Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DASAR FISIKA KUANTUM

Di dalam suatu pertemuan para ahli fisika jerman pada tanggal 14 Desember 1900
Max Planck mengemukakan karya ilmiahnya yang berjudul “On the Theory of the
energi Distribution Law of the Normal Spectrum”. Sekalipun karya ini pada mulanya
tidak banyak menarik perhatian orang, namun disadari bahwa karya planck ini telah
membawa perubahan besar dalam dunia fisika, sehingga tanggal pertemuan tersebut
kini dianggap sebagai hari kelahiran fisika kuantum. Lahirnya teori kuantum yang
disarankan oleh Planck karena teori klasik gagal menjelaskan distribusi tenaga dalam
spectrum yang dipancarkan oleh benda hitam.

Muncunya teori kuantum memperluas jangkauan penyelidikan dunia fisika. Jika


fisika klasik mempelajari fenomena fisika dalam dunia makroskopis, maka fisika
kuantum mengkaji partikel-partikel elementer dan mencoba menemukan hukum-
hukum yang mengatur tingkah laku partikel-partikel ini.

1.1 RADIASI THERMAL DAN POSTULAT PLANCK

Akhir abad ke-19 perhatian ahli fisika tertuju pada pemancaran cahaya oleh suatu
permukaan logam yang dipanaskan, khususnya pada spektrum pemancaran tersebut.
Kita ketahui bahwa jika sebuah logam dipanaskan akan terjadi perubahan warna
cahaya yang terpancar dari warna merah hingga menjadi pijar apabila suhu logam
terus dipanaskan sampai titik leburnya. Perubahan warna itu berarti pergeseran
intensitas maksimum dari panjang gelombang panjang ke panjang gelombang
pendek.

Spektrum radiasi thermal inilah yang menarik perhatian para ilmuwan akhir abad 19,
terutama karena teori-teori fisika yang ada tidak dapat menerangkan bentuk lengkung
radiasi thermal tersebut.

1
Radiasi Themal adalah pancaran suatu benda yang disebabkan oleh suhunya. Sebaran
intensitasnya sebagai fungsi frekuensi atau fungsi panjang gelombang disebut
spektrum radiasi thermal. Sebagai idealisasi dibataskan saja apa yang dinamkan
Benda Sempurna Hitam (Black Body), ayitu suatu benda yang menyerap semua
cahaya yang sampai dipermukaannya. Menurut teori termodinamika benda seperti ini,
apabila pijar, akan memberikan pancaran total yang maksimum dibandingkan dengan
benda-benda lain yang suhunya sama.

Secara teknis benda sempurna hitam dapat digambarkan sebagai sebuah bola logam
dengan lubang sangat kecil, dinding dalam rongga tersebut bersuhu T.
Apabila cahaya masuk ke dalam rongga melalui lubang kecil pada dindingnya
maka akan mengalami berkali-kali pemantulan pada permukaan dinding.
Kebolehjadian sangat kecil bahwa berkas cahaya tersebut
Dapat meninggalkan rongga tersebut.
Pancaran oleh lubang yang ada pada dinding rongga
secara praktis merupakan pancaran oleh suatu benda
sempurna hitam

Dengan sebuah spektrometer dan detektor cahaya dapat diukur Radiansi Spektral
pada suhu T, RT (υ ) oleh suatu benda sempurna hitam. Radiasi Spektral

RT (υ )∆υ adalah jumlah energi pancaran thermal persatuan waktu, per satuan luas
permukaan benda pemancar, dalam selang frekuensi antara υ dan (υ+∆υ) dengan
suhu permukaan pemncar T.

Pada gambar di bawah ini disertakan lengkung RT (λ ) untuk suatu permukaan


sempurna hitam, pada beberapa benda yang berbeda. Yang dicari ilmuwan saat itu
adalah lengkung teoritiknya yang sukar diperoleh jika menggunakan hukum-hukum
dan kaidah-kaidah fisika klasik yang telah diketahui.

2
Radiansi total, yaitu jumlah energi pancaran thermal meliputi semua ferkuensi atau
panjang gelombang, per satuan luas, per satuan waktu adalah:

∫ R (υ ) dυ = R
0
T T (1.1)

Beberapa kaidah empitik sebagai hasil pengukuran eksperimental tentang


pemancaran radiasi thermal oleh benda-benda sempurna hitam pada berbagai macam
suhu T sebagai berikut:
a. Hukum Stefan, yang dinyatakan dengan persmaan :
RT = σT 4 dalam watt/m2
σ = tetapan Stefan-Boltzmann = 5,67x10-8 watt/m2K4

b. Hukum Pergeseran Wien


Terdapat hubungan antara suhu suatu benda sempurna hitam dengan panjang
gelomabng maksimum, yaitu panjang gelombang yang menghasilkan RT (λ )
bernilai maksimum; hubungan empirik tersebut adalah:
λ maks T = 2,898 x10 −3 mK

3
Yang kemudian dicari adalah suatu landasan atau kerangka teoretik tentang radiasi
thermal yang dapat menerangkan faktor-faktor eksperimen tersebut.

Perhatikan kembali sketsa rongga logam di atas. Dalam rongga tersebut gelombang
cahaya bergerak dengan kecepatan cahaya dari satu bagian dinding rongga ke bagian
lainnya. Oleh karena itu pada setiap saat ada energi dalam rongga itu. Rapat energi
pada suhu T dinyatakan dengan ρ T (υ ) dengan batasan sebagai berikut :
ρ T (υ )∆υ adalah jumlah energi dalam satu satuan volume dengan frekuensi yang
terletak antara υ dan (υ+∆υ) untuk suatu rongga yang dindingnya bersuhu T.

