Anda di halaman 1dari 15

Home Oto Pedia Pengertian Anti-lock Braking System (ABS)

Pengertian Anti-lock Braking System (ABS)


ikadian | 6 April, 2013 | Oto Pedia | No Comments
inShare
Anti-lock Braking System atau yang kerap disebut dengan ABS adalah salah satu sistem
keamanan dan keselamatan dari kendaraan kala terjadi pengereman mendadak sehingga perlu
menginjak rem dalam-dalam. Dalam ABS ini terdapat sensor yang memberikan sedikit
kelonggoran pada piston kaliper saat mencengkram piringan cakram sehingga roda tidak
terkunci.
Fungsinya jelas

untuk menghindari selip, karena ketika kita melakukan pengereman yang dalam otomatis roda
akan terkunci, celakanya walau roda sudah terkunci terkadang mobil masih belum berhenti.
Kondisi demikian yang berbahaya, karena mobil akan susah dikendalikan, bahkan cenderung
hilang kendali sehingga akibatnya fatal, kita bisa selip, menabrak bahkan mobil kita bisa
terguling.
Cara kerja ABS sendiri adalah saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan kemudian
melakukan pengereman yang membuat roda mobil terkunci dan ketika keadaan roda sedikit
berbelok maka sensor akan memberikan sinyal kepada ABS untuk sedikit melepas cengkraman
kaliper rem dengan cara mengurangi tekanan minyak rem agar roda tidak terkunci. Walaupun
roda sudah tidak terkunci tapi posisi mobil masih mengerem sehingga laju mobil makin
berkurang dan bisa dikendalikan.

Sistem ABS ini

sangat efektif saat terjadi pengereman mendadak, yang biasanya menyebabkan mobil selip dan
terbalik. Dengan sistem ABS ini pengereman mobil jadi lebih aman dan optimal. Belakangan ini
ABS menjadi fitur standart bagi mobil dengan tipe tertinggi, karena mungkin harganya yang
masih relative tinggi sehingga jarang ada mobil entry level yang menggunakan teknologi ABS
ini.
Tidak hanya diadopsi oleh mobil, motor pun sekarang mulai menggunakan teknologi ABS ini,
terutama bagi moge (motor gede). Karena terbukti ABS sangat membantu keselamatan
pengendara, walaupun dengan penambahan perangkat ABS ini harga kendaraan tersebut sedikit
naik. Tetapi nyawa kita lebih berharga tentunya dari harga seperangkat alat ABS .
http://www.oto-id.com/pengertian-anti-lock-braking-system-abs_1331.aspx
Motorcycle Galery

All of motorcycle studio galery

Thursday, May 19, 2011


ABS (AntiLocking Brake System) Pada Sepeda Motor

Sekarang-sekarang ini, teknologi keselamatan piranti pengereman Anti Lock


Bracking System (ABS) tidak hanya melulu untuk mobil. Motor pun sudah mulai
menerapkannya, meskipun para pembalap tampaknya akan sedikit pesimis dengan
adanya

teknologi

ABS

di

motor

mereka,

karena

kesulitan

memahami

penggunaannya di roda dua. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga
asuransi dan keselamatan jalan raya Amerika, Insurance Institute for Highway
Safety, mengungkapkan, motor dengan rem ABS 37 persen lebih rendah untuk
terlibat dalam kecelakaan fatal, dibandingkan motor tanpa rem ABS.
Jadi, bagaimana ABS membantu pengendara motor? Tidak seperti mobil yang
memiliki kontrol terpisah pada roda depan dan belakang, rem motor bekerja
bersamaan depan dan belakang. ABS berfungsi untuk mengurangi tekanan rem
ketika mendeteksi gejala sliding, dan akan menigkatkan pengereman setelah traksi
ban dipulihkan. Tekanan rem akan dievaluasi beberapa kali per detik, sehingga
pengendara dapat mengerem sepenuhnya tanpa takut roda terkunci, dan jelas itu
mengurangi resiko kecelakaan. Sehingga, kami menyarankan pada para bikers baru
untuk memiliki motor yang sudah mengaplikasikan rem ABS.

