Anda di halaman 1dari 42

makalah ABS (Antolock Breaking System)

October 7, 2013Uncategorized

A. sistem Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah kendaraan
baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat dari
perkotaan sampai pedesaaan.

Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai dengan
yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya kendaraan ini
diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang berputar. Syarat–syarat
sebuah rem adalah sebagai berikut:
1. Dapat bekerja dengan cepat.
2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan atau
gaya pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing roda.
3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman
Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan jalan
menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar

B. Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)


ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang
mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman. Tujuannya adalah
memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol pengendalian pada saat
pengereman mendadak dan digunakan untuk memperpendek jarak pengereman (dengan
memperbolehkan pengemudi menginjak pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir
kendaraan akan selip dan lepas kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada
kendaraan non ABS (Anti-Lock Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan
terdapat electronic unit, speed sensor dan hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit
memonitor kecepatan dari roda pada saat pengereman,jika berbeda maka rem akan
me’release’, dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita melakukan
pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas. ABS tersebut bisa
melakukan pengereman dalam artian ‘tekan-lepas’ sebanyak 20 kali per detik. Jadi dengan
teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci.
Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel
lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah:
1. Mobil tetap stabil.
2. Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).
3. Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju).
4. Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).
5. Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan
6. Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke salah satu sisi.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang mengalami selip akan mudah
terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS mobil akan tetap stabil
sampai mobil tersebut berhenti .

C. Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)


1. Master selinder
Master selinder berfungsi :
a. Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.
b. Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.
2. Unit control tekanan (akuator)
Unit control tekanan (akuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap roda
sesuai dengan perintah computer.
3. ABS control module
ABS control module berfungsi :
a. Mendapat informasi dari sensor putaran.
b. Menghitung tekanan ideal pada roda.
c. Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem
d. ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis
e. Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran dengan lampu control
pengemudi.
4. Sensor putran roda
Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor tersebut
menghasilkan signal.
5. Selinder roda
Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder roda
dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa.
6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada sisitem rem
ABS. lampu indicator akan menyala.
7. Sensor putran aksel belakang
Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif dan mengirim
signal ke ABS control module.

D. Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)


Pada sistem rem yang menggunakan ABS terdapat bebrapa jenis ABS, dintaranya :
1. 4-Sensor 4-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang memakai X-
brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang biasanya mengikuti
select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja.
Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan
masingmasing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan
jarak pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila
permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan
mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi
kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS
memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai
macam kondisi jalan.
2. 4-Sensor 3-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang memakai H-
brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan roda belakang dikontrol secara bersamaan
pada brake pipe dengan dasar select-low logic.
Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat di
roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%,
gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga
pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan
pengaturan tersendiri (independent control) pada roda depan.
Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting
untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman. Karena itulah apabila saat
ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka independent control pada
roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda belakang tidak merata sehingga mobil
mengalami yawing.
Untuk menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS
bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan
kecenderungan roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan
‘Select-low control’.

3. 3-Sensor 3-Chanel
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara bersamaan oleh
satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear).

Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini.
2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol
bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2 channels
(2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing
roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.

4. 1-Sensor 1-channel
Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor.Dipakai Untuk mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang.Pada
rear diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepan
roda.
Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan terkunci,
sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan jalan yang
mempunyai daya gesek rendah (low-• ) juga akan bertambah jauh. Sistem ini hanya akan
membantu untuk penghentian lurus.

E. ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)

ABS terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan suatu
roda mengalami penguncian, HCU (Hydraulic Control Unit) mensuplai tekanan rem ke setiap
roda berdasarkan output signal dari ABSCM (control module).
Dari sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi,
deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya adalah adalah
untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur sistem monitoring pada
sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem mengalami kegagalan.Pengemudi dapat
mengetahui adanya kegagalan sistem pada ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.

1. Komposisi Dasar ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)


Apabila ABS mengalami kegagalan, ABSCM akan mematikan kerja sistem untuk
memastikan keselamatannya. Karena apabila kerja dari solenoid valve tidak normal, dapat
mempengaruhi tekanan rem terhadap roda.Karena alasan inilah ABSCM dapat menganalisa
dan mengantisipasi semua kemungkinan kegagalan pada sistem. Untuk memasang ABSCM
secara langsung pada HCU (Hydraulic Control Unit), semiconductor yang ada di dalam
ABSCM harus tahan pada suhu antara – 40 s/d 125 derajat celsius.
Berkat pengembangan teknologi semiconductor dan ukurannya yang kecill, sekarang ini yang
popular banyak dipakai adalah tipe (ABSCM + HCU). Misalnya Bosch ABS versi 5.0 atau
yang lebih tinggi, versi MK-20i atau yang lebih tinggi keluaran TEVES dan EBC 325 Kelsey
Hayes mewakili integrated ABS. Semua masukan merupakan double-monitored dan double-
calculated. Input-nya juga doublemonitored.Untuk menghindari kesalahan pengoperasian
pada ECU, maka dipasang dua microprocessor yang membandingkan dan memonitor
hasilnya, dan ECU sebagai tambahan dimonitor oleh SAS (Safety Assurance System) atau
intelligent Watch-Dog untuk mencegah kesalahan pengoperasian pada ECU.
Satu IC mengatur solenoid2 untuk setiap channel-nya dan Power MOSFET dengan proteksi
sirkuit yang bisa diandalkan sebagai pengganti relay yang mengatur kerja solenoid dan arus
besar saat motor bekerja. Selanjutnya untuk mengurangi pumping dan pengaruh kick-back
yang berlebihan, maka dipakai motor speed control dengan mircopocessor 16 bit agar
perhitungan kecepatan roda dan performa ABS menjadi lebih baik, dengan kemampuan 5
millidetik per siklus kerja.

a.Sirkuit penguat input wheel speed sensor


Dari setiap wheel speed sensor yand dipasang pada roda, di dalam sirkuitnya dipasang bentuk
gelombang arus. Bentuk gelombang tersebut dikuatkan dan dirubah menjadi bentuk
gelombang persegi, dan dikirim ke Microcontroller. Sesuai dengan jenis ABS, jumlah wheel
speed sensor akan berubah dan jumlah sirkuit penguatnya juga akan berubah.
b. Microcontroler
Acuan kecepatan, rasio selip, rata2 akslerasi/deselerasi dan kerja solenoid dan motor dihitung
berdasarkan informasi dari setiap rodanya. Sirkuit ini mendeteksi gelombang sensor
kecepatan roda setiap detiknya.Microcontroller menghitung acuan kecepatan berdasarkan
kecepatan rodanya, kemudian membandingkan kecepatan referensi dan momen kecepatan
roda untuk memperkirakan rasio selip dan rata2 akselerasi dan deselerasinya. Solenoid valve
mengaktifkan output sirkuit untuk pressure dump, hold, menaikkan sinyal ke solenoid pada
roda yang terkunci sesuai dengan perkiraan sinyal pengaturan seperti slip ratio,
akselerasi/deselerasi.
c. Sirkuit Mengaftikan Solenoid Valve
Sirkuit ini gunanya adalah untuk mengatur arus solenoid valve dan menghidupkan atau
mematikan pressure dump, hold, menaikkan sinyal Microcontroller.
d. Voltage Regulator, Motor Relay dan Failsafe Driver Circuit, Lamp Driver circuit,
Communication Circuit
Memonitor tegangan suplai (5V, 12V) yang sedang dipakai untuk ABSCM dalam keadaan
stabil berdasarkan batasan tegangannya.Alat ini dapat mendeteksi adanya kegagalan sistem
dan mengaktifkan valve relay, motor relay. Apabila ada kerusakan pada sistem ABS, maka
sistem akan dihentikan dikarenakan valve/motor relay menjadi off dan lampu peringan ABS
akan menyala untuk memberitahukan kepada si pengemudi bahwa ada kerusakan pada sistem
ABS. Bila adakerusakan pada ABS, maka rem yang bekerja adalah normal, seperti pada rem
biasanya.

2. Safety Circuit
Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan
kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil melaju.
Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah menghentikan fungsi ABS
dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak dapat bekerja, namun rem
konvensional mesih tetap bekerja.setelahtidak terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem,
maka lampu peringatan akan mati dan sistem kembali berjalan normal.
a. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti)
Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan
prosedur kerja sebagai berikut :
1) Mengecek fungsi microprocessor
a) Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan
b) Memeriksa data ROM
c) Memeriksa data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal
d) Memeriksa kerja converter A/D (Analog /Digital)
e) Memeriksa komunikasi diantara dua microprocessor
2) Memeriksa fungsi valve relay
a) Mengaktifkan valve relay dan memeriksa kerjanya
3) Memeriksa fungsi fail memory circuit microprocessor
b) Memeriksa fail memory circuit microprocessor
b. Initial Self-Testing saat mobil bergerak
Ketika mobil mulai bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai berikut :
1) Tes fungsi solenoid valve
Memeriksa fungsi solenoid valve dan memonitor kerjannya.
2) Tes fungsi motor
Menjalankan motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat ABS, waktu self
testing pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self testing dilakukan saat mobil mulai
berjalan atau pada akhir ABS bekerja.
3) Memeriksa sinyal wheel speed sensor
Memeriksa semua sinyal wheel speed sensor

c. Tes sistem saat mobil melaju


Setelah proses inisial self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua microprocessor dan
sirkuit lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan mengkonfirmasikannya dan
kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam ABSCM.
1) Tes tegangan (12V, 5V)
Periksa apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah 5 volt.
Namun perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan beroperasinya ABS
atau motor saat sedang memonitor tegangan.
2) Tes kerja valve relay
Saat ABS bekerja, valve relay diaktifkan.ABSCM menjaga kerja valve relay.
3) Perhitungan menghasilkan perbandingan antara dua microprocessor
Biasanya ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja dalam waktu
yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama lainnya dan
mengenalikesamaan diantara keduanya. Konsep perbandingan ini bisa menjamin bahwa
sistemberjalan sebagaimana mestinya dan dapat mendeteksi secara dini adanya kerusakan.
4) Tes kerja microprocessor
Memonitor microprocessor
5) Memeriksa data ROM
Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan dengan

d. Menampilkan Self Diagnosis


Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti dan
lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui alat
Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.

https://ariakhabunhasan354.wordpress.com/2013/10/07/makalah-abs-antolock-breaking-system/
Selasa, 24 Desember 2013
Makalah ABS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia otomotif yang semakin pesat, menuntut industri otomotif untuk
selalu mengedepankan kemajuan teknologinya masing-masing.Supaya mampu mengikuti
perkembangan tersebut maka setiap industry terutama dibidang otomotif dituntut untuk
melakukan terobosan bahkan menemukan teknologi baru agar produk yang dihasilkan tidak
ketinggalan zaman.
Rem merupakan salah satu bagan utama Dari setiap kendaran, mengingat fungsinya
sangat berperan dalam pengoperasian kendaraan. Pada umumnya kendaraan harus memiliki
tenaga yang cukup untuk bergerak pada berbagai kondisi atau keadaan, tenaga tersebut
dihasilkan dari motor melalui pembakaran bahan bakar dalam selinder. Diketahui bahwa
kendaraan bergerak dan berjalan pada jalan yang tidak selalu rata, namun terkadang mendaki
atau menurun. Demikian juga tidak selalu berjalan yang lurus terkadang kendaraan berbelok
di tikungan dan berhenti secara tiba-tiba. Untuk mengtasinya, maka setiap kendaraan harus
dilengkapi dengan sistem pengereman yang lebih aman pada saat pengemudi menginginkan
kendaraan berhenti secara tiba-tiba atau ingin memperlambat laju kendaraan, maka rem
sangat dibutuhkan untuk mengontrol kecepatan kendaraan.
Deawasa ini menurut para ahli permobilan, rem merupakan kebutuhan sangat penting
untuk keamanan berkendara.Perkembangan teknologi rem yang hingga saat ini semakin
berkembang yaitu ABS (Anti-Lock Brake System) yang sudah di aplikasikan pada seluruh
mobil keluran terbaru.Pada kendaraan yang sudah dilengkapi sistem rem ABS maka hasil
pengereman menjadi lebih mantab dan akurat pada saat-saat pengereman darurat (emergency)
tanpa memandang kondisi jalan.Apalagi pengereman berlaku secara tiba-tiba, sistem rem
ABS ini sangat membantu untuk menstabilkan arah kendaraan.
Semua sistem pada ABS dikontrol secara otomatis oleh ABSCM (Anti-Lock Brake
System Control Module), penanganan masalah serta perawatan pada sistem ABS masih
kurang memadai, karena kurangnya pengetahuan mekanik atau individu tentang sisten rem
ABS, hal ini tentunya sangat dikhwatirkan apabila pada sistem rem ABS tidak diperhatikan
kondisi dan perawatannya secara rutin akan menyebabakan kerusakan dan malfungtion pada
sistem rem ABS.
Apabila terjadi kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS akan menyebabkan
kinerja pada rem kurang maksimal dan dapat membahayakan pengemudi. Oleh sebab itu
diperlukan perawatan pada sistem rem ABS sebelum terjadi kerusakan yang fatal.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mencari cara
perawatan yang benar pada sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).

B. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarahnya karya tulis ini maka permasalahan akan di batasi pada
“perawatan sistem rem ABS (Anti-LockBrakeSystem) pada kendraan roda empat (mobil)”

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah cara kerja rem ABS (Anti-Lock Brake System)?
2. Bagaimanakah perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System)?

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1. Cara kerja sistem rem ABS (Anti-LockBrakeSystem).
2. Perawatan Sistem rem ABS (Anti-LockBrakeSystem).

E. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebgai wacana baru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
perawatan sistem rem A BS (Anti-LockBrake System).
2. Sebagai bahan penulisan lebih lanjut dalam perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake
System).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah kendaraan
baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat dari
perkotaan sampai pedesaaan.

Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai
dengan yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya
kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang berputar.
Syarat–syarat sebuah rem adalah sebagai berikut:
1. Dapat bekerja dengan cepat.
2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan atau gaya
pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing roda.
3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman
Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan jalan
menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar

B. Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)

Gambar 1. Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)

ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang
mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman. Tujuannya adalah
memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol pengendalian pada saat
pengereman mendadak dan digunakan untuk memperpendek jarak pengereman (dengan
memperbolehkan pengemudi menginjak pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir
kendaraan akan selip dan lepas kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada
kendaraan non ABS (Anti-Lock Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan
terdapat electronic unit, speed sensor dan hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit
memonitor kecepatan dari roda pada saat pengereman,jika berbeda maka rem akan
me’release’, dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita melakukan
pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas. ABS tersebut bisa
melakukan pengereman dalam artian ‘tekan-lepas’ sebanyak 20 kali per detik. Jadi dengan
teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci.
Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda
(wheel lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman
adalah:

1. Mobil tetap stabil.


2. Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).
3. Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju).
4. Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).
5. Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan
6. Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke salah satu sisi.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang mengalami selip akan
mudah terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS mobil akan tetap
stabil sampai mobil tersebut berhenti .

C. Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)


1. Master selinder
Master selinder berfungsi :
a. Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.
b. Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.
2. Unit control tekanan (akuator)
Unit control tekanan (akuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap
roda sesuai dengan perintah computer.

