Anda di halaman 1dari 25
pemBelajaran Matematika secara Belajar Matematikaku Pembelajaran Matematika Secara Visual dan kinestetik Iwan Zahar © 2009 PT Elex Media Komputindo, Jakarta Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia ~ Jakarta Anggota IKAPI, Jakarta 14309020490 ISBN: 978-979-27-4547-4 Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Isi diluar tanggung jawab Percetakan Kreativitas itu Penting sal ide datangnya untuk membuat pelajaran matema- A& menjadi mudah dan menyenangkan berangkat dari cerita ini. Bisnis saya dahulunya berangkat dari jual background un- tuk keperluan foto studio. Banyak pegawai lulusan SD atau SMP bekerja untuk memotong kanvas. Kebanyakan mereka sudah putus sekolah sejak lama sehingga agak kesulitan dalam menghitung. Saat memotong kanvas, mereka selalu menggunakan me- teran. Ternyata cukup sulit karena meteran itu harus dipegang lurus oleh dua orang dan kadang kain yang dipotong mencapai 6 meter. Karena itu, penggunaan meteran kurang praktis. Lagi- pula kanvas yang dipotong tidak selalu berukuran sama. Untuk mengatasi hal tersebut paling praktis ternyata mem- bentang kanvas di lantai yang mempunyai panjang ubin 30 cm sehingga panjang kanvas langsung dihitung dengan jumlah ubin. Misal, panjang kanvas 6 meter dihitung dengan 30 ubin. Cerita potong kain ini sebenarnya masalah pembagian, sedang- iii 49PN-T Bab 1 Kreativitas itu Penting hami rumus sewaktu mereka belajar dulu, banyak orang tua yang tidak tahu cara membelajarkan anaknya. Bahkan untuk pelajaran matematika yang mudah sekali seperti pelajaran di kelas 2 SD sekalipun seperti contoh di dalam kotak. Bagaimana menghitung 9 : 3 = Kita pegang sembilan benda yang sama dan akan dimasuk- kan pada 3 kotak. Caranya tidak memasukan ketiga benda sekaligus ke dalam kotak, melainkan dengan cara mengisi kotak tersebut satu per satu. Belajar Matematikaku Gb 11 Jangan lakukan sekaligus memasukkan ketiga kelereng di depan anak. Cara ini akan membuat bingung anak yang tidak tahu darimana datangnya angka tiga. Orang tua boleh dibilang akan sama cara membelajarkan- nya dengan guru mereka di sekolah. Sistem cara pembelajaran yang sudah diwariskan turun temurun adalah sistem pembela- jaran audio. Guru menulis di papan tulis, menjelaskan dengan berbicara dan memberi latihan soal. Cara membelajarkan guru matematika cenderung mempunyai cara yang sama dari SD sampai tingkat perguruan tinggi. Cara membelajarkan itu su- dah puluhan tahun dan sudah dipercaya sebagai satu-satunya cara yang benar dan banyak pula dilakukan di kursus-kursus. Sistem audio ini kurang cocok untuk sebagian besar anak yang memang dilahirkan berbeda-beda. Sistem ini hanya cocok untuk anak yang dilahirkan dengan gaya belajar audio kurang lebih hanya sekitar 20- 34 %. Selebihnya adalah anak-anak yang belajar dengan melihat (visual) dan melakukan sesuatu (kinestetik). Sistem audio yang sckarang sedang berlangsung Bab 1 Kreativitas itu Penting ini akan menyingkirkan 66-80% murid. Sistem audio ini me- mang paling mudah dilaksanakan tetapi membuat anak hanya menghafal dan kurang kreatif dalam matematika. Kesulitan semakin menjadi lagi setelah pelajaran matema- tika itu semakin berat dibandingkan penulis alami 30 tahun yang lalu. Sampai teman penulis yang kewalahan untuk meng- ajar anaknya yang baru kelas 2 SD dan punya gaya belajar vi- sual. Anaknya jago gambar kurang begitu suka matematika dan merasa bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak. Banyak guru berpikir kalau angka yang ditulis di papan tulis itu, berarti sudah ada sistem visual pada pengajaran. Pendapat ini keliru. angka dan huruf merupakan bentuk yang abstrak bagi anak-anak bukan bentuk yang kongkrit seperti bangku, meja, televisi dan sebagainya. Soal matematika dalam bentuk kalimat dan angka lebih mengaktifkan belahan otak kiri siswa saja. Begitu pula dengan cara menjawab soal. Cara visual dan kinestetik yang diterapkan pada buku ini akan membuat belahan otak kanan mereka aktif dan pengertian mereka akan matematika menjadi lebih baik yang sesuai dengan kenyataan dan praktik hidup sehari-hari sehingga matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Pada sistem lama, kreativitas iru sulit dicapai bagi anak dalam belajar matematika karena pola pembelajaran yang berulang diajarkan pada anak. Dari cara membelajarkan dan mengerjakan soal dengan matematika cenderung satu cara. Lama kelamaan menanamkan dogma bahwa itu satu-satunya cara dalam belajar sehingga menghambat kreativitas anak. Mengapa kreativitas itu penting? Seandainya teori NLP dari Richard Brandler and John Grinder dan teori fungsi otak kanan dan kiri Roger Sperry sudah ditemukan dan diaplikasikan sejak Belajar Matematikaku kita kecil. Karena itu, prestasi yang kita capai saat ini mungkin sudah kita bisa capai 10-20 tahun yang lalu. Misalkan, Anda saat ini mencapai posisi manajer usia 50 tahun. Dengan pendidikan kreativitas yang baik prestasi itu sudah bisa dicapai pada usia 40 tahun atau bahkan 30-an. Soal latihan belahan otak kiri kita lebih berat terutama dalam matematika dibandingkan orang Amerika. Tetapi pengembangan setengah otak kita, yaitu belahan otak kanan hampir tidak ada schingga prestasi kita dalam mengem- bangkan sumber daya manusia tertinggal jauh. Pengembangan tingkat kreativitas yang merupakan gabung- an fungsi belahan otak kanan dan kiri akan membuat anak mempunyai jiwa sebagai penemu atau penggali ide yang orisinal. Jangankan menang nobel, kreativitas sangat dibutuhkan untuk memulai bisnis yang mempunyai sistem baru dan menghancur- kan sistem lama seperti dilakukan oleh Amazon dan Google. Yang kita butuhkan adalah mengembangkan kedua belahan otak kita secara maksimal. Apa yang kita lakukan dalam berapa dekade ini dalam me- ningkatkan mutu pelajaran matematika? Untuk mengejar ke- tinggalan tersebut, anak-anak kita malah ditambah latihan soal matematika dan bangga bila anaknya sekolah dengan mata pe- lajaran matematika yang lebih banyak dan. cepat dibandingkan sekolah lain. Kita lupa kreativitas untuk mengembangkan cara belajar-mengajar dalam matematika. Lupa sama sekali bahwa manusia ada otak belahan kanan yang ukurannya kurang lebih sama besar dengan belahan otak kiri dan perlu dikembangkan. Kreativitas dalam cara belajar anak bisa dicapai dengan me- masukkan ketiga gaya belajar (audio-visual-kinestetik) sehing- ga mengaktifkan kedua belahan otak sekaligus melatih motorik dari anak. Mengapa Matematika Penting? atematika penting terutama matematika SD yang bo- M leh dibilang ilmu yang digunakan sehari-hari. Tukang bangunan sedang menghitung tegel, penjual daging sedang menimbang, penjual bensin sedang memasukkan ben- sin, kasir butuh ilmu matematika. Dari manager, ilmuwan sam- pai pelukis sekalipun butuh ilmu dasar matematika, terutama matematika SD. Sayangnya, matematika merupakan salah satu pelajaran yang paling ditakuti. Mengapa demikian? 