Teknologi Antilock Braking System (ABS)


Sistem ABS sendiri terdiri dari tiga bagian :
1.

Sensor kecepatan

2.

Pengendali Katup Tekanan

3.

Electronic Control Unit (ECU)

Bagian terpenting yang merupakan otak dari sistem ini adalah sang ECU. ECU
dengan parameter kecepatan yang diperolehnya dari sensor kecepatan akan
mengetahui bilamana akan terjadi sebuah kejadian deselerasi yang ekstrim
(kecepatan turun secara ekstrim dan tiba-tiba) yang dapat menyebabkan rem
cakram nge-lock . Sebelum hal ini terjadi (nge-lock) ECU secara otomatis akan
menutup katup tekanan pada PCV yang membuat minyak rem yang menuju kaliper
akan terhambat dan tekanan piston kaliper berkurang sehingga gejala nge-lock
dapat dihindari. Setelah ECU mendeteksi kecepatan telah berkurang dan aman dari
gejala deselerasi ekstrim, perlahan-lahan katub kembali akan dibuka untuk dapat
membuat tekanan kembali pada kaliper sehingga motor dapat dihentikan. Secara
garis besar cara kerja ABS adalah seperti itu, tetapi untuk membahasnya lebih

detail, disini akan mengambil contoh sepeda motor yang sudah memiliki teknologi
Combine ABS pada sistem pengeremannya, yaitu Honda CBR250R.

Manfaat Fitur ABS


Kesalahan

persepsi

pada

fungsi

rem

menyebabkan

redahnya

pemahaman

konsumen pada manfaat rem ABS (Anti-lock Braking System). Karena itu, tak
mengherankan bila masih banyak konsumen yang menganggap sepele fungsi fitur
rem

ABS.

Padahal,

fitur

ABS

sangat

besar

manfaatnya

bagi

keselamatan

berkendara, terutama saat pengereman mendadak, terlebih dilakukan di jalan yang


licin. Mungkin sudah terdapat banyak kasus kecelakaan yang disebabkan oleh slip
ban karena ban tersebut terkunci oleh rem yang ditekan terlalu dalam saat
melakukan pengereman mendadak dan jalan licin.
Sampai detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai
penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda.
Cobalah Anda bayangkan, mengapa motor yang berlari kencang masih meluncur
ketika rem sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi
lintasan basah atau berpasir.
Penyebab masih meluncurnya motor setelah di rem bukan karena roda yang masih
berputar, tapi diakibatkan oleh gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan
motor maka semakin besar potensi gaya sentrifugal yang diterimanya ketika
dilakukan penghentian mendadak. Pada motor tanpa fitur ABS gaya sentrifugal
yang besar bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem. Efek dari gaya
sentrifugal memang hanya melempar motor. Namun bisa dibayangkan, bagaimana
bila ketika gaya sentrifugal diterima motor posisi roda depan sedang dalam
keadaan miring. Ya, motor akan meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal
mengakibatkan motor terbalik dan terjatuh.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh
sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS
secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan

tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan
bobot tekanan yang berbeda-beda. Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak
pengendara

