Anda di halaman 1dari 3

PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik.

Turbin
mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator
mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke dalam tenaga elektrik.

Jenis PLTA bermacam-macam, mulai yang berbentuk “mikro-hidro” dengan kemampuan


mensupalai untuk beberapa rumah saja sampai berbentuk raksasa seperti Bendungan
Karangkates yang menyediakan listrik untuk berjuta-juta orang-orang. Photo dibawah ini
menunjukkan PLTA di Sungai Wisconsin, merupakan jenis PLTA menengah yang mampu
mensuplai listrik untuk 8.000 orang.

Komponen PLTA
PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai
berikut :

1. Bendungan, berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan


tinggi jatuh air. Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan
tujuan untuk menyimpan energi.
2. Turbine, gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin
berputar. Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan
fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling digantikan air untuk
memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kenetik yang disebabkan
gaya jatuh air menjadi energi mekanik.
3. Generator, dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga
ketika baling-baling turbin berputar maka generator juga ikut berputar.
Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi
elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit
listrik lainnya.
4. Jalur Transmisi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju
rumah-rumah dan pusat industri.
Berapa listrik yang bisa dihasilkan oleh PLTA ?

Besarnya listrik yang dihasilkan PLTA tergantung dua factor sebagai berikut :

1. Berapa besar air yang jatuh. Semakin tinggi air jatuh, maka semakin
besar tenaga yang dihasilkan. Biasanya, tinggi air jatuh tergantung tinggi
dari suatu bendungan. Semakin tinggi suatu bendungan, semakin tinggi air
jatuh maka semakin besar tanaga yang dihasilkan. Ilmuwan mengatakan
bahwa tinggi jatuh air berbanding lurus dengan jarak jatuh. Dengan kata lain,
air jatuh dengan jarak dua satuan maka akan menghasilkan dua satuan
energi lebih banyak.
2. Jumlah air yang jatuh. Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin
akan menghasilkan tenaga yang lebih banyak. Jumlah air yang tersedia
tergantung kepada jumlah air yang mengalir di sungai. Semakin besar sungai
akan mempunyai aliran yang lebih besar dan dapat menghasilkan energi
yang banyak. Tenaga juga berbanding lurus dengan aliran sungai. Dua kali
sungai lebih besar dalam mengalirkan air akan menghasilkan dua kali lebih
banyak energi.
3. Karakteristik Turbin Crossflow
4. Turbin Cross-Flow adalah salah satu
turbin air dari jeis turbin aksi (impulse turbine). Prinsip kerja turbin ini mula-mula
ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama A.G.M. Michell pada tahun
1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof.
Donat Banki sehingga turbin ini diberi nama Turbin Banki kadang disebut juga Turbin
Michell-Ossberger (Haimerl, L.A., 1960).
Pemakaian jenis Turbin Cross-Flow lebih menguntungkan dibanding dengan pengunaan
kincir air maupun jenis turbin mikro hidro lainnya. Penggunaan turbin ini untuk daya
yang sama dapat menghemat biaya pembuatan penggerak mula sampai 50 % dari
penggunaan kincir air dengan bahan yang sama. Penghematan ini dapat dicapai karena
ukuran Turbin Cross-Flow lebih kecil dan lebih kompak dibanding kincir air. Diameter
kincir air yakni roda jalan atau runnernya biasanya 2 meter ke atas, tetapi diameter
Turbin Cross-Flow dapat dibuat hanya 20 cm saja sehingga bahan-bahan yang
dibutuhkan jauh lebih sedikit, itulah sebabnya bisa lebih murah. Demikian juga daya
guna atau effisiensi rata-rata turbin ini lebih tinggi dari pada daya guna kincir air. Hasil
pengujian laboratorium yang dilakukan oleh pabrik turbin Ossberger Jerman Barat yang
menyimpulkan bahwa daya guna kincir air dari jenis yang paling unggul sekalipun hanya
mencapai 70 % sedang effisiensi turbin Cross-Flow mencapai 82 % ( Haimerl, L.A.,
1960 ). Tingginya effisiensi Turbin Cross-Flow ini akibat pemanfaatan energi air pada
turbin ini dilakukan dua kali, yang pertama energi tumbukan air pada sudu-sudu pada saat
air mulai masuk, dan yang kedua adalah daya dorong air pada sudu-sudu saat air akan
meninggalkan runner. Adanya kerja air yang bertingkat ini ternyata memberikan
keuntungan dalam hal effektifitasnya yang tinggi dan kesederhanaan pada sistim
pengeluaran air dari runner.

Anda mungkin juga menyukai