Lain lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk
mencegah selip. Selain itu, membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir
dalam situasi pengereman mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda
kendaraan untuk mengunci, mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhen ti dan
memperbaiki pengendalian pengemudi di saat pengereman mendadak.
Proses kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung
mengunci. Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir kekiri atau kekanan,
komputer secara otomatis melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka
mobil bisa dikendalikan dan dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di
depannya.
Cara kerja ABS dengan jalan mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada
kaliper kanvas yang menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak rem
disalurkan secara bertahap. Sehingga secara perlahan-lahan kendaraan dapat
dihentikan saat pengereman mendadak.
Sensor kecepatan akan membaca kecepatan mobil setiap saat, dan menyampaikan
data kecepatan tersebut ke pada kontroler. Untuk mobil berhenti secara normal di
kecepatan 100 kilometer perjam, akan diperlukan waktu selama 5 detik. Tentunya
pada saat anda melakukan pengereman normal, tidak akan terjadi penguncian roda
kendaraan. Lain ceritanya jika anda melakukan pengereman mendadak, maka roda
akan terkunci. Waktu yang diperlukan untuk roda terkunci kurang lebih 1 detik.
Kedua piranti ABS dan EBD saling bekerjasama untuk meningkat kan keselamatan.
Sensor yang berada pada setiap roda memonitor kapan roda terkunci saat
pengereman. Setiap sensor memberikan sinyal kepiranti EBD untuk mengatur kapan
harus melepaskan tekanan hidrolis atau memberi tekanan kembali dalam waktu
singkat.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang
akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan
pengereman agar roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.
Teknologi rem berkembang semakinc anggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada
saat pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut electronic stability program
(ESP), atau traction control.
Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika sebuah
roda mengalami spin (berputar lebih cepat karena roda tidak menapak di
permukaanjalan/ tanah), maka rem akan segera menghentikan roda itu. Selanjutnya
torsi dipindahkan keroda-roda yang menapak lebih baik, sampai roda yang
mengalami spin berfungsi kembali. Rem juga akan berfungsi saat mobil mengalami
understeer (terlambat menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer
(menikung terlalu cepat sehingga melintir).
Sensor kecepatan akan membaca kecepatan mobil setiap saat, dan menyampaikan
data kecepatan tersebut ke pada kontroler. Untuk mobil berhenti secara normal di
kecepatan 100 kilometer perjam, akan diperlukan waktu selama 5 detik. Tentunya
pada saat anda melakukan pengereman normal, tidak akan terjadi penguncian roda
kendaraan. Lain ceritanya jika anda melakukan pengereman mendadak, maka roda
akan terkunci. Waktu yang diperlukan untuk roda terkunci kurang lebih 1 detik.
Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus kedepan. Namun
bisa dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda
depan sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali,
bahkan paling fatal mengakibatkan mobil terbalik.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh
sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS
secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan
tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan
bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan
“mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya.
Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama
dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara
gradual dengan pengereman bertahap.
Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda
terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil ikut
terkurangi.
Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang
cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang
dibutuhkan untuk masing-masing roda.
Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih
memperlakukan gaya pengereman “mengocok”.
Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan.
Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungkan sensor ABS
yang pada ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.