Di Pesantren AL-UMMAH
PENDAHULUAN
Ada sebuah kekhususan yang hanya dimiliki Bahasa Arab, yaitu: keterikatannya yang
sangat erat dengan sebuah agama, dalam hal ini agama Islam, dimana bahasa tersebut telah
ditempatkan sebagai faktor utama untuk memahami, mengerti dan mendalami hakekat Islam,
baik yang berhubungan dengan syari’ah maupun yang berkaitan dengan aqidah.
Hubungan yang sangat istimewa antara al-Qur’an dan Bahasa Arab ini telah
mengilhami para pakar dan ilmuwan dalam berbagai bidang untuk terus mencari dan
menciptakan sarana pembelajaran yang kondusif guna melestarikan bahasa tersebut dengan
menggunakan berbagai pendekatan.
2
Suasana belajar perlu dikembangkan agar masing-masing Santri biasa kompetitif. Sebab
dengan kompetitif yang sehat akan memungkinkan setiap Santri dapat berprestasi secara
maksimal dan dapat mencapai prestasi yang setinggi mungkin
d. Suasana belajar
Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat
menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang dan
banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu,
Dosen (Mudarris) dan Santri senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar
yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa suasana
belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar Santri.
e. Kondisi subyek yang belajar
Kondisi subyek dapat dibedakan atas kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik meliputi
ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya, kesehatannya, aspirasinya dan harapannya oleh karena itu
kondisi Santri perlu diperhatikan.
Dari kelima unsur inilah yang bersifat dinamis itu, yang sering berubah, menguat atau
melemah dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut.
3
Pada hakekatnya suatu keberhasilan tidak akan tercapai dengan baik tanpa ada faktor-
faktor yang mempengaruhinya, begitu pula dengan keberhasilan pengajaran, khususnya
dalam pengajaran bahasa Arab.
Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu ketrampilan
berbahasa bagi Santri antara lain yaitu:
a. Untuk mendapatkan ketrampilan berbahasa yang berhasil ada peran Dosen (Mudarris) dan
peran Santri tidak mungkin cara Santri aktif tidak terpengaruh dan dikendalikan oleh
Dosen (Mudarris), jadi peran Dosen (Mudarris) masih besar dalam pembelajaran bahasa.
b. Metode yang berhasil adalah metode langsung dengan teknik monitoring atas kesalahan
tata bahasa dan kosa kata.
c. Keberhasilan belajar bahasa dimulai dengan belajar kosa kata dan tata bahasa, baru
kemudian membaca teks dengan konteks yang menarik dan berguna.
d. Pelatihan yang digunakan setiap hari untuk komponen-komponen kebahasaan dan
penugasan diberikan untuk melakukan kegiatan kebahasaan secara terpadu.
e. Mengingat, juga merupakan hal yang utama dalam pembelajaran bahasa.
f. Sering dilakukannya praktek berbicara dengan bahasa yang digunakan.
g. Pemakaian kamus sangat diperlukan.
4
mendengarkan materi yang direkam dan pada waktu yang bersamaan melihat rangkaian
gambar yang mencerminkan arti dari isi apa yang didengarkan tersebut.
2) Kemahiran berbicara (kalam)
Kemahiran berbicara atau speaking skill merupakan kemahiran linguistic yang paling rumit,
karena ini menyangkut masalah berfikir atau memikirkan apa yang harus dikatakan
sementara menyatakan apa yang telah dipikirkan. Semua ini memerlukan persediaan kata dan
kalimat tertentu yang cocok dengan situasi yang dikehendaki dan memerlukan banyak latihan
ucapan dan ekspresi atau menyatakan pikiran dan perasaan secara lisan system leksikal,
gramatikal dan
semantic digunakan simultan dengan intonasi tertentu.
3) Kemahiran membaca (Qiro’ah)
Kemahiran membaca mencakup dua hal yaitu mengenali simbul-simbul tertulis dan
memahami isinya dengan beberapa cara. Diantaranya dengan membekali murid dengan
perbendaharaan kata yang cukup. Aktifitas membaca, menyediakan input bahasa sama seperti
menyimak. Namun demikian membaca memiliki kelebihan dari menyimak dalam hal
pemberian butir linguistic yang lebih akurat. Disamping itu pembaca yang baik bersifat
otonom dan bisa berhubungan dengan melalui majalah, buku atau surat kabar berbahasa
Arab, dengan cara seperti itu pembelajaran akan memperoleh kosa- kata dan bentuk-bentuk
bahasa dalam jumlah banyak yang sangat bermanfaat dalam interaksi komunikatif, faktor
tersebut jelas menunjukkan bahwa pengajaran membaca perlu memperoleh perhatian serius
dan wacana membaca tidak boleh hanya dipandang sebagai batu loncatan bagi aktivitas
berbicara dan menulis semata, tujuan pengajaran bahasa sebagaimana kita ketahui adalah
mengembangkan kemampuan bagi Santri, dengan demikian Dosen (Mudarris) bertugas untuk
meyakinkan bahwa proses belajar mengajar akan menjadi pengalaman yang sangat
menyenangkan bagi para Santri.
