Anda di halaman 1dari 11

POTENSI BATUBARA DAERAH LONG BAGUN

KABUPATEN KUTAI BARAT, KAL-TIM

Binner Joni A.Situmorang


Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Abstract
Research area is located 25 km at eastern Long Bagun district, geographically
lies 309000 mE 327000 mE and 49000 mN 64000 mN and administrative
area at Sungai Medang, Long Bagun district, Kutai Barat regency, East Borneo
province.
The study area is part of Kutai Basin and stratigraphy laps over by clastic
sedimentary rock and organic sedimentary rock. Batubelah Formation is clastic
limestone formation, Ujoh Bilang Formation consists of claystone and sandstone,
Batu Ayou Formation consistsof claystone dan coal, Batu Kelau Formation
consists of sandstone and claystone and Haloq Formation consists of claystone,
sandstone, lignite and coal
The spreading pattern of coal in northern location based on field observation is
NW SE and in southeast location is SW NE. The spreading pattern of coal in
research area dominant controlled by structural geology such as faulting and
folding and that is cause the formation pattern in location like circle such as Ujoh
Bilang Formation, Batu Kelau Formation, Batu Ayou Formation and Haloq
Formation. Based on observation in Batu Ayou Formation and Haloq Formation
found out the coal in northern is more thinner than southern.
Abstrak
Lokasi penelitian terletak 25 km di sebelah timur kecamatan Long Bagun, secara
geografis terletak UTM 309000 mE 327000 mE dan 49000 mN 64000 mN
dan secara administratif terletak di deaerah Sungai Medang, Kecamatan Long
Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Stratigrafi daerah telitian termasuk kedalam Cekungan Kutai yang tersusun oleh
lithologi batuan sedimen klastik dan sedimen organik. Formasi Batubelah yang
merupakan batu gamping klastik yang kaya akan fosil, Formasi Ujoh Bilang yang
terdiri dari batulempung dan batupasir, Formasi Batu Ayou yang terdiri dari
batulempung dan batubara, Formasi Batu Kelau yang terdiri dari batupasir dan
batulempung, dan Formasi Haloq yang terdiri dari batulempung, batupasir, lignit
dan batubara.
Hasil pengukuran pada daerah telitian penyebaran batubara berarah baratlaut
tenggara pada bagian utara dan berarah baratdaya timurlaut pada bagian
tenggara daerah telitian. Penyebaran batubara dominan dikontrol oleh struktur
berupa patahan dan lipatan yang menyebabkan formasi-formasi pada daerah
telitian berbentuk seperti lingkaran seperti Formasi Ujoh Bilang, Formasi Batu
Kelau, Formasi Batu Ayou dan Formasi Haloq. Dari hasil pengamatan batubara
di daerah telitian pada Formasi Batu Ayou dan Formasi Haloq diketahui batubara
pada bagian utara cenderung lebih tipis daripada bagian selatan.

PENDAHULUAN
Secara administratif daerah telitian terletak di Daerah Sungai Medang,
Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Terletak pada koordinat (UTM) 309000 mE 327000 mE dan 49000 mN
64000 mN, atau pada Lembar Peta Topografi Long Pahangai.
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui potensi batubara serta
inventarisasinya dan mempelajari keadaan geologi di dalam Cekungan Kutai
pada daerah telitian, sehingga nantinya diharapkan dapat menunjang kebijakan
pemerintah maupun swasta dalam pengembangan sektor batubara.
Secara umum lapisan batubara lebih sederhana bila dibandingkan dengan
endapan mineral yang lain (Spero Carras, 1984; dalam B. Kuncoro 2000). Tetapi
kenyataan di lapangan, selain ditemukan sebagai lapisan yang melampar luas
dengan ketebalan menerus dan dalam urutan yang teratur, juga dijumpai lapisan
batubara yang tersebar tidak teratur, tidak menerus, menebal, menipis, terpisah
dan melengkung dengan geometri yang bervariasi.
Data karakteristik fisik lapisan batubara didapat dari data profil yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan. Adapun parameternya adalah
sebagai berikut:
1.