Analisa tentang pancaran radiasi thermal lebih mudah dilakukan melelui pengertian
ρ T (υ ) dari pada RT (υ ) . Berdasarkan teori termodinamika, bahwa dalam keadaan
setimbang berlaku hubungan berikut antara radiasi spektral oleh suatu permukaan dan
rapat energi dalam volume yang dekat pada permukaan tersebut, hubungan itu adalah:

c
RT (υ )∆υ = ρ T (υ )∆υ (1.2)
4

1.1.1 Rapat Mode Getar Dalam Suatu Rongga

Dalam menelaah tentang radiasi thermal dalam trongga, dianggap bahwa energi
berasal dari osilator-osilator yang berada pada permukaan dinding rongga. Adanya
osilator ini pun merupakan suatu pengandaian dan getarannya berkait dengan dengan
suhu dinding rongga.

Diandaikan pula osilator-osilator inilah yang memancarkan energi elektromagnetik ke


dalam rongga. Untuk menelaah rapat mode getar, kita gunakan suatu rongga yang
berbentuk kubus dengan sisi a, kemudian dicari rapat mode getar itu dengan
menggunakan syarat batas yang harus dipenuhi oleh vektor kuat medan listrik E pada
dinding logam tersebut. Harga E pada dinding logam harus sama dengan nol.

Dalam keadaan setimbang dalam rongga logam akan ada gelombang tegak
elektromagnetik. Secara umum mode gelombang tegak direpresentasikan sebagai :

4
r r r rr
( )
E (r , t ) = E 0 sin k .r sin (ϖt )
rr
k .r = k x x + k y y + k z z
(1.3)
= kx cos α + ky cos β + kz cos γ

Secara geometri hubungan antara α, β, dan γ adalah:

cos 2 α + cos 2 β + cos 2 γ = 1 (1.4)

rr  2 x cos α 2 y cos β 2 z cos γ  2π


sehingga k .r = π  + +  , karena k =
 λ λ λ  γ
r r
Syarat batas yang harus dipenuhi oleh E pada dinding-dinding rongga adalah E =0.
r rr
Untuk x=0, y=0, dan z=0, jelas E =0, karena k .r = 0 , sehingga
r rr
( )
E 0 sin k .r sin (ϖt ) = 0

rr  2a cos α 2a cos β 2a cos γ 


Untuk x=y=z=a, maka : k .r = π  + + harus berharga nol
 λ λ λ 
baik untuk gelombang sebagai keseluruhan maupun untuk setiap komponen
gelombang itu dalam arah sumbu x, y, dan z. Agar hal tersebut terjadi maka syarat
perlu dan cukup adalah bahwa:
2a cos α
= n x = 0, 1, 2, 3,...
λ
2a cos β
= n y = 0, 1, 2, 3,...
λ
2a cos γ
= n z = 0, 1, 2, 3,...
λ rr
[ ]
jika hal itu dipenuhi maka, k .r = π n x + n y + n z = nπ , dengan n =0,1,2,3,….

Hasil di atas memberikan bahwa:


nx λ nyλ nz λ
cos α = ; cos β = ; cos γ = , yang hrus memenuhi syarat geometri :
2a 2a 2a
cos 2 α + cos 2 β + cos 2 γ = 1 , sehingga :

5
2 1
 λ  2 2
( 2
  nx + n y + nz = 1 ) atau υ =
c
2a
(2 2
nx + n y + nz
2
)
2 . Jika didefinisikan
 2a 
1
2
( 2 2
n1 = n x + n y + n z , maka υ =
2
) c
2a
( 2 2
nx + n y + nz
2
)2 =
c
2a
n1 .Agar diperhatikan

bahwa n1 tidak perlu bilangan bulat, tetapi ditentukan oleh harga nx, ny, dan nz.

Setelah memperoleh suatu ungkapan untuk υ, dapatlah dicari rapat mode getar
gelombang elektromagnetik . Satu mode getar ditandai oleh perangkat bilangan (nx,
ny, nz). Umpamanya (1,0,0) mempresentasikan suatu gelombang tegak dalam arah x
dengan panjang gelombang 2a. Jadi satu mode getar ditandai oleh perangkat bilangan
(nx, ny, nz) korespondensi 1:1.

Jadi menghitung jumlah mode getar dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya
jumlah perangkat (nx, ny, nz), tentunya ini meningkat sampai menjadi tak berhingga.

Yang lebih relevan adalah mencari jumlah mode gaetar yang mempunyai frekuensi
antara υ dan (υ+∆υ), ini dilakukan sebagai berikut:

1
( 2
n1 = n x + n y + n z
2
)
2 2
,υ =
c
2a
n1 , jadi ∆υ =
c
2a
∆n1 (1.5)

nz

∆n 1

n1
ny

nx

6
Jumlah mode getar yang terletak antara υ dan (υ+∆υ) sama besar dengan jumlah itik
dalam ruang (nx, ny, nz) yang terletak dalam 1/8 kulit bola dengan jari-jari n1 dan
tebal ∆n1. Jumlah titik tersebut adalah:

1 2
N 1 (n1 )∆n1 = 4πn1 ∆n1 dari persamaan (1.5) diperoleh :
8
4πa 3 2
N 1 (υ )∆υ = υ ∆υ , (1.6)
c3
tetapi volume rongga adalah V = a3, sedangkan untuk setiap getaran di atas ada 2 arah
polarisasi. Oleh karena itu jumlahgetaran persatuan volume dengan frekuensi antara υ
dan (υ+∆υ) adalah:
8π 2
N (υ )∆υ = υ ∆υ (1.7)
c3
adalah rapat mode gatar gelombang lektromagnetik di dalam rongga. Bagaimana kita
memperoleh rapat energi ρT(υ) ? Salah satu cara adalah memperkalikan N(υ) dengan
energi rata-rata satu mode getar ε , sehingga diperoleh:
ρ T (υ ) = ε N (υ ) (1.8)
masalahnya sekarang teori apa yang dipergunakan untuk menentukan ε ! ρT(υ) dapat
diukur secara eksperimental; N(υ) diperoleh berdasarkan teori medan
elektromagnetik, oleh karena itu cara menentukan ε secara teoritik sekaligus
merupakan pengecekan terhadap teori tersebut.

