Anda di halaman 1dari 55
PERJALANAN BUJANGGA MANIK MENYUSURI TANAH JAWA : DATA TOPOGRAFIS DARI SUMBER SUNDA KUNO Oleh DR. J. NOORDUYN Diterjemahkan oleh DRS. ISKANDARWASSID Diterbitkan oleh : KONINKLUK INSTITUUT VOOR TAAL-, LAND- EN VOLKENKUNDE Bekerja sama dengan LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 1984 Judul_asilir Bujangga Manik's Journeys Through Java: Topographical Data from an Old Sundanese Source. Dimuat dalam; Sijdragen tot de Peal-,.Land- en Volkenkunde jilid 138, halaman 413-442 PENGANTAR Xarangan berikut ini merupakan terjemahan sebuah karya Dr.J. Noorduyn yang diterbitkan tahun 192 dalam majalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI) oleh Koninkiljk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLY) ai Nereri Relanda. Lembara ini (Institut Ferajaan untuk Bahasa, Budaya dan Sejarah) telah lebih satu bad berkeeimmung 41 bidans peneli- {ian ilmm-ilmu sosial dan kemanusiaan, di samning melalukan penerbitan dan penyediaan serana penelitian Ininnya. Perha~ tian KITLY untuk Indonesia di bidane ilmu-ilmu tersebut, te- lah berlanesun~ sejak tahun berdirinya, 1951, Dalam rangka kerja sama dengan Lembara Ilmu Penpetahuan Indonesia (LIPI), EITLY membuka perwakilan di Jakarta pada tahun 1969, Kerja sama ini bertujuan untuk mempererat nubung- an ilmiah antara kedua nerara yang bersangkutan, khususnya melalui usaha bersama melakukan penelitian, monerbitkan kerya ilmiah dan menyediakan sarana penelitian lainnya. Karanean ini khusus diterbitkan untuk kalangan para abli budaya dan sejarah di temnat-tempat yane @ilalui Bujangea Manik ketika menjelajahi Pulan Jawa dalam abad ke-15 (atau awal abad ke-16), Para ahli yan bersanvkutan diharapkan dapat memperbaiki atau menambah data menvenai nama-nara eo- erafis ( nama terpat, suneei, eunune den sebarninya) dalam karanpan ini. Tangrapan itu pentine artinya untuk melenekapi date sum- ber sejarah scperti telah disajikan Dr. Noorduyn, Sumbangan pikiran para abli budaye dan sastra daerah yany bersangkutan Sanat diharapkan demi peninekatan kerja sama ilmiah pada Ir umumnys dan nencembancan penretahuan tentang sejarah salah satu daersh Nusantara tercinte ini pada khususaya. Sudiloh tiranya rembece yanr budiman menyampaikan penda- nat, koreksi maupun tambahan informasi kenada penrarany tu- lisen ini melalui Perwakilan XITLY di Jakarta (Kotak Pos 442/ by, Jakarta Selatan). Atas bantuan den keri sama nembaca kami ucapkan terima kasih. Format kami, Perwakilan KITLY di Jakarta J. Erkelens PENDAHULUAN Salah sebuah peninggalan sastra Sunda kuno yang amat ber- harga ialah cerita Bujangga Manik yang dikisabkan dalam laril- larik delapan suku lata -- bentuk terikat dalam puisi cerita Sunda kuno -~ dalam sebuah naskah daun palem yang tersinpan di Pervustakaan Bodleian di Oxford (Ingeris) sejak tahun 1627 atau 1629 (MS Jay. b.3 (RP), bandingkan Noorduyn 1969: 460, Ricklefs/ Voorhoeve 1977;181). Tokoh utama dalam cerita ini 4alah seoranc pertapa Hindu-Sunda, yang meskipun seorang pangeran (tohaan) di istena Pakuan (yang terletak dekat Bogor sckarang, di Jawa Barat), lebih suka hidup sebagai ahli agama. Sebagai se- orang pertapa ia melekukan dua kali perjalanan bolak-balik da- ri Pakuan ke Jawa Tengah dan Jawa Timir. Dalam perjalanan ke- dua termasuk kunjungan ke Bali, dan setelah kembali ia tingral di beberapa tempat dalam wilayah Sunda sampai akhir hayatnya, Sebagian besar teks itu digunakan untuk pemaparan terpe- rinei mengenai bagian pertama dan terakhir dari perjalanannya yanr pertana, yaitu dari Pakuan ke Brebes dan dari Kalapa (ki- ni: Jakarta) ke Pakuan (sekitar 125 baris dari jumlah seluruh” 1641 baris dari naskah yane tidak lengkap ini), dan untuk kese- juruhan verjalanan redua (sekitar 550 bards). Pemaparan int terutama ditekankan pada nenyebutan nama-nama tempat, daerah, sungai, dan gunune yang terletak pada rute atau dekat rute yane disusuri. Jumlah seluruh nama itu, termasuk nama-nama pada ba- gian lain teks ini, mencapai kurang lebih 450, kebanyakan ber- tautan dengan Pulau Jawa, Dalam artikel ini saya akan membatasi diri pada pembicaraan mengenai data topogrefis dari kedua perjalanan Bujangea Manik 2 itu dalam menyusuri Pulau Jawa, denran mengikuti rute yang di- tempuhnya, dan mengesampingkan bagian-bagian lain dari cerita yang amat menarik ini, seperti misalnya: mengonai peristiwa- peristiva di istana Pakuan setelah kembali dari perjalanan per- tama, seluk—beluk kebidupannya sebarai pertapa, dan perjalanan- nya yans terakhir ke wilayah kahiangan setelah kematiannya. Bagian vang disebut terakhir ini merupaken petunjuk yang Jelas babwa kisah senerti itu adainh karya fiked, bulan seja- rah atau biorrafi, meskipun benar bahwa nelaku utama dipambar- kan sebarai nenulionya sendiri, denpan raya aku, delam hermir seluruh cerita (apak renpherankan (1 beberana baeian digunakan orang ketiva). Meskinun demikian, later belakane cerita ham- pir dapat dipastikan berdasarkan Kenyatnan masa itu, sobarnimana dibuktikan dengan ketenatan nerincian tonorrafis dari perjolanan itu. Oleh kerena itu, perincian ini memmunyai nilai sejarah yanr Sansat besar, apalapi bila tahun penulisan cerita yang ti- dak bertangeal ini, sekurang-kurangnya dapat diperkirakan, Nemng jelas dari teks itu sendiri, cerita ini berasal dari masa pra-islam. Tulisan yang dipereunaken dalam naskah ini’ ade= ih huruf Sunda kuno, sejenis huruf dalam rumpun Indonesia yang berasal dari huruf India, yang kemudian tidak dipergunakan Lagi setelah masuknya agama Islam ke Jawa Parat. Bahasanya menunjuk- kan tahan bahasa Sunda yane lebih tua. Terkurung dengan bebe- Traoa masalnah yang @ihadani pern venefsir yanp scjmlan dengan ke- awaman kita menrenai unsur-unsurnyn yene teleh demikian lama ti- dake dipereunakan lepi, merunakan sebab utams meneapa edisi brie tik toks itu belum dapat diselesaiken. Bahasanya menunjukkan adenya pengarub yang nyata dari bahasa Jowa, tetapi yang berasal 3 dari bahasa Arab, yaitu bahasa acama Islam, tidak sepatah kata pun terdapat @i dalannya. Dari isi ceritanya pun Islam sama sekali tidak disebut. . Lebih kbusus lagi disebutnya Majapahit, Malaka, dan Demak yang memunrkinkan kita untuk memberi tahun penulisan cerita itu pada abad ke-15, mungkin bagian akhir abad itu, atau pada awal abad Ke-16. Demi kelancaran membaca, di sini tidak akan divlang kemba- Ji seluruh namn yang disebut dalam teks itu, melainkan hanya akan dipilih nama-nama yang menarik nerhatian kita dengan dua alasan pokok, Nama-neama ini akan dibaei dalam tiga kelompok. Pertama, nama-nama yan samnai sekerane masih dipakai, Kelom- pok ind saneat dinerlukan untuk menrenal Kembali arah utama rute yanr ditemmuh oleh Mjanrea Manik dalam nerjalanannya, dan di samping itu menunjultkan babwa tempat-tempat yang dise- but, telah ada pada sbad ke-15. Kedua, nama-nama dalam teks itu benar-benar sudeh tidak diketahui lagi, dan meskipun akan kita ketahui eksistensinya dahulu di antera dua tempat yang telah dikenali, sebsrian besar tetap akan ditunda sampni edi-= si teks yang akan diterbitkan, Ketiga, nama-nama -- dan ini Merupakan yang piling monarik -- yang dapat dikenali sebagai hams tempat ata daerah di zaman dahulu yang juga diketahui dari sumber-sumber lain, atau sebagai nama lama daerah-dacrah tertentu, sunpai, cununp, atau temmat yang masih ada. Nama— nama ini menunjane pearetahuan kite tentane toporrafi Pulau Jawa, Hanya barian kedua dari perjalanan nertama yanr tidak di- Paparkan dengan cara yane sama terperincinya seperti barian- 4 barian lain, Tetani nemaparannya meneandune keteranpan yanr Gapat dicunakan untuk member tahun nade cerita ttu den mem- beri pendangan kepada kita mongenai alasan dilakukannya per- Jalanan ini. Oleh karena itu, bagian ini akan dibicarakan pertama Kali, mongrwali brrian-bagian lain yang dipaparkan Seperti yang digariskan di muka. PERJALANAN PEPTAIA NENYUSURT DAERAR JANA Perjalanan nertama Buganrea Yanik menpelilinpi Jawa dari tompat ia meningealkan wilayah Sunda, hanya dinyatakan secara urur, dalam cmpat besian vane berbeda, Mula-mula kita diberi tabu bahwa: Sadatane ka tunptune Sunda Sesamrai di tapal batas Sunda meu(n)tasing di Cipamali, menyeberanci Cipamali, datang ka alas Jawa, Sampailah ke tanah Jawa Ku ngaine reus kaideran Sudeh kususuri lurah-lerih Majavanit, daerab-daerah Majapahit palateran alas Demak. tempat-tempat tanah Demak, Sanepi ka Jatisari Sesampai di Jatisari datang aing ka Pamalane tibalah aku di Pamalang (baris 20-87) Pada masa itu jelas wilayah kerajaan Majanahit membentane bertemu batas dengan wilayah Sunda (suapni di Drebes, sekarang masih disebut Kali Pamali) serta meliputi seluruh bagian yang Penduduknya borbahasn Jawa di pulau itu, kecuali munckin daerah Demak. Suneruh monrherankan bahwa daorah Demak, di sini diso- but teroisah dari dacrah-dacrah Majanahit. Munckin int penun- dukkan bahwa Demak telah mombentuk nomerintahan tersendiri yane meliputi suatu wilayah tertentu, yane velak alan menjadi pome- rintahan Islam pertam di Jawa, Hal ini akan mombewa kita nada 5s perempnt terakhir abad ke-15 ata awal abad ke-16 (De Graat/ Pireaud, 1974:39), apabila Demak belum berdiri sendiri sebe- lum menjadi pomerintahan Islem, Tidak adm petunjuk menrenad Jues wileyeh Demek ini. Kate alas, yang mulanya berarti “bhutan, d2lam teks ini maupun dalam teks Sunda kuno dan teks Jama Isinnya, jolas menunjukkan sebuah satuan wilayeh yang luas— nya berbeda-beda (bandinckan Eringa, 1949;217-218): jadi alas vemak adaleh barian dari alas awa. Reberapa contoh dalam teks ini menunjukkean bahwa kata Jurah, jebatan bari kenalea desa nada saat ini, dabulu berarti pula sebuah satuan wilayah, tetapi menunjuk sebuah wilayah yan khas: Vajepabit terdiri dari beberapa lurah. Hanya dua tempat yanr disebut di sini yang dikunjunri Bujangga “anit dalon perjalanannya menyusuri dacrah-daerah Majapahit. Jatisnri edalah sebuah toponimi yang domikian unum, sehingra usaha menronalinya (identifikasi) kiranya ti- dak skan memberi kepastian. Mungkin tempat ini sama dengan tompet yeng disebut yang berada pada jalan dari Demak ke Mata- ram pada awal abad ke-17 (De Graaf, 1958:5,8). - Pemalans, scbuah pelabuhan kecil di pantai utara Jawa Te- ‘Agah, adalah temprt Bujangga Manik naik parahu Malaka Cb. 93-95), sebuah kapal (dari atau berlayar menuju) Malaka, untuk perja- janan pulang. Disebutnye pelabuