Anda di halaman 1dari 11

ADENOVIRUS

Adenovirus pertama kali diisolasi pada tahun 1953 dari kelenjar gondok pasien (yang
mengakibatkan nama virus) dan dikenal sebagai patogen yang sering menyebabkan penyakit
yang relatif ringan pada saluran pernapasan, mata atau organ lainnya. Di sisi lain, adenovirus
merupakan model yang sangat berharga untuk mempelajari transformasi, onkogenesis,
replikasi, transkripsi, translasi, kontrol siklus sel dan prinsip-prinsip penting lainnya dalam
sel dan biologi molekuler. Sampai saat ini, lebih dari 400 uji klinis terapi gen telah
didasarkan pada vektor adenovirus. Dengan demikian, di antara semua vektor virus dan nonvirus, jenis vektor ini telah digunakan paling sering di klinik (Scherman, 2014).
Aspek Biologi Adenovirus
Adenovirus merupakan Adenoviridae Family, yang terbagi dalam dua genus, yaitu
mastadenovirus dan aviadenovirus. Genus mastadenovirus menginfeksi manusia dan
mamalia, sedangkan aviadenovirus menginfeksi burung (Wohl, 2007). Adenovirus telah
diisolasi dari berbagai vertebrata, termasuk mamalia,reptil, burung, amfibi dan ikan.
Adenovirus merupakan non-enveloped dengan bentuk partikel adalah ikosahedron, yang
berarti bahwa partikel memiliki 20 faces dan 12 vertices. Diameter partikel sekitar 100 nm.
Partikel virus membawa untai ganda genom DNA dengan ukuran sekitar 30-40 kb,
tergantung pada jenis adenovirus. Partikel human adenovirus terdiri dari 11 protein, tujuh
untuk membentuk kapsid dan empat yang dikemas dengan DNA dalam inti (Scherman, 2014)

Gambar 1. Partikel adenovirus sebagai non-enveloped viruses yang membawa untai ganda genom DNA

Seperti yang terlihat pada gambar 2, struktur kristal protein adenovirus mengandung
fiber knob, shaft, domains, penton base, dan hexon. Kapsid terdiri dari 252 sub-unit yang
disebut kapsomer, yang berisi 240 hexonproteins dan 12 penton base. Masing-masing dari 12
capsid corners mengandung penton base yang dibungkus oleh 5 hexons. Penton base
berfungsi sebagai pengait untuk fiber protein. Fiber merupakan homotrimer, di mana 3
polipeptida yang identik mengikat dalam arah yang sama, dan yang berisi domain yang
berbeda secara struktural dan fungsional : N terminus,yang mengikat fiber secara nonkovalen pada penton base; C-terminus, yang memberikan bentuk knob seperti cakram, yang
bertanggung jawab untuk mengikat reseptor (Maniruzzaman et al., 2012). Lebih dari 50
serotipe adenovirus telah diketahui, dan yang paling sering dimanfaatkan untuk terapi gen
adalah tipe 2 dan tipe 5 . Transduksi dalam sel penerima dan internalisasi dimediasi melalui
interaksi dari fiber protein dengan coxsackie- adenovirus reseptor, dan interaksi dari penton
base dengan integrin yang bertindak sebagai co-reseptor. Target transfer gen (pengenalan
reseptor spesifik sel) dapat dicapai dengan modifikasi protein kapsid,fiber protein, atau
penton base (Gardlk et al., 2005)

Gambar 2. Skema kapsid adenovirus. (A) Keseluruhan kapsid, terdiri dari fiber, penton base, dan
hexon. (B) Pembesaran daerah dilingkari pada A, menunjukkan homotrimeric fiber terikat pada
homopentameric penton base. (C) Fiber monomer, terdiri dari tail, shaft, dan knob domains.

Gambar . Genom Adenovirus

Genom adenovirus adalah linear, 36-Kb untai ganda DNA (dsDNA). Di kedua ujung
genom merupakan inverted terminal repeats (ITRs). Gen dibagi menjadi early region (E1-4)
dan lateregion (L1-5). Terdapat 57 jenis human adenovirus yang telah diketahui, dan
sebagian besar vektor adenovirus didasarkan pada Ad5. vektor berbasis Ad5 menggunakan
Coxsackie-Adenovirus Receptor (CAR) untuk memasuki sel. Early region adenovirus terbagi
dalam 5 unit, E1A, E1B, E2, E3, dan E4. Tiap-tiap unit memproduksi protein yang terlibat
dalam berbagai fungsi seperti replikasi DNA dan penghambatan respon imun sel. Sedangkan
late region terkait dengan produksi protein kapsid (Wohl, 2007).

Siklus Infeksi Adenovirus

Siklus infeksi dimulai dengan uptake partikel virus oleh endositosis yang dimediasi
reseptor. Ujung fiber protein (disebut fiberknob) berikatan dengan Coxsackie adenovirus
reseptor (CAR). beberapa tipe human adenovirus telah terbukti mengikat reseptor seluler
lainnya misalnya, cluster of differentiation 46 (CD46) atau CD80 / 86. Setelah endositosis
yang dimediasi reseptor, partikel virus dibongkar di endosom. Virus telah menciptakan
mekanisme untuk menembus dari endosom ke sitoplasma. Partikel tersebut kemudian
diangkut pada mikrotubulus ke intisel dan, setelah pembongkaran lebih lanjut, genom
adenovirus memasuki intisel melalui nucleopore. Didalam intisel, program transkripsi
dimulai dengan ekspresi dari early (E) gene. Ekspresi late (L) gene dimulai setelah genom
virus DNA mulai bereplikasi. Protein disintesis dan diikuti oleh encapsidation DNA virus.
Siklus infeksi berakhir dengan kematian sel dan pelepasan partikel virus yang baru terbentuk
(Scherman, 2014).
Pada referensi lain dijelaskan mengenai siklus infeksi. Fiber proteins dari kapsid virus
berinteraksi dengan coxsackievirus-suatu protein reseptor adenovirus pada permukaan sel

untuk terikat pada sel, dan terjadi interaksi dari penton base dengan integrin yang bertindak
sebagai co-reseptor. Selanjutnya terjadi internalisasi (endositosis) yang di mediasi clathrin.
Protein kapsid virus memisahkan diri dari endositosis dan nilai pH dari endosome virus
menurun. Pada pH 6,0, virus memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari vesikel dan
masuk ke sitosol. Protein kapsid virus bergerak menuju nukleus di sepanjang jaringan
microtubule, terjadi docking pada nuclear pore complex. Meskipun sebagian besar dari
protein kapsid tetap di pinggiran nukleus, DNA virus melintasi melalui nuclear pores
(Maniruzzaman et al., 2012).

Gambar . Siklus infeksi adenovirus


Sistem imun resipien memainkan penting peran dalam transfer gen yang dimediasi
adenovirus. Sebagian besar populasi manusia telah terpapar infeksi adenovirus dan dengan
demikian, akan memiliki antibodi terhadap berbagai serotipe adenovirus. Respon imun
setelah injeksi (pelepasan sitokin proinflamasi) dapat disebabkan oleh protein kapsid. Studi

saat ini difokuskan pada penghambatan respon inflamasi terhadap vektor adenovirus dan
menghindari degradasi partikel adenovirus. Sebuah pendekatan yang menjanjikan terkait hal
ini adalah penggunaan vektor dengan protein kapsid berasal dari berbagai serotipe adenovirus
yang berbeda. Di sisi lain, imunogenisitas dapat berguna, misalnya dalam terapi kanker,
karena dapat merangsang sistem kekebalan tubuh pasien terhadap sel tumor (Gardlk et al.,
2005).
Aplikasi Vektor Adenovirus
Penggunaan vektor adenovirus berkaitan dengan penggunaannya untuk terapi tumor.
Sejumlah besar uji klinis telah dilakukan dengan generasi pertama vektor adenovirus atau
dengan oncolytic adenoviral vectors. Penggunaan vektor adenovirus sebagai vaksin genetik
merupakan penggunaan lain yang cukup signifikan. Vektor adenovirus merupakan vaksin
genetik yang sangat ampuh. Efek adjuvant yang dibawa oleh kapsid virus dan kemampuan
jenis vektor ini untuk transduksi antigen-presenting cells, menghasilkan respon imun yang
kuat, baik pada level sel T dan sel B (Scherman, 2014).
Vektor Adenovirus
Modifikasi awal adenovirus adalah dengan menghapus daerah E1 sehingga DNA terapetik
dapat disisipkan didalamnya. Peranan Early Gene (E) Pada virus adalah untuk replikasi dan
penghambatan respon imun sel apabila daerah tersebut dihilangkan maka virus tidak dapat
mereplikasi dirinya sehingga sifat patogennya tidak ada. Adenovirus yang dihilangkan bagian
E1 dinamakan adenovirus generasi pertama. Kemudian dilakukan modifikasi lagi dengan
tujuan untuk mendapatkan daerah sisipan yang lebih besar. Pada adenovirus generasi kedua
daerah tambahan yang dihapus terjadi pada daerah E2 atau E4. Sedangkan pada generasi
ketiga modifikasi dilakukan dengan menghilangkan semua bagian kecuali ITR (Inverted
terminal repeats) dan mempunyai kapasitas pengangkutan hingga 34 kb (Gardlk et al.,
2005).

Gambar . Tiga generasi vector adenoviral

Pada pAdEasy (contoh rekombinan), rekombinan adenovirus memiliki dua gen


dihapus: E1 dan E3, penghapusan nya dari vektor virus menyebabkan inkompeten replikasi
virus. Penghapusan dari dua komponen menghasilkan kapasitas transgene packaging > 8 Kb.
Konstruksi berisi lengan kiri dan lengan kanan untuk memfasilitasi rekombinasi homolog
transgen ke dalam plasmid adenovirus.

Gambar . Sistem plasmid adenovirus

AdEasy , dikembangkan oleh Bert Vogelstein, adalah metode yang paling populer
untuk membuat konstruksi vektor adenovirus. Sistem ini terdiri dari dua jenis plasmid: shuttle
vector dan adenoviral vector.
Transgen yang diinginkan dikloning ke dalam shuttle vector, diverifikasi, dan
dilinierisasi. Konstruksi ini kemudian ditransformasikan ke sel AdEasier-1, yang merupakan
sel E.coli BJ5183 yang mengandung pAdEasy . pAdEasy merupakan adenoviral
plasmid yang mengandung gen adenovirus yang diperlukan untuk produksi virus. Vektor
shuttle dan plasmid adenovirus memiliki kecocokan dalam homology arms yang
memfasilitasi rekombinasi homolog transgen ke dalam plasmid adenovirus.
Plasmid rekombinan adenoviral kemudian diverifikasi untuk menentukan bahwa
transgen telah dimasukkan ke dalam plasmid adenoviral, dan bahwa pola lain dari
rekombinasi tidak terjadi. Setelah diverifikasi, plasmid rekombinan dilinierisasi untuk
membuat konstruksi dsDNA linear yang diapit oleh ITRS. Sel 293 atau 911 sel ditransfeksi
dengan konstruksi linier, dan virus dapat dipanen sekitar 7-10 hari kemudian.

Gambar 3. Metode Packaging Adenovirus

Produksi rekombinan adenovirus memiliki tiga langkah, yaitu : (1) subkloning gene of
interest ke shuttle vector yang mentransfer gene of interest ke dalam plasmid adenovirus
yang berisi adenoviral backbone, (2) rekombinasi homolog akan meng-inkorporasi gene of
interest ke adenoviral backbone, (3) Packaging rekombinan adenovirus yang mengandung
gene of interest kedalam sel 293 sel (Khatun, 2012).

Gambar . Skema ilustrasi untuk menghasilkan rekombinan adenovirus.

Penghantaran Gen dengan Vektor Adenovirus


Untuk keberhasilan penghantaran DNA ke intisel, virus harus memfasilitasi
pengikatan spesifik pada sel, internalisasi endositosis, propagasi dari endocytic vesicles ke
sitosol, penghantaran ke sitoplasma, dan akhirnya ekspresi dari gen yang dihantar
(Maniruzzaman et al., 2012)

Gambar . Mekanisme penghantaran gen dengan adenovirus

Rekombinan adenovirus memasuki sel melalui pengikatan yang dimediasi Coxsackie


adenovirus reseptor (CAR), memungkinkan internalisasi dengan endositosis melalui
clathrin-coated vesicles. Di dalam sitoplasma, vektor adenovirus yang diendositosis lolos dari
endosome, terjadi pembongkaran kapsid dan DNA virus memasuki intisel melalui nuclear
envelope pore complex. Virus DNA tidak terinkorporasi ke dalam genom sel host tetapi
diasumsikan ke lokasi epichromosomal, di mana masih dapat menggunakan mesin transkripsi
dan translasi sel host untuk mensintesis protein rekombinan (Pereyra & Hereu, 2013)

Kelebihan dan Keterbatasan Vektor Adenovirus (Gardlk et al., 2005)


Kelebihan
1. Rekombinan adenovirus dapat diperoleh secara in vitro pada konsentrasi yang
sangat tinggi (10101011 partikel virus / ml) dan mudah untuk memanipulasi.
2. Vektor adenovirus ditandai dengan stabilitas dan spesifisitas sel yang luas.
3. Vektor adenovirus memiliki kapasitas pengangkutan yang bervariasi, hingga 34
kb
4. Vektor adenovirus memiliki kemampuan untuk mentransduksi banyak tipe sel
dengan efisiensi tinggi, baik in vitro dan in vivo
Keterbatasan
1. Keterbatasan utama vektor adenovirus adalah respon inflamasi yang dimediasi sel
B dan sel T, yang dihasilkan dari aktivasi sel-sel imun.
2. Kelemahan lainnya dari adenovirus adalah short-term expression

Referensi
Gardlk, R., Plffy, R., Hodosy, J., Lukcs, J., Turna, J., & Celec, P. (2005). Vectors and
delivery systems in gene therapy. Medical Science Monitor: International Medical
Journal of Experimental and Clinical Research, 11(4), RA110A121.
Khatun, I. (2012). Recombinant Adenoviral Vector Systems. Labome. ISSN : 2329-5139.
Doi: http://dx.doi.org/10.13070/mm.en.2.126
Maniruzzaman, M., Douroumis, D., Boateng, J. S., Snowden, M. J., Russo, P., Santoro, A.,
Blanco, M. D. (2012). Recent Advances in Novel Drug Carrier Systems. Intechopen.
http://doi.org/10.5772/2889
Pereyra, A., & Hereu, C. (2013). Gene Delivery Systems. Current Issues in Molecular
Virology - Viral Genetics and Biotechnological Applications, 165192. Retrieved from

http://dx.doi.org/10.5772/56869
Scherman, D. (Ed.). (2014). Advanced textbook on gene transfer, gene therapy, and genetic
pharmacology: principles, delivery, and pharmacological and biomedical applications
of nucleotide-based therapie. London: Imperial College Press.
Wohl, B.P. (2007). Serotype Specificity of Adenovirus Packaging. United State : Proquest
LLC

Anda mungkin juga menyukai