RUMUS RAYLEIGH JEANS UNTUK RADIASI TERMAL

Rayleigh dan Jeans menggunakan teori ekipartisi energi untuk menentukan ε .


Osilator mempunyai 2 derajat kebebasan, oleh karena itu energi rata-rata per osilator
adalah:
1
ε = 2 x k BT = k BT (1.9)
2
kB = tetapan Boltzman; T = suhu

7
Setiap osilator berkaitan dengan satu mode getar, oleh karena itu rapat energinya
adalah:

8πυ 2
ρT (υ ) = ε N (υ ) = 3 k BT (1.10)
c
apabila hal itu digambarkan maka akan diperoleh grafik di bawah ini.

ρT(υ) Rayleigh-Jeans

Hasil Pengamatan pada 1500oK

Pada frekuensi yang rendah rapat energi menurut Jeans dan Rayleigh berimpit dengan
hasil eksperimen. Tetapi pada frekuensi tinggi simpangannya sangat besar. Secara
teoritis pada υ makin besar maka ρT(υ) juga semakin besar, mendekati harga ∞
apabila υ menuju ∞. Hal ini bertentangan dengan teori termodinamika. Karena
penyimpangan yang besar terjadi pada frekuensi tinggi, maka penyimpangan ini
dinamakan Bencana Ulntraviolet (UV-Catastrophy).

Jejak Rayleigh-Jeans yang menggunakan teori eqipartisi energi untuk menentukan ε ,


tidak memberikan hasil teoritik yang sesuai dengan eksperimen. Salah satu jalan
keluar untuk menghindari kemacetan adalah untuk membuat anggapan bahwa untuk
getaran osilator tidak berlaku teori eqipartisi energi. Anggapan revolusioner ini
sempat mengejutkan, karena teori kinetik gas saat itu sudah cukup mantap.

8
Langkah untuk tidak menggunakan teori eqipartisi energi untuk getaran osilator ini
pada teori radiasi thermal, ternyata membawa suatu era baru bagi fisika.

RADIASI THERMAL MENURUT PLANCK, POSTULAT PLANCK.

Planck mengandaikan hal-hal berikut tentang osilator-osilator yang menjadi sumber


energi pancaran thermal:
a. Energi yang dapat dimiliki osilator tersebut tidak kontinu, melainkan berharga
diskrit, yaitu kelipatan dari hυ :
ε = 0, hυ , 2hυ , 3hυ ,............, nhυ ,...... (1.11)
dalam ungkapan tersbut h dinamakan tetapan Planck, sedangkan υ adalah
frekuensi geratan
b. Sebaran energi osilator menganut distribusi Boltzmann, yaitu kebolehjadian
bahwa osilator mempunyai energi antara ε dan (ε+∆ε) adalah:
ε

k BT
e
P (ε )∆ε = ∆ε (1.12)
k BT

andaian (a) tidak lazim saat itu, karena teori medan tidak mengenal kuantisasi
energi, ini suatu konsep baru.

Kita gunakan kedua andaian tersebut untuk menentukan ε menurut Planck.

− nhυ
∞ k BT
e
∑n =0 k BT
nhυ
ε ≡ (1.13)
− nhυ
∞ k BT
e

n=0 k BT


bataskan α = , maka ungkapan di atas menjadi:
k BT

9

∑ nα e
n =0
− nα

ε = ∞
k BT (1.14)
∑e
n =0
− nα

dengan manipulasi matematika diperoleh :



α e −α
1
∑ nα e − nα

∑e − nα
= dan = , sehingga diperoleh:
n =0 1 − e −α n =0 (1 − e −α ) 2
α e −α
(1 − e −α ) 2 α hυ
ε = k BT = α k B T = hυ (1.15)
1 e −1 ( k BT
e
)

− 1
1− e −α
 

Apabila diambil harga rata-rata osilator tersebut di atas, maka rapat energi di
dalam rongga menjadi:

8πh υ3
ρT (υ )∆υ = ε N (υ )∆υ = 3 ∆υ
c  hυ kBT 
e − 1
 
atau
8πhc υ3
ρT (λ )∆λ = 5
∆λ
λ  hc
λk BT  (1.16)
e − 1
 
ungkapan terakhir diperoleh dari ungkapan sebelumnya melalui pemanfaatan
hubungan c = λυ .

Ungkapan rapat energi radiasi tersebut diturunkan sepenuhnya bersifat teoritik


dengan :
a. Menentukan jumlah mode getar dalam satuan volum rongga dengan
menggunakan teori medan elektromagnetik; khususnya tentang syarat-syarat

10
yang harus dipenuhi suatu gelombang tegak dalam rongga yang berdiding
logam
b. Mengandaikan bahwa setiap mode getar dalam ruang rongga, berkaiatan
dengan satu osilator yang ada pada permukaan dinding logam
c. Mengandaikan bahwa energi osilator hanya dapat memiliki harga yang diskrit,
andaian ini menolak bahwa teori ekipartisi energi berlaku untuk sistem
osilator
d. Mengandaikan bahwa sebaaran energi osilator mengikuti distribusi
Boltzmann.