Warna

Warna batubara bervariasi dari coklat hingga hitam legam. Warna batubara yang
hitam, mengkilap yang kaya akan maseral vitrinite dan berbentuk lapisan-lapisan
tipis sebagian mengkilap dan kusam, kaya akan maseral vitrinite dan liptinite.
Warna hitam : bituminous antrasit (high rank). Warna coklat : lignite (low rank).
2.

Gores

Warna gores bervariasi dari hitam legam hingga coklat. Lignite mempunyai gores
coklat, bituminous goresnya hitam sampai hitam kecoklatan.
3. Kilap
Kilap tergantung dari tipe dan derajat batubara. Kilap kusam umumnya
berderajat rendah (low rank), batubara berderajat tinggi (high rank) umumnya
mengkilap.
4. Kekerasan
Kekerasan berhubungan dengan struktur batubara, yaitu komposisi dan jenisnya.
Batubara berkualitas rendah umumnya keras, sedangkan batubara cerah dan
berkualitas baik umumnya mudah pecah.
5. Pecahan
Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat
memecahnya. Antrasit atau high bituminous pecahannya konkoidal, sedangkan
bituminous dan lignite pecahannya tidak teratur. Batubara dengan kandungan
zat terbang (volatile matter) rendah pecahannya meniang, sedangkan batubara
kandungan zat terbang tinggi pecahannya persegi atau kubus.

Gambar 1. Lokasi daerah telitian

Tipe Pengendapan batubara dapat dibagi dua yaitu:


1. Autochtonous
Berkembang dari tumbuhan yang ketika tumbang akan membentuk gambut di
tempat dimana tumbuhan itu pernah hidup tanpa adanya proses transportasi
yang berarti.
2. Allochtonous
Terendapkan secara detrital dimana sisa-sisa tumbuhan hancur dan
tertransportasi kemudian terendapkan di tempat lain. Lebih banyak mengandung
mineral matter (abu).

Tipe Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral,


ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan
yang berarti diperlukan suatu susunan pengendapan dimana terjadi
produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara perlahan-lahan namun terus
menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air yang
cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi
demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan paralik (pantai) dan limnik
(rawa-rawa).

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan dengan cara pemetaan
geologi langsung di lapangan yang menggunakan metode kompas dan meteran.
Metode kompas dan meteran merupakan suatu metode untuk memperoleh data
secara terukur, terinci, dan teliti, dengan cara berjalan disepanjang meteran
dengan arah dan jarak yang dapat ditentukan.
GEOLOGI DAERAH TELITIAN
Mengacu kepada konsep tektonik lempeng (Katili, 1978, dan Situmorang, 1982)
Cekungan Kutai di Kalimantan merupakan cekungan busur belakang atau back
arch di bagian barat yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dan
lempeng samudera. Peregangan di Selat Makassar sangat mempengaruhi pola
pengendapan
Secara geologi regional daerah ini merupakan bagian dari Cekungan Kutai.
Pengendapan pada cekungan ini berlangsung sejak Eosen hingga Pliosen dan
dipisahkan oleh tiga fase tektonik. Seri batuan sedimen pengisi cekungan pada
daerah telitian terdiri atas Formasi Batubelah, Formasi Ujoh Bilang, Formasi
Batu Ayou, Formasi Batu Kelau dan Formasi Haloq. Lapisan batubara terbentuk
pada suatu struktur rotational atau membentuk pola melingkar dengan
0
0
kemiringan berkisar antara 12 - 35 yang kemudian terlipat yang sumbunya
relatif berarah baratdaya - timurlaut yang kemudian terpotong oleh sesar-sesar
mendatar yang relative berarah utara selatan dan baratdaya timurlaut.
Bidang bidang sesar dapat teramati jelas sepanjang sungai Medang yang
terletak pada bagian timur wilayah telitian dan berarah relatif utara selatan.
Formasi Batubelah pada daerah telitian berumur Oligosen Akhir sampai Miosen
Awal dan dapat dijumpai pada bagian tengah wilayah telitian yang menempati
sekitar 18% dari total luas wilayah telitian. Formasi teridiri dari batugamping
klastik yang telah mengalami perlipatan yang menunjam kearah tenggara.
Formasi ini diendapakan secara tidak selaras diatas Formasi Ujoh Bilang
Formasi Ujoh Bilang pada daerah telitian berumur Oligosen akhir dan dapat
dijumpai pada bagian tengah wilayah telitian yang menempati sekitar 22% dari
total luas wilayah telitian. Formasi ini terdiri dari batupasir karbonatan,
batulempung dan terdapat serpih setempat setempat. Formasi ini diendapkan
secara selaras diatas Formasi Batu Ayou.
Formasi Batu Ayou pada daerah telitian berumur Oligosen Awal Oligosen
Akhir. Formasi ini pada daerah telitian membentuk pola melingkar yang
kemudian mengalami perlipatan pada bagian selatan dan mengalami
pensesaran berupa sesar-sesar mendatar, menempati sekitar 9% dari total luas
wilayah telitian. Formasi ini terdiri dari batulempung dan terdapat sisipan
batubara. Formasi ini diendapakan secara selaras diatas Formasi Batu Kelau.
Formasi Batu Kelau pada daerah telitian berumur Oligosen Awal. Formasi ini
pada daerah telitian juga membentuk pola melingkar dan kemudian mengalami
perlipatan dan pensesaran seperti halnya Formasi Batu Ayou. Formasi
menempati sekitar 13% dari total luas wilayah telitian. Formasi ini terdiri dari
batulempung dan batupasir halus kasar dengan struktur perlapisan dan tidak
ditemukan adanya singkapan batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras
diatas Formasi Haloq.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

Formasi Haloq pada daerah telitian berumur Oligosen Awal. Formasi ini dapat
dijumpai pada bagian timur hingga baratlaut dan menempati sekitar 38% dari
total luas wilayah telitian. Formasi ini terdiri dari batulempung, batupasir halus
kasar dengan struktur massif, perlapisan dan silang siur, lignit dan batubara.
Formasi ini diindikasikan sebagai formasi yang berpotensi sebagai formasi
pembawa batubara yang ekonomis pada daerah telitian (coal bearing formation).
MORFOLOGI DAERAH TELITIAN
Secara umum daerah telitian dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan Perbukitan Agak Terjal Terjal, satuan ini menempati 18% dari total
wilayah luas telitian. Satuan ini mempunyai ketinggian dari 75 - 325 mdpl.
Satuan ini terdiri dari batulempung, batupasir, lignit dan batubara.
2. Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah Sedang, satuan ini menempati
57% dari total wilayah luas telitian. Satuan ini mempunyai ketinggian dari 35
- 80 mdpl. Satuan ini terdiri dari batulempung dan batupasir.
3. Satuan Bukit Terisolir, satuan ini menempati 3% dari total wilayah luas
telitian. Satuan mempunyai ketinggian dari 100 - 310 mdpl. Satuan ini terdiri
dari batugamping berfosil.
4. Satuan Tubuh Sungai, satuan ini menempati 22% dari total wilayah luas
telitian. Satuan mempunyai ketinggian dari 5- 40 mdpl. Satuan ini terdiri dari
batulempung dan batupasir.
KEADAAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH TELITIAN
Sebanyak delapan singkapan batubara telah ditemukan di daerah telitian dan
umumnya ditemukan pada bagian utara dan selatan daerah teltian. Batubara
yang ditemukan umumnya berwarna hitam, kilap cerah, gores coklat hitam,
brittle, masif. Pada bagian utara daerah telitian batubaranya cenderung tipis + 10
cm 80 cm dan berselang seling dengan lempung sebagai parting. Singakapan
tersebut ditemukan di Formasi Batu Ayou dan Haloq. Sedangakan batubara
pada bagian selatan umunya massif dengan ketebalan 0.5 1.3 m.
Berdasarkan kualitas batubara (data sekunder) yang didapat dari perusahaan
tambang sekitar yang beroperasi pada bagian selatan daerah telitian, diketahui
kalori batubara tersebut berkisar antara 7.037 7.880 Kcal, dengan perkiraan
cadangan terukur pada daerah tersebut sebesar 4,985,917 ton, cadangan
terindikasi 7,295,670 ton dan cadangan tereka sebesar 2,657,482 ton
INTERPRETASI
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pengamatan terhadap struktur
sedimen, pola struktur geologi yang berkembang dapat diinterpretasikan bahwa
keadaan geologi telah mempengaruhi pembentukan batubara di daerah telitian.
Perkembangan struktur-struktur geologi saat itu telah mempengaruhi bentuk
cekungan sebagai wadah tempat terjadinya proses pembatubaraan, ini bisa
diperhatikan dari pola batubara yang mengikuti pola melingkar pada daerah
telitian namun tidak menerus. Suplai sedimen klastik yang lebih intensif di bagian
utara menyebabkan batubara pada bagian tersebut cenderung tipis tipis dan
berselang seling dengan batulempung. Hadirnya Formasi Batubelah yakni

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

berupa batugamping menindikasikan bahwa pembentukan batubara daerah


telitian tidak jauh dari lingkungan laut. Tingginya kalori serta stripping ratio yang
kecil dan jarak hauling yang dekat dengan Sungai Mahakam pada selatan
daerah telitian menyebabkan banyak perusahaan tambang yang beroperasi
namun sesar sesar yang masih aktif saat ini juga menyulitkan proses
penambangan.

Tabel 1. Lokasi pengamatan singkapan batubara pada daerah telitian.

Foto 1. Karakteristik batubara pada daerah telitian. Batubara pada bagian utara
cenderung tipis dan terdapat sisipan lempung sebagai partingnya (atas).
Batubara bagian selatan cenderung tebal dan massif (bawah).

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian diatas adalah:
1. Daerah telitian termasuk kedalam Cekungan Kutai yang terdiri dari Formasi
Batubelah, Formasi Ujoh Bilang, Formasi Batu Ayou, Formasi Batu Kelau
dan Formasi Haloq.
2. Pola Penyebaran batubara daerah telitian mengikuti pola melingkar dan
0
0
tidak menerus dengan kemiringan 12 - 35 dan struktur yang berkembang
pada daerah telitian adalah lipatan antiklin dan sinklin yang relatif berarah
baratdaya timurlaut serta sesar sesar mendatar yang relative berarah
utara selatan dan baratdaya timurlaut.
3. Formasi pembawa batubara pada daerah telitian adalah Formasi Batu Ayou
dan Formasi Haloq dengan ditemukanya delapan singkapan pada formasi
formasi tersebut.
4. Variasi ketebalan pada daerah telitian berkisar antara 0.1 sampai 1.3 meter
dengan kalori 7.037 7.880 Kcal. Batubara pada daerah utara mengalami
penipisan yang diinterpretasikan sebagai akibat dari pengaruh struktur yang
berkembang saat itu dan mempengaruhi bentuk cekungan batubara, suplai
sedimen klastik yang cukup intensif mengakibatkan batubara pada daerah
utara mempunyai karakteristik berselang seling dengan lempung.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Ibrahim, 2005 Inventarisasi Batubara Bersistem Daerah Long Less dan
Sekitarnya Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Resource Report, 2009 - Mamahak Coal Project Long Bagun District, Kutai Barat
Regency, East Kalimantan - Indonesia
Kuncoro B. Materi Perkuliahan Geologi Batubara. Departemen Teknik Geologi,
UPN V Yogyakarta. Yogyakarta.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai