TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
JANUARI 2013
Nama
NPM
: 1106029805
Tanda Tangan
Tanggal
: Januari 2013
HALAMAN PENGESAHAN
:
:
:
:
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: Januari 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Penyisihan Amonia
Dari Air Limbah Menggunakan Gabungan Proses Membran dan Oksidasi Lanjut
dalam Reaktor Hibrida Ozon-Plasma Menggunakan Larutan Penyerap Asam
Sulfat. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Master Teknik Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penilis mengucapkan
terima kasih kepada :
(1) Bapak Prof. Ir. Sutrasno Kartohardjono, M.Sc. Ph.D dan Prof.Dr. Ir. Setijo
Bismo, DEA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
(2) Bapak Ir. Mahmud Sudibandriyo, MSc. PhD selaku dosen pembimbing
akademik selama masa perkuliahan dan Prof. Dr. Ir. Widodo W.
Purwanto, DEA selaku Ketua Departemen Teknik Kimia FTUI serta
Dr.Ir. Nelson Saksono,MT. dan I Dr.Ing. Donni Adinata, ST., M.Eng.,
Sc. dan Ir. Amien Raharjo, M. T. yang telah memberikan banyak
masukan;
(3) Taufan Azwar Zamzami suami tercinta, kedua orang tua Sjaroni,
MPdI dan Dra. Fasichatus Saniyah serta adik saya M. Hilmi Khoirul
Umam yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun
material;
(4) Rekan satu penelitian saya, Fanny Rahmalia teman satu bimbingan
Samantha Juliana, Hutama Prastika, dan teman-teman S2 Teknik Kimia
angkatan 2011 yang telah bersedia berdiskusi dan saling mendukung
satu sama lain selama proses kuliah dan penyelesaian tesis ini;
(5) Mbak Tiwi, Mang Ijal, Kang Jajat, Mas Heri dan Mas Taufik atas
bantuannya pada saat penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan proposal tesis ini dan
melaksanakan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Depok, Januari 2013
Penulis
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal: Januari 2013
Yang Menyatakan
ABSTRAK
Nama
: Silvia Rahmi Ekasari
Program Studi : Teknik Kimia
Judul
: Penyisihan Amonia Dari Air Limbah Menggunakan
Gabungan Proses Membran dan Oksidasi Lanjut
dalam Reaktor Hibrida Ozon-Plasma Menggunakan
Larutan Penyerap Asam Sulfat
ABSTRACT
Name
Study Programme
Title
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN ..................................................................................................
1.1
Latar Belakang................................................................................................
1.2
1.3
1.4
1.5
2.1
2.2
Amonia ...........................................................................................................
3.2
3.5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Skema Peralatan Proses Gabungan Reaktor Hibrida Plasma Ozon dan Membran.... 35
Gambar 3.7
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Persen Penyisihan Amonia dengan Membran Variasi Laju Alir Umpan ....... 43
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
48
Gambar 4.10 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran-RHOP Variasi Serat Membran49
Gambar 4.11 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran-RHOP-Ozon Variasi Serat
Membran 50
Gambar 4.12 Nilai %R pada berbagai Macam Proses Selama Selang Waktu 2 Jam.50
Gambar 4.13 Perbandingan Penurunan Konsentrasi Hasil Penelitian dengan Referensi51
Gambar 4.14 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Proses Membran..54
Gambar 4.15 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP Variasi Temperatur. .. 54
Gambar 4.16 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP-Ozon Variasi Temperatur.. 55
Gambar 4.17 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP Variasi pH.. 57
Gambar 4.18 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP-Ozon Variasi pH 57
Gambar 4.19 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Proses Membran..58
Gambar 4.20 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP Variasi Serat Membran.. 59
Gambar 4.21 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP-Ozon Variasi Serat Membran.... 60
Gambar 4.22 Koefisien Perpindahan Massa pada (a) Proses Membran Variasi Laju Alir
(b)Proses Gabungan Membran-RHOP dan (c)Proses Gabungan MembranRHOP-Ozon Variasi Jumlah Serat. 61
Gambar 4.23. Perbandingan Konfigurasi Proses Membran, Membran-RHOP dan MembranRHOP-Ozon pada kondisi operasi suhu 300C dan pada kondisi operasi suhu
400C 62
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
24
BAB I
PENDAHULUAN
dan
biological treatment (Li Huang, 2008). Aplikasi proses pemisahan amonia tergantung
dari beberapa faktor yaitu tingkat kontaminasi, keamanan sistem, ketersediaan sumber
pemanas dan bahan kimia (Xie, Duong dkk., 2009). Masing-masing teknologi
konvensional ini memiliki kekurangan dan membutuhkan biaya yang mahal (Bonmati
dkk., 2003).
Disamping metode konvensional tersebut, terdapat cara baru yang sedang
dikembangkan yang memiliki kelebihan dibandingkan cara separasi biasa adalah
dengan menggunakan teknologi membran, karena dengan menggunakan teknologi
membran terdapat luas permukaan yang lebih luas untuk kontak antara larutan umpan
dan larutan penyerap sehingga hanya membutuhkan energi yang lebih kecil untuk
setiap mol amonia yang terserap (Hasanouglu dkk., 2010). Membran disini berfungsi
sebagai kontaktor yang merupakan media tempat berkontak antara larutan penyerap
dengan amonia. Dalam penelitian ini pelarut yang digunakan adalah asam sulfat
karena asam sulfat merupakan senyawa asam yang bersifat reaktif terhadap amonia
yang bersifat basa, sehingga diharapkan amonia yang terpisahkan dari selongsong
akan bereaksi dengan asam sulfat yang berada dalam serat membran membentuk
ammonium sulfat yang dapat digunakan sebagai pereaksi bahan kimia atau
penggunaan lainnya. Dalam proses pemisahan amonia dari air melalui membran,
perbedaan konsentrasi dan tekanan parsial antara kedua fasa cair memberikan gaya
penggerak untuk perpindahan secara difusi melalui membran tersebut (Gabelman,
1999).
Selanjutnya yang menjadi permasalahan dalam penggunaan kontaktor
membran adalah amonia dalam larutan air limbah berada dalam dua kondisi yaitu
molekul ammonia yang mudah menguap NH 3 dan kation NH 4 + (Tan dkk., 2006;
Hasanouglu dkk., 2010). Hanya molekul amonia yang mudah menguap NH 3 yang
dapat terdifusi dan akan terserap dalam larutan penyerap sehingga harus ditemukan
metode untuk memperbesar jumlah komponen molekul amonia yang mudah menguap
(El-Bourawi dkk., 2007).
Salah satu proses untuk tujuan tersebut adalah menggabungkan dengan proses
oksidasi lanjut. Proses oksidasi yang selama ini dikembangkan adalah dengan non
thermal plasma (NTP) menggunakan tegangan tinggi di serat seperti elektroda untuk
akan menyebabkan ionisasi gas menghasilkan sebuah jet plasma yang dapat
menghasilkan sinar UV, ozon, dan radikal hidroksil (Locke, 2006). NTP dianggap
sangat efisien karena sedikit energi yang hilang dalam pemanasan cairan sekitarnya,
yang memungkinkan energi akan difokuskan pada eksitasi elektron (Gerrity dkk.,
2009). Proses oksidasi lanjut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
gabungan teknologi plasma dengan proses ozonasi pada fasa liquid.
Penambahan proses oksidasi lanjut dalam reaktor hibrida ozon plasma dapat
menghasilkan ion OH- yang dapat menggeser reaksi kesetimbangan atau menghasilkan
radikal OH yang dapat membantu proses degradasi amonia. Reaktor hibrida ozon
plasma yang digunakan untuk proses oksidasi lanjut dirancang untuk menghasilkan
plasma berbentuk shell and tube yang terbuat dari kaca borosilikat dan diluarnya
diselubungi dengan elektroda yang terbuat dari stainless steel berbentuk batang dan
kasa.
1. Air limbah yang digunakan sebagai umpan adalah air limbah sintetik amonia
800 ppm yang bebas partikel pengotor.
2. Membran yang digunakan adalah membran serat berongga dari polimer
polivinil chlorida (PVC) yang bersifat hidrofobik.
3. Larutan penyerap yang digunakan adalah larutan H 2 SO 4 .
4. Reaktor hibrida ozon plasma yang digunakan merupakan hasil rancang bangun
peneliti di Laboratorium Intensifikasi Proses dengan tegangan 9300 V.
5. Variabel tetap yang digunakan adalah peralatan yang sama untuk membran,
plasma, dan ozonator.
6. Variabel yang divariasikan adalah temperatur, pH larutan umpan, laju alir
umpan dan jumlah serat membran.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan
masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang memuat landasan teori dan yang
menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian dan pembahasan mengenai
hasil penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menampilkan tahapan penelitian yang akan dilakukan, diagram alir
prosedur
penelitian, skema rangkaian alat, tahapan operasi dan studi perpindahan massa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi analisis dan pembahasan dari hasil penelitian berupa data yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari analisis dan pembahasan dari hasil penelitian
yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini berisi landasan teori umum yang digunakan untuk
menjelaskan masalah yang akan dibahas penulis untuk melakukan penelitian
diantaranya, teori tentang amonia meliputi baku mutu limbah amonia serta
kesetimbangan amonia dalam air, penyisihan amonia dengan teknologi membran,
pelarut asam sulfat, definisi proses oksidasi lanjut menggunakan plasma dan ozon,
serta kelebihan teknologi penyisihan amonia dengan menggunakan proses absorbsi
dalam membran dan proses oksidasi lanjut menggunakan reaktor hibrida plasma-ozon.
2.1 Amonia
Amonia (NH 3 ) adalah gas atau cairan tak berwarna yang memiliki bau yang
berbeda. Amonia merupakan kontaminan yang umum di tanah maupun air limbah.
Konsentrasi NH 3 -N dapat bervariasi dari 5 sampai 1000mg / L dalam air limbah
industri kokas, pupuk kimia, gasifikasi batubara, pemurnian minyak bumi, farmasi dan
industri katalis (AtkinsJr dkk., 1997). Amonia hadir dalam konsentrasi rendah dan
jumlah debit mungkin rendah. Namun, amonia yang terlarut dalam air limbah tidak
dapat diuapkan karena gas amonia akan menyebabkan masalah lingkungan yang serius
(Bhattacharya, 2011).
2.1.1 Sifat Amonia
Dalam keadaan terlarut, amonia ada dalam dua bentuk. Salah satunya adalah
gas beracun amonia (NH 3 ) dan yang lainnya adalah ion amonium kurang berbahaya
(NH 4 +). Komposisi tersebut konstituen tergantung pada pH dan temperatur. Amonia
beracun berbahaya bagi kehidupan air , dalam konsentrasi terendah 0,01 ppm memiliki
efek negatif pada ikan, sedangkan 0,1 ppm dapat mematikan bagi beberapa spesies
lain (Bhattacharya, 2011). Gas amonia sedikit lebih ringan dari udara dan amonia
dalam amonium hidroksida sangat mungkin menjadi udara. Kisaran ambang batas bau
adalah 5-17 ppm.
Amonia dalam bentuk cairan atau gas dapat menyebabkan iritasi parah
dan/atau luka bakar pada mata, hidung, tenggorokan dan kulit. Amonia memiliki
ambang batas bau dari 5 -17 ppm (yang lebih rendah dari batas eksposur). Amonia
dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan cedera permanen pada mata, kerusakan
yang luas pada tenggorokan dan saluran pernapasan bagian atas, dan dapat
mempengaruhi kerja jantung. Gas amonia anhidrat mudah meledak pada konsentrasi
16-25 % volume di udara. Selain itu amonia juga bersifat korosif.
.
Gambar 2.1 Struktur kimia Amonia
Nilai
Titik lebur
-77,73 C (195,42 K)
Temperatur autosolutan
651C
Titik didih
-33,34 C (239,81 K)
Keasaman (PKa)
9,25
Kebasaan (PKb)
4,75
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) juga telah
menetapkan Recommended Exposure Limit (REL) 25 ppm dengan waktu paparan 10
jam selama seminggu (dengan jam kerja 40 jam per minggu). Mereka juga
menyarankan konsentrasi amonia yang terpapar tidak lebih dari 35 ppm STEL (OR-
Gambar 2.2. Pengaruh pH dan Temperatur pada Distribusi Amonia dan Ammonium dalam
Air (Viljoen, 2001)
Dari gambar 2.2 dapat diketahui persentase gas terlarut akan naik seiring
dengan bertambahnya pH dan suhu. Dimana suhu dan pH merupakan salah satu faktor
penting dalam penghilangan amonia.
2.
3.
Modul serat berongga memiliki karakteristik yang berbeda dari modul tubular,
diantaranya yaitu:
Karena kombinasi aliran silang dengan laju alir yang rendah dan penurunan
tekanan rendah, modul serat berongga adalah salah satu modul yang lebih
ekonomis dalam hal konsumsi energi.
Modul serat berongga memiliki rasio area permukaan terhadap volume yang
paling tinggi dibandingkan dengan tiga konfigurasi modul lainnya yaitu modul
tubular, modul lembaran datar, dan modul spiral.
Kelemahan modul serat berongga adalah serat tipis mereka rentan untuk
diblokir oleh umpan dengan partikel besar, jika mereka beroperasi dalam mode
inside-out. Oleh karena itu pretreatment untuk mengurangi ukuran partikel
menjadi 100 m biasanya diperlukan untuk modul ini (Cui, 2010).
Serat berongga juga menghasilkan fleksibilitas dalam desain modulus dan
alternatif umpan dan geometri aliran produk. Umpan dan permeate dapat mengalir
dengan mudah dalam orientasi co-current, counter current, atau crossflow
sebagaimana yang diinginkan untuk aplikasi tertentu (Peinemann, 2006).
2.2.2
termoplastik dimana pada suhu tinggi akan meleleh tetapi akan mengeras kembali jika
didinginkan. Jika ditinjau dari segi kestabilan, senyawa ini sangat stabil karena
berbentuk polimer sehingga fasanya berbentuk padatan yang keras sehingga
hampir tidak berpengaruh (tidak bereaksi) terhadap kehadiran oksidator kuat.
Dari segi keamanan, senyawa ini hampir tidak berbahaya dan mengganggu
lingkungan karena tidak berpotensi mencemari udara, air maupun tanah (Irawan,
2010).
PVC merupakan bahan membran yang terkemuka karena biaya yang rendah,
sifat fisik dan kimia serta sifat mekaniknya yang sangat baik (Xu and Xu 2002).
Gambar struktur membran serat berongga PVC dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 2.4 Foto SEM Membran Serat Berongga PVC (a) pembesaran 70X (b) pembesaran
200 X (c) pembesaran 800X (d) pembesaran 10000X
PVC dipilih sebagai bahan serat membran karena memiliki struktur asimetris
ganda, yang berarti bahwa serat berongga memiliki permukaan bagian dalam dan
luar. Struktur asimetris ganda ini memberikan sebuah stabilitas mekanik yang
lebih tinggi pada serat dibandingkan dengan membran serat berongga anisotropik
konvensional. Keunggulan selanjutnya adalah tidak ada resiko penyumbatan pori
membran ketika dilakukan backwashing dengan tekanan yang lebih tinggi dari sisi
permeat (Guo 2009). Selain itu PVC juga tahan terhadap asam, basa, dan hampir
semua bahan kimia anorganik. Meskipun PVC larut dalam hidrokarbon aromatik,
keton, dan eter siklik, PVC sulit untuk larut dalam pelarut organik lainnya (Vinyl
dkk., 2012).
2.2.3
karena asam sulfat merupakan senyawa asam yang bersifat reaktif terhadap amonia
yang bersifat basa, sehingga diharapkan amonia yang terpisahkan dari selongsong
akan bereaksi dengan asam sulfat yang berada dalam serat membran membentuk
ammonium sulfat yang dapat digunakan sebagai pereaksi bahan kimia atau
penggunaan lainnya. Di samping itu asam sulfat merupakan asam kuat yang dalam air
akan terionisasi sempurna sehingga tidak akan melewati membran dan berpindah ke
selongsong yang mengandung amonia. Di samping itu asam sulfat lebih cocok
digunakan dengan membran PVC dibandingkan asam lainnya karena tidak bersifat
oksidator kuat yang dapat merusak membran PVC.
Pada proses absorbsi pemilihan larutan penyerap akan mempengaruhi proses
absorbsi. dipengaruhi oleh konsentrasi larutan penyerap asam sulfat yang digunakan
(Jiahui,dkk., 2008) pada kondisi laju alir dan jumlah serat yang sama, efisiensi pemisahan
ammonia dapat ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi larutan penyerap asam
sulfat yang digunakan.
2.2.4
mereka mendesorpsi di sisi shell dan terserap dan bereaksi oleh penyerap tersebut
(Bhattacharya dkk., 2012).
Gambar 2.5 Representasi Skematis dari Transportasi selama Pemisahan NH 3 dari Air
Gambar 2.6 Mekanisme Penyisihan Amonia dalam Membran (Ashrafizadeh dkk., 2012)
Spesi aktif
Potensial oksidasi
OH
O
O3
H2O2
O 2 H
Cl 2
2.80
2.42
2.07
1.78
1.70
1.36
Proses oksidasi pada kondisi ringan oleh spesi reaktif seperti radikal hidroksil
yang dihasilkan oleh radiasi ultra violet (UV) dalam reaksi antara oksidan yang ada
yaitu ozon dan hidrogen peroksida, hal ini yang kemudian disebut sebagai Advanced
Oxidation Processes (AOPs).
Teknologi Plasma
Plasma merupakan keadaan gas kompleks suatu zat, terdiri dari radikal bebas,
elektron, foton, ion, dan lain-lain. Plasma dapat dihasilkan oleh debit listrik yang terus
menerus baik dalam gas inert atau gas reaktif. Untuk aplikasi membran, plasma dapat
digunakan untuk meningkatkan karakteristik membran berpori dan polimer film untuk
pemisahan gas (Peinemann, 2006).
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah
teknologi ozon adalah teknologi plasma. Sebenarnya ozon itu sendiri dapat dibuat
dengan menggunakan teknologi plasma. Jadi, secara tidak langsung teknologi ozon
adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri.
Plasma terbentuk karena adanya ionisasi fluida yang ada di sekitar elektroda dan
adanya perbedaan tegangan yang sangat tinggi antara kedua elektroda. Mekanisme
pembentukkan plasma adalah sebagai berikut:
Atom netral atau molekul dalam media pada perbedaan tegangan yang sangat
tinggi akan terionisasi menghasilkan ion positif dan elektron bebas.
Elektroda akan memisahkan dan mencegah penggabungan ion positif dan elektron
serta menggerakkan elektron menuju elektroda positif.
Elektron yang mengumpul pada elektroda akan bergerak dengan kecepatan yang
sangat tinggi dan energi yang sangat besar dan menumbuk atom netral sehingga
terjadi proses ionisasi, disosiasi, dan eksitasi.
Elektron dengan energi yang tinggi ini akan menumbuk dengan cara ionisasi,
disosiasi, dan eksitasi yang kemudian menghasilkan elektron bebas dan akhirnya
terjadi loncatan elektron (avalanche electron) yang disebut dengan streamer
discharge. Elektron bebas (avalanche electron) mempunyai energi 10-15 eV (Gaffar
dkk.,2000)
Ionisasi didefinisikan sebagai proses terlepasnya elektron suatu atom atau
molekul dari ikatannya. Energi yang dibutuhkan untuk melepas satu atau lebih
elektron dari orbitnya pada sebuah atom atau molekul dapat didefinisikan sebagai
energi ionisasi E . Besarnya energi ionisasi dinyatakan dalam satuan elektron-volt
i
(2.2)
Pada proses tumbukan antara elektron dengan partikel-partikel gas tidak hanya
proses ionisasi yang terjadi melainkan juga menyebabkan peristiwa-peristiwa yang
lainnya. Diantaranya yaitu proses rekombinasi, dissosiasi dan eksitasi (Chapman, 1990
dalam Nur, 2006).
Kebalikan dari proses ionisasi adalah proses rekombinasi. Rekombinasi terjadi
dengan cara pengikatan elektron oleh ion dan pengikatan antar atom menjadi molekul
sehingga menjadi spesies netral atau ion negatif yang disertai pemancaran foton
(Chapman, 1990 dalam Nur, 2006).
Dissosiasi adalah pemisahan molekul menjadi atom-atom penyusunnya.
Partikel gas yang terdissosiasi ini dapat pula terionisasi menjadi ion-ion positif dan
negatif. Reaksi dissosiasi menurut Ghaffar (2000), adalah:
e-* + N 2 N + N + e-
(2.3)
e-* + O 2 O + O + e-
(2.4)
e * + H 2 O OH + H + e-
(2.5)
Eksitasi adalah peristiwa dimana elektron yang berada di tingkat energi yang
lebih rendah berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi
(2.6)
(2.7)
(2.8)
H + O 3 OH + O 2
O3 + O O + O + O2
H O + hv OH + OH
(2.10)
H + H 2 O 2 H 2 O + OH
3 O + OH- + H- 2 OH + 4 O
(2.12)
(2.9)
(2.11)
(2.13)
H 2 O 2 HO 2 - + H+
HO 2 - + O 3 HO 2 + O 3
2 O 3 + H 2 O 2 2 OH + 3 O 2
(2.14)
O 3 + hv O 2 + O(1D)
(2.17)
O(1D) + H 2 O H 2 O 2 2OH
(2.15)
(2.16)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
(2.22)
b.
c.
d.
e.
2.3.2
Ozon
Ozon merupakan sebuah molekul gas yang terdiri dari tiga buah atom oksigen.
Ozon merupakan gas yang hampir tidak larut dalam air (0,03 mg/100 mL) pada suhu
20 C, berdekomposisi menjadi oksigen dalam waktu singkat, dan efektif dalam
pendispersian untuk aktivitas anti mikroba. Ozon merupakan disinfektan dan oksidan
yang kuat, biasanya digunakan oleh industri untuk proses penghilangan warna
(decoloration) , penghilangan bau (deodorizaton), dan untuk memproduksi perubahan
struktur senyawa organik.
