Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tingkah laku ikan yang sedang memijah?
2. Bagaimana ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad?
3. Bagaimana cara sripping ikan?
4. Bagaimana cara melakukan fertilisasi buatan?
5. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ginogenesis pada ikan?
6. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan menggunakan
ikan triploid?
7. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan menggunakan
ikan tetraploid?

C. TUJUAN
1. Untuk mengamati tingkah laku ikan yang sedang memijah.
2. Untuk mengamati ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad.
3. Untuk mengamati cara stripping ikan.
4. Untuk melakukan fertilisasi buatan.
5. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ginogenesis pada ikan.
6. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat ikan
triploid.
7. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat ikan
tetraploid.
BAB II
DASAR TEORI

Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam


pembelahan sel, dasarnya adalah penambahan atau pengurangan sel haplois atau
dipolid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal. Proses-proses
buatan dapat dilakukan untuk salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur
terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada zigot. Salah satu metode
manipulsi kromosom adalah poliploidisasi.
Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik
seperti kejutan (shock) suhu panas maupun dingin, hydrostatic pressure atau
secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel
pertama pada telur terfertilisasi. Masing-masing memiliki intensitas, lama dan
waktu perlakuan yang kritis dan perlu evaluasi lebih lanjut, sedangkan tiap spesies
mungkin memiliki perbedaan dalam merespon masing-masing perlakuan tersebut.
Peloncatan polar body II terjadi 3-7 menit setelah fertilisasi pada beberapa
spesies, sedangkan pembelahan mitosis pada ikan mas terjadi 20-40 menit setelah
fertilisasi.
Tingkah laku ikan memijah
Induk ikan betina yang siap melepaskan telur dapat diketahui dengan cara
memasukkan induk ikan jantan ke dalam bak pembenihan. Apabila induk jantan
mengikuti induk betina dan mendorong induk betina pada bagian lubang/porus
genitalnya dengan menggunakan moncongnya, induk jantan menggiring induk
betina untuk memijah dan biasanya disekitar perairan berbau amis.
Stripping ikan dan fertilisasi buatan
Stripping adalah pengurutan di bagian perut ikan dari anterior menuju ke
posteror atau menuju lubang kelamin/ porus genitalis. Sebagian besar telur yang
matang akan jatuh ke dalam rongga ovarian. Hal ini akan memudahkan dalam
melakukan stripping, sel telur dengan mudah dapat dikeluarkan. Keluarnya sel
telur atau sperma ketika ditekan pelan-pelan pada sisi dinding perut porus genital
induk betina atau jantan merupakan indikasi ikan tersebut telah matang gonad. Sel
telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang kering.
Pada waktu yang bersamaan induk betina distripping, salah satu induk
jantan juga distripping. Apabila sperma telah diambil, sperma dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi sel-sel telur, kemudian diauk-aduk dengan menggunakan
bulu ayam agar terjadi fertilisasi secara buatan.
Perkembangan Ovum(sel telur) dan sperma.
Perkembangan seksual ikan (ovum) dalam gonad dapat dibedakan dalam
beberapa stadia:
1. Stadia 1 : Sel telur primitif masih sangat kecil dengan ukuran 8-12 μ.,
pembelahannya secara mitosis.
2. Stadia II : Sel telur berkembang dengan ukuran 12-20 µ, disekitar sel telur
mulai membentuk folikel.
3. Stadia III: Sel telur tumbuh dan bertambah besar secara nyata sampai
mencapai ukuran 40-200 μ dan tertutup oleh folikel. Stadia 1-III
merupakan periode yang belum menggunakan nutrien untuk
perkembangan sel telur.
4. Stadia IV: Selama stadia ini mulai terjadi produksi dan pengumpulan
nutrien dari kuning telur. Sel telur harus berkembang berukuran
200-300 μ dengan akumulasi bintik-bintik material lipoid dalam
sitoplasmanya.
5. Stadia V : Stadia ini merupakan fase kedua dari vitelogenesis. Sitoplasma
dipenuhi oleh bintik-bintik lipoid dan mulai menghasilkan kuning
telur. Ukuran telur 350-500 μ.
6. Stadia VI : Merupakan fase ketiga dari vitelogenesis. Pada fase ini kuning
telur merupakn bintik-bintik lipoid kebagian pinggir/tepi sel,
disini mulai membentuk dua cincin. Nukleoli berperan
mensintesis protein dan akumulasi nutrien. Terlihat melekat
dengan membran nukleus, diameter sel telur 600-900 μ.
7. Stadia VII : Pada stadia ini proses vitelogenesis telah lengkap dan telur
berukuran 900-1000 μ. Ketika akumulasi kuning telur berakhir,
nukleoli tertarik kebagian tengah nukleus. Mikrovil berkembang
selama stadia ini. Stadia IV-VII ini merupakan fase
vitelogenesis, kuning telur disintesis dan terakumulasi dalam sel
telur. Sel telur pada stadia tersebut telah lengkap, betina
memerlukan pakan berprotei tinggi dan suhu lingkungan yang
optimal.
Perkembangan selanjutnya dari telur menjelang ovulasi diatur oleh
hipotalamus untuk mengeluarkan gonadotropin releasing hormone (GnRH/GtRH),
GnRH ini merangsang hipofisa anterior untuk mengeluarkan gonadotropin
hormone (GnH/GtH) yang terdiri dari FSH dan LH yang akan disekresikan dan
dialirkan kedalam aliran darah.
Pada kondisi lingkungan yang optimal, semua organ perasa memberikan
informasi tentang kondisi lingkungan seperti suhu yang sesuai, arus air, kehadiran
lawan jenis dan sebagainya. Akumulasi informasi dari sensori ini didalam
hipotalamus untuk memerintahkan dikeluarkannya GnRH pada hipofisa anterior
untuk melepaskan GnH kedalam sistem peredaran darah. Pelepasan GnH menuju
gonad yang bekerjanya sebelum proses ovulasi akhir. Pengaruh utama GnH
terhadap sel telur adalah perpindahan nukleus menuju mikrofil. Hal ini akan
diikuti oleh perpindahan massa, sehingga telur menyerap air. Sesudah preovulasi,
pada membran nukleus mulai nampak kromosomnya, telur mengalami stadia
meiosis (jumlah kromosom berkurang setengahnya). Pada waktu yang sama,
follikel melindungi ovum/sel telur pada dinding ovari dilarutkan oleh suatu enzim
dan telur yang telah siap untuk proses meiosis sel telur siap menunggu sperma,
memaksakan kedalam nukleus dari sel telur dan akhirnya ke mikrofil. Lebih
lanjut, adanya pronukleus jantan penting untuk pronukleus betina.
Proses perkembangan sperma tidak sekomplek perkembangan sel telur.
Spermatogonia primitif memperbanyak diri secara mitosis pada dinding tubuli
seminiferus testis. Dari spermatogonia akan berkembang menjadi spermatosit
primer, setiap spermatosit primer berkembang menghasilkan dua spermatosit
sekunder. Setiap spermatosit sekunder menhasilkan dua spermatid, dan spermatid
akan berkembang menjadi spermatozoa/sperma. Sperma berkumpul didalam
rongga tubulus seminiferus testis dan tetap dalam stadia dorman sampai kondisi
lingkungan sesuai, ketika diperintahkan oleh gonadotropin agar ikan jantan siap
untuk memijah.
Periode motil dari sperma sangat pendek dan dipengaruhi oleh suhu air.
Didalam air payau, sperma bergerak sangat aktif hanya kira-kira setengah menit
atau satu menit. Sperma ikan sangat kecil, jumlahnya 1cm3 sperma diperkirakan
10000-20000 juta sel, tergantung dari kepadatan milt.
Perkembangan dan inkubasi telur
Sesaat setelah telur terbuahi, telur segera berkembang. Perkembangan telur
sampai menjadi fase embrionik didalam sel telur selama inkubasi dan menetas
menjadi larva melalui pemecahan sel telur.
Pada saat mengembang. Telur telah lengkap yang mengalami dua fase
yaitu inti menjadi bentuk yang lebih mudah dibedakan baik dari bentuk maupun
warnanya. Kutub animal berbentuk bukit kecil dan kuning telur warnanya menjadi
kuning gelap. Proses tersebut tergantung pada suhu air. Pembelahan pada kkutub
