Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN


4.1 Kondisi Umum KUD
KUD Batu berdiri pada 20 Oktober 1972 di kecamatan Batu yang didirikan
sebagai Lembaga Perekonomian yang bernama Badan Usaha Unit Desa(BUUD).
Pada tahun 1976 BUUD kec Batu beramalgasi dengan beberapa koperasi yang ada di
kecamatan Batu.
Berdasarkan Impres no.2 tahun 1978 tentang pembentukan Koperasi Unit
Desa(KUD), maka pada tanggal 26 april `978 BUUD kec. Batu menyelenggarakan
rapat anggota yang memutuskan mendirikan: Koperasi Unit Desa, dengan nama
Bebarengan Anggayuh Tentreme Urip disingkat menjadi KUD BATU. Badan
hukum No. 4098/BH/II/78 pada tanggal 5 oktober 1978. Anggaran dasar KUD
BATU mengalami beberapa kali perubahan untuk menyesuaikan situasi dan
kondisi. Untuk perubahan terakhir dengan adanya perubahan status kecamatan Batu
menjadi Kota Batu, Badan Hukum KUDBATU berubah menjadi No. 518/03PAD/422.402/2004 tanggal 1 juni 2004.
Saat ini usaha yang dikelola oleh KUD BATU adalah Unit Susu sapi perah,
Unit pengolahan Susu, Unit Pakan Ternak, Unit Lebah, Unit Simpan Pinjam , Unit
Rumah Susu, Unit Resto dan Unit Waserda.
Wilayah kerja KUD BATU meliputi Kota Batu yang terdiri dari 3 Kecamatan:
Kec. Batu, Kec. Junrejo dan Kec. Bumiaji. Luas wilayah 149.908,73 Ha dengan
ketinggian dari permukaan laut 690 m 1.700 m.
Saat ini Unit usaha yang ada di KUD Batu terdiri dari : Unit susu sapi perah,
unit pengolahan susu, unit pakan ternak, unit waserda, unit simpan pinjam, unit
pelayanan listrik, unit KPPS dan unit lebah. Disamping unit-unit tersebut KUD
BATU juga melaksanakan kegiatan sosial dalam wadah Dana Setia Kawan (DSK)
untuk membantu anggota yang terkena musibah, Pengembangan Susu Pasteurisasi
dan Yoghurt Merk Nandhi Murni (ND) dan Kerjasama dengan PT. Putih Lestari
(Bandung) pengembangan susu pasteurisasi Merk KSB (Koperasi Susu Batu).
Unit-unit tersebut sangat membantu sekali dalam rangka pengembangan dan
memenuhi target KUD Batu. Setiap unit-unit tersebut dipimpin oleh seorang ketua
unit dan ketua tersebut beratanggungjawab terhadap unit usaha yang dipegangnya.
Unit susu merupakan salah satu unit usaha yang bertanggungjawab dalam memenuhi
kebutuhan susu KUD Batu, pada unit susu ini tugasnya meliputi pengumpulan susu
dari peternak, melakukan uji kualitas susu sampai proses pengolahan susu, serta
segala sesuatu yang terkait dengan persusuan.
Disamping unit-unit tersebut diatas KUD BATU melaksanakan beberapa
kegiatan lain seperti kegiatan sosial dalam wadah Dana Setia Kawan (DSK). Kegiatan
ini difokuskan untuk membantu anggota KUD Batu yang sedang terkena musibah,
kemudian melakukan pengembangan susu pasteurisasi dan Yoghurt merk Nandhi
Murni (ND) sebagai salah satu upaya untuk menigkatkan kualitas produk olahan
susu. Selain itu untuk mewujudkan keinginan tersebut KUD Batu bekerjasama dengan
PT. Putih Lestari (Bandung) untuk pengembangan susu pasteurisasinya yang diberi
merk KSB (Koperasi Susu Batu).

4.1.2 Struktur Organisasi


Susunan organisasi KUD Batu ditetapkan dengan rapat anggota dimana
peserta rapat terdiri dari pengurus, pengawas dan utusan atau perwakilan dari anggota
dan diawasi pula oleh pengawas dari KUD Batu. RAT yang diadakan setiap tahun
berfungsi menetapkan Anggaran Dasar (AD), anggaran belanja, pengesahan rencana
kerja, mengangkat dan menghentikan pengurus, Badan Pemeriksaan serta penasehat.
Susunan pengurus terdiri dari Ketua, Sekretaris , Bendahara dan dibawah pengurus
ada manajer yang mengepalai staf-staf bagian di dalam kepengurusan KUD Batu dan
Dalam pelaksanaannya selalu dikontrol serta diberi masukan dari Pengurus, Pengawas
dan Korwil . Organisasi ini ditetapkan sebagai sarana untuk mencapai target
perusahaan susu segar dengan kualitas baik dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen.
Keanggotaan pada tahun 2013 sebanyak 2.313 orang dan pada tahun 2014
sebanyak 2.368 orang. Bidang keorganisasian KUD Batu pada tahun 2013 2017
yaitu sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Organisasi KUD Batu

Untuk pembagian tugas di laboratorium KUD Batu diantaranya yaitu untuk unit
Total Plate Control ( TPC ) yaitu Bapak sukadi dan Bapak Joko, untuk kualitas susu
yaitu Bapak Kus, untuk Residu Antibiotik ( AB ) yaitu Bapak Solikin dan Bapak
Gatot. Untuk Kepala Unit Control Quality yaitu Bapak Muladi sedangkan Kepala unit
Produksi yaitu Bapak Misnowo.

4.2 Gambaran Peternak Anggota KUD Batu


KUD Batu merupakan Koperasi Unit Desa yang dimiliki Kota Batu, di KUD ini
menjadi tempat penyetoran susu yang berasal dari peternak-peternak sapi perah di
wilayah Kota Batu. Peternak-peternak tersebut berada dibawah tanggung jawab
Kepala Unit Susu yang menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan persusuan
mulai dari peternak sampai dengan pengolahan susu. Saat ini kurang lebih sebanyak
1300 peternak tergabung dalam anggota KUD Batu, selanjutnya pada lampiran 8
ditampilkan jumlah anggota KUD Batu.
Peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KUD Batu tersebut secara
keseluruhan adalah peternak rakyat yang kepemilikan ternaknya sedikit dan usaha
peternakanya masih dilakukan dengan cara tradisional. Hal tersebut tentu berpengaruh
terhadap produksi susu yang dihasilkan di KUD Batu.
Jumlah ternak sapi perah yang dipelihara mempengaruhi produksi susu yang
dihasilkan utamanya adalah ternak sapi perah dalam masa laktasi, selain faktor jumlah
ternak yang dimiliki faktor lain yang bengaruh terhadap produksi susu adalah pakan,
karena pada umumnya ternak setiap hari membutuhkan asupan pakan untuk tiga hal
penting yaitu untuk kebutuhan hidup pokok, kebutuhan produksi dan kebutuhan
reproduksi.
Ternak sapi perah laktasi merupakan ternak yang sedang dalam masa produksi
yang menghasilkan susu dan seperti yang telah diketahui susu merupakan pendapatan
utama dalam usaha peternakan sapi perah sehingga dalam usaha peternakan sapi
perah diharapkan dapat mengahasilkan susu yang maksimal guna mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Uraian diatas telah menggambarkan keadaan peternak
KUD Batu sehingga hal tersebut menjadi perlu untuk dipelajari bagaimana
manajemen pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak tersebut serta berapa
produksi susu yang dapat dihasilkan rata-rata setiap harinya.
Pelaksanaan PKL kali ini mencoba untuk mengamati Good Dairy Farming
Practice yang dilakukan anggota peternak yang menjadi anggota KUD Batu.
Pengamatan ini dilakukan dipeternak yaitu peternakan milik Bapak Irawan. Berikut
data peternak yang diamati.
Nama
: Bapak Irawan
Alamat
: Dsn. Gangsiran, Ds. Junggo, Kec.
Junrejo
Jumlah Ternak : 15 ekor (2 pedet, 6 laktasi, 5
kering, 2 dara)
Bapak Irawan membuka usaha ternak sapi perah ini karena beliau tertarik
mengikuti usaha ternak sapi perah milik tetangganya, selain membuka usaha ternak
sapi perah Bapak Irawan juga berprofesi sebagai karyawan di KUD Batu. Usaha
ternak sapi perah yang beliau lakukan hanya sebagai usaha sampingan saja, untuk
menambah pendapatan beliau. Peternakan sapi perah milik Bapak Irawan ini terdapat
6 ekor ternak laktasi. Pakan yang digunakan di peternakan ini meliputi pakan hijauan
dan pakan konsentrat. pakan hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah dan daun
lamtoro, sedangkan konsentrat yang digunakan meliputi bapro, pollard dan limbah
roti (roti kadaluarsa). Pemberian pakan hijauan dilakukan sebanyak tiga kali sehari
yaitu pada pagi jam 07.00, siang jam 14.00 dan sore jam 16.00 WIB. Pemberian

pakan konsentrat dilakukan sebanyak dua kali sehari pada saat sebelum pemerahan
yaitu pagi jam 06.00 dan siang hari jam 13.00 WIB.

Gambar 2. Peternakan Bapak Irawan


4.3 Pemberian Pakan Sapi Perah dan Pemberian Minum
Hijauan: rumput gajah, tebon jagung, jerami padi, rumput lapang dan daun lamtoro

Konsentrat: bapro, pollard, ampas tahu, kulit kedelai, limbah roti.

