Anda di halaman 1dari 5

BAB I

INTELLIGENSI REM ABS


1.1 Pendahuluan
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem
pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi
pengereman mendadak/keras.
Sistem ini diadopsi dari teknologi serupa di pesawat terbang. ABS bekerja apabila
pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda
berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama
sekali. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama di jalan licin dan kelokan. Ketika
sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk
melepaskan tekanan kembali ke titik normal , lalu mengeraskannya kembali begitu
roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik.
Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif
sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan. Kelebihan dari pada ABS (antilock
braking system) lebih cepat melakukan pengereman dari pada sistem biasa yang
terdapat pada mobil dan lebih stabil apabila terjadi suatu pengereman mendadak
namun tidak membuat mobil kehilangan pengendalian sebesar 5-30% dibandingkan
dengan pengereman standar yang terdapat di mobil yang umumnya menggunakan
dua buah rem cakram dan dua buah tromol tekanan gas yang di setting oleh pabrik.

1.2 Cara Kerja Rem ABS


Ide dibalikteknologi ABS pada dasarnya sederhana. Biasanya saat rem diinjak
secara penuh, Keempat roda kendaraan akan langsung mengunci. Setelah itu, mobi
l meluncur lurus kedepan takbisa dikendalikan dalam posisi membelok. Ketidak
stabilan itulah yang sering terjadi pada sistem rem non ABS. Hal seperti itu, tentu
menimbulkan risiko kecelakaan, apalagi bila di depannya ada rintangan.

Lain lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk
mencegah selip. Selain itu, membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir
dalam situasi pengereman mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda
kendaraan untuk mengunci, mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhen ti dan
memperbaiki pengendalian pengemudi di saat pengereman mendadak.

Proses kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung
mengunci. Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir kekiri atau kekanan,
komputer secara otomatis melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka
mobil bisa dikendalikan dan dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di
depannya.

Cara kerja ABS dengan jalan mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada
kaliper kanvas yang menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak rem
disalurkan secara bertahap. Sehingga secara perlahan-lahan kendaraan dapat
dihentikan saat pengereman mendadak.

Sensor kecepatan akan membaca kecepatan mobil setiap saat, dan menyampaikan
data kecepatan tersebut ke pada kontroler. Untuk mobil berhenti secara normal di
kecepatan 100 kilometer perjam, akan diperlukan waktu selama 5 detik. Tentunya
pada saat anda melakukan pengereman normal, tidak akan terjadi penguncian roda
kendaraan. Lain ceritanya jika anda melakukan pengereman mendadak, maka roda
akan terkunci. Waktu yang diperlukan untuk roda terkunci kurang lebih 1 detik.

Karena kontroler telah di program, untuk dapat menghentikan kendaraan secara


maksimal, terkuncinya roda saat pengereman tidak boleh terjadi. Sebelum roda
terkunci, kontroler akan mendapatkan data dari sensor kecepatan dan akan
memerintahkan katup menghalangi tekanan, dengan cara mengambil katup posisi
dua atau katup posisi 3, sesuai perintah dari kontroler. Setelah putaran roda
terdeteksi oleh sensor kecepatan, kontroler akan memerintahkan katup untuk
mengambil posisi satu, yang membuat tekanan minyak rem kembali dan diteruskan
ke rem. Cara kerja rem ABS diatas terjadi sangat cepat, rata-rata sistem ABS pada
mobil sekarang, mampu melakukan 15 kali proses tersebut dalam 1 detik.

1.3 Fitur Rem ABS dengan EBD

Dalam perkembangannya sistem ABS ternyata dianggap belum cukup, sehingga


para pakar otomotif pun mengembangkan teknologi pendukungnya. Piranti itu diberi
nama EBD yang dirancang dengan tujuan memperpendek jarak pengeremanya itu
saat rem diinjak sampai mobil benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai
sensor yang memonitor beban pada tiap roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak,
maka komputer akan membagi tekanan kesetiap roda sesuai dengan beban yang
dipikulnya. Dampaknya jarak pengereman menjadi semakin pendek.

