RABI’AH
Ah, Inang. Mengejutkan nanda saja.
Jangan suka menyusun mantra, khilaf kata muara bencana. Jangan berpantun sarat makna, resah
hatiku tak mampu mencernanya.
INANG
Apa yang sedang kau lamunkan anakku, tidaklah baik bagi seorang anak dara melamun sendirian
disaat sang surya mulai beranjak ke ufuk barat. Masuklah kedalam kamarmu, karena ayah-bundamu
tidak akan suka melihatmu seperti ini.
RABI’AH
Oh Inang, dalam hal mana ayahanda akan suka melihat nanda, apapun yang nanda lakukan selalu
salah dan mengundang amarah. Satu-satunya hal yang ayahanda sukai adalah mengurung nanda
didalam kamar setiap hari. Tidak boleh keluar dan bertemu kawan-kawan sebaya, bermain serta
bergembira sebagaimana layaknya seorang anak dara yang baru beranjak dewasa. Entah sampai
kapan nanda akan mampu bertahan hidup terkekang seperti ini. Lebih baik nanda mati saja Inang...
MENANGIS PILU
INANG
Jangan pernah berfikir buruk begitu anakku, apalagi bertindak diluar akal sehatmu. Sungguh, itu
hanya akan membawa kerugian bagi kita semua. Hamba yakin, ayahandamu bersikap dan berbuat
seperti itu semata-mata demi kebaikanmu dan keluarga. Percayalah, suatu saat nanti nanda akan
RABI’AH
Tunggulah sebentar Inang. Biarkan nanda menikmati kehadiran malam, karena cuma itulah
kebahagiaan yang nanda miliki. Malam adalah satu-satunya harta berharga bagi kesunyian hati
nanda Inang.
INANG
Sudahlah anakku, jangan terlalu menurutkan hasrat sunyi. Kesunyian tidak pernah sendiri, ia selalu
mengundang banyak sekali keburukan-keburukan yang tidak pernah kita duga dan bahkan malam
pun akan menjadi tidak indah karnanya.
RABI’AH
Tapi Inang, setidaknya malam masih punya bintang dan rembulan yang mampu memeriahkan
kesunyiannya. Nanda merasa hanya malamlah yang mampu memberikan kehidupan pada jiwa yang
hampir mati ini. O Tuhan, alangkah indahnya bila dunia hanya memiliki malam, berbahagialah hati
yang sunyi ini.
INANG
Jangan pernah menentang apalagi mengubah apa yang telah menjadi ketentuan Tuhan anakku.
Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasangan, tentulah punya maksud yang tersembunyi dan
hanya dialah yang mengetahuinya. Kita hanya mampu menangkap isyarat ataupun pertanda atas
semua ketentuan tersebut. Bayangkan, bagaimana bila sesuatu itu tunggal adanya. Kebaikan tanpa
keburukan, hitam tanpa putih, laki-laki tanpa perempuan, kehidupan tanpa kematian, dan malam
tanpa siang. Hidup ini akan terasa hampa tak bermakna. Dunia ini tidak akan pernah ada dan begitu
juga dengan manusia. Kemanunggalan hanya milik Tuhan anakku.
RABI’AH
Lantas bagainama pula dengan kesunyian hati dan penderitaan yang nanda alami ini Inang? Apakah
semua ini juga memiliki kemeriahan dan kebahagiaan? Sungguh, nanda benar-benar tidak
bermaksud menentang apalagi merubah ketentuan Tuhan tapi apa yang nanda rasakan seolah-olah
tidak ada akhirnya.
INANG
Justru itulah yang hamba maksud anakku. Mempertanyakan ketentuan Tuhan adalah sama halnya
dengan menentangnya. Hamba yakin, bahwa apa-apa yang nanda alami dan rasakan saat ini pasti
mengandung hikmah dan akan berbuah kebaikan tidak hanya bagi nanda dan ayah-bundamu, tapi
bagi kita semua, termasuk hamba anakku.
RABI’AH
Nanda mengerti Inang, tapi apakah perbuatan yang ayahanda lakukan pada nanda merupakan suatu
wujud kebaikan? Sungguh nanda tidak melihat dam merasakan sedikitpun kebaikan yang
terkandung dari pengekangan diri nanda ini.
INANG
Kebaikan adalah nama lain dari Tuhan anakku, dan Tuhan tergantung bagaimana prasangka setiap
mahluknya terhadapNya. Apabila kita berprasangka baik, maka kebaikanlah yang akan kita terima.
Demikian juga bila kita berprasangka buruk, maka keburukan juga yang akan kita terima dariNya.
INANG
Hamba mengerti anakku. Setiap manusia yang baru menginjak masa remaja tentulah menginginkan
segala bentuk keindahan, keceriaan dan kecemerlangan mewarnai keindahannya. Tapi harapan
tersebut haruslah diiringi dengan niat yang baik dan tulus, agar kelak kebaikan jugalah yang akan
kita terima sebagai jawaban dari harapan kita tersebut. Mintalah pada Tuhan denagan niat yang
tulus dan jangan sekali-kali nanda berprasangka buruk padaNya.
Maafkan hamba yang bodoh ini jika hamba dianggap menggurui nanda yang terpelajar dan pintar.
Tidak ada keinginan hamba selain memberikan sedikit penghiburan bagi nanda yang sedang
bersedih. Sekali lagi maafkan hamba.
RABI’AH
Jangan berkata begitu Inang sayang. Nanda tidak pernah menganggap Inang sebagai orang yang
bodoh. Jusrtu sebaliknya, selama ini Inang telah memberikan banyak pengetahuan–pengetahuan
tentang hidup dan kehidupan yang tidak akan pernah nanda dapatkan dimanapun termasuk dari
kedua orang tua nanda. Selama ini hanya Inanglah yang setia menemani nanda baik dalam keadaan
susah maupun senang, Inanglah yang senantiasa sabar mendengarkan segala keluh-kesah hati nanda
hingga detik ini. Nandalah yang harusnya berterima kasih atas segala kebaikan dan pengorbanan
Inang selama ini. Maafkan nanda Inang.
MEMELUK INANG
INANG
Sudahlah anakku, jangan terlalu memuji hamba secara berlebihan seperti itu. Apa yang hamba
RABI’AH
Baiklah Inang, nandapun tidak ingin kehilangan malam yang indah ini, hanya karena nanda terlalu
memperturutkan kehendak hati nanda. Marilah kita masuk kedalam rumah Inang.
BAGIAN II
BUNDA
Anak-anak ...! Berhentilah bermain-main. Lihatlah, hari semakin senja. Pulanglah kerumah kalian
masing-masing. Jangan membuat orang tua kalian khawatir.
GADIS I
Ah, bibi. Seperti tidak pernah remaja saja. kesenangan itu tidak ada batasnya bi, biarpun hari sudah
semakin senja tapi kan bukan berarti kesenangan juga mesti berakhir. Betul tidak teman-teman?..
SEMUA MENGIAKAN
JEJAKA II
Benar itu bi. Masa remaja adalah masa dimana semua anak-anak mulai belajar mengenal dunia dan
kehidupan diluar rumah. Bukankah belajar itu tidak mengenal waktu bi?
BUNDA
He, jangan suka membantah apalagi mencoba menyalahkan perkataan orang tua. Tidak baik.
Pulanglah kalian, jangan sampai membuat orang tua kalian marah atas perbuatan kalian.
JEJAKA I
Orang tua kami tidak seperti paman bi. Yang tega mengurung Rabi’ah di dalam kamar setiap hari,
tidak boleh keluar rumah dan bermain serta bersenang-senang.
GADIS II
Iya bi, hari juga belum terlalu senja. Ijinkanlah Rabi’ah bermain dan bergembira sebentar bersama
kami.
BUNDA
Bibi bukannya tidak mengizinkan. Tapi bibi takut nanti Rabi’ah akan dimarahi dan dihukum
dengan hukuman yang lebih berat lagi oleh ayahnya.
RABI’AH
Bunda, izinkan nanda bermain bersama mereka sebentar saja. Nanda janji, sebelum senja memerah,
nanda akan segera kembali kedalam rumah.
BUNDA
Jangan anakku. Apalah arti kegembiraan sesaat ini jika dibandingkan dengan kemurkaan ayahmu
pada kita semua nanti.
RABI’AH
Nanda mohon bunda, sebentar saja. Apakah nanda juga tega melihat nanda yang setiap hari selalu
bermuram durja seperti ini?.
MENANGIS.