4) Kemahiran menulis (Kitabah)
Kemahiran menulis menyangkut 3 hal yaitu:
a. Kemahiran membuat alphabet
Kemahiran membuat alphabet dimaksud untuk menyatakan bunyi berbeda-beda antara
bahasa yang lain
b. Kemahiran mengeja
5
Kemahiran mengeja ini akan berkembang menjadi modifikasi kalimat yaitu mengubah
kalimat yang ada dengan unsur yang lain, menyempurnakan kalimat yang belum selesai atau
mengubah kalimat aktif menjadi pasif, begitu sebaliknya.
c.Kemahiran menyatakan perasaan dan pikiran melalui tulisan atau yang lazimnya disebut
komposisi.
Kemahiran ini dapat dicapai melalui latihan-latihan yang berupa:
(1) Merangkum bacaan terpilih dan menceritakan kembali dalam bentuk tulisan, tetapi
menggunakan kata-kata Santri itu sendiri.
(2) Menceritakan gambaran yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan Santri sehari-hari.
(3) Membuat diskripsi suatu gambaran atau peristiwa sampai masalah sekecil-kecilnya.
(4) Menceritakan perbuatan yang biasanya dilakukan oleh Santri, seperti mengendarai sepeda
dan lain-lainnya.
tujuan pengajaran Bahasa Arab di PONPES AL-UMMAH adalah untuk membawa anak didik
agar:
6
2. Sistem dan metode
1) Pengajaran Bahasa Arab dibagi dalam beberapa materi yang memang merupakan
cabang-cabang bahasa Arab, seperti; Insya’ – Muthola’ah – Nahwu dan Saraf –
Mahfudzot – Khath – Tarikh Adab.
2) Pembagian tersebut dimaksudkan untuk mempermudah proses belajar mengajar
sambil memberikan penekanan khusus pada materi-materi tertentu yang diperlukan.
3) Tidak memisahkan hubungan antara satu materi dengan materi lain karena pada
dasarnya seluruh materi tersebut adalah cabang dari sebuah induk yang saling terkait.
Sementara itu, dari sekian banyak metode pengajaran bahasa asing, yang jumlahnya tidak
kurang dari 15 (lima belas) macam, dalam memulai pengajaran Bahasa Arab, PONPES AL-
UMMAH lebih menitik beratkan penggunaan Direct Method (al-Thariqah al-Mubasyarah)
yang kemudian dibantu dengan metode-metode modern lain. Hal ini berlaku untuk seluruh
materi Bahasa Arab dan mata pelajaran agama.
Kalaupun ada ungkapan yang mengatakan bahwa “metode lebih penting dari materi” tapi
untuk di PONPES AL-UMMAHungkapan tersebut harus ditambah dengan kata-kata dan
“Dosen (Mudarris)/mudarris jauh lebih penting dari pada metode”.
Sebagai gambaran, untuk mata pelajaran Bahasa Arab pada tahap permulaan, penggunaaan
metode langsung ini dapat dituturkan sebagai berikut :
7
2) Menirukan, dimulai dari yang mudah hingga yang sulit, mulai dari nama-nama benda,
kemudian “dharaf zaman wal makan”, kemudian “huruf jar”, kemudian hitungan,
warna, lantas kata kerja. (khusus kata kerja dimulai dengan “fi’il mudharai’”, lantas
“fi’il amr”, kemudian “fi’il maddhi”).
3) Ini berlangsung selama lima bulan dan diulang-ulang sehingga murid dapat
menguasai dasar-dasar percakapan.
4) Penggunaan tata bahasa/nahwu dan shorof dimulai dengan melalui lisan, bukan
dengan menghafal, untuk itu diperlukan banyak contoh-contoh penggunaan sebelum
sampai pada kaidah-kaidah tertentu.
5) Bila memakai buku maka Dosen (Mudarris) harus memberi contoh dalam membaca
dengan jelas, dan kemudian ditirukan oleh murid.
6) Harus memperbanyak latihan-latihan baik untuk pendengaran, lisan, menirukan,
maupun latihan-latihan tulisan.
7) Tidak diperbolehkan menggunakan tarjamah agar anak didik dapat berfikir dengan
bahasa yang dipelajari/Bahasa Arab.
Kemudian, ada satu hal yang sangat penting sekali untuk diketahui, yaitu: PONPES AL-
UMMAH tidak memisahkan dan tidak mengenal apa yang biasa disebut dengan : Intra-
curriculair dan extra – curriculair, karena menurut paham PONPES AL-UMMAH, yang
disebut “curriculum” itu meliputi seluruh aktifitas dan kegiatan yang terorganisir dan
terprogram dengan baik, yang dilaksanakan anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ter-rumuskan, baik di dalam semester, maupun di luar semester. Dengan demikian,
pendidikan di PONPES AL-UMMAH itu meliputi seluruh aktifitas dan kegiatan anak didik
selama 24 jam.
8
A. Muhadharah
Anak didik dibagi dalam beberapa kelompok yang dibimbing oleh anak didik senior/Santri
dan diasuh langsung oleh Bapak Pimpinan. Selain untuk menumbuhkan sikap percaya diri,
melalui muhadharah ini anak didik dapat membiasakan diri berpidato dengan Bahasa Arab
dan Inggris, di samping Bahasa Indonesia.
B. Al-Insya’ Al-Yaumi
“Daily Composition” ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan baik.
Setelah mendapat pengarahan-pengarahan yang menyangkut teknis pelaksanaan kegiatan ini,
anak didik dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan kelasnya masing-masing dan
langsung dibimbing oleh Bapak-bapak Dosen (Mudarris).
C. Majalah dinding
Majalah dinding ini diterbitkkan oleh anak-anak didik sendiri sebagai sarana untuk
peningkatan Bahasa Arab dan Inggris secara teratur untuk tiap-tiap asrama, antar klub-klub
bahasa dan antar kelas setelah dikoreksi oleh para Dosen (Mudarris).
D. Penyebaran kosa kata baru dengan tulisan yang diletakkan di tempat-tempat strategis.
H. Motivasi demonstratif dengan Bahasa Arab dan Inggris oleh Bapak Kyai dan
Pembantu-pembantu beliau.
I. Inventarisasi istilah-istilah Bahasa Arab dan Inggris dari seluruh kegiatan Santri, yang
meliputi :
9
- Olah raga
- Kesenian
- Kantin
- Kelas
- Dapur
- Kendaraan
K. Penerbitan brosur mingguan dalam Bahasa Arab dan Inggris yang dibagikan kepada
setiap anak didik.
4. Team Khusus
Untuk memantau seluruh aktivitas yang berlangsung, khususnya dalam proses pembelajaran
Bahasa Arab, maka dibentuklah Team Khusus yang langsung diarahkan, dibimbing, dan
dikontrol oleh Bapak Pimpinan/Bapak Kyai dan para pembantu beliau. Team tersebut terdiri
dari dua jenjang :
Pertama: Terdiri dari para Dosen (Mudarris) yang berfungsi sebagai motivator sekaligus
pengontrol seluruh kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris.Team ini dinamai : Language Advisory Council (al-Hai’ah al-
Istisyariyah li-Tarqiyatil-Lughoh).
Kedua: Terdiri dari anak didik/Santri senior yang langsung menangani pengembangan
Bahasa Arab dan Inggris di setiap asrama. Team ini tergabung dalam : Continous Language
Improvement (Al-Maktab Al-Markazy li Tasji’I-l-Lughah).
6. Catatan
Seperti juga di institusi-institusi lain yang berkiprah dalam dunia pembelajaran bahasa asing,
PONPES AL-UMMAHdalam hal ini juga dihadapkan pada sejumlah kendala yang pada
akhirnya turut mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar, diantara hal-hal tersebut
adalah :
11
Penutup
Demikianlah apa yang telah, sedang, dan terus dilaksanakan di PONPES AL-UMMAH yang
sementara ini dianggap telah berhasil dalam mengembangkan proses belajar mengajar Bahasa
Arab. Namun kami yang di PONPES AL-UMMAH, terus terang, belum puas dengan apa
yang telah dicapai.
Kami terus berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan dengan segala cara agar
proses pembelajaran ini selalu sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
12
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., Thoriqatu Ta’limi-l-Lughah al—Arabiyyah Dakhil
al-Fushul ad-Dirosiyyah wa Kharijaha, makalah tidak diterbitkan.
Balai Pendidikan Pondok Modern, Pedoman dan Arah Tiap-tiap Pelajaran Pada Tiap-
tiap Kelas, Percetakan DArussalam Gontor, t.t.
Edward M. Stack, The Language Laboratory and Modern Language Teaching, Oxford
University Press, New York, 1966
Mahmud Yunus dan Qasim Bakri, At-Tarbiyah wa-t-Ta’lim, Mathba’ah Darussalam, t.t.
Muhaimin M.A. Dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), h.99.
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), h. 29
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta; Bumi Aksara, 1994) hal 50
13