3. ABS control module


ABS control module berfungsi :
a. Mendapat informasi dari sensor putaran.
b. Menghitung tekanan ideal pada roda.
c. Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem
d. ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis
e. Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran dengan lampu control
pengemudi.
4. Sensor putran roda
Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor tersebut
menghasilkan signal.
5. Selinder roda
Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder roda
dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa.
6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada sisitem rem
ABS. lampu indicator akan menyala.
7. Sensor putran aksel belakang
Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif dan
mengirim signal ke ABS control module.
D. Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)
Pada sistem rem yang menggunakan ABS terdapat bebrapa jenis ABS, dintaranya :
1. 4-Sensor 4-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang memakai
X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang biasanya mengikuti
select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja.
Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan
masingmasing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan
jarak pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila
permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan
mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi
kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS
memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai
macam kondisi jalan.
2. 4-Sensor 3-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang memakai
H-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan roda belakang dikontrol secara bersamaan
pada brake pipe dengan dasar select-low logic.
Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat
di roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir
70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga
pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan
pengaturan tersendiri (independent control) pada roda depan.
Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat
penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman. Karena itulah apabila
saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka independent control
pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda belakang tidak merata sehingga
mobil mengalami yawing.
Untuk menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat
ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan
kecenderungan roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan
‘Select-low control’.
3. 3-Sensor 3-Chanel
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara bersamaan
oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear).

Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis
ini. 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang
dikontrol bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2
channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan
masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.

4. 1-Sensor 1-channel

Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor.Dipakai Untuk mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang.Pada
rear diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepan
roda.
Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan terkunci,
sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan jalan yang
mempunyai daya gesek rendah (low-• ) juga akan bertambah jauh. Sistem ini hanya akan
membantu untuk penghentian lurus.

E. ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)

ABS terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan
suatu roda mengalami penguncian, HCU (Hydraulic Control Unit) mensuplai tekanan rem ke
setiap roda berdasarkan output signal dari ABSCM (control module).
Dari sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi,
deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya adalah adalah
untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur sistem monitoring pada
sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem mengalami kegagalan.Pengemudi dapat
mengetahui adanya kegagalan sistem pada ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.

1. Komposisi Dasar ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)


Apabila ABS mengalami kegagalan, ABSCM akan mematikan kerja sistem untuk
memastikan keselamatannya. Karena apabila kerja dari solenoid valve tidak normal, dapat
mempengaruhi tekanan rem terhadap roda.Karena alasan inilah ABSCM dapat menganalisa
dan mengantisipasi semua kemungkinan kegagalan pada sistem. Untuk memasang ABSCM
secara langsung pada HCU (Hydraulic Control Unit), semiconductor yang ada di dalam
ABSCM harus tahan pada suhu antara - 40 s/d 125 derajat celsius.
Berkat pengembangan teknologi semiconductor dan ukurannya yang kecill, sekarang ini
yang popular banyak dipakai adalah tipe (ABSCM + HCU). Misalnya Bosch ABS versi 5.0
atau yang lebih tinggi, versi MK-20i atau yang lebih tinggi keluaran TEVES dan EBC 325
Kelsey Hayes mewakili integrated ABS. Semua masukan merupakan double-monitored dan
double-calculated. Input-nya juga doublemonitored.Untuk menghindari kesalahan
pengoperasian pada ECU, maka dipasang dua microprocessor yang membandingkan dan
memonitor hasilnya, dan ECU sebagai tambahan dimonitor oleh SAS (Safety Assurance
System) atau intelligent Watch-Dog untuk mencegah kesalahan pengoperasian pada ECU.
Satu IC mengatur solenoid2 untuk setiap channel-nya dan Power MOSFET dengan
proteksi sirkuit yang bisa diandalkan sebagai pengganti relay yang mengatur kerja solenoid
dan arus besar saat motor bekerja. Selanjutnya untuk mengurangi pumping dan pengaruh
kick-back yang berlebihan, maka dipakai motor speed control dengan mircopocessor 16 bit
agar perhitungan kecepatan roda dan performa ABS menjadi lebih baik, dengan kemampuan
5 millidetik per siklus kerja.
a. Sirkuit penguat input wheel speed sensor
Dari setiap wheel speed sensor yand dipasang pada roda, di dalam sirkuitnya dipasang
bentuk gelombang arus. Bentuk gelombang tersebut dikuatkan dan dirubah menjadi bentuk
gelombang persegi, dan dikirim ke Microcontroller. Sesuai dengan jenis ABS, jumlah wheel
speed sensor akan berubah dan jumlah sirkuit penguatnya juga akan berubah.
b. Microcontroler
Acuan kecepatan, rasio selip, rata2 akslerasi/deselerasi dan kerja solenoid dan motor
dihitung berdasarkan informasi dari setiap rodanya. Sirkuit ini mendeteksi gelombang sensor
kecepatan roda setiap detiknya.Microcontroller menghitung acuan kecepatan berdasarkan
kecepatan rodanya, kemudian membandingkan kecepatan referensi dan momen kecepatan
roda untuk memperkirakan rasio selip dan rata2 akselerasi dan deselerasinya. Solenoid valve
mengaktifkan output sirkuit untuk pressure dump, hold, menaikkan sinyal ke solenoid pada
roda yang terkunci sesuai dengan perkiraan sinyal pengaturan seperti slip ratio,
akselerasi/deselerasi.
c. Sirkuit Mengaftikan Solenoid Valve
Sirkuit ini gunanya adalah untuk mengatur arus solenoid valve dan menghidupkan
atau mematikan pressure dump, hold, menaikkan sinyal Microcontroller.
d. Voltage Regulator, Motor Relay dan Failsafe Driver Circuit, Lamp Driver circuit,
Communication Circuit
Memonitor tegangan suplai (5V, 12V) yang sedang dipakai untuk ABSCM dalam
keadaan stabil berdasarkan batasan tegangannya.Alat ini dapat mendeteksi adanya kegagalan
sistem dan mengaktifkan valve relay, motor relay. Apabila ada kerusakan pada sistem ABS,
maka sistem akan dihentikan dikarenakan valve/motor relay menjadi off dan lampu peringan
ABS akan menyala untuk memberitahukan kepada si pengemudi bahwa ada kerusakan pada
sistem ABS. Bila adakerusakan pada ABS, maka rem yang bekerja adalah normal, seperti
pada rem biasanya.

2. Safety Circuit
Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan
kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil melaju.
Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah menghentikan fungsi ABS
dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak dapat bekerja, namun rem
konvensional mesih tetap bekerja.setelahtidak terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem,
maka lampu peringatan akan mati dan sistem kembali berjalan normal.
a. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti)
Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan
prosedur kerja sebagai berikut :
1) Mengecek fungsi microprocessor
a) Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan
b) Memeriksa data ROM
c) Memeriksa data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal
d) Memeriksa kerja converter A/D (Analog /Digital)
e) Memeriksa komunikasi diantara dua microprocessor
2) Memeriksa fungsi valve relay
a) Mengaktifkan valve relay dan memeriksa kerjanya
3) Memeriksa fungsi fail memory circuit microprocessor
b) Memeriksa fail memory circuit microprocessor
b. Initial Self-Testing saat mobil bergerak
Ketika mobil mulai bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai
berikut :
1) Tes fungsi solenoid valve
Memeriksa fungsi solenoid valve dan memonitor kerjannya.
2) Tes fungsi motor
Menjalankan motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat ABS, waktu self
testing pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self testing dilakukan saat mobil mulai
berjalan atau pada akhir ABS bekerja.
3) Memeriksa sinyal wheel speed sensor
Memeriksa semua sinyal wheel speed sensor

c. Tes sistem saat mobil melaju


Setelah proses inisial self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua microprocessor dan
sirkuit lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan mengkonfirmasikannya dan
kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam ABSCM.
1) Tes tegangan (12V, 5V)
Periksa apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah 5 volt.
Namun perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan beroperasinya ABS
atau motor saat sedang memonitor tegangan.
2) Tes kerja valve relay
Saat ABS bekerja, valve relay diaktifkan.ABSCM menjaga kerja valve relay.
3) Perhitungan menghasilkan perbandingan antara dua microprocessor
Biasanya ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja dalam
waktu yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama lainnya dan
mengenalikesamaan diantara keduanya. Konsep perbandingan ini bisa menjamin bahwa
sistemberjalan sebagaimana mestinya dan dapat mendeteksi secara dini adanya kerusakan.
4) Tes kerja microprocessor
Memonitor microprocessor
5) Memeriksa data ROM
Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan
dengan

d. Menampilkan Self Diagnosis


Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti
dan lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui
alat Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
kualitatif.Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat
gambran secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diselidikidan hasilnya
tidak dinyatakan dengan angka.
Metode deskriptif kualitataif digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin
dicapai yaitu menggambarkan beberapa hal tentang perawatan pada sistem rem ABS (Anti-
Lock Brake System).