Model tersebut di atas telah memberikan perilaku fisik tentang rapat energi radiasi
termal dalam rongga dan membuktikan lengkung teoritik spektrum radiasi termal
benda sempurna hitam. Grafik yang ditarik berdasarkan rumus teoritik pada
persamaan (1.16) di atas berimpit dengan grafik yang diperoleh melalui eksperimen.
Perangkat pengandaian tersebut dinamakan postulat Planck yang dirumuskan secara
sederhana sebagaiberikut:
“Eenergi osilator harmonik dengan frekuensi υ, terbatas pada harga-harga
yang merupakan kelipatan dari hυ”

Planck menamakan satuan energi hυ tersebut sebagai “kuantum”. Tetapan Planck h


kemudian diukur secara teliti dan menghasilkan harga h=6,63x10-34 Joule-Sekon.
Planck mengajukan konsep kuantisasi energi yang dapat dimiliki oleh osilator-
osilator harmonik pada permukaan logam, dan tetap menganggap bahwa energi dalam
rongga tetap berbentuk gelombang.

Kemudian Einstein menyaranakan gagasan bahwa juga dalam ruang rongga, energi
elktromagnetik juga berbentuk gumpalan energi, yang kemudian dinamakan foton.
Gagasan ini berarti emnunjukkan bahwa radiasi elektromagnetik juga terkuantisasi
sebagai foton. Gagasan ini dilontarkan untuk menerangkan efek fotolidtrik (1905).

11
Persamaan teoritik lengkung rapat energi radiasi termal pada persamaan (…) dapat
diuji kebenarannya dengan kaidah eksperiemental-empirik yang telah diberikan
sebelumnya, yaitu Hukum Stefan-Boltzmann dan Hukum Pergesaran Wien.
Tugas : Buktikan Kedua hasil empirik tersebut berdasarkan persamaan teoritik rapat
energi radiasi termal.

1.2 TEORI KUANTUM EINSTEIN

1.2.1 EFEK FOTOLISTRIK

Konsep mengenai kuantitasi energi pertama kali memperoleh penerimaan secara


umum sesudah 1905 Albert Einstein memperlihatkan bahwa efek fototistrik dapat
dijelaskan dengan baik dengan menggunakan konsep ini. Efek fotolistrik adalah
suatu peristiwa dimana elektron-elektron keluar dari permukaan logam apabila pada
logam itu dijatuhkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Secara klasik dapat
dijelaskan bahwa cahaya berupa gelombang-gelombang elektromagnetik membawa
energi yang besarnya sebanding dengan intensitas cahaya itu. Makin besar intensitas
cahaya makin besar pula tenaga gelombang elektromagnetik yang mengenai logam.
Karena energi inilah elektron dapat terlepas dari permukaan logam.

Pada tahun 1887 (sepuluh tahun sebelum ditemukannya efektron) Heinrich Hertz
melakukan percobaan tentang gelombang-gelombang elektromagrietik untuk
mempelajari teori Maxwell tentang gelombang itu. Hetz ingin mengetahui apakah
lompatan lucutan listrik dapat terjadi antara dua sistem yang beresonansi. Pertama ia
menimbulkan gelombang efektromagnetik dengan lucutan pada sistem pertama.
Temyata bahwa pada sistem kedua yang beresonansi dengan sistem pertama, juga
terjadi lucutan listrik pada kutubnya dengan mudah apabila cahaya dari lucutan pada
sistem pertama mengenai kutub-kutub sistem kedua. Tetapi apabila cahaya dari
sistem pertama ditutup, maka untuk terjadinya lucutan resonansi, sistem kedua harus
dibuat lebih dekat pada sistem pertama. Hertz sebenamya tidak tertarik pada
peristiwa itu, tetapi peristiwa itu justru menarik perhatian para ahli lainnya.

12
P. Lenard salah seorang dari para penyelidik tersebut pada tahun 1900 berhasil
membelokkan berkas partikel yang ke luar dari sebua permukaan dengan
menggunakan sebuah medan magnit. Dari percobaan itu ia mendapatkan
perbandingan antara muatan dan massa partiket tersebut yang sama dengan yang
diperoleh Thomson dalam percobaannya mengukur e/m dari elektron. Skema
peralatan dasar untuk melakukan percobaan Lenard disajikan pada Gambar 3. 1.

Jika cahaya dijatuhkan pada sebuah permukaan logam (katoda C), maka elektron-
elektron akan terpancar ke luar. Jika beberapa dari elektron ini tertangkap oleb anoda
A, maka akan ada arus pada rangkaian luar. Banyaknya efektron yang tertangkap di
A dapat diperbanyak atau dikurangi dengan membuat beda potensial antara C dan A
positif atau negatif.

Misalkan beda potensial antara katoda dan anoda adalah V. Gambar 3.2
memperlihatkan diagram antara arus I dan beda potensial V untuk dua macam
intensitas cahaya yang dijatuhkan pada katoda. Jika V
Foton cahaya

katoda anoda

C A Voltmete

Ammeter

Gambar 3.1 Skema peralatan dasar percobaan efek fotolistrik. Cahaya yang
dijatuhkan pada katoda C sehingga dari C ke luar elektron. Banyaknya elektron yang
mencapai anoda A dapat terlihat pada anis yang diukur oleh, Ammeter. Anoda A
dapat dibuat positif atau negatif untuk menarik atau menotak elektron.

13
posisi elektron akan tertarik ke anoda. Pada harga V yang cukup besar semua
pancaran elektron mencapai anoda dan arus mencapai harga minimum.

I1

I2

V0 0 V

Gambar 3.2 Arus fotolistrik I dan beda potensial V untuk dua harga intensitas
cahaya yang berbeda. Bila V - Vo akan ada arus.

