MARIYAM R S(1407100007)
Inti isotop biasa Karbon dan Oksigen, 136C dan 178O, tidak termasuk diantaranya yang memiliki
spin. Namun demikina inti atom hydrogen biasa, proton, memiliki spin. Untuk setiap inti
yang memiliki spin, jumlah kedudukan spin adalah tertentu dan ditentukan oleh bilangan
kuantum spin inti, I. Bilangan ini adaalah tetap untuk setiap inti. Untuk inti dengan bilangan
kuantum spin I, terdapat kedudukan spin berjumlah 2I+1 yang berkisar dengan perbedaan
dari +I hingga I. Kedudukan spin individu sesuai dengan urutan:
-I, (-I+1),……(I-1), I
Table 1. bilangan kuantum spin dan bilangan inti yang umum
1 2 12 13 14 16 17 19 31 35
Unsur H 1 1H 6 C 6 C 7 N 8 O 8 O 9 F 16 P 17Cl
1
Bil. Kuantum spin inti 1 0 1 1 0 5 1 1 3
2 2 2 2 2 2
Jumlah kedudukan 2 3 0 2 3 0 6 2 2 4
spin
Bila tidak ada medan maget yang diberikan, semua kedudukan atau tingkat spin dari
suatu inti mempunyai tenaga yang sama, dan semua kedudukan spin akan selalu mempunyai
populasi yang sama.
1.1 Momen magnet inti
Bila medan magnet digunakan maka kedudukan spin tenaganya tidak sama, karena
inti merupakan partikel yang bermuatan, maka setiap inti yang berputar menghasilkan medan
magnet. Jadi,inti mempunyai momen magnet (μ) yang dihasilkan oleh medan dan spinnya.
Inti hydrogen dapat mempunyai spin yang arahnya sesuai dengan arah jarum jam (+ ½) atau
kebalikan arah jarum jam (- ½), dan momen magnet inti (μ) dalam hal ini dalam arah-arah
yang berlainan. Dalam medan magnet yang digunakan, semua proton momen magnet (μ)
mereka akan mempunyai arah baik searah dengan medan atau berlawanan dengannya.
Dua keadaan tersebut terlukis pada gambar 1.
Spin + ½ spin – ½
Gambar 1. Kedudukan spin dari proton
Kedudukan spin + ½ mempunyai tenaga rendah karena ia searah dengan medan,
sedangkan kedudukan spin – ½ mempunyai tenaga tinggi karana ia berlawanaan dengan
medan yang digunakan.
1.2 Penyerapan tenaga
Fenomena resonansi magnet inti terjadi bila inti yang menyearahkan terhadap medan
yang digunakan medan direduksi untuk menyerap tenaga dan orientasi spin mereka berubah.
Untuk inti hydrogen proses tersebut terlihat pada gambar 2.
Meskipun banyak inti yang dapat menunjukkan resonansi magnet, tetapi bagi
kimiawan orgnaik yang paling interest adalah pada resonansi proton. Untuk proton, jika
medan magnet yang digunakan mempunyai kekuatan kira-kira 14.000 gauss, maka perbedaan
tenaga antara kedudukan spinnya sekitar 60 MHz yang terletak dalam frekuensi radio dari
spectrum elektromagnetik sesuai dengan perbedaan tenaga ini. Spectrometer resonansi
magnet inti yang paling umum mempunyai medan magnet yang kekuatannya berkisar 14.100
Gauss dan memberikan radiasi frekuensi radio yang tetap sebesar 60 MHz.
1.3 Mekanisme serapan (resonansi)
Untuk mengerti sifat transisi spin inti, maka kiranya analogi mainan gasingan anak-
anak dapat digunakan. Tenaga diserap oleh proton karena kenyataan bahwa mereka mulai
“precess” (berputar miring) dalam medan magnet yang digunakan.