Pakan Sapi Perah

Jumlah pemberian
Konsentrat: 7-9 kg/ekor/hari

Hijauan: 35 55 kg/ekor/hari
Waktu pemberian pakan bervariasi yaitu sebanyak
2 3 kali sehari

Gambar 4. Gambaran pemberian pakan sapi laktasi di peternakan anggota KUD Batu
4.3.1 Pemberian Hijauan
Hijauan yang diberikan di peternak anggota KUD Batu bervariasi diantaranya
tebon jagung, rumput gajah, rumput lapang, daun lamtoro dan jerami padi. Namun
umunya yang banyak digunakan yaitu rumput gajah. Pemilihan rumput gajah sebagai
pakan ternak karena rumput gajah mengandung SK yang tinggi yang dapat
mempengaruhi kadar lemak susu. Rumput gajah juga memiliki tingkat produksi yang
tinggi dan mudah dalam pemeliharaan, oleh karena itu rata-rata peternak
memproduksi sendiri rumput gajah di lahannya sendiri. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Sinaga (2007), bahwa rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan
unggul untuk makanan ternak karena produksi tinggi, kualitasnya baik, dan daya
adaptasinya tinggi. Rumput Gajah banyak ditanam dan dimanfaatkan pada peternakan
penggemukan sapi, persusuan dan pembibitan.

Tabel 1. Jumlah Pemberian Pakan Hijauan di Peternakan Bapak Irawan


No Sapi
1
2
3
4
5
6
Ratarata

Jumlah Pemberian Hijauan Perhari


Daun Lamtoro
Rumput Gajah
10 kg
30 kg
10 kg
30 kg
10 kg
30 kg
10 kg
30 kg
10 kg
30 kg
10 kg
30 kg
10 kg

Sisa Pakan
Hijauan
0,35 kg
0,6 kg
0,55 kg
0,4 kg
0,2 kg
0,3 kg

30 kg

0,4 kg

Tabel 2. Kandungan Nutrien Pakan


Pakan
R. Gajah1
Tb. Jagung1
Pollard1
Bapro1
Ampas
Tahu2
Limbah
Roti2
Jerami
Padi2
Kulit
Kedelai2
Daun
Lamtoro3
Bekatul4
Bekatul4

BK
(%)
11,46
24,13
82,82
81,79
20,66

Kandungan Nutrisi (%BK)


Abu
PK
SK
(%)
(%)
(%)
17,84 13,32 27,21
10,44
8,81
30,41
4,97
18,12
8,89
24,76 18,69 17,11
4,14
25,96
15,7

LK
(%)
4,02
2,00
5,21
3,12
11,22

89,8

3,8

10,7

0,4

12,7

80,8

21,4

3,9

33,5

2,1

91,0

4,6%

11,0

36,4

1,9

6,7

32,12

21,65

3,55

35,4
89,6

9,7
9,8

6,7
15,9

34,2
8,5

1,8
9,1

Sumber :
1. Niam, dkk. (2012)
2. Hendrawati dan Natalia (2011)
3. Siregar, (1995)

Pemberian hijauan pada peternak anggota KUD Batu langsung diberikan dalam
bentuk segar tanpa ada perlakuan apapun, sehingga banyak pakan yang tercecer dan
ternak susah dalam mengunyah pakan. Sebaiknya pakan hijauan tersebut diberi
perlakuan sebelum diberikan keternak misalnya dengan dipotong-potong (di chopper)
terlebih dahulu, supaya memudahkan ternak dalam mengonsumsi pakan dan pakan
tidak tercecer kemana-mana.
Hal ini didukung dengan pendapat Djaja (2006), yang menjelaskan bahwa
hijauan yang dipotong ukuran 5-10 cm, lebih banyak dimakan ternak karena ternak
lebih mudah dalam mengonsumsi dan mengunyah daripada pakan yang tidak
dipotong. Harahap, (2011) menambahkan beberapa perlakuan terhadap pakan yang
biasa dilakukan yaitu pencacahan (chopper) untuk merubah ukuran partikel dan
tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien, perlakuan pengeringan (drying)
dengan panas matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air

bahan, proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer)