B. Teknik pengumpulan Data


Data penulisan makalah ini dengan teknik studi pustaka.Penulis mengkaji sejumlah
referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dan karya tulis lainnya yang relevan dengan
judul karya tulis ini.Maksud dari studi pustaka ini adalah untuk menemukan teori yang dapat
menunjang keabsahan penulisan.

C. Jenis Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku
dan karya tulis lainya yang relevan dengan penulis angkat.

D. Sistematika Penulisan
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi gambaran umum tentang kurangnya pengetahuan mekanik atau
individu tentang sisten rem ABS, hal ini tentunya sangat dikhwatirkan apabila pada sistem
rem ABS tidak diperhatikan kondisi dan perawatannya secara rutin akan menyebabakan
kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS.
2. Kajian Pustaka
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini dan
sistematika penulisan.
3. Metodologi Penulisan
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini dan
sistematika penulisan.
4. Pembahasan
Merupakan inti dari penulisan karya tulis ini, dimana dasar teori yang diperoleh dikaitkan
satu sama lain. Dalam pembahasan diuraikan gagasan kreatif perawatan sitem rem ABS
(Anti-Lock Brake System).
5. Penutup
Merupakan bab yang berisi simpulan dan saran dari perawatan sistem rem ABS (Anti-
Lock Brake System).
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)


Keempat roda di control oleh ABS untuk anti-lock dan cara kerjanya dijelaskan pada gambar
di bawah ini.
1. Saat ABS tidak bekerja (pengereman normal)
Karena tidak ada signal dari ABS control module dan solenoid valve tidak bekerja maka
flow control valve tertekan oleh spring sehingga ABS tidak bekerja, pada kondisi ini cairan
ditekan dari master selinder menuju flow control valve dan menuju port 1 – port 2
selanjutnya menuju cyilender roda.

2. Saat ABS bekerja (model tekanan reduksi)


Saat roda mengunci (direm) ABS control module membuka solenoid valve, maka sisa
cairan rem dengan tekanan yang rendah mengalir ke reservoir dan menekan Flow control
valve ke bawah sehingga saluran port 2 menutup dan cairan rem tidak mengalir ke cylinder
roda.
Ketika perbedaa tekanan antara bawah dan atas semakin bertambah, maka flow control
valve menekan ke bawah danport 3 terbuka selanjutnya cairan rem dalam cylinder roda
mengalir ke port 3 – port 4 dan ke dalam reservoir (tekanan di dalam cylinder roda
menurun/berkurang. Selama pump dan ABS system bekerja cairan rem dalam reservoir
menurun/berkurang karena dialirkan ke cylinder master.
3. Saat ABS Bekerja (model penambahan tekanan)
Ketika wheel cylinder memerlukan tekanan cairan yang tinggi, ABS control module
menutup solenoid valve akibatnya low control valve berada pada posisi di bawah sehingga
cairan rem dari master cylinder mengalir ke port 1 dan 3 selanjutnya menuju wheel selinder
bertambah.
Pada saat yang sama, flow control valve bekerja akibatnya perbedaan tekanan cairan rem
antara atas dan bawah menjadi sama sehingga port 1 terbuka dan berhubungan dengan master
cylinder sehingga tekanan cairan di wheel cylinder bertambah secara konstan.

4. Siklus Kontrol ABS (Anti-Lock Brake System)


a. Pengaturan rem pada permukaan yang tidak rata (koefisien gaya rem)
Saat awal pengeman, tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan masing-masing
akan naik turun. Di akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi ambang batas (-a), akibatnya
solenoid valve akan memindahkan posisi “pressure hold” sesuai dengan kebutuhannya.
Tekanan rem tidak harus berkurang karena ambang batas (-a) dapat dilebihkan ke dalam
range stabil dari koefisiennya, atau dari kurva brake slip.Pada saat bersamaan kecepan
referensi dikurangi, besaran untuk slip switching ambang batas •1 di dapat dari keceatan
referensi.
Kecepatan roda turun dibawah ambang batas •1 di akhir tahap 2. Kemudian solenoid
valve pindah ke posisi “pressure drop” , sehingga tekanan rem bisa dikurangi sampai
deselerasi roda melebihi ambang batas (-a). Kecepatan turun lagi dibawah ambang batas (-a)
di akhir tahap 3 dan tekanan bertahan mengikuti panjangnya.Pada saat tersebut akselerasi
roda bertambah mengikuti bertambahnya ambang batas (+a).Tekanan tetap konstan.Dan
diakhir tahap 4, akselerasi melebihi kecepatan ambang batas (+A) tertinggi, tekanan rem
kemudian bertambah mengikuti naiknya ambang batas (+A).
Di tahap 6, tekanan ren dipertahankan kembali agar tetap konstan karena ambang
batas (+a) dilebihkan.Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun dibawah ambang
batas (+a).ini menandakan bahwa roda sudah memasuki batasan gaya rem yang stabil
(coefficient/brake slip curve) dan agak ringan. Tekanan rem sekarang mulai masuk tahapan 7
sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (-a) (akhir tahap 7).Pada saat tersebut, tekanan
rem langsung diturunkan tanpa melalui sinyal •1.

b. Kontrol rem di jalan licin (koefisisen gaya rendah)


Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake pedal,
bisa cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi selip pada
ban.Logic circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu jalan kemudian
menyesuaikannya karakter ABS.
Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama berdasarkan
koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan penahanan tekanan dalam waktu
singkat, kemudian kecepatan roda diperbandingkan dengan slip switching ambang batas •1.
Selama kecepan roda kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan
diturunkan sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya yaitu
penahanan tekanan singkat. Kemudian dibuat pembaharuan perbandingan antara kecepatan
roda dan switching ambang batas •1, sehingga tekanan bisa turun dalam waktu singkat.
Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda
tersebut berputar melebihi ambang batas (+a).selanjutnya, tekanan tertahan sampai
akselerasinya dibawah ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti oleh tahap 5
melalui step-type yang terbentuk di dalam tekanan yang sudah dikenalnya dari bagian
sebelumnya sampai siklus kontrol baru bias dikenali oleh pressure reduction tahap 6.
Pada siklus yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali kedua
tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk akselerasi roda kembali
setelah penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-a).Roda berputar dengan batasan selip
tinggi untuk waktu yang relatif lama, sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan
penguasaan kemudi. Untuk mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara
terus-menerus antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas •1 ini dan juga siklus
control berikutnya. Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan dikurangi
sampai akselerasi roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat penurunanan tekanan
secara tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam waktu singkat, sehingga bisa
meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol kemudi dibanding dengan siklus pertama.

