Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana Nasional, bertujuan ganda yaitu untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia

dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Usaha pengendalian pertumbuhan penduduk adalah melalui penurunan tingkat

kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan ibu dan beberapa penyakit penting,

angka kecacatan, dan ketergantungan dan meningkatnya status gizi masyarakat dan

menurunnya angka fertilitas serta meningkatksn harapan hidup (Indonesia Sehat

2010).

Penurunan tingkat kelahiran pelaksanaannya dilakukan berdasarkan kesadaran

dan tanggang jawab seluruh keluarga dan masyarakat dengan pemilihan alat

kontrasepsi secara sukarela sesuai dengun pola kontrasepsi nasional dengan

mempertimbangkan.

Pemilihan alat kontrasepsi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

lain faktor dari akpseptor itu sendiri, faktor dari pelayanan kesehatan maupun faktor

dari pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Pemkab/BKKBN, Kabupatan Deli

Serdang.

Program Keluarga Berencana Nasional di Desa Sambirejo Timur Kec. Percut

Sei Tuan Kab. Deli Serdang untuk tahun anggaran 2010/2011 mempunyai target dan

hasil pencapaian akseptor baru sampai bulan Desember 2010 adalah sebagat berikut :

1
2

PPM/REALISASI HASIL PENCAPAIAN PESERTA KB BARU TAHUN

2010/2011 DAN PENCAPAINYA PER JANUARI S/D DESEMBER 2010 DI DESA

SAMBIREJO TIMUR, KEC. PERCUT SEI TUAN, KAB. DELI SERDANG.

Alas kontrasepsi yang diprogramkan secara nasional adalah pil, IUD, kondom

dan suntikan, mow/mop, implant. Salah satu KB yang dianjurkan adalah IUD.

Program KB nasional Desa Sambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan untuk Tahun

Anggaran 2010 - 2011 mempunyai target dan hasil pencapaian akseptor baru sampai

bulan Desember 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Jumlah Peserta KB Menurut Metode Kontrasepsi
Di Desa Sambirejo Timur, Kec. Percul Sei Tuan

Tahun
Metode
2007 2008 2009 2010
Pil 324 353 395 623
IUD 716 742 771 831
Kondom 98 102 118 130
Suntik 623 693 729 778
MOP - - - -
MOW 186 201 232 228
Implant 65 78 85 125
Jumlah 2.01 2.16 2.33 2.728
8 9 0

Sumber : PPLKB Kec. Percut Sei Tuan


3

Tabel 1.2
Realisasi Hasil Pencapaian Peserta KB Baru
Bulan: Desember 2007
Di Desa Sambirejo Timur, Kec. Percut Sei Tuan

Pencapaian
PPM Pencapaian
Metode s/d bulan ini
No 2007 Bulan ini Persentase
Kontrasepsi (CU)
Jumlah Jumlah Jumlah
1 Pil 155 90 623 58.06
2 IUD 200 163 831 81.5
3 Kondom 30 6 130 20
4 Suntik 150 120 778 60
5 MOP 15 5 228 33.33
6 MOW - - - -
7 Implant 50 28 125 56
Jumlah 600 412 2.728 68.66
Sumber : PPLKB Kec. Percut Sei Tuan

Tabel 1.3
Realisasi Pencapaian Peserta KB Aktif
Bulan: Desember 2008
Kecamatan : Percut Sei Tuan

PPM Pencapaian
Metode
No 2008 s/d bulan ini Persentase
Kontrasepsi
Jumlah Jumlah
1 Pil - 2273 -
2 IUD - 6377 -
3 Kondom - 487 -
4 Suntik - 22273 -
5 MOP - 1897 -
6 MOW - 3 -
7 Implant - 1900 -
Jumlah 50947 33878 66.49
Sumber : PPLKB Kec. Percut Sei Tuan
4

Dari pencapaian akseptor baru di atas ternyata pencapaian akseptor barn IUD

masih di bawah target dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, sehingga perlu

lebih ditingkatkan lagi pencapaian akseptor IUD Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli

Serdang Tahnn 2008.

