebijakan pendanaan (DER),


risk based capital (RBC), ukuran perusahaan (TA), terhadap nilai perusahaan.

6.2.

Keterbatasan Penelitian
Peneltitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdapat
di Bursa Efek sehingga variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan hanyalah
mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan asuransi saja sehingga tidak dapat
digeneralisasi untuk jenis perusahaan lain.

2.

Variabel independen yang digunakan adalah kebijakan pendanaan (DER), risk


based capital (RBC), ukuran perusahaan (TA), laba perusahaan (PR), yang hanya
mampu menjelaskan 20,5% pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

3. Variabel moderating yang digunakan adalah laba perusahaan (PR), dan dari hasil
pengujian memiliki tingkat signifikasi yang lebih besar dari alpha 0,05 sehingga
variable moderator ini tidak signifikan mempengaruhi laba.

6.3.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana telah disebutkan di atas,

dapat dibuat saran sebagai berikut:


1.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel penelitian


terhadap jenis perusahaan lain yang belum pernah diteliti sehingga hasilnya dapat
dibandingkan.

2.

Jumlah variabel independen sebaiknya ditambah karena penelitian ini hanya


mampu menjelaskan varaibel kebijakan pendanaan (DER), risk based capital
(RBC), ukuran perusahaan (TA), laba perusahaan (PR) terhadap nilai perusahaan
sebesar 20,5% dan 79,5 % lagi dijelaskan variabel independen lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain
yang dapat mempengaruhi profitabilitas misalnya net profit margin, Firm Age dan
lain-lain.

3.

Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunkan variable moderating yang lain


seperti pertumbuhan premi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 2008, Manajemen Keuangan Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta.BPFE, Yogyakarta.
Andri Rachmawati dan hanung Triatmoko, 2007, Analisis Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan . Makalah
di sampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar,
26-28 Juli.
Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasa Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia.
Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan
Kebijakan Dividen terhadap nilai perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008).

Atkinson, Anthony A, Rajiv D. Banker, Robert S,Kaplan , and S.Mark Young,


1997, Management Accounting, Second Edition, Prentice Hall
International Edition
Bapepam-LK , ( 2012) , Regulasi Perasuransian ( Online ) Tersedia ; http ://
www.bapepam.go.id/perasuransian/regulasi_asuransi /index.htm
Brigham , Eugene, F , and Joel F. Houston 2011 .Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi ke sebelas. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat
-------------------, dan L. C. Gapenski. 1996. Intermediate Financial Management.
Florida: The Dryden Press.

Daulay, Murni, Metode Penelitian Ekonomi, USU Pres, 2010.


Dunia Investasi (2014) Daftar Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Tersedia : http://www.duniainvestasi.com
Fachruddin, Khaira Amalia ( 2011 ) . Analisis Pengaruh Struktur Modal,
Ukuran perusahaan , dan Agency cost terhadap Kinerja Perusahaan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol. 13, No.1, Mei 2011
Fama, Eugene F dan French, K.R. 1998. Taxes, Financing Decisions, and Firm Value.
dalam The Journal of Finance 53 (3): pp: 819-843.

Fitriani, Anggi dan Apriani Dorkas R.A, Tinjauan Empiris terhadap Kinerja
Industri Asuransi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 20042008 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No. 2 September 2009

Gayatri dan Mustanda, 2013 Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen,


Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan di BEI 2008-2012.
Gozhali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS,
Semarang ; Badan Penerbit Universitas Diponegoro .
Hanafi, Mahmud. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Hasnawati, S. 2005a. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen
Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan:
No. 09/Th XXXIX. September 2005: 33-41.

Husnan, Suaddan Enny Pudjiastuti.(2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan,


Edisi Kelima. UPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standard Akuntansi Keuangan, Jakarta ;
Penerbit Salemba Empat .
Jogiyanto, 2010. Teori Portofolio and Analisis Investasi. Edisi ketujuh: BPFE,
Yogyakarta.
Keown,Arthur J dan John D Martin et al. 2011, Manajemen Keuangan: Prinsip
dan Penerapan, Terjemahan oleh Markus Prihminto Widodo, Jilid 1, Edisi
Kesepuluh, Jakarta: PT. Indeks.
Keputusan Menteri Keuangan, KMK No. 424/KMK.06/2003 tentang
KesehatanPerusahaan Asuransi dan Reasuransi. Diakses melalui
www.bapepam.go.id
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responbility Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating.
( Studi empiris pada perusahaan manufacture yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).
Lestari, Indri Fany dkk ( 2011) Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang,
Keputusan Investasi dan Kepemilikan Insider terhadap Nilai Perusahaan.
Studi empiris pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2008-2011.
Lubis, Ade Fatma. 2012. Metode Penelitian Akuntansi dan Format Penulisan
Tesis.
Laporan Tahunan Perusahaan Asuransi, diakses melalui www.idx.co.id
Mardiyanti, Umi, Gatot Nazir Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan

Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan


Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20052010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), 3(1): h:1-17.

Moeljadi, 2006. Manajemen Keuangan I: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.


Edisi Pertama. Malang: Bayumedia Publishing.
Nuraina, Elva (2012). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan. Jurnal
Bisnis dan ekonomi.
Nenny, Natalia 2004 Analisis Kinerja Keuangan Asuransi Jiwa dengan
menggunakan Bibliografi, Diakses melalui http://etd.enprints.ums.ac.id.
Perasuransian Indonesia. Diakses melalui www.bapepam.go.id
Prasetyo, Dimas. Dkk (2011) Pengaruh Keputusan Investasi dan Keputusan
Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan. Studi pada perusahaan Sektor
Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
Puspo, Lihan Rini, dkk ( 2010) Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan.
Rahcmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 10 : Ikatan
Akuntan Indonesia.

Sawir, Agnes, 2001, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan, Penerbit: PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siallagan, Hamonangan dan Masud Machfoed. 2006. Mekanisme corporate
governance, kualitas laba dan nilai perusahaan. SNA IX: Ikatan Akuntan
Indonesia.
Sudana, I Made, 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik,
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sudiyatno Bambang, Elen Puspita Sari (2010) Pengaruh Kebijakan
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja perusahaan
sebagai variabel Intervening.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D . Bandung. Alfabeta.

Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobins
Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Makalah disampaikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1002 tentang usaha Perasuransian. Diakses
melalui www.bapepam.go.id
Umar, Husein(2001), Metode Riset Prilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Ulupui, I, G, K, A, 2007 . Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,
Aktivitas,dan Profitabilitas terhadap Return Saham ( Studi pada
Perusahaan Makanan dan Minuman dengan kategori Industri Barang
Konsumsi di Bursa Efek Jakarta ) , Jurnal Akuntansi dan Bisnis ,
Vol.2, No.1, januari : 88 - 102
Weston, J.F dan Copeland, Thomas E., (1992). Managerial Finance, edisi
kesembilan, The Dryden Press, A.Harcourt Brace Jovanovic College
Publisher, USA, Canada, Tokyo, etc.

Anda mungkin juga menyukai