Anda di halaman 1dari 81

BUKU AJAR

MEKANIKA BAHAN

Oleh ;
M. Shofiul Amin, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


Banyuwangi, 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, karena hanya
dengan ridhlo-Nya maka buku ajar Mekanika Bahan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulisan buku ini adalah sebagai bahan penunjang kegiatan pembelajaran
terutama dilingkungan Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi. Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Selama penyusunan buku ini, penulis telah banyak dibantu, dibimbing, dan
diarahkan oleh banyak pihak. Maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi dan segenap Civitas Akademika yang
telah bersama membangun Poliwangi semakin baik.
2. Para dosen-dosen pada Program Studi Teknik Sipil Poliwangi
3. Institusi-institusi pendidikan yang telah memberikan wacana dalam
penyusunan buku ajar tersebut.
4. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian buku ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Sekian persembahan dari penulis, semoga buku ini dapat bermanfaat, serta
membuka cakrawala baru bagi kita semua. Amin

Banyuwangi, 27 Januari 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................

ii
iii

BAB I. TEGANGAN DAN REGANGAN ..............................................


I.1 Pendahuluan ................................................................................
I.2 Metode Irisan ...............................................................................
I.3 Tegangan (Stress) ........................................................................
I.3.1 Tegangan Normal (Normal Stress) ..................................
I.3.2 Tegangan Geser (Shearing Stress) ...................................
I.4 Contoh Soal Tegangan ................................................................
I.5 Tegangan Ijin...............................................................................
I.6 Contoh Soal Tegangan Ijin ..........................................................
I.7 Regangan (Deformasi/Perubahan Bentuk) ..................................
I.8 Hubungan Tegangan dan Regangan ............................................
I.9 Contoh Soal Hubungan Tegangan dan Regangan .......................

1
2
2
3
4
5
5
8
9
10
10
13

BAB II. TITIK BERAT, STATIS MOMEN DAN MOMEN INERSIA PADA
PENAMPANG HOMOGEN ................................................
15
II.1 Titik Berat ..................................................................................
16
II.2 Titik Berat dan Momen Inersia Penampang Homogen ..............
17
II.3 Contoh Soal Titik Berat .............................................................
19
II.4 Momen Inersia ...........................................................................
24
II.5 Contoh Soal Momen Inersia ......................................................
25
BAB

III.

TEGANGAN LENTUR, NORMAL, KOMBINASI


TEGANGAN GESER ...........................................................
III.1 Tegangan Lentur .......................................................................
III.2 Contoh Soal Tegangan Lentur ..................................................
III.3 Tegangan Normal (Normal Stress) ...........................................
III.4 Contoh Soal Tegangan Normal ................................................
III.5 Tegangan Kombinasi ................................................................
III.6 Contoh Soal Tegangan Kombinasi ...........................................
III.7 Tegangan Geser (Shearing Stress)............................................
III.8 Contoh Soal Tegangan Geser ...................................................

BAB IV. PENAMPANG NON-HOMOGEN (KOMPOSIT) ...............


IV.1 Momen Inersia Penampang Komposit .....................................
IV.2 Contoh Soal Penampang Non Homogen (Komposit) ..............

iii

DAN
33
35
37
41
42
45
47
57
58
68
71
72

Mechani cs of ma teri al s |1

BAB I

TEGANGAN DAN REGANGAN


M. SHOFIUL AMIN, ST.,MT

Mechani cs of ma teri al s |2

I. TEGANGAN DAN REGANGAN


TUJUAN

: Menjelaskan tentang tegangan dan regangan serta menghitung


tegangan, regangan, modulus elastisitas, tegangan geser dan
regangan geser.

I.1 Pendahuluan
Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian suatu bangunan haruslah diberi
ukuran fisik tertentu. Bagian struktur tersebut haruslah dihitung dengan tepat
untuk dapat menahan gaya-gaya sesungguhnya atau yang mungkin dibebankan
kepadanya. Untuk mengetahui dan menghitung hal tersebut perlu mengetahui
metoda-metoda analisis tentang kekuatan (strength), kekakuan (stiffness) dan
kestabilan (stability) yang kesemuanya dibahas dalam Mekanika Teknik 2 atau
membahas Mekanika Bahan.

Tujuan utama mekanika bahan adalah untuk menentukan tegangan (stress),


regangan (strain) dan peralihan (displacement) pada struktur dan komponenkomponennya akibat beban-beban yang bekerja pada konstruksi tersebut.

I.2 Metode Irisan


Bila gaya bekerja pada benda seperti terlihat pada gambar I.1a memenuhi
persamaan kesetimbangan statis dan semuanya terlihat dalam diagram benda
bebas. Gambar I.1b dan gambar I.1c dimana bidang ABCD memisahkan benda
menjadi 2 bagian yang berlainan. Metode ini disebut Metode Irisan.
F4

F3

F4

F3

(c)
F2

F1
(a)

F2

F1
(b)

Gambar I.1 Metode Irisan


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |3

Kesimpulannya :
Gaya-gaya luar terpakai pada sebuah sisi potongan tertentu haruslah diimbangi
oleh gaya-gaya dalam potongan tersebut.

I.3 Tegangan (Stress)


Suatu gaya dalam yang bekerja pada luas kecil tak berhingga akan terdiri dari
bermacam-macam besaran gaya dan arah. Gaya-gaya dalam ini merupakan vektor
yang bertahan dalam keseimbangan akibat gaya luar yang bekerja. Gaya dalam
yang bekerja pada suatu luasan kecil tak berhingga dari suatu potongan disebut
dengan Tegangan.

Dalam praktek keteknikan, tegangan selalu diuraikan menjadi 2 arah yaitu :


a.

Arah tegak lurus bidang potongan disebut Tegangan Normal (Normal Stress).

b.

Arah sejajar bidang potongan disebut Tegangan Geser (Shearing Stress).

Secara matematis didefinisikan sebagai berikut :


= limA0

F
A

Dimana : = Tegangan Normal

F = Gaya yang bekerja tegak lurus


potongan
A = Luas penampang

= limA0

V
A

Dimana : = Tegangan Geser


V = Gaya yang bekerja sejajar potongan
A = Luas penampang

Bila F menekan bidang potongan, maka tegangan () disebut Tegangan Normal


Tekan (Compressive Stress), dan bila F menarik bidang potongan, maka tegangan
() disebut Tegangan Normal Tarik (Tensile Stress).

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |4

Satuan tegangan dalam Satuan Internasional (SI) dinyatakan dalam N/m2 atau Pa
(Pascal), ton/m2, kg/cm2. Satuan tegangan tidak diharuskan dinyatakan dalam SI,
kadang-kadang dijumpai dalam satuan N/mm2 atau sama dengan MPa (Mega
Pascal).

I.3.1 Tegangan Normal (Normal Stress)


Tegangan Normal adalah tegangan yang bekerja tegak lurus dalam bidang
potongan.

Tegangan normal terdiri dari :


a.

Tegangan Normal Tarik (Tensile Stress).

b.

Tegangan Normal Tekan (Compressive Stress).

Tegangan =

Gaya

Luas penampang

atau =

A
P

(b)

(d)

(f)

s
Sumbu
Batang

P=s .A

X
P
P

(h)

s =P/A

A
s
(a)

(c)

(g)

(e)

s
P

Gambar I.2 Analisa tegangan normal sebuah benda

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |5

I.3.2 Tegangan Geser (Shearing Stress)


Tegangan Geser adalah tegangan yang bekerja sejajar dalam bidang potongan.

Gaya tersebut menimbulkan tegangan pada benda yang bersangkutan.


P

V=P
P

(b)

(a)

V=P/2
V=P2
P2
P2

(b)
(a)

Gambar I.3 Analisa tegangan geser sebuah benda

I.4 Contoh Soal Tegangan


1.

Suatu pondasi dibebani muatan P = 32 ton, adapun luas permukaan pondasi


80 cm x 80 cm. Berapa tegangan yang terjadi pada permukaan pondasi ?
Penyelesaian :
Tegangan yang terjadi :
Tegangan = -

Gaya
Luas penampang

32000

80x80

atau = - = -

= -5

kg
2
cm

Catatan : Tanda negatif (-) dikarenakan arah beban menekan pondasi.

2.

Suatu batang dengan penampang 10 cm x 20 cm memikul beban P=2 ton


seperti tergambar. Hitunglah tegangan yang terjadi ?

2 ton

2 ton

20 cm
10 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |6

Penyelesaian :
Tegangan yang terjadi :
Tegangan = +

Gaya
Luas penampang

2000

10x20

atau = + = +

= +10

kg
cm2

Catatan : Tanda positif (+) dikarenakan arah beban menarik batang (menjauhi
batang).

3.

Suatu batang dengan penampang 10 cm x 20 cm mempunyai tegangan


sebesar = 2 t/m2. Hitunglah beban (F) yang terjadi ?

F (ton)

F (ton)

20 cm
10 cm

Penyelesaian :
Beban (F) yang terjadi :
= 2 t/m2 = 2.
Tegangan = +

0,2

1000

10000

= 0,2 kg/cm2

Gaya
F
atau = +
Luas penampang
A

F
kg
=+
2
cm
10x20

F = 0,2x10x20 = 40 kg

4.

Landasan beton yang terlihat dalam gambar dibawah dibebani pada atasnya
dengan sebuah beban yang terdistribusi secara merata dari 20 kN/m2.
Selidikilah keadaan tegangan pada tingkat 1 m di atas dasar. Gaya gravitasi
yang terbentuk oleh beton adalah 25 kN/m3.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |7

P=5 kN

W1
Fa
irisan a-a

q=20 kN/m2

Fa
a

W2
Pandangan samping

Penyelesaian :
Berat struktur sendiri disertakan dalam perhitungan :
W = luas trapesium x lebar x berat jenis beton
= .(a + b).t.l. beton
= {. (0,5 + 1,5).2}.0,5.25
= 25 kN

Gaya terpakai total :


P = q x luas permukaan atas
= 20.(0,5.0,5)
= 5 kN
Dari Fy = 0, reaksi pada dasar :
R = W + P = 25 + 5 = 30 kN

Dengan menggunakan bagian yang atas dari landasan sebagai benda bebas,
maka landasan tersebut di atas potongan adalah :
W 1 = luas trapesium x lebar x berat jenis beton
= {. (0,5 + 1).1}.0,5.25
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |8

= 9,375 kN
Dari Fy = 0, gaya pada potongan :

Fa = P + W 1 = 5 + 9,375 = 14,375 kN
Tegangan normal pada tingkat a-a adalah
a =

Fa 14,375
=
=28,75 kN/m2
A
0,5.1

I.5 Tegangan Ijin


Dalam pengujian terdapat gaya yang menahan agar tidak pecah/retak bahannya
terhadap beban tegangan tarik ataupun tegangan tekan. Beban atau gaya yang
menahan tersebut dinamakan beban ultimate (P ult ) (Ultimate load).
Dengan membagi beban ultimate dengan luas penampang contoh semula, kita
memperoleh kekuatan ultimate (Ultimate strength) atau tegangan ultimate (ult )
(Ultimate stress).

Tegangan ijin adalah tegangan yang didasarkan kekuatan bahan pada tingkat
tertentu untuk mendesain suatu struktur.
Tegangan ijin tentunya lebih rendah dari pada tegangan ultimate. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam merencanakan suatu struktur tentunya tidak direncakan
terjadinya keruntuhan pada struktur, hingga diperlukan faktor keamanan. Faktor
keamanan sangat diperlukan karena :
a.

Tidak semua produk bahan mempunyai kemampuan tegangan seperti yang


diharapkan.

b.

Besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan jarang diketahui
secara pasti.

Faktor keamanan, FS :
FS =

beban ultimate
beban ijin

Untuk baja : FS = 2 untuk muatan statis

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

Mechani cs of ma teri al s |9

FS > 2 untuk muatan bergerak


Tegangan ijin :
ult
=
FS
I.6 Contoh Soal Tegangan Ijin
1. Suatu besi baja D16 dari hasil pengujian mempunyai tegangan ultimate 4000
kg/cm2, tetapi tegangan ijin yang digunakan untuk mendesain suatu struktur
hanya sekitar 1600 kg/cm2. Berapakah besar beban ultimate (P ult ) dan beban
ijin (P ijin ) serta besar faktor keamanananya.
Penyelesaian :
ult =

Pult
A

4000 =

1
. . 1,62
4

Beban ultimate, P ult = 4000. 14. . 1,62


= 8042,477 kg

ijin =

Pijin
A

1600 =

Pijin

1
. . 1,62
4

Beban ijin, Pijin

= 1600. 14. . 1,62

= 3216,991 kg

Faktor keamanan, FS :

FS =
FS =

beban ultimate
beban ijin

8042,477
3216,991

= 2,5

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 10

I.7 Regangan (Deformasi/Perubahan Bentuk)


Regangan adalah perbandingan antara perpanjangan total () dengan panjang
awal yang ditinjau ( o ).
=

dimana : = perpanjangan
o = panjang awal

= regangan/strain

I.8 Hubungan Tegangan dan Regangan


Bila suatu gaya yang bekerja pada suatu batang, maka akan terjadi perubahan
bentuk dari batang tersebut. Gaya tarik yang bekerja pada suatu batang akan
mengakibatkan perpanjangan batang tersebut. Sedangkan perubahan bentuk arah
lebar dan tinggi batang akan memendek atau penampangnya menjadi kecil.

Sebaliknya bila suatu batang ditekan, perpendekan akan terjadi pada arah panjang
batang. Sedangkan arah lebar dan tinggi akan memanjang atau luas
penampangnya menjadi besar.

Tetapi bila gaya-gaya tersebut dihilangkan dan batang dapat kembali ke keadaan
semula makan dikatakan bahwa kondisi tersebut berada di daerah elastis
(misalnya per atau pegas yang bila ditarik kemudian kita lepaskan, maka per atau
pegas tersebut dapat kembali ke keadaan semula).
Gaya (F)

Gaya (F)

Bersifat elastis

Perubahan bentuk ()

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Perubahan bentuk ()
plastis

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 11

Gambar I.4 Hubungan Gaya (F) dengan Perubahan Bentuk ()


Bila beban ditingkatkan maka perubahan bentuknya tidak meningkat sebanding
dengan penambahan beban. Pada daerah ini struktur dalam dari bahan akan
berubahn bentuk secara tetap/permanen. Bila gaya dihilangkan, batang tidak dapat
kembali ke keadaan semula.

Untuk mengetahui sifat fisis suatu bahan sering digunakan hubungan antara
tegangan dan regangan.

Gambar I.5 Diagram Tegangan dan Regangan

Pada diagram tegangan dan regangan, dalam kondisi elastis adalah linier atau
dengan kata lain : Tegangan berbanding lurus dengan regangannya, yang
tentunya mempunyai tetapan pembanding tertentu. Tetapan pembanding ini
disebut dengan E.

E disebut Modulus Elastisitas (Elastic Modulus). Modulus elastisitas ditafsirkan


sebagai kemiringan (slope) dan garis lurus yang ditarik dari titik asal kea rah titik
A pada diagram . Secara fisis E menyatakan kekakuan terhadap beban yang
diberikan kepada bahan. Nilai E merupakan suatu sifat yang pasti dari suatu

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 12

bahan.

Tabel I.1 Sifat Fisik Bahan


Modulus
Bahan

Batas Leleh

Elastisitas
6

Tegangan Patah

10 (kg/cm )

(kg/cm )

(kg/cm2)

Baja

2,1 2,2

2000 3000

3700 5800

Baja Nikel

2,0 2,1

3000 3800

5600 7000

Aluminium

0,7

Tembaga

1,15

2000 2300

Gelas

0,7

250

Kayu

0,09 0,02

Beton

0,20 0,35

Tarik: 1200 3200


Tekan: 7000 8500

Tarik: 750 1000


Tekan: 250 630
Tarik: 25
Tekan: 100 600

Pada kondisi ini berlaku hukum Hooke :


= E. atau E =

dimana : = tegangan
E = modulus elatisitas
= regangan

E
1
E.1
1

Gambar I.6 Hubungan Tegangan dan Regangan

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 13

Dengan memperhatikan gambar I.6 didapat :


= E. 1 =

E = = tg

Dimana diketahui juga : =

l
lo

Sehingga deformasi/perubahan panjang () :


= . o

= . o =
=

P . o
A.E

Bila terjadi perpendekan maka perubahan tersebut diberi notasi negatif (-),
sedangkan bila terjadi perpanjangan, perubahannya diberi notasi positif (+).

I.9 Contoh Soal Hubungan Tegangan dan Regangan


1. Berapa besar gaya tarik batang silindris ( 5 cm) bila perpanjangan spesifik
= 0,70.10-3; E = 2,1.106 kg/cm2.
Penyelesaian :

= 0,70.10-3 =
E

2,1.106

= 0,70.10-3 x 2,1.106
= 1470 kg/cm2
P

= A = 14..2 = 14..52 = 19,635 cm2


A

1470 =

19,635

P=1470.19,635 = 28863,45 kg = 28,863 ton

2. Suatu batang seperti tergambar diberi beban tarik 250 kg. Batang tersebut
terbuat dari baja dengan modulus elastisitas E = 2,1x106 kg/cm2 sedangkan luas
penampang A = 50 mm2, panjang batang bajanya adalah 100 cm. Berapa besar
regangan yang terjadi dan berapa besar perubahan panjangnya?

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 14

100 cm

P=250 kg
s == e. E. E
Penyelesaian :
=

P
A

250

50.102

= 500 kg/cm2

Regangan; = =
E

500

2,1.106

=2,381.10-4 (berarti pada tiap-tiap bagian akan


berdeformasi 2,381.10-4 kali)

Perubahan panjang; = . o = 2,381.10-4.100 = 0,0238 cm

3. Berapa besar gaya maksimum yang dapat dipikul batang baja diameter 5 cm,
bila panjang batangnya adalah 4 m sedangkan perpanjangan yang boleh terjadi
maksimal 2 cm. (E = 2,1x106 kg/cm2)
Penyelesaian :
= . o = . E

= . o =
=

P . o
A.E
P

. 400

2 = 1..5maks
P maks =
2 . (2,1.106 )
4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

2.14..52 .2,1.106
400

= 2061670,179 kg = 2061,67 ton

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 15

Jadi P maks = 2061,67 ton

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 15

BAB II

TITIK BERAT, STATIS MOMEN


DAN MOMEN INERSIA PADA
PENAMPANG HOMOGEN
M. SHOFIUL AMIN, ST.,MT

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 16

II. TITIK BERAT, STATIS MOMEN DAN MOMEN INERSIA


PADA PENAMPANG HOMOGEN
TUJUAN

: Mahisiswa mampu menjelaskan letak titik berat penampang


homogen serta menghitung momen kelembamannya atau momen
inersia dari penampang homogen

Dalam menghitung tegangan khususnya tegangan lentur yang diakibatkan oleh


gaya dalam momen dan tegangan geser yang diakibatkan oleh gaya dalam geser
atau lintang dibutuhkan Momen Inersia suatu penampang homogen.
Sedangkan Momen Inersia suatu penampang juga ditentukan oleh faktor titik
berat masa. Untuk dapat menghitung tegangan lentur dan tegangan geser perlu
diketahui dulu letak titik berat penampang.
II.1 Titik Berat
Setiap benda akan mendapat gaya tarik dari bumi (gaya gravitasi) yang
mengakibatkan benda dapat jatuh ke bumi. Gaya tarik bumi disebut Gaya
Berat yang dalam konstruksi bangunan biasa disebut Berat.
Titik tangkap gaya berat disebut Titik Tengah Masa atau Titik Berat.
Massa
y
Titik Berat

F (gaya berat)
y

Luasan
(A)

Gambar II.1 Titik Berat Massa dengan Koordinat Sumbu x dan Sumbu Y

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 17

II.2 Titik Berat dan Momen Inersia Penampang Homogen


Pada umumnya bentuk penampang suatu konstruksi adalah gabungan dari
bentuk empat persegi panjang. Misalkan bentuk I adalah gabungan dari bentuk :

titik berat

titik berat

titik berat
Gambar II.2 Penampang Konstruksi
Dapat dikatakan gabungan bentuk tersebut mempunyai bentuk dasar empat
persegi panjang. Titik berat bentuk empat persegi panjang dapat diketahui dari
perpotongan diagonalnya. Titik berat penampang empat persegi panjang ada di
koordinat setengah panjang dan setengah lebarnya.

l
y
1/2.b
x

1/2.l
Gambar II.3 Koordinat Titik Berat Bentuk Empat Persegi Panjang

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 18

Berarti pada bentuk empat persegi panjang tersebut bila sudah diketahui letak
titik beratnya, dapat dikatakan sumbu x dan sumbu y yang melalui titik berat
tersebut adalah sumbunya sendiri (Lihat gambar II.3). bila penampang yang
terdiri dari gabungan beberapa bentuk segi empat untuk mencari titik berat
penampangnya diperlukan perhitungan Statis Momen.
Statis Momen adalah perkalian luas penampang dasar ke sumbu baru.

y'
x1
titik berat
penampang 1

digabungkan
menjadi

titik berat
penampang 1

y2

titik berat
penampang L
x'

x2
titik berat
penampang 2

titik berat
penampang 2

Gambar II.4 Titik Berat Penampang L


Sumbu xdan y dilalui oleh titik berat penampang L, sumbu tersebut merupakan
sumbu baru bagi penampang 1 dan 2, karena titik berat penampang 1 dan 2
belum tentu melalui sumbu x dan y.
Titik berat penampang 1 melalui sumbunya sendiri yaitu x 1 dan y 1. Demikian juga
titik berat penampang 2 melalui sumbu x 2 dan y 2 yang merupakan sumbunya
sendiri.
Statis Momen (S) = luas x jarak ke sumbu yang dipilh
S = A . d dimana :

S = statis momen (m)


A = luas penampang (m2)
d = jarak titik berat ke sumbu yang dipilh

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 19

Agar konstruksi setimbang, maka jumlah statis momen dari setiap bentuk dasar
haruslah sama dengan statis momen penampangnya.
Dengan memperhatikan gambar II.4, maka dapat dikatakan :
S1 + S2 = SL
Dimana : S 1 = statis momen penampang 1 ke garis a atau b
S 2 = statis momen penampang 2 ke garis a atau b
II.3 Contoh Soal Titik Berat
1. Tentukan titik berat penampang seperti tergambar.

5 cm

20 cm

2
5 cm
1
20 cm

Penyelesaian :

y'

5 cm
2
20 cm

B
?
1

x'
5 cm

A
b
a. Titik A adalah titik berat bidang 1 dan titik B adalah titik berat bidang 2.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 20

Menentukan titik berat bidang 1 dan bidang 2 dengan menarik garis


diagonal masing-masing penampang. Perpotongan diagonal adalah titik
berat penampang.

5 cm
2
20 cm

B
5 cm

1
A
20 cm

b. Penentuan garis bantu a dan b sebagai titik acuan perhitungan. Garis a


dan b dipilih garis paling kiri dan bawah dari penampang L

a
5 cm
2
20 cm

B
1

5 cm

A
20 cm

Note : Menentukan garis a dan b biasanya diambil garis paling kiri


ataupun kanan dan garis paling atas ataupun bawah penampang
dimaksud.
c. Luas bidang : A 1 = 20 cm x 5 cm = 100 cm2
A 2 = 15 cm x 5 cm = 75 cm2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 21

d. Jarak titik A ke garis a adalah 10 cm


Jarak titik B ke garis a adalah 2,5 cm
e. Jarak titik A ke garis b adalah 2,5 cm
Jarak titik B ke garis b adalah (7,5 + 5 ) cm = 12,5 cm
f. Penentuan garis bantu x dan y untuk perhitungan titik berat penampang
L. penentuan garis bantu x dan y sembarang garis dengan catatan berada
di tengah-tengah penampang L.
Jarak titik ke garis a adalah x
Jarak titik ke garis b adalah y
Titik adalah titik berat penampang
S

L x= Aa ; y=

Sb
S

Dimana : S a = statis momen terhadap a


S b = statis momen terhadap b

g. Statis Momen = S 1 + S 2 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .2,5 cm

= (A 1 + A 2 ).x

100 cm2.10 cm + 75 cm2.2,5 cm = (100 cm2 + 75 cm2).x


1000 cm + 187,5 cm
x=

1187,5
175

= 175 cm2.x

=6,78 cm dari garis a

Terhadap garis b

A 1 .2,5 cm + A 2 .12,5 cm

= (A 1 + A 2 ).y

100 cm2.2,5 cm + 75 cm2.12,5 cm = (100 cm2 + 75 cm2).y


250 cm + 937,5 cm
y=

1187,5
175

= 175 cm2.y

=6,78 cm dari garis b

S L = statis momen penampang L ke garis a atau b

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 22

Jadi titik berat penampang L di atas adalah (x; y) = (6,78; 6,78)

5 cm

20 cm

1
? (6,78; 6,78)
2
20 cm

x'

5 cm

2. Tentukan titik berat penampang seperti tergambar.

1
5 cm
2

25 cm

5 cm
3
Penyelesaian :

20 cm
1

5 cm

5 cm
B
?

25 cm

2
3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

C
20 cm

x
5 cm
b

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 23

Luas penampang : A 1 = 20.5 = 100 cm2


A 2 = 5.15 = 75 cm2
A 3 = 20.5 = 100 cm2
Statis Momen = S 1 + S 2 + S 3 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .10 cm + A 3 .10 cm

= (A 1 + A 2 + A 3 ).x

100 cm2.10 cm + 75 cm2.10 cm + 100 cm2.10 cm

= (100 cm2 + 75 cm2 +


100 cm2).x
= 275 cm2.x

1000 cm + 750 cm + 1000 cm


x=

2750
275

=10 cm dari garis a

Terhadap garis b
A 1 .22,5 cm + A 2 .12,5 cm + A 3 .2,5 cm

= (A 1 + A 2 + A 3 ).y

100 cm2.22,5 cm + 75 cm2.12,5 cm + 100 cm2.2,5 cm

= (100 cm2 + 75
cm2 + 100
cm2).y
= 275 cm2.y

2250 cm + 937,5 cm + 250 cm


y=

3437,5
275

=12,5 cm dari garis b

Jadi titik berat penampang I di atas adalah (x; y) = (10,0; 12,5)

20 cm

5 cm

1
5 cm
? (10,0; 12,5)

25 cm

5 cm

3
20 cm
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 24

II.4 Momen Inersia


Momen Inersia disebut juga momen kelembaman suatu penampang.
Momen Inersia adalah perkalian luas penampang dengan jarak pangkat dua.
Jarak yang diambil adalah jarak titik berat penampang terhadap sumbu yang
dipilih.

Gambar II.5 Penampang Empat


Persegi sebagai Penampang
Dasar

b
Dalam menghitung momen inersia dikenal bentuk dasar yaitu bentuk empat
persegi panjang sama dengan bentuk dasar perhitungan titik berat.

Ix =

12

.b.h3

Iy =

12

.b3 .h

y'

a
z

x'

Gambar II.6 Momen Inersia sumbu x dan y

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 25

Sumbu x dan y adalah sumbu baru yang berjarak a dari sumbu y dan c dari
sumbu x.
I x = I x + c2.A ; I y = I y + a2.A
Dimana : I x = momen inersia terhadap sumbu x
I y = momen inersia terhadap sumbu y
A = luas penampang
c = jarak sumbu x ke x
a = jarak sumbu y ke y
atau
I x = I x + c2.( b.h ) ; I y = I y + a2.( b.h )

Bila Ix =

12

Ix ' =

.b.h3 dan Iy =

12

12

.b3 .h ; maka

.b.h3 + c2 .(b.h) dan Iy ' =

12

.b3 .h+a2 .(b.h)

II.5 Contoh Soal Momen Inersia


1. Tentukan titik berat dan momen inersia penampang seperti tergambar.

5 cm

20 cm

1
5 cm
2
20 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 26

Penyelesaian :

y'

5 cm
2
20 cm

B
?
1

x'
5 cm

A
b
Mencari titik berat
a. Luas bidang : A 1 = 20 cm x 5 cm = 100 cm2
A 2 = 15 cm x 5 cm = 75 cm2
b. Statis Momen = S 1 + S 2 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .2,5 cm

= (A 1 + A 2 ).x

100 cm2.10 cm + 75 cm2.2,5 cm = (100 cm2 + 75 cm2).x


1000 cm + 187,5 cm
x=

1187,5
175

= 175 cm2.x

=6,78 cm dari garis a

Terhadap garis b
A 1 .2,5 cm + A 2 .12,5 cm

= (A 1 + A 2 ).y

100 cm2.2,5 cm + 75 cm2.12,5 cm = (100 cm2 + 75 cm2).y


250 cm + 937,5 cm
y=

1187,5
175

= 175 cm2.y

=6,78 cm dari garis b

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 27

Jadi titik berat penampang L di atas adalah (x; y) = (6,78; 6,78)

5 cm

20 cm

? (6,78; 6,78)
2
20 cm

x'

5 cm

Mencari momen inersia


Penampang 1

Ix =

Iy =

12
1

12

.b.h3 =

.b3 .h=

12
1

12

.20 cm.53 cm3 =208,333 cm4

.203 cm3 .5 cm=3333,333 cm4

y'

5 cm
2

20 cm

B
? (6,78; 6,78)
A 1
20 cm

x'

5 cm

Jarak titik A ke titik x = 6,78 2,50 = 4,28 cm


Jarak titik A ke titik y = (20 6,78) 10 = 3,22 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 28

Penampang 2
Ix =

Iy =

12
1

12

.b.h3 =

.b3 .h=

12
1

12

.5 cm.153 cm3 =1406,25 cm4


.53 cm3 .15 cm=156,25 cm4

y'

5 cm

20 cm

B
? (6,78; 6,78)
A 1
20 cm

x'

5 cm

Jarak titik B ke titik x = (20 6,78) 7,50 = 5,72 cm


Jarak titik B ke titik y = 6,78 2,50 = 4,28 cm
Jadi Momen Inersia penampang L di atas :
Ix ' =Ix-penampang 1 +(A-x'2 .A1 ) + Ix-penampang 2+(B-x'2 .A2 )
Ix ' ={208,333 cm4 + (4,282 cm2 .100 cm2 )}

+{1406,25 cm4 + (5,722 cm2 .75 cm2 )}

I x = 5900,303 cm4 (Momen Inersia arah x)

Iy ' =Iy-penampang 1 +(A-y'2 .A1 ) + Iy-penampang 2 +(B-y'2 .A2 )

Ix ' ={3333,333 cm4 + (3,222 cm2 .100 cm2 )}


+{156,25 cm4 + (4,282 cm2 .75 cm2 )}

I y = 5900,303 cm4 (Momen Inersia arah y)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 29

2. Tentukan titik berat penampang seperti tergambar.

1
5 cm
2

25 cm

5 cm
3

Penyelesaian :

20 cm

5 cm

1
5 cm

B
?

25 cm

2
3

x
5 cm

C
20 cm

Luas penampang : A 1 = 20.5 = 100 cm2


A 2 = 5.15 = 75 cm2
A 3 = 20.5 = 100 cm2
Statis Momen = S 1 + S 2 + S 3 = S L
Terhadap garis a
A 1 .10 cm + A 2 .10 cm + A 3 .10 cm

= (A 1 + A 2 + A 3 ).x

100 cm2.10 cm + 75 cm2.10 cm + 100 cm2.10 cm

= (100 cm2 + 75 cm2 +


100 cm2).x

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 30

= 275 cm2.x

1000 cm + 750 cm + 1000 cm


x=

2750
275

=10 cm dari garis a

Terhadap garis b

A 1 .22,5 cm + A 2 .12,5 cm + A 3 .2,5 cm

= (A 1 + A 2 + A 3 ).y

100 cm2.22,5 cm + 75 cm2.12,5 cm + 100 cm2.2,5 cm

= (100 cm2 + 75
cm2 + 100
cm2).y
= 275 cm2.y

2250 cm + 937,5 cm + 250 cm


x=

3437,5
275

=12,5 cm dari garis b

Jadi titik berat penampang I di atas adalah (x; y) = (10,0; 12,5)

20 cm

5 cm

1
5 cm
? (10,0; 12,5)

25 cm

5 cm

2
3
20 cm
Mencari momen inersia

20 cm

5 cm

1
5 cm

B
? (10,0; 12,5)

25 cm

2
3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

x'

5 cm

C
20 cm
D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 31

Penampang 1
Ix =

Iy =

12
1

12

.b.h3 =

.b3 .h=

12
1

12

.20 cm.53 cm3 =208,333 cm4

.203 cm3 .5 cm=3333,333 cm4

Jarak titik A ke titik x = 12,50 2,50 = 10,0 cm


Jarak titik A ke titik y = 0 cm
Penampang 2
Ix =

Iy =

12
1

12

.b.h3 =

.b3 .h=

12
1

12

.5 cm.153 cm3 =1406,25 cm4


.53 cm3 .15 cm=156,25 cm4

Jarak titik B ke titik x = 0 cm


Jarak titik B ke titik y = 0 cm
Penampang 3
Ix =

Iy =

12
1

12

.b.h3 =

.b3 .h=

12
1

12

.20 cm.53 cm3 =208,333 cm4

.203 cm3 .5 cm=3333,333 cm4

Jarak titik A ke titik x = 12,50 2,50 = 10,0 cm


Jarak titik A ke titik y = 0 cm
Jadi Momen Inersia penampang L di atas :
Ix ' =Ix-penampang 1 +(A-x'2 .A1 ) + Ix-penampang 2+(B-x'2 .A2 )
+ Ix-penampang 3 +C-x'2 .A3

Ix ' ={208,333 cm4 + (10,02 cm2 .100 cm2 )}


+ {1406,25 cm4 + (02 cm2 .75 cm2 )}

+ {208,333 cm4 + (10,02 cm2 .100 cm2 )}

I x = 21822,916 cm4 (Momen Inersia arah x)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 32

Iy ' =Iy-penampang 1 +(A-y'2 .A1 ) + Iy-penampang 2 +(B-y'2 .A2 )


+ Iy-penampang 3 +C-y'2 .A3

Ix ' ={3333,333 cm4 + (02 cm2 .100 cm2 )}


+{156,25 cm4 + (02 cm2 .75 cm2 )}

+{3333,333 cm4 + (02 cm2 .100 cm2 )}

I y = 6822,916 cm4 (Momen Inersia arah y)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 33

BAB III

TEGANGAN LENTUR, NORMAL,


KOMBINASI DAN TEGANGAN
GESER
M. SHOFIUL AMIN, ST.,MT

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 34

III. TEGANGAN LENTUR, NORMAL, KOMBINASI DAN


TEGANGAN GESER
TUJUAN

Mahasiswa dapat mengerti terjadinya tegangan lentur, normal,


kombinasi dan tegangan geser serta dapat menghitung besaran
tegangan yang dimaksud.

Gaya-gaya dalam pada suatu balok yang berupa momen, gaya lintang dan gaya
normal akan menimbulkan tegangan pada masing-masing balok tersebut sesuai
dengan bahan yang dipikulnya.

Tegangan-tegangan tersebut dapat bekerja sendiri, juga bersamaan sekaligus bila


balok tersebut menerima beban luar yang mengakibatkan terjadinya momen, gaya
lintang dan gaya normal.

Tegangan lentur terjadi bila balok memikul beban dan terjadi lenturan pada balok
dimaksud. Tegangan lenutr dengan notasi L ini dipengaruhi oleh besarnya gaya
dalam momen yang terjadi.

Tegangan normal terjadi bila balok menerima beban sejajar sumbu bahan.
Tegangan normal dengan notasi N dapat berupa tegangan normal tekan bila gaya
yang bekerja adalah gaya tekan, tegangan normal tarik bila gaya tarik bekerja
pada balok tersebut.
Tegangan kombinasi bila pada balok terjadi tegangan lentur ( L) secara
bersamaan. Tegangan kombinasi ini adalah penjumlahan antara tegangan lentur
dan tegangan normal.

Tegangan geser terjadi bila pada balok bekerja gaya dalamgeser atau lintang.
Tegangan geser ini diberi notasi .

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 35

Walaupun pada balok bekerja gaya dalam geser, momen dan normal secara
bersamaan, tegangan geser ini tidak dapat dijumlahkan. Sehingga tegangan geser
yang timbul bersama-sama dengan tegangan lentur maupun normal tidak dapat
dikatakan tegangan kombinasi.

Tegangan normal adalah gaya yang bekerja searah/sejajar sumbu bahan.

Pada tegangan lentur dipengaruhi dengan besaran momen yang bekerja pada
balok yang ditinjau, besarnya momen inersia balok tersebut serta serat yang
ditinjau. Demikian juga dengan tegangan geser, selain dipengaruhi besarnya, gaya
lintang dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi besarnya, gaya lintang
dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi oleh lebar balok, momen inersia
balok serta statis momen dan serat yang ditinjau garis netralnya atau terhadap titik
berat penampang.

III.1 Tegangan Lentur


Balok seperti tergambar menerima beban yang mengakibatkan balok tersebut
melentur. Dengan demikian balok tersebut akan menerima gaya dalam momen
(M).

RAV

RBV
L
Gambar III.1 Balok yang Mengalami Lentur

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 36

Tegangan lentur berbanding lurus dengan perkalian momen dan jarak serat yang
ditinjau terhadap garis netral atau titik beratnya dan berbanding terbalik dengan
momen inersia balok tersebut.
L =

M.y
Ix

dimana : L = tegangan lentur


y = jarak serat ke garis netral
Ix = momen inersia terhadap sumbu x
y
serat atas
serat 1
y1
h

serat 2
titik berat
penampang

1/2.h
garis
netral x
1/2.h

serat bawah
b

Gambar III.2 Penampang balok segi empat dengan dimensi b x h

Bila tegangan lentur pada serat atas maka y = h, karena garis netral adalah sama
dengan sumbu x. demikian juga tinjauan tegangan lentur untuk serat bawah, besar
y = h. sedangkan jarak y pada serat 1 adalah y1 . Pada serat 2, jarak serat yang
ditinjau ke garis netral adalah nol, karena serat 2 berimpit dengan garis netral.

Momen inersia dipakai, bila penampang balok adalah segi empat maka
I x = 1/12. b.h3. tetapi bila penampang balok adalah rangkaian dari 2 (dua) atau
lebih segi empat dimaksud maka momen inersia yang dipakai adalah I x dimana
I x = I x + c2.A. dalam hal ini I x adalah momen inersia masing-masing penampang
segi empat, A adalah luas masing-masing penampang sedangkan c adalah jarak
titik berat masing-masing segi empat ke titik berat penampang dalah arah y atau
ke sumbu x.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 37

Tanda tegangan lentur sesuai dengan sifat serat. Bila serat tertarik maka tegangan
lentur bernotasi positif (+), sebaliknya bila serat tertekan, tegangan lentur
bernotasi negatif (-).

III.2 Contoh Soal Tegangan Lentur


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan lentur yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?

P=2 t
I
A

15.0

B
C
I

1.0

10.0
2.0

1.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
MB =0

-R AV .3 + P.1 = 0

-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton (

MA =0

R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton (

Kontrol : RV = P

R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton (OK!)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 38

b. Mencari momen pada titik yang dicari


M c = R AV .1 = 2/3.1 = 2/3 ton.m
c. Mencari titik berat penampang

garis netral x
titik berat
penampang

15.0

10.0
Titik berat untuk penampang persegi panjang yang tunggal dapat dicari dengan
menarik garis diagonalnya dimana perpotongan diagonalnya adalah titik berat
penampangnya.

Atau y = .h ; x = .b

Dengan demikian di dapat sumbu x dan y penampang yaitu garis yang saling
tegak lurus dan melewati titik beratnya.

Titik berat (x,y) = (5; 7,5)

Note : apabila penampangnya adalah gabungan dari beberapa segi


empat, maka titik berat dicari dengan metode STATIS MOMEN.
d. Mencari momen inersia sumbu x (I x )
Untuk penampang empat persegi tunggal, maka:
I x = 1/12.b.h3
I x = 1/12.10.153
I x = 2812,5 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 39

Note : apabila penampangnya adalah gabungan dari beberapa segi


empat, maka I x dicari dengan menghitung I x yaitu dihitung
momen inersia terhadap titik berat penampang atau terhadap
sumbu baru yaitu x.
I x = (I x + c2.A)
e. Menghitung tegangan lentur
Berdasarkan titik berat penampang, bisa diketahui garis netralnya, sehingga
tegangan lentur bagian atas dan bawah bisa digambar.
`

s LA
La

garis netral
titik berat
penampang

1/2.h

15.0

1/2.h

(-)

1/2.b

x
(+)

s Lb
LB

1/2.b

10.0
LA = LB

jarak serat atas dan serat bawah ke garis netral adalah sama
yaitu .h (y = .h)

L =

M.y
Ix

dimana : L = tegangan lentur

y = jarak serat ke garis netral


I x = momen inersia terhadap sumbu x
Momen (M) yang dipakai adalah momen dititik C (M C ) karena yang ditinjau
adalah momen di titik C (pada potongan I-I).
L =

M.y
Ix

M C = 2/3 ton.m = 2/3.1000.100 = 66666,667 kg.cm


y = .h = .15 = 7,5 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 40

I x = 2812,5 cm4

LA= LB =

66666,667.7,5
= , kg/cm2
,

Note :
L-0 = tegangan lentur di titik 0, dimana titik 0 melewati garis netral
sehingga seratnya berimpit dengan garis netral dimana y = 0 L-0 = 0
kg/cm2.
L-3 = tegangan lentur di titik 3 m dari garis netral, y = 3 cm
LA-3= LB-3 =

66666,667.3
,

= , kg/cm2

Atau dengan perbandingan segitiga


LA-3= LB-3 =

3
,

. LA =

3
,

. , = , kg/cm2

Perhitungan dapat digunakan untuk serat-serat lain asal diketahui


jaraknya terhadap garis netralnya.

Karena momen pada titik C positif berarti terjadi momen seperti

yang menandakan serat atas tertekan, tegangannya negatif dan serat


bawah tertarik berarti tegangannya positif (+).

f. Gambar tegangan lentur berdasarkan analisis di atas


La = 177,778 kg/cm2

1/2.h

(-)

garis netral
titik berat
penampang

1/2.h

15.0

1/2.b

1/2.b

x
(+)

Lb = 177,778 kg/cm2

diagram tegangan
lentur

10.0
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 41

III.3 Tegangan Normal


Tegangan normal terjadi bila balok menerima gaya dalam normal.

Tegangan normal adalah gaya normal per-satuan luas penampang.

N =
N =

gaya normal
luas penampang
N
A

kg
)
cm2

Bila suatu balok mengalami gaya tekan, maka balok akan terjadi tegangan normal
tekan (negatif) dan bila suatu balok mengalami gaya tarik maka balok akan
mengalami tegangan normal tarik (positif).
P

RAH
=0

C
RAV=1/2.P

RBV=1/2.P

1/2.L

1/2.L
L

BIDANG NORMAL (N)


Tidak mengalami gaya dalam normal
karena RAH = 0
A

C
1/2.L

1/2.L
L

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 42

P.sin a

RAH =
P.cos a

A
P.cos a
RAV=1/2.P

RBV=1/2.P

1/2.L

1/2.L
L

BIDANG NORMAL (N)


Gaya dalam normal karena RAH = P.cos a

P.cos a

P.cos a
B

(+)

1/2.L

1/2.L
L

Gambar III.3 Gaya Normal Balok

Perletakan sendi mengalami gaya horisontal dan vertikal. Sedangkan rol tidak
mengalami gaya horisontal, hanya mengalami gaya vertikal saja.

Persamaan yang dipakai adalah menggunakan metode kesetimbangan yaitu


H = 0 R H = P H atau R H = P.cos
Jadi :
=

III.4 Contoh Soal Tegangan Normal


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan normal yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 43

P=2 t
I
45

A
C
I

15.0

1.0
2.0

1.0

10.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
Menguraikan beban diagonal menjadi beban vertikal dan beban horisontal.

PV=2.sin 45 = 1,414 ton


P=2 t
45
PV=2.cos 45 = 1,414 ton
MB =0

R AV .3 - P V .1 = 0

R AV .3 - 1,414.1 = 0
R AV = 0,471 ton (

MA =0

-R BV .3 + P V .2 = 0
-R BV .3 + 1,414.2 = 0
R BV = 0,943 ton (

Kontrol : RV = P

R AV + R BV = P V

0,471 + 0,943 = 1,414 ton (OK!)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 44

H =0

R AH P.sin = 0
R AH 2.sin 45 = 0
R AH = 1,414 ton (

b. Mencari gaya normal pada titik yang dicari


N c = R AH = -1,414 ton (gaya normal tekan)

I
C

(-)
1,414 ton

D
1,414 ton

1.0
2.0

1.0

c. Menghitung tegangan normal


kg
NC
( 2)
A
cm
1,414.1000
kg
=
= 9,427 ( 2 )
10.15
cm

NC =
NC

d. Gambar tegangan normal

1/2.h

Na = 9,427 kg/cm2

garis netral
titik berat
penampang

1/2.h

15.0

1/2.b

1/2.b

10.0

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

(-)

x
Nb = 9,427 kg/cm2

diagram
tegangan normal

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 45

III.5 Tegangan Kombinasi


Tegangan kombinasi bila pada balok tersebut bekerja gaya dalam momen dan
gaya dalam normal.

Kombinasi yang ada adalah


La = Lb = N
La

(-)
garis netral
(+)
Lb

(+)

A = 0

(+)

(+)
B = Lb + N

Kombinasi-kombinasi tegangan dapat terjadi dengan memperhatikan Tegangan


Normal ( N ) yang terjadi apakah positif atau negatif. Dan bisa pula
memperhatikan pada tegangan lentur serat tertekan (-) atau tertarik (+).

Perjanjian tanda:
a. Momen positif serat atas tertekan mengalami tegangan lentur negatif
( La = negatif)
b. Momen positif serat bawah tertarik mengalami tegangan lentur postif
( Lb = positif)
c. Momen negatif serat atas tertarik mengalami tegangan lentur postif
( La = positif)
d. Momen negatif serat bawah tertekan mengalami tegangan lentur negatif
( Lb = negatif)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 46

La
+

(-)
M

+ +++ + +
+
++

(+)
+

- - - - - - - - -

+
(-)

Lb
La
M

M
(+)

- - - - - - - - ++

+ + +++ +

+
++

(-)
+
(+)

Lb
Na
N

(-)

Nb
Na
N

(+)

Nb
Langkah-langkah menganalisa Tegangan Kombinasi adalah
a. Mencari reaksi perletakkan
b. Mencari momen pada titik yang dicari
c. Mencari gaya normal pada titik yang dicari
d. Mencari titik berat penampang
e. Mencari momen inersia arah x (I x ) penampang
f. Mencari tegangan lentur pada titik yang dicari L =

M.y

g. Mencari tegangan normal pada titik yang dicari N=

Ix

N
A

h. Mencari tegangan kombinasi dari penjumlahan tegangan lentur dan tegangan


normal pada titik yang dicari.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 47

III.6 Contoh Soal Tegangan Kombinasi


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45. Hitung dan gambar tegangan kombinasi yang terjadi
pada balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t
q=2 t/m'

I
A

50

10

25

30
10
penampang
batang

(cm)

I
2.0

10

1.5

2.5

2.sin 45

Penyelesaian :

2 ton
45
2.cos 45

a.

P H = 2.cos 45 = 1,414 ton


P V = 2.sin 45 = 1,414 ton

Mencari reaksi perletakan


MB =0

R AV .4 P V .2,5 q.4.(1/2.4) = 0

R AV .4 1,414.2,5 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton (

MA =0

-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton (

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 48

Kontrol : RV = P + q.L

R AV + R BV = P V + q.L

4,884 + 4,530 = 1,414 + 2.4


9,414 ton = 9,414 ton (OK!)
H =0

R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (

(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b.

Mencari momen pada titik yang dicari (potongan I-I)


M D = R AV .2 q.2.(1/2.2) P V .0,5
= 4,884.2 2.2.(1/2.2) 1,414.0,5
= 5,061 ton.m

c.

Mencari gaya normal pada titik yang dicari (potongan I-I)


N D = 0 ton

d.

Mencari titik berat penampang


a
50.0
10.0
10.0

30.0

10.0
2

15.0
1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 49

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x

20000 = 800.x

x = 25 cm (dari garis a)

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y

y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm


y'

50.0
10.0
10.0

30.0

B
A

10.0
2
garis netral

(25; 15,313)

x'

15.0
1

e.

Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 50

Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Momen Inersia Penampang
I x = I x1 + A1 .2,8132 + I x2 + A2 .4,6872 + I x1 + A3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

f.

Mencari tegangan lentur


L =

M.y
Ix

LA =
LB =

g.

(5,061.1000.100).9,687
= 125,423 kgcm2
39088,541

(5,061.1000.100).15,313
= 198,266 kgcm2
39088,541

Gambar tegangan lentur


y'

50.0
10.0

30.0

10.0

B
A

(-)

2
garis netral

(25; 15,313)

h.

Mencari tegangan normal


N =

ND
Atotal

NA = NB =

x'

15.0
1

LA = 125,423 kgcm2

10.0

(+)

LB = 198,266 kgcm2

0
= 0 kgcm2
800

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 51

i.

Gambar tegangan normal


y'

50.0

10.0

garis netral

(25; 15,313)

LA = 0 kgcm2

10.0

30.0

10.0

x'

15.0
3

j.

LB = 0 kgcm2

Mencari tegangan kombinasi


y'

50.0
10.0

30.0

10.0

10.0
2

9.7
garis netral

(25; 15,313)

(-)

x'

C
15.3

15.0

(+)

NA = 0 kgcm2

LA = 125,423 kgcm2

NB = 0 kgcm2

LB = 198,266 kgcm2

Serat atas :
a = La + Na = -125,423 0 = -125,423 kg/cm2
b = Lb + Nb = 198,266 0 = 198,266 kg/cm2
k.

y'
Gambar tegangan
kombinasi
50.0
10.0

10.0

30.0

B
A

10.0
2

La = 125,423 kgcm2

a = 125,423 kgcm2
(-)

(-)

9.7

garis netral

(25; 15,313)

C
15.3

15.0
3

= 0;

Na = 0 kgcm2

(+)

Lb = 198,266 kgcm2

x'

=
(+)

Nb = 0

kgcm2

b = 198,266 kgcm2

berada di garis netral, karena tegangan kombinasi sama dengan tegangan


lentur. Tegangan normal = 0 kg/cm2.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 52

2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45. Hitung dan gambar tegangan kombinasi yang terjadi
pada balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t
q=2 t/m'

I
A

50

10

25

30
10
penampang
batang

(cm)

I
2.0

10

1.5

2.5

Penyelesaian :

2.sin 45

P H = 2.cos 45 = 1,414 ton

2 ton
45
2.cos 45

a.

P V = 2.sin 45 = 1,414 ton

Mencari reaksi perletakan


MB =0

R AV .4 P V .2,0 q.4.(1/2.4) = 0

R AV .4 1,414.2,0 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,707 ton (

MA =0

-R BV .4 + P V .2,0 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.2,0 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,707 ton (

Kontrol : RV = P + q.L

R AV + R BV = P V + q.L

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 53

4,707 + 4,707 = 1,414 + 2.4


9,414 ton = 9,414 ton (OK!)
H =0

R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (

(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b.

Mencari momen pada titik yang dicari (potongan I-I)


M D = R AV .2 q.2.(1/2.2) P V .0
= 4,707.2 2.2.(1/2.2) 1,414.0
= 5,414 ton.m

c.

Mencari gaya normal pada titik yang dicari (potongan I-I)


N D = -1,414 ton

d.

Mencari titik berat penampang


a
50.0
10.0
10.0

30.0

10.0
2

15.0
1

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x

20000 = 800.x

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 54

x = 25 cm (dari garis a)

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y

y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm


y'

50.0
10.0
10.0

30.0

B
A

10.0
2
garis netral

(25; 15,313)

x'

15.0
1

e.

Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4
Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Momen Inersia Penampang

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 55

I x = I x1 + A1 .2,8132 + I x2 + A2 .4,6872 + I x1 + A3 .2,8132


= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

f.

Mencari tegangan lentur


L =

M.y
Ix

LA =
LB =

g.

(5,414.1000.100).9,687
= 134,245 kgcm2
39088,541

(5,414.1000.100).15,313
= 212,094 kgcm2
39088,541

Gambar tegangan lentur


y'

50.0
10.0

30.0

10.0

B
A

(-)

2
garis netral

(25; 15,313)

x'

15.0
1

LA = 134,245 kgcm2

10.0

(+)

LB = 212,094 kgcm2

h.

Mencari tegangan normal


N =

ND
Atotal

NA = NB =

-1,414.1000
= 1,768 kgcm2
800

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 56

i.

Gambar tegangan normal


y'

50.0
10.0

30.0

10.0

j.

(-)

garis netral

(25; 15,313)
A
Mencari tegangan
kombinasi
15.0

LA = 1,768 kgcm2

10.0

x'

C
(-)

y'

LB = 1,768 kgcm2

50.0
10.0

30.0

10.0
10.0

9.7
garis netral

(25; 15,313)

LA = 134,245 kgcm2
(-)

15.3

(+)

(-)

x'

15.0

NA = 1,768 kgcm2

LB = 212,094 kgcm2

Serat atas :

(-)

NB = 1,768 kgcm2

a = La + Na = -134,245 1,768 = -136,013 kg/cm2


b = Lb + Nb = 212,094 1,768 = 210,326 kg/cm2
k.

Gambar tegangan
kombinasi
y'
50.0
10.0

10.0

30.0

B
A

10.0
2

La = 134,245 kgcm2

Na = 1,768 kgcm2

(-)

9.7

(-)

a = 136,013 kgcm2
(-)

garis netral

(25; 15,313)

C
15.3

15.0
3

Lb = 212,094 kgcm2

(+)

x'

(-)

Nb = 1,768 kgcm2

=
b =

tegangan =
0 berada di
bawah garis
(+)
netral
210,326 kgcm2

= 0; berada di bawah garis netral. Turunnya = 0 dapat dihitung dengan


perbandingan segitiga.
a
y
=
h y b

y
136,013
=
25 y 210,326

210,326.y = 136,013.(25 y)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 57

210,326.y = 3400,325 136,013.y


346,339.y = 3400,325
y = 9,818 cm (dari serat atas)

Jadi tegangan kombinasi = 0

y = 9,818 cm dari serat atas atau


y = 9,818 9,687 = 0,131 cm di bawah
garis netral.

III.7 Tegangan Geser


Tegangan geser terjadi jika suatu konstruksi mengalami gaya lintang atau gaya
geser.

Tegangan geser adalah tegangan yang berbanding dengan gaya lintang yang
ditinjau dikalikan dengan statis momen yang ditinjau dan berbanding terbalik
dengan lebar serat penampang yang ditinjau dengan momen inersia sumbu x
penampang yang ditinjau.

D. S
b. Ix

Dimana :

= tegangan geser (kg/cm2)


D = gaya lintang yang ditinjau (kg)
S = statis momen bidang yang ditinjau yaitu bidang atas atau bawah
dari serat yang dimaksud (cm3)
b = lebar serat yang ditinjau (cm)
I x = momen inersia penampang arah x (cm4)

Perjanjian tanda :
Jika gaya lintang berupa :

a.

(+)

tegangan geser postif ( + )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 58

b.

tegangan geser negatif ( - )

(-)

Langkah-langkah menganalisa Tegangan geser adalah


a. Mencari reaksi perletakkan.
b. Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari.
c. Mencari titik berat penampang.
d. Mencari momen inersia arah x (I x ) penampang.
e. Menentukan lebar serat yang ditinjau.
f. Mencari statis momen bidang atas atau bawah dari serat yang ditinjau
terhadap garis netral.
Pemilihan statis momen bidang atas atau bawah dari serat yang ditinjau
dipilih bentuk sederhana yaitu bentuk segi empat.
g. Mencari tegangan geser pada potongan yang dicari =

D.S

b.Ix

h. Dari tegangan geser pada point (g), diagram tegangan geser digambar.

III.8 Contoh Soal Tegangan Geser


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan geser yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?

P=2 t
I
A

15.0

B
C
I

1.0

10.0
2.0

1.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
MB =0
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 59

-R AV .3 + P.1 = 0
-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton (

MA =0

R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton (

Kontrol : RV = P

R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton (OK!)

b. Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari


D c = R AV = 2/3 ton (gaya lintang positif)
c. Mencari titik berat penampang

garis netral x
titik berat
penampang

15.0

10.0
Titik berat penampang persegi y = .h ; x = .b
Titik berat (x,y) = (5; 7,5)
d. Mencari momen inersia sumbu x (I x )
Untuk penampang empat persegi tunggal, maka:
I x = 1/12.b.h3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 60

I x = 1/12.10.153
I x = 2812,5 cm4

e. Menghitung tegangan geser


D.S

b.Ix

y
1/2.h

7.5
7.5

serat a

1/2.h

15.0

1/2.b

garis netral

serat b
serat c

1/2.b

10.0
Note:
Serat adalah acuan dalam menganalisa tegangan geser.
Penampang yang ditinjau adalah di atas atau dibawah serat.
Untuk memudahkan analisa, dibagi atas serat-serat yaitu serat bagian
atas, berhimpit dengan garis netral dan serat bagian bawah.

Ditinjau pada serat a


Di atas serat a
Di atas serat a tidak ada penampang sehingga :
S (statis momen) = A.y = 0.0 = 0 cm3
Di bawah serat a
Di bawah serat a terdapat penampang uk. 10 x 15 cm dimana titik beratnya
berimpit dengan garis netral, sehingga :
S (statis momen) = 10 x 15 x 0 = 0 cm3
Jadi pada serat a =
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D.S

b.Ix

2
3

( .1000).0
10.2812,5

=0

kg
cm2 = 0
D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 61

Ditinjau pada serat c


Di bawah serat c
Di bawah serat c tidak ada penampang sehingga :
S (statis momen) = A.y = 0.0 = 0 cm3

Di atas serat c
Di atas serat c terdapat penampang uk. 10 x 15 cm dimana titik beratnya
berimpit dengan garis netral, sehingga :
S (statis momen) = 10 x 15 x 0 = 0 cm3

Jadi pada serat c =

D.S

b.Ix

2
3

( .1000).0
10.2812,5

=0

kg
cm2

Ditinjau pada serat b


Di atas serat b = di bawah serat b
Di atas serat b terdapat penampang uk. 10 x 7,5 cm dimana titik beratnya
adalah
x = .10 = 5 cm
y = .7,5 = 3,75 cm
Sehingga :
S (statis momen) = 10 x 7,5 x 3,75 = 281,25 cm3

Jadi pada serat b =

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D.S

b.Ix

2
3

( .1000).281,25
10.2812,5

= 6,667

kg
cm2

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 62

f. Diagram tegangan geser

1/2.b

1/2.b

serat a
serat b

garis netral

7.5

1/2.h

7.5

a = 0 kg/cm2

1/2.h

15.0

b = mak =6,667 kg/cm2

serat c
c = 0 kg/cm

10.0
Kesimpulan :
Untuk mencari statis momen, bisa melihat penampang di atas serat maupun
dibawah serat yang ditinjau.
Secara analitis, pada penampang segiempat, tegangan geser () pada serat
ditengah-tengah penampang adalah
tengah =
tengah =
tengah =

D. S
b. Ix

D. b. 12.h. 12.12.h
1
b. 12
. b. h3

D. 18. b. h3

1
b. 12
. b. h3

.
. .

Tegangan geser () pada serat ditengah-tengah pada segiempat adalah


tegangan geser () maksimum.
= =

.
. .

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 63

2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45. Hitung dan gambar tegangan geser yang terjadi pada
balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t
q=2 t/m'

I
A

50

10

25

30
10
penampang
batang

(cm)

I
2.0

10

1.5

2.5

2.sin 45

Penyelesaian :

2 ton
45
2.cos 45

a.

P H = 2.cos 45 = 1,414 ton


P V = 2.sin 45 = 1,414 ton

Mencari reaksi perletakan


MB =0

R AV .4 P V .2,5 q.4.(1/2.4) = 0

R AV .4 1,414.2,5 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton (

MA =0

-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton (

Kontrol : RV = P + q.L
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 64

R AV + R BV = P V + q.L
4,884 + 4,530 = 1,414 + 2.4
9,414 ton = 9,414 ton (OK!)
H =0

R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (

(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b.

Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari (potongan I-I)


D D = R AV q.LAC P V q.LCD
= 4,884 2.1,5 1,414 2.0,5
= -0,53 ton (gaya lintang negatif)

c.

Mencari titik berat penampang


a
50.0
10.0
10.0

30.0

10.0
2
C

A
15.0
1

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x

20000 = 800.x

x = 25 cm (dari garis a)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 65

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = S L
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y

y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm

y'

50.0
10.0
10.0

30.0

B
A

10.0
2
garis netral

(25; 15,313)

15.0
1

d.

Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4
Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4
Momen Inersia Penampang
I x = I x1 + A1 .2,8132 + I x2 + A2 .4,6872 + I x1 + A3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

e.

Mencari tegangan geser

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

x'

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 66

D.S
b. Ix

y'

50.0
10.0
10.0

30.0

B
A

10.0
2

serat a
9.7

(25; 15,313)

garis netral serat b


serat c

C
15.3

15.0
1

serat d

Serat a
Tinjauan di atas serat a
S a = A.y = 0 . 0 . 0 = 0 cm3
a =

(-0,53.1000).0
= 0 kgcm2
50.39088,541

Serat b pada garis netral


Tinjauan di atas serat b

S b = A.y = 50.9,687.4,8435 = 2345,949 cm3


b =

(-0,53.1000).2345,949
= 0,636 kgcm2
50.39088,541

Serat c

Karena di serat c terdapat peralihan penampang, maka terdapat dua


tegangan geser
Tinjauan di atas serat c
S c-1 = A.y = 50.10.4,687 = 2343,5 cm3
c-1 =

(-0,53.1000).2342,5
= 0,635 kgcm2
50.39088,541

Tinjauan di bawah serat c

S c-2 = A.y = 10.15.7,813 = 1171,95 cm3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

x'

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 67

c-1 =

(-0,53.1000).1171,95
= 1,589 kgcm2
10.39088,541

Serat d

Tinjauan di bawah serat d


S d = A.y = 0.0.0 = 0 cm3
d =

(-0,53.1000).0
= 0 kgcm2
10.39088,541

f. Diagram tegangan geser

50.0
10.0

30.0

B
A

10.0
2

serat a

a =0kg/cm2

9.7

(25; 15,313)

garis netral serat b


serat c

b = -0,636kg/cm2
c-1 = -

c-2 = -1,589kg/cm2

15.3
3

serat d

d =0kg/cm2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 68

BAB IV

PENAMPANG NON-HOMOGEN
(KOMPOSIT)
M. SHOFIUL AMIN, ST.,MT

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 69

IV. PENAMPANG NON HOMOGEN (KOMPOSIT)


TUJUAN :

Mahasiswa dapat mengerti sifat-sifat penampang non homogen,


serta dapat menghitung pembagian pembebanan pada penampang
non homogen dan dapat menghitung tegangan yang terjadi serta
menggambarkan diagram tegangannya.

Dalam elemen-elemen teknik sipil dimungkinkan memakai gabungan beberapa


bahan, misalkan gabungan baja dengan beton, kayu dengan baja. Pemakaian 2
bahan yang berbeda atau lebih, haruslah diperhatikan karakteristik bahan tersebut.
Gabungan dari 2 bahan yang berbeda atau lebih disebut Struktur Komposit.

Pada prinsipnya, struktur pada bangunan teknik sipil dianggap homogen, sehingga
hal penting yang perlu diperhatikan bila memakai 2 bahan yang digabungkan
adalah Modulus Elastisitas (E) masing-masing bahan.

Biasanya bahan gabungan tersebut dianggap bahan yang homogeny dengan faktor
pengali berupa perbandingan modulus elastisitas (angka ekuivalen). Misalkan
elemen kayu digabungkan dengan baja.
Modulus elastisitas (E) kayu adalah 105 kg/cm2, sedangkan modulus elastisitas (E)
baja adalah 2.106 kg/cm2. Maka faktor pengali (angka ekuivalen) (n) adalah
a. Bila baja digabungkan dengan kayu (baja menjadi bahan kayu)
n=

Ebaja
Ekayu

n=

Ekayu
Ebaja

b. Bila kayu digabungkan dengan baja (kayu menjadi bahan baja)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 70

Untuk mudahnya biasanya angka ekuivalen (n) diambil dari perbandingan


modulus elastisitas (E) yang besar berbanding modulus elastisitas (E) yang kecil.
Contoh:
E baja = 2.106 kg/cm2
E kayu = 1.105 kg/cm2
Jika baja digabungkan/di ekuivalenkan menjadi kayu maka:
Ebaja

Angka ekuivalen (n) = E

baja

nx10 = 20x10 =200 cm

kayu

baja di
ekuivalen
ke kayu

kayu

20 cm

20 cm

10 cm

kayu

2.106

= 1.105 = 20

15 cm

kayu

15 cm

Jika kayu digabungkan/di ekuivalenkan menjadi baja maka:

20 cm

10 cm

Ebaja

1.105

= 2.106 = 0,05

baja
kayu

kayu di
ekuivalen
ke baja

15 cm

10 cm
5

Ekayu

baja

20 cm

Angka ekuivalen (n) =

kayu

nx15 = 0,05x15 = 0,75 cm

Note : Perubahan yang terjadi akibat ekuivalen bahan adalah hanya


lebarnya saja. Tinggi tetap.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 71

IV.1 Momen Inersia Penampang Komposit


Perhitungan momen inersia harus memperhatikan modulus elastisitas masingmasing bahan pembentuknya.

Rumus momen inersia sama yaitu mengambil bentuk dasar segi empat.
Momen inersia arah x I x = 1/ 12 .b.h3
Momen inersia arah y I y = 1/ 12 .b3.h
Penampang komposit

y
plat baja
kayu

plat baja

Modulus elastisitas baja = E S Momen Inersia baja = I S


Modulus elastisitas kayu = E W Momen Inersia kayu = I W
Momen Inersia penampang komposit = Momen Inersia Idiil = I I
Momen inersia penampang komposit :
a. Bila baja di ekuivalen ke kayu maka :
I I = I W + n.I S
II = IW +

Ebaja
.I
Ekayu S

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 72

b. Bila kayu di ekuivalen ke baja maka :


I I = n.I W + I S
II =

Ekayu
. I + IS
Ebaja W

IV.2 Contoh Soal Penampang Non Homogen (Komposit)


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45.
Modulus elastisitas :

Baja

E S = 2,0.106 kg/cm2

Kayu

E W = 1.105 kg/cm2

Hitung dan gambar tegangan lentur yang terjadi pada balok di titik D sepanjang
2 m dari titik A ?
P=2 t
q=2 t/m'

I
A

10 cm
baja

4 cm

kayu

30 cm

D
I

2.0
1.5

2.5

20 cm
penampang
batang

2.sin 45

Penyelesaian :

2 ton
45
2.cos 45

a.

P H = 2.cos 45 = 1,414 ton


P V = 2.sin 45 = 1,414 ton

Mencari reaksi perletakan


MB =0

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 73

R AV .4 P V .2,0 q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 1,414.2,0 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,707 ton (

MA =0

-R BV .4 + P V .2,0 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.2,0 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,707 ton (

Kontrol : RV = P + q.L

R AV + R BV = P V + q.L

4,707 + 4,707 = 1,414 + 2.4


9,414 ton = 9,414 ton (OK!)
H =0

R AH P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton (

(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b.

Mencari momen pada potongan yang dicari (potongan I-I)


M D = R AV .2 q.2.(1/2.2) P V .0
= 4,707.2 2.2.(1/2.2) 1,414.0
= 5,414 ton.m

c.

Mencari angka ekuivalen pada potongan yang dicari (potongan I-I)


Baja di ekuivalenkan ke kayu :
Ebaja 2,0. 106
n=
=
= 20
Ekayu
1. 105

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 74

10 cm
baja

kayu

n.10 = 20.10 = 200 cm


baja

4 cm

baja
diekuivalen
ke kayu

30 cm

kayu

20 cm

d.

30 cm

20 cm

Mencari titik berat penampang

200 cm
1

4 cm

30 cm

2
b
20 cm

Terhadap garis a
S1 + S2 = S L
(200.4.100) + (20.30.100) = {(200.4)+ (20.30)}.x
140000 = 1400.x

x = 100 cm (dari garis a)

Terhadap garis b
S1 + S2 = S L
(200.4.32) + (20.30.15) = {(200.4)+ (20.30)}.x
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 75

34600 = 1400.x
y = 24,714 cm (dari garis b)
Titik berat (x; y) = (100; 24,714) cm

200 cm
1

4 cm

9,286 cm

x
30 cm

24,714 cm
2
20 cm

e.

Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.200.43 = 1066,667 cm4
Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.20.303 = 45000,0 cm4
Momen Inersia Penampang
I x = (I x1 + A1 .7,2862) + (I x2 + A2 .9,7142)
= 1066,667 + 200.4.7,2862 + 45000,0 + 20.30.9,7142
= 89229,666 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 76

f.

Mencari tegangan lentur


200 cm

4 cm

9,286 cm

serat a
serat b1
serat b2
serat c

30 cm

24,714 cm
2

serat d

20 cm

L =

M.y
Ix

Tegangan lentur serat a (serat baja)


L =

M.y.n
Ix

L-a =

(5,414.1000.100).9,286.20
= 1126,854 kgcm2
89229,666

Tegangan lentur serat b1 (serat baja)


L =

M.y.n
Ix

L-b1 =

(5,414.1000.100).(9,286-4).20
= 641,455 kgcm2
89229,666

Tegangan lentur serat b2 (serat kayu)


L =

M.y
Ix

L-b1 =

(5,414.1000.100).(9,286-4)
= 32,073 kgcm2
89229,666

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

D-III

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 77

Tegangan lentur serat c (serat kayu) berhimpit dengan garis netral


L =

M.y
Ix

L-c =

(5,414.1000.100).0
= 0 kgcm2
89229,666

Tegangan lentur serat d (serat kayu)


L =

M.y
Ix

L-d =

g.

(5,414.1000.100).24,714
= 149,952 kgcm2
89229,666

Gambar tegangan lentur


y
200 cm
1

4 cm

9,286 cm

serat a
serat b1
serat b2
serat c
L-c = 0 kg/cm^2

L-a = 1126,854 kg/cm^2


(-)
32,073 kg/cm^2 =

30 cm
(+)
2
20 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

serat d

L-d = 149,952 kg/cm^2

D-III

L-b2

= L-b1

Anda mungkin juga menyukai