Fenomena ini semacam gasing. Karena pengaruh medan gravitasi bumi, maka gasing
mulai bergoyang “wobble” atau “precess”, sekitar sumbunya. Inti yang berputar akan
mempunyai kelakuan yang sama oleh pengaruh medan magnet yang digunakan. Bila medan
magnet diberikan, inti akan mulai presisi sekitar sumbu putarnya sendiri dengan frekuensi
angular/ sudut ω . frekuensi saat mana proton akan presisi adalah berbanding langsung
dengan kekuatan medan magnet yang digunakan.
Bila medan magnet yang digunakan lebih kuat, maka kecepatan presesi (frekuensi
angular ω)lebih cepat. Untuk proton, jika medan yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka
frekuensi presesi akan sekitar 60 MHz. karena inti mempunyai muatan, maka presesi
menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi yang sama. Jika gelombang frekuensi
radio dari frekuensi yang sama ini digunakan terhadap proton yang berputar, maka tenaga
dapat diserap. Bila frekuensi dari komponen medan listrik yang bergetar dari radiasi yang
dating tepat sama dengan frekuensi dari medan listrik yang dihasilkan oleh inti yang berputar,
dua medan dapat bergabung, dan tenaga dapat dipindahkan dari radiasi yang dating ke inti,
hingga menyebabkan muatan berputar. Keadaan ini disebut resonansi, dan dikatakan inti
beresonansi dengan gelombang elektromagnetik yang datang.
1.4 Pergeseran kimia dan perlindungan
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap proton
dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingi electron dan menunjukkan sedikit
perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton yang lainnya. Proton-proton
dilindungi oleh electron-elektron yang mengelilinginya. Di dalam medan magnet, perputaran
electron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan
magnet yang digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi ari medan magnet
yang digunakan yang mengenainya dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada
kerapatan electron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan electron yang mengelilingi
inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang digunakan.
Akibat secara keseluruhan adalah inti / proton merasakan adanya pengurangan medan yang
mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang dirasakan lebih kecil, maka ia akan
mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam molekul
mempunyai lingkungan kimia yang sedikit berbeda dan mempunyai perlindungan electron
yang sedikit berbeda yang akan mengakibatkan dalam frekuensi resonansi yang sedikit
berbeda.
Perbedaan dalam frekuensi resonansi ini sangat kecil. Sebagai contoh perbedaan
antara frekuensi resonansi dari proton-proton dalam klorometan dan dalam floro metan hanya
72 Hz bila medan yang digunakan 14.100 gauss. Karena radiasi yang digunakan unrtuk
menyebabkan transisi proton yang berputar pada kekuatan medan magnet yang digunakan
adalah dari frekuensi sekitar 60 MHz, maka perbedaan perubahan frekuensi antara
klorometan dan florometan hanya sedikit lebih dari pada satu bagian satu milyar. Sangat
sukar untuk mengukur secara tepat frekuensi resonansi untuk setiap proton. Namun demikian
ada suatu usaha dengan menggunakan senyawa standart frekuensi yang ditambahkan dalam
larutan senyawa yang diukur, dan frekuensi resonansi setiap proton dalam cuplikan diukur
relative terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton senyawa standart. Dengan kata lain,
perbedaan frekuensi diukur secara langsung. Senyawa standar yang umum digunakan adalah
tetrametilsilan, (CH3)4Si atau juga disebut TMS. Senyawa ini dipilih karena proton-proton
dari gugus metal jauh lebih terlindungi bila dibandingkan senyawa-senyawa lain yang
diketahui. Hingga, bila senyawa ini di ukur, maka resonansi dari protonnya dicatat dalam
beberapa pengertian beberapa jauh dalam Hz mereka digeser dari proton-proton TMS.