Kedua piranti ABS dan EBD saling bekerjasama untuk meningkat kan keselamatan.
Sensor yang berada pada setiap roda memonitor kapan roda terkunci saat
pengereman. Setiap sensor memberikan sinyal kepiranti EBD untuk mengatur kapan
harus melepaskan tekanan hidrolis atau memberi tekanan kembali dalam waktu
singkat.

Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang
akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan
pengereman agar roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.

Teknologi rem berkembang semakinc anggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada
saat pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut electronic stability program
(ESP), atau traction control.

Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika sebuah
roda mengalami spin (berputar lebih cepat karena roda tidak menapak di
permukaanjalan/ tanah), maka rem akan segera menghentikan roda itu. Selanjutnya
torsi dipindahkan keroda-roda yang menapak lebih baik, sampai roda yang
mengalami spin berfungsi kembali. Rem juga akan berfungsi saat mobil mengalami
understeer (terlambat menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer
(menikung terlalu cepat sehingga melintir).

Sensor kecepatan akan membaca kecepatan mobil setiap saat, dan menyampaikan
data kecepatan tersebut ke pada kontroler. Untuk mobil berhenti secara normal di
kecepatan 100 kilometer perjam, akan diperlukan waktu selama 5 detik. Tentunya
pada saat anda melakukan pengereman normal, tidak akan terjadi penguncian roda
kendaraan. Lain ceritanya jika anda melakukan pengereman mendadak, maka roda
akan terkunci. Waktu yang diperlukan untuk roda terkunci kurang lebih 1 detik.

Karena kontroler telah di program, untuk dapat menghentikan kendaraan secara


maksimal, terkuncinya roda saat pengereman tidak boleh terjadi. Sebelum roda
terkunci, kontroler akan mendapatkan data dari sensor kecepatan dan akan
memerintahkan katup menghalangi tekanan, dengan cara mengambil katup posisi
dua atau katup posisi 3, sesuai perintah dari kontroler. Setelah putaran roda
terdeteksi oleh sensor kecepatan, kontroler akan memerintahkan katup untuk
mengambil posisi satu, yang membuat tekanan minyak rem kembali dan diteruskan
ke rem. Cara kerja rem ABS diatas terjadi sangat cepat, rata-rata sistem ABS pada
mobil sekarang, mampu melakukan 15 kali proses tersebut dalam 1 detik.

1.4 Manfaat Rem ABS

Kesalahan persepsi pada fungsi rem menyebabkan redahnya pemahaman


konsumen pada manfaat rem ABS (Anti-lock Braking System).Karena itu, tak
mengherankan bila masih banyak konsumen mobil yang menganggap sepele fungsi
fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat besar manfaatnya bagi keselamatan
berkendara, terutama saat pengereman mendadak terlebih dilakukan di jalan yang
licin.
Sampai detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai
penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran
roda.Cobalah Anda bayangkan, mengapa mobil yang berlari kencang masih
meluncur ketika rem sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan
dalam kondisi lintasan basah atau berpasir.
Penyebab masih meluncurnya mobil setelah di rem bukan karena roda yang masih
berputar, tapi diakibatkan gaya sentrifugal.
Semakin kencang pergerakan mobil maka semakin besar potensi gaya sentrifugal
yang diterimanya ketika dilakukan penghentian mendadak. Pada mobil tanpa fitur
ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh
rem.

Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus kedepan. Namun
bisa dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda
depan sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali,
bahkan paling fatal mengakibatkan mobil terbalik.

Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh
sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS
secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan
tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan
bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan
“mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya.
Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.

Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama
dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara
gradual dengan pengereman bertahap.
Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda
terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil ikut
terkurangi.
Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang
cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang
dibutuhkan untuk masing-masing roda.
Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih
memperlakukan gaya pengereman “mengocok”.
Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan.
Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungkan sensor ABS
yang pada ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.

Anda mungkin juga menyukai