animal dimulai dan satu sel membelah berturut-turut menjadi 2, 4, 8, 16 dan 32
sel. Stadia ini terllihat seperti sebuah ” mulberry ” dan ini merupakan akhir dari
stadium morula. Selanjutnya memasuki fase banyak sel atau blastoderm yang
dimulai dengan satu selaput sel. Kemudian secara berangsur-angsur berkembang
menjadi beberapa lapisan sel. Sel tersebut disebut blastomer. Jumlah blastomer
meningkat dan ukurannya menjadi semakin kecil. Pada stadia morula,
perkembangan embrio sangat sensitif terhadap goncangan dan sel tersebut akan
mudah terlepas dari permukaan sehingga menyebabkan kematian dari embrio.
Didalam sel trbentuk sebuah ruang yang berukuran kecil antara kuning telur yang
disebut segmentation cavity. Embrio pada stadia ini disbut blastula.
Sel-sel blastoderm pada mulanya tersusun pada bagian atas kuning telur
berbentuk mangkuk. Pada tingkat selanjutnya, sel mulai menutup dari kuning telur
sampai keseluruhan. Yang tersisa hanya bagian akhir dengan bukaan kecil dari
blastophore dan akhirnya blastophore ini juga tertutup seluruhnya. Ini merupakan
fase transisi dari perkembangan embrionik dan memulai stadia perkembangan
germ atau inti.
Masa sel menebal pada sebagian lingkaran blastophore, kepala berujung
ekor kelihatan pada kedua ujungnya, sesaat kemudian, kedua ujung eokr dan
kepala menjadi sangat jelas dan ruas pertama dari badan menjadi kelihatan. Mata
berkembang berupa ” opticvesicle ” pada kepala, dan ekor mulai tumbuh secara
longitudinal.
Jantung mulai berkembang dan berdenyut. Pada waktu yang sama sistem
kapiler atau pembuluh darah berkembang pada permukaan kuning telur. Ekor
embrio berangsur-angsur mulai bergerak, diikuti oleh pergerakan badan, bahkan
selanjutnya mulai memutar pada ruang perivitelin. Perputaran dan pergerakan
lainnya menjadi sangat efektif menjelang menetas.
Metabolisme dari embrio menghasilkan beberapa enzim yang dihasilkan
oleh sel dan melarutkan selaput sel dari bagian dalam sehingga selaput sel
menjadi lemah dan memungkinkan embrio untuk memecah sel dengan mudah dan
menetas. Embrio dapat dengan mudah ditetaskan apabila sel telur pecah secara
mekanis. Untuk perlakuan telur dengan perlakuan tannin dilakukan sebelum
penutupan blastophore, karena selama perkembangannya dalam inkubator, tannin
merubah sifat selaput sel telur menjadi lebih lemah.
Untuk perkembangan telur memrlukan O2 terlarut yang tinggi secara terus-
menerus. Konsumsi O2 dapat diabaikan pada perkembangan awal, tetapi
kebutuhannya meningkat tajam pada saat perkembangan telur selanjutnya.
Kekurangan O2 pada masa perkembangan embrio dapat mematikan embrio.
Perkembangan telur secara normal memerlukan suhu seperti suhu di alam. Suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi proses perkembangan
telur dan mengahalangi proses-proses lainnya.
Air yang bersih dan bebas dari plankton merupakan persyaratan dasar pada
hatvhery. Air yang terpolusi akan menyebabkan berbagai macam masalah, seperti
kemungkinan adanya serangan dari hewan-hewan plankton.
Selama perkembangannya, telur mengeluarkan beberapa senyawa
berbahaya CO2 dan NH3. Senyawa-senyawa tersebut apabila terakumulasi dapat
menjadi racun bagi telur itu sendiri. Kebanyakan telur ikan sangat sensitif
terhadap gangguan yang disebabkan oleh goncangan. Keadaan ini terutama sekali
selama masa awal pembelahan sel dan stadia morula.
Penyebab kematian telur selama inkubasi biasanya pada stadia morula atau
sebelum penutupan blastophore yang disebabkan karena : didalam inkubator
kekurangan O2 karena tidak adanya pertukaran air, suhu yang tidak stabil,
kebanyakan telur ikan sangat sensitif terhadap guncangan. Keadaan ini terutama
sekali selama masa awal pembelahan sel dan stadia morula dan adanya serangan
bakteri, jamur dan crustaceae carnivor (cyclope), atau serangan predator berupa
larva insekta atau hewan-hewan air lainnya.
Ginogenesis pada ikan
Ginogenesis buatan adalah hasil pemijahan ikan yang didapatkan dari
perkembangan sebuah ovum setelah diferrtilisasi buatan oleh sperma yang telah
diirradiasi, kemudian diberi kejutan suhu, disini tidak ada kontribusi material
genetik dari sperma. Hasil dari ikan ginogenesis biasanya berkelamin betina
Terdapat dua cara untuk mendapatkan ikan ginogenesis, yaitu secara
meiosis dan mitosis. Pada ginogenesis meiosis, ovum normal difertilisasi dengan
sperma yang telah diirradiasi, maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N,
proses selanjutnya adalah pada saat ovum mengalami meiosis II dan sebelum
terjadi peloncatan polar bodi II diberi kejutan suhu untuk menahan peloncatan
polar bodi II. Dengan demikian, maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N.
Selanjutnya ovum mengalami proses mitosis dan berkembang serta menetas
menjadi ikan yang mempunyai 2N kromosom.
Ginogenesis mitosis, ovum normal difertilisasi dengan sperma yang telah
diirradiasi, maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N, proses selanjutnya
adalah pada saat ovum mengalami meiosis II dan dibiarkan terjadinya peloncatan
polar bodi II, sehingga didalam ovum jumlah kromosomnya tinggal 1N. Proses
selanjutnya ovum mengalami proses mitosis, disini terjadi duplikasi kromosom
sehingga jumlah kromosom menjadi 2N dan diberi kejutan suhu. Selanjutnya
ovum berkembang serta menetas menjadi ikan yang mempunyai 2N kromosom.
Rekayasa reproduksi dengan membuat ikan triploid
Triploidisasi pada ikan adalahproses terbentuknya ikan triploidi yang
terjadi bila telur normal dibuahi dengan sperma normal tanpa diirradiasi, maka
akan terdapat 3N kromosom didalam telur sebelum peloncatan polar bodi II, telur
diberi kejutan (suhu atau chemis seperti kolkhisin atau sitokhalasin B), sehingga
kromosomnya tetap 3N. Proses selanjutnya telur akan mengalami proses mitosis,
kemudian berkembang dan menetas. Ikan triploidi ini akan menjadi steril karena
jumlah kromosomnya ganjil (3N), sehingga pada saat perkembangan gonad tidak
akan melangsungkan proses perpasangan kromosom dan akhirnya gonad tidak
dapat berkembang lagi (steril). Triploidisasi pada ikan yaitu proses pembuahan
telur pada kondisi normal terjadi pada saat meiosis II dan satu set kromosom yang
ada dalam polar bodi II akan memisahkan diri dari inti sel telur, karena polar bodi
II mengalami degenerasi. Satu set kromosom yang tetap berada dalam inti akan
bergabung dengan satu set kromosom spermatozoa. Kemudian akan terbentuk
individu diploid dengan dua set kromosom. Apabila proses pemisahan satu set
kromosom ini dapat dicegah, maka telur tersebut tetap memiliki dua set
kromosom dan bergabung dengan satu set kromosom spermatozoa, sehingga
terbentuk individu triploid dengan tiga set kromosom.
Rekayasa reproduksi dengan membuat ikan tetraploid
Tetraploid dibuat dengan melakukan kejutan pada zigot diploid saat
mengalami fase pembelahan mitosis I. Kejutan dilakukan setelah kromosom
melakukan replikasi dan nukleus zigot kira-kira terbagi dua. Kejutan akan
mencegah nukleus pada bagian sel, sehingga mengakibatkan nukleus zigot akan
berjumlah 4 set kromosom, bukan 2 set. Tetraploid adalah perlakuan penahanan
pada saat mitosis I dari telur-telur yang terfertilisasi dengan spermatozoa hidup
(normal).
Bila telur yang normal setelah difertilisasi oleh sperma normal akan
mempunyai tiga set kromosom. Setelah mengalami peloncatan polar bodi II, telur
akan mempunayi dua set kromosom. Pada proses selanjutnya sebelum terjadinya
proses mitosis, telur diberi perlakuan kejutan kimia seperti kolkhisin, sehingga
didalam selnya terdapat empat set kromosom. Setelah mengalami mitosis, telur
akan berkembang dan menetas, serta menjadi ikan yang mempunyai empat set
kromosom (tetraploid).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. JENIS PERCOBAAN
Percobaan ini merupakan