dan perlakuan penggilingan dengan alat giling hammer.
Frekuensi pemberian pakan di peternak anggota KUD Batu ada yang diberikan
tiga kali sehar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kusnadi (2006), yang
menjelaskan bahwa dengan suplementasi pakan konsentrat yang lebih berkualitas
yang disertai dengan peningkatan frekuensi pemberian pakan dari 2 kali sehari
menjadi 3 kali sehari, ternyata dapat meningkatkan produksi susu rata-rata 3
liter/ekor/hari yang secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan
pendapatan peternak. Hal tersebut juga sependapat dengan S. Rusdiana (2009), yang
menyatakan bahwa pada umumnya peternak sapi perah hanya memberikan pakan
konsentrat untuk sapi perah yang sedang produksi atau laktasi hanyak 2 kali dan
hijauan 3 kali sehari semalam. Frekuensi pemberian konsentrat tersebut perlu
ditingkatkan minimal 3 kali sehari semalam.
Jumlah pemberian hijauan yang dilakukan peternak bervariasi mulai dari 30
kg/ekor/hari sampai 45 kg/ekor/hari. Menurut Amran (2013), Pemberian hijauan
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan
sebanyak 1-2% dari BB. Sedangkan untuk sapi yang sedang menyusui (laktasi)
memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam
ransumnya.
Jumlah pemberian dan frekuensi pemberian pakan yang dilakukan peternak
tersebut berdasarkan perkiraan saja. Alasan peternak meberikan pakan dengan jumlah
dan frekuensi tersebut yakni tergantung dari perkiraan peternak dan ilmu yang
peternak percayai, sebagian peternak berpendapat bahwa apabila hanya diberi pakan
dua kali ternak kurang kenyang oleh karena itu pemberian pakan dilakukan sebanyak
tiga kali sehari seperti yang dilakukan di peternakan Bapak Irawan dan Bapak
Sunardi. Kemudian apabila ternak diberi hijauan dalam jumlah sedikit ternak tidak
cepat kenyang sehingga pemberiannya dalam jumlah banyak sampai ternak merasa
tenang dan tidak teriak, padahal apabila ternak teriak itu adalah sifat alamiahnya.
Keadaan inilah yang banyak terjadi di peternak rakyat, kebanyakan peternak
melakukan usaha peternakanya kurang sesuai dengan pengetahuan yang sebenarnya,
hanya berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan baik dari manapun sumbernya.
Namun apa yang dilakukan oleh peternak tersebut tidak semua salah dan ada pula
yang benar, seperti frekuensi pemberian pakan yang dilakukan peternak ternyata hal
tersebut sesuai dengan kaidah ilmiah. Tetapi untuk jumlah pemberian pakan setiap
kali pemberian sebaiknya peternak perlu menyesuaikan dengan kebutuhan ternak
tersebut yang dapat dihitung berdasarkan bobot badan ternak atau sebesar 10% dr BB
ternak.
KUD Batu sebagai instansi yang mengayomi anggota peternak sapi perah,
terutama bagian Unit Susu sebaiknya lebih sering memberikan penyuluhan kepada
peternak tentang ilmu beternak sapi perah utamanya dalam hal pemberian pakan.
Penyuluhan tersebut dihaharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang manajemen pemberian pakan sapi perah laktasi yang tepat sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
Kualitas dan kuantitas produksi susu yang maksimal salah satunya juga
dipengaruhi oleh kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki peternak, apabila
peternak memiliki pengetahuan yang tepat dalam budidaya sapi perah maka peternak
dapat menerapkan manajemen pemeliharaannya dengan tepat. Petugas penyuluhan di
KUD Batu dapat pula memberikan penyuluhan tentang tekhnologi pengolahan pakan,

sehingga peternak tahu hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan sebelum pakan
diberikan ke ternak untuk meningkatkan kualitas pakan.
4.3.2 Pemberian Konsentrat
Konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang memiliki energi tinggi dan serat
rendah. Penambahan konsentrat terhadap kombinasi hijauan tergantung dari kualitas
hijauan. Presentase rumput yang tinggi dalam ransum dapat meningkatkan produksi
asam asetat dalam rumen, sedangkan jika presentase konsentrat tinggi dalam ransum
maka meningkatkan produksi asam propionat, asam asetat cenderung meningkatkan
kadar lemak susu, sedangkan asam propionat cenderung meningkatkan jumlah
produksi susu.
No Sapi
1
2
3
4
5
6
Ratarata

Jumlah Pemberian Konsentrat


Perhari
Bapro
Pollard
L. Roti
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg
3 kg