Bilangan pergeseran Hz dari TMS untuk suatu proton akan tergantung pada kekeuatan
dari medan magnet yang digunakan. Resonanasi proton dalam medan magnet 14.100 Gauss
adalah sekitar 60 MHz sedangkan dalam medan magnet 23.500 gauss, resonansi akantimbul
pula sekitar 100 MHz. perbandingan frekuensi resonansi adalah sama seperti perbandingan
dua kekuatan medan:
100 MHz 23.500Gauss 5
= =
60 MHz 14.100 Gauss 3
Jadi, dalam kisaran 100 MHz (H0 = 23.500 Gauss), pergeseran (dalam H0) dari TMS akan
menjadi 5/3 lebih besar untuk suatu proton yang sama bila dilakukan dalam kisaran ) 60 MHz
(H0=14.100 Gauss). Hal ini akan membingungkan jika kita mempunyai spectrometer yang
berbeda dalam kekuatan medan magnet yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini kita
menggunakan parameter baru yang tidak tergantung pada kekuatan medan. Dalam hal ini
bilangan pergeseran diperoleh dengan cara membagi pergeseran dalam Hz untuk suatu proton
yang sedang diamati dengan frekuensi dalam MHz dari spectrometer. Pengukuran yang tak
tergantung pada medan disebut pergeseran kimia (δ)
pergeseran dalam Hz
δ=
frekuensi spektrometer dalam MHz
Pergeseran kimia dalam satuan δ menyatakan bilangan dalam resonansi proton digeserkan
dari TMS dalam “parts per million “ (ppm) terhadap frekuensi spectrometer yang dipakai.
Harga δ untuk suatu proton akan selalu sama tak tergantung apakah pengukuran dilakukan
pada 60 MHz (H0=14.100 Gauss) atau pada 100 MHz (H 0 = 23.500 Gauss). Sebagai contoh ,
pada 60 MHz pergeseran proton-proton dalam CH3Br adalah 162 Hz dari TMS, sedangkan
pada 100 MHz pergeseran adalah 270 Hz. Meskipun demikian keduanya sesuai dengan harga
δ yang sama (δ =2.70).
162 Hz 270 Hz
`δ = = =2.70 ppm
60 MHz 100 Mhz
Berdasarkan persetujuan, kebanyakan kimiawan melaporkan pergeseran kimia dalam
satuan delta (δ), atau ppm terhadap frekuensi spectrometer yang dipakai. Pada skala ini
resonansi proton-proton dalam TMS tepat pada 0,00 (berdasarkan definisi). Sejumlah
kimiawan menyukai untuk menggunakan skala pergeseran kimia laian yang disebut tou (τ).
Pada skala ini , kedudukan resonanasi TMS dinyatakan 10,00. Outuk mengubah harga δ
menjadi harga-harga τ, kita tidak perlu mengurangkannya dari 10.
Arah pencatatan τ=(10-δ)
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 skala δ
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 skala τ
TMS
Spectrometer NMR biasanya mencatat dari harga δ yang tinggi ke harga yang rendah,
dan dua skala yang terlihat diatas dapat dijumpai pada kertas spectrum NMR.
1.5 Spektrometer resonansi magnet inti
Bagian-bagian pokok spektrometernmr secara skematik terlihat seperti pada gambar
8. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang tidak mengandung proton (biasanya CCl 4), dan
sejumlah kecil TMS ditambahkan sebagai standar atau referensi. Tempat cuplikan yang
berupa tabung gelas yang berbentuk silindris diletakkan diantara dua kutub magnet. Cuplikan
diputar sekitar sumbunya untuk mengusahakan agar semua bagian dari larutan terkena medan
magnet yang sam atau homogeny.
Pada celah magnet terdapat kumparan yang dihubungkan dengan generator frekuensi
radio (RF) 60 MHz. kumparan ini memberikan tenaga elektromagnetik yang digunakan untuk
mengubah orientasi perputaran proton. Tegak lurus kumparan Oscilator RF adalah kumparan
detector. Bila tidak ada tenaga yang diserap, kumparan detector tidak menangkap tenaga yang
diberikan oleh kumparan RF. Bila cuplikan menyerap tenaga, maka putaran inti
menyebabkan atau menghasilkan sinyal frekuensi radio pada bidang kumparan detector, dan
alat memberikan respon dengan mencatat ini sebagai sinyal resonansi atau puncak.
Kebanyakan spectrometer nmr menggunakan sinyal frekuensi RF tetap dan
mengubah-ubah kekuatan meddan magnet untuk membawa setiap proton mengalami
resonansi. Magnet terdiri atas dua bagian, magnet pokok mempunyai kekuatan sekitar 14,100
Gauss, dan ia ditutup oleh potongan-potongan kecil kutub electromagnet. Dengan mengubah
arus melalui potongan-potongan kecil kutub, kekuatan medan pokok dapat dinaikkan
beberapa ppm. Pengubahan medan dengan cara ini dapat menyebabkan berbagai proton
dalam cuplikan mengalami resonansi.
Contoh spectrum NMR adalah seperti gambar 9. Pencatat bergerak dari kiri ke kanan
dan medan magnet naik. Setiap tipe proton mengalami resonansi, maka ia dicatat pada kertas
sebagai puncak. Puncak pada δ=0 adalah merupakan senyawa referensi internal (TMS).
Gambar 4. Spectrum NMR ethyl bromide
Karena proton-proton yang sangat dilindungi mengalami presisi dan kecepatan yang
relative lebih rendah daripada proton-proton yang tidak terlindungi, maka perlu untuk
menaikkan medan hingga mereka mengalami presesi pada 60 MHz. hingga proton-proton
yang sangat dilindungi muncul disebelah kanan dari kertas pencatat, dan proton-proton yang
kurang terlindungi muncul di sebelah kiri. Daerah sebelah kiri kertas pencatat disebut “down
field”, dan sebelah kanan disebut “up field”. Engubahan medan magnet dalam spectrometer
adalah tepat sama dengan pengubahan frekuensi RF, dan perubahan 1 ppm dalam kekuatan
medan magnet (kenaikan) mempunyai efek yang sama seperti perubahan 1 ppm (penurunan)
dalam frekuensi RF.
Banyak kimiawan yang lebih suka menggunakan skala τ dari skala δ karena harga τ
yang lebih tinggi parallel dengan kekuatan medan yang lebih besar. Sedangkan pada skala δ
terdapat pertautan yang berbalik antara kekuatan medan atau perlindungan dengan harga.
1.7 Kimia ekivalen
Semua proton yang ditemukan dalam lingkungan kimia molekul adalah kimia
ekivalen dan mereka sering kali memiliki pergeseran kimia yang sama. Dengan begitu, semua
proton dalam tetrametilsilane(TMS) atau semua proton benzena, siklopentana atau aseton-
molekul memiliki proton yang ekivalen dengan mempertimbangkan simetri-memiliki
resonansi pada nilai δ (tapi berbeda nilai dari beberapa molekul dalam gugus yang sama).
Beberapa senyawa memberikan puncak serapan tunggal dalam spektrum NMR. Proton
memberikan proton ekivalen. Disisi lain, molekul memiliki proton yang kimiawi yang
berbedadari satu sama lain memberikan perbedaan puncak serapan, dikasus ini proton
kimiawinya tidak ekivalen.
55 : 22 : 33 = 5 : 2 : 3
Sehingga dapat mewakili jumlah hidrogen dari masing-masing integrasi puncak yaitu karbon
memiliki 5 proton, 2 proton dan 3 proton
Hidrogen pada benzena lebih deshielding oleh diamagnetik anisotropi dari cincin.
Dalam terminologi elektromagnetik, medan isotropi merupakan salah satu dari kerapatan
yang sama atau pusat simetris terdistribusi; medan anisotropi bukan isotropi, ini merupakan
medan yang tidak sama. Aplikasi dari medan anisotropi ini adalah medan yang ada disekitar
molekul benzena, karena elektron dalam cincin menjadi labil ketika terkena medan ini. Hal
ini menyebabakan ketidakhomogenan dalam lingkungan molekul. Dengan demikian, proton
yang terikat dalam cincin benzena dipengaruhi oleh tiga medan magnetik, medan magnetik
yang kuat dapat diamati dengan spektrometer NMR dan dua medan yang lebih lemah, satu
karena shielding dari valensi elektron disekitar proton dan yang lain karena anisotropi yang
disebabkan oleh elektron π dari cincin benzena. Efek anisotropi memberikan pergeseran
kimia yang tinggi untuk proton benzena. Proton ini hanya ditemui pada daerah deshielding
dari medan anisotropi. Jika proton diletakkan dalam pusat cincin dibandingkan diluar, akan
lebih tershielding.
Semua gugus dalam molekul yang memiliki elektron π akan mengalami medan
anisotropi. Tetapi jenis shielding dan deshieldingnya berbeda memilik karakteristik sendiri
sesuai dengan bentuk molekulnya. Proton yang berada dalam daerah kerucut akan bersifat
lebih tershielding dibanding yang diluar kerucut. Magnet dari medan anisotropi akan
berkurang dengan jauhnya jarak.
5.77
Cl
Cl
3.90
Informasi dasar yang telah diberikan sejauh ini, satu dapat memprediksi dua puncak
resonansi dalam spektrometer NMR,dengan integrasi puncak 2:1. Nyatanya, dalam spektrum
NMR senyawa ini memiliki lima puncak, satu kelompok memiliki tiga puncak (triplet ) pada
5,77 ppm dan dua puncak (doublet) pada 3,95 ppm. Spektrum dari 1,1,2-trikloroetana:
6 5 4 3 2 1 0
PPM
Resonansi dari metin (CH) pada 5,77 ppm tersplit menjadi tiga puncak (triplet) dan resonansi
metilen (CH2) tersplit menjadi doublet. Area dengan tiga puncak memiliki integrasi puncak
1,relatif dengan area dua puncak memiliki integrasi puncak 2.
Fenomena ini disebut dengan spin-spin splitting dapat dijelaskan secara empiris
dengan aturan n+1. Setiap jenis proton dengan jumlah proton ekuivalen (n) pada atom karbon
yang bertikatan dan puncak resonansi tersplit menjadi komponen (n+1). Misalkan pada kasus
1,1,2-trikloroetana,metine memiliki 2 proton tetangga oleh karena itu puncak pada metin
ialah n+1, 2+1=3 sehingga metin memiliki 3 puncak (triplet),sedangkan metilen yang
memiliki proton tetangga 1 akan memiliki 2 puncak (doublet), dimana integrasi puncak dari
metin lebih tinggi dibandingkan dengan metilen karena pada metin terdapat dua gugus Cl
dengan lingkungan kimia yang sama,sehingga terintegrasi menjadi 1 puncak, selain itu metin
juga lebih deshielding dibandingkan dengan metilen(Pavia,)
Gambar 8. Perbedaan molekul dan perbedaan spin dengan hubungan proton Ha dan Hb
Pergeseran kimia dari proton A dipengaruhi secara langsung oleh spin proton B.
Proton A dapat dikatakan tercoupling dengan proton B. Lingkungan magnetik dipengaruhi
oleh proton +1/2 atau -1/2. Dengan begitu, serapan proton A sedikit berbeda dengan nilai
pergeseran kimia dalam jenis X molekul dibandingkan dengan jenis molekul jenis Y.
Faktanya, dalam molekul tipe X, proton A sedikit deshielding karena medan proton B lurus
dengan medan dan momen magnetik. Dalam molekul jenis Y, proton A sedikit tershielding
sebagai akibat pergeseran kimia dengan tidak adanya couping. Dalam kasus ini, medan
proton B mengurangi medan proton A.
Kopling konstan ini berbeda untuk setiap proton , tergantung proton tersebut beriktan dengan
apa oleh karena tiap proton memiliki kopling konstan yang identik.
Gambar 10. Spektra NMR dari 1-nitropropana (a) spektra ditentukan pada 60 MHz (b)
spektra ditentukan pada 300 MHz (dengan perluasan)
Pada kebanyakan kasus, perluasan multiplet dari instrument medan tinggi
diidentifikasi untuk penelitian dengan instrument medan rendah. Akan tetapi,ada juga kasus
dalam kompleks multiplet yang menjadi mudah ketika medan tinggi digunakan untuk
menentukan spektra. Penyederhanaan ini terjadi karena multiplet bergerak ke bagian yang
lebih jauh,dan sebuah tipe interaksi disebut interaksi orde kedua yang direduksi atau bahkan
secara lengkap dipindah.
1.15 Survey absorbsi NMR tipe 1H oleh beberapa tipe senyawa
Pada bab ini kita akan melihat kembali tipe-tipe absorbs NMR yang mungkin dapat
memperkirakan senyawa dalam klas umum dari senyawa organik. Garis pemandu ini dapat
dihubungkan ketika kita mencoba untuk menentukan klas dari senyawa tak diketahui.
a. Alkana
Alkana memiliki tiga tipe hidrogen yang berbeda,metil,metilen,dan metan,yang
tiap-tiapnya menunjukkan daerah tersendiri dalam spectra NMR.
b. Alkena
Alkena memiliki dua jenis hidrogen : hidrogen vinil (yang berikatan secara
langsung dengan ikatan rangkap) dan alilik (yang diperoleh dari karbon 𝛼,atom
karbon yang berikatan langsung dengan ikatan rangkap). Setiap jenis memiliki
karakteristik daerah pergeseran kimia.
c. Senyawa aromatik
Senyawa aromatik memiliki dua karakteristik jenis-jenis dari hidrogen : hidrogen
cincin aromatik (hidrogen cincin benzen) dan hidrogen benzilik (yang terletak
pada atom karbon yang berdekatan).
3
H Jorto ≈ 7-10 Hz
4
Jmeta ≈ 2-3 Hz
5
Jorto ≈ 0-1 Hz Pola pembelahan untuk proton pada cincin
benzene sering ditentukan oleh posisi substituent
pada cincin .
d. Alkuna
Alkuna terminal akan menunjukkan sebuah hidrogen asetilenik sebaik
hidrogen 𝛼 yang ditemukan pada atom karbon selanjutnya pada ikatan rangkap
tiga. Hidrogen asetilenik akan hilang jika ikatan rangkap tiga berada di tengah.
Kotak analisa spektra – alkuna
Pergeseran Kimia
C≡C–H 1,7 – 2,7 ppm Hidrogen terminal atau hidrogen asetilenik
memiliki pergeseran kimia dekat 1,8 ppm
karena efek anisotropik ikatan 𝜋.
C ≡ C – CH − 1,6 – 2,6 ppm Proton pada karbon selanjutnya setelah
ikatan rangkap tiga juga disebabkan oleh
sistem 𝜋.
Sifat kopling
4
H – C ≡ C − C− H J = 2-3 Hz “kopling alilik” sering diteliti dalam alkuna
tetapi ini cukup sedikit atau bahkan tidak ada
( J = 0 ).
e. Alkil Halida
Dalam alkil halida,hidrogen 𝛼 akan deshielding.
F. Alcohols
Dalam alkohol, baik proton hidroksil dan hidrogen α (pada karbon yang sama pada
gugus hidroksil) memiliki pergeseran kimia yang karakteristik:
Pergeseran kimia
C-OH 0,5-5,0 ppm pergeseran kimia dari hidrogen –OH, posisi tergantung pada
konsentrasi, pelarut dan temperatur. Puncak ini mungkin lebar hal ini bisa
disebabkan oleh faktor yang sama.
CH-O-H 3,2-3,8 ppm Proton pada karbon α lebih deshielding oleh atom oksigen yang
bersifat elektronegatif dan bergeser kearah downfield
Sifat coupling
CH-OH Tidak memiliki coupling 3J=5 Hz Karena perubahan kimia yang cepat,proton
OH dalam banyak larutan, coupling tidak teramati antara proton OH
dengan hidrogen yang terikat pada karbon α.
Pertukaran meningkat dengan meningkatnya temperatur, sejumlah kecil asam atau hadirnya
air dalam pelarut. Dalam sample alkohol yang sangat murni coupling CH-OH teramati.
Contoh spektrum 2 metil 1 propanol:
Analisis Spektra
Proton pada gugus hidroksi menunjukkan pergeseran pada kimia δ 4,78 ppm dan
berada pada daerah downfield dan lebih deshielding dibandingkan dengan proton
yang lain dan memiliki puncak lebar.
Proton pada posisi C-α (Ha) memiliki pergeseran kimia δ 3,49 ppm berada pada
daerah downfield dan bersifat deshielding. Terdapat dua puncak duplet karena
pengaruh dari proton tetangga. Sedangkan proton pada posisi Hb memiliki
pergeseran kimia δ 1,46 ppm dengan puncak multiplet akibat adanya pengaruh
proton tetangga. Hb lebih shielding(perlindungan terhadap proton lebih tinggi)
dibandingkan dengan Ha karena lebih jauh dari OH sehingga efek induksinya lebih
kecil, selain itu Hb juga dipengaruhi oleh gugus pendorong elektron yakni CH3.
Sedangkan untuk Hc dan Hb merupakan proton ekivalen yang memiliki lingkungan
kimia yang sama dan lebih jauh dari OH sehingga ia lebih shielding.
G. Ethers
Dalam eter, hidrogen α (hidrogen yang terikat pada karbon posisi α, karbon yang
terikat dengan oksigen lebih deshielding).
Pergeseran kimia
R-O-CH- 3,2-3,8 ppm hidrogen dari karbon yang terikat dengan oksigen karena sifat
elektronegatif dari oksigen.
Dalam eter, hidrogen pada karbon yang terikat dengan oksigen lebih deshielding
karena bersifat elektronegatif terikat dengan oksigen, hadir pada daerah 3,2-3,8 ppm. Gugus
metoksi khususnya, mudah diidentifikasi dengan hadirnya peak yang cukup tinggi dan singlet
pada area ini. Gugus etoksi juga mudah diidentifikasi berada didaerah upfield triplet dan
ditemukan kuartet disekitar 3,2-3,8 ppm. Pengecualian ditemukannya epoksida karena
terbentuk cincin, tidak terlalu deshielding dan hidrogen cincin ditemukan pada daerah 2,5-3,5
ppm. Misalkan unuk butil metil eter:
Analisis spektrum
Proton pada posisi (Ha) memiliki pergeseran kimia δ 3,30 ppm berada pada daerah
downfield dan bersifat deshielding. Terdapat satu puncak singlet dengan integrasi
tiga karena tidak memiliki pengaruh proton tetangga. Proton ini deshielding karena
pengaruh dari gugus oksigen bersifat induktif, elektronnya tertarik sehingga
perlindungan terhadap protonnya lemah karena kerapatan dari elektron akan
berkurang. Sedangkan posisi dari Hb lebih deshielding dibandingkan dengan Ha dan
memiliki pergeseran kimia δ 3,30 ppm dengan puncak triplet akibat adanya
pengaruh proton tetangga. Urutan selanjutnya ialah Hc,Hd dan He karena pengaruh
induksinya jauh sehingga lebih shielding.
H. Amina
Dua jenis karakteristik hidrogen ditemukan pada amina yang terikat pada nitrogen dan
terikat pada karbon α.
Pergeseran kimia
R-N-H 0,5- 4 ppm hidrogen yang terikat pada nitrogen memiliki variabel
pergeseran kimia tergantung pada temperatur, keasaman,sejumlah ikatan hidrogen dan
pelarut.
3,0-5,0 ppm hidrogen lebih deshielding karena efek anisotropi dari cincin
dan resonansi mengurangi kerapatan elektron dari nitrogen dan mengubah hibridisasi.
Sifat Coupling
1
-N-H J=50 Hz Coupling langsung antara nitrogen dan hidrogen yang terikat
biasanya tidak teramati, tetapi cukup besar ketika terjadi. Umumnya coupling tidak jelas oleh
adanya kuadropolar oleh nitrogen atau perpindahan proton.
2
-N-CH J=0 Hz Coupling ini tidak teramati
3
CH-N-H J=0Hz Karena perubahan kimia,coupling tidak teramati
Lokasi dari serapan NH tidak dapat dipercaya untuk identifikasi amina. Puncak ini
dapat ditemui, pada derah 0,5-4,0 ppm dan daerah perpanjangan amina aromatik. Posisi
resonansi dipengaruhi oleh temperatur,keasaman,jumlah ikatan hidrogen dan pelarut. Variasi
posisi, puncak NH seringkali sangat lebar dan lemah tanpa coupling hidrogen dan atom
karbon yang dapat dibedakan. Hal ini disebabkan oleh pertukaran proton NH atau sifat dari
atom nitrogen yang disebut pelebaran kuadropole
Puncak NH paling kuat ditemukan pada amina aromatik (anilin) yang mengalami
resonansi. Meskipun nitrogen merupakan spin aktif coupling tidak teramati antara yang
terikat atau hidrogen yang berdekatan, tetapi dapat ditemukan spesifik untuk beberapa kasus.
Contoh spektra amina dibawah, hidrogen α sedikit deshielding oleh kehadiran atom nitrogen
yang sifatnya elektronegatif dan ditemui pada 2,2-2,9 ppm
I. Nitril
H
C
C
N 2,1-3,0 ppm (Hidrogen 𝛼 deshielding oleh gugus siano)
Hidrogen pada karbon sebelah nitril bersifat deshielding oleh efek medan anisotropi elektron ikatan π
akan tampak pada 2,1-3,0 ppm. Spektra dari veleronitril ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Hidrogen disamping gugus siano (hidrogen 𝛼) tampak mendekati 2,35 ppm.
3 2 1 0
PPM
J. Aldehid
Dua tipe hidrogen yang mengalami karakteristik pergeseran kimia, hidrogen tersebut
ditemukan pada hidrogen aldehid dan hidrogen 𝛼.
Spektra ¹H NMR dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Puncak aldehid berada pada sekitar
9,6 ppm. Puncak ini dalam bentuk doblet oleh hidrogen disamping gugus karbonil (efek proton
tetangga). Hidrogen disamping gugus karbonil (hidrogen 𝛼) memiliki pergeseran kimia sekitar 2,3
ppm.
10 8 6 4 2 0
PPM
K. Keton
Keton hanya mempunyai satu hidrogen yang memiliki karakteristik pergeseran kimia yakni
hidrogen 𝛼.
Spektrum 3-metil-2-pentanon ditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Puncak singlet yang
tinggi pada sekitar 2,1 ppm adalah karakteristik dari metil keton.
3 2 1 0
PPM
L. Ester
Dua tipe hidrogen ditemukan dalam ester yakni hidrogen pada karbon bersebelahan dengan O
(bagian alkohol ester) dan hidrogen pada karbon 𝛼 (bagian asam ester).
Spektra isobutil asetat ditunjukkan oleh Gambar dibawah ini. Puncak singlet yang tinggi dari
gugus asil metil pada sekitar 2,1 ppm, dan deshielding yang besar gugus metilen ( sekitar 3,8 ppm)
yang bersebelahan dengan oksigen dan tersplitting dalam doblet oleh proton tetangganya.
4 3 2 1 0
PPM
M. Asam Karboksilat
Asam karboksilat mempunyai proto asam (hidrogen pada gugus –COOH) dan hidrogen 𝛼
pada karbon disamping gugus karboksil.
Spektra asam etilmalonik ditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Absorpsi –COOH berpindah
sekitar 2,7 ppm (offset) sejak diamati pada 9,65 ppm, jadi terlihat di sekitar 12,35 ppm, itu adalah
karakteristik dari hidrogen gugus karboksil. Puncak tidak tajam karena melebar akibat ikatan dan
pertukaran hidrogen. Hidrogen karboksil sangat bervariasi. Hidrogen pada karbon yang terletak
diantara gugus karbonil terlihat pada sekitar 3,1 ppm.
12 10 8 6 4 2 0
PPM
N. Amida
¹J ≈ 0 Hz Tidak terlihat
8 7 6 5 4 3 2 1 0
PPM
O. Nitroalkana
Pada nitroalkana, hanya hidrogen 𝛼 yang memiliki karakteristik pergeseran kimia.
Spektra dari 1-nitrobutana ditunjukkan Gambar dibawah pergeseran kimia terbesar terjadi pada 4,4
ppm oleh hidrogen 𝛼.
5 4 3 2 1 0
PPM