motor

berfitur

ABS

masih

memperlakukan

gaya

pengereman

mengocok. Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan. Sebaliknya bila hal ini
dilakukan maka hanya akan membingungka sensor ABS yang pada ujungnya
mengurangi sensitifitas pengereman.
Jadi secara garis besar ABS (Antolocking Brake System) berfungsi untuk mengatur
tekanan yang diterima oleh piston saat pengereman mendadak atau jalan licin
untuk mencegah terjadinya rem terkunci yang dapat menyebabkan ban slip atau
sliding dan kemungkinan terjatuh.
Cara Kerja Combined ABS Honda CBR250R
Fitur pengereman ini, membuat roda belakang tidak terkunci yang menyebabkan
ban slip atawa sliding ketika diajak ngerem mendadak. Tapi, sebelum bicara banyak
Combined ABS (C-ABS), baiknya bahas asal-mula ABS dulu. Tanpa ABS, pengereman
yang diterima sesuai gaya inersia yang dihasilkan. Maka itu, ABS berfungsi
mengurangi tekanan fluida alias minyak rem dari kaliper dalam kondisi tertentu.
Misalnya, ketika roda mulai mengunci. Tekanan akan berkurang sesuai kebutuhan
agar ban tidak locking. Tekanan kembali naik dan normal ketika ketika penguncian
berkurang, ujar Sarwono Edhi, Manager Technical Service Training Division PT Astra
Honda Motor (AHM). Sistem ABS, butuh part buat mengirim sinyal, kalau tekanan
yang ada di kaliper itu sudah tinggi. Maka itu, ABS tidak lepas dari peran wheel
speed sensor, ECU (Electronik Control Unit) dan juga modulator. Wheel speed
sensor berfungsi membaca kecepatan putaran roda yang akan dideteksi ECU. Dari
ECU ini akan mengirim sinyal ke ABS modulator. ABS modulator ini yang akhirnya
berfungsi mengatur tekanan fluida di dalam kaliper.

ABS Modulator Punya Fungsi Vital


ECU ABS sendiri, terpisah dari ECU kelistrikan. ECU ABS CBR250R terletak
bersamaan ABS modulator yang di dalamnya terdapat pompa, reservoir dan katup
selenoid in dan out. Pengurangan tekanan fluida seperti katup buka-tutup. Proses

sangat cepat. Mengurangi, tahan dan menaikkan tekanan fluida sekitar 50 kali/
detik. Metode ini yang bikin roda tidak terkunci.
Paham cara kerja ABS, kini beralih ke C-ABS. Combined ABS merupakan paduan dari
kinerja rem ABS dengan Combi Brake System (CBS). Pengereman CBS sendiri,
seperti misalnya yang diaplikasi di Honda Vario Techno CBS. "Jika hanya depan saja
yang aktif, itu berarti kerja ABS saja. Tapi, kalau belakang juga, jadi C-ABS, ungkap
Edhi lagi. Maka itu, buat menggabungkan sistem kerja kedua rem ini, butuh part
tambahan lagi. Yaitu, delay valve dan PCV. Delay valve dan PCV berfungsi atur
tekanan hidraulik yang dihasilkan rem belakang. Sehingga di tekanan tertentu,
mampu aktifkan rem depan meski cuma injak pedal rem belakang. Maka itu juga, CABS butuhkan 3 pot kaliper. Pedal rem belakang, aktifkan piston tengah di kaliper.
So, hadirnya C-ABS, tidak akan membuat roda belakang terkunci.

Bisa Lacak Kerusakan


Jika terjadi trouble dalam kinerja ABS dan C-ABS, itu bisa dipantau dari indikator
lampu ABS yang terdapat di panel spidometer. Sejatinya ketika kunci kontak
dinyalakan, lampu indikator menyala diam. Lalu, di kecepatan 6 km/jam, pompa
ABS menyala untuk mengisi. Wheel Speed Sensor, induksi atntara magnet dan
pulser ring cakram (kiri). Jika terjadi trouble di ABS, bisa di pantau lewat kedipan
indikator (kanan). Di kecepatan 10 km/jam atau lebih, indikator ABS pun akan mati.
Tapi, jika tidak mati atau berkedip, berarti ada masalah. Tapi, rem masih tetap
bekerja. Hanya saja tidak dalam mode ABS.
Buat mendiagnosa kegagalan fungsi ABS, mudah. Cukup baca kedipan lampu
indikator. Tapi, ada cara yang harus dilakukan sebelumnya. Dalam kondisi motor
tidak jalan, lepaskan konektor ABS service check dari konektor. Jumper kabel
terminal konektor (abu-abu dan merah-silver). Kemudian putar kunci kontak ke ON.
ABS indikator akan menyala selama 2 detik. Lalu, mati selama 3,6 detik. Setelah itu,
indikator akan memberitahukan sumber masalah. Kedipan panjang menandakan
puluhan, sedang kedipan cepat merupakan satuan. Misal, satu kedipan panjang dan
tiga kedipan cepat. Itu artinya 13. 13 menandakan rangkaian speed sensor
belakang tidak berfungsi dengan baik.