Berdasarkan data Kantor Camat/PPLKB Kec. Percut Sei Tuan bahwa

pcncapaian KB Baru IUD untuk Desa Sambirejo Timur Kec. Parcut Sei Tuan pada

Januari 2008 s/d Juli 2008, sebesar 69%. Melihat kenyataan yang demikian penulis

merasa tertarik untuk meneliti tentang faktor yang mempengaruhi ibu - ibu Pus untuk

keikutsertaannya menjadi akseptor KB, Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2008.

Pada penelitian ini ingin diketahai sejauh mana faktor - faktor tersebut di atas

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Pokok pikiran yang mendasari penelitian ini adalah penggunasn IUD banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor dari akseptor sendiri, faktor pelayanan kesehatan

dan faktor Pemda.

Dari pihak akseptor sendiri prihal umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah

anak merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang menentukan

dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD.

Di samping itu dari pihak Pelayanan Kesehatan atau Puskesmas melalui

kegiatan - kegiatannya yang meliputi penyuluhan KB, penyediaan alat kontrasepsi,

pelayanan dan pengatahuan, sikap dan praktek petugas serta keterampilanya dalam

pemasangan IUD juga sangat menentukan. Selanjutnya dari pihak Pemda/BKKBN

sebagai koordinator program KB di daerah tersebut dalam kaitan peningkatan jumlah

akseptor sangat berperan, baik melalui kegiatan - kegiatan petugas lapangan yang
5

langsung memberikan penyuluhan kepada akseptor, pengetahuan, sikap dan praktek

petugas maupun melalui penyediaan dana dan sarana kepada pelayanan kesehatan.

Untuk itu beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian

ini adalah :

1. Faktor - faktor apa yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi IUD

2. Sejauh mana faktor - faktor tersebut di atas dapat mempengeruhi akseptor

IUD.

3. Bagaimana proporsi pemakaian alat kontrasepsi.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Memperoleh gambaran umum tentang faktor - faktor utama yang

mempengaruhi penggunaan IUD.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proporsi pemakaiau alat kontrasepsi IUD.

2. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan

keikutsertaan PUS dalam KB IUD.

3. Untuk mengetahui apakah pengetahuan KB berhubungan dalam

keikutsertaan PUS dalam KB IUD.

4. Untuk mengetahui sikap berhubungan dalam keikutsertaan PUS dalam KB

IUD.

5. Untuk mengetahui tingkat ekonomi berhubungan dengan keikutsertaan

PUS dalam KB IUD.


6

6. Untuk mengetahui apakah aikap tugas pelayanan KB berhubungan dalam

keikutsertaan PUS dalam KB IUD

7. Untuk mengetahui apakah pengaruh dari Pemkab / BKKBN terhadap

keikutsertaan PUS dalam KB IUD.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi instansi

pengelola gerakan KB khususnya IUD dalam mengembangkan KB di Desa

Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Sebagai proses belajar dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di

bangku kuliah dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan

1.3.3 Sebagai referensi dari penelitian sejenis yang terkait dengan KB IUD
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program KB di Indonesia

2.1.1 Pengertian KB Nasional

Pengertian KB Nasional adalah program yang dilakukan secara menyeluruh

dan terpadu dengan program lainnya yang mencakup keseluruhan wilayah Indonesia

dan didukung oleh segenap potensi (BKKBN, 1984).

2.1.2 Riwayat Program KB Nasional

Pada tahun 1953, kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan

khususnya dari kalangan kesehatan melalui prakarsa kegiatan KB. Kegiatan

kelompok ini berkembang hingga berdirilah perkumpulan KB nasional (PKBI) pada

tahun 1953. Mula – mula Departemen KB sebagai pengunjung bagi kegiatan PKBI,

dengan menyesuaikan BKIA serta tenaga kesehatan sebagai pelayanan KB. Pada

tahun 1967, Presiden Soeharto turut serta menandatangani deklarasi kependudukan

dunia bersama dengan pimpinan dunia lainnya, sejak itu Program KB di Indonesia

mulai memasuki tahap yang maju, perhatian mulai dicurahkan kepada masalah

kependudukan.