Ozon terbentuk dari molekul-molekul oksigen yang berada dalam paparan
medan listrik (di atas 10.000 volt). Ozon ini jah lebih reaktif dan selektif melakukan
reaksi oksidasi dibandingkan dengan molekul oksigen asalnya (Bismo S. 2010). Ozon
dapat bereaksi secara langsung maupun tidak langsung dalam air. Reaksi tidak
langsung oleh ozon akan menghasilkan radikal hidroksil yang dapat bereaksi dengan
mikropolutan organik maupun anorganik. Di dalam larutan, ozon terdekomposisi
melalui suatu mekanisme inisiasi yang kompleks, yang akan bereaksi dengan ion
hidroksil dan diikuti oleh pembentukan spesi radikal pengoksidasi, misal HO, HO2
dan HO3 (Rodriguez, A. Et al, 2009).
Dekomposisi ozon dalam air diawali dengan reaksi ozon dengan ion OH- yang
diikuti pembentukan beberapa spesies radikal lainnya seperti OH, HO 2 , dan HO 3
(Rodrguez A. 2008). Reaksi perubahan ozon membentuk spesies radikal melalui tiga
tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Inisiasi :
O 3 + OH- O 2 - + HO 2
(2.23)
Propagasi :
HO 2
O 2 - + H+
O3 + O2
(2.24)
O3 + O2
O 3 - + H+
(2.25)
HO 3
(2.26)
HO 3 HO + O 2
O 3 + HO HO 4
(2.27)
(2.28)
HO 4 HO 2 + O 2
-
HO 2 + H
(2.29)
(2.30)
H2O
HO + H 2 O 2 HO 2 + H 2 O
(2.31)
HO + HO 2 - HO 2 + HO-
(2.32)
Terminasi :
HO + O 3 O 3 + HO-
(2.33)
HO 4 + HO 4 H 2 O 2 + 2O 3
HO 4 + HO 3 H 2 O 2 + O 2 + O 3
2.3.3
(2.34)
(2.35)
(Li Huang, 2008)
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan gas Oksigen sebagai reaktan
atau umpan. Aliran umpan melewati ruangan elektroda tegangan tinggi untuk
selanjutnya berbalik arah melewati bagian dalam media dielektrik dan akan keluar
pada lubang keluaran (output). Di dalam ruangan elektroda terjadi proses plasmanisasi
yaitu proses pemaparan gas umpan dalam medan listrik tegangan tinggi yang
kemudian akan mengalami pembentukan ozon dimana terjadi pembentukan ozon,
radikal OH dan ion OH-yang akan mendegradasi limbah.
Dalam suasana asam, ozon akan langsung bereaksi dengan amonia
membentuk nitrat mengikuti reaksi di bawah ini:
(2.20)
4O 3 + NH 3 NO 3 - + H+ + H 2 O + 4O 2
(2.21)
NH 2 + H 2 O 2 NHOH + H 2 O
(2.22)
NH 2 + HO NH 2 OH
(2.23)
(Li Huang, 2008)
2.4
4,
menggunakan serat berongga dan konfigurasi operasi yang berbeda, suhu dan kondisi
hidrodinamik dapat memperoleh persentase ekstraksi amonia sampai dengan 99,83%.
Konfigurasi sirkulasi larutan sangat berpengaruh pada efisiensi proses. Jadi,
konfigurasi sirkulasi terbaik dari larutan untuk kontaktor serat berongga adalah dengan
mengalirkan larutan umpan dalam shellside dan larutan penyerap dalam lumenside
membrane (Hasanouglu, 2010).
Ashrafizadeh (2010) melakukan penelitian untuk memisahkan amonia terlarut
dari air dengan menggunakan membran serat berongga, pada penelitian tersebut
digunakan asam sulfat sebagai larutan penyerap. Dari penelitian ini diketahui
membran serat berongga dengan bahan polypropylene ditemukan sangat efektif dalam
memisahkan amonia dari air limbah, dengan kondisi yang tepat dapat memisahkan
amonia sebesar 99%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi awal dan
kecepatan aliran amonia dan larutan asam sulfat merupakan variabel yang berpengaruh
terhadap pemisahan amonia. Menaikkan pH larutan amonia umpan hingga 10 dapat
meningkatkan pemisahan amonia secara signifikan sementara dengan meningkatkan
pH ke nilai yang lebih tinggi dari 10 tidak menghasilkan peningkatan signifikan
(Ashrafizadeh, 2010).
proses
oksidasi lanjut dengan menggunakan plasma non thermal dengan metode lain seperti
proses biologi sangat dianjukan untuk proses yang efektif dan murah. Hal ini
dikarenakan dengan proses oksidasi lanjut dapat mendegradasi atau merubah target
organik menjadi komponen yang lebih murah untuk diolah. Non thermal plasma
(NTP) menggunakan tegangan tinggi di serat seperti elektroda untuk akan
menyebabkan ionisasi gas menghasilkan sebuah jet plasma yang dapat menghasilkan
sinar UV, ozon, dan radikal hidroksil (Locke, 2006).
Li Huang (2008) melakukan penelitian penambahan radikal OH untuk
menghilangkan amonia dalam fasa cair. Pemisahan amonia dengan penambahan
radikal OH dilakukan air H 2 O sebagai perkusor. Dari penelitian ini didapatkan dengan
photolysis H 2 O dengan menghasilkan ion radikal OH akan mengoksidasi amonia
menjadi NO. Proses Pemisahan ini sangat dipengaruhi oleh pH dan konsentrasi awal
amonia dalam air limbah (L i Huang, 2008).
M Kang (2008) melakukan penelitian penyisihan amonia pada fasa gasnya
menggunakan sistem hibrid dielectric discharge plasma V-TiO2 fotokatalitik.
Reaktor yang digunakan bertegangan tinggi 10 kV arus AC. Katalis yang
digunakan sebanyak 0,5 gram dan konsentrasi NH3 1000 ppm (M Kang dkk., 2008).
Daniel Gerrity (2009) melakukan penelitian dengan menggunakan plasma non
thermal untuk mendegradasi komponen organik. Dalam penelitian ini Non Thermal
Plasma (NTP) digunakan sebagai proses oksidasi lanjut dalam degradasi komponen
organic dalam limbah industri farmasi. Hasil penelitian menunjukkan NTP merupakan
alternatif untuk dijadikan alternatif proses untuk oksidasi lanjut karena energi yang
lebih efisien dan tidak perlu penambahan bahan kimia lain (Gerrity dkk., 2009).
Penelitian mengenai penyisihan amonia menggunakan membran yang telah
dilakukan di laboratorium Intensifikasi Proses Departemen Teknik Kimia Universitas
Indonesia diantara adalah Teguh Hikmawan (2009) melakukan penelitian pengolahan
air yang mengandung tembaga, timbal, dan
amonia
gelembung mikro dan filtrasi membran, membran yang digunakan adalah membran
keramik. Pada penelitian ini penyisihan untuk senyawa amonia (tanpa campuran
kedua logam lainnya) dengan proses tersebut didapat kesimpulan bahwa persentase
penyisihan amonia sangat kecil dibandingkan pemisahan kedua logam lainnya, yaitu
sekitar 17,07%. Hal ini dikarenakan sifat amonia yang kurang reaktif terhadap ozon,
sehingga masih banyak sekali jumlah amonia yang tersisa, dan proses oksida lanjut
terhadap senyawa
amonia
(Hikmawan, 2010).
Diana Beauty (2010) melakukan penelitian pemisahan amonia dari limbah cair
dengan menggunakan membran serat berongga dan absorben pelarut bahan alam yaitu
Air Ciater. Pada penelitian ini, didapat kesimpulan, dengan membandingkan pelarut
asam sulfat dan pelarut bahan alam, yang memiliki nilai pemisahan yang terbaik
adalah dengan pelarut bahan alam, yaitu sekitar 35%. Hal ini dimungkinkan karena
masih terkadungnya ion-ion negatif yang dapat mengurangi tahanan perpindahan
massa pada fasa larutan penyerap. Dan didapatkan pH absorben optimum untuk
pemisahan amonia yaitu pada pH 0,7 (Beauty, 2010).
Milasari Herdiana (2011) melakukan penelitian dengan mengkombinasikan
proses ozonasi dan membran terhadap penghilangan ammonia dari air limbah. Pada
penelitian ini diperoleh efektivitas penyisihan amonia dengan proses hibrid tergolong
baik, bila dibandingkan dengan proses tunggal seperti dengan proses membran atau
ozonasi saja, proses hibrid mampu menyisihkan amonia sebesar 91% pada pH
absorben 0,7. Semakin rendah pH absorben, efektivitas penyisihan amonia dari air
limbah semakin meningkat (Herdiana, 2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3
yaitu kontaktor membran serat berongga, reaktor hibrida plasma-ozon. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut asam sulfat sebagai absorben dan
limbah amonia sintetis dengan konsentrasi amonia sebesar 800 ppm.
3.3.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
dengan gambar alat yang terdapat pada lampiran 3.
Tabel 3.1. Rincian Alat yang Digunakan dalam Penelitian
Peralatan
Kaca Arloji dan Timbangan
Beaker glass
Statif
Erlenmeyer
Buret 50 cc
Sarung tangan, masker HEPA, dan
Fungsi
Alat untuk menimbang massa bahan yang
diperlukan
Peralatan untuk mengukur laju produktivitas
ozonator
Peralatan keamanan bekerja di laboratorium
jas lab
Stopwatch
Membran Serat Berongga
Reaktor Hibrida Ozon Plasma
Kompresor
Reaktor ozon
Thermo-circulator
Amoniameter
3.3.2
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
Nama Bahan
Keterangan
Ammonium sulfat
((NH 4 ) 2 SO 4 )
Natrium hidroksida
(NaOH)
Aquadest (H 2 O)
H 2 SO 4 2 N
(Asam Sulfat)
Reagen 1 dan Reagen 2
Amoniameter
Larutan KI 0,1 N
Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O 0,005
N
H 2 SO 4 2 N
Indikator kanji
(amilum)
3.4
Prosedur Penelitian
Pada prosedur penelitian, dilakukan uji produktivitas plasma dan ozon, dan
Flowmeter udara
Kompresor/
udara
Injektor / Mixer
Flowmeter
Air
A
V
Power supply
Pompa
RHOP
Transformer
Step-Up
Tangki Penampung
Gambar 3.2 Rangkaian Peralatan Reaktor Hibrida Ozon Plasma (Bismo, 2012)
Reaksi
ozonasi kalium iodida adalah sebagai berikut (Day dan Underwood, 1991):
O3 + 2I - + H2 O I2 + O2 + 2OH-
(3.1)
(3.2)
tersebut. Tutup
dengan
gas
ozonator.
larutan
tersebut
ditambahkan
dengan
H2SO4
2N
dan
membran dan selongsong akan menyebabkan gas amonia yang berada di dalam
selongsong bergerak menuju pori-pori dan masuk ke bagian dalam serat membran
yang kemudian diserap oleh larutan absorben.. Amonia yang akan digunakan adalah
dengan konsentrasi inlet 800 ppm. Kemudian amonia ini dipompakan ke dalam shell
yang laju alirnya diatur menggunakan valve sesuai variabel yang dapat dilihat pada
alat flowmeter. Larutan amonia yang keluar dari selongsong akan kembali ke dalam
bak penampung dan kemudian akan dialirkan lagi ke dalam selongsong, proses ini
terjadi berulang. Larutan amonia yang telah mengalami siklus dan berada pada
reservoir penampung, akan diukur konsentrasinya dengan menggunakan amonia meter
setiap selang waktu 30 menit selama sirkulasi 2 jam.
Untuk menentukan jumlah amonia terlarut digunakan alat amonia meter. Studi
perpindahan massa dilakukan dengan menghitung nilai koefisien perpindahan massa
dengan menggunakan data perubahan konsentrasi amonia.
Amonia Meter
Kontaktor Membran
Pompa peristaltik
Pompa
Valve
Flowmeter
Air
Absorben
(out)
Tangki Umpan
Absorben
(in)
Reaktor
Hibrida
Ozon dan
Plasma
Amonia Meter
InjektorMixer
Flowmeter
Air
Ozonator
Pompa
Valve
Tangki Umpan
Kompresor
Flowmeter
Udara
Thermo
sirkulator
P-40
E-13
Ozonator
Reaktor Hibrida
Ozon dan Plasma
Amonia
Meter
I-3
E-14
Flowmeter
Udara
Kompresor
Injektor-Mixer
Pompa
Peristaltik
Flowmeter
Air
Pompa
P-38
Kontaktor Membran
I-1
Valve
Absorben
(out)
Absorben
(in)
Gambar 3.6. Skema Peralatan Proses Reaktor Hibrida Ozon Plasma dan Membran
3.5
mengetahui efektivitas proses penyisihan amonia yang dapat dilihat dari konversi
amonia yang dihitung dengan mengukur jumlah amonia yang terkonversi (ppm) dan
Amonia yang terlarut dalam larutan umpan (ppm) dan studi hidrodinamika.
Dalam penelitian ini akan dilakukan tiga macam cara untuk menyisihkan
amonia yaitu penyisihan amonia dengan menggunakan membran serat berongga,
penyisihan amonia dengan proses tunggal dalam Reaktor hibrida ozon plasma, serta
penyisihan amonia dengan proses gabungan membran serat berongga dengan
kombinasi Reaktor hibrida ozon plasma.
3.5.1 Persen Penyisihan Amonia (% R)
Efisiensi penyisihan amonia dari limbah dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
(3.3)
dimana:
C 0 = Konsentrasi awal amonia (ppm)
C t = Konsentrasi amonia pada saat t (ppm)
L, a, C*
C1
Q
Flowmeter
VL
CL
Pompa
Valve
V-1
Absorben (out)
Tangki Umpan
Absorben (in)
Gambar 3.7. Skema Peralatan Proses Membran untuk Penurunan Rumus Koefisien
Perpindahan Massa
Perpindahan amonia melewati tiap satuan serat membran dapat ditulis sebagai
berikut:
dC
VL L
dz
*
= K a (CL C )
(3.4)
Tekanan amonia pada fasa gas sama dengan tekanan amonia pada serat
sehingga konsentrasi amonia pada fasa interface (C*) cenderung konstan, sangat kecil
dan dapat diabaikan. Pada laju alir gas yang sangat kecil di dalam serat, penurunan
tekanan sepanjang serat dapat diabaikan dan diasumsikan tekanan konstan. Jika
pengaruh konsentrasi amonia terlarut (C L ) konstan maka batas kondisi C L =C 1 pada
Z=0 dan C L =C 2 pada Z=L diaplikasikan, dan integrasi persarmaan akan menghasilkan
persamaan berikut ini:
z=
L K a
dCL
=
dz
*
CL =
C1 pada z =
z=
0 (C C )
0
VL
L
CL =
C2 pada z =
L
C2
z=L K a L
ln CL C * =
C1 z =0
VL
C C* K a L
ln 1
=
*
VL
C2 C
C2 C *
K a L
ln
=
*
VL
C1 C
C2 C *
K a L
exp
=
*
VL
C1 C
K a L
C2 C * = C1 C * exp
VL
K a L
C2 =C * + C1 C * exp
VL
(3.5)
Luas permukaan spesifik (a) telah diketahui nilainya dalarn modul serat
berongga dan siap dihitung dari jumlah dan ukuran serat serta dimensi rnodul. Apabila
reservoir air dicampur dengan baik maka neraca massa pada reservoir adalah:
dC
V 1 =QC1 QC2
dt
(3.6)
K a L
dC1 Q *
*
=
C + C1 C exp
(C1 )
dt V
VL
K a L
dC1 Q
*
*
=
C1 C exp
(C1 C )
dt V
VL
K a L
dC1
Q
=
exp
1 dt
V
VL
C1 C *
(3.7)
Integrasi pada batas kondisi t=0, C 1 =0 dan t=t, C 1 =C memberikan hubungan
konsentrasi terhadap waktu.
CL =
C padat =
t
dCL
=
CL =
C0 padat =
0
CL C *
K a L
Q
exp
1 dt
t=
0V
V
L
t=
t
C C* Q
K a L
= exp
ln
1 t
*
VL
C0 C V
(3.8)
Dari persamaan ini, koefisien perpindahan massa kesekuruhan (K) dapat dicari
dengan memplotkan ln[C*/ C*- C 1 ] vs t, kemudian slope (kemiringan) garis dapat
dihitung, dengan demikian nilai K dapat diketahui dengan persamaan 3.9.
K a L
Q
slope = exp
1
V
VL
=
K
VL V slope
ln
+ 1
aL
Q
dimana K adalah
(3.9)
(cm3/det), V adalah volume tangki (cm3), a adalah luas permukaan membran (cm2) dan
L adalah panjang serat (cm).
Dua asumsi penting yang diterapkan dalam dua persamaan di atas adalah:
1. Waktu respon perhitungan amonia cukup cepat untuk mengawasi laju
perubahan amonia secara akurat.
2. Asumsi umpan konstan yang masuk ke dalam modul harus realistis dengan
konsentrasi amonia dalam tangki yang berubah secara perlahan-lahan jika
dibandingkan dengan perubahan konsentrasi di dalam modul.
Kedua asumsi di atas akan memuaskan jika tangki air dengan volume besar digunakan
pada desain eksperimen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini penyisihan amonia dari air limbah dilakukan dengan
beberapa variasi konfigurasi proses penyisihan yaitu:
proses
membran,
proses
dalam reaktor hibrida ozon plasma (RHOP), gabungan RHOP dan ozonator,
gabungan membran dan RHOP, serta gabungan membran, RHOP dan ozonator.
Untuk mengetahui efektivitas penyisihan amonia terlarut dari semua variasi
konfigurasi proses tersebut dapat diketahui dari persen penyisihan amonia (%R)
dan koefisien perpindahan massa. Pada studi perpindahan massa akan dipelajari
pengaruh laju alir umpan, pH larutan umpan, temperatur umpan dan jumlah serat
membran terhadap perpindahan massa, serta perbandingan perbandingan konfigurasi
proses terhadap perpindahan massa.
Sampel amonia dalam larutan umpan limbah diukur dengan menggunakan
amonia meter Mi 405 produk Martini Instrument untuk mengetahui konsentrasi
(ppm) yang tertinggal dalam larutan umpan, analisa ini dilakukan dengan rentang
waktu 20 menit selama waktu sirkulasi 2 jam.
4.1 Penyisihan Amonia Terlarut dalam Air Limbah Sintetis
Persen penyisihan (%R) menunjukkan kemampuan dari larutan penyerap
dalam mengabsorpsi amonia, semakin tinggi nilai %R, semakin baik pula
performa kinerja proses. %R amonia terlarut dihitung dengan perubahan konsentrasi
amonia di dalam umpan selama selang waktu tertentu.
4.1.1 Proses Penyisihan dalam Reaktor Hibrida Ozon Plasma (RHOP)
Proses oksidasi lanjut yang akan digabungkan dengan absorbsi dalam membran
adalah dengan menggunakan Reaktor Hibrida Ozon Plasma (RHOP). Untuk
mengetahui kemampuan RHOP untuk menyisihkan amonia dalam penelitian ini juga
dilakukan proses tunggal menggunakan RHOP . Dari Gambar 4.1 dapat diketahui
pengaruh pH umpan terhadap penyisihan amonia dalam RHOP, dari gambar tersebut
dapat diketahui kenaikan pH akan berbanding lurus dengan penyisihan amonia. Hasil
dari %R penyisihan amonia tertinggi menggunakan RHOP yaitu sebesar 11,7 %, pada
pH umpan 12. Efisiensi yang rendah dikarenakan reaktor plasma menggunakan
tegangan yang cukup rendah 175 Volt, sehingga produktivitas ozon dan radikal OH
dengan jumlah yang belum cukup untuk menyisihkan amonia di dalam air limbah.
Dalam RHOP, reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi lanjut. Proses oksidasi
lanjut adalah suatu metode yang memanfaatkan keberadaan radikal dan spesi aktif
sebagai oksidator yang sangat kuat untuk menguraikan suatu senyawa yang tidak dapat
dioksidasi dengan oksidator konvensional. Oksidasi lanjut dalam RHOP akan
menghasilkan spesi aktif ozon dan radikal OH. Ozon terbentuk karena terjadinya
dekomposisi atom oksigen dalam reaktor RHOP. Selanjutnya dalam kondisi basa ozon
akan terdekomposisi menjadi radikal OH yang sangat reaktif sehingga dapat
menyerang atom atau molekul lainnya menjadi senyawa baru.
Dekomposisi ozon dalam air diawali dengan reaksi ozon dengan ion OH- yang
diikuti pembentukan beberapa spesies radikal lainnya seperti OH, HO 2 , dan HO 3
(Rodrguez A. 2008). Reaksi perubahan ozon membentuk spesies radikal melalui tiga
tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Inisiasi :
O 3 + OH- O 2 - + HO 2
(4.1)
Propagasi :
HO 2
O 2 - + H+
(4.2)
O 3 + O 2 - O 3 - + O 2
(4.3)
O 3 - + H+
(4.4)
HO 3
HO 3 HO + O 2
O 3 + HO HO 4
(4.5)
HO 4 HO 2 + O 2
-
HO 2 + H+
H2O
(4.6)
(4.7)
(4. 8)
HO + H 2 O 2 HO 2 + H 2 O
(4.9)
HO + HO 2 - HO 2 + HO-
(4.10)
Terminasi :
HO + O 3 O 3 + HO-
(4.11)
HO 4 + HO 4 H 2 O 2 + 2O 3
(4.12)
HO 4 + HO 3 H 2 O 2 + O 2 + O 3
(4.13)
(4.14)
(4.15)
(4.16)
NH 2 + H 2 O 2 NHOH + H 2 O
NH 2 + HO NH 2 OH
bercampur dengan air limbah dalam injektor-mixer dan kemudian mengalir ke dalam
reaktor hibrida ozon plasma. .
Ozon tidak reaktif terhadap amonia, hal ini dikarenakan molekul amonia
memiliki sepasang elektron bebas yang cenderung menolak ozon. Berikut ini
merupakan reaksi antara amonia dengan ozon yang akan membentu ammonium nitrat :
2NH 3 + 4O 3 NH 4 NO 3 + 4O 2 + H 2 O
(4.17)
Pada pH basa, lifetime ozon semakin menurun dan ozon akan terdekomposisi
menjadi radikal OH. Penambahan injeksi ozon ini diharapkan dapat meningkatkan
pembentukan radikal OH, sehingga proses oksidasi lanjut dalam RHOP semakin
efektif. Oleh karena itu peningkatan pH dan penambahan ozonator akan secara
simultan meningkatkan persen penyisihan amonia.