RABI’AH
Terima kasih bunda. Nanda janji akan kembali kedalam rumah bahkan sebelum senja berubah
merah.
AYAH
Rabi’ah .....!
RABI’AH
Ayah ....!
AYAH
Sudah berapa kali ayah katakan, jika mau bermain, bermainlah didalam rumah. Jangan
sejengkalpun kakimu menginjak tanah.
RABI’AH
Tapi ayah ...
AYAH
Tidak ada tapi-tapian..! Ayo pulang!
GADIS I
Paman, biarkan Rabi’ah bermain bersama kami barang sejenak, hingga langit berwarna jingga dan
sang surya kembali keperaduannya. Tidakkah suasana yang indah tersebut sangat menyenangkan
bagi anak perawan?
JEJAKA
Benar paman, tidak ada yang lebih menggembirakan dan menyenangkan bagi seorang gadis selain
menari dan bernyanyi menyambut lembayung senja.
AYAH
Jangan mencoba mengajariku Anak Muda!. Tahu apa kalian tentang kegembiraan. Kalian anak-
anak muda bisanya cuma bermain dan mengumbar tawa riang sembari mengharapkan kesenangan.
Kalian tidak pernah berfikir bahwa kesenangan itu akan bermuara bencana besar bagi kalian dan
JEJAKA II
Bencana besar seperti apa yang paman maksudkan?
AYAH
Kalian tidak perlu bertanya tentang hal itu. Kewajiban kalian adalah menuruti segala perkataan
orang tua tanpa mempertanyakannya.
GADIS
Kenapa tidak boleh paman. Bukankah wajar jika kami bertanya tentang sesuatu yang tidak kami
ketahui sama sekali. Lagipula tidak semua orang tua kami bersikap seperti paman yang lebih
mementingkan diri sendiri dari pada memikirkan kebahagiaan anaknya.
AYAH
Jangan sembarangan kalian bicara!. Tidak tahu adat dan sopan santun pada orang tua. Tahu apa
kalian tentang kebahagiaan. Bagi kalian kebahagiaan hanya sebatas perasaan senang bahwa kalian
bisa menikmati dan menghabiskan hari ini dengan bermain dan bergembira sepuas hati kalian
sendiri tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok atau lusa. Kalian tidak pernah menyadari
bahwa orang tua kalian sangat mencemaskan diri kalian. Setiap detik mereka selalu memikirkan
masa depan kalian. Mereka tidak ingin masa depan kalian nanti akan menjadi suram hanya akibat
dari apa yang kalian lakukan hari ini.
JEJAKA
Maafkan atas ketidak sopanan kami semua paman. Tapi apakah pantas anak-anak seusia kami ini
harus ikut memikirkan hal-hal besar seperti itu?
AYAH
Bukankah tadi sudah ku katakan bahwa kalian tidak perlu mempertanyakan apalagi ikut
memikirkan hal-hal yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua kalian. Satu-satunya
yang harus kalian lakukan adalah patuh dan taat pada perkataan orang tua kalian. Hanya itulah
kewajiban yang harus kalian laksanakan agar kelak kalian bisa hidup bahagia dalam arti yang
sebenarnya.
GADIS II
Kebahagiaan seperti apa yang paman maksudkan itu? Dan apakah untuk mendapatkan kebahagiaan
tersebut kami semua harus merasakan perlakuan yang sama seperti apa yang telah paman perbuat
pada Rabi’ah?
AYAH
Dasar anak muda keras kepala!. Bukankah sudah ku katakan bahwa kalian tidak perlu
mempertanyakan hal itu. Setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mendidik anaknya agar
menjadi anak yang berbakti, taat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
JEJAKA I
Tapi paman...
AYAH
Sudah!. Aku tidak ingin berdebat dengan kehijauan jiwa kalian. Sekarang kalian pulanglah kerumah
kalian masing-masing sebelum kemarahanku memuncak. Rabi’ah ! Lekas masuk kedalam rumah
ADEGAN III
BUNDA
Kanda….!
BUNDA (Manja).
Ini tentang Rabi’ah, anak kita kanda.
BUNDA
Tidakkah kanda menyadarinya?
BUNDA
Rabi’ah, buah hati pengarang jantung, nyawa diluar badan, Anak kita kanda, apakah kanda tidak
menyadari bahwa kalau Rabi’ah sudah mulai remaja kanda?.
BUNDA
Bukan itu yang dinda maksud kanda.
AYAH
Lantas apa?
BUNDA
Tindakan kanda yang terlalu mengekang itu.
AYAH
Terlalu mengekang seperti apa yang dinda maksudkan?. Aku merasa apa yang aku lakukan pada
BUNDA
Dinda mengerti kanda. Tetapi tindakan kanda mengurung dan mengekang dia didalam rumah, sama
sekali tidak mencerminkan apa-apa kecuali penyiksaan batin yang tidak seharusnya dialami oleh
anak seusia Rabi’ah kanda. Sungguh, dinda tidak melihat sedikitpun wujud kasih sayang dan
tanggung jawab pada tindakan kanda. Bukankah sayang anak mesti dilepas-lepaskan?
AYAH
Aku bukanlah harimau yang tega melepaskan anaknya yang masih kecil untuk melihat dunia yang
keras dan kejam ini dinda. Lagi pula Rabi’ah adalah anak perempuanku satu-satunya. Aku tidak
ingin terjadi sesuatu hal yang buruk terjadi pada dirinya. Pergulatan diluar sana, sangat tidak baik
untuknya. Semua memuja-muja kebebasan dalam segala hal dan mengindahkan peraturan adat serta
syari’at agama yang sudah mengakar di dalam diri kita turun temurun.
AYAH
Tidak semua keindahan mengandung kebaikan dinda, dan tidak semua kebaikan mewakili
kebenaran. Aku hanya berbuat dan bersikap berdasarkan pada kebenaran bukan kebaikan.
Percayalah dinda, kalau sikap dan perbuatan kita senantiasa dilandasi nilai-nilai kebenaran maka
hidup kita akan aman dan tentram selamanya.
AYAH
Dinda tidak perlu melakukan apapun. Aku yakin suatu saat nanti kebenaran yang akan menjelaskan
semuanya . Lagipula Rabi’ah masih terlalu muda untuk memahami semua ini,
BUNDA
Justru itulah yang dinda maksudkan kanda. Sangatlah sulit bagi Rabi’ah dan anak-anak seusianya
untuk mengerti dan menjalankan apa-apa yang telah menjadi ketetapan adat dan tradisi masyarakat
kita. Bagi mereka, masa remaja adalah masa dimana mereka dapat melakukan apapun yang bisa
menyenangkan hati mereka tanpa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada dilingkungan
keluarga dan masyarakat. Apalagi dunia ini sudah semakin berkembang kanda, rasanya terlalu naïf
jika kita masih bicara tentang adat dan tradisi dizaman yang semakin maju ini.
AYAH
Naif?.. Begitu mudah dan seringnya manusia mengatakan kata naïf supaya tidak dibilang kolot,
fanatik dan kuno. Mereka tidak menyadari kalau selama ini mereka selalu bersembunyi dibalik
kenaifan mereka sendiri. Adat dan tradisi bukanlah sesuatu yang naïf dinda. Justru dengan tetap
BUNDA
Maafkan jika perkataan dinda telah mengundang kemarahan kanda. Dinda hanya merasa kesulitan
jika harus menjelaskan semua ini pada Rabi’ah. Dinda tidak sanggup melihat wajahnya yang selalu
murung dirundung duka dan menganggap bahwa hidup telah berlaku tidak adil padanya. Kenapa
semua ini mesti terjadi pada Rabi’ah kanda?..
AYAH
Sudahlah dinda, jangan terlalu memperturutkan perasaanmu dengan mengatakan hidup ini tidak
adil. Hidup ini sangat adil dinda. Keadilan dan kebenaran selalu berjalan seiring dan merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Memang dalam menegakkan suatu kebenaran
selalu ada seribu rintangan yang datang menghalangi. Selalu ada seribu pengorbanan yang harus
mesti kita lakukan, yang terkadang membuat kita berfikir bahwa hidup ini tidak adil. Bukankah
kalau kita menginginkan sebutir mutiara yang indah terkadang kita harus menyelami tujuh samudra
dengan susah payah dan penuh pengorbanan?. Yakinlah pada kebenaran, maka kemenangan akan
jadi milik kita.
BUNDA
Bagaimana jika nanti bukan kemenangan yang akan kita terima kanda?.. bagaimana kalau yang
akan kita terima justru kekalahan dan penyesalan berkepanjangan?.. Dinda tidak ingin itu terjadi
kanda.
AYAH
Itu tidak akan terjadi dinda. Jangan pernah mencoba menggoyahkan keinginanku dengan
menyebarkan ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan.
Bahkan jika langit runtuh dan gunung beterbangan, aku tidak akan mengubah keyakinanku. Aku
sangat yakin bahwa apa yang telah aku lakukan benar adanya. Tidak ada yang bisa mengubah
pendirianku bahkan kematian sekalipun. Tidak juga dirimu dinda!.
BUNDA
Tapi kanda…
AYAH
Sudahlah!.. Cukup dinda. Sekarang masuklah kedalam rumah, aku akan pergi kekampung sebelah.
Jaga Rabi’ah dan jangan biarkan dia keluar rumah barang sejengkalpun. Bila perlu tutup semua
pintu dan jendela hingga tak ada celah selobang jarumpun terbuka untuknya.
FADE OUT
ADEGAN IV
RABIAH
O, malam yang indah!. Katakan padaku dimanakah sunyi bersembunyi. Aku ingin kesana
menuntaskan kekosongan ini. Bangunkan aku dari ketidak berdayaan matahari. Ulurkan tanganmu
dan bawalah jiwaku terbang meninggalkan keterlelapan mimpi-mimpi. O, sunyi yang abadi!.
Dimanakah surga tempatmu menari. Ajaklah aku mengitari istana pelangi. Untuk apa istana emas
ini jika aku terbelenggu rantai-rantai bakti yang tak pernah bisa ku mengerti.
O, kosong yang tak pernah bohong!. Kini hanya padamu lah aku meminta tolong. Penuhilah hatiku
dengan segala keceriaan maha biru agar tak kuratapi lagi kesombongan jiwa yang kelabu.
Tuntunlah aku dalam kembara yang tak berujung batas. Bimbinglah aku menuju samudra yang tak
bermuara. Aku ingin kesana… Aku ingin kesana… Aku ingin kesana….
RABI’AH
Siapakah engkau nek?
NENEK
Aku adalah jawaban atas ratapan kesunyianmu anakku. Telah lama aku menemani kesendirianmu
tanpa kau menyadarinya. Aku mendengar setiap keluh-kesahmu pada rumah ini, pada orang tua dan
pada dunia. Aku bahkan mendengar setiap kegelisahan batinmu anakku.
RABI’AH
Benarkah itu nek?.. Tapi kenapa nenek tidak pernah menampakkan diri didepanku sebelumnya?
NENEK
Aku menunggu waktu yang tepat anakku. Selama ini hatimu masih diselimuti rasa ragu atas
kesunyian yang kau alami. Tapi berapa detik yang lalu ketika ku dengar kau berbicara pada
kesunyian, maka disaat itulah aku datang memenuhi panggilanmu.Ayo, bersiaplah anakku, aku
akan membawamu pergi jauh meninggalkan segala kesedihan dan penderitaan ini. Aku akan
membawamu ke samudra biru tempat dimana kesunyian yang mahadalam menunggumu.
RABI’AH
Tapi nek, jauh dilubuk hatiku sebenarnya aku masih ragu untuk pergi meninggalkan rumah,
keluarga dan kedua orang tuaku. Apalagi aku masih punya seorang ibu dan inang yang masih sangat
menyayangiku sepenuh hati. Apa yang akan terjadi pada mereka jika aku pergi meninggalkan
mereka dan ikut bersamamu nek?
RABI’AH
Benarkah semua yang kau katakan itu nek?. Benarkah kebahagiaan abadi itu akan kudapatkan
disana?. Aku takut jika disana nanti malah penderitaan yang akan kuterima. Apalagi aku belum
pernah kesana nek. Aku takut sekali…
NENEK
Jangan takut anakku. Aku akan selalu ada disana mendampingimu. Percayalah dan ikuti semua
kehendak perrasaan itu. Yakinlah padaku, pejamkan matamu. Lupakan semua penderitaan dan
kesakitanmu. Bayangkan saat ini kau sedang berjalan menuju muara keindahan yang selama ini kau
impikan. Bayangkanlah kau sedang bersenang-senang, menari dan bernyanyi begitu riangnya
disana. Lupakan rumah ini, lupakan keluarga ini, lupakan kehidupan yang fana ini.
ADEGAN V
BUNDA
Rabi’ah.. dimana engkau anakku!. Pulanglah nak, jangan membuat ibu khawatir dan gelisah seperti
ini. Apa yang akan ibu katakan pada ayahmu nanti jika ia tahu engkau tidak ada disini. Pulanglah
nak…
INANG
Benar anakku, jangan membuat kami khawatir seperti ini. Pulanglah anakku… Pulang…
BUNDA
Anak-anakku semuanya, apakah kalian melihat Rabi’ah?.. sudah seharian ini ia tidak berada
dirumah. Apakah ia bermain bersama kalian?.
GADIS I
Tidak bi, sejak kemurkaan paman pada kami dan Rabi’ah dulu, kami tidak pernah lagi bisa bertemu
apalagi bermain berrsama Rabi’ah bi.
GADIS II
Iya bi, kami sangat takut pada kemurkaan paman. Sejak hari itu kami tidak berani bermain lagi
disini. Tapi bukankah Rabi’ah selalu dikurung didalam kamar bi, bagai mana caranya ia biisa keluar
rumah?. Selama ini jangankan untuk keluar rumah, keluar dari kamarnya saja ia tidak berani bi.
INANG
Entahlah, seolah-olah seperti ada sebuah kekuatan yang membantunya untuk membuka pintu
keterkekangan untuk memadamkan api keangkaramurkaan. Apa mungkin ini semua adalah kuasa
dari yang maha berkehendak?. O, tuhan. Jika ini terjadi atas kehendakmu, maka segala puji bagimu
Tuhan.
BUNDA
Apa yang kau katakan Inang?. Apakah kau senang atas kepergian Rabi’ah?.
INANG
Maafkan hamba wahai ibu dari pemilik jiwa yang gelisah. Sedikitpun hamba tidak bermaksud
mengumbar kesenangan atas bencana ini. Rabi’ah sudah seperti anak hamba sendiri. Hambalah
yang telah merawat dan membesarkannya hingga remaja disaat suka maupun dika. Hambalah yang
selalu menemani kesedihan dan kesendirian selama ini. Setiap tetes air matanya adalah jarum
beracun yang menusuk jantung hamba. Bagai mana hamba tega berbahagia atas kepergiannya?.
BUNDA
Tapi kenapa tadi engkau bersyukur pada tuhan Inang?.
INANG
Sekali lagi mafkan kelancanagan bicara hamba. Hamba hanya bisa menghibur diri hamba sendiri
denagan bersyukur pada Tuhan atas semua ini. Hamba hanya bisa berharap bahwa dengan
kepergian Rabi’ah setidaknya berakhir segala penderitaan batin yang selama ini dia alami dirumah
ini. Hamba sudah tidak saggup lagi menyaksikan wajah cantik itu jadi suram dihujam airmata setiap
hari. Ratapan kesedihannya selalu terngianag titelinga hamba setiap saat hingga membuat hamba
harus selalu berada dekat disisinya. Hamba merasa harus selalu menemani kesunyian jiwanya.
Bagaimana hamba akan sanggup kehilangan dirinya.
BUNDA
Sudahlah Inang, ini semua adalah kesalahanku. Selama ini aku tidak pernah benar-benar buusaha
untuk menghibur dirinya. Aku malah ikut keras dan menyiksa batinnya. Aku menyesal karena telah
membiarkan Rabi’ah larut dalamkesedihan tanpa pernah menemaninya. Terkadang aku ingin sekali
mengajaknya bermain, bercanda dan bergembira agar ia bisa melupakan segala penderitaan meski
hanya untuk sementara. Tapi apa yang bisa kulakukan Inang?. Aku tidak berdaya menghadapi
kekerasan hati ayahnya. Aku sangat takut melihat kemurkaan suamiku harus ditimpakan pada
anaknya yang sama sekali belum bisa memahami hakikat semua ini. Aku bukan ibu yang baik
baginya. Aku menyesal Inang, aku menyesal….
AYAH
Ada apa?.. Apa yang telah terjadi pada istriku?.. Dinda!.. Bangunlah!. Apa yang telah terjadi
dinda?.. Dinda.. Dinda!. Bangunlah!.. Bangunlah dinda!...
JEJAKA II
Bibi tiba-tiba pingsan paman.
AYAH
Kenapa bisa pingsan?.. Kenapa bisa begini?. Inang, kenapa diam seperti batu. Katakan apa yang
sebenarnya terjadi pada istriku. Katakan inang.. Katakan!..
INANG
Rabi’ah tuan, Rabi’ah telah pergi meninggalkan kita semua.
AYAH
Apa?.. Rabi’ah pergi?. Kenapa kau biarkan dia pergi!. Pergi kemana dia Inang?..
GADIS I
Bi Inang benar paman. Mungkin Rabi’ah sudah tidak tahan dengan penderitaan yang dia alami
selama ini paman.
AYAH
Apa yang kalian katakan?!.. Penderitaan?.. Penderitaan yang bagaimana yang telah diterima oleh
Rabi’ah?. Siapa orangnya yang telah berani membuat anakku menderita hingga pergi meninggalkan
rumah seperti ini?. Katakan padaku.. Cepat katakan.
Dinda.. Bangunlah dinda.. Katakan apa yang telah terjadi denagan anak kita dinda.. Bangunlah
dinda..
INANG
Wahai Tuhan yang telah menciptakan seorang ibu yang melahirkan putri cantik yang malang ini.
Hari ini hamba memohon padaMu atas nama cinta seorang Inang kepada putri yang sudah seperti
anak kandung yang sangat disayanginya. Tunjukkanlah sedikit kuasa tak terbatasMu pada kami.
Bangunkanlah ibu yang malang ini dari ketidakberdayaan meski hanya untuk beberapa saat saja.
Hamba mohon wahai Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang nampak dan tersembunyi.
Jadikanlah keterjagaannya sebagai petunjuk bagi keterbatasan kami dalam membuka tabir menutup
pandangan.
BUNDA
Berhenti! Cukup berdiri disitu saja tuan!
AYAH
Dinda.ini aku, suamimu. Apa yang telah terjadi dengan dirimu dinda?
BUNDA
Aku tidak pernah punya suami sepertimu tuan!. Engkau terlalu angkuh dan keras kepala untuk diri
yang tidak berdaya dan lemah ini.
Lihatlah tuan, lihat apa akibat dari segala perbuatanmu selama ini pada kami semua. Anak
perempuan mu satu-satunya yang selama ini selalu engkau kurung di dalam rumah sekarang telah
pergi atas kehendaknya sendiri. Bahkan seekor anak burung yang dikurung didalam sangkar yang
terbuat dari emas pun akan rindu untuk terbang bebas menuju alam luas diluar sana. Dan aku,
ibunya yang lemah ini setiap hari hanya bisa berdiam diri melihatnya bersedih dan menangis tanpa
bisa berbuat apa-apa untuk menghiburnya.
(Sang ayah masih berdiri dalam diam. Ia begitu terpukul dengan sikap istrinya yang tiba-tiba
berubah itu. Namun ia sepertinya menyadari bahwa dirinya lah yang menyebabkan semua ini
terjadi. Bunda mencoba berdiri dengan susah payah, dibantu oleh sang inang yang setia. Ia lalu
menghadap ke arah laut biru, memandang laut luas itu dengan tatapan kosong)
Sekarang, aku bahkan sudah tidak merasa seperti seorang ibu lagi.. aku bahkan sudah tidak
mengenali diriku sendiri lagi… aku bahkan merasa sudah tidak ada di dunia ini lagi… aku.. ak..u…
(Ia pingsan dan tidak pernah terbangun lagi. Inang dan semua yang ada disitu terkejut dan
bergegas mendekati tubuh yang sudah tidak bernyawa itu tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Sang
ayah masih tetap berdiri dalam diam dan penyesalannya. Tubuhnya mulai goyah dan ia pun jatuh
bersimpuh. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia mendongakkan kepalanya ke atas dan memekik
panjang)
“Raaa..biii..’aaaaahhh…..!!”.
IA PUN JATUH PINGSAN DAN TIDAK PERNAH TERBANGUN LAGI. REFF LAGU SITI
RABI’AH……..”INILAH KISAH SITI RABI’AH LEGENDA RAKYAT DI TUNGKAL
ULU…..DST.
SELESAI