B. Perawatan Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)


Untuk mencegah timbulnya kerusakan saat melepas sambungan-sambungan kabel,
sensor, relay dan fuse, kunci kontak harus OFF dan setelah dipasang kembali, ON kan kunci
kontak kemudian set DTC ABS hydaulic Unit.
1. Memeriksa kerjanya ABS Hydraulic Unit
a. Periksa apakah seluruh komponen ABS dalam kondisi baik.
b. periksa apakah voltage battery 11 V atau lebih.
c. Periksa apakah lampu peringatan ABS berfungsi dengan baik.
d. Dongkrak kendaran
e. Netralkan tuas transmisi dan tarik tuas rem tangan.
f. Putar-putarkan setiap roda dan periksa apakah berputar dengan lancar.
g. Gunakan kabel untuk menghubungkan Diag-2 conector dengan ground, putar kunci kontak
ke posisi ON dan periksa lampu peringatan ABS dengan prosedur DTC 12.
h. OFF kan kunci kontak
i. Putarkan roda dan On kan kunci kontak kemudian tekan pedal rem dan periksa
1) Apakah terdengar suara kerjanya selenoid
2) Apakah terdengar suara kerjanya motor pump
j. Ulangi pemeriksaan pada langkah 8-9 untuk semua roda, jika hasilnya tidak sesuai, ganti
ABS hydraulic Unit.
k. OFF kan kunci kontak dan lepaskan kabel yang menghubungkan Diag-2 connector dengan
ground.

2. ABS Hydraulic Unit


a. Memriksa Solenoid valve
1) Putar kunci kontak ke posisi OFF
2) Lepaskan sambungan kabel ke solenoid
3) Periksa resistance solenoid valve

b. Memriksa Motor Pump


1) Putar kunci kontak ke posisi OFF
2) Lepaskan sambungan kabek ke motor
3) Periksa resistance motor
Antara terminal : 1 Ω
Antara terminal dan body motor : 1 MΩ
4)
Hubungkan positif (+) battery keterminal 1 dan negatif (-) battery ke terminal 2. Kemudian
periksa apakah motor bekerja (adanya suara), jika pada pemeriksaan 1-3 tidak sesuai ganti
hydraulic unit
c.
Melepas

1) Lepaskan kabel negatif dari battery


2) Gunakan spesial tools, lepaskan brake pipe dari ABS Hydraulic Unit
Special tool
A : 09950 – 78210

3) Lepaskan sambungan kabel ABS hydraulic unit


4) Lepaskan ABS hydrauic Unit dari bracketnya

d. Memasang

1) Pasang hydraulic unit dengan urutan kebalikan dari prosedur melepas


Momen pengencagan :
a : 16 N.m (1,6 kg.m)
b : 21 N.m (2,1 kg.m)
2) Buang udara dari sisitem rem
3) Periksa kembali setiap komponen yang terpasang dan adanya kebocoran minyak rem
3. ABS Control Module
ABS control module terdiri dari parts yang sangat presisi, jangan membongkar ABS
Control Module.

a. Melepas
1) Lepaskan kabel negatif battery
2) Lepaskan steering column hole cover, knee bolster panel
3) Lepaskan sambungan kabel ABS control module
4. Speed Sensor Roda Depan
a. Memeriksa output voltage
1) Putar kunci kontak ke posisi OFF
2) Dongkrak kendaraan
3) Lepaskan sambungan kabel ke speed sensor
4) Hubungkan volt meter ke connector kabel speed sensor
5) Sambi; memutarkan roda, periksa voltage pada speed sensor
Bila menggunakan Oscilloscope, periksa voltage peak to peak, apakah sesuai dengan
spesifikasi
Voltage peak to peak
1 putaran / detik : 210 mV / lebih

b. Melepas
1) Lepaskan kabel negatif dan battery
2) Dongkrak kendaraan dan lepaskan roda
3) Lepaskan sambungan kabel speed sensor
4) Keluarkan grommet dari fender
5) 5 lepaskan speed sensor
c. Memeriksa speed sensor
1) Periksa sensor dari kerusakan
2) Periksa resistance
Resistance terminal : 1,2 - 1,6 kΩ
Resistance antara terminal dan body sensor : 1 mΩ / lebih, jika ada kelainan, ganti sensor

d. Memeriksa putaran rotor


1) Periksa gigi-gigi roto dari keruskan (aus /pecah)
2) Putar drive shaft dan periksa apakah rotor berputar dengan lancar
e. Memasang
1) Pasang kembali speed sensor seperti semula
Momen pengencangan :
(a) : 2,3 N.m (kg.m)
2) Pastikan bahwa antara spedd sensor dan knuckle tidak ada celah (jarak)
5. Speed Sensor Roda Belakang
a. Memeriksa output voltage
Prosedur pemeriksaan sama dengan speed sensor roda depan
b. Melepas
1) Lepaskan kabel negatif dari battery
2) Dongkrak kendaraan
3) Lepaskan sambungan kabel speed sensor dan lepaskan kabelnya dari suspension frame
4) Lepaskan speed sensor dari knuckle
c. Memeriksa sensor
1) Periksa kondisi sensor dari kerusakan
2) Periksa resistance sensor
Resistance antara terminal : 1,5 – 1,9 kΩ
1,2 - 1,6 kΩ
Resistance antara terminal dan body sensor : 1 MΩ
Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai spesifikasi ganti sensor
d. Memriksa sensor Rotor
1) Periksa gigi rotor dari kerusakan (aus/pecah)
2) Putar roda belakang dan periksa prputaran rotor apakah berjalan dengan baik
Jika dalam pemeriksaan ada kelainan, ganti sensor rotor
e. Memasang
1) Pasang sensor rotor seperti semula
Momen pengencangan :
(a) : 2,3 N.m (kg.m)
2) Pastikan bahwa antar sensor dan knuckle tidak terdapat celah (jarak)
6. ABS Fail - Safe Relay
a. Memeriksa
1) Lepaskan kabel negatif (-) dari battery
2) Lepaskan fail-safe relay dari relay box
3) Periksa resistance antara kedua terminal
Antara 1 dan 3 : 78 - 96Ω
Antara 2 dan 5 : terhubung
Antara 4 dan 5 : tidak ada hubungan
4) Hubungkan battery ke terminal 1 dan 3, kemudian periksa hubungan antara terminal 4 dan 5
Jika dalam pemeriksaan langka 1 – 4 tidak sesuai spesifkasi, ganti relay.
7. ABS Pump Motor Relay
a. Memeriksa
1) Lepaskan kabel negatif dari battery
2) Lepaskan pump motor relay dari relay box
3) Periksa resistance antara setiap terminal
Antara 2 dan 4 : 70 – 90 Ω
Antara 1 dan 3 : tidak ada hubungan
4) Periksa apakah ada hubungan antara terminal 1 dan 3, jika battery di hubungakan ke terminal
2 dan 4.
Jika dalam pemriksaan langkah 3 dan 4 tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti relay.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penulisan makalah ini dapat ditarik kesimpulannya diantaranya :
1. Cara kerja rem ABS sudah di control secara otomatis, semua msukan dari sensor-sensor di
olah oleh ABSCM.
2. Dalam perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) harus sesuai dengan prosedur
perawatan, agar diperoleh hasil yang maksimal dan mengurangi kerusakan yang lebih fatal.

B. Saran
Saran yang dapat ditawarkan oleh penulis sehubungan dengan judul yang diangkat dalam
makalah ini adalah :
1. Bagi para mahasiswa teknik otomotif maupun mekanik mobil agar melakukan perawatan
sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) sesuai dengan prosedur perawatan.
2. Bagi pihak jurusan Teknik Otomotif agar dapat menyediakan model untuk sistem rem ABS
(Anti-Lock Brake System) agar mahasiswa teknik otomotif lebih menguasai sistem rem ABS
(Anti-Lock Brake System).

DAFTAR PUSTAKA
Toyota Astra. New Step 1 Training Manual. PT Toyota astra motor: Jakarta
Panduan manual servis Suzuki Baleno.
ABS/TCS/ESP TRAINING GUIDE 1 HYUNDAI MOBIL INDONESIA
Hyundai Motor Company, All right reserved Published by Chonan Technical
Service Training Center.
Jefferson, tertius. 2008. Kajian Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)
Pada Kendaraan Toyota Corolla Tipe AE-FE. Jurnal FORMAS

Diposkan oleh asril arif di 01.05


http://asrilarif99.blogspot.com/2013/12/makalah-abs.html

word

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF&url=http
%3A%2F%2Fbudi.blog.undip.ac.id%2Ffiles%2F2009%2F06%2FAntilocked-Braking-
System.docx&ei=rsxAVfqsGobDmwXx4oCgBw&usg=AFQjCNF4rYcWfalgYwgC2EFaPJ2X07VVvQ&sig2=
UGIYjtJv8gCgM-XlE8aIbQ&bvm=bv.91665533,d.dGY
Sistem rem ABS (anti lock breaking sistem)
Sistem rem anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman
pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman
mendadak/keras.

Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga

salah sebagian atau semua roda


berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak
terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci,
ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu
mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung
sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap
dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.

Manfaat Fitur ABS


Kesalahan persepsi pada fungsi rem menyebabkan rendahnya
pemahaman konsumen pada manfaat rem ABS (Anti-lock Braking
System). Karena itu, tak mengherankan bila masih banyak jonsumen mobil
yang menganggap sepele fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat
besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat
pengereman mendadak, terlebih dilakukan di jalan yang licin.
Ilustrasi mobil yang menggunakan ABS

Sampai detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem
sebagai penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah
mengurangi putaran roda. Cobalah Anda bayangkan, mengapa mobil yang
berlari kencang masih meluncur ketika rem sudah diinjak sedemikian
dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi lintasan basah atau
berpasir.

Penyebab masih meluncurnya mobil setelah di rem bukan karena roda


yang masih berputar, tapi diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang
pergerakan mobil maka semakin besar potensi gaya sentrifugal yang
diterimanya ketika dilakukan pengentian mendadak. Pada mobil tanpa fitur
ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang
terkunci oleh rem.

Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus ke depan.
Namun bisa dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima
mobil posisi roda depan sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan
meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal mengakibatkan mobil terbalik.

Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun
jauh sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif
kerja rem ABS secara manual. Para pembalap biasanya melakukan
pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal rem secara
bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.

Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan


tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka
salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.

Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan


ABS) sama dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan
pengurangan laju secara gradual dengan pengereman bertahap. Metode
kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda
terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil
ikut terkurangi.

Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi


komputer yang cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol
besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk masing-masing roda.

Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS


masih memperlakukan gaya pengereman “mengocok”. Tindakan ini sama
sekali tidak dibutuhkan. Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan
membingungka sensor ABS yang pada ujungnya mengurangi sensitifitas
pengereman.

Jadi, bila Anda ingin membeli mobil pikirkan manfaat fitur ABS. Lagi pula
apa ruginya menambah uang untuk sebuah sistem yang akan memberi
keselamatan bagi Anda dan keluarga?

Cara Kerja Rem ABS


Ide dibalik teknologi ABS pada dasarnya sederhana. Biasanya saat rem
diinjak secara penuh, keempat roda kendaraan akan langsung mengunci.
Setelah itu, mobil meluncur lurus ke depan tak bisa dikendalikan dalam
posisi membelok. Ketidakstabilan itulah yang sering terjadi pada sistem
rem nonABS. Hal seperti itu, tentu menimbulkan risiko kecelakaan, apalagi
bila di depannya ada rintangan.

Lain lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan
tujuan untuk mencegah selip. Selain itu, membantu pengemudi
memantapkan kendali pada setir dalam situasi pengereman mendadak.
Dengan kata lain, ABS mencegah roda kendaraan untuk mengunci,
mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhenti dan memperbaiki
pengendalian pengemudi di saat pengereman mendadak.

Proses kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda
langsung mengunci. Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir
ke kiri atau ke kanan, komputer secara otomatis melepas roda yang
terkunci. Dengan sistem itu, maka mobil bisa dikendalikan dan dihentikan,
sekaligus menghindari rintangan di depannya.

Cara kerja ABS adalah mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada
kaliper kanvas yang menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak
rem disalurkan secara bertahap. Sehingga secara perlahan-lahan
kendaraan dapat dihentikan saat pengereman mendadak.

Dalam perkembangannya sistem ABS ternyata dianggap belum cukup,


sehingga para pakar otomotif pun mengembangkan teknologi
pendukungnya. Piranti itu diberi nama EBD yang dirancang dengan tujuan
memperpendek jarak pengereman yaitu saat rem diinjak sampai mobil
benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai sensor yang
memonitor beban pada tiap roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak, maka
komputer akan membagi tekanan ke setiap roda sesuai dengan beban
yang dipikulnya. Dampaknya jarak pengereman menjadi semakin pendek.

Kedua piranti ABS dan EBD saling bekerja sama untuk meningkatkan
keselamatan. Sensor yang berada pada setiap roda memonitor kapan roda
terkunci saat pengereman. Setiap sensor memberikan sinyal ke piranti
EBD untuk mengatur kapan harus melepaskan tekanan hidrolis atau
memberi tekanan kembali dalam waktu singkat.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda
mana yang akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk
mengurangi tekanan pengereman agar roda kembali berputar, hingga
mencegah roda mengunci.

Teknologi rem berkembang semakin canggih. Rem tidak lagi hanya


berfungsi pada saat pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut
electronic stability program (ESP), atau traction control.
Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika
sebuah roda mengalami spin (berputar lebih cepat karena roda tidak
menapak di permukaan jalan/ tanah), maka rem akan segera
menghentikan roda itu. Selanjutnya torsi dipindahkan ke roda-roda yang
menapak lebih baik, sampai roda yang mengalami spin berfungsi kembali.
Rem juga akan berfungsi saat mobil mengalami understeer (terlambat
menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer (menikung terlalu
cepat sehingga melintir).
Diposkan 27th February 2012 oleh Imron
http://imronekabudianto19.blogspot.com/2012/02/sistem-rem-abs-anti-lock-breaking.html

http://skripsitesis4u.blogspot.com/2012/07/sistem-hidrolis-pada-abs-anti-lock.html
MAKALAH
ANTI-LOCK BRAKE SYSTEM (ABS)

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FKIP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini, banyak teknologi baru yang bermunculan, baik itu
teknologi dalam bidang elektronik, otomotif, dunia informasi dan lain sebagainya,
mungkin pada zaman dulu teknologi dalam bidang otomotif hanya berputar seputar
otomotif saja, tapi seiring berkembangnya zaman teknologi dalam bidang otomotif pun
menjadi berkembang hingga teknologi elektronik pun digunakan dalam bidang
otomotif, seperti: EFI (Electronic Fuel Injection), ABS (Anti-Lock Brake System), D-
TSI (Digital Twin Spark Ignition), VVTI (Variable Valve Timing Intelegent) dan lain
sebagainya.
Salah satu penggunaan teknologi elektronik dalam bidang otomotif adalah pada
system rem, pada zaman dulu dunia otomotif hanya menggunakan rem konvensional,
seperti rem tromol dan cakram, tapi sekarang sudah terjadi mergerisasi teknologi
elektronik terhadap dunia otomotif, khususnya pada system rem ini. Brake system atau
system rem mutlak diperlukan pada setiap kendaraan, karena ketika kendaraan sedang
melaju maka untuk menghentikan kendaraan tersebut pengemudi harus dengan
mudah menghentikannya. Permasalahan akan timbul katika dilakukan pengereman
mendadak pada jalan yang licin, musim hujan, jalan penuh salju maka roda akan
terkunci dan kendaraan pun sulit untuk dikendalikan.
Saat roda belakang terkunci, gaya sentripetal pada roda belakang akan
mendekati angka “0”. Pada kondisi tersebut, bila roda depan dibelokan atau ada gaya
lain (misalnya kondisi permukaan jalan, perubahan koefisien gesek, dll), maka akan
terjadi gaya sentrifugal (seperti gaya memutar kendaraan) sehingga kendaraan akan
membanting ke salah satu sisi. Untuk menghindari terkuncinya roda kendaraan akibat
pengereman yang mendadak, maka digunakan ABS atau Anti-lock brake system, yang
fungsinya untuk mengontrol tekanan fluida pada setiap roda, sehingga roda-roda
kendaraan pun tidak terkunci.
B. Tujuan
1. Sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Listrik Dan Elektronika Otomotif
2. Sebagai stimulus untuk menambah ilmu lebih dalam lagi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Uraian Umum
Rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan
menghentikan kendaraan atau untuk memungkinkan parker pada tempat yang
menurun. System ini sangat penting pada kendaraan dan berfungsi sebagai alat
keselamatan dan menjamin untuk pengendaraan yang aman. Dewasa ini menurut para
ahi permobilan, rem adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
keamanan berkendara dan juga dapat berhenti di tempat manapun, dan dalam
berbagaikondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.