B. ALAT DAN BAHAN


Alat: Gelas ukur, mangkok plastik, lampu UV 15 Watt, magnetic stirrer,
thermometer, spuit/kanula, cawan petri, gelas arloji, stopwatch, bak kejutan suhu,
bulu ayam, bak inkubator, saringan, kompor gas, ceret, tabung reaksi, pipet,
airator.
Bahan: Larutan NaCl fisiologis 0,9 %, larutan penyubur (lactatate
Ringer’s), induk ikan mas jantan dan betina matang gonad, 2 butir telur ayam
kampung dan air.

C. LANGKAH KERJA
Gynogenesis meiosis
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara
menebarkan telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan
melakukan pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung
pada malam hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam
setelah dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif
saling berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa
jarum sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik
hingga tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Meradiasi sperma selama 9 menit kemudian mencampur sperma
yang telah diradiasi dengan sel telur yang sudah disiapkan dalam
mangkok plastik, kemudian mengadukknya pelan-pelan dengan
bulu ayam kurang lebih 0,5 menit.
12. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih
3 tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
13. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
14. Setelah 3 menit dari pemeberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air
yang bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
15. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya pada bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Gynogenesis meiosis
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara
menebarkan telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan
melakukan pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung
pada malam hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam
setelah dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif
saling berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa
jarum sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik
hingga tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Meradiasi sperma selama 9 menit kemudian mencampur sperma
yang telah diradiasi dengan sel telur yang sudah disiapkan dalam
mangkok plastik, kemudian mengadukknya pelan-pelan dengan
bulu ayam kurang lebih 0,5 menit.
12. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih
3 tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
13. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
14. Setelah 29 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air
yang bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
15. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Triploidisasi
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara
menebarkan telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan
melakukan pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung
pada malam hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam
setelah dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif
saling berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa
jarum sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik
hingga tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih
3 tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
12. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
13. Setelah 3 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air
yang bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
14. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Tetraploidisasi
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara
menebarkan telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan
melakukan pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung
pada malam hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam
setelah dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif
saling berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa
jarum sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik
hingga tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih
3 tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
12. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
13. Setelah 29 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air
yang bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
14. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemijahan ikan mas

B. Stripping

C. Fertilisasi buatan
D. Rekayasa reproduksi ginogenesis pada ikan mas
E. Rekayasa reproduksi ikan triploid

F. Rekayasa reproduksi ikan tetraploid

Anda mungkin juga menyukai