Untuk program pengelolaan KB pada tahun 1968 dibentuk lembaga Keluarga

Berencana Nasional (KBN), lembaga tersebut dibubarkan pemerintah pada tahun

7
8

1970, kemudian dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

yaitu suatu badan pemerintah non departemen yang bertugas mengkoordinasi segala

kegiatan yang menyangkut pelaksanaan program Keluarga Berencana secara

nasional. Mula – mula program ditujukan hanya 6 Propinsi di Jawa, Bali yang

merupakan daerah paling padat penduduk di Indonesia. Pada tahun 1974, sejumlah

propinsi lainnya masuk lingkungan program nasional yakni Daerah Istimewa Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat.

2.2 Kebijakan dan Pelaksanaan KB di Indonesia

2.2.1 Sejarah IUD

Dari manuskrip yang ada, diketahui bahwa Hippocrates telah menulis

mengenai teknik memasukkan batu – batu kecil ke dalam rongga rahim memakai pipa

terbuat dari timah hitam untuk tujuan kontrasepsi. Begitu pula seorang tabib bangsa

Arab pada abad 9 telah menerangkan cara mencegah kehamilan dengan menggulung

secarik kertas, lalu diikat dengan benang kemudian dimasukkan ke dalam rongga

rahim.

Mungkin sejarah dan ide datangnya dari bangsa Arab. Selama berabad – abad

para penggembara dan saudagar (kafilah) orang Arab dan Turki memasukkan batu

kecil bundar ke dalam rahim unta untuk mencegah kehamilan, karena takut hamil

dalam perjalanan yang jauh. Unta yang hamil akan menjadi malas sehingga tidak

dapat membawa barang dagangan.


9

Kemudian dibuatlah spiral atau IUD yang dimasukkan ke dalam rongga rahim

wanita untuk tujuan kontrasepsi. Pelopor dari cara kontrasepsi ini antara lain adalah

Richter di Polandia (1909), dan Ishihama di Jepang (1959) yang memperkenalkan

bermacam – macam bentuk IUD yang telah dipakai oleh wanita itu secara luas.

Sampai sekarang telah dikenal bermacam – macam generasi dan berpuluh jenis IUD

di seluruh dunia.

Dan berkat kemajuan dalam antibiotika untuk mencegah infeksi,

perkembangan dalam bentuk IUD dan kesadaran masyarakat tentang perlunya

pengendalian kesuburan, pemakai IUD telah mendapat penerimaan luas di kalangan

kedokteran, keluarga berencana dan masyarakat.

2.2.2 Intra Uterine Device (IUD)

Intra Uterine Device adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim

dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan / paramedis lain yang sudah

dilatih. IUD merupakan kontrasepsi yang relatif murah, mudah digunakan baik oleh

pemasang maupun pemakainya, lebih efektif dari pada cara kontrasepsi lainnya

misalnya PIL anti hamil yang harus diminum setiap hari dengan resiko akan lupa dan

bosan, maka IUD sekali dipasang dapat dipakai untuk beberapa tahun sehingga

derajat kelangsungan (Continuation Rate) cukup tinggi.

2.2.3 Cara Kerja IUD

Banyak teori yang telah diajukan salah satu diantaranya menyebutkan bahwa

dengan adanya alat ini di dalam rahim akan terjadi perubahan pada endometrium.
10

Perubahan ini mengakibatkan kerusakan (Lysis) pada spermatozoa yang masuk

sehingga tidak mampu membuahi sel telur.

2.2.4 Macam – macam IUD

Pada waktu ini , IUD telah memasuki era generasi keempat. Karena itu,

berpuluh macam IUD telah dikembangkan mulai dari generasi pertama terbuat dari

benang sutera dan metal (baja waja, stainless steel, perak dan tembaga) sampai pada

generasi plastik (polietilen) baik yang tidak ditambahi obat (unmedicated) maupun

yang dibubuhi obat (medicated).

Menurut bentuk IUD dibagi dalam :

a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Margulies,

Spring Coil, Multiload, Nova-T dan lainnya.

b) Bentuk tertutup (closes device), misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg ring,

Hall-stone ring dan lain – lain.

Bentuk tertutup kalau terjadi dislokasi ke dalam rongga perut harus

dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin

dan terjadilah ileus.

Menurut tambahan obat atau metal :

a) Medicated IUD misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A, Cu-7, Nova-T, ML-Cu

250, 375, Progestasert dan lain – lain.

b) Unmedicated IUD, misalnya di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated

adalah Lippes Loop dan dari jenis medicated Cu-T, Cu-7, Multiload dan

Nova-T.
11

Pada halaman – halaman berikut diberikan gambar – gambar dari macam –

macam IUD.

2.2.5 Beberapa Keuntungan / Kelebihan IUD

1) Memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan

2) Tidak ada efek sistematik

3) Mencegah kehamilan dalam jangka panjang

4) Sederhana, ekonomis, mudah dipakai, cocok untuk penggunaan besar –

besaran, disebut IUD nisasi

5) Kegagalan disebabkan kesalahan akseptor tidak banyak

6) Efektifitas tinggi

7) Kesuburan dapat pulih kembali (reversibel)

8) Tidak diperlukan pendidikan dan intelegensis akseptor, karena itu dapat

dipakai di daerah pedesaan.

2.2.6 Efek Samping / Komplikasi Pemakaian IUD dan Penanggulangannya

1) Nyeri dan mules

Kejang, nyeri dan mules – mules serta pegal pinggang biasanya terjadi sehabis

insersi IUD, yang pada umumnya akan hilang dalam beberapa hari sampai

beberapa minggu. Pengobatannya adalah analgetika, spasmolitika.

2) Perdarahan

a. Perdarahan pasea insersi

b. Perdarahan bercak di luar haid


12

c. Perdarahan meno atau metrogragia

Perdarahan ditangani dengan memberikan obat – obatan seperti : ermetrin,

metergin, dalon, klasium, vitamin K dan C, adona AC-17 dan sebagainya. Jika

perlu diberikan antibiotika. Bila perdarahan dengan cara – cara yang ada tidak

berhenti atau perdarahan yang banyak, IUD dianjurkan untuk dicabut.

3) Keputihan (fluor Albus, Lekoren)

Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi alat genitalia

terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama

setelah insersi. Pengobatan sebaiknya dicari kausalnya dulu. Dapat diberikan

tablet oral dan tablet vaginal.

4) Nyeri selama haid (Dismenorea)

Tidak seluruhnya wanita yang pakai IUD akan menderita nyeri haid, biasanya

terjadi pada wanita – wanita yang sering mengeluh dismenoria. Pengobatan

analgetika dan spasmolitika.

5) Nyeri waktu koitus (Disparenia)

Wanita jarang merasakannya, sering pihak suami mengeluh sakit karena

benang yang panjang atau cara pemotongan benang seperti bambu runcing.

Penangananya benang dipendekkan dan potonglah sehingga puntungnya

tumpul.

6) IUD keluar sendiri (Ekspulsi)

IUD keluar dengan sendirinya, sering dijumpai pada mas 3 bulan pertama

setelah 1 tahun angka ekspulsi akan berkurang. Biasanya terjadi sewaktu

dapat haid.
13

7) Infeksi

Radang panggul (Pelvie inflamatory disease = PID) dijumpai sekitar 2% dari

akseptor pada tahun pertama pemakaian, namun infeksi ini bersifat ringan,

karena IUD tidak memerlukan pencabutan, karena dapat ditangani dengan

pemberian antibiotika. Yang perlu diingat adalah sewaktu memasang IUD

bekerjalah legeartis dan suci hama.

8) Translokasi – Dislokasi

Translokasi IUD masuk ke dalam rongga perut sebagian atau seluruhnya

biasanya karena adanya perforasi uterus. Hal ini paling sering terjadi pada

waktu insersi IUD yang kurang hati – hati atau karena adanya lokus minorus

pada dinding rahim atau pada waktu usaha pengeluaran yang sulit.

9) Kehamilan dengan IUD insitu

Kehamilan dengan IUD insitu dijumpai pada 1 – 3 per 100 wanita dalam

thaun pertama pemakaian. Dua dari 3 kehamilan terjadi dalam IUD insitu dan

selebihnya terjadi oleh karena ekspulsi yang tidak diketahui.

10) IUD tertanam dala dinding rahim (embedment)

Walaupun jarang dijumpai, IUD pada pemakaiannya yang lama dapat

tertanam ke dalam mukosa rahim atau lebih dalam sebahagian (persial) atau

seluruhnya (komplet). Kalau benang masih kelihatan, ini akan diketahui

karena sukarnya mengeluarkan IUD pada waktu hendak diekstrasksi, sering

benang putus. Dengan hati – hati kadang kala dikeluarkan dengan alat pengait

IUD.
14

11) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang pelvik dan infertitlitas subsekuen

pada wanita beresiko terhadap PMS (misalnya : HBV, HIV/AIDS)

2.2.7 Faktor – faktor Penerimaan dan Penolakan KB

2.2.7.1 Faktor – faktor Penerimaan KB

1) Faktor Akseptor

Hubungan antara metode / alat kontrasepsi yang digunakan dengan pendidikan

dan jumlah anak sangat nyata. Semakin tinggi pendidikan akseptor maka makin

cenderung menggunakan alat kontrasepsi, demikian juga dengan makin banyak

jumlah anak makin cenderung menggunakan alat kontrasepsi. Di samping itu,

semakin tinggi umur akseptor maka makin tinggi jumlah persentase yang

mengetahui macam – macam alat kontrasepsi, dan makin banyak cara kontrasepsi

yang dipakai.

2) Faktor Pelayanan Kesehatan

Semakin meningkatnya pelayanan di bidang kesehatan akan semakin

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal. Demikian halnya

dengan pelayanan KB yang semakin baik, akan meningkatkan jumlah masyarakat

yang menjadi peserta KB.

3) Faktor Pemerintah Daerah / BKKBN

Tingginya perhatian pemerintah terhadap pelaksanaan KB ditunjukkan dengan

ditempatkannya para Petugas Lapangan KB (PLKB) di tingkat desa, dan

Pengawas Petugas Lapangan KB (PPLKB) di kecamatan yang kesemuanya


15

dibawahi oleh BKKBN propinsi dan di bawah koordinasi BKKBN pusat. PLKB

sendiri berfungsi sebagai pengendalian program KB di tingkat desa, yang meliputi

pengendalian input proses dan output yang dikendalikan lebih lanjut dari tingkat

yang lebih atas/kecamatan dan desa itu sendiri sehingga di tingkat desa dapat

tercipta satu situasi yang baik antara tim KB yang terdiri dari unsur – unsur

formal dan nnsur informal.

2.2.7.2 Faktor – faktor Penolakan KB

1) Faktor Akseptor .

a. Adat Istiadat

Pada masyarakat Indonesia masih kita jumpai simboyan “Banyak anak,

banyak rezeki” yang pada akhirnya menghambat program Keluarga

Berencana di Indonesia.

b. Perceraian

Angka perceraian yang tinggi mengakibatkan fertilitas yang tinggi karena

adanya penekanan sosial yang kuat dari pasangan baru untuk mempunyai

anak dalam tahun pertama perkawinan. Hal ini tentunya memberikan

pengaruh yang negatif terhadap program KB.

c. Agama / kepercayaan

Kepercayaan di dalam masyarakat sangat mempengaruhi tingkat laku

kesehatan. Beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang –

kadang memberi pengaruh agama Islam yang fanatik mereka menolak

disuntik dan divaksinasi agama Islam yang fanatik mereka dilarang


16

memasukkan sesuatu ke dalam tubuhnya meskipun dalam jumlah yang

sedikit dimana dalam hal ini benda atau zat yang dianggap haram menurut

tuntunan yang telah digariskan di dalam ajaran Islam.

d. Nilai anak

Nilai anak sangat berarti di dalam masyarakat karena sebagai penerus

keturunan. Jadi, apabila seseorang tidak mempunyai anak maka kurang

lengkaplah kehidupannya.

2) Faktor Pelayanan Kesehatan

a. Lokasi Klinik

Tidak semua klinik KB yang letaknya strategis akan mengundang akseptor

karena masih ada masyarakat dimana para wanita tidak tahu pergi ke

klinik KB karena malu diketahui tetangganya atau karena takut dikucilkan

masyarakat karena masyarakatnya belum kenal KB.

b. Waktu Pelayanan

Klinik KB biasanya dibuka menurut keinginan petugas, tidak didasarkan

pada kemauan masyarakat, sehingga mempengaruhi jumlah akseptor yang

datang

c. Biaya ber-KB

Biaya pelayanan KB berbeda – beda, mulai dari tidak membayar sampai

yang paling mahal. Tetapi pengertian mahal ini dihubungkan dengan

harga barang lainnya, misalnya pada masyarakat yang penghasilannya


17

rendah, menganggap bahwa biaya pelayanan KB lebih besar dari pada

biaya yang dikeluarkan apabila mereka mempunyai anak.

d. Bentuk Klinik

Bentuk klinik juga mempengaruhi kemauan masyarakat untuk datang ke

klinik. Apakah klinik berbentuk mobil ataupun merupakan bagian dari

puskesmas. Bentuk klinik mana yang menarik bagi aksperto tergantung

pada masyarakatnya.

e. Gejala sampingan dari kontrasepsi

Pentingnya pengaruh gejala sampingan terhadap akseptor sangat berbeda

dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, misalnya yang bekerja dari

satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, misalnya wanita yang bekerja

kurang toleransinya terhadap gejala samping PIL, dan IUD akibatnya

mereka jarang pergi ke dokter.

3) Faktor Pemerintah / BKKBN

Kemampuan petugas KB oleh Pemerintah terkadang tidak tepat

sasaran. Hal ini biasanya dikarenakan penempatan petugas yang mempunyai

latar belakang kebudayaan yang berbeda dan ini tentunya akan mempengaruhi

keberhasilan program KB. Faktor – faktor Seks, Umur, Status Perkawinan,

Profesi Petugas KB akan sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan KB.


18

2.3 Kerangka Konsepsional

2.4 Perumusan Hipotesa

Hipotesa penelitian adalah:

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan PUS dalam KB

IUD.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan PUS dalam

KB IUD.

3. Ada hubungan antara sikap dengan keikutsertaan PUS dalam KB lUD

4. Ada hubungan antara tingkat dengan keikutsertaan PUS dalam KB

IUD.
19

5. Ada hubungan antara sikap petugas dengan keikutsertaan PUS dalam

KB IUD.

BAB III

METODELOG1 PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian survei yang bersifat deskriftif analitik

dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Sambirejo Timur, kecamatan Percut Sei Tuan yang

dilaksanakan bulan Nopember tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua PUS peserta KB di Desa Sambirejo Timur

Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2010 sebanyak 411 orang.

3.3.2 Sampel

Sainpel diambil secara modern sampling dengan menggunakan rumus:

19
20

E = Degree of Precission (penyimpangan sampel dad populasi) ditetapkan 10%

ZC = Derajat kepereayaan yang ingin dipunyai terhadap sampel, dalam hal ini

derajat kepereayaan ditetapkan 95%, terlihat pada tabel Z = 1,96.

P = Proposal data akseptor KB yang dipengaruhi oleh faktor yang berpengaruh

dalam penelitian mi ditetapkan 50%.

Q = Proporsi akseptor KB yang tidak dipengaruhi oleh faktor yang berpengaruh

dalam penelitian mi ditetapkan 50%.

N = Besarnya populasi (jumlah PUS yang akseptor KB) adalah 411.

n = Besarnya sampel 79 orang.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari PUS secara langsung dan dengan menggunakan

kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari puskesmas Desa Sambirejo Timur, Kantor

Camat/PPLKB Kecamatan Percut Sei Tuan khususnya tahun 2010.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi.


21

3.5.2 PUS (Pasangan Usia Subur) adalah pasangan yang istrinya berusia

antara 15 - 45 tahun atau lebih 45 tahun dan tetap mendapatkan menstruasi

sedangkan PUS IUD adalah pasangan usia subur yang memakai alat

kontrasepsi IUD untuk menjarangkan/menuda kelahiran.

3.5.3 Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki

responden.

