Oleh: DANANG INSITA PUTRA MAHASISWA PASCA SARJANA MANAJEMEN BENCANA UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia terutama terjadi di perkotaan
pada umumnya tidak diiringi dengan persiapan yang matang untuk dapat menampung “tekanan” tersebut. Hal tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif baik dari sisi fisik, ekonomi, sosial maupun budaya yang berimplikasi pada menurunnya daya dukung tanah, sehingga meningkatkan kerentanan (vulnerability) terhadap bencana. Disamping itu karena luas lahan yang cocok untuk pembangunan terbatas, kebijakan ekstensifikasi menggunakan wilayah yang rentan terhadap bencana. Hal ini dikarenakan kebijakan yang disusun Pemerintah belum memadukan berbagai program pembangunan yang berwawasan keamanan dan keselamatan terhadap bencana. Hal ini seringkali terjadi pada kawasan lindung/preservasi, yang tidak boleh sama sekali dibangun, namun kebijakan tersebut sering menimbulkan persoalan dalam pembangunan, khususnya terkait dengan hilangnya kesempatan sosial ekonomi atas lokasi-lokasi yang strategis. Kebijakan (policies) merupakan implementasi strategi yang menggambarkan alternatif pencapaian tujuan. Kebijakan ini merupakan prinsip dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang disusun berdasarkan tujuan dan strategi yang ingin dicapai dan memiliki target dalam jangka waktu tertentu. Seringkali kebijakan pembangunan dibuat tanpa memberikan perhatian serius terhadap keseimbangan lingkungan yang dapat menyebabkan peningkatan risiko bencana. Berkaitan dengan hal tersebut sudah seharusnya kita merespon dengan menggeser paradigma top down approach ke arah pendekatan yang melibatkan berbagai sektor dalam kerangka manajemen bencana yang komprehensif dan tertuang dalam kebijakan pembangunan.