Anda di halaman 1dari 3

Vagina Spa

Anda mungkin pernah mendengar nasihat seperti yang diucapkan Nenek Ponirah atau Ibu Neneng seperti ini,
“Jangan makan nenas atau pisang ambon lo, nanti ‘becek’!” Mitos bahwa vagina selayaknya tidak basah, terutama
saat berhubungan intim, itu mestinya tidak muncul kalau pemahaman tentang fungsi dan “cara kerja”-nya dipahami
secara betul. Memang sudah dari sononya daerah intim itu basah oleh cairan pelumas ketika sudah dalam kondisi
siap bersenggama dengan suami.

Kekurangpahaman soal organ seks yang satu ini pula yang mengakibatkan tidak sedikit wanita kurang
mempedulikan perawatannya. Tujuannya tentu agar organ kewanitaan itu tetap bersih sehingga bebas dari infeksi
dan pemicu radang. Juga tetap dalam keadaan lembab alami, bukan kering. Tentu saja perawatan itu dilakukan
secara benar dan terkontrol. Kalau serampangan, bisa berakibat keseimbangan alaminya (kimiawi dan biologis)
terganggu. Risiko infeksi pun meningkat.

Dibasuh dan diuapi

Cara merawat organ intim yang paling gampang tidak lain dengan mandi secara menyeluruh. Termasuk
membersihkan bagian intim. Juga bagian selangkangan - bukan bagian dalam vagina - dengan sabun mandi biasa.
Kalau dirasa masih kurang puas dengan cara biasa itu, Anda bisa mencoba spa khusus untuk merawat organ
kewanitaan ini.

Spa khusus itu biasa disebut vagina spa atau feminine spa, yang sebenarnya sudah dikenal sejak zaman nenek
moyang kita dulu. Barangkali cuma beda istilah. Namun, intinya sama, yaitu merawat organ intim untuk mencegah
dan mengatasi keputihan, menjaga daya tahan terhadap infeksi, menimbulkan sensasi, dan meningkatkan gairah
seksual. Vagina spa tergolong aman karena tidak menggunakan alat atau bahan yang dimasukkan atau disemprotkan
ke dalam liang vagina.

Spa ini baik dijalani, terutama menjelang pernikahan untuk melemaskan otot dan saraf yang tegang. Juga baik jika
dilakukan pada masa nifas untuk mengembalikan kelenturan vagina, menguatkan otot dasar panggul, dan
memulihkan kondisi tubuh.

Perlu diingat, “Spa hanya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatan, kenyamanan, dan ketenangan,” kata Debra
Maria R., presiden direktur Air Cantee Spa di Kebayoran Baru, Jakarta, mengingatkan. “Bukan untuk mengobati.
Sebab, menangani organ dalam adalah tindakan medis, dan itu harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
seperti bidan atau dokter.”

Hal-hal yang bisa diatasi dengan vagina spa antara lain masalah keputihan ringan, gatal-gatal, cairan vagina
berlebihan saat berhubungan intim, vagina longgar pasca-melahirkan, atau kejang otot saat berhubungan. Penyakit
yang berkaitan dengan organ seks, termasuk infeksi pada organ intim itu, harus dokter yang menangani.

Konsep inti dari vagina spa sebenarnya aroma terapi khusus untuk vagina berupa pembasuhan dan penguapan.
Dalam praktik, untuk membasuh atau membilas digunakan air dingin satu gayung ukuran seliter, ditambah minyak
esensial lavender 20 tetes dan tea tree sebagai antiseptik. Bisa juga dengan air rebusan daun sirih yang sudah dingin.

Lakukan maksimal satu bulan dua kali, yaitu usai haid dan dua minggu setelahnya. Atau, bila dirasa perlu, misalnya
ketika merasa tak nyaman sehabis keluar kota. Spa memang tidak dianjurkan dilakukan terlalu sering agar tingkat
keasaman cairan vagina tetap terjaga.