B. Prinsip Rem
Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan (tidak
dihubungkan) dengan pemindah daya, kendaraan cenderung tetap bergerak.
Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak
kendaraan hingga berhenti. Mesin mengubah energy panas menjadi energy kinetic
(energy gerak) untuk menggerakan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energy
kinetic kembali menjadi energy panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem
bekerja disebabkan oleh adanya system gabungan penekanan melawan system gerak
putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang
ditimbulkan dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek. Sehingga
dibutuhkan beberapa persyaratan untuk mencapai kondisi pengendaraan yang aman,
yaitu:
1. System rem tidak boleh mempengaruhi gerak roda saat tidak dipakai.
2. System rem harus bisa berfungsi dengan baik dalam keadaan kecepatan maximum dan
beban maksimum pada kendaraan.
3. Pengoperasian rem harus mudah tanpa menimbulkan kelelahan pada pengendara.
4. Harus menghasilkan pengereman yang pasti dan mudah dalam mengecek dan
mengontrol.

C. Anti-lock Braking System (ABS)


ABS merupakan system pengereman yang didesain untuk menghindari
terjadinya selip (skidding) karena roda terkunci (locked) pada saat pengereman yang
mana hal ina akan dapat menimbulkan bahaya karena roda yang selip akan
menyebabkan kendaraan tidak dapat dikendalikan.
Roda yang selip juga adkan dapat memperpanjang jarak pengereman, karena
koefisien gesek ban yang selip lebih kecil daripada ban yang menggelinding. Tujuan
serta kelebihan dari sistem ABS adalah antara lain: memaksimalkan daya pengereman;
menjaga agar kendaraan dapat tetap terkontrol dengan mencegah roda terkunci atau
selip; mamperpendek jarak pengereman pada kebanyakan kondisi.

Gambar 2.1 Anti-lock Braking System (ABS)

1) Keunggulan ABS
Anti-lock Brake Systems didisain untuk mencegah terjadinya penguncian roda pada
saat pengereman kuat dalam kondisi jalan yang berbeda beda.
Hasil pengereman yang dilakukan pengendara saat pengereman dilakukan :
1. Mobil tetap stabil (Vehicle Stability)
2. Proses penghentiannya lebih cepat (jarak lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju)
3. Penguasaan control kendaraaan menjadi maksimal (Steerability)
4. Jika roda depan terkunci mobil tidak mungkin bisa dikendalikan
5. Jika yang terkunci roda belakang mobil akan tidak stabil dan dapat tergelincir ke satu
sisi
jika permukaan jalan tidak rata saat dilakukan pengereman, roda yang mengalami
selip cenderung akan terkunci dan kendaraan akan berputar putar. Tetapi dengan
menggunakan sistim ABS hal ini akan terhindar hingga kendaraan berhenti.
Pengereman tanpa ABS Pengereman dengan ABS
2) Komponen Utama ABS
Sistem ABS merupakan kombinasi dari sistem elektronik dan hidrolik untuk
mengatur pengereman masing-masing roda agar menghindari roda terkunci.
Komponen utama ABS adalah:

a. Speed sensor
Speed sensor berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kecepatan masing-masing
roda, informasi ini diperlukan agar sistem dapat mengetahui roda mana yang sedang
akan terkunci. Speed sensor ini dapat terpasang terpasang pada setiap roda, atau ada
juga yang dipasang pada diferensial.
Gambar 2.2 Speed Sensor

b. Valves
Terdapat sebuah valve pada open masing-masing rem yang dikontrol oleh ABS, valve
ini memiliki tiga posisi:
1. Valve terbuka (open), tekanan dari master cylinder diteruskan langsung ke rem.
2. Valve menutup jalur dan mengisolasi rem roda yang bersangkutan sehingga mencegah
tekanan terus meningkat pada saat rem ditekan lebih kuat.
3. Valve melepaskan (release) tekanan pada rem.
c. Pump
Valve melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang
mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
Gambar 2.3 ABS Hydraulic Modulator assembly (valves, pump)

d. ABS Controller / Computer


Perangkat ini berfungsi untuk memantau informasi kecepatan yang diperoleh speed
sensor dan mengatur masing-masing valve.

e. Actuator ABS
Actuator rem mengontrol tekanan hidrolik pada masing-masing silinder disc brake
dengan signal dari ABS computer.

f. Combination meter
(1) Lampu peringatan ABS
Bila ECU mendeteksi adanya malfungsi pada ABS atau pada sistem bantu rem, lampu
ini menyala untuk member
(2) Lampu peringatan sistem rem
Bila ini menyala bersama-sama dengan lampu peringatan ABS, ia akan memberi
peringatan kepada pengemudi bahwa ada malfungsi

3) Prinsip Kerja ABS


Salah satu cara kerja dari sistem ABS secara sederhana adalah dengan
memonitor speed sensor pada roda sepanjang waktu untuk mencari terjadinya
perlambatan (deceleration) yang tidak wajar. Tepat sebelum terkunci, roda akan
mengalami perlambatan yang sangat cepat. Apabila dibiarkan, roda akan berhenti
jauh lebih cepat dari mobil, misalnya mobil yang bergerak dengan kecepatan 60 mil per
jam akan berhenti dalam 5 detik, namun roda yang terkunci akan berhenti berputar
dalam waktu kurang dari 1 detik. ABS Controller kemudian membaca perubahan yang
“tidak mungkin” ini dan mengurangi tekanan (release) pada rem tersebut sampai
kembali terjadi akselerasi dan kemudian meningkatkan tekanan lagi sehingga
menimbulkan deselerasi lagi. Sistem ABS dapat bekerja dengan sangat cepat dalam
melakukan siklus tersebut, sebelum roda mengalami perubahan kecepatan yang
signifikan. Hal ini menyebabkan roda melambat dengan perlambatan yang sama
dengan mobil, dengan rem menjaga roda sangat dekat dengan titik dimana roda akan
mulai terkunci (lock up). Kondisi ini menghasilkan daya pengereman yang maksimum
pada sistem, begitu juga hal ini dapat menjaga roda terus berputar sehingga tetap
dapat dikendalikan.
Kesimpulannya, prinsip utama dari sistem ABS adalah mengontrol kecepatan
putaran roda dengan cara mengontrol tekanan pada jalur system pengereman. Dengan
demikian dicapai kondisi dimana roda sedang tepat sebelum terkunci, yang mana akan
menghasilkan pengereman yang paling efektif.
Gambar 2.4 Prinsip kerja ABS
4) Jenis - jenis Anti-Lock Brake Sistem (ABS)
ABS menggunakan beberapa macam skema yang dapat dibedakan menurut
jumlah chanel ( berapa banyak yang dikontrol secara individual ) dan jumlah dari
speed sensor.
1. ABS dengan 4-SENSOR 4-CHANNEL
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang memakai
X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang biasanya
mengikuti select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja. Jenis ABS ini
mempunyai 4 wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan masing-masing
mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak
pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila
permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan
mengakibatkan terjadi gerakan pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi
kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel
ABS memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di
berbagai macam kondisi jalan.
2. ABS dengan 4-SENSOR 3-CHANNEL
Jenis ini umumnya dipakai dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving),
kebanyakan berat kendaraan terpusat di roda depan dan berat titik tengah kendaraan
saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh
roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda
depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan pengaturan tersendiri
(independent control) pada roda depan. Namun demikian, roda belakang yang gaya
pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting untuk memastikan kendaraan aman
saat dilakukan pengereman. Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di
permukaan jalan yang licin, maka independent control pada roda belakang mengatur
agar gaya pengereman rodaroda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami
yawing. Untuk menghindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap
aman saat ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang
diatur berdasarkan kecenderungan roda mana yang mengalami lock-up. Konsep
pengaturan ini dikenal dengan ‘Select-low control’.
3. ABS dengan 3-SENSOR 3-CHANNEL
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara
bersamaan oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear). Mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini. 2
channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang
dikontrol bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system,
diperlukan 2 channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang
dikarenakan masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4. ABS dengan 1-SENSOR 1-CHANNEL
Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor. Dipakai Untuk mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda
belakang. Pada rear differential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk
mendeteksi kecepan roda. Cara kerjanya adalah saat dilakukan pengereman mendadak
roda depan akan terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak
henti pada permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan
bertambah jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.