Dari Gambar 4.2 dapat diketahui terjadi peningkatan %R bila dibandingkan
dengan proses RHOP. Hasil dari %R penyisihan amonia tertinggi menggunakan
RHOP yaitu sebesar 11,7 % sedangkan pada gabungan proses RHOP-ozon sebesar
18,3 % terjadi kenaikan sebesar +7 %, pada pH umpan 12. Gabungan proses RHOP
dan ozon meningkatkan jumlah spesi aktif ozon dan radikal OH serta dapat
membantu memperlama life radikal OH yang akan mengoksidasi NH 3 dan ion
hidroksil (OH-) yang menggeser kesetimbangan amonia sehingga penyisihan amonia
menggunakan proses gabungan RHOP, dan ozon berlangsung lebih efektif.
Gambar 4.3 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran Variasi Laju Alir Umpan
Gambar 4.4 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran Variasi Temperatur Umpan
4.1.4
RHOP-Ozon
Dalam penelitian sebelumya diketahui bahwa dalam membran hanya molekul
amonia volatil yang dapat disisihkan melalui membran, sedangkan ion amonia NH 4 +
tertahan dalam membran (Ashrafizadeh dan Khorasani, 2010) (Hasanoaglu dkk.,
2010). Untuk meningkatkan persen penyisihan amonia dilakukan penggabungan
proses membran dengan proses oksidasi lanjut dalam RHOP dan RHOP-Ozon.
Mekanisme penyisihan amonia dalam air limbah menggunakan gabungan membran
dan RHOP serta ozon dapat dilihat pada gambar 4.5. Dalam penelitian ini akan
dipelajari pengaruh variasi temperatur larutan umpan, pH larutan umpan dan serat
membran terhadap proses penyisihan amonia.
konsentrasi amonia yang paling signifikan pada kedua proses. Dengan menggunakan
konfigurasi proses gabungan Membran dan RHOP diperoleh persen penyisihan sebesar
75,3% dan untuk gabungan proses Membran, RHOP dan Ozon diperoleh persen
penyisihan sebesar 81,3 %.
NH 4 + ( aq ) + OH ( aq )
NH 3( g ) + H 2O(l )
k2
(4.19)
jumlah amonia dalam larutan yang akan dipisahkan melalui kontaktor membran akan
meningkat (El-Bourawi M.S. 2007).
Pada kedua gambar 4.7 dan 4.8 kenaikan pH pada pH 12 tidak berpengaruh
signifikan terhadap proses pemisahan hal ini disebabkan karena pada pH 12 kenaikan
jumlah amonia volatil (NH 3 ) juga tidak terlalu signifikan sesuai dengan grafik
pengaruh pH pada distribusi amonia dan amonium dalam air (Frensenius, 1987).
Peningkatan pH larutan umpan amonia hingga 11 dapat meningkatkan efisiensi
penghapusan amonia secara signifikan, sementara peningkatan pH yang lebih tinggi
tidak menghasilkan peningkatan yang signifikan (Ashrafizadeh dan Khorasani, 2010).
Gambar 4.10 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran-RHOP Variasi Serat Membran
Gambar 4.11 Variasi serat membran terhadap penyisihan Amonia dengan Gabungan
Membran-RHOP
untuk
penyisihan
amonia
dalam
kapasitas
yang
besar
dengan
Gambar 4.12 Nilai %R pada berbagai Macam Proses Selama Selang Waktu 2 Jam.
Penelitian
Sekarang
dan Khorasani
pH limbah
11
11
800
800
0,00139
0,053
Bahan membran
PVC
Polipropilen/Polietilen
0,0703
1,4
(ppm)
(m2)
Dari tabel 4.1 dapat kita dua faktor yang sangat berbeda dari kondisi operasi
referensi dangan kondisi operasi penelitian adalah laju alir limbah dan luas permukaan.
Laju alir umpan yang digunakan pada penelitian ini yaitu 5 LPM (0,00139 m/s) 38 kali
lebih rendah jika dibandingkan dengan laju alir umpan yang digunakan pada referensi
yaitu sebesar 0,053 m/s. Semakin besar laju alir limbah maka akan meningkatkan
turbulensi, sehingga akan meningkatkan laju difusi amonia ke dalam serat membran
yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi penyisihan.
Pada percobaan ini total luas permukaan membran terbesar yang digunakan
hanya 0,073 m2 sedangkan total luas permukaan membran yang digunakan pada
referensi jauh lebih tinggi yaitu 1,4 m2. Luas permukaan membran yang digunakan
pada referensi 20 kali lebih besar dibandingkan dengan luas permukaan membran yang
digunakan pada percobaan ini. Perbedaan luas permukaan membran yang cukup
signifikan ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi penyisihan amonia
yang diperoleh. Semakin besar luas permukaan membran yang digunakan, maka
semakin luas permukaan kontak antara molekul amonia dengan membran sehingga
semakin banyak amonia yang dapat disisihkan, yang pada akhirnya meningkatkan
efisiensi penyisihan.
4.2 Studi Perpindahan Massa
Proses separasi dalam membran sangat dipengaruhi oleh koefisien perpindahan
massa dalam membran. Laju perpindahan massa merupakan faktor penting dalam
optimasi proses aerasi dalam pengolahan limbah cair. Sedangkan koefisien
perpindahan massa merupakan faktor yang menentukan laju perpindahan massa.
Untuk mempelajari efektifitas penyisihan amonia dilakukan studi perpindahan massa.
Studi perpindahan massa dilakukan dengan mencari nilai koefisien perpindahan massa
pada
proses
membran,
gabungan
membran
dan
RHOP
serta
gabungan
partikel dan M adalah berat molekul, Sehingga semakin tinggi temperatur akan
meningkatkan koefisien difusivitas. Semakin tinggi koefisien difusivitas maka akan
meningkatkan koefisien perpindahan massa.
Pada proses gabungan membran dan RHOP serta gabungan proses membran,
RHOP dan Ozon nilai koefisien perpindahan massa semakin tinggi bila dibandingkan
dengan proses membran tunggal. Hal ini disebabkan karena pada proses oksidasi lanjut
dalam RHOP dan atau ozon dapat mengurangi beban membran karena dalam proses
oksidasi lanjut terbentuk spesi aktif ozon dan radikal OH yang dapat mendegradasi
amonia serta ion OH- yang dapat menggeser reaksi kesetimbangan amonia dalam air.
Gambar 4.14 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Proses Membran
Gambar 4.15 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan MembranRHOP
Gambar 4.16 Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP-Ozon
Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
peningkatan pH larutan umpan amonia hingga 11 dapat meningkatkan koefisien
perpindahan massa secara signifikan, sementara peningkatan pH yang lebih tinggi
tidak menghasilkan peningkatan yang signifikan (Ashrafizadeh dan Khorasani, 2010 ;
Bhattacharya dkk, 2012).
Sedangkan pengaruh pH terhadap proses oksidasi lanjut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pada pH rendah (<7), ozon bereaksi sebagai molekul O 3 dengan reaksi
yang lambat dan hanya dapat mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu
dalam air, melalui reaksi elektrofilik, nukleofilik, atau reaksi tambahan
dipolar (reaksi langsung oleh ozon) lebih mendominasi.
2. Pada pH yang tinggi (>8) secara cepat ozon akan terdekomposisi menjadi
radikal bebas hidroksil (radikal OH) yang dapat bereaksi dengan
mikropolutan organik maupun anorganik (reaksi tidak langsung oleh
radikal hidroksil). Sehingga reaksi tidak langsung oleh radikal hidroksil
lebih banyak terjadi. (Bader 1978)
Penelitian ini dilakukan pada kondisi basa sehingga terdapat dua mekanisme
reaksi yang terjadi pada oksidasi senyawa amonia, yaitu reaksi dengan molekul ozon
itu sendiri dan yang kedua adalah reaksi radikal hidroksil dengan senyawa fenol.
Radikal OH mampu memecahkan amonia di dalam liquida di karenakan mempunyai
potensial oksidasi yang cukup tinggi. Dengan adanya konsentrasi radikal yang tinggi,
maka degradasi senyawa amonia akan semakin cepat. Dalam proses oksidasi lanjut
selain terbentuk ozon dan radikal OH, pada proses selanjutnya juga akan terbentuk
ion OH- yang akan mampu menggeser reaksi kesetimbangan. Sehingga dapat
disimpulkan Reaktor Hibrida Ozon Plasma akan lebih efektif untuk mendegradasi
amonia pada pH basa.
Gambar 4.17 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan MembranRHOP
Gambar 4.18 Koefisien Perpindahan Massa Penyisihan Amonia pada Gabungan MembranRHOP-Ozon
Gambar 4.19 Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
Pengaruh variasi jumlah serat terhadap proses perpindahan massa dapat dilihat
dari nilai koefisien perpindahan massa yang didapat. Pada Gambar 4.20 dan 4.21
Gambar 4.20 Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran-RHOP
Gambar 4.21 Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Gabungan
Membran-RHOP-Ozon
berbanding
terbalik
dengan
fraksi
kekosongan
().
Fraksi
Menurunnya nilai koefisien perpindahan massa ini disebabkan semakin tinggi fraksi
kekosongan () atau semakin sedikit jumlah serat di dalam kontaktor semakin baik
kontak yang terjadi antara serat dengan air karena pergerakan serat di dalam kontaktor
juga semakin dinamis. Efek ini dikenal sebagai renewal effect yang dapat
menyebabkan peningkatan koefisien perpindahan massa di dalam kontaktor membran
serat berongga (Lipnizki dan Field, 2001). Dari sudut pandang yang lain,
ketergantungan geometri dari profil lapisan interfasa dapat juga meningkatkan
koefisien perpindahan massa dari kontaktor dengan fraksi kepadatan membran yang
lebih rendah. Kenaikan ini berbanding langsung dengan kondisi lapisan perpindahan
massa dimana lapisan tahanan perpindahan massanya jadi semakin tipis dengan
naiknya derajat kurvatur, semisal turunnya diameter luar serat dengan kondisi lainnya
yang tetap. Lebih jauh lagi efek ini deperkuat dengan serat yang bergerak di dalam
kontaktor untuk menciptakan lapisan perpindahan massa yang baru. Dengan demikian
berdasarkan teori ini koefiien perpindahan massa naik dengan turunnya fraksi
kepadatan membran di dalam kontaktor, khususnya pada laju alir air yang besar.
Berdasarkan gambar 4.22, dapat dijelaskan bahwa koefisien perpindahan massa
naik dengan naiknya laju alir umpan, dan turun dengan naiknya jumlah serat di dalam
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.22 Koefisien Perpindahan Massa pada (a) Proses Membran Variasi Laju Alir
(b)Proses Gabungan Membran-RHOP dan (c)Proses Gabungan Membran-RHOP-Ozon Variasi
Jumlah Serat
Dari grafik 4.23 dapat diketahui dengan penggabungan proses membran dan
RHOP serta ozon dapat meningkatkan koefisien perpindahan massa Nilai koefisien
perpindahan massa pada proses gabungan membran, RHOP dan ozon lebih besar
dibandingkan dengan proses gabungan membran dan RHOP. Fenomena ini telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa penambahan ozon yang diinjeksikan
kedalam RHOP akan meningkatkan pembentukan radikal OH, sehingga proses
pemisahan juga menjadi semakin efektif.