Sisa Pakan
Konsentrat
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg

Tabel 3. Jumlah pemberian Pakan konsentrat oleh Bapak Irawan


Konsentrat yang diberikan pada peternak anggota KUD Batu tersebut meliputi
bapro, ampas tahu, limbah roti, kulit kedelai, bekatul dan pollard. Menurut Nadhifah
(2013), menjelaskan Pollard (Triticum aestivum) merupakan bahan pakan konsentrat
untuk sapi perah yang banyak digunakan oleh peternak sebagai sumber energi dan
protein. Kandungan protein kasar pada pollard sebesar 17,98%, lebih tinggi dibanding
dengan bekatul 9,92%, tebon 8,45%, rumput gajah 13,12% dan dedak padi 7,68%.
Peningkatan mutu dan jumlah konsentrat dapat menjadi solusi yang dapat
ditempuh peternak untuk meningkatkan kualitas susu. Siregar (2001), menambahkan
bahwa kualitas pakan konsentrat untuk sapi-sapi perah yang berproduksi susu tinggi
minimal mengandung 18% protein kasar dan 75% TDN atau sekitar 4,75 Mkal/kg
bahan kering.
Hal ini apabila dibandingkan dengan pendapat Umiyasih (2012), yang
menyebutkan bahwa pemberian konsentrat dalam bentuk basah (dicampur air)
memiliki dampak positif dan negatif, dampak positifnya adalah apabila konsentrat
dicampur dengan air merupakan salah satu cara untuk by pass pakan. By pass pakan
konsentrat ini dilakukan untuk menghindari degradasi oleh mikroorganisme rumen,
sehingga konsentrat lebih cepat masuk kedalam organ pencernaan pasca rumen.
Kemudian dampak negatifnya adalah pakan konsentrat akan lebih cepat keluar
bersama feses sehingga absorbsinya kurang maksimal. Namun apabila pakan
konsentrat diberikan dalam bentuk kering, pakan lebih tersedia untuk mikroorganisme
rumen sehingga banyak yang tidak dimanfaatkan oleh induk semang.
Menurut Suherman (2008), menjelaskan pemberian pakan ideal untuk sapi
laktasi berkisar antara 30-40 kg hijauan per ekor per hari dan konsentrat 5-9 kg
perekor per hari. Apabila dibandingkan dengan pendapat tersebut maka pemberian
konsentrat di peternak anggota KUD Batu ini dalam batas yang normal.

4.3.3 Pemberian Minum


Pemberian air minum di peternak anggota KUD Batu tersebut pada umumnya
sama yakni pemberian air minum dilakukan pada saat pemberian konsentrat atau
dicombor. Air yang digunakan yaitu air bersih yang berasal dari sumur dan dialirkan
melalui pipa. Apabila dibandingkan dengan pendapat Prihatman (2000),
menambahkan bahwa seharusnya pemberian air minum sebanyak 10% dari Bobot
Badan per hari. Jadi apabila bobot badan ternak 400 kg, maka jumlah pemberian air
minumnya sebanyak 400 liter /ekor/hari. Namun pemberian air minum tersebut dapat
pula diberikan secara ad libitum yaitu pemberiannya secara terus menerus setiap saat.
Menurut Soetanto (2002), menjelaskan bahwa dengan menyediakan air secara
ad libitum, produksi susu dapat ditingkatkan hingga 2 lt/ekor/hari tanpa harus
menambahkan pakan suplemen. Pada kondisi lingkungan tidak nyaman dengan suhu
lingkungan malam hari sekitar 24oC dan siang hari 33,34oC, sapi dara mengkonsumsi
air minum sebanyak 10,58 12,76% dari bobot badan (Yani, 2005).
Yani (2005), menjelaskan bahwa pemberian air minum pada suhu 10 oC dapat
memperbaiki produktivitas sapi dara FH melalui pertambahan bobot badan dan
efisiensi pakan, meningkatkan kecernaan bahan keringdan bahan organik pakan
dibandingkan dengan pemberian air minum pada suhu 16, 22 dan 28oC.
4.4 Perkandangan
yang terdapat di peternak anggota KUD Batu tersebut terdapat tiga jenis yaitu
kandang pedhet, kandang sapi dara dan kandang sapi dewasa. Ternak laktasi
penempatanya dicampur dalam satu tempat dengan ternak jantan dan ternak kering.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rasyid (2007), yang menjelaskan tatalaksana
kandang ternak seharusnya dibedakan berdasarkan fungsinya. Hal ini bertujuan
supaya ternak tidak saling terganggu satu sama lain dan memudahkan dalam
pemberian pakan.
Sitem perkandangan yang digunakan di peternakan Bapak Irawan sistem
perkandangan satu baris, sapi tidak berhadapan dan tidak juga saling membelakangi,..
Menurut Anonim, (2012) menjelaskan kelebihan kandang individu dibanding kandang
kelompok yaitu: sapi lebih tenang dan tidak mudah stress, pemberian pakan dan
tempat terkontrol sesuai dengan kebutuhan ternak, menghindari persaingan pakan dan
keributan dalam kandang.
Lantai kandang dipeternakan bapak Irawan yaitu mester yang terbuat dari
campuran semen dan pasir. Lantai kandang dibuat agak miring untuk mempermudah
urin dan feses mengalir ke selokan. Lantai kandang dilengkapi dengan karpet atau
alas lantai yang terbuat dari karet, hal ini bertujuan untuk menghindari sapi tergelincir
atau terpeleset apabila lantai kandang licin. Menurut Sukmawati (2010), lantai
kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan
dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Bahan yang digunakan dapat
berupa tanah yang dikeraskan, beton, pasir semen (PC) dan kayu yang kedap air.
Tingkat kemiringan lantai kandang sangat penting untuk menjaga drainase kandang.
Peternak anggota KUD Batu ini kandangnya dilengkapi dengan dinding yang
terbuat dari campuran batu bata dan semen, keadaan dinding kandang dipeternakan
tersebut masih cukup bagus dan kuat. Siregar (1995), menambahkan pembuatan
dinding kandang disarankan hanya pada daerah-daerah yang banyak angin dan angin
bertiup keras. Sebaliknya, pada daerah-daerah yang berangin tenang, tidak perlu
dibuat dinding kandang. Dinding kandang kalau perlu, hanya dibuat pada kedua sisi

