Anda di halaman 1dari 13

30

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari
penelitian tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan tanggal 30 Juli 2007 di Panti
Werdha Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan mengenai pengaruh senam
keagle terhadap penurunan inkontinensia urine pada Lansia. Penyajian data dibagi
menjadi dua bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan, hasil penelitian terdiri
dari gambaran umum lokasi penelitian, data umum dan data khusus. Data umum
responden meliputi jenis kelamin, usia, agama dan pendidikan, data khusus
meliputi distribusi responden tentang inkontinensia urine pada Lansia sebelum
diberikan senam keagle, inkontinensia urine pada Lansia sesudah diberikan senam
keagle dan tabulasi silang pengaruh inkontinensia urine pada Lansia sebelum dan
sesudah diberikan senam keagle.

4.1
4.1.1

Hasil Penelitian
Gambaran lokasi penelitian
Pandi Werdha Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan terletak di tangah

kota Babat dengan batas wilayah, disebelah selatan dengan desa Nguwok, sebelah
utara dengan desa Widang Tuban, sebelah timur dengan desa Bedahan, sebelah
barat dengan desa Baureno. Jumlah Lansia yang tinggal di Panti Werdha Babat
pada tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007 sebanyak 46 orang dengan
jumlah Lansia laki-laki sebanyak 19 orang dan Lansia perempuan sebanyak 27

30

31

orang, dengan usia 60-70 tahun sebanyak 33 orang dan usia 71-90 tahun sebanyak
13 orang.
Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok,
lantai keramik, atap genting, ventilasi dan pencahayaan cukup yang terdiri dari
wisma sebanyak 9 ruang, kantor 2 ruang, 1 ruang pertemuan, musholla, dapur, dan
4 kamar mandi.
Jumlah pegawai yang ada di Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan sebanyak 18 orang yang terdiri dari, pegawai tetap sebanyak 5 orang,
pekerja sosial 1 orang, pegawai tidak tetap sebanyak 7 orang, full timer 4 orang
dan satpol 1 orang.
4.1.2

Data umum

1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

85%

15%
Perempuan

Laki-laki

Jenis Kelamin
Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007

Gambar 4.1 Diagram batang karakteristik berdasarkan jenis kelamin


responden di Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.
Dari gambar diatas menunjukkan sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 11 responden (85%).

31

32

2. Distribusi responden berdasarkan usia


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

85%

15%

0%
45-59 thn

60-70 thn

71-90 thn

0%
> 90 thn

Usia
Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

Gambar 4.2 Diagram batang karakteristik berdasarkan usia responden di Panti


Werdha Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan tanggal 11 Juni
2007 sampai dengan 30 Juli 2007.
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan sebagian besar
responden berusia 60-70 tahun sebanyak 11 responden (85%).
3. Karakteristik responden berdasarkan agama
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

100%

0%
Islam

Non Islam

Agama
Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

Gambar 4.3 Diagram batang karakteristik berdasarkan agama responden di


Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan tanggal 11
Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan seluruh responden
beragama Islam sebanyak 13 responden (100%).

32

33

4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan.


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

46%

38%

8%

8%
SR

SD

SGR (Guru)

Ti dak Se kolah

Tingkat Pendidikan

Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007

Gambar 4.4 Diagram batang karakteristik berdasarkan pendidikan responden


di Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan tanggal
11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan kurang dari sebagian
tidak sekolah sebanyak 6 responden (46%).
4.1.3

Data khusus

1. Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sebelum dilakukan


senam keagle.
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sebelum
dilakukan senam keagle di Panti Werdha Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli
2007.
No.
1.
2.
3.

Inkontinensia urine sebelum


dilakukan senam keagle
Inkontinensia urine ringan
Inkontinensia urine sedang
Inkontinensia urine berat
Jumlah

Jumlah

Prosentase

3
9
1
13

23,1%
69,2%
7,7%
100%

Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan lebih dari sebagian


responden sebelum dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia urine
sedang sebanyak 9 responden (69,2%).

33

34

2. Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sesudah dilakukan


senam keagle.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sesudah
dilakukan senam keagle di Panti Werdha Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli
2007.
No.
1.
2.
3.

Inkontinensia urine
sesudah dilakukan senam
keagle
Inkontinensia urine ringan
Inkontinensia urine sedang
Inkontinensia urine berat
Jumlah

Jumlah

Prosentase

9
4
13

69,2%
30,8%
100%

Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan lebih dari sebagian


responden sesudah dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia ringan
sebanyak 9 responden (69,2%).
3. Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sebelum dan sesudah
dilakukan senam keagle.
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan inkontinensia urine sebelum dan
sesudah dilakukan senam keagle di Panti Wredha Babat Kecamatan
Babat Kabupaten Lamongan tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan
30 Juli 2007.
No.

Inkontinensia urine

1.
2.
3.

Inkontinensia urine ringan


Inkontinensia urine sedang
Inkontinensia urine berat
Jumlah

Sebelum dilakukan
senam keagle
Jumlah Prosentase
3
23,1%
9
69,2%
1
7,7%
13
100%

Sesudah dilakukan
senam keagle
Jumlah Prosentase
9
69,2%
4
30,8%
13
100%

Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan lebih dari sebagian


responden sebelum dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia urine
sedang sebanyak 9 responden (69,2%) dan lebih dari sebagian responden

34

35

sesudah dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia ringan sebanyak 9


responden (69,2%).
4. Tabulasi penurunan inkontinensia urine setelah dilakukan senam keagle.
Tabel 4.4 Tabulasi penurunan inkontinensia urine setelah dilakukan senam
keagle pada Lansia di Panti Wredha Babat Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli
2007.

No.
1
2
3

Inkontinensia
urine Sebelum
dilakukan senam
keagle
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Inkontinensia urine Sesudah dilakukan


senam keagle
Ringan
Sedang
Berat
N
%
N
%
N
%
3
23,1
6
46,2 3
23,1
1
7,7
9
69,3 4
30,8
-

Jumlah
N

3
9
13

23,1
69,2
100

Sumber : Data primer pengisian observasi 11 Juni 2007 sampai dengan 30 Juli 2007

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan kurang dari sebagian


sebelum dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia urine sedang dan
sesudah dilakukan senam keagle mengalami inkontinensia urine ringan
sebanyak 6 responden (46,2%). Ini dibuktikan dengan uji statistik Wilcoxon
Signed Ranks Test dengan bantuan komputer program SPSS 14 ternyata
hasilnya significant yaitu sig (2.tailed) : 0,008. Ini juga dibuktikan dengan uji
( : 0,05), didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0,008, sehingga nilai Asymp.
Sig (0,008) lebih kecil dari = 0,05, dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti ada pengaruh senam keagle dalam menurunkan
inkontinensia pada lansia.

4.2

Pembahasan

35

36

4.2.1

Inkontinensia urine pada lansia sebelum diberikan senam keagle.


Dari hasil observasi yang telah ditabulasi didapatkan data bahwa lebih dari

sebagian responden mengalami inkontinensia urine sedang sebanyak 9 responden


(69,2%). Dari 13 responden sebelum diberikan senam keagle paling banyak
responden mengalami buang air kecil setiap jam atau kurang dari 1 jam sebanyak
12 responden sedangkan paling sedikit responden mengalami pembengkakan pada
daerah genetalia sebanyak 1 responden.
Dilihat dari karakteristik jenis kelamin dapat mempengaruhi terjadinya
inkontinensia urin seperti pada gambar 4.1 dari 13 responden terdiri dari 11 orang
responden (85%) berjenis kelamin perempuan dan sebagian kecil responden
berjenis kelamin laki-laki 2 orang (15%). Selain karakteristik jenis kelamin usia
juga berpengaruh dengan terjadinya inkontinensia urine. Pada gambar 4.2 dari 13
responden didapatkan 11 orang (85%) berusia antara 60-70 tahun dan 2 orang
(15%) berusia antara 71-90 tahun.
Menurut Rochani mengatakan kasus inkontinensia urine pada perempuan
menunjukkan kecenderungan dua kali kasus pada laki-laki. Hal ini terkait dengan
adanya reseptor estrogen pada uretra dan kandung kemih. Pada perempuan yang
sudah menopause defisiensi estrogen menyebabkan jaringan pada uretra menyusut
sehingga menurunkan efisiensi spingter uretra dan inkontinensia pada usia lanjut
memang didefinisikan sebagai inkontinensia yang di derita diatas usia 65 tahun
(http://www.kompas.com.rochani.2007).
Inkontinensia sendiri disebabkan akibat kelemahan klep atau spingter
saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih akibat kerusakan pada

36

37

kandung kemih, faktor psikologis yang terjadi diantaranya adalah kecemasan dan
disebabkan akibat proses penurunan (http://www.kompas.com.Ronchani.2007).
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa seorang lansia identik mengalami
ikontinensia urine dimungkinkan karena atropi otot, kelemahan dan melemahnya
syaraf-syaraf dan kerusakan syaraf terutama syaraf pada kandung kemih sehingga
lansia sering mengalami banyak masalah salah satunya kerusakan interaksi sosial.
4.2.2

Inkontinensia urine pada lansia sesudah diberikan senam keagle


Setelah diberikan senam keagle responden yang mengalami inkontinensia

urine mengalami penurunan. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa lebih dari
sebagian mengalami inkontinensia urin ringan sebanyak 9 responden (69,2%).
Dari 13 responden sesudah diberikan senam keagle paling banyak responden
merasa terganggu selama menahan kencing saat bekerja sedangkan paling sedikit
tidak mampu menahan air kencing sampai ke kamar mandi, ngompol pada malam
hari, dan mengalami pembengkakan pada daerah genetalia.
Khusus untuk menurunkan angka kejadian inkontinensia urine yaitu
dengan cara senam keagle, dimana senam keagle digunakan untuk melatih otot
dasar panggul sehingga kembali kuat yang menyebabkan berkurangnya frekuensi
berkemih, ngompol dan volume urine yang dikeluarkan (http://www.kapanlagi.
com). Manfaat senam keagle sendiri adalah untuk melatih kontraksi otot
Pubocyccygus (PC), untuk menguatkan otot Pubococcygeus (PC) dan untuk
meningkatkan tonus atau kontraksi otot panggul.
Khusus bagi perawat dapat pula menganjurkan dan mendorong pasien
untuk mempraktekkan latihan keagle yang dapat membantu dengan segala usia

37

38

untuk mengendalikan inkontinensia urine. Latihan ini menguatkan otot-otot dasar


panggul yang akan memperbaiki resistensi uretra dan pengendalian urinarius.
Kemungkinan lansia setelah melakukan senam keagle otot-otot sekitar
dasar panggul akan kembali kuat dan mampu berkontraksi kembali sehingga
mampu mengontrol keluarnya urine dan kandung kemih dan lansia akan terhindar
inkontinensia urine atau menurunnya inkontinensia urine yang dialami oleh lansia.
4.2.3

Pengaruh senam keagle dalam menurunkan inkontinensia pada lansia


Penurunan inkontinensia urine pada lansia setelah diberikan senam keagle

selama 10 hari didapatkan data bahwa lebih dari sebagian responden mengalami
penurunan inkontinensia urine yaitu 7 responden (53,9%), responden yang
mengalami penurunan dari inkontinensia urine berat ke inkontinensia urine
sedang sebanyak 1 orang (7,7%), responden yang mengalami penurunan dari
inkontinensia sedang ke inkontinensia ringan sebanyak 6 orang (46,2%).
Menurut Siti Setiati dan Lukman Hakim (2001) dalam bukunya ilmu
penyakit dalam jilid II mengatakan bahwa latihan otot dasar panggul atau latihan
keagle adalah latihan untuk mengontraksikan otot dasar panggul dengan cara
seolah-olah sedang menahan keluarnya flatus atau feses beberapa menit latihan ini
dilakukan rutin setiap hari, berulang-ulang pada berbagai kondisi dan situasi.
Dengan memperkuat otot dasar panggul, latihan ini membantu meningkatkan
tekanan menutup pada uretra dan menunjang struktur panggul sehingga
inkontinensia urine dapat berkurang.
Penurunan inkontinensia urine setelah diberikan senam keagle disebabkan
karena responden memberikan perhatian yang lebih dari senam keagle yang telah

38

39

diajarkan sehingga otot-otot pada panggul atau otot pubococcygeus dapat


berkontraksi sehingga responden mampu menahan urine yang berada dikanduh
kemih agak lama. Hal tersebut juga dimungkinkan karena responden ingin
terhindar dari inkontinensia urine. Penurunan inkontinensia urine juga diikuti oleh
kembalinya aktivitas responden. Responden yang mulanya malu untuk berkumpul
dengan temannya karena seringnya ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah
mendapatkan senam keagle responden dapat berkumpul dengan temannya karena
merasa terbebas dari seringnya pergi ke kamar mandi. Disamping peneliti
menjelaskan tentang keefektifan senam keagle dalam menurunkan inkontinensia
urine, juga terlihat kelemahan dari terapi senam keagle hanya dapat menurunkan
inkontinensia urine hanya satu tingkat saja.
Pada responden yang inkontinensia urine tetap kemungkinan disebabkan
karena responden tidak sungguh-sungguh dalam melakukan latihan senam keagle
sehingga otot-otot pubococcygeus tidak dapat kontraksi kembali sehingga urine
tidak mampu tertahan cukup lama di kandung kemih.
Dari data diuji dengan bantuan komputer program SPSS 14 ternyata
hasilnya significant yaitu sig (2.tailed) : 0,008 Ini juga dibuktikan dengan uji
statistik Wilcoxon Signed Ranks Test ( : 0,05), didapatkan Asymp. Sig (2-tailed)
= 0,008, sehingga nilai Asymp. Sig (0,008) lebih kecil dari = 0,05, dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh senam keagle
dalam menurunkan inkontinensia pada lansia.

39

40

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dengan judul pengaruh senam keagle terhadap
penurunan inkontinensia urine pada Lansia pada tanggal 11 Juni 2007 sampai

40

41

dengan tanggal 30 Juli 2007 di Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten


Lamongan.

5.1

Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembaharuan pengaruh senam keagle terhadap

penurunan inkontinensia urine pada Lansia yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari sebagian responden mengalami
inkontinensia urine sedang sebelum dilakukan senam keagle.
5.1.2 Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari sebagian responden mengalami
inkontinensia urine ringan sesudah dilakukan senam keagle.
5.1.3 Ada pengaruh senam keagle dalam menurunkan inkontinensia urine pada
lansia, dibuktikan dengan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test ( : 0,05),
didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0,008, sehingga nilai Asymp. Sig (0,008) lebih
kecil dari = 0,05, dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada
pengaruh senam keagle dalam menurunkan inkontinensia pada lansia.
5.2 Saran
Dengan adanya pengaruh senam keagle terhadap penurunan inkontinensia
urine maka penulis mempunyai saran :
5.2.1

Bagi Responden
Pada responden lansia hendaknya mempunyai inisiatif melakukan senam

keagle 50 kali sepanjang hari (pagi, siang, sore dan malam) selama 10 hari,

41

42

supaya otot sekitar panggul menjadi kuat dan inkontinensia urine tidak terjadi atau
berkurang.
5.2.2

Bagi Instansi Kesehatan


Hendaknya tim kesehatan memberikan penjelasan atau meningkatkan

pelaksanaan senam keagle di Panti Werdha Kecamatan Babat Kabupaten


Lamongan yang diberikan pada setiap hari Jumat.
5.2.3

Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti yang akan datang hendaknya dapat dalam melakukan

penelitian lebih menerapkan dan meningkatkan pelaksanaan senam keagle pada


lansia baik yang mengalami inkontinensia urine maupun tidak mengalami
inkontinensia urine sehingga inkontinensia urine pada lansia tidak terjadi atau
berkurang.

42

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep Balita
    Konsep Balita
    Dokumen29 halaman
    Konsep Balita
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Cover CD
    Cover CD
    Dokumen1 halaman
    Cover CD
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Anang
    Kuesioner Anang
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Anang
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Motto Terbaik
    Kumpulan Motto Terbaik
    Dokumen8 halaman
    Kumpulan Motto Terbaik
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Manuscript Sevya
    Manuscript Sevya
    Dokumen10 halaman
    Manuscript Sevya
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen10 halaman
    Bab 1
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 Wiwik
    BAB 5 Wiwik
    Dokumen3 halaman
    BAB 5 Wiwik
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Persalinan
    Konsep Persalinan
    Dokumen2 halaman
    Konsep Persalinan
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Kehamilan Risti
    Konsep Kehamilan Risti
    Dokumen3 halaman
    Konsep Kehamilan Risti
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Anc
    Konsep Anc
    Dokumen7 halaman
    Konsep Anc
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Ibu
    Konsep Ibu
    Dokumen5 halaman
    Konsep Ibu
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Hasil Tracking Satelit
    Hasil Tracking Satelit
    Dokumen5 halaman
    Hasil Tracking Satelit
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Persalinan
    Konsep Persalinan
    Dokumen2 halaman
    Konsep Persalinan
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Kusta
    Kuesioner Kusta
    Dokumen10 halaman
    Kuesioner Kusta
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3 R3
    Bab 1-3 R3
    Dokumen52 halaman
    Bab 1-3 R3
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen2 halaman
    Bab 3
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Kehamilan
    Daftar Pustaka Kehamilan
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka Kehamilan
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3 R3
    Bab 1-3 R3
    Dokumen52 halaman
    Bab 1-3 R3
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Cara Memasang Kabel Front Panel
    Cara Memasang Kabel Front Panel
    Dokumen5 halaman
    Cara Memasang Kabel Front Panel
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Cara Mudah Menghitung Jumlah Kertas Hasil Cetak
    Cara Mudah Menghitung Jumlah Kertas Hasil Cetak
    Dokumen10 halaman
    Cara Mudah Menghitung Jumlah Kertas Hasil Cetak
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen9 halaman
    Bab 4
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • De NAH
    De NAH
    Dokumen1 halaman
    De NAH
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Depresi Postpartum
    Depresi Postpartum
    Dokumen4 halaman
    Depresi Postpartum
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Deni
    Deni
    Dokumen1 halaman
    Deni
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Daftar Nama Takjil
    Daftar Nama Takjil
    Dokumen2 halaman
    Daftar Nama Takjil
    ARIK KRISTIAWAN
    100% (1)
  • Cara Mengatur Nomor Halaman Di MS Word
    Cara Mengatur Nomor Halaman Di MS Word
    Dokumen18 halaman
    Cara Mengatur Nomor Halaman Di MS Word
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Merokok
    Konsep Merokok
    Dokumen15 halaman
    Konsep Merokok
    ARIK KRISTIAWAN
    Belum ada peringkat