MEKANIKA BAHAN
Oleh ;
M. Shofiul Amin, MT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, karena hanya
dengan ridhlo-Nya maka buku ajar Mekanika Bahan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulisan buku ini adalah sebagai bahan penunjang kegiatan pembelajaran
terutama dilingkungan Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi. Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Selama penyusunan buku ini, penulis telah banyak dibantu, dibimbing, dan
diarahkan oleh banyak pihak. Maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi dan segenap Civitas Akademika yang
telah bersama membangun Poliwangi semakin baik.
2. Para dosen-dosen pada Program Studi Teknik Sipil Poliwangi
3. Institusi-institusi pendidikan yang telah memberikan wacana dalam
penyusunan buku ajar tersebut.
4. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian buku ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Sekian persembahan dari penulis, semoga buku ini dapat bermanfaat, serta
membuka cakrawala baru bagi kita semua. Amin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
iii
1
2
2
3
4
5
5
8
9
10
10
13
BAB II. TITIK BERAT, STATIS MOMEN DAN MOMEN INERSIA PADA
PENAMPANG HOMOGEN ................................................
15
II.1 Titik Berat ..................................................................................
16
II.2 Titik Berat dan Momen Inersia Penampang Homogen ..............
17
II.3 Contoh Soal Titik Berat .............................................................
19
II.4 Momen Inersia ...........................................................................
24
II.5 Contoh Soal Momen Inersia ......................................................
25
BAB
III.
iii
DAN
33
35
37
41
42
45
47
57
58
68
71
72
Mechani cs of ma teri al s |1
BAB I
Mechani cs of ma teri al s |2
I.1 Pendahuluan
Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian suatu bangunan haruslah diberi
ukuran fisik tertentu. Bagian struktur tersebut haruslah dihitung dengan tepat
untuk dapat menahan gaya-gaya sesungguhnya atau yang mungkin dibebankan
kepadanya. Untuk mengetahui dan menghitung hal tersebut perlu mengetahui
metoda-metoda analisis tentang kekuatan (strength), kekakuan (stiffness) dan
kestabilan (stability) yang kesemuanya dibahas dalam Mekanika Teknik 2 atau
membahas Mekanika Bahan.
F3
F4
F3
(c)
F2
F1
(a)
F2
F1
(b)
D-III
Mechani cs of ma teri al s |3
Kesimpulannya :
Gaya-gaya luar terpakai pada sebuah sisi potongan tertentu haruslah diimbangi
oleh gaya-gaya dalam potongan tersebut.
Arah tegak lurus bidang potongan disebut Tegangan Normal (Normal Stress).
b.
F
A
= limA0
V
A
D-III
Mechani cs of ma teri al s |4
Satuan tegangan dalam Satuan Internasional (SI) dinyatakan dalam N/m2 atau Pa
(Pascal), ton/m2, kg/cm2. Satuan tegangan tidak diharuskan dinyatakan dalam SI,
kadang-kadang dijumpai dalam satuan N/mm2 atau sama dengan MPa (Mega
Pascal).
b.
Tegangan =
Gaya
Luas penampang
atau =
A
P
(b)
(d)
(f)
s
Sumbu
Batang
P=s .A
X
P
P
(h)
s =P/A
A
s
(a)
(c)
(g)
(e)
s
P
D-III
Mechani cs of ma teri al s |5
V=P
P
(b)
(a)
V=P/2
V=P2
P2
P2
(b)
(a)
Gaya
Luas penampang
32000
80x80
atau = - = -
= -5
kg
2
cm
2.
2 ton
2 ton
20 cm
10 cm
D-III
Mechani cs of ma teri al s |6
Penyelesaian :
Tegangan yang terjadi :
Tegangan = +
Gaya
Luas penampang
2000
10x20
atau = + = +
= +10
kg
cm2
Catatan : Tanda positif (+) dikarenakan arah beban menarik batang (menjauhi
batang).
3.
F (ton)
F (ton)
20 cm
10 cm
Penyelesaian :
Beban (F) yang terjadi :
= 2 t/m2 = 2.
Tegangan = +
0,2
1000
10000
= 0,2 kg/cm2
Gaya
F
atau = +
Luas penampang
A
F
kg
=+
2
cm
10x20
F = 0,2x10x20 = 40 kg
4.
Landasan beton yang terlihat dalam gambar dibawah dibebani pada atasnya
dengan sebuah beban yang terdistribusi secara merata dari 20 kN/m2.
Selidikilah keadaan tegangan pada tingkat 1 m di atas dasar. Gaya gravitasi
yang terbentuk oleh beton adalah 25 kN/m3.