Menurut pengamatan Lenard, arus maksimum sebanding dengan intensitas cahaya.


Apabila intensitas cahaya atau besarnya energi per satuan waktu yang tiba pada
katoda diduakalikan, maka diharapkan arus maksimumnya juga dua kali besarnya.
Jika V negatif, elektron-elektron akan ditolak oleh anoda karena muatan elektro
negatif. Elektron yang dapat tiba di anoda ialah elektron yang mempunyai kinetik
awal lebi besar dari pada eV. Jika V lebih kecil dari Vo, tidak ada elektron yang
mencapai anoda. Potensial Vo disebut “Stopoing Potensial” atau “Potensial Henti”.
Dengan demikian maka berlaku hubungan :

(1 / 2mv 2 ) maks = eVo (3.1)

Suatu hal yang mengherankan pada waktu itu ialah hasil eksperimen menunjukkan
bahwa Vo ( tidak bergantung kepada intensitas cahaya yang datang. Tampak bahwa
bertambahnya energi yang jatuh pada katoda, tidak menambah energi kinetik
maksimum yang dipancarkan oleh elektron.

14
3.2.1 Beberapa Hasil Efek Fotolistrik Perocobaan Lainnya Tentang

Beberapa hasil percobaan mengenai efek fotolistrik yang belum dijelaskan di atas
adalah sebagai berikut.
(i) Ketika cahaya mengenai permukaan logam dan fotoelektron terpancar, arus I
naik seketika, sekalipun intensitas cahaya serendah10-10 W/m2. Selang waktu
antara tibanya cahaya di permukaan logam sampai terpancamya elektron tidak
lebih dari 10-9 sekon (lihat Gambar 3.3. i).
(ii) Bila frekuensi dan potensial penghambat dibuat tetap maka arus I berbanding
langsung dengan intensitas cahaya In. Oleh karena arus I menyatakan
banyaknya fotoelektron persatuan waktu yang meninggalkan katoda dan tiba
pada anoda, maka hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya elektron yang
dipancarkan persatuan waktu berbanding langsung dengan intensitas cahaya
(Gambar 3.3. ii).

I I

t 1n
| | 10-9s
(i) (ii)
eV0 Cs

K Cu
f
(iii) V0 F0 (iv)

Gambar 3.3. Hasil-hasil eksperimen tentang efek fotolistrik

(iii) Untuk setiap jenis permukaan, harga potensial henti Vo bergantung pada
frekuensi cahaya tetapi tidak bergantung pada intensitas cahaya In. Gambar

15
3.3. iv memperlihatkan hasil percobaan terhadap, tiga jenis logam, masing-
masing Cs, K, dan Cu. Untuk tiap logam terdapat frekuensi ambang f. tertentu,
di bawah frekuensi tersebut tidak ada elektron yang keluar betapapun besarnya
intensitas cahaya yang digunakan. Untuk setiap jenis metal, dari hasil
eksperimen sesuai dengan Gambar 3.3. iv dapat dibuat persamaan garis lurus.

eVo = hf –hfo (3.2)

di mana h menyatakan kemiringan garis lurus yang temyata sama untuk semua
jenis logam, dan fo menyatakan frekuensi ambang. Persamaan ini dapat juga
ditulis :

h f = (1 / 2 m v 2 ) maks + hf o (3.3)

3.2.2 Penjelasan Teori Klasik Tentang Hasil-Hasil Eksperimen Dalam Efek


Fotolistrik

Berdasarkan teori elektromagnetika klasik, kenyataan-kenyataan yang


diperoleh dari berbagai eksperimen dapat dijelaskan sebagai berikut.
(i) Bertitik tolak pada pandangan tentang hakekat gelombang cahaya yang
malar, energi yang diterima oleh permukaan sebanding dengan intensitas cahaya,
luas permukaan logam yang disinari dan lamanya penyinaran. lni berarti bahwa
apabila intensitas cahaya kecil, diperlukan waktu yang lebih lama agar energi yang
diserap elektron cukup besar untuk melepaskan dirinya dari permukaan logam.
Berdasarkan perhitungan klasik, bila intensitas cahaya sebesar 10-10 W/m2, dalam
selang waktu 10-9 sekon belum ada elektron yang dapat ke luar. Untuk intensitas
sekecil itu dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya beberapa ratus jam agar elektron
dapat terlepas.
(ii) Menurut teori klasik, makin tinggi intensitas cahaya makin banyak pula
energi yang diserap oleh elektron pada permukaan logam. Oleh karena itu
diharapkan arus elektron semakin tinggi sesuai kenaikan intensitas. Dalam batas-

16
batas tertentu anggapan ini sesuai dengan hasil eksperimen. Tetapi jika frekuensi
cahaya lebih kecil dari frekuensi ambang fo, tidak akan ada arus elektron, betapa pun
besarnya intensitas cahaya.

(iii) Seperti halnya dengan butir (i) di atas, besarnya energi yang diterima
elektron, secara klasik ditentukan oleh intensitas cahaya dan bukan oleh
frekuensinya. Sebab itu adanya potensial henti yang berbeda untuk setiap logam,
benar-benar di luar dugaan teori klasik.

iv) Adanya energi kinetik maksimum bagi fotoelektron untuk setiap


frekuensi, sama sekali tidak dapat dijelaskan oleh teori klasik, karena sekali lagi
menurut teori klasik energi efektron seharusnya tidak bergantung pada frekuensi.

Dari interpretasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan teori


elektromagnetika klasik, peristiwa efek fotolistrik sama sekali tidak dapat
diterangkan dengan baik.

