Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva
tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.
Logika umum : Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru
untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi .
Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke
dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut.
atau ; Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau biaya
operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara umum.
Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx
Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir kwartal, akhir tahun
buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya, lanjutkan ke sub pokok
bahasan berikut ini…).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang
biasa dikenal dengan umur ekonomis.
Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena paling mudah dan paling
relevan dengan perlakuan akuntansi.
Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang
masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari
periode ke periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis
lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar
kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.
Formula :
Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :
Contoh Kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir memiliki umur
ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000.
Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis lurus.
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
…….dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).
Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ”
selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8, terlihat masih ada
NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage
Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga
Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per
tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI BUKU
(Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan
menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan
dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
Konsep Dasarnya :
Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya,
dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan
semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari
volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Formula :
Contoh Kasus :
Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode Saldo menurun (Declining
Balance Method), salvage value di akhir tahun ke delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika
menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method) yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan
pada kolom “Depreciation (penyusutan) nampak bahwa dengan menggunakan metode Saldo Menurun,
harga perolehan yang dialokasikan ke dalam penyusutan (dibebankan pada Harga Pokok Penjualan)
dialokasikan sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep yang
dianut oleh metode ini, dimana suatu aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap memberikan best
performance diawal-awal penggunaannya.
Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis lurus.