1. Rendah jika responden hanya tamat SD s/d SMP

2. Sedang jika responden tamat SMA

3. Tinggi jika pernáh duduk di bangku Perguruan Tinggi

3.5.4 Pengetahuan adalah pengetahuan responden dalam mengenal,

mengerti beberapa hal tentang KB. Untuk mengukur tingkat pengetahuan

responden tentang KB dalam hal keikutsertaan PUS dalam ber-KB IUD

diajukan 6 pertanyaan melalui Kuesioner yang telah tersedia.. Setiap

pertanyaan diberikan bobot antara 1 - 5 berdasarkan bobot pertanyaan (Hadi

Pratomo, Sudarti, pedoman pembuatan proposal penelitian).

a. baik apabila nilai yang diperoleh lebih dari 75%

b. sedang apabila nilai yang diperoleh 40% - 75%

c. kurang apabila nilai yang diperoleh kurang 40%

3.5.5 Sikap adalah respon atau tanggapan yang diambil seseorang terhadap

objek atau masalah, dan ini merupakan suatu keadaan yang memungkinkan

timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Untuk mengukur sikap

responden terhadap KB disajikan 6 pertanyaan melalui kuesioner yang telah


22

disediakan. Setiap pertanyaan diberikan bobot penilaian antara 1 - 5

berdasarkan pertanyaan yang diajukan:

a. Sikap yang mendukung apabila nilai yang diperoleh responden lebih

dari 50%

b. Sikap yang tidak mendukung, apabila nilai yang diperoleh responden

kurang dari 50%

3.5.1 Tingkat sosial ekonomi yaitu kondisi ekonomi résponden

berdasarkan/kapita/bulan. Hal ini diukur dengan cara pendapatan orang tua

dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Selanjutnya tingkat ekonomi

dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Rendah jika penghasilan perbulan kurang dari Rp. 1.000.000

b. Sedang jika penghasilan perbulan Rp. 1.000.000 - Rp.

2.000.000

c. Tinggi jika pcnghasilan perbulan > Rp 2.000.000

3.5.2 Sikap petugas pelayanan KB yaitu sikap petugas pelayanan KB saat

memberi pelayanan KB terhadap akseptor KB. Selanjutnya sikap petugas

pelayanan KB diukur dari pentanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang

diajukan ada 5, yang diberikan bobot 1 dan 5.

Ada dua sikap petugas yang dimaksud yaitu:

a. Sikap menyenangkan apabila nilai yang diperoleh lebih dari 50%.

b. Sikap tidak menyenangkan apabila nilai yang diperoleh responden

kurang atau sama dengan 50%.


23

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas .

1. Pendidikan

2. Pengetahuan

3. Sikap

4. Tingkat Ekonomi

5. Sikap Petugas KB

3.6.2 Variabel Terikat

Yaitu PUS yang ber-KB yaitu PUS yang ber-KB IUD dan Non IUD.

3.7 Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah terkumpul diolah secara manual dengan bantuan komputer

lalu disajikan dalam bentuk tabel.

3.8 Analisa Data

Untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh pada pemakaian KB IUD

PUS dilakukan dengan analisa univariat yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Selanjutnya untuk mengetahui hubungannya dilakukan dengan uji statistik yaitu uji

chi - square.
24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran umum

4.1.1 Geografis dan Adwinistrasi

Wilayah kelurahan kenangan mempunyai luas 86.69 Ha dengan perincian

sebagai berikut:

Luas sawah —

Luastanahkering :86.69Ha

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Selatan Kelurahan Kenangan Ban Deli Serdang

Sebelah Utara Tegal Sari Mandala II Medan

Sebelah Timur : Tegal Sari Mandala II Medan


25

Sebelah Barat Kelurahan Kenangan Barn Deli Serdang

Secara administratif Kec. Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan dan kab.

Deli Serdang yang terdiri dan 2 kelurahan dan 18 desa yaitu:

1. Amplas

2. Bandar Klippa

3. Bandar Setia

4. Cinta Rakyat

5. Kelurahan Kenangan

6. Kelurahan Kenangan Baru

7. Kolam

8. Laut Dendang

9. Medan Estate

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMAKAIAN IUD


DI DESA SAMBIREJO TIMUR KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG

Yang dipersiapkan oleh :


26

ASNAH
NIM : 0909192303

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipersentasekan pada tanggal :

Medan, 17 Februari 2011

Dosen Pembimbng

RISWAMATI. S, SKM, M.Si

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMAKAIAN IUD


DI DESA SAMBIREJO TIMUR KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG

ASNAH
NIM : 0909192306

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Reproduksi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia
27

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2011

Anda mungkin juga menyukai