D
selalu mensosialisasikan visi, misi, kebijaksanaan
dan pola kerja dengan pedoman yang terang.
Sebagai lembaga dakwah yang berbentuk
Yayasan dari awal berdiri sangat memelihara sikap yang
independen.
Garis amaliah Dewan Da’wah selalu berada di jalur
istiqamah membina umat, untuk senantiasa beramal sesuai
tuntutan syari'at Islam dengan mengikut Sunnah Rasulullah
SAW secara shahih. Tujuannya sangat jelas, mencari redha
Allah.
Konsekwensi visi ini melahirkan misi yang tegas pula.
Kebijakan-kebijakan dakwah dilaksanakan dengan pola kerja
yang tidak bisa bergeser dari landasan taqwa semata. Pola
kerja amar makruf nahi munkar, selalu menjadi jati diri dari
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Sesungguhnya tidak perlu mengherankan bagi berbagai
pihak, bila pada suatu kali Dewan Da’wah terlihat
bertentangan dengan kebijakan seseorang, baik dalam
kedudukannya di pemerintahan, maupun di organisasi
kemasyarakatan lainnya.
Secara politik dan sosial kemasyarakatan, satu ketika bisa
terlihat Dewan Da’wah sebagai penentang keras dan
berseberangan secara nyata. Tetapi, di lain pihak Dewan
Da’wah bisa pula berbaik dengan pribadi yang sama.
Hal ini semata disebabkan oleh, kebijakan yang
dilaksanakan seseorang, apakah itu di pemerintahan atau
dalam tatanan bermasyarakat yang sudah bertentangan
dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka Dewan Da’wah
dengan tegas mengingatkannya, kalau perlu menentangnya.
M
pendukung dakwah, dengan penguasaan ilmu-
ilmu pengetahuan dan skill tertentu. Untuk itu,
Dewan Da’wah berupaya mendorong berdirinya
lembaga-lembaga penunjang dakwah, dengan
menghimpun dan merekrut tenaga-tenaga profesional dan
potensial di kalangan cendikiawan.
Termasuk memperbanyak terlaksananya kegiatan-
kegiatan dakwah, seperti seminar, diskusi, bedah buku, loka
karya, dan lain-lain.
Membuat penerbitan-penerbitan sebagai sumber
informasi dan kajian ilmiah.
Meningkatkan mutu dakwah, tidak dapat dilepas dari
kegiatan sustainable dalam mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk menciptakan kader yang berkualitas, tangguh,
berilmu di berbagai tingkatan.
Pelatihan dan up-grading course di antara para
pendukung dakwah akan berdampak terhindari
perbenturan, perpecahan, pertikaian antar sesama
pendukung dakwah dan masyarakat.
Membentuk tim "gazwul fikri" sebagai tim studi kasus
dan ideologis, yang melakukan kajian secara ilmiah tanpa
emosional, tentang permasalahan yang terjadi di tengah
masyarakat.
The last but not least, tentu saja diikuti dengan
mengolah sumber dana, dengan usaha-usaha ataupun
donatur secara halal dan tidak mengikat.
Monitoring
Mengamati perkembangan dakwah secara menyeluruh
dalam berbagai bidang dan aspeknya, maka kegiatan Dewan
Da’wah memerlukan usaha-usaha intensif berupa ;
1. Mengadakan penelitian langsung ke lapangan.
2. Memantau melalui berbagai media massa.
3. Mengadakan wawancara dari sumber informasi.
4. Membuat "Peta Dakwah", menurut potensi,
kondisi, situasi dan sarana dakwah yang ada.
5. Kajian-kajian internal dan eksternal umat. Internal
umat mencakup Potensi SDM, sarana, organisasi,
lokasi, bidang garapan, personil pendukung yang
dimiliki. Eksternal umat dan kalangan luar Islam
yang menjadi tantangan dakwah, meliputi Potensi
SDM di tengah masyarakat binaan, latar belakang
kehidupan dan kekuatan, dengan ketersediaan
potensi sarana, atau personil pendukung yang
dimiliki.
Usaha Antisipatif
Mengingatkan masyarakat terhadap bahaya yang
mengganggu gerak dakwah dan membahayakan bagi
kerukunan di tengah umat Islam.
• Mempersiapkan diri menghadapi permasalahan di
tengah masyarakat, diminta ataupun tidak.
• Menjawab tantangan atau pemberitaan yang
memojokkan umat di berbagai mass media dan
lainnya. Untuk ini diperlukan dukungan analisis
SWOT (). Memperkirakan kekuatan dan potensi SDM
dan material pendukung dakwah.
•
Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 211
KEBIJAKAN DAN POLA KERJA
2. Dekadensi Moral
Mengamati kehidupan masyarakat umum, remaja,
generasi muda dan anak-anak, di tengah pergantian
zaman pra-globalisasi yang berkembang pesat,
dakwah Islam berhadapan dengan tantangan berat.
Tumbuhnya tempat hiburan, bioskop, pasar, café,
diskotik, telah menjadi sumber hidupnya maksiat.
Tempat-tempat tersebut senyatanya telah menjadi
basis perubahan moral yang menonjol.
Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian khusus.
3. Praktek Ibadah
Praktek-praktek ibadah yang berkembang dan di
tengah masyarakat, menyangkut ritual, seperti
ziaratul qubur, penyelenggaraan mayat, sistem
shalawat dan sebagainya, ternyata pelaksanaannya
mulai menyimpang sangat jauh dari bimbingan
Sunnah Rasulullah SAW.
Dewan Da’wah, tentu tidak bisa membiarkan kondisi
seperti ini berlarut-larut. Demikian pula halnya
mengenai Adat Istiadat. Kebiasaan yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam, tentu saja
dapat ditolerir. Yang menjadi perhatian adalah adat
istiadat yang bertentangan dengan syariat Islam.
Mengantisipasi keadaan ini perlu analisis mendalam,
meneliti kasus per kasus, untuk mendapatkan jalan
yang tepat.
4. Ideologi atau Sistem Nilai
Para du'at harus memperluas wawasan dengan
mengetahui sistem nilai atau ideologi agama dan
paham-paham yang dikembangkan oleh kelompok-
kelompok yang bertebaran hidup di lingkungannya.