kandang (kanan dan kiri kandang) dan pada bagian depan sapi dengan tinggi sekitar 1
meter dari lantai kandang.
Pembersihan kandang dilakukan dua kali sehari pada saat sebelum pemerahan
yaitu pagi hari dan sore hari. Selain pembersihan kandang dilakukan pula pemandian
ternak, pemandian ternak bertujuan untuk menghindari ternak terserang penyakit,
membuang kotoran ternak, menghindari kontaminasi mikroorganisme pada susu dan
untuk membuat ternak merasa nyaman. Pembersihan kandang yang dilakukan
beberapa peternak tersebut sebagian sudah bersih dan ternaknya juga sudah bersih,
tetapi masih terdapat pula peternak yang kandang dan ternaknya masih kotor. Hal ini
dapat disebabkan sifat dari peternak tersebut apabila peternak senang dengan
kebersihan maka lokasi peternakanya juga terlihat bersih dan terawat, namun
sebaliknya apabila peternak kurang peduli terhadap kebersihan maka kandang yang
dimiliki juga kurang bersih.
4.5 Lingkungan
Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan diperoleh hasil yaitu
lingkungan dari perkandangan sapi perah di daerah tersebut berdekatan dari
lingkungan masyarakat di karenakan sebagian besar masyarakat tersebut memiliki
ternak yang sama seperti bapak irawan tersebut, di karenakan ternak adalah salah satu
dari mata pencaharian dari masyarakat desa gangsiran yang salah satunya adalah
ternak sapi perah, akan tetapi dampak lingkungan dari peternakan tersebut berdampak
buruk bagi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan di sekitar kandang saat ini
berdekatan dengan pemukiman warga ( rumah pemilik sapi perah) hal ini di
karenakan lahan tidak terlalu lebar, dan dengan tujuan pemilik sapi perah untuk
mengawasi setiap saat kondisi ternak. Usaha peternakan sapi perah yang berada di
dataran tinggi sangat berdampak bagi tingkat produktivitas dari jumlah produksi susu
tersebut, adapun kendala jika usaha peternakan sapi perah yang berada di dataran
rendah. Menurut hasil penelitian S.B. Siregar (2004) yang menjelaskan bahwa Salah
satu ken-dala yang menonjol dalam pengembangan usaha sapi perah di daerah dataran
rendah adalah faktor suhu udara dan kelembaban. Suhu udara yang relatif panas
dengan kelembaban udara yang relatif rendah umumnya berdampak negatif terhadap
kemampuan berproduksi susu sapi perah.
Mastitis dapat di sebabkan dari beberapa factor, yakni cara pemerahan, yang
salah, sanitasi yang buruk, kandang yang bersih, dan lantai kandang yang tidak
memenuhi persyaratan untuk sapi perah. Dari kondisi kandang yang kotor, kuman
penyebab mastitis masuk ke dalam ambing melalui lubang dan kanal putting pada saat
pemerahan atau ketika sapi duduk di lantai kandang. (B. Jeanne Tuasikal. 2003)

Berdasarkan kondisi alas lantai, dibedakan lantai kandang sistem litter dan non
litter. lantai kandang sistem litter merupakan lantai kandang yang diberi tambahan
berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya berupa dasar alas dilakukan pada
awal sebelum ternak dimasukan kedalam kandang. Sistem alas litter lebih cocok
untuk kandang koloni atau kelompok, karena tidak ada kegiatan memandikan ternak
dan pembersihan kotoran & fesses secara rutin. Kondisi kandang dan ternaknya lebih
kotor lebih efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja untuk pembersihan kandang bila
kondisi letter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur
dengan kapur/dolomite . Selain membuat alas kandang tetap kering, penambahan
kapur tersebut dapat berfungsi sebagai bahan untuk produksi kompos dan rasa
empuk kepada ternak serta kesehatan menjaga kesehatan ternak.
Lantai kandang harus selalu terjaga drainsernya, sehingga untuk lantai
kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran
dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2-5%,
artinya setiap

panjang

lantai

1meter

maka

ketinggian lantai

bagian

belakang menurun sebesar 2-5 cm.