D-III
Mechani cs of ma teri al s |7
P=5 kN
W1
Fa
irisan a-a
q=20 kN/m2
Fa
a
W2
Pandangan samping
Penyelesaian :
Berat struktur sendiri disertakan dalam perhitungan :
W = luas trapesium x lebar x berat jenis beton
= .(a + b).t.l. beton
= {. (0,5 + 1,5).2}.0,5.25
= 25 kN
Dengan menggunakan bagian yang atas dari landasan sebagai benda bebas,
maka landasan tersebut di atas potongan adalah :
W 1 = luas trapesium x lebar x berat jenis beton
= {. (0,5 + 1).1}.0,5.25
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
Mechani cs of ma teri al s |8
= 9,375 kN
Dari Fy = 0, gaya pada potongan :
Fa = P + W 1 = 5 + 9,375 = 14,375 kN
Tegangan normal pada tingkat a-a adalah
a =
Fa 14,375
=
=28,75 kN/m2
A
0,5.1
Tegangan ijin adalah tegangan yang didasarkan kekuatan bahan pada tingkat
tertentu untuk mendesain suatu struktur.
Tegangan ijin tentunya lebih rendah dari pada tegangan ultimate. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam merencanakan suatu struktur tentunya tidak direncakan
terjadinya keruntuhan pada struktur, hingga diperlukan faktor keamanan. Faktor
keamanan sangat diperlukan karena :
a.
b.
Besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan jarang diketahui
secara pasti.
Faktor keamanan, FS :
FS =
beban ultimate
beban ijin
D-III
Mechani cs of ma teri al s |9
Pult
A
4000 =
1
. . 1,62
4
ijin =
Pijin
A
1600 =
Pijin
1
. . 1,62
4
= 3216,991 kg
Faktor keamanan, FS :
FS =
FS =
beban ultimate
beban ijin
8042,477
3216,991
= 2,5
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 10
dimana : = perpanjangan
o = panjang awal
= regangan/strain
Sebaliknya bila suatu batang ditekan, perpendekan akan terjadi pada arah panjang
batang. Sedangkan arah lebar dan tinggi akan memanjang atau luas
penampangnya menjadi besar.
Tetapi bila gaya-gaya tersebut dihilangkan dan batang dapat kembali ke keadaan
semula makan dikatakan bahwa kondisi tersebut berada di daerah elastis
(misalnya per atau pegas yang bila ditarik kemudian kita lepaskan, maka per atau
pegas tersebut dapat kembali ke keadaan semula).
Gaya (F)
Gaya (F)
Bersifat elastis
Perubahan bentuk ()
Perubahan bentuk ()
plastis
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 11
Untuk mengetahui sifat fisis suatu bahan sering digunakan hubungan antara
tegangan dan regangan.
Pada diagram tegangan dan regangan, dalam kondisi elastis adalah linier atau
dengan kata lain : Tegangan berbanding lurus dengan regangannya, yang
tentunya mempunyai tetapan pembanding tertentu. Tetapan pembanding ini
disebut dengan E.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 12
bahan.
Batas Leleh
Elastisitas
6
Tegangan Patah
10 (kg/cm )
(kg/cm )
(kg/cm2)
Baja
2,1 2,2
2000 3000
3700 5800
Baja Nikel
2,0 2,1
3000 3800
5600 7000
Aluminium
0,7
Tembaga
1,15
2000 2300
Gelas
0,7
250
Kayu
0,09 0,02
Beton
0,20 0,35
dimana : = tegangan
E = modulus elatisitas
= regangan
E
1
E.1
1
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 13
E = = tg
l
lo
= . o =
=
P . o
A.E
Bila terjadi perpendekan maka perubahan tersebut diberi notasi negatif (-),
sedangkan bila terjadi perpanjangan, perubahannya diberi notasi positif (+).
= 0,70.10-3 =
E
2,1.106
= 0,70.10-3 x 2,1.106
= 1470 kg/cm2
P
1470 =
19,635
2. Suatu batang seperti tergambar diberi beban tarik 250 kg. Batang tersebut
terbuat dari baja dengan modulus elastisitas E = 2,1x106 kg/cm2 sedangkan luas
penampang A = 50 mm2, panjang batang bajanya adalah 100 cm. Berapa besar
regangan yang terjadi dan berapa besar perubahan panjangnya?