1. Soal matematika yang diberikan di SD sejak puluhan tahun yang lalu masih sama dan tidak banyak perubahan. Soal bermain kelereng, kereta api tabrakan, kereta api disusul, belanja di pasar tradisional dan sebagainya. Memang ma- salah matematika seperti itu tetap ada pada kehidupan seka- rang, tetapi banyak anak tidak pernah melihat hal tersebut. Bagi banyak anak soal seperti itu isi ceritanya tidak sesuai dengan kehidupan mereka di era digital. Soal anak memba- gi kelereng atau bermain kelereng sudah jarang dilakukan oleh anak-anak di kota besar saat ini, mereka lebih banyak main games komputer. 10 Belajar Matematikaku 2. Pembatasan cara menyelesaikan soal matematika. Banyak guru dan orang tua berpikir, kalau matematika itu hanya bisa dipecahkan dengan satu cara saja. Sebenarnya meng- ubah soal yang berupa cerita ke dalam suatu sketsa akan membuat anak-anak mempunyai sketsa yang belum tentu sama satu sama lainnya. Contohnya anak diberi tugas mem- buat pecahan 4% dengan gambar. Mereka bisa saja meng- gambar ¥2 bulatan, ¥% segitiga, % persegi, 4 layangan, ¥2 trapesium sehingga cara menjawabnya lebih bervariasi, wa- laupun jawabannya tetap satu. Soal matematika terlalu banyak porsi latihan menghitung dan kurang menggali latihan soal yang menimbulkan banyak kemungkinan jawaban seperti contoh soal pada Gb 10.5. Sedangkan latihan menghitung saat ini banyak dibantu oleh kalkulator dan komputer. Bahkan perhitung- an modus, rata-rata, akar, pangkat akan mudah sekali de- ngan komputer. Soal matematika dibuat terlalu banyak terdiri dari angka dan huruf. Bukanlah soal dengan bentuk yang kongkret. Bentuk 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan tanda + -, X : (plus, mi- nus, kali dan bagi) merupakan simbol dan sebenarnya merupakan bentuk. Tetapi bukan bentuk yang kongkret. Bentuk mobil bagi anak-anak sudah jelas selain bisa dilihat, bisa dipegang dan fungsinya jelas untuk dikendarai. Terapi persoalan melihat bentuk dari huruf dan arti penjumlahan, pengurangan dan sebagainya merupakan hal yang abstrak dan boleh dibilang merupakan aktivitas belahan otak kiri. Hampir semua anak-anak masih lebih dominan menggu- nakan belahan otak kanannya sebelum akil baliq sehingga matematika merupakan ilmu yang sangat membosankan. Bab 2 Mengapa Matematika Penting 5. Matematika kurang dikembangkan secara visual. Soal matematika yang dibuat kebanyakan menjawab soal-soal matematika yang lebih menekankan pada unsur menghi- tung, Hampir tidak ada soal matematika yang dibuat dan mengharuskan anak untuk menggambar dahulu sebelum mengerjakan soal seperti soal-soal di Gb 9.18, Gb 10.4, Gb 10.5. 6. Praktik matematika, Jarangnya anak-anak melakukan pengukuran langsung seperti yang dilakukan tukang bangunan, penjual kain, pedagang sayuran, kasir, pembuat poster bioskop, dan banyak profesi yang menggunakan matematika sederhana. Sehingga membuat matematika menjadi pelajaran yang abstrak dan kurang menarik. 7. Kurang jelasnya fungsi matematika dalam kehidupan se- hari-hari. Misalkan anak diajar geometri dengan mem- perkenalkan jenis-jenis segi banyak seperti segitiga, persegi pentagon dan hexagon. Tetapi kegunaan bentuk-bentuk tersebut tidak ada dalam buku-buku SD. Ambil contoh kegunaan pengenalan bentuk pentagon dan hexagon. Bila kita membuat bola sepak standard internasional akan dibu- tuhkan 12 pentagon dan 20 hexagon. Selain bola, bentuk- bentuk hexagon dari sarang lebah itu dipelajari dan ditiru untuk membuat bahan bangunan seperti cone blok. 8. Banyak cara pengerjaan soal matematika yang merupakan hafalan dari suatu cara. Misalkan perhitungan akar V144 = caranya adalah sebagai berikut langkah 1 pisahkan terlebih dahulu angka di belakang 1 | 44 dipisahkan Belajar Matematikaku Langkah 2 perhatikan angka paling depan (angka 1). 1 V144= carilah bilangan yang dikuadratkan sama dengan atau kurang dari | ; bi- langan 1 adalah 1. Lakukan pengurangan, dan turunkan dua angka dibelakang, yang tadi dipisah angka hasil pertama (pada langkah 2) dikalikan 2 1X2=2 Perhatikan bentuk 2...X... = 44, dan isi ... dengan suatu angka yang sama 22X2 = 44 12 Bab 2 Mengapa Matematika Penting Langkah 5 12 maka hasilnya 2 V144 1 —_——— 44 44 0 maka, V144 = 12 Cara semacam ini banyak dibelajarkan pada anak-anak kita pada hampir semua buku SD, walaupun saat ini tinggal pencet kalkulator maka hitungan ini mudah sekali. Bahkan sebagian besar anak yang mencapai mahasiswa sudah lupa cara menghi- tung seperti ini. Memang matematika tidak lepas dari mengha- fal suacu cara. Tidak semua bahan matematika SD itu akan me- ningkatkan logika seperti soal sebelumnya gb 9.17 Kereta api tabrakan atau 9.5 soal dua orang yang mengecat dinding. Soal logika kereta api itu pun bisa dihafal caranya dengan seringnya latihan soal tanpa memahami persoalan matematikanya. 13 16 Belajar Matematikaku dan menghitung dibuat dengan kalimat dan angka sehingga soal tersebut hanya mengaktifkan otak kiri saja. Kreativitas se- makin jauh dicapai. Sebetulnya buku teks matematika yang saat ini digunakan sudah lebih bagus dari zaman saya. Sudah ada gambar untuk membantu pengertian matematika. Seperti contoh yang di- ambil dari buku SD ini 4 % + % = 44 =1 Gb 31 Tidak semua soal dan jawab seperti contoh di gb 3.1. Keba- nyakan soal matematika yang diberikan lebih banyak cara menghitung dan latihan soal masih seperti dulu. Soal hitungan diberikan seperti ini Misal Ibu membeli minyak goreng 6/8 liter. Kemudian membeli lagi 3/8 liter. Berapa liter minyak goreng semua ? 6/8 + 3/8 = 9/8 =1 1/8 liter Anak hanya sebentar sekali melihat gambar pada buku matematika. Selebihnya saat mengerjakan soal sudah tidak pernah menggunakan belahan otak kanannya dan sepenuhnya aktivitas Bab 3 Siapa yang Berhasil Mengembangkan Belahan Otak Kanan otak kiri, Hampir semua latihan soal kecuali ilmu geometri di SD menggunakaan cerita dan data angka. Jawaban untuk semua cara diselesaikan dengan hitungan yang berupa angka, Tidak ada satu penyelesaian dengan gambar (visual) dan penyelesaian dengan praktik (kinestetik). Pembelajaran ini bertitik berat pada hal yang terlalu teoritis sekali dan menghafal cara. Anak-anak yang banyak berfatih matematika dan mendapat nilai tinggi sewaktu SD, belum tentu pemahamannya baik. Soal cerita merupakan soal yang bagus untuk meningkat- kan logika, tetapi tanpa diubah menjadi visual tentunya sulit dipahami. Ibarat baca buku cerita Harry Porter dengan me- nonton filmnya tentunya beda. Dengan menonton langsung anak-anak lebih mudah membayangkan dan memahami isi cerita tersebut. 7 Bagaimana Menimbulkan Proses Kreatif pada Anak dengan Matematika? lakukan dengan penemuan rumus seperti para jenius pemenang nobel John Nash (biografinya di buat film berjudul Beautiful Mind). Memang pada film tersebut terlihat sang Jenius yang saat itu baru berusia 20 an itu sedang bermain “ ( reativitas dengan matematika”, itu kan hanya bisa di- dalam imajinasinya dengan teman-temannya di kampus. Lahir- lah teori matematika baru untuk dunia ekonomi dan akhirnya di masa tua, sang jenius yang menderita schizoprenia itu men- jadi pemenang nobel. Tentu saja butuh kreativitas sangat tinggi untuk mencapai itu. Tanpa pernah dilatih sejak sekolah dasar, tentunya prestasi-prestasi tersebut tidak akan pernah dicapai. Proses kreatif dalam matematika tidak selalu mempunyai target untuk menemukan rumus matematika. Apabila anak mampu memvisualkan soal cerita matematika dengan caranya sendiri sudah termasuk kegiatan membuat kreativitas dengan matematika. Boleh dibilang juga anak tersebut kreatif dan menggunakan belahan otak kanannya. Proses kreatif diteliti oleh Helmholtz dan ahli matematika Perancis Henry Poincare, kemudian disempurnakan oleh Jacob 19 20 Belajar Matematikaku Getzels. Proses ini berlangsung dalam diri manusia, bermula dari “First Insight”, “Saturation”, “Incubation”, “Aha! (Pence- rahan atau munculnya ide)”, lalu “Verification”. Proses kreatif bukan saja memecahkan persoalan yang ada tetapi mencari per- soalan baru yang belum bisa dipecahkan orang. Urutan proses kreatif di dalam otak kanan dan kiri First Insight : mencari problem yang belum pernah dibuat sebelumnya (belahan otak kanan) Saturation : Memberi nama pada problem dan mengumpul- kan data. (belahan otak kiri) Incubation : Memvisualisaikan data yang diterima (belahan otak kanan) Aha! : Timbulnya ide (belahan otak kanan) Verification : Ide itu dijabarkan, dibuktikan dan dianalisis. kemudian disusun urutan pengerjaannya (belah- an otak kiri) Pada proses kreatif selalu terlihat aktivitas belahan otak ka- nan lebih dominan. Dari awal berimajinasi dan berintuisi saat First Insight, Incubation sampai ketemunya suatu ide (Aha!), Sedangkan saturation dan verification merupakan aktivitas be- lahan otak kiri. Justru penggunaan belahan otak kiri (saturation dan verification) ini yang digenjot habis dalam sistem pengajar- an matematika kita. Tanpa pernah peduli pada pengembangan intuisi dan imajinasi dalam matematika. Latihan intuisi dan imajinasi banyak diperoleh dengan menvisualkan soal matema- tika tersebut dan praktek dengan matematika seperti contoh yang diberikan pada Bab 6 — Bab 11. Bab 4 Bagaimana Menimbulkan Proses Kreatif pada Anak ... Bagaimana membuat proses kreatif saat belajar matematika? Pada proses menjawab boleh dibilang anak-anak langsung meng- gunakan belahan otak kirinya saja (proses verification atau pem- buktian suatu rumus). Begitu pula dengan kursus yang kurang lebih sama dengan di sekolah yaitu melatih otak kiri. Maka saya coba dengan cara lain dari sekolah pada Riko (anak kelas 6 SD Negri favorit di Jakarta). Pertanyaan saya “ Riko, Bisakah kamu mengukur ruangan ini dengan menggunakan penggaris 2”. Riko termenung dan menjawab, “Tidak bisa, penggaris iru terlalu pendek“. Kemudian saya menunjukkan cara meng- ukur ubin itu dengan penggaris dan panjang ubin itu 30 cm, Setelah itu Riko baru ketemu idenya (Aha!). “kalau begitu tinggal menghitung ubin di lantai dari ujung sampai ke ujung lainnya’, Kemudian dia mendapatkan jawabannya. Lanjut- nya saya beri tali yang panjang dan penggaris tadi dan kemu- dian saya tanya lagi “seandainya lantai ini diganti dengan ubin dengan panjang 50 cm, bagaimana cara mengukur panjang ruangan ini?”. Dia kebingungan lagi dan tidak pernah selama sekolah mempraktekan ilmu matematikanya. Akhirnya setelah dia diam beberapa lama, Riko dapat ide lagi (Aha!). Dia mulai mengukur tali tersebut sampai panjang 50 cm dan memegang kedua ujungnya. Setelah itu dia mulai bergerak dari ujung lan- tai. Tangannya kanan yang maju melampui tangan kiri. Setelah iru tangan kiri maju lagi melampui tangan kanan. Begitu sete- rusnya sampai didapat panjang lantai tersebut. Dengan cara pembelajaran mengukur suatu panjang bisa menimbulkan proses kreatif, anak-anak akan merasa bahwa ilmu yang dia pelajari itu ada gunanya. Lagipula dengan cara ini kita tidak hanya bicara tentang suatu rumus matematika, 21 Cara Belajar Matematika yang Sesuai dengan Gaya (Langgam) Belajar Anak eandainya tiga orang anak ber IQ sama, sama-sama rajin dan dibelajarkan dengan cara yang sama oleh seorang guru. Ke- tiganya akan menghasilkan nilai matematika yang berbeda, mengapa demikian? Setiap anak punya gaya belajar yang berbeda. Begitu pula cara mereka mengembangkan kreativitasnya. Menurut pakar Neruo-Liquistic Programming Richard Bandler dan John Grinder, gaya belajar kita dapat dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Sering disingkat menjadi V-A-K. Sebetulnya anak-anak belajar me- lalui kelima panca inderanya, tetapi untuk buku ini keahlian membau (hidung) dan merasa lewat lidah tidak dibahas. Gaya belajar bisa dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Visual—modalitas ini lebih lebih mudah mengakses gam- bar, mengingat gambar, bentuk, warna, hubungan ruang, masalah dua dan tiga dimensi. 2. Auditori—modalitas ini lebih berhubungan dengan jenis bu- nyi, mengingat kata-kata, nada, irama dan bunyi-bunyian. 23 24 Belajar Matematikaku 3. Kinestetik—modalitas ini berhubungan dengan koordina- si, gerakan, irama, tanggapan emosionil dan kenyamanan fisik. Semua anak punya ketiga gaya belajar ini, tetapi anak-anak biasanya lebih menonjol pada satu modialitas saja. Gaya belajar ini membuat anak-anak terbagi pula dalam mengembangkan kreativitas. Anak-anak visual cenderung lebih kuat dalam meng- gambar, fotografi, sinematografi. Anak-anak auditori akan lebih kuat dalam musik. Sedangkan anak-anak kinestetik akan lebih kuat dalam menari dan olahraga. Secara prosentasi biasanya ter- bagi anak-anak auditori 20%, sedangkan anak visual 40% dan kinestetik 40%. Sebaiknya dilakukan tes sendiri seperti yang di- berikan pada buku ini sebelum mengajar di kelas. Celakanya guru dan orang tua yang mengajar cenderung menggunakan satu cara pembelajaran. Misal orang tua yang gaya belajarnya audio akan membelajarkan anaknya dengan cara audio saja dan biasanya tidak tahu cara lain. Bahkan ba- nyak pula dosen visual di senirupa sekalipun, cara membelajar- kan seperti orang audio karena mereka dibesarkan dan dibela- jarkan secara turun temurun dengan sistem audio. Apa sih kelebihan sistem audio-visual dibandingkan sistem audio ? Kelebihan sistem audio-visual membuat anak melihat lang- sung perubahan dari data angka ke data gambar schingga belah- an otak kanan ikut berperan serta. Apa sih kelebihan sistem audio-visual-kinestetik ? Kelebihan sistem audio-visual-kinestetik adalah memprak- tikkan ilmu matematika secara langsung. Aktivitas anak dalam mengambil data angka dari pengukuran yang mereka lakukan 26 Belajar Matematikaku caranya