ABS Masa Depan Untuk Sepeda Motor Makin Simpel


Antilock Braking System (ABS) sudah banyak diaplikasikan pada sepeda motor.
Salah satunya adalah di Honda CBR250R, tapi bila melihat secara detail perangkat
ABS ini ternyata ribet! Tapi tenang, Bosch Jepang sedang mengembangkan
perangkat ABS yang lebih simpel. Pada Honda CBR250R ada ECU (electronic control
unit) khusus ABS yang terpisah dengan ECU pengapian, lalu ada juga modulator
yang mengatur tekanan fluida di masing-masing roda. Modulator ini diletakan di
bawah jok pengendara dan cukup membutuhkan ruang.
Tapi Bosch Jepang, perusahaan yang khusus mengembangkan teknologi-teknologi
terbaru ini mencoba menggabungkan semuanya dalam sebuah kesatuan. Pada
gambar yang didapat dari Visor Down ini bisa dilihat ada sebuah master rem depan
lengkap dengan tuasnya. Bukan hanya master rem dengan katup solenoida saja,
tapi juga sudah ada ECU dan sebuah pompa ABS yang terintegrasi jadi satu.
Hasilnya, ukurannya hanya sedikit lebih besar dari master rem konvensional kan?
Hal yang sama juga tentunya bisa diaplikasikan pada ABS di roda belakang. Tapi
yang menjadi kekhawatiran adalah, saat terjadi kecelakaan tuas rem dengan dan
master rem sering kali mengalami kerusakan. Nah, kalau yang ini yang rusak pasti
akan jadi mahal biaya perbaikannya, di master rem-nya sudah ada ECU ABS-nya.

Kelebihan Fitur ABS pada Sepeda Motor


Dari segi manfaat dan teknologi mungkin fitur ABS ini sangat berguna bagi
pengendara di Indonesia yang lalu lintasnya padat dan jalan yang licin serta
bergelombang. Selain itu juga dapat mengurangi resiko kecelakaan akibat
pengereman mendadak terlebih jalanan licin karena manuver motor masih bisa
dikendalikan dan ban tidak terkunci.

Kekurangan Fitur ABS pada Sepeda Motor

Salah satu kekurangan fitur ABS ini adalah harganya yang masih mahal untuk
ukuran konsumen Indonesia yang notabanenya menengah ke bawah, tetapi
mungkin bagi sebagian kalangan fitur ini cukup puas dengan teknologi yang
disuguhkan, karena bisa membuat rider yang mengendarai motor dengan fitur ABS
akan lebih percaya diri karena setidaknya keamanan karena slip ban bisa dihindari.
Bobot motor juga akan bertambah seiring dengan ditanamnya piranti-piranti untuk
menjalankan fitur ABS tersebut. Bahkan dari contoh Honda CBR250R yang
dikeluarkan AHM dengan 2 varian yaitu dengan fitur ABS dan tanpa fitur ABS,
konsumen lebih memilih membeli yang tanpa fitur ABS karena selisih harga
keduanya lumayan jauh, bahkan ada yang berfikir selisih diantara keduanya bisa
dipakai untuk memodifikasi CBR non ABS-nya.

http://izulfikar25.blogspot.com/2011/05/abs-antilocking-brake-system-pada.html
Waspadai Kelemahan Fatal Rem ABS
HL | 03 November 2013 | 17:59

Dibaca: 6013

Komentar: 38

10

Ilustrasi perbandingan rem ABS dan tanpa ABS (astracreditcompanies.com)