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 14
100 cm
P=250 kg
s == e. E. E
Penyelesaian :
=
P
A
250
50.102
= 500 kg/cm2
Regangan; = =
E
500
2,1.106
3. Berapa besar gaya maksimum yang dapat dipikul batang baja diameter 5 cm,
bila panjang batangnya adalah 4 m sedangkan perpanjangan yang boleh terjadi
maksimal 2 cm. (E = 2,1x106 kg/cm2)
Penyelesaian :
= . o = . E
= . o =
=
P . o
A.E
P
. 400
2 = 1..5maks
P maks =
2 . (2,1.106 )
4
2.14..52 .2,1.106
400
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 15
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 15
BAB II
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 16
F (gaya berat)
y
Luasan
(A)
Gambar II.1 Titik Berat Massa dengan Koordinat Sumbu x dan Sumbu Y
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 17
titik berat
titik berat
titik berat
Gambar II.2 Penampang Konstruksi
Dapat dikatakan gabungan bentuk tersebut mempunyai bentuk dasar empat
persegi panjang. Titik berat bentuk empat persegi panjang dapat diketahui dari
perpotongan diagonalnya. Titik berat penampang empat persegi panjang ada di
koordinat setengah panjang dan setengah lebarnya.
l
y
1/2.b
x
1/2.l
Gambar II.3 Koordinat Titik Berat Bentuk Empat Persegi Panjang
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 18
Berarti pada bentuk empat persegi panjang tersebut bila sudah diketahui letak
titik beratnya, dapat dikatakan sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat
tersebut adalah sumbunya sendiri (Lihat gambar II.3). bila penampang yang
terdiri dari gabungan beberapa bentuk segi empat untuk mencari titik berat
penampangnya diperlukan perhitungan Statis Momen.
Statis Momen adalah perkalian luas penampang dasar ke sumbu baru.
y'
x1
titik berat
penampang 1
digabungkan
menjadi
titik berat
penampang 1
y2
titik berat
penampang L
x'
x2
titik berat
penampang 2
titik berat
penampang 2
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 19
Agar konstruksi setimbang, maka jumlah statis momen dari setiap bentuk dasar
haruslah sama dengan statis momen penampangnya.
Dengan memperhatikan gambar II.4, maka dapat dikatakan :
S1 + S2 = SL
Dimana : S 1 = statis momen penampang 1 ke garis a atau b
S 2 = statis momen penampang 2 ke garis a atau b
II.3 Contoh Soal Titik Berat
1. Tentukan titik berat penampang seperti tergambar.
5 cm
20 cm
2
5 cm
1
20 cm
Penyelesaian :
y'
5 cm
2
20 cm
B
?
1
x'
5 cm
A
b
a. Titik A adalah titik berat bidang 1 dan titik B adalah titik berat bidang 2.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 20
5 cm
2
20 cm
B
5 cm
1
A
20 cm
a
5 cm
2
20 cm
B
1
5 cm
A
20 cm
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 21
L x= Aa ; y=
Sb
S
g. Statis Momen = S 1 + S 2 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .2,5 cm
= (A 1 + A 2 ).x
1187,5
175
= 175 cm2.x
Terhadap garis b
A 1 .2,5 cm + A 2 .12,5 cm
= (A 1 + A 2 ).y
1187,5
175
= 175 cm2.y
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 22
5 cm
20 cm
1
? (6,78; 6,78)
2
20 cm
x'
5 cm
1
5 cm
2
25 cm
5 cm
3
Penyelesaian :
20 cm
1
5 cm
5 cm
B
?
25 cm
2
3
C
20 cm
x
5 cm
b
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 23
= (A 1 + A 2 + A 3 ).x
2750
275
Terhadap garis b
A 1 .22,5 cm + A 2 .12,5 cm + A 3 .2,5 cm
= (A 1 + A 2 + A 3 ).y
= (100 cm2 + 75
cm2 + 100
cm2).y
= 275 cm2.y
3437,5
275
20 cm
5 cm
1
5 cm
? (10,0; 12,5)
25 cm
5 cm
3
20 cm
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 24
b
Dalam menghitung momen inersia dikenal bentuk dasar yaitu bentuk empat
persegi panjang sama dengan bentuk dasar perhitungan titik berat.
Ix =
12
.b.h3
Iy =
12
.b3 .h
y'
a
z
x'
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 25
Sumbu x dan y adalah sumbu baru yang berjarak a dari sumbu y dan c dari
sumbu x.
I x = I x + c2.A ; I y = I y + a2.A
Dimana : I x = momen inersia terhadap sumbu x
I y = momen inersia terhadap sumbu y
A = luas penampang
c = jarak sumbu x ke x
a = jarak sumbu y ke y
atau
I x = I x + c2.( b.h ) ; I y = I y + a2.( b.h )
Bila Ix =
12
Ix ' =
.b.h3 dan Iy =
12
12
.b3 .h ; maka
12
5 cm
20 cm
1
5 cm
2
20 cm
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 26
Penyelesaian :
y'
5 cm
2
20 cm
B
?
1
x'
5 cm
A
b
Mencari titik berat
a. Luas bidang : A 1 = 20 cm x 5 cm = 100 cm2
A 2 = 15 cm x 5 cm = 75 cm2
b. Statis Momen = S 1 + S 2 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .2,5 cm
= (A 1 + A 2 ).x
1187,5
175
= 175 cm2.x
Terhadap garis b
A 1 .2,5 cm + A 2 .12,5 cm
= (A 1 + A 2 ).y
1187,5
175
= 175 cm2.y
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 27
5 cm
20 cm
? (6,78; 6,78)
2
20 cm
x'
5 cm
Ix =
Iy =
12
1
12
.b.h3 =
.b3 .h=
12
1
12
y'
5 cm
2
20 cm
B
? (6,78; 6,78)
A 1
20 cm
x'
5 cm
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 28
Penampang 2
Ix =
Iy =
12
1
12
.b.h3 =
.b3 .h=
12
1
12
y'
5 cm
20 cm
B
? (6,78; 6,78)
A 1
20 cm
x'
5 cm
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 29
1
5 cm
2
25 cm
5 cm
3
Penyelesaian :
20 cm
5 cm
1
5 cm
B
?
25 cm
2
3
x
5 cm
C
20 cm
= (A 1 + A 2 + A 3 ).x
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 30
= 275 cm2.x
2750
275
Terhadap garis b
= (A 1 + A 2 + A 3 ).y
= (100 cm2 + 75
cm2 + 100
cm2).y
= 275 cm2.y
3437,5
275
20 cm
5 cm
1
5 cm
? (10,0; 12,5)
25 cm
5 cm
2
3
20 cm
Mencari momen inersia
20 cm
5 cm
1
5 cm
B
? (10,0; 12,5)
25 cm
2
3
x'
5 cm
C
20 cm
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 31
Penampang 1
Ix =
Iy =
12
1
12
.b.h3 =
.b3 .h=
12
1
12
Iy =
12
1
12
.b.h3 =
.b3 .h=
12
1
12
Iy =
12
1
12
.b.h3 =
.b3 .h=
12
1
12
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 32
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 33
BAB III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 34
Gaya-gaya dalam pada suatu balok yang berupa momen, gaya lintang dan gaya
normal akan menimbulkan tegangan pada masing-masing balok tersebut sesuai
dengan bahan yang dipikulnya.
Tegangan lentur terjadi bila balok memikul beban dan terjadi lenturan pada balok
dimaksud. Tegangan lenutr dengan notasi L ini dipengaruhi oleh besarnya gaya
dalam momen yang terjadi.
Tegangan normal terjadi bila balok menerima beban sejajar sumbu bahan.
Tegangan normal dengan notasi N dapat berupa tegangan normal tekan bila gaya
yang bekerja adalah gaya tekan, tegangan normal tarik bila gaya tarik bekerja
pada balok tersebut.
Tegangan kombinasi bila pada balok terjadi tegangan lentur ( L) secara
bersamaan. Tegangan kombinasi ini adalah penjumlahan antara tegangan lentur
dan tegangan normal.
Tegangan geser terjadi bila pada balok bekerja gaya dalamgeser atau lintang.
Tegangan geser ini diberi notasi .
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 35
Walaupun pada balok bekerja gaya dalam geser, momen dan normal secara
bersamaan, tegangan geser ini tidak dapat dijumlahkan. Sehingga tegangan geser
yang timbul bersama-sama dengan tegangan lentur maupun normal tidak dapat
dikatakan tegangan kombinasi.
Pada tegangan lentur dipengaruhi dengan besaran momen yang bekerja pada
balok yang ditinjau, besarnya momen inersia balok tersebut serta serat yang
ditinjau. Demikian juga dengan tegangan geser, selain dipengaruhi besarnya, gaya
lintang dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi besarnya, gaya lintang
dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi oleh lebar balok, momen inersia
balok serta statis momen dan serat yang ditinjau garis netralnya atau terhadap titik
berat penampang.
RAV
RBV
L
Gambar III.1 Balok yang Mengalami Lentur
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 36
Tegangan lentur berbanding lurus dengan perkalian momen dan jarak serat yang
ditinjau terhadap garis netral atau titik beratnya dan berbanding terbalik dengan
momen inersia balok tersebut.
L =
M.y
Ix
serat 2
titik berat
penampang
1/2.h
garis
netral x
1/2.h
serat bawah
b
Bila tegangan lentur pada serat atas maka y = h, karena garis netral adalah sama
dengan sumbu x. demikian juga tinjauan tegangan lentur untuk serat bawah, besar
y = h. sedangkan jarak y pada serat 1 adalah y1 . Pada serat 2, jarak serat yang
ditinjau ke garis netral adalah nol, karena serat 2 berimpit dengan garis netral.
Momen inersia dipakai, bila penampang balok adalah segi empat maka
I x = 1/12. b.h3. tetapi bila penampang balok adalah rangkaian dari 2 (dua) atau
lebih segi empat dimaksud maka momen inersia yang dipakai adalah I x dimana
I x = I x + c2.A. dalam hal ini I x adalah momen inersia masing-masing penampang
segi empat, A adalah luas masing-masing penampang sedangkan c adalah jarak
titik berat masing-masing segi empat ke titik berat penampang dalah arah y atau
ke sumbu x.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 37
Tanda tegangan lentur sesuai dengan sifat serat. Bila serat tertarik maka tegangan
lentur bernotasi positif (+), sebaliknya bila serat tertekan, tegangan lentur
bernotasi negatif (-).
P=2 t
I
A
15.0
B
C
I
1.0
10.0
2.0
1.0
Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
MB =0
-R AV .3 + P.1 = 0
-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton (
MA =0
R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton (
Kontrol : RV = P
R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton (OK!)
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 38
garis netral x
titik berat
penampang
15.0
10.0
Titik berat untuk penampang persegi panjang yang tunggal dapat dicari dengan
menarik garis diagonalnya dimana perpotongan diagonalnya adalah titik berat
penampangnya.
Atau y = .h ; x = .b
Dengan demikian di dapat sumbu x dan y penampang yaitu garis yang saling
tegak lurus dan melewati titik beratnya.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 39
s LA
La
garis netral
titik berat
penampang
1/2.h
15.0
1/2.h
(-)
1/2.b
x
(+)
s Lb
LB
1/2.b
10.0
LA = LB
jarak serat atas dan serat bawah ke garis netral adalah sama
yaitu .h (y = .h)
L =
M.y
Ix
M.y
Ix
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 40
I x = 2812,5 cm4
LA= LB =
66666,667.7,5
= , kg/cm2
,
Note :
L-0 = tegangan lentur di titik 0, dimana titik 0 melewati garis netral
sehingga seratnya berimpit dengan garis netral dimana y = 0 L-0 = 0
kg/cm2.
L-3 = tegangan lentur di titik 3 m dari garis netral, y = 3 cm
LA-3= LB-3 =
66666,667.3
,
= , kg/cm2
3
,
. LA =
3
,
. , = , kg/cm2
1/2.h
(-)
garis netral
titik berat
penampang
1/2.h
15.0
1/2.b
1/2.b
x
(+)
Lb = 177,778 kg/cm2
diagram tegangan
lentur
10.0
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 41
N =
N =
gaya normal
luas penampang
N
A
kg
)
cm2
Bila suatu balok mengalami gaya tekan, maka balok akan terjadi tegangan normal
tekan (negatif) dan bila suatu balok mengalami gaya tarik maka balok akan
mengalami tegangan normal tarik (positif).
P
RAH
=0
C
RAV=1/2.P
RBV=1/2.P
1/2.L
1/2.L
L
C
1/2.L
1/2.L
L
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 42
P.sin a
RAH =
P.cos a
A
P.cos a
RAV=1/2.P
RBV=1/2.P
1/2.L
1/2.L
L
P.cos a
P.cos a
B
(+)
1/2.L
1/2.L
L
Perletakan sendi mengalami gaya horisontal dan vertikal. Sedangkan rol tidak
mengalami gaya horisontal, hanya mengalami gaya vertikal saja.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 43
P=2 t
I
45
A
C
I
15.0
1.0
2.0
1.0
10.0
Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
Menguraikan beban diagonal menjadi beban vertikal dan beban horisontal.
R AV .3 - P V .1 = 0
R AV .3 - 1,414.1 = 0
R AV = 0,471 ton (
MA =0
-R BV .3 + P V .2 = 0
-R BV .3 + 1,414.2 = 0
R BV = 0,943 ton (
Kontrol : RV = P
R AV + R BV = P V
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 44
H =0
R AH P.sin = 0
R AH 2.sin 45 = 0
R AH = 1,414 ton (
I
C
(-)
1,414 ton
D
1,414 ton
1.0
2.0
1.0
NC =
NC
1/2.h
Na = 9,427 kg/cm2
garis netral
titik berat
penampang
1/2.h
15.0
1/2.b
1/2.b
10.0
(-)
x
Nb = 9,427 kg/cm2
diagram
tegangan normal
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 45
(-)
garis netral
(+)
Lb
(+)
A = 0
(+)
(+)
B = Lb + N
Perjanjian tanda:
a. Momen positif serat atas tertekan mengalami tegangan lentur negatif
( La = negatif)
b. Momen positif serat bawah tertarik mengalami tegangan lentur postif
( Lb = positif)
c. Momen negatif serat atas tertarik mengalami tegangan lentur postif
( La = positif)
d. Momen negatif serat bawah tertekan mengalami tegangan lentur negatif
( Lb = negatif)
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 46
La
+
(-)
M
+ +++ + +
+
++
(+)
+
- - - - - - - - -
+
(-)
Lb
La
M
M
(+)
- - - - - - - - ++
+ + +++ +
+
++
(-)
+
(+)
Lb
Na
N
(-)
Nb
Na
N
(+)
Nb
Langkah-langkah menganalisa Tegangan Kombinasi adalah
a. Mencari reaksi perletakkan
b. Mencari momen pada titik yang dicari
c. Mencari gaya normal pada titik yang dicari
d. Mencari titik berat penampang
e. Mencari momen inersia arah x (I x ) penampang
f. Mencari tegangan lentur pada titik yang dicari L =
M.y
Ix
N
A
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 47
P=2 t
q=2 t/m'
I
A
50
10
25
30
10
penampang
batang
(cm)
I
2.0
10
1.5
2.5
2.sin 45
Penyelesaian :
2 ton
45
2.cos 45
a.
R AV .4 P V .2,5 q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 1,414.2,5 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton (
MA =0
-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton (
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 48
Kontrol : RV = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (
b.
c.
d.
30.0
10.0
2
15.0
1
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 49
Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
x = 25 cm (dari garis a)
Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
garis netral
(25; 15,313)
x'
15.0
1
e.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 50
Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Momen Inersia Penampang
I x = I x1 + A1 .2,8132 + I x2 + A2 .4,6872 + I x1 + A3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4
f.
M.y
Ix
LA =
LB =
g.
(5,061.1000.100).9,687
= 125,423 kgcm2
39088,541
(5,061.1000.100).15,313
= 198,266 kgcm2
39088,541
50.0
10.0
30.0
10.0
B
A
(-)
2
garis netral
(25; 15,313)
h.
ND
Atotal
NA = NB =
x'
15.0
1
LA = 125,423 kgcm2
10.0
(+)
LB = 198,266 kgcm2
0
= 0 kgcm2
800
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 51
i.
50.0
10.0
garis netral
(25; 15,313)
LA = 0 kgcm2
10.0
30.0
10.0
x'
15.0
3
j.
LB = 0 kgcm2
50.0
10.0
30.0
10.0
10.0
2
9.7
garis netral
(25; 15,313)
(-)
x'
C
15.3
15.0
(+)
NA = 0 kgcm2
LA = 125,423 kgcm2
NB = 0 kgcm2
LB = 198,266 kgcm2
Serat atas :
a = La + Na = -125,423 0 = -125,423 kg/cm2
b = Lb + Nb = 198,266 0 = 198,266 kg/cm2
k.
y'
Gambar tegangan
kombinasi
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
La = 125,423 kgcm2
a = 125,423 kgcm2
(-)
(-)
9.7
garis netral
(25; 15,313)
C
15.3
15.0
3
= 0;
Na = 0 kgcm2
(+)
Lb = 198,266 kgcm2
x'
=
(+)
Nb = 0
kgcm2
b = 198,266 kgcm2
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 52
2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45. Hitung dan gambar tegangan kombinasi yang terjadi
pada balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?
P=2 t
q=2 t/m'
I
A
50
10
25
30
10
penampang
batang
(cm)
I
2.0
10
1.5
2.5
Penyelesaian :
2.sin 45
2 ton
45
2.cos 45
a.
R AV .4 P V .2,0 q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 1,414.2,0 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,707 ton (
MA =0
-R BV .4 + P V .2,0 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.2,0 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,707 ton (
Kontrol : RV = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 53
R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (
b.
c.
d.
30.0
10.0
2
15.0
1
Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 54
x = 25 cm (dari garis a)
Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
garis netral
(25; 15,313)
x'
15.0
1
e.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 55
f.
M.y
Ix
LA =
LB =
g.
(5,414.1000.100).9,687
= 134,245 kgcm2
39088,541
(5,414.1000.100).15,313
= 212,094 kgcm2
39088,541
50.0
10.0
30.0
10.0
B
A
(-)
2
garis netral
(25; 15,313)
x'
15.0
1
LA = 134,245 kgcm2
10.0
(+)
LB = 212,094 kgcm2
h.
ND
Atotal
NA = NB =
-1,414.1000
= 1,768 kgcm2
800
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 56
i.
50.0
10.0
30.0
10.0
j.
(-)
garis netral
(25; 15,313)
A
Mencari tegangan
kombinasi
15.0
LA = 1,768 kgcm2
10.0
x'
C
(-)
y'
LB = 1,768 kgcm2
50.0
10.0
30.0
10.0
10.0
9.7
garis netral
(25; 15,313)
LA = 134,245 kgcm2
(-)
15.3
(+)
(-)
x'
15.0
NA = 1,768 kgcm2
LB = 212,094 kgcm2
Serat atas :
(-)
NB = 1,768 kgcm2
Gambar tegangan
kombinasi
y'
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
La = 134,245 kgcm2
Na = 1,768 kgcm2
(-)
9.7
(-)
a = 136,013 kgcm2
(-)
garis netral
(25; 15,313)
C
15.3
15.0
3
Lb = 212,094 kgcm2
(+)
x'
(-)
Nb = 1,768 kgcm2
=
b =
tegangan =
0 berada di
bawah garis
(+)
netral
210,326 kgcm2
y
136,013
=
25 y 210,326
210,326.y = 136,013.(25 y)
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 57
Tegangan geser adalah tegangan yang berbanding dengan gaya lintang yang
ditinjau dikalikan dengan statis momen yang ditinjau dan berbanding terbalik
dengan lebar serat penampang yang ditinjau dengan momen inersia sumbu x
penampang yang ditinjau.
D. S
b. Ix
Dimana :
Perjanjian tanda :
Jika gaya lintang berupa :
a.
(+)
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 58
b.
(-)
D.S
b.Ix
h. Dari tegangan geser pada point (g), diagram tegangan geser digambar.
P=2 t
I
A
15.0
B
C
I
1.0
10.0
2.0
1.0
Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
MB =0
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 59
-R AV .3 + P.1 = 0
-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton (
MA =0
R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton (
Kontrol : RV = P
R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton (OK!)
garis netral x
titik berat
penampang
15.0
10.0
Titik berat penampang persegi y = .h ; x = .b
Titik berat (x,y) = (5; 7,5)
d. Mencari momen inersia sumbu x (I x )
Untuk penampang empat persegi tunggal, maka:
I x = 1/12.b.h3
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 60
I x = 1/12.10.153
I x = 2812,5 cm4
b.Ix
y
1/2.h
7.5
7.5
serat a
1/2.h
15.0
1/2.b
garis netral
serat b
serat c
1/2.b
10.0
Note:
Serat adalah acuan dalam menganalisa tegangan geser.
Penampang yang ditinjau adalah di atas atau dibawah serat.
Untuk memudahkan analisa, dibagi atas serat-serat yaitu serat bagian
atas, berhimpit dengan garis netral dan serat bagian bawah.
D.S
b.Ix
2
3
( .1000).0
10.2812,5
=0
kg
cm2 = 0
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 61
Di atas serat c
Di atas serat c terdapat penampang uk. 10 x 15 cm dimana titik beratnya
berimpit dengan garis netral, sehingga :
S (statis momen) = 10 x 15 x 0 = 0 cm3
D.S
b.Ix
2
3
( .1000).0
10.2812,5
=0
kg
cm2
D.S
b.Ix
2
3
( .1000).281,25
10.2812,5
= 6,667
kg
cm2
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 62
1/2.b
1/2.b
serat a
serat b
garis netral
7.5
1/2.h
7.5
a = 0 kg/cm2
1/2.h
15.0
serat c
c = 0 kg/cm
10.0
Kesimpulan :
Untuk mencari statis momen, bisa melihat penampang di atas serat maupun
dibawah serat yang ditinjau.
Secara analitis, pada penampang segiempat, tegangan geser () pada serat
ditengah-tengah penampang adalah
tengah =
tengah =
tengah =
D. S
b. Ix
D. b. 12.h. 12.12.h
1
b. 12
. b. h3
D. 18. b. h3
1
b. 12
. b. h3
.
. .
.
. .
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 63
2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45. Hitung dan gambar tegangan geser yang terjadi pada
balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?
P=2 t
q=2 t/m'
I
A
50
10
25
30
10
penampang
batang
(cm)
I
2.0
10
1.5
2.5
2.sin 45
Penyelesaian :
2 ton
45
2.cos 45
a.
R AV .4 P V .2,5 q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 1,414.2,5 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton (
MA =0
-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton (
Kontrol : RV = P + q.L
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 64
R AV + R BV = P V + q.L
4,884 + 4,530 = 1,414 + 2.4
9,414 ton = 9,414 ton (OK!)
H =0
R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (
b.
c.
30.0
10.0
2
C
A
15.0
1
Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
x = 25 cm (dari garis a)
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 65
Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
y'
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
garis netral
(25; 15,313)
15.0
1
d.
e.
D-III
x'
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 66
D.S
b. Ix
y'
50.0
10.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
serat a
9.7
(25; 15,313)
C
15.3
15.0
1
serat d
Serat a
Tinjauan di atas serat a
S a = A.y = 0 . 0 . 0 = 0 cm3
a =
(-0,53.1000).0
= 0 kgcm2
50.39088,541
(-0,53.1000).2345,949
= 0,636 kgcm2
50.39088,541
Serat c
(-0,53.1000).2342,5
= 0,635 kgcm2
50.39088,541
D-III
x'
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 67
c-1 =
(-0,53.1000).1171,95
= 1,589 kgcm2
10.39088,541
Serat d
(-0,53.1000).0
= 0 kgcm2
10.39088,541
50.0
10.0
30.0
B
A
10.0
2
serat a
a =0kg/cm2
9.7
(25; 15,313)
b = -0,636kg/cm2
c-1 = -
c-2 = -1,589kg/cm2
15.3
3
serat d
d =0kg/cm2
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 68
BAB IV
PENAMPANG NON-HOMOGEN
(KOMPOSIT)
M. SHOFIUL AMIN, ST.,MT
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 69
Pada prinsipnya, struktur pada bangunan teknik sipil dianggap homogen, sehingga
hal penting yang perlu diperhatikan bila memakai 2 bahan yang digabungkan
adalah Modulus Elastisitas (E) masing-masing bahan.
Biasanya bahan gabungan tersebut dianggap bahan yang homogeny dengan faktor
pengali berupa perbandingan modulus elastisitas (angka ekuivalen). Misalkan
elemen kayu digabungkan dengan baja.
Modulus elastisitas (E) kayu adalah 105 kg/cm2, sedangkan modulus elastisitas (E)
baja adalah 2.106 kg/cm2. Maka faktor pengali (angka ekuivalen) (n) adalah
a. Bila baja digabungkan dengan kayu (baja menjadi bahan kayu)
n=
Ebaja
Ekayu
n=
Ekayu
Ebaja
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 70
baja
kayu
baja di
ekuivalen
ke kayu
kayu
20 cm
20 cm
10 cm
kayu
2.106
= 1.105 = 20
15 cm
kayu
15 cm
20 cm
10 cm
Ebaja
1.105
= 2.106 = 0,05
baja
kayu
kayu di
ekuivalen
ke baja
15 cm
10 cm
5
Ekayu
baja
20 cm
kayu
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 71
Rumus momen inersia sama yaitu mengambil bentuk dasar segi empat.
Momen inersia arah x I x = 1/ 12 .b.h3
Momen inersia arah y I y = 1/ 12 .b3.h
Penampang komposit
y
plat baja
kayu
plat baja
Ebaja
.I
Ekayu S
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 72
Ekayu
. I + IS
Ebaja W
Baja
E S = 2,0.106 kg/cm2
Kayu
E W = 1.105 kg/cm2
Hitung dan gambar tegangan lentur yang terjadi pada balok di titik D sepanjang
2 m dari titik A ?
P=2 t
q=2 t/m'
I
A
10 cm
baja
4 cm
kayu
30 cm
D
I
2.0
1.5
2.5
20 cm
penampang
batang
2.sin 45
Penyelesaian :
2 ton
45
2.cos 45
a.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 73
R AV .4 P V .2,0 q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 1,414.2,0 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,707 ton (
MA =0
-R BV .4 + P V .2,0 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.2,0 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,707 ton (
Kontrol : RV = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (
b.
c.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 74
10 cm
baja
kayu
4 cm
baja
diekuivalen
ke kayu
30 cm
kayu
20 cm
d.
30 cm
20 cm
200 cm
1
4 cm
30 cm
2
b
20 cm
Terhadap garis a
S1 + S2 = S L
(200.4.100) + (20.30.100) = {(200.4)+ (20.30)}.x
140000 = 1400.x
Terhadap garis b
S1 + S2 = S L
(200.4.32) + (20.30.15) = {(200.4)+ (20.30)}.x
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 75
34600 = 1400.x
y = 24,714 cm (dari garis b)
Titik berat (x; y) = (100; 24,714) cm
200 cm
1
4 cm
9,286 cm
x
30 cm
24,714 cm
2
20 cm
e.
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 76
f.
4 cm
9,286 cm
serat a
serat b1
serat b2
serat c
30 cm
24,714 cm
2
serat d
20 cm
L =
M.y
Ix
M.y.n
Ix
L-a =
(5,414.1000.100).9,286.20
= 1126,854 kgcm2
89229,666
M.y.n
Ix
L-b1 =
(5,414.1000.100).(9,286-4).20
= 641,455 kgcm2
89229,666
M.y
Ix
L-b1 =
(5,414.1000.100).(9,286-4)
= 32,073 kgcm2
89229,666
D-III
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 77
M.y
Ix
L-c =
(5,414.1000.100).0
= 0 kgcm2
89229,666
M.y
Ix
L-d =
g.
(5,414.1000.100).24,714
= 149,952 kgcm2
89229,666
4 cm
9,286 cm
serat a
serat b1
serat b2
serat c
L-c = 0 kg/cm^2
30 cm
(+)
2
20 cm
serat d
D-III
L-b2
= L-b1