Selain faktor suhu udara dan kelembaban udara, yang perlu diperhatikan
dalam membukapeluang pengembangan usaha sapi perah di daerah-dataran rendah
adalah tersedianya sum-ber daya biologis maupun sumber daya ekonomi. Sumber
daya biologis mencakup unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses berproduksi susu,
sedangkan sumber daya ekonomi merupakan unsur-unsur yang mengacu kepada
perolehan keuntungan yang merangsang para peternak untuk mengembangkan usaha
sapi perahnya. (S. B. Siregar. 2004)
Selain itu posisi kandang yang membujur ke arah utara - selatan sudah sesuai
dengan ketentuan , dengan begitu sapi akan terus mendapatkan asupan cahaya
matahari dari mulai matahari terbit di arah timur hingga matahari terbenam di sebelah
barat, cahaya matahari penting bagi sapi yaitu untuk pembentukan vit D agar calsium
di dalam tubuh sapi selalu terjaga dan produksi susunya pun kaya akan calsium,
peralatan kandang seperti sekop untukkotoran, sapu lidi, sikat, tali sapi, dan kereta
dorong gerobak( sudah memadahi sehingga proses pembersihan kandang dan
perawatan pada sapi perah dapat dilakukan dengan baik. Letak kandang yang
seharusnya tidak berdekatan dengan bangunan umum atau perumahan dan memiliki
jarak minimal 10 meter, tidak sesuai dengan kondisi di kandang sapi perah tersebut,

karena kandang sapi perah itu terletak di tengah-tengah permukiman yang padat
penduduk, ditambah tempat penampungan feses dari kandang individu yang masih
belum baik sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan dengan bau yang tidak
sedap dari kotoran sapi. Lahan untuk penggembalaan sapi juga masih belum sesuai
karena keterbatasan tempat, dan tidak memiliki area yang dapat diperluas.
Adapun kelengkapan kandang yang harus dipenuhi, untuk menunjang kondisi
dari pemukiman warga yang begitu padat :
1. Selokan
Merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing yang berada
dibelakang kandang ternak individu. Ukuran selokan kandang disesuaikan
dengan kondisi kandang dan tujuan pemeliharaan. Ukuran selokan
digunakan pada untuk kandang individu, dengan ukuran lebar 30-40cm
dan dalam 5-10 cm.
2. Tempat Penampungan
Tempat penampungan kotoran & feses dari kandang individu adalah
produk

akhir

berupa biogas

atau

kompos

saja,

tergantung

tujuan pemanfaatannya. Pengumpulan kotoran kandang berupa feses dan


urine

setiap

hari

dilakukan

melalui

saluran

drainase

menuju

tempat penampungan, yang letaknya lebih rendah dari kandang. Tempat


pengumpulan kotoran kandang untuk tujuan kompos, adalah berupa 3 buah
bak penampungan dan peyaringan 3 buah bak pengeringan yang terletak
diatasnya sedangkan tempat pengumpulan kotoran kandang untuk tujuan
biogas adalah berbentuk tangki penampungan yang terbuat dari beton atau
plastik. Untuk mengurangi dampak lingkungan yang lebih berbahaya, dan
juga serta bermanfaat untuk dijadikan biogas yang digunakan sebagai
bahan bakar rumahan, dan juga bagi masyarakat sekitar, adapun dijadikan
kompos yang di manfaatkan sebagai masyarakat sekitar untuk bercocok
tanam.
4.6 Kesejahteraan Ternak
Dalam menjaga produksi peternakanan terutama peternakan sapi perah, perlu
adanya pengawasan terhadap kesehatan, lingkungan, pakan untuk ternak itu sendiri.
Hal tersebut termasuk dalam Animal welfare atau di Indonesia dikenal dengan istilah
kesejahteraan hewan, dapat diartikan sebagai kondisi kecukupan ternak dari aspek