5) Prinsip Dasar Rem Anti-Lock Braking System (ABS)


Prinsip dasar dari rem ABS yaitu :
a. Gaya ban
Gaya dapat menyebabkan kendaraan bergerak , gaya ini disebut dengan gaya grafitasi,
gaya angin (tahanan udara ) dan gaya ban (rolling resistance). pergerakan atau
perpindahan gerak sesuai dengan yang diinginkan dapat diperoleh dengan melalui gaya
ban. Gaya ban terdiri dari komponen berikut :
Ø heavy force (FD) karena pengendalian
Ø Lateral force (FS) karena steering dan
Ø Normal force (FN) karena berat kendaran. Lateral force (FS)
mentransfer gerakan pengemudian terhadap jalan dan membuat kendaraan belok.
Normal force (FN) ditentukan oleh berak kendaraan dan muatannya, karena itu berat
komponen bertindak sebagai garis tegak lurus diatas ban. Besarnya suatu gaya dapat
dipengaruhi oleh kondisi jalan. Ban dan cuaca, yaitu gaya gesekan antara roda dan
permukaan jalan.

b. Hubungan antar gaya


Hubungan antara gaya gesek, gaya menyamping, gaya pengereman, dan gaya
pengemudian dapat dijelaskan dengan siklus gesek (“friction circle”). Friction circle
diasumsikan sebagai gaya gesek antara roda dan permukaan jalan pada semua arah.
Juga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gaya menyamping, gaya
pengereman, dan gaya penggerak Saat berbelok pada kecepatan tetap, semua gaya
gesek pada roda tertumpu pada sisi dimana roda berbelok. Saat berbelok dilakukan
pengereman, sebagian dari gaya gesek ban dipakai sebagai gaya pengereman, sehingga
mengurangi gaya buang kesamping. Akibatnya, dengan memutar kemudi saat
melakukan pengereman maka gaya pengeremannya akan berkurang karena bagian
ban yang bergesekan menjadi menyudut.

c. Gaya Gesek
Gaya gesek FR adalah sebanding sama dengan gaya normal FN :
FR = μB x FN
μB adalah koefisien gaya pengereman (atau koefisien gesek). Factor koefisien dapat
dipengaruhi oleh karakteristik dari ban yang dipakai. Koefisien gaya pengereman
adalah suatu ukuran pengiriman gaya pengereman. Untuk roda kendaraan, koefisien
gaya pengereman mencapai nilai maksimalnya saat permukaan jalan dalam kondisi
kering dan bersih dan hanya sedikit terdapat hambatan. Koefisien gaya pengereman
tergantung pada kecepatan kendaraan. Saat mengerem pada kecepatan tinggi, roda-
roda bisa terkunci jika koefisien gaya pengeremannya kecil dimana tidak ada lagi daya
cengkram antara roda dan jalan.

d. Slip
Saat mobil melaju atau mengerem, terjadi gaya fisik yang rumit antara bagian ban
dengan jalan. Elemen – elemen pada karet ban mengalami distorsi mengakibatkan ban
meluncur sendiri, meskipun roda belum terkunci. Satuan ukuran komponen yang
meluncur pada gerakan memutar adalah selip. Ini berarti bahwa untuk mendapatkan
pengereman maksimum dibutuhkan beberapa putaran roda. Nilai optimum selip akan
berkurang jika gesekan antara ban dan jalan juga berkurang. Rem selip terjadi segera
setelah roda mulai berputar lebih lambat dari kecepatan kendaraaan.

e. Lateral force (side force)


Gaya pengereman dan gaya penggerak bereaksi pada kontak area dimana roda
berputar, disitu juga terdapat gaya menyamping “Lateral force”. Gaya menyamping
adalah dasar daya yang terjadi saat mobil berbelok. Dasar gaya selama kendaran
berbelok adalah gaya dari bagian ban yang bergesekan dengan permukaan jalan untuk
kembali pada bentuk semula. Gaya ini mendorong ban kesamping menahan
permukaan jalan, sehingga disebut dengan gaya samping (Side force). Dan gerakan
yang dibangkitkan oleh perubahan ban tersebut disbut dengan “Over turning
moment”.

f. Understeering dan oversteering


Jika kita mempertahankan putaran kemudi pada sudut yang tetap dan berjalan dengan
kecepatan yang tetap akan mengakibatkan mobil berputar dengan radius tetap.
Dengan menambah kecepatan pada titik ini, dapat mengakibatkan mobil bergerak
keluar dari lingkaran dikarenakan adanya “Understeering”, atau bergerak kedalam
lingkaran dikarenakan “Oversteering”. Karakter dari actual steering (Understeering
atau Oversteering) ini tergantung dari kendaraan itu sendiri yang dihubungkan dengan
distribusi berat antara roda depan dan belakang, spesifikasi ban, karakteristik
suspensi, dan cara pengendaraannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rem anti-lock ini diciptakan tidak hanya untuk mencegah terkuncinya roda-
roda belakang selama pengereman secara tiba-tiba, tetapi juga untuk mengontrol roda-
roda depan agar kendaraan tidak berputar (slip) serta menjaga pengendalian kemudi
dengan baik. Apabila kendaraan muali ada gejala slip, akan dapat diperbaiki dengan
adanya gerakan roda kemudi untuk lebih mudah menghindar dari rintangan, bila rem
bekerja selama kendaraan membelok, kendaraan dapat berhenti denga aman tanpa
mengalami perubahan langsung.

B. Saran
Listrik Dan Elektronika Otomotif adalah salah satu Mata Kuliah Teknik yang
keberadaannya sangat dipentingkan dalam dunia otomotif, , maka dari itu Mata Kuliah
ini menjadi Mata Kuliah dasar untuk mempelajari Teknologi-teknologi otomotif
terbaru. Tetapi sayang Mata Kuliah sepenting ini hanya disajikan dalam 3 sks saja,
sehingga materi pun tidak semua tersampaikan dan proses praktikum pun tidak
berjalan dengan lancar, karena terbentur dengan sarana, prasarana dan waktu yang
tersedia, diharapkan untuk perkuliahan Listrik Dan Elektronika Otomotif selanjutnya,
agar menambah sarana, prasarana, dan waktu praktikum, sehingga para mahasiswa
pun akan lebih mengerti tentang esensi dari Mata Kuliah Listrik Dan Elektronika
Otomotif ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ø http://www.google.com
Ø www.howstuffworks.com
Ø www.aa1car.com
Ø www.ambulancedriving.com
Ø www.pipstore.com

Diposkan oleh Yuyun Dwi Prabowo di 22.33


http://ydwip.blogspot.com/2012/11/abs.html

word 2

https://id.scribd.com/doc/196301450/Makalah-Casis-Sistem-Rem-ABS

Anda mungkin juga menyukai