Seperti diketahui, kelenjar bartholin yang terletak di dinding vagina menghasilkan cairan bening kekuningan tak
berbau. Cairan itu berfungsi sebagai pelumas pada saat berhubungan intim, membersihkan vagina, dan menjaga
keseimbangan kadar keasaman (pH) tetap pada kisaran 3,5 - 5 untuk mencegah infeksi.

Penguapan pun dilakukan dengan ramuan herbal. Anda yang suka gaya Barat bisa memilih rosemarry, thyme, dan
sage. Yang setia pada ramuan tradisional Indonesia dapat memanfaatkan 5 lembar daun sirih, 2 - 3 cm kulit kayu
manis atau 1 sendok teh bubuk kayu manis, dan 5 butir cengkih. Bila tak ada gangguan keputihan, kurangi
cengkihnya.

Semua bahan penguapan ala Barat dapat dibeli di pasar swalayan besar bagian bumbu dapur. Sedangkan bahan
tradisional Timur dengan mudah dapat diperoleh di pasar tradisional.

Bahan-bahan itu direbus lalu dituang ke dalam wadah keramik atau kaca. Sebaiknya, tidak menggunakan wadah
aluminium supaya aroma zat aktif logam tak tercampur.

Upayakan uap yang dihasilkan tak terlalu panas. Saat penguapan dilakukan, duduklah di atasnya dan ditutup kain
sarung atau lainnya. Bisa juga duduk di kursi khusus yang bolong di tengahnya, sementara mangkuk keramik berisi
air rebusan ditaruh tepat di bawahnya. Lama penguapan 10 - 15 menit sampai uap habis. Karena fokusnya ke arah
organ intim, penguapan dianjurkan tidak terlalu sering dilakukan, maksimal dua kali seminggu. Bila berlebihan,
dikhawatirkan keseimbangan pH vagina akan terganggu.

Masyarakat Jawa dulu biasa melakukan penguapan dengan ratus (campuran berbagai bahan alami yang
menimbulkan aroma wangi yang ditaburkan di atas bara). Tapi kini dipertanyakan efek sampingannya, karena
uapnya merupakan hasil pembakaran. Boleh saja pakai ratus, “Tapi ratus-nya direbus. Jadi, uapnya uap basah,” saran
Debra.

Ihwal mengatasi keputihan dan perawatan nifas, ada sedikit perlakuan khusus. Pertama, lakukan pembasuhan.
Kedua, lakukan penguapan dan berendam sambil melakukan pelvic floor exercise - latihan mengencangkan otot-otot
dasar panggul. Caranya seperti gerakan menahan pipis dan lakukan sekitar 15 menit saja. Frekuensinya maksimal
dua kali seminggu. Tapi latihan menahan pipis bisa pula dilakukan tiap hari bila tanpa berendam.

Candida biang petaka

Kita tahu, keputihan yang dialami setidaknya sekali seumur hidup, antara lain disebabkan jamur Candida albicans -
salah satu jenis jamur yang normal ditemukan dalam organ intim wanita. Ia akan berkembang biak hingga jumlahnya
melampaui batas, kalau kondisi organ intim berubah. Gejalanya, di dalam vagina terdapat cairan mengental,
memutih, berbau, serta timbul rasa gatal, nyeri, dan panas saat buang air kecil atau berhubungan intim. Kalau sudah
begini, pergilah ke dokter, dan sebaiknya tidak coba-coba mengobati sendiri.

Candida termasuk jamur pelahap glukosa. Bila terjadi peningkatan kadar gula darah dan ketakseimbangan hormon
yang memicu naiknya gula darah, Candida akan tumbuh tak terkendali. Jamur ini juga mudah tumbuh liar pada
kehamilan trisemester terakhir, atau akibat mengonsumsi pil KB, steroid, atau antibiotik. Gangguan kekebalan tubuh,
misalnya akibat infeksi HIV, dapat pula menyebabkan Candida tumbuh tak terkendali.

Untuk menurunkan kemungkinan meledaknya populasi Candida, hindari terlalu banyak menyantap makanan
bergula. Selanjutnya, jaga organ intim dengan sejumlah langkah mudah seperti berikut.

Pertama, jangan biarkan vagina dalam kondisi lembab. Untuk itu pilihlah celana dalam berbahan katun yang mudah
menyerap keringat. Hindari celana dalam, celana panjang, celana stretch (ketat regang) pembentuk tubuh, celana
olahraga, atau celana senam berpenutup kaki (nylon pantihose, panty girdles) yang berbahan nilon atau bahan
sintetis lainnya. Hindari pula jins yang terlalu ketat di bagian selangkangan karena akan membuat suasana di sekitar
organ intim menjadi panas dan lembab. Kondisi itu ideal bagi tumbuhnya kuman dan jamur.

Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore. Ganti pula segera bila celana dalam mulai
terasa lembab dan basah. Bilaslah celana dalam dengan baik setelah dicuci, sehingga tak tertinggal sisa-sisa deterjen.
Celana dalam baru harus dicuci dahulu sebelum dipakai untuk mencegah zat kimia tekstil menimbulkan radang dan
gatal.

Juga penting untuk menjaga berat badan seimbang. Bila terlalu gemuk, paha dan lipat paha yang terlalu ketat pun
menciptakan suasana lembab bagi vagina. Jangan pula melakukan tukar-menukar pakaian, apalagi celana dalam,
dengan orang lain, termasuk saudara sendiri.

Kedua, saat membersihkan organ intim, basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Cara sebaliknya justru
bisa memindahkan bakteri dari anus ke vagina hingga menimbulkan rasa gatal. Saat di toilet umum, hindari memakai
air yang berada di bak atau ember.

Bila melakukan perjalanan jauh dan terpaksa menggunakan toilet umum, ada baiknya siapkan air rebusan daun sirih
dalam botol. Simpan bahan itu di kulkas sehari sebelum perjalanan. Bila memakai minyak esensial, simpanlah dalam
botol gelap, karena minyak itu akan rusak bila terpapar sinar Matahari.

Menurut penelitian, air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur Candida. Sedangkan air yang
mengalir dari keran di toilet umum menyimpan 10 - 20% jamur pemicu rasa gatal bahkan keputihan. Langkah
terbaik dan aman, gunakan air kemasan untuk membasuh.

Hindari duduk di toilet umum, meskipun bentuknya kakus duduk. Keringkan bagian intim baik-baik dengan handuk
atau tisu toilet yang bersih, lembut, tak berwarna, tak beraroma yang bisa memicu alergi, dan tak mudah sobek untuk
menghindari serpihan tisu tertinggal pada organ intim yang bisa memicu alergi.

Bila vulva meradang hebat, keringkan dengan pengering rambut yang disetel dingin dengan jarak lebih dari 30 cm.
Jika bulu kelamin tumbuh berlebihan, sehingga menyulitkan pengeringan daerah intim, sebaiknya dicukur saja.

Ketiga, hindari douching alias menggunakan cairan khusus pembersih vagina saat membasuh organ intim. Jauhi juga
pemakaian produk feminine hygiene yang justru jadi pemicu radang. Misalnya, panty liners, pengharum, pelumas,
minyak, atau bedak. Gunakan panty liners hanya di hari-hari terakhir haid.

Ketika mendapat haid, pilihlah pembalut berdaya serap tinggi, lembut tanpa parfum. Wewangian pembalut berbahan
kimia tertentu justru membuat vagina gatal dan meradang, terutama bagi yang berkulit peka. Saran ketiga ini tentu
tidak berlaku untuk sejumlah wanita menopause, yang atas anjuran dokter memerlukan pelembab, pembersih, atau
jelly vagina

Anda mungkin juga menyukai