fisik dan mental (psikis). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kesejahteraan hewan dalam
peternakan adalah memperlakukan hewan ternak sebagaimana mestinya dari aspek
fisik dan psikis serta memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Perhatian terhadap
animal welfare adalah suatu usaha yang timbul dari kepedulian kita sebagai manusia
untuk memberikan lingkungan yang sesuai, sehingga kualitas hidup ternak dapat
ditingkatkan, lebih khusus bagi hewan yang terikat dan terkurung (Tiven, 2012).
Kesejahteraan hewan/ternak merupakan isu global yang sekarang sedang hangat
dibicarakan di seluruh dunia, sehingga masalah kesejahteraan hewan di Indonesia
harus mulai dipublikasikan kepada masyarakat, terutama masyarakat peternakan.
Kebutuhan dasar hewan/ternak dalam peternakan adalah: (1) Kondisi nyaman
dan perlindungan yang layak; (2) Kecukupan air yang bersih dan pakan untuk
menjaga kesehatan; (3) Kebebasan dalam bergerak; (4) Kebebasan untuk berinteraksi
dengan hewan lain; (5) Kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan perilaku
alaminya; (6) Pencahayaan yang cukup; (7) Lantai yang baik dan tidak rusak; (8)
Pencegahan atau diagnosis berkala, pengobatan dari perlakuan yang buruk, perlukaan,
infestasi parasit dan penyakit; dan (9) Pencegahan dari pemotongan yang tidak
beralasan (MOSS, 1992 disitasi oleh MUKTI, 2007). Pada peternakan yang telah
kelompok kami kunjungi, disana sudah hampir memenuhi semua kriteria dari
kebutuhan dasar hewan/ternak dalam peternakan. Peternakan Bapak Irawan sendiri
sistem perkandangan yang digunakan adalah sistem perkandangan satu baris,
sapi tidak berhadapan dan tidak juga saling membelakangi, sedangkan lantai kandang
dipeternakan bapak Irawan digunakan mester yang terbuat dari campuran semen dan
pasir. Lantai kandang dibuat agak miring untuk mempermudah urin dan feses
mengalir ke selokan. Lantai kandang dilengkapi dengan karpet atau alas lantai yang
terbuat dari karet, hal ini bertujuan untuk menghindari sapi tergelincir atau terpeleset
apabila lantai kandang licin. Untuk pemberian pakan hijauan yang diberikan yaitu
rumput gajah dan daun lamtoro, sedangkan konsentrat yang digunakan meliputi
bapro, pollard dan limbah roti (roti kadaluarsa), sedangkan pemberian minum Bapak
Irawan menggunakan air berasal dari sumur yang dialirkan melalui pipa. Di
tambahkan lagi oleh Miradona, 2013 tentang Standar ACRES (Animal Concerns
Research and Education Society) ditinjau dari :
a. Penyediaan Makanan dan Air
b. Penyediaan Perawatan Kesehatan Hewan
c. Penyediaan Perlindungan Dari Ketakutan dan Stress

d. Penyediaan Lingkungan Cocok


4.7 Higenis Pemerahan
pemerahan yang dilakukan di dalam lingkungan anggota KUD batu,
menggunakan pemereahan secara manual dan mesin. Akan tetapi penggunaan mesin
hanya dilakukan peternak BBPP songgoriti. Pembersihan alat yang dilakukan secara
rutin sebelum dan sesudah penggunaan mengurangi kontaminasi dari bakteri luar,
pembersihan dilakukan menggunakan sabun khusus. Selain kebersihan alat
kebersihan lingkungan dan pemerah juga menjadi perhatian anggota.
Proses pemerahan dengan menggunakan mesin perah lebih menguntungkan
dibandinkan dengan manual, yaitu lebih higienis, tidak membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, efisien dalam waktu pemerahan, perlatan yang sudah terseting dalam
satu unit. Tidak seperti halnya proses pemerahan secara manual yang peralatannya
terpisah-pisah.(Firman,2010)
Khususnya seperti yang dilakukan bapak irawan yang melakukan pemerahan
dengan manual , pengecekan kebersihan tangan dan kuku lalu melakukan pencucian
tangan agar tangan sebelum pemerasaan steril dari bakteri-bakteri yang dapat
menurunkan kwalitas susu. Ditambahkan lagi oleh Firman(2010), keutungan
menggunakan sistem pemerahan manual yaitu, sapi perah dapat dideteksi langsung
apakan puting dan ambingnya dalam keadaan bermasalah atau tidak saat dilakukan
proses pemerahan.
4.8 SOSIAL EKONOMI
Peternak .
Secara garis besar petenak berhak mendapatkan
kesejahteraan sosial yang meliputi perlindungan kesehatan dan
mendapatkan hak-hak yang lain. Di KUD batu peternak
mendapatkan hak-haknya sebagai mana pembayaran hasil produksi
susu yang tepat waktu dan apabila susu itu memiliki kwalitas yang
bagus maka peternak mendapatkan bonus berupa uang sebesar Rp
50/Liter .
Pegawai
Di KUD batu pegawai yang memiliki prestasi akan
mendapatkan bonus yang diberikan oleh pihak KUD. Hal ini juga
bisa mendorong pegawai agar bekerja secara semangat. Kebijakankebijakan yang tidak merugikan pegawai menjadikan keadaan
pegawai diKUD juga membuat nyaman.
Untuk meningkatkan kwalitas dan kuantitas produksi susu
pihak KUD batu memiliki program dengan melakukan penyuluhanpenyuluhan secara bergantian di pos-pos penerimaan susu miliki
KUD batu. KUD batu juga memperhatikan kebutuhan kompetensi
kerja dari anggota dengan cara melakukan pelatihan atau

penyuluhan dengan memberikan informasi perkembangan teknologi


baru atau pengetahuan baru.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia di bdiang
peternakan dan kesehatan hewan dilaksanakan dengan cara:
a. pendidikan dan pelatihan:
b. Penyuluhan; dan/atau
c. Pengembangan lainnya dengan memperhatikan kebutuhan
kompetensi kerja, budaya masyarakat, serta sesuai dengan
perekmbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

((UU No.18 , Pasal 78, BAB IX, Poin 3 Tentang Peternakan dan Kesehatan , 2009)

Anda mungkin juga menyukai