Selain itu juga dapat dilihat bahwa pengaruh kenaikan suhu lebih signifikan
pada konfigurasi proses gabungan membran dan RHOP, serta gabungan membran,
RHOP dan ozonator dibandingkan dengan proses tunggal membran. Hal ini seperti
dijelaskan pada penjelasan sebelumnya kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah
NH 3 dalam umpan dan memudahkan terjadinya tumbukan elektron, sehingga
memudahkan plasma terbentuk. Terjadinya plasma akan mempengaruhi terbentuknya
ozon, radikal OH dan ion OH- yang berperan dalam proses penyisihan amonia.
Sehingga penggabungan proses membran, RHOP dan Ozonator serta kenaikan suhu
akan secara simultan berpengaruh terhadap peningkatan penyisihan amonia.
Gambar 4.23. Perbandingan Konfigurasi Proses Membran, Membran-RHOP dan MembranRHOP-Ozon pada kondisi operasi suhu 300C dan pada kondisi operasi suhu 400C
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ashrafizadeh, S.N. Khorasani, Z. (2010), Ammonia removal from aqueous solutions
using hollow-fiber membrane contactors', Chemical Engineering Journal,
162 (1), 242-49.
Ashrafizadeh, S.N. Mashallah Rezakazemi, Saeed Shirazian (2012), Simulation of
ammonia removal from industrial wastewater streams by means of a hollowfiber membrane contactor, Desalination Journal 285, 383-392
Alnaizy and Akgerman (2000), Advanced Oxidation of Phenolic Coumpound.
Ban Ji-Young, Hyun II Kim, Sui-Jin Choung, Harim Jeong, Misook Kang (2008),
NH 3 removal using the dielectric barrier discharge plasma V-TiO 2
photocatalytic hybrid system, Korean J. Chem. Eng, 25 (4), 780-860.
Beauty, D., (2010 ), Pengaruh pH pada Proses Penyisihan Amonia dari Air Limbah
melalui Kontaktor Membran Serat Berongga menggunakan Larutan Penyerap
Bahan Alami . Depok
Bhattacharya, Prashant K. dkk., (2012) Model prediction and experimental studies on
the removal of dissolved NH3 from water applying hollow fiber membrane
contactor, Journal of Membrane Science, 390 391.
Bonmatati, August dan Flotats, Xavier (2003), Air stripping of ammonia from pig
slurry: characterisation and feasibility as a pre- or post-treatment to
mesophilic anaerobic digestion, Waste Management, 23(3), 261-272.
Chandra, D. (ed.) (2009), Ammonia removal from aqueous solutions using hollow fiber
membrane using natural hot spring water (Departement of Chemical
Engineering University of Indonesia).
Cui, Z.F. Muralidhara, H.S. (2010), Membrane Technology: A Practical Guide to
Membrane Technology and Applications in Food and Bioprocessing
(Burlington: Elsevier).
Ding, Z., Liu, Liying Li, Zhaoman, Ma, Runyu, Yang, Zurong, (2006), Experimental
study of ammonia removal from water by membrane distillation (MD): The
comparison of three configurations, Journal of Membrane Science, 286(1-2),
93-103.
Drioli, E., Criscuoli, A., and Curcio, E. (2006), Membrane Contactors:
Fundamentals, Applications, and Potentialities (11; Weinheim: WileyVCH).
LAMPIRAN 1
DATA PENGAMATAN
6,8. Air
yang diinginkan artinya pH meter sudah mendeteksi total mol asam dalam
volume larutan.
2. Reaksi yang terjadi adalah reaksi volumetrik, tidak terjadi penyusutan
ataupun ekspansi volume akibat pengaruh intermolecular forces.
3. Untuk membuat larutan asam sulfat pH 1 ditambahkan larutan asam sulfat
+ 30 tetes. Jika menggunakan pipet tetes yang baik, 1 mL = 20 tetes.
1.3 Data Penyisihan Amonia
Data pengamatan perubahan konsentrasi amonia diperoleh dari proses
penyisihan amonia menggunakan berbagai variasi proses, yaitu: proses
membran, RHOP, RHOP-ozon, membran-RHOP, membran-RHOP-ozon.
Data pengamatan perubahan konsentrasi dari proses penyisihan amonia
diperoleh dengan , sebagai berikut:
- Laju sirkulasi air limbah dengan variasi 3 Lpm, 4 Lpm, dan 5 Lpm.
- Jumlah serat membran berongga dengan variasi 50, 60, dan 70.
- Temperatur umpan 20oC, 30oC, dan 40oC.
- pH larutan umpan (amonia) dengan variasi pH 10, 11, dan 12.
1.3.1
= 11
= 1,04
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.54
5.82
5.13
4.59
4.06
3.65
3.18
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
795.264
1.216
100
707.712
1.216
100
623.808
1.216
100
558.144
1.216
100
493.696
1.216
100
443.84
1.216
100
386.688
= 11
= 1,02
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.63
4.85
4.22
3.59
3.12
2.79
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
684.608
1.216
100
589.76
1.216
100
513.152
1.216
100
436.544
1.216
100
379.392
1.216
100
339.264
= 11
= 1,03
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.48
4.63
3.92
3.32
2.76
2.37
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
666.368
1.216
100
563.008
1.216
100
476.672
1.216
100
403.712
1.216
100
335.616
1.216
100
288.192
= 11
= 1,03
= 5 Lpm
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.62
4.95
4.28
3.89
3.49
2.78
= 70
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
683.392
1.216
100
601.92
1.216
100
520.448
1.216
100
473.024
1.216
100
424.384
1.216
100
338.048
= 11
= 1,05
= 5 Lpm
= 70
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.48
4.63
3.92
3.32
2.76
2.37
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
666.368
1.216
100
563.008
1.216
100
476.672
1.216
100
403.712
1.216
100
335.616
1.216
100
288.192
= 11
= 1,03
= 5 Lpm
= 70
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
1.3.2
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.55
5.39
4.55
3.91
3.22
2.62
2.18
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
796.48
1.216
100
655.424
1.216
100
553.28
1.216
100
475.456
1.216
100
391.552
1.216
100
318.592
1.216
100
265.088
= 10
= 15,5296 gram
Temperatur
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.56
6.3
6.24
6.19
6.11
6.06
5.93
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
797.696
766.08
758.784
752.704
742.976
736.896
721.088
= 11
= 15,5296 gram
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.54
6.24
6.18
6.1
6.05
5.98
5.82
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
795.264
758.784
751.488
741.76
735.68
727.168
707.712
= 12
= 15,5296 gram
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
1.3.3
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.58
6.21
6.18
6.11
6.05
5.95
5.81
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
800.128
755.136
751.488
742.976
735.68
723.52
706.496
= 10
= 15,5296 gram
Temperatur umpan
= 30oC
= 1,02
= 0,2 Gpm
Tegangan plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.57
6.28
6.14
6.06
5.88
5.75
5.53
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
798.912
763.648
746.624
736.896
715.008
699.2
672.448
= 11
= 15,5296 gram
= 30oC
= 1,04
= 0,2 Gpm
Tegangan plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.6
6.29
6.15
5.99
5.82
5.68
5.47
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
802.56
764.864
747.84
728.384
707.712
690.688
665.152
= 12
= 15,5296 gram
Temperatur umpan
= 30oC
= 1,02
= 5 Lpm
Tegangan plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
1.3.4
Konsentrasi
terbaca (ppm)
6.57
6.21
6.07
5.91
5.76
5.53
5.37
Larutan Umpan
faktor
faktor
koreksi pengenceran
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
1.216
100
Konsentrasi
aktual (ppm)
798.912
755.136
738.112
718.656
700.416
672.448
652.992
= 15,5296 gram
= 11
= 1,02
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.44
4.68
3.72
3.27
2.85
2.13
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
661.504
1.216
100
569.088
1.216
100
452.352
1.216
100
397.632
1.216
100
346.56
1.216
100
259.008
= 15,5296 gram
= 11
= 1,02
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.29
4.26
3.43
2.76
2.22
1.79
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
643.264
1.216
100
518.016
1.216
100
417.088
1.216
100
335.616
1.216
100
269.952
1.216
100
217.664
= 15,5296 gram
= 11
= 1,03
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
= 225 mA
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.18
3.98
3.14
2.37
1.97
1.62
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
629.888
1.216
100
483.968
1.216
100
381.824
1.216
100
288.192
1.216
100
239.552
1.216
100
196.992
= 10
= 15,5296 gram
= 1,03
Temperatur umpan
= 30oC
= 70 serat
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.58
4.86
3.84
3.32
2.86
2.25
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
678.528
1.216
100
590.976
1.216
100
466.944
1.216
100
403.712
1.216
100
347.776
1.216
100
273.6
= 11
= 15,5296 gram
= 1,00
Temperatur
= 30oC
= 70 serat
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
c)
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.29
4.26
3.43
2.76
2.22
1.79
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
643.264
1.216
100
518.016
1.216
100
417.088
1.216
100
335.616
1.216
100
269.952
1.216
100
217.664
= 12
= 15,5296 gram
= 1,03
Temperatur
= 30oC
= 70 serat
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.31
4.37
3.32
2.64
2.19
1.72
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
645.696
1.216
100
531.392
1.216
100
403.712
1.216
100
321.024
1.216
100
266.304
1.216
100
209.152
= 15,5296 gram
= 11
= 1,04
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.62
4.81
4.11
3.52
3.01
2.58
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
683.392
1.216
100
584.896
1.216
100
499.776
1.216
100
428.032
1.216
100
366.016
1.216
100
313.728
= 15,5296 gram
= 11
= 1,03
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.46
4.53
3.76
3.12
2.59
2.15
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
663.936
1.216
100
550.848
1.216
100
457.216
1.216
100
379.392
1.216
100
314.944
1.216
100
261.44
= 15,5296 gram
= 11
= 1,02
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.29
4.26
3.43
2.76
2.22
1.79
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
643.264
1.216
100
518.016
1.216
100
417.088
1.216
100
335.616
1.216
100
269.952
1.216
100
217.664
1.3.5
= 15,5296 gram
= 1,02
= 11
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.29
4.12
3.39
2.82
2.17
1.56
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
643.264
1.216
100
500.992
1.216
100
412.224
1.216
100
342.912
1.216
100
263.872
1.216
100
189.696
= 15,5296 gram
= 1,02
= 11
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.04
3.96
3.13
2.41
1.89
1.31
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
612.864
1.216
100
481.536
1.216
100
380.608
1.216
100
293.056
1.216
100
229.824
1.216
100
159.296
= 15,5296 gram
=1
= 11
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.07
3.83
2.98
2.19
1.71
1.23
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
616.512
1.216
100
465.728
1.216
100
362.368
1.216
100
266.304
1.216
100
207.936
1.216
100
149.568
= 10
= 15,5296 gram
= 1,03
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.36
4.27
3.54
2.99
2.63
1.88
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
651.776
1.216
100
519.232
1.216
100
430.464
1.216
100
363.584
1.216
100
319.808
1.216
100
228.608
= 11
= 15,5296 gram
= 1,02
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.04
3.96
3.13
2.41
1.89
1.31
= 150 L/h
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
612.864
1.216
100
481.536
1.216
100
380.608
1.216
100
293.056
1.216
100
229.824
1.216
100
159.296
= 12
= 15,5296 gram
= 1,04
Temperatur umpan
= 30oC
= 70
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.01
3.83
2.92
2.27
1.88
1.3
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
609.216
1.216
100
465.728
1.216
100
355.072
1.216
100
276.032
1.216
100
228.608
1.216
100
158.08
= 15,5296 gram
= 11
= 1,02
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.57
5.33
4.26
3.61
2.95
2.59
2.01
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
798.912
1.216
100
648.128
1.216
100
518.016
1.216
100
438.976
1.216
100
358.72
1.216
100
314.944
1.216
100
244.416
= 15,5296 gram
= 11
=1
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.56
5.15
4.04
3.31
2.62
2.25
1.65
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
797.696
1.216
100
626.24
1.216
100
491.264
1.216
100
402.496
1.216
100
318.592
1.216
100
273.6
1.216
100
200.64
= 15,5296 gram
= 11
= 1,04
Temperatur umpan
= 30oC
= 0,2 Gpm
= 12,5 Lpm
Tegangan Plasma
= 9300 V
Arus Plasma
= 225 mA
Tegangan Ozon
= 10100 V
Arus Ozon
= 400 mA
= 150 L/h
Konsentrasi
terbaca
(ppm)
6.58
5.04
3.96
3.13
2.41
1.89
1.31
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
1.3.6
Larutan Umpan
faktor
faktor
Konsentrasi
aktual
koreksi pengenceran
(ppm)
1.216
100
800.128
1.216
100
612.864
1.216
100
481.536
1.216
100
380.608
1.216
100
293.056
1.216
100
229.824
1.216
100
159.296
Bahan-bahan
yang
Dibutuhkan
untuk
Pengujian
Produktivitas Ozonator
Proses pembuatan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Buat larutan KI 0,1 N dengan cara melarutkan 20 g KI ke dalam 1000
mL aquades
b. Larutkan 0,62 g Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O ke dalam 1000 mL aquades sehingga
didapat larutan Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O 0,005 N
c. Encerkan larutan H 2 SO 4 pekat (18 N) sebanyak 14 mL ke dalam aquades
sampai didapat larutan H 2 SO 4 2 N sebanyak 250 mL
d. Larutkan 1 g padatan starch ke dalam aquades hingga 100 mL, panaskan
hingga mendidih, lalu dinginkan sehingga didapat larutan amilum 1 %
Kemudian ditambahkan
(3)
Dari reaksi di atas dapat kita hitung produktivitas ozon pada plasma dan pada
reaktor hibrida plasma-ozon. Berikut ini uraian perhitungan produktivitas ozon:
= 0,3 mL
= x mol Na2S2O3.5H2O
= x (0,005 mol x 0,0003 L)
= 7,5 x 10-7 mol
WO 3
= mol O 3 x BM O 3
= 7,5 x 10-7 mol x 48 gr/mol
= 3,6 x 10-5 gram = 3x 10-2 mg
Produktivitas ozon
=
=
= 0,029 mg/hr
= 0,8 mL
= x mol Na2S2O3.5H2O
= x (0,005 mol x 0,0008 L)
= 2 x 10-6 mol
WO 3
= mol O 3 x BM O 3
= 2 x 10-6mol x 48 gr/mol
= 9,6 x 10-5 gram = 9,6 x 10-2 mg
Produktivitas ozon
=
=
= 0,0576 mg/hr
Energi (kWh)
0,023
0,046
Energi (kWh)
0,008
0,016
Energi (kWh)
0,008
0,016
Energi (kWh)
0,021
0,042
Daya (kW)
Energi (kWh)
0,421
0,211
Daya (kW)
Energi (kWh)
0,046
0,092
Kompresor
Ozon
Jadi total energi yang dibutuhkan untuk keseluruhan proses dengan waktu
sirkulasi 2 jam adalah 0,423 kWh. Biaya listrik dihitung berdasarkan tarif dasar
listrik untuk industri adalah sebesar Rp 796,- per kWh, maka:
Biaya listrik total = Rp 796,-
0,423 = Rp 337,-
LAMPIRAN 2
PENGOLAHAN DATA
2.1 Perhitungan Efisiensi Penyisihan Amonia (%R)
Efisiensi penyisihan amonia dinyatakan oleh nilai % rejeksi (%R) yang
ditentukan menggunakan persamaan:
Dimana,
C0
Ct
Konsentrasi
NH3 (ppm)
795.264
707.712
623.808
558.144
493.696
443.84
386.688
%R
0
0.110091743
0.21559633
0.298165138
0.379204893
0.441896024
0.513761468
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
684.608
589.76
513.152
436.544
379.392
339.264
%R
0
0.143074581
0.261796043
0.357686454
0.453576865
0.525114155
0.575342466
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
666.368
563.008
476.672
403.712
335.616
288.192
%R
0
0.164634146
0.294207317
0.402439024
0.493902439
0.579268293
0.638719512
Gambar 1. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran dengan
Vaariasi Laju Alir Umpan
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
683.392
601.92
520.448
473.024
424.384
338.048
%R
0
0.143292683
0.245426829
0.347560976
0.407012195
0.467987805
0.576219512
b) Temperatur 300C
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
666.368
563.008
476.672
403.712
335.616
288.192
%R
0
0.164634146
0.294207317
0.402439024
0.493902439
0.579268293
0.638719512
Konsentrasi
NH3 (ppm)
796.48
655.424
553.28
475.456
391.552
318.592
265.088
%R
0
0.177099237
0.305343511
0.403053435
0.508396947
0.6
0.667175573
c) Temperatur 400C
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Gambar 2. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran dengan
Variasi Temperatur Umpan
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
766.080
758.784
752.704
742.976
736.896
721.088
%R
0
0.040
0.049
0.056
0.069
0.076
0.096
Konsentrasi
NH3 (ppm)
795.264
758.784
751.488
741.760
735.680
727.168
707.712
%R
0
0.046
0.055
0.067
0.075
0.086
0.110
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
755.136
751.488
742.976
735.68
723.52
706.496
%R
0.000
0.056
0.061
0.071
0.081
0.096
0.117
b) pH Umpan 11
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
c) pH Umpan 12
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
763.648
746.624
736.896
715.008
699.200
672.448
%R
0.0000
0.0441
0.0654
0.0776
0.1050
0.1248
0.1583
Konsentrasi
NH3 (ppm)
802.560
764.864
747.840
728.384
707.712
690.688
665.152
%R
0.0000
0.0470
0.0682
0.0924
0.1182
0.1394
0.1712
b) pH Umpan 11
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
c) pH Umpan 12
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
755.136
738.112
718.656
700.416
672.448
652.992
%R
0.0000
0.0548
0.0761
0.1005
0.1233
0.1583
0.1826
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
661.504
569.088
452.352
397.632
346.56
259.008
%R
0
0.170731707
0.286585366
0.432926829
0.50152439
0.56554878
0.675304878
b) Temperatur 30oC
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
%R
0
0.194824962
0.351598174
0.477929985
0.579908676
0.662100457
0.727549467
c) Temperatur 40oC
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
629.888
483.968
381.824
288.192
239.552
196.992
%R
0
0.210365854
0.393292683
0.521341463
0.638719512
0.699695122
0.75304878
Gambar 5. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
dengan Variasi Temperatur
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
678.528
590.976
466.944
403.712
347.776
273.6
%R
0
0.150684932
0.260273973
0.415525114
0.494672755
0.564687976
0.657534247
b) pH Umpan 11
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
%R
0
0.194824962
0.351598174
0.477929985
0.579908676
0.662100457
0.727549467
c) pH Umpan 12
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
645.696
531.392
403.712
321.024
266.304
209.152
%R
0
0.193009119
0.335866261
0.495440729
0.598784195
0.667173252
0.738601824
Gambar 6. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
dengan Variasi pH
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
683.392
584.896
499.776
428.032
366.016
313.728
%R
0
0.144596651
0.267884323
0.374429224
0.464231355
0.541856925
0.607305936
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
663.936
550.848
457.216
379.392
314.944
261.44
%R
0
0.170212766
0.311550152
0.428571429
0.525835866
0.606382979
0.67325228
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
%R
0
0.194824962
0.351598174
0.477929985
0.579908676
0.662100457
0.727549467
Gambar 7. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
dengan Variasi Serat Membran
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
643.264
500.992
412.224
342.912
263.872
189.696
%R
0
0.193597561
0.37195122
0.483231707
0.570121951
0.669207317
0.762195122
b) Temperatur 30oC
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
%R
0
0.234042553
0.398176292
0.524316109
0.633738602
0.712765957
0.800911854
c) Temperatur 40oC
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
616.512
465.728
362.368
266.304
207.936
149.568
%R
0
0.227134146
0.416158537
0.545731707
0.666158537
0.739329268
0.8125
Gambar 8. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
Ozon dengan Variasi Temperatur
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
651.776
519.232
430.464
363.584
319.808
228.608
%R
0
0.182926829
0.349085366
0.460365854
0.544207317
0.599085366
0.713414634
b) pH Umpan 11
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
%R
0
0.234042553
0.398176292
0.524316109
0.633738602
0.712765957
0.800911854
c) pH Umpan 12
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
609.216
465.728
355.072
276.032
228.608
158.08
%R
0
0.238601824
0.417933131
0.556231003
0.655015198
0.714285714
0.802431611
Gambar 9. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
Ozon dengan Variasi pH
Konsentrasi
NH3 (ppm)
798.912
648.128
518.016
438.976
358.72
314.944
244.416
%R
0
0.188736682
0.351598174
0.450532725
0.550989346
0.605783866
0.694063927
Konsentrasi
NH3 (ppm)
797.696
626.24
491.264
402.496
318.592
273.6
200.64
%R
0
0.214939024
0.384146341
0.495426829
0.600609756
0.657012195
0.74847561
Konsentrasi
NH3 (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
%R
0
0.234042553
0.398176292
0.524316109
0.633738602
0.712765957
0.800911854
Gambar 10. Persen Penyisihan pada Proses Penyisihan Amonia dengan Membran RHOP
Ozon dengan Variasi Serat Membran
Dimana:
k
= waktu (detik)
C0
Ct
Contoh perhitungan koefisien perpindahan massa pada variasi serat 70 laju alir 3
Lpm pada t = 1200 detik.
Luas permukaan membran (Am) =
= 0,070336 m2
= 0,005 m3
Volume limbah
C t (ppm)
Ln C 0 /C t
k (m/s)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
795.264
795.264
795.264
795.264
795.264
795.264
795.264
795.264
707.712
623.808
558.144
493.696
443.84
386.688
0
0.116636904
0.242831506
0.354057141
0.476754192
0.583209998
0.721055969
0
6.90951E-06
7.1926E-06
6.99138E-06
7.06067E-06
6.90981E-06
7.11916E-06
C t (ppm)
Ln C 0 /C t
k (m/s)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
684.608
589.76
513.152
436.544
379.392
339.264
0
0.15440439
0.303535128
0.442678704
0.60436163
0.744680831
0.856472237
0
9.14683E-06
8.99063E-06
8.74135E-06
8.95051E-06
8.8229E-06
8.45616E-06
t
(detik)
C 0 (ppm)
C t (ppm)
Ln C 0 /C t
k (m/s)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
666.368
563.008
476.672
403.712
335.616
288.192
0
0.179885502
0.348433735
0.514898949
0.68102582
0.865759923
1.018100648
0
1.06563E-05
1.03205E-05
1.01674E-05
1.00859E-05
1.02574E-05
1.0052E-05
Gambar 11. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
Variasi Laju Alir Umpan
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
C t (ppm)
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
683.392
601.92
520.448
473.024
424.384
338.048
Ln C 0 /C t
0
0.154658939
0.281603026
0.427037593
0.522581445
0.631088867
0.858539675
k (m/s)
0
9.16191E-06
8.34101E-06
8.43249E-06
7.73936E-06
7.47707E-06
8.47657E-06
b) Temperatur 300C
t
(detik)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
C t (ppm)
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
797.696
666.368
563.008
476.672
403.712
335.616
288.192
Ln C 0 /C t
0.00152323
0.181408732
0.349956964
0.516422179
0.68254905
0.867283153
1.019623877
k (m/s)
0
1.07466E-05
1.03656E-05
1.01975E-05
1.01085E-05
1.02755E-05
1.0067E-05
c) Temperatur 400C
Laju Alir 5 Lpm
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
796.48
796.48
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
796.48
655.424
553.28
475.456
391.552
318.592
265.088
Ln C 0 /C t
0
0.194919665
0.36586337
0.517453229
0.711609243
0.917816285
1.101665726
k (m/s)
0
1.15469E-05
1.08368E-05
1.02179E-05
1.05388E-05
1.08742E-05
1.0877E-05
Gambar 12. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
Variasi Temperatur Umpan
Suhu 20
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
661.504
569.088
452.352
397.632
346.56
259.008
Ln C 0 /C t
0
0.187211542
0.337692493
0.567266935
0.696200618
0.833671609
1.124868623
k (m/s)
0
1.10903E-05
1.00024E-05
1.12015E-05
1.03106E-05
9.87725E-06
1.11061E-05
b) Temperatur 300C
t
(detik)
Suhu 30
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
Ln C 0 /C t
0
0.216695587
0.433244672
0.649953571
0.867283153
1.085006637
1.300298213
k (m/s)
0
1.28369E-05
1.28326E-05
1.28343E-05
1.28443E-05
1.2855E-05
1.28382E-05
c) Temperatur 400C
Suhu 40
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
629.888
483.968
381.824
288.192
239.552
196.992
Ln C 0 /C t
0
0.236185547
0.499708784
0.736767803
1.018100648
1.20295706
1.398564454
k (m/s)
0
1.39915E-05
1.48012E-05
1.45486E-05
1.50779E-05
1.42525E-05
1.38084E-05
Gambar 13. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Variasi Temperatur Umpan
pH 10
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
678.528
590.976
466.944
403.712
347.776
273.6
Ln C 0 /C t
0
0.163325056
0.301475395
0.537041466
0.68254905
0.831692208
1.071583616
k (m/s)
0
9.67529E-06
8.92962E-06
1.06047E-05
1.01085E-05
9.8538E-06
1.058E-05
b) pH 11
t
(detik)
pH 11
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
Ln C 0 /C t
0
0.216695587
0.433244672
0.649953571
0.867283153
1.085006637
1.300298213
k (m/s)
0
1.28369E-05
1.28326E-05
1.28343E-05
1.28443E-05
1.2855E-05
1.28382E-05
c) pH 12
pH 12
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
800.128
645.696
531.392
403.712
321.024
266.304
209.152
Ln C 0 /C t
0
0.21444291
0.406227594
0.68102582
0.910211686
1.097089059
1.338666312
k (m/s)
0
1.27035E-05
1.20324E-05
1.34479E-05
1.34801E-05
1.29982E-05
1.3217E-05
Gambar 14. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Variasi pH Umpan
Serat 50
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
683.392
584.896
499.776
428.032
366.016
313.728
Ln C 0 /C t
0
0.156182169
0.311816748
0.469090804
0.624052843
0.780573754
0.934724434
k (m/s)
0
1.2953E-05
1.29303E-05
1.29681E-05
1.2939E-05
1.29474E-05
1.29203E-05
b) Serat 60
t
(detik)
Serat 60
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
C t (ppm)
800.128
663.936
550.848
457.216
379.392
314.944
261.44
Ln C 0 /C t
0
0.186585956
0.373312806
0.559615788
0.746201744
0.93237687
1.118566903
k (m/s)
0
1.28955E-05
1.29003E-05
1.28922E-05
1.2893E-05
1.28878E-05
1.28845E-05
c) Serat 70
Serat 70
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
643.264
518.016
417.088
335.616
269.952
217.664
Ln C 0 /C t
0
0.216695587
0.433244672
0.649953571
0.867283153
1.085006637
1.300298213
k (m/s)
0
1.28369E-05
1.28326E-05
1.28343E-05
1.28443E-05
1.2855E-05
1.28382E-05
Gambar 15. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Variasi Serat Membran
Suhu 20
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
643.264
500.992
412.224
342.912
263.872
189.696
Ln C 0 /C t
0
0.215172357
0.46513744
0.660160682
0.844253718
1.106263435
1.436304782
k (m/s)
0
1.27467E-05
1.37772E-05
1.30359E-05
1.25033E-05
1.31069E-05
1.4181E-05
b) Temperatur 300C
t
(detik)
Suhu 30
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
C t (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
Ln C 0 /C t
0
0.266628663
0.50779072
0.743001741
1.004407998
1.247457916
1.614007608
k (m/s)
0
1.57949E-05
1.50406E-05
1.46717E-05
1.48751E-05
1.47797E-05
1.59355E-05
c) Temperatur 400C
Suhu 40
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
616.512
465.728
362.368
266.304
207.936
149.568
Ln C 0 /C t
0
0.257649785
0.5381258
0.789067302
1.097089059
1.344497232
1.673976434
k (m/s)
0
1.5263E-05
1.59391E-05
1.55813E-05
1.62477E-05
1.59295E-05
1.65276E-05
Gambar 16. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Ozon Variasi Temperatur Umpan
pH 10
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
651.776
519.232
430.464
363.584
319.808
228.608
Ln C 0 /C t
0
0.202026628
0.429376776
0.616863876
0.785717216
0.914006757
1.249718826
k (m/s)
0
1.19679E-05
1.2718E-05
1.21809E-05
1.16364E-05
1.08291E-05
1.23388E-05
b) pH 11
t
(detik)
pH 11
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
C t (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
Ln C 0 /C t
0
0.266628663
0.50779072
0.743001741
1.004407998
1.247457916
1.614007608
k (m/s)
0
1.57949E-05
1.50406E-05
1.46717E-05
1.48751E-05
1.47797E-05
1.59355E-05
c) pH 12
pH 12
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
800.128
609.216
465.728
355.072
276.032
228.608
158.08
Ln C 0 /C t
0
0.27259883
0.5381258
0.809406987
1.061210771
1.249718826
1.618626338
k (m/s)
0
1.61486E-05
1.59391E-05
1.59829E-05
1.57164E-05
1.48065E-05
1.59811E-05
Gambar 17. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Ozon Variasi pH Umpan
Serat 50
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
798.912
C t (ppm)
798.912
648.128
518.016
438.976
358.72
314.944
244.416
Ln C 0 /C t
0
0.209162594
0.433244672
0.59880606
0.800708662
0.930855957
1.18437911
k (m/s)
0
1.7347E-05
1.79656E-05
1.6554E-05
1.66017E-05
1.54402E-05
1.63711E-05
b) Serat 60
t
(detik)
Serat 60
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
797.696
C t (ppm)
797.696
626.24
491.264
402.496
318.592
273.6
200.64
Ln C 0 /C t
0
0.241993888
0.484745911
0.684042414
0.917816285
1.070060387
1.380215315
k (m/s)
0
1.67249E-05
1.67511E-05
1.57587E-05
1.58582E-05
1.4791E-05
1.58984E-05
c) Serat 70
Serat 70
t
(detik)
C 0 (ppm)
0
1200
2400
3600
4800
6000
7200
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
800.128
C t (ppm)
800.128
612.864
481.536
380.608
293.056
229.824
159.296
Ln C 0 /C t
0
0.266628663
0.50779072
0.743001741
1.004407998
1.247457916
1.614007608
k (m/s)
0
1.57949E-05
1.50406E-05
1.46717E-05
1.48751E-05
1.47797E-05
1.59355E-05
Gambar 18. Koefisien Perpindahan Massa pada Penyisihan Amonia pada Membran
RHOP Ozon Variasi Serat Membran
2.2.4
DKn
2.82149E-07
2.86923E-07
2.91619E-07
2.2.5
k L Literatur
10
11
12
0.000013
0.0000145
0.0000147
kL
Perhitungan
0.0000127
0.0000159
0.0000160
LAMPIRAN 3
GAMBAR ALAT
Selongsong
Diameter luar : 3 cm
Diameter dalam : 2,4 cm
Panjang : 40 cm
Serat
Diameter luar : 1,5 mm
Diameter dalam : 0,8 mm
Ketebalan : 0,35 mm
Jumlah serat : 50,60 dan 70
b. Pompa
Panjang
: 24 cm
Diameter
: 2 cm
Tebal
: 1 mm
Liquida + gas O2
masuk
Dielektrik
Elektroda massa
(Kassa)
Elektroda
Tegangan Tinggi
Panjang
Diameter luar
: 36 cm
: 1 cm
h. Auto Transformator
Regulator tegangan berfungsi sebagai pengatur tegangan keluaran untuk NST
sesuai dengan yang diinginkan agar terjadi pelepasan korona, dapat dilihat pada
Gambar I.10. Spesifikasi Regulator yang kita gunakan adalah sebagai berikut :
Kapasitas
: 0,5 kVA
Range
: Input 220V
Output 0-250V
i. Injektor-mixer
Injektor yang digunakan berfungsi sebagai tempat berkontaknya udara dan
aliran fluida, sehingga terjadi proses pencampuran dan akan terbentuk
gelembung-gelembung di dalam fluida. Gelembung-gelembung ini
merupakan hasil diinjeksikan udara ke dalam aliran fluida agar fluida kaya
oksigen untuk proses ozonasi. Injektor dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
3. Ozonator
Spesifikasi selongsong:
Satu CD-Chamber
Panjang
Tebal
: 43 cm
: 0,47 cm
Panjang
: 40 cm
Diameter dalam
: 0,78 cm
Diameter luar
: 0,975 cm
Ozonator berfungsi sebagai alat yang menghasilkan ozon. Alat ini dapat
dilihat pada Gambar I.12.
Model
Volts
: LCB-R08
: 220 VAC, 50 Hz
5. Kompresor, adalah suatu alat untuk melayani udara bertekanan yaitu dengan
cara mengisap udara luar dan mengkompreskannya ke dalam ozonator atau
reaktor RHOP.
6. Amonia Meter, gambar alat amonia meter dapat dilihat pada gambar I.15
digunakan untuk mengukur konsentrasi amonia dengan spesifikasi:
Tipe : MI - 405
Range temperatur : 0 50 oC
12. Wadah reservoir, sebagai tempat untuk larutan ammonia dan larutan
penyerap. Wadah reservoir dapat dilihat pada Gambar I.18.