1.2.2 EFEK COMPTON

Seperti halnya dalam fototistik, dalam menjelaskan efek Compton, cahaya harus
dianggap terdiri dari foton-foton yang energinya sebesar tetapan Planck dikalikan
dengan frekuensinya. Dalam peristiwa ini foton sinar X menumbuk elektron yang
berada dalam keadaan diam. Foton ini mengalami hamburan dari arahnya semula.
sedangkan elektron yang tadinya diam menerima impluls dan mulai bergerak. Foton
yang membawa energi kehilangan sebagian energinya dan terhambur dengan
frekuensi yang berbeda dengan frekuensi semula. Kehilangan sejumlah energi
tersebut sesungguhnya diterima oleh elektron dan dijadikan sebagai energi kinetik.
Perbedaan panjang gelombang antara foton yang datang dan foton yang terhambur
ternyata tidak bergantung pada panjang gelombang foton yang datang tetapi
bergantung pada sudut hamburan. Dalam persamaan untuk menghitung panjang
gelomgang tersebut, muncul faktor h/moc dimana mo menyatakan massa diam
elektron, c kecepatan cahaya dan h tetapan Planck. Besaran h/moc ini disebut panjang

17
gelombang Compton. Sekali lagi nampak bahwa dalam besaran ini tetapan Planck
memainkan peranannya.

Salah satu percobaan yang pemah dilakukan oleh Compton memperlihatkan


kelakuan foton ketika bertumbukan dengan elektron. la melakukan penyelidikannya
dengan menjatuhkan sinar X pada unsur karbonium. Foton sinar X menumbuk
elektron karbonium sehingga foton itu mengalami hamburan dari arahnya semula.
Elektron menerima dorongan foton dan mulai bergerak. Misalkan frekuensi sinar X
adalah w, dan massa elektron adalah m. Pada saat terjadi tumbukan, foton membawa
energi h w dan elektron memiliki energi diam mc2 (Gambar 4.4).

Foton hamburan
Foton datang

elektron Θ
electron hamburan

Gambar 4.4 Foton sinar X bertumbukan dengan elektron karbonium . dalam


percobaan Compton
Sesudah tumbukan, foton terhambur membentuk sudut ϕ, sedangkan elektron
terpental dengan sudut θ. Persamaan mekanika proses tumbukan ini adalah sebagai
berikut.
hw + mc 2 = hw'+ mc 2 /[1 − (v / c) 2 ]1 / 2 (4.22)

Persamaan ini menyatakan prinsip kekekalan energi dalam tumbukan. Foton


hamburan frekuensinya w' dan elektron hamburan kecepatannya v. Selanjutnya,
prinsip kekekalan momentum dapat juga diberlakukan dalam proses ini sebagai
berikut.

Pada sumbu X :

18
hw / c = (hw' / c) cos ϕ + (mv cos θ ) /[1 − (v / c) 2 ]1 / 2 (4.23)

Pada sumbu Y

hw 0 = (hw' / c) sin ϕ + (mv sin θ ) /[1 − (v / c) 2 ]1 / 2 (4.24)

Dengan menguadratkan (4.23) dan (4.24) kemudian dijumlahkan, maka diperoleh


hubungan sebagai berikut.

m 2 c 2 [{1 / 1 − (v / c 2 } − 1] = (h wc) 2 + (h w' c) 2 − 2(h / c) 2 ww' cos θ (4.25)

Jika persamaan (4.22) dikuadratkan dan [1 - (v/c)2]-1 dihilangkan dengan


menggunakan persamaan (4.25) maka diperaleh :

2m 2 c 2 [{1 / 1 − (v / c)}−1 ] = 2(h / c) 2 ww' (1 − cos θ ) (4.26)

yang dapat disederhanakan dengan (4.25) menjadi:

h ( w − w' ) = (2 / m)(h / c) ww' sin 2 (1 / 2θ ) (4.27)

persamaan terakhir ini dapat pula ditulis :

λ '−λ = h /(mc)[1 − cos θ ]

Besaran h/mc biasa disebut panjang gelombang Compton, yang untuk elektron
harganya sama dengan 2,43 x 10-12.

Dari persamaan (4.28) dapat disimpulkan bahwa frekuensi foton hambutan


lebih kecil daripada frekuensi foton mula-mula. Hal ini dapat dimengerti karena
sebagian energi diberikan kepada elektron.

Contob 4. 1
Sebuah foton dengan panjang gelombang 1,50 Ǻ berinteraksi dengan elektron
terikat dalam sebuah atom hidrogen dengan energi ikat 13,6 eV. Tumbukan

19
Compton terjadi dan efektron bergerak searah dengan arah foton mula-mula. (a)
Berapa besar energi elektron (b) Berapa besar energi folon yang dihamburkan.
a. Energi foton yang datang E = hc/λ
= 12.400 eV Ǻ /1,5 Ǻ ≈ 8266,7 eV
Oleh karena energi ikat jauh lebih kecil dari energi folon, maka energi ikat dapat
diabaikan. Energi kinetik elektron menjadi :

E k = hf [(2hf / m0 c 2 )] /(1 + 2hf / m0 c 2 )

(Buktikan sendiri rumus ini)

Ek = 8,27 x 103 (2 x 8,27 x 103/5,1 x105)/(1+(2 x 8,27 x 103/5,1 x105)

= 259,8 eV

(b) Oleh karena efektron bergerak searah dengan foton, hamburan foton kembali
dengan sudut θ sehingga. ∆λ = 2h/m0c = 0,049 Ǻ Karena itu: λ’ = λ +∆λ = 1,5 Ǻ +
0,049 Ǻ = 1,549 Ǻ. Jadi energi faton hamburan : Eh = 12.400 eV. Ǻ /1,549 Ǻ =
80005,2 eV.

