Anda di halaman 1dari 3

Saudaraku seiman seperjuangan,

insya Allah artikel ini sangat baik sekali buat pengingat


agar tidak dilalaikan oleh nikmatnya dunia
Kalau perlu dicetak, dan tempel di kamar sehingga kita dan keluarga bisa sering
membacanya.

Semoga kita dan keluarga diberi kekuatan Allah SWT untuk bisa selamat dalam
menempuh
ujian hidup yang sangat berat ini. Amin.

TUJUH PINTU NERAKA


Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 11 Aug, 05 - 2:00 am

“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok


pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan dalam Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun
membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril
menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak
antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari
pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.

2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.

3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).

4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.

5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.

6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.
Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia
untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang
angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saww mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika
siuman beliau berkata: “Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku
dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saww mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan
siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat
memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya:
“Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi
mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka
mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah
gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-
A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah
mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang
memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang
hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu
berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas
singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”.

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang
menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda,
Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah,
demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki
satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada
waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun
kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau
memperhatikan dan mengambil pelajaran?”

Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi
pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi
tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata
kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi
saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya
Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka
mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap
celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang
dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan.
Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut
mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa
nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan
azab-azab yang lainya.

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita
perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian
lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak
akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung,
tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana
datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah
engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari
pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).
Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk
dengan kesenangan dunia yang sementara ini? [islamalternatif.com]

Oleh: Ahmad Fahmi Al-Jufri


Hidayatullah.com

Anda mungkin juga menyukai