supaya lebih cepat dengan menghitung 7 kotak X 7 kotak = 49 meter?. Kemudian luas bentuk segi tiganya dicapai dengan 49 meter persegi dibagi 2. Gb5.1 Cara Audio-visual Kinestetik Bila kita ingin lebih lanjut dengan audio-visual-kinestetik, kita akan meminta Riko untuk menggambar kotak-kotaknya sendiri. Cara ini akan membuat dia menggunakan motoriknya untuk menggambar. Cara ini pula membuat anak lebih ingac apa yang mereka lakukan, Cara audio visual kinestetik punya keunggulan lain dari kedua cara sebelumnya. Cara ini akan membuat anak mempraktikkan matematika dan membuat mereka bisa belajar lebih dari satu cara dalam memecahkan masalah matematika. Seandainya mereka lupa rumus segitiga, maka mereka bisa mengatasi dengan cara ini. Bab 5 Cara Belajar Matematika yang Sesuai ... Begitu pula dengan mengukur keliling suatu bentuk. Usaha- kan mereka mengukur secara manual dengan alat lain selain penggaris. Coba mengukur keliling dari bentuk-bentuk yang sulit diukur dengan penggaris dan membiarkan mereka mengalami kesulitan terlebih dahulu, Biarkan mereka berpikir sendiri dan mencari ide (Aha!) dalam memecahkan persoalan tersebut Gb 5.2 Setelah mereka bingung baru kita beri tahu. Coba ukur de- ngan tali? setelah itu mereka akan coba ukur keliling dengan tali. Dalam mengajar anak tidak selalu harus memberi tahu seluruh langkah penyelesaiannya. Kadang-kadang biarkan anak itu men- coba menyelesaikan sendiri supaya aktivitas belahan otak kanan- nya ikut bekerja. Aktivitas kedua belahan otak bekerja Memang terlihat metode audio-visual dan audio-visual- kinestetik lebih banyak menghabiskan waktu, Bahkan untuk beberapa pengerjaan soal matematika malah membuat lebih lama. Memang buku ini bukan sick untuk membuat soal secepat mungkin, Tetapi untuk membuat anak lebih memahami dengan lebih jelas. Setelah mereka mengerti maka akan lebih mudah dalam mengerjakan soalnya. Teknik ini bukan hanya 27 38 Belajar Matematikaku (ee) eS Gb6.5, Dengan menggambar mangga dan keranjang ini akan meng- aktifkan tidak saja belahan otak kanan tetapi kegiatan motorik dari anak. Bagi anak-anak kinestetik tidak cukup hanya dengan melihat gambar saja, mereka buth memahami persoalan dengan memegang mangga tersebut. Bila tidak tersedia mangga bisa di- ganti dengan benda lain seperti kelereng atau benda lainnya. Lagipula pelajaran matematika bagi siapapun bukan hanya pelajaran yang membutuhkan logika saja tetapi tetap harus menghafal cara penyelesaian dan rumus. Aktivitas menghafal cara dan rumus akan lebih baik lagi bila disertai dengan kegiatan menggambar dahulu (latihan belahan otak kanan dan motorik halus) dan kegiatan menghitung langsung dengan bendanya (latihan belahan otak kanan, kiri dan motorik kasar). Tahun 1956, psikolog ternama Amerika George A. Miller membahas kemampuan otak manusia dan membagi menjadi dua yaitu alam bawah sadar dan pikiran sadar. Pikiran sadar terbatas dalam menyimpan memori dan paling banyak 7 in- formasi, lebih atau kurang dalam satu waktu. Sedangkan alam bawah sadar akan menyerap lebih dari 2 juta informasi setiap detiknya. Aktivitas langsung dalam mengerjakan matematika seperti mengukur, menimbang dan aktivitas bermain dengan matematika akan lebih mengaktifkan kedua kemampuan otak tersebut. Bab 6 Cara Belajar Matematika yang Sesuai ... Dalam membelajarkan anak-anak, orang tua tidak perlu takut walaupun tidak berijazah guru atau psikologi. Intinya dalam belajar-membelajarkan anak ini akan lebih berhasil bila kita dapat mengaktifkan seluruh panca indera anak dan kedua belahan otak anak. Cara audio yang saat ini berlangsung hanya mengaktifkan belahan otak kiri, telinga, dan melihat angka dan. huruf. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling minimal dalam belajar. Sebaiknya perlu ditambah dengan kegiatan meng- gambar (aktivitas otak kanan, motorik halus dan melihat dengan detail) dan melakukan sesuatu percobaan atau bermain dengan matematika (aktivitas orak kanan dan motorik halus dan kasar). Ingat cerita di Bab 1. Tukang bangunan yang akan memasang ubin di lantai. Mereka jarang menghitung dengan menghitung luas dibagi luas ubin. Cara mereka lebih praktis dan tidak mengharuskan mereka mengingat rumus matematika dan konversi dari cm? ke meter persegi. Begitu pula bila mereka akan memasang bentuk rumah yang tidak persegi panjang tetapi ada ruang lain. Mereka akan menghitung selalu mengikuti bentuk persegi atau persegi panjang. Pada Gb 6.6, dibagi 3 wilayah sebelum mereka hitung. 2 3 Gb 6.6 39 Belajar Matematikaku Saat membelajarkan anak, kita perlu kreatif. Saya ambil con- toh membelajarkan cara visual dan kinestetik soal perkalian 1 Ajak anak ke dalam ruangan berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar dan ada ubin kotak-kotak. (aktivitas belahan otak kanan dahulu karena melihat ubin bukan angka) Setelah itu anak menghitung ubin pada salah satu sisi dari ruang. Misalkan 8 ubin (aktivitas belahan otak kanan tetap berfungsi karena melihat ubin) Kemudian berjalan ke baris yang satu dan menghitung 16 ubin (aktivitas belahan otak kanan masih berlangsung) Begitu seterusnya. Cara ini sebenarnya untuk mendapatkan perkalian 8. Sebenarnya anda pun sudah tahu. Hanya alasannya apa untuk memberikan perkalian dengan teknik seperti ini. De- ngan melihat ubin secara langsung itu merupakan cara belajar secara visual. Begitu anak berjalan dan menghitung lantai itu merupakan cara kinestetik, Cara ini lebih membuat anak lebih memahami problem matematika dan langsung berkaitan de- ngan kehidupan nyata sehari-hari. Kita menggunakan kotak- kotak ini hanya sebagai alat bantu kali-kalian, bukan untuk menghitung luas. Peri Thre) rebar Le Ma ee hc aero a | PEEVE DeLee eaans ner helmet eTelecare fora rn eI EL lah ctrr he eter eter uri eaerl eto in | keberhasilannya. Namun, bagaimana cara belajar yang menarik Eyl m el) src ius re | eT urn kat ee Leith aes eT WTE) Ue late i LeU nee be Ie LnLg terhadap matematika, Penulis memberikan beberapa cara yang menarik dan mudah diikuti. Iwan Zahar sudah menggeluti dunia pendidikan sejak tahun 1993, dimulai dari Mengajar bidang geologi, teknik sipil, tambang dan mengajar fotografi di berbagai Universitas Swasta. Pernah mengajar fotografi dengan titik berat seni rupa pada anak SD sampai usia dewasa. Lulus S-2 tahun 1991 di bidang geologi teknik dari Universitas Canterbury, Selandia Baru dan New York Institute of Photography. Sampai saat ini masih aktif mengajar di dua’ Universitas Swasta. ‘Tanya jawab mengenai buku, pelatihan visual maths dengan melalui e-mail iwan_zahar@yahoo.com dan 0811145195. Penulis sedang mengambil program doktor bagian pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Penerbit PT Elex Media Komputindo Sie Eric s Dale any BEC Brat) BM ADELA tl BAM srs} Web Page: http://www.elexmedia.co.id

Anda mungkin juga menyukai