1.3 PAKET GELOMBANG DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN


HEISENBERG

1.3.1 PAKET GELOMBANG ELEKTRON


Tinjau sebuah gelombang elektron yang hanya terdiri dari satu macam frekuensi dan
panjang gelombang. Gelombang ini biasanya dinyatakan dengan sebuah fungsi yang
disebut fungsi gelombang untuk gelombang elektron (x, t). Fungsi ini sesungguhnya
analog dengan y (x.t) untuk gelombang pada sebuah tali, tekanan P (x,t) dalam
gelombang bunyi, medan listrik E (x.t) untuk gelombang-gelombang
elektromagnetik, Fungsi gelombang elektron dapat ditulis:

ψ (x,t) = A cos (kx – wt) (5.37)

atau ψ (x,t) = A sin (kx – wt) (5.38)

20
atau ψ (x,t) = A ei (kx – wt) (5.39)

Kecepatan fase v = f λ = (E/h) = E/p (5.40)

di mana f = E/h dan λ = h/p. Jika kita menggunakan persamaan nonrelativistik


E = p2/2m dan disubstitusikan ke dalam perumaan (5.40) maka:

v =( p2/2m)/p = p/2m (5.41)

ini berarti babwa kecepatan fase gelombang elektron sama dengan separuh kecepatan
elektron yang momentumnya p (ingat : v =p/m). Jadi kecepatan fase gelombangnya
tidak sama dengan kecepatan elektron.
Sebuah gelombang yang memiliki frekuensi gelombang tunggal menjalar
dalam ruang tanpa dapat ditetapkan posisinya. Untuk sebuah elektron agar dapat
ditentukan posisinya, fungsi gelombangnya ψ=(x,t) harus berupa sebuah paket
gelombang k dan frekuensi w. Dalam haI ini posisinya elektron bersesuaian dengan
posisi dari keadaan maksimum pakit gelombang. Jadi paket gelombang harus
bergerak dengan kecepatan yang sama dengan elektron, dan kecepatan grup (bukan
kecepatan fase) harus sama dengan kecepatan etektron. Persamaan de Broglie (5.1)
dan (5.2) menjadi:

E = hf = hw/2π = hw (5.42)

Dan p = h/λ = kh/2π = hk (5.43)

Jadi paket gelombang bergerak dengan kecepatan partikel p/m.

1.3.2 PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG

Dalam fisika klasik terdapat anggapan bahwa setiap variabel dinamis dapat
diukur dengan ketelitian sekehendak. Anggapan ini tidak menyadari bahwa pada
prinsipnya terdapat suatu batas ketelitian dalam pengukuran. Werner Heisenberg
pada tahun 1927 mengemukakan bahwa perkalian ketidak pastian kedudukan benda

21
(∆x) pada suatu saat dengan ketidakpastian dalam pengukuran momentum ∆ px
(komponen ke arah x) pada saat itu, lebih besar atau sama dengan tetapan Planck
dibagi dengan 4π. Pernyataan ini dapat ditulis:

∆x ∆px ≥ h/4 π (1.44)

Ini berarti bahwa kedudukan benda dan momentumnya tidak dapat ditentukan secara
sekehendak. Dengan kata lain fungsi distribusi untuk posisi dan momentum keduanya
tidak dapat dibuat sesempit mungkin tetapi dibatasi oleh relasi seperti pada (1.44).
Ketidakpastian ini bukan disebabkan oleh alat ukur atau masalah statistik,
melainkan timbul dan sifat ketidakpastian alami yang disebabkan oleh sifat partikel
dan gelombang dari materi dan cahaya. Tertihat bahwa dalam keterbatasan ketelitian
inipun yang digambarkan oleh prinsip ketidakpastian, tetapan Planck memegang
peranan yang penting.

C. MASALAH ATOM DAN KEBERLAKUAN TETAPAN PLANCK

Sejak dikemukakannya model atom oleh Rutherford, kembali fisika teori dihadapkan
pada watu kesulitan mengenai stabilitas atom. Jika model tata surya (elektron
berputar mengelilingi inti dengan lintasan yang berbentuk lingkaran atau elips)
diterima, maka secara mekanik atom stabil. Elektron-elektron berputar mengelilingi
inti untuk mengatasi gaya tarik listrik inti ini dengan percepatan sentrifugalnya.

Akan tetapi hukum-hukum elektrodinamika klasik menyatakan bahwa muatan


yang mengalami percepatan akan memencarkan radiasi elektromagnetik yang
frekuensinya sama dengan frekuensi putar muatan itu. Jika elektron memancarkan
gelombang elektromagnetik dalam gerakannya mengelilingi inti maka energinya
makin lama makin berkurang, yang berarti jari-jari orbitnya makin lama makin kecil.
Jadi atom tidak stabil.

Bohr menyelesaikan kesulitan ini dengan mengemukakan bahwa elektron dapat


bergerak dengan orbit tertentu tanpa memencarkan radiasi orbit-orbit seperti ini

22
disebutnya sebagai orbit stabil yakni pada saat alektron berada dalam keadaan
stasioner, Apabila alektron berpindah dari suatu orbit stabil ke orbit stabil lainnya
yang lebih kecil maka atom akan memancarkan radiasi dengan frekuensi sedemikian
sehingga hukum kekekalan tenaga tidak dilanggar, yakni:

hf = Ej - Ef

dimana Ei = energi total pada orbit stabil mula-mula.


Ef = energi total pada orbit stabil akhir
h = tetapan Planck.

Selanjutnya Bohr menyarankan bahwa momentum sudut elektron dalam atom


hidrogen hanya mungkin mempunyai harga sebesar kelipatan bulat dari tetapan
Planck dibagi 2π Jadi :

m v r = n h/2 π = n h (1.46)

di mana n = bilangan bulat yang disebut bilangan kuantum. Persamaan (1.46) ini
biasa disebut syarat kuantitsasi Bohr (lihat persamaan 1.40 untuk n=1).

Dari penyelesaian masalah stabilitas ini tertihat bahwa tatapan Planck memegang
peranan yang penting dalam perkembangan fisika. Dengan syarat kuantitasi Bohr,
masalah yang berkenaan dengan ukuran atom juga dapat terselesaikan, begitu pula
masalah-masalah lainnya seperti tenaga ikat atom, perkiraan usaha yang harus
dilakukan untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian penyusunnya.

23
Soal-soal Latihan untuk Bahan Tutorial Bab I

1.1. Periksalah apakah satuan tetapan Planck h aama dengan satuan momentum
sudut.
1.2. Hitunglah suhu sebuah benda hitam bila spektrumnya mencapai titik puncak (a)
λ = 750 n m dan (b) λ = 5 m
1.3. Hitunglah daya total untuk tiap satu satuan luas yang dipancarkan oleh benda
hitam yang suhunya (a) 200°K (b) 300°K dan (c) 3000°K.
1.4 Dengan menggunakan penamaan (1.34) hitunglah enargi rata-rata tiap cara getar
untuk (a) λ = 10 he / kT, (b) λ = 0,1 hc / kT Bandingkan hasil yang anda
peroleh bila menggunakan hukum equipartisi tenaga.
1.5 Sebuah bandul masunya 0,05 kg digantungkan pada sebuah titik yang panjangnya
0,1 m. Amplitudonya sedemikian sehingga pada simpangan terjauh talinya
membentuk sudut 0,1 rad dengan garis vertikal. Oleh karena gesekan udara,
energi bandul setiap saat berkurang. Apakah berkurangnya energi tersebut
teramati secara malar (kontinu) atau tidak. Jelaskan jawaban anda.
1.6. Apa yang dimaksud dengan bilangan Jeans? Nyatakan bilangan Jeans dalam
frekuensi n (f) dengan menurunkannya dari n (λ)
1.7 Helium dengan berat atom 4.003 mempunyai rapat massa (ρ) = 0,13 g/cm3.
Hitunglah perkiraan jari-jari atom He dengan menganggap bahwa atom-atom
tersebut berada dalam konfigurasi yang sangat padat yang mengisi 74 % dari
ruang.
1.8. Hitunglah berapa banyak foton yang dipancarkan tiap detik oleh sebuah lilin
yang memancarkan energi dengan kekuatan 0,01 watt.
1.9. Hitunglah λ maks untuk radiasi benda hitam pada suhu (a) T = 3oK, (b) T = 300
1.10. Energi matahari yang jatuh tegak lurus di bumi pada tiap satu satuan luas tiap
sekon disabut tetapan matahari besarnya sama dengan 1370 w/m2.
(a) Berapa besar daya total yang dipancarkan oleh matahari?
Jari-jari bumi 6, 37 x 106 m, dan jarak matahari ke bumi 1,49 x 1011 m.

24
(b) Dengan menganggap matahari sebagai benda hitam yang jari-jarinya 6,96 x 108
m, hitunglah suhu permukaan matahari.
1.11 Fungsi kerja untuk tungsten 4,58 eV. Hitunglah frekuensi dan panjang
gelombang ambang untuk tungsten. Hitung pula potensial henti jika panjang
gelombang cahaya yang datang adalah 300 nm dan 500 nm.
1.12 Jika cahaya dengan panjang gelombang 300 nm dijatuhkan pada potassium,
energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan 1,91 eV. (a). Hitunglah
energi foton yang datang. (b) Hitung pula fungsi kerja potassium. (c) Berapa
besar potensial henti apabila cahaya yang datang panjang gelombangnya 400
nm ?

1.13 Potensial henti untuk fotoelektron yang dipancarkan dari sebuah permukaan
yang dijatuhi cahaya dengan panjang gelombang 4910 Å adalah 0,71 V. Jika
panjang gelombang cahaya diubah, potensial hentinya menjadi 1.43 V. Berapa
panjang gelombang cahaya yang baru itu ?
1.14 Untuk menghitung energi kinetic electron dalam efek fotolistrik yang
kecepatannya, v sedemikian sehingga v/c > 0,1 harus digunakan persamaan
relativistik. Berapa panjang gelombang minimum sebuah foton yang dijatuhkan
pada permukaan aluminium dengan fungsi kerja 4,5 eV agar persamaan klasik
masih dapat digunakan ?
1.15 Foton sinar X dengan panjang gelombang 1,24 bertumbukan Ǻ bertumbukan
dengan electron di dalam sebuah atum alumunium, Energi ikat electron,
electron bergerak kea rah foton mula-mula sedangkan foton terhambur dengan
sudut θ = 180o berapa panjang gelombang hamburan itu ?
1.16 Sebuah foton dijatuhkan pada sebuah proton bebas yang pada mulanya diam.
Sesudah terjadi tumbukan proton bergerak kearah foton mula-mula. Berapa
perbedaan panjang gelombang foton mula-mula jika diketahui bahwa massa
proton 1636 kali masa electron.
1.17 Salah satu metode untuk menentukan panjang gelombang dari berkas sinar
monokromatk ialah dengan mengukur energi kineti maksimum electron sesudah

25
tumbukan. Jika seberkas sinar X monokromatik mengenai sebuah logam dan
energi kinetik maksimum electron yang terlempar sebesar 425 keV, berapa
panjang sinar X tersebut ?

26

Anda mungkin juga menyukai