Untuk pembagian tugas di laboratorium KUD Batu diantaranya yaitu untuk unit
Total Plate Control ( TPC ) yaitu Bapak sukadi dan Bapak Joko, untuk kualitas susu
yaitu Bapak Kus, untuk Residu Antibiotik ( AB ) yaitu Bapak Solikin dan Bapak
Gatot. Untuk Kepala Unit Control Quality yaitu Bapak Muladi sedangkan Kepala unit
Produksi yaitu Bapak Misnowo.
pakan konsentrat dilakukan sebanyak dua kali sehari pada saat sebelum pemerahan
yaitu pagi jam 06.00 dan siang hari jam 13.00 WIB.
Jumlah pemberian
Konsentrat: 7-9 kg/ekor/hari
Hijauan: 35 55 kg/ekor/hari
Waktu pemberian pakan bervariasi yaitu sebanyak
2 3 kali sehari
Gambar 4. Gambaran pemberian pakan sapi laktasi di peternakan anggota KUD Batu
4.3.1 Pemberian Hijauan
Hijauan yang diberikan di peternak anggota KUD Batu bervariasi diantaranya
tebon jagung, rumput gajah, rumput lapang, daun lamtoro dan jerami padi. Namun
umunya yang banyak digunakan yaitu rumput gajah. Pemilihan rumput gajah sebagai
pakan ternak karena rumput gajah mengandung SK yang tinggi yang dapat
mempengaruhi kadar lemak susu. Rumput gajah juga memiliki tingkat produksi yang
tinggi dan mudah dalam pemeliharaan, oleh karena itu rata-rata peternak
memproduksi sendiri rumput gajah di lahannya sendiri. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Sinaga (2007), bahwa rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan
unggul untuk makanan ternak karena produksi tinggi, kualitasnya baik, dan daya
adaptasinya tinggi. Rumput Gajah banyak ditanam dan dimanfaatkan pada peternakan
penggemukan sapi, persusuan dan pembibitan.
Sisa Pakan
Hijauan
0,35 kg
0,6 kg
0,55 kg
0,4 kg
0,2 kg
0,3 kg
30 kg
0,4 kg
BK
(%)
11,46
24,13
82,82
81,79
20,66
LK
(%)
4,02
2,00
5,21
3,12
11,22
89,8
3,8
10,7
0,4
12,7
80,8
21,4
3,9
33,5
2,1
91,0
4,6%
11,0
36,4
1,9
6,7
32,12
21,65
3,55
35,4
89,6
9,7
9,8
6,7
15,9
34,2
8,5
1,8
9,1
Sumber :
1. Niam, dkk. (2012)
2. Hendrawati dan Natalia (2011)
3. Siregar, (1995)
Pemberian hijauan pada peternak anggota KUD Batu langsung diberikan dalam
bentuk segar tanpa ada perlakuan apapun, sehingga banyak pakan yang tercecer dan
ternak susah dalam mengunyah pakan. Sebaiknya pakan hijauan tersebut diberi
perlakuan sebelum diberikan keternak misalnya dengan dipotong-potong (di chopper)
terlebih dahulu, supaya memudahkan ternak dalam mengonsumsi pakan dan pakan
tidak tercecer kemana-mana.
Hal ini didukung dengan pendapat Djaja (2006), yang menjelaskan bahwa
hijauan yang dipotong ukuran 5-10 cm, lebih banyak dimakan ternak karena ternak
lebih mudah dalam mengonsumsi dan mengunyah daripada pakan yang tidak
dipotong. Harahap, (2011) menambahkan beberapa perlakuan terhadap pakan yang
biasa dilakukan yaitu pencacahan (chopper) untuk merubah ukuran partikel dan
tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien, perlakuan pengeringan (drying)
dengan panas matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air
sehingga peternak tahu hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan sebelum pakan
diberikan ke ternak untuk meningkatkan kualitas pakan.
4.3.2 Pemberian Konsentrat
Konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang memiliki energi tinggi dan serat
rendah. Penambahan konsentrat terhadap kombinasi hijauan tergantung dari kualitas
hijauan. Presentase rumput yang tinggi dalam ransum dapat meningkatkan produksi
asam asetat dalam rumen, sedangkan jika presentase konsentrat tinggi dalam ransum
maka meningkatkan produksi asam propionat, asam asetat cenderung meningkatkan
kadar lemak susu, sedangkan asam propionat cenderung meningkatkan jumlah
produksi susu.
No Sapi
1
2
3
4
5
6
Ratarata
Sisa Pakan
Konsentrat
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
kandang (kanan dan kiri kandang) dan pada bagian depan sapi dengan tinggi sekitar 1
meter dari lantai kandang.
Pembersihan kandang dilakukan dua kali sehari pada saat sebelum pemerahan
yaitu pagi hari dan sore hari. Selain pembersihan kandang dilakukan pula pemandian
ternak, pemandian ternak bertujuan untuk menghindari ternak terserang penyakit,
membuang kotoran ternak, menghindari kontaminasi mikroorganisme pada susu dan
untuk membuat ternak merasa nyaman. Pembersihan kandang yang dilakukan
beberapa peternak tersebut sebagian sudah bersih dan ternaknya juga sudah bersih,
tetapi masih terdapat pula peternak yang kandang dan ternaknya masih kotor. Hal ini
dapat disebabkan sifat dari peternak tersebut apabila peternak senang dengan
kebersihan maka lokasi peternakanya juga terlihat bersih dan terawat, namun
sebaliknya apabila peternak kurang peduli terhadap kebersihan maka kandang yang
dimiliki juga kurang bersih.
4.5 Lingkungan
Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan diperoleh hasil yaitu
lingkungan dari perkandangan sapi perah di daerah tersebut berdekatan dari
lingkungan masyarakat di karenakan sebagian besar masyarakat tersebut memiliki
ternak yang sama seperti bapak irawan tersebut, di karenakan ternak adalah salah satu
dari mata pencaharian dari masyarakat desa gangsiran yang salah satunya adalah
ternak sapi perah, akan tetapi dampak lingkungan dari peternakan tersebut berdampak
buruk bagi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan di sekitar kandang saat ini
berdekatan dengan pemukiman warga ( rumah pemilik sapi perah) hal ini di
karenakan lahan tidak terlalu lebar, dan dengan tujuan pemilik sapi perah untuk
mengawasi setiap saat kondisi ternak. Usaha peternakan sapi perah yang berada di
dataran tinggi sangat berdampak bagi tingkat produktivitas dari jumlah produksi susu
tersebut, adapun kendala jika usaha peternakan sapi perah yang berada di dataran
rendah. Menurut hasil penelitian S.B. Siregar (2004) yang menjelaskan bahwa Salah
satu ken-dala yang menonjol dalam pengembangan usaha sapi perah di daerah dataran
rendah adalah faktor suhu udara dan kelembaban. Suhu udara yang relatif panas
dengan kelembaban udara yang relatif rendah umumnya berdampak negatif terhadap
kemampuan berproduksi susu sapi perah.
Mastitis dapat di sebabkan dari beberapa factor, yakni cara pemerahan, yang
salah, sanitasi yang buruk, kandang yang bersih, dan lantai kandang yang tidak
memenuhi persyaratan untuk sapi perah. Dari kondisi kandang yang kotor, kuman
penyebab mastitis masuk ke dalam ambing melalui lubang dan kanal putting pada saat
pemerahan atau ketika sapi duduk di lantai kandang. (B. Jeanne Tuasikal. 2003)
Berdasarkan kondisi alas lantai, dibedakan lantai kandang sistem litter dan non
litter. lantai kandang sistem litter merupakan lantai kandang yang diberi tambahan
berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya berupa dasar alas dilakukan pada
awal sebelum ternak dimasukan kedalam kandang. Sistem alas litter lebih cocok
untuk kandang koloni atau kelompok, karena tidak ada kegiatan memandikan ternak
dan pembersihan kotoran & fesses secara rutin. Kondisi kandang dan ternaknya lebih
kotor lebih efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja untuk pembersihan kandang bila
kondisi letter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur
dengan kapur/dolomite . Selain membuat alas kandang tetap kering, penambahan
kapur tersebut dapat berfungsi sebagai bahan untuk produksi kompos dan rasa
empuk kepada ternak serta kesehatan menjaga kesehatan ternak.
Lantai kandang harus selalu terjaga drainsernya, sehingga untuk lantai
kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran
dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2-5%,
artinya setiap
panjang
lantai
1meter
maka
ketinggian lantai
bagian
karena kandang sapi perah itu terletak di tengah-tengah permukiman yang padat
penduduk, ditambah tempat penampungan feses dari kandang individu yang masih
belum baik sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan dengan bau yang tidak
sedap dari kotoran sapi. Lahan untuk penggembalaan sapi juga masih belum sesuai
karena keterbatasan tempat, dan tidak memiliki area yang dapat diperluas.
Adapun kelengkapan kandang yang harus dipenuhi, untuk menunjang kondisi
dari pemukiman warga yang begitu padat :
1. Selokan
Merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing yang berada
dibelakang kandang ternak individu. Ukuran selokan kandang disesuaikan
dengan kondisi kandang dan tujuan pemeliharaan. Ukuran selokan
digunakan pada untuk kandang individu, dengan ukuran lebar 30-40cm
dan dalam 5-10 cm.
2. Tempat Penampungan
Tempat penampungan kotoran & feses dari kandang individu adalah
produk
akhir
berupa biogas
atau
kompos
saja,
tergantung
setiap
hari
dilakukan
melalui
saluran
drainase
menuju
fisik dan mental (psikis). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kesejahteraan hewan dalam
peternakan adalah memperlakukan hewan ternak sebagaimana mestinya dari aspek
fisik dan psikis serta memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Perhatian terhadap
animal welfare adalah suatu usaha yang timbul dari kepedulian kita sebagai manusia
untuk memberikan lingkungan yang sesuai, sehingga kualitas hidup ternak dapat
ditingkatkan, lebih khusus bagi hewan yang terikat dan terkurung (Tiven, 2012).
Kesejahteraan hewan/ternak merupakan isu global yang sekarang sedang hangat
dibicarakan di seluruh dunia, sehingga masalah kesejahteraan hewan di Indonesia
harus mulai dipublikasikan kepada masyarakat, terutama masyarakat peternakan.
Kebutuhan dasar hewan/ternak dalam peternakan adalah: (1) Kondisi nyaman
dan perlindungan yang layak; (2) Kecukupan air yang bersih dan pakan untuk
menjaga kesehatan; (3) Kebebasan dalam bergerak; (4) Kebebasan untuk berinteraksi
dengan hewan lain; (5) Kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan perilaku
alaminya; (6) Pencahayaan yang cukup; (7) Lantai yang baik dan tidak rusak; (8)
Pencegahan atau diagnosis berkala, pengobatan dari perlakuan yang buruk, perlukaan,
infestasi parasit dan penyakit; dan (9) Pencegahan dari pemotongan yang tidak
beralasan (MOSS, 1992 disitasi oleh MUKTI, 2007). Pada peternakan yang telah
kelompok kami kunjungi, disana sudah hampir memenuhi semua kriteria dari
kebutuhan dasar hewan/ternak dalam peternakan. Peternakan Bapak Irawan sendiri
sistem perkandangan yang digunakan adalah sistem perkandangan satu baris,
sapi tidak berhadapan dan tidak juga saling membelakangi, sedangkan lantai kandang
dipeternakan bapak Irawan digunakan mester yang terbuat dari campuran semen dan
pasir. Lantai kandang dibuat agak miring untuk mempermudah urin dan feses
mengalir ke selokan. Lantai kandang dilengkapi dengan karpet atau alas lantai yang
terbuat dari karet, hal ini bertujuan untuk menghindari sapi tergelincir atau terpeleset
apabila lantai kandang licin. Untuk pemberian pakan hijauan yang diberikan yaitu
rumput gajah dan daun lamtoro, sedangkan konsentrat yang digunakan meliputi
bapro, pollard dan limbah roti (roti kadaluarsa), sedangkan pemberian minum Bapak
Irawan menggunakan air berasal dari sumur yang dialirkan melalui pipa. Di
tambahkan lagi oleh Miradona, 2013 tentang Standar ACRES (Animal Concerns
Research and Education Society) ditinjau dari :
a. Penyediaan Makanan dan Air
b. Penyediaan Perawatan Kesehatan Hewan
c. Penyediaan Perlindungan Dari Ketakutan dan Stress
((UU No.18 , Pasal 78, BAB IX, Poin 3 Tentang Peternakan dan Kesehatan , 2009)