Berikut ini adalah kelemahan fatal sistem pengreman ABS (Anti-lock Braking System)

berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menggunakan beberapa mobil dengan sistem rem
ABS demikian. Karenanya, tulisan ini bukan kajian teoritis, melainkan sepenuhnya pengalaman
pribadi.
Inti sistem kerja rem ABS adalah mencegah rem terkunci saat pedal rem diinjak secara
mendadak dan dalam. Pengereman akan diatur secara mekanis oleh komputer agar rem tetap
bekerja optimal, tidak mengunci, sehingga mobil tidak terus meluncur (lihat gambar di atas).
Mirip teknik mengocok pada sistem rem biasa, namun pada ABS kocokan diatur sangat cepat
per sekian detik oleh sistem mekanis komputer.
Kelemahan fatal rem ABS yang penulis alami adalah ini: rem tidak pakem di jalan berkerikil,
atau kontur jalan tidak rata, atau saat rem basah terkena air. Dalam tiga keadaan ini rem ABS
tidak berkerja optimal. Mobil tetap juga meluncur saat direm. Tidak enaknya saat direm
mendadak disertai bunyi menggeruk gruk! gruk! gruk!
Dahulu, saat awal-awal menggunakan mobil dengan rem ABS, kukira remnya yang rusak karena
http://www.otoqita.com/2014/04/sistem-kontrol-rem-abs-dengan-ebd-dan.html
tidak pakem dan berbunyi menggeruk saat direm di permukaan jalan tak rata atau saat rem
Just another WordPress.com weblog

Home

Tentang Blog saya

jump to navigation

Rem ABS (Anti-Lock Braking Sistem) May 22, 2010


Posted by Panji Mitiqo Al-Farouk in Dunia Otomotif.
trackback

Pengertian dasar:
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman
pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak/keras.
Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau
semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama
sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem
untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu
berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat
dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Manfaat Fitur ABS
Kesalahan persepsi pada fungsi rem menyebabkan redahnya pemahaman konsumen pada
manfaat rem ABS (Anti-lock Braking System). Karena itu, tak mengherankan bila masih banyak
konsumen mobil yang menganggap sepele fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat besar
manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat pengereman mendadak terlebih
dilakukan di jalan yang licin.
Sampai detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti laju
kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda. Cobalah Anda bayangkan,
mengapa mobil yang berlari kencang masih meluncur ketika rem sudah diinjak sedemikian
dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi lintasan basah atau berpasir.
Penyebab masih meluncurnya mobil setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar, tapi
diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan mobil maka semakin besar potensi
gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan pengentian mendadak. Pada mobil tanpa fitur
ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem.
Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus ke depan. Namun bisa
dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda depan sedang
dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal
mengakibatkan mobil terbalik.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum ABS
ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para

pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal
rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan mengocok rem.
Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari
tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan
prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan
pengereman bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari
roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil ikut terkurangi.
Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang cerdas.
Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk
masing-masing roda.
Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih
memperlakukan gaya pengereman mengocok. Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan.
Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungka sensor ABS yang pada
ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.
Jadi, bila Anda ingin membeli mobil pikirkan manfaat fitur ABS. Lagi pula apa ruginya
menambah uang untuk sebuah sistem yang akan memberi keselamatan bagi Anda dan keluarga?
Mercedes-Benz S-Class terbaru termasuk mobil yang menggunakan teknologi
pengereman ABS paling mutakhir.
Cara Kerja Rem ABS + Piranti Pendukung EBD
Ide dibalik teknologi ABS pada dasarnya sederhana. Biasanya saat rem diinjak secara penuh,
keempat roda kendaraan akan langsung mengunci. Setelah itu, mobil meluncur lurus ke depan
tak bisa dikendalikan dalam posisi membelok. Ketidakstabilan itulah yang sering terjadi pada
sistem rem nonABS. Hal seperti itu, tentu menimbulkan risiko kecelakaan, apalagi bila di
depannya ada rintangan.
Lain lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk mencegah
selip. Selain itu, membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir dalam situasi
pengereman mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda kendaraan untuk mengunci,
mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhenti dan memperbaiki pengendalian pengemudi di
saat pengereman mendadak.

Proses kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung mengunci.
Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir ke kiri atau ke kanan, komputer secara
otomatis melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka mobil bisa dikendalikan dan
dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di depannya.
Cara kerja ABS adalah mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada kaliper kanvas yang
menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak rem disalurkan secara bertahap. Sehingga
secara perlahan-lahan kendaraan dapat dihentikan saat pengereman mendadak.
Dalam perkembangannya sistem ABS ternyata dianggap belum cukup, sehingga para pakar
otomotif pun mengembangkan teknologi pendukungnya. Piranti itu diberi nama EBD yang
dirancang dengan tujuan memperpendek jarak pengereman yaitu saat rem diinjak sampai mobil
benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai sensor yang memonitor beban pada tiap
roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak, maka komputer akan membagi tekanan ke setiap roda
sesuai dengan beban yang dipikulnya. Dampaknya jarak pengereman menjadi semakin pendek.
Kedua piranti ABS dan EBD saling bekerja sama untuk meningkatkan keselamatan. Sensor yang
berada pada setiap roda memonitor kapan roda terkunci saat pengereman. Setiap sensor
memberikan sinyal ke piranti EBD untuk mengatur kapan harus melepaskan tekanan hidrolis
atau memberi tekanan kembali dalam waktu singkat.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang akan
mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan pengereman agar
roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.
Teknologi rem berkembang semakin canggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada saat
pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut electronic stability program (ESP), atau
traction control.
Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika sebuah roda mengalami
spin (berputar lebih cepat karena roda tidak menapak di permukaan jalan/ tanah), maka rem akan
segera menghentikan roda itu. Selanjutnya torsi dipindahkan ke roda-roda yang menapak lebih
baik, sampai roda yang mengalami spin berfungsi kembali. Rem juga akan berfungsi saat mobil
mengalami understeer (terlambat menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer
(menikung terlalu cepat sehingga melintir).
Pengereman ABS VS Non-ABS: Waspadai jarak pengereman
Release Date : Jumat, 17 April 2009
Media : Autobild, at page 58-59, size 2200 mmk
Journalist : Trybowo Laksono, Ariel Junor

Jarak pengereman dalam kondisi jalan kering dan basah tentu berbeda. Kami pun mencari tahu
sejauh apa perbedaannya dengan mobil ber-ABS dan tanpa sistem rem pintar ini
KITA tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan. Kewaspadaan pengemudi tentu menjadi
poin utama dalam mengemudi. Sehingga ketika menghadapi kondisi yang tidak terduga, Anda
pun sudah siap merespons.
Namun selain waspada ketika mengemudi, mengenali mobil Anda juga penting. Seperti
mengetahui sistem rem yang digunakan di mobil dan karakter mobil ketika mengerem.
Umumnya mobil saat ini dilengkapi rem cakram di kedua roda depan dan teromol di belakang.
Ada pula yang menggunakan rem cakram di keempat rodanya. Selain itu perlu juga diketahui,
apakah mobil yang Anda gunakan sudah mengaplikasi Anti Lock Braking System (ABS) atau
tidak.
Perbedaan-perbedaan ini membuat jarak pengereman setiap mobil menjadi berbeda. Selain itu,
ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh pada pengereman. Yaitu bobot kendaraan
termasuk beban yang diangkut, kecepatan kendaraan, bentuk dan profil ban, kondisi jalan, serta
teknik pengereman.
Nah, kami tertarik untuk membuktikan perbedaan jarak pengereman aktual pada kondisi kering
dan basah dengan kecepatan 50 km/jam dan 80 km/jam. Untuk menunjukkan perbedaan hasil
pengereman ini kami juga menggunakan dua mobil yang berbeda.
Unit pertama adalah Toyota Vios G dengan rem ber-ABS dan bobot kosong 1.050 kg. Sementara
satu lagi adalah Toyota Yaris J untuk mobil tanpa ABS yang memiliki bobot kosong 1.040 kg.
Agar hasil pengukuran ini akurat, kami menggunakan alat ukur Vericom VC3000 dan pengetesan
kami lakukan di Bridgestone Proving Ground di Karawang, Jawa Barat.
REM BER-ABS
PERANTI ABS (Anti-lock Braking System) berguna untuk meminimalkan kemungkinan roda
mengunci ketika melakukan pengereman keras. Dengan begitu mobil masih bisa diarahkan untuk
manuver menghindar.
Sistem rem ABS ini terintegrasi dengan komputer. Ketika pengemudi menginjak penuh pedal
rem, sensor kecepatan ABS di setiap roda akan membaca apakah ban mengunci atau tidak.
Karena berfungsi untuk mencegah roda tidak terkunci, komputer akan mengatur tekanan
hidraulis yang diterima oleh piston di kaliper rem. Itu sebabnya Anda akan merasakan tendangan
balik pada pedal rem saat pengereman mendadak (panic brake) pada mobil ber-ABS.

Dari kecepatan 50 km/jam di jalan kering, jarak pengereman hingga berhenti total yang
dibutuhkan Vios adalah 9,6 meter dengan waktu 1,36 detik. Sementara jarak pengereman dari
kecepatan 80 km/jam memerlukan 26,7 meter dalam 2,18 detik.
Pada pengerema di jalan basah, Vios membutuhkan jarak 10,5 meter dengan 1,73 detik untuk
berhenti total dari kecepatan 50 km/jam. Ini berarti lebih jauh 0,9 meter dari kondisi kering.
Dengan kecepatan lebih tinggi yaitu 80 km/jam, Small Sedan ini membutuhkan jarak 28,48
meter dan waktu 2,44 detik, atau berselisih 1,78 meter dari kondisi kering. Hasil lainnya, sistem
ABS membuat mobil tidak terindikasi membuang atau melintir baik di lintasan basah maupun
kering.
REM NON-ABS
PENGEREMAN mendadak pada mobil yang tidak menggunakan ABS lebih membutuhkan
pengendalian dari pengemudi ketimbang rem ber-ABS. Dengan cara pengereman yang sama,
baik pada kondisi kering maupun basah, kami mengerem kuat sambil menjaga agar roda tidak
mengunci. Metode pengereman ini disebut threshold.
Hasil tes kami di lintasan kering menunjukkan jarak pengereman terbaik Yaris yang kami
dapatkan dari kecepatan 50 km/jam adalah 13,4 meter dengan waktu 1,49 detik. Sedangkan
untuk berhenti dari kecepatan 80 km/jam, jarak yang dibutuhkan adalah 28,9 m dalam 2,33 detik.
Sementara pengereman pada kecepatan 50 km/jam di lintasan basah, Yaris masih bisa menjaga
posisi badan lurus. Jarak pengereman terbaiknya adalah 14,4 meter dalam 1,96 detik atau lebih
jauh 1 meter dari pengereman di jalan kering.
Namun ketika kecepatan kami tingkatkan menjadi 80 km/jam, jarak pengereman terbaik Yaris
mencapai 31,3 meter dalam 2,64 detik atau lebih jauh 2,4 meter.
Sebagai data pembanding, kami juga melakukan pengereman dari kecepatan 80 km/jam hingga
ban mengunci. Ternyata selain gerakan bodi Yaris membuang ke arah kanan, jarak
pengeremannya juga lebih jauh 8,8 meter dengan 40,1 meter.
KESIMPULAN
PENGETESAN yang kami lakukan ini dapat memberi gambaran kondisi berkendara sehari-hari
dan bukan untuk membandingkan data yang didapat Vios dan Yaris.
Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan. Seperti pentingnya mengatur
jarak aman dengan kendaraan di depan, dengan melihat dibutuhkannya jarak pengereman untuk
membuat mobil berhenti dari kecepatan tertentu.

Selain itu juga tak kalah penting adalah mengetahui sistem rem yang digunakan agar kita bisa
menyesuaikan teknik pengereman sesuai kebutuhan. Masih ada faktor lain yakni reaksi
pengemudi terhadap situasi darurat yang berkisar antara 0,5-1 detik.
Begitu pula dengan pengaturan kecepatan ketika hujan yang lebih rendah ketimbang kondisi
kering. Soalnya jarak pengereman yang dicapai di lintasan basah terbukti lebih jauh dari lintasan
kering.
Jadi, pengaturan jarak aman dengan kendaraan di depan di jalan bebas hambatan sekitar 3 detik
sudah cukup memadai untuk melakukan pengereman. Sementara ketika hujan, sebaiknya jarak
ini diperlebar menjadi 5 detik.
https://panjimitiqo.wordpress.com/2010/05/22/rem-abs-anti-lock-braking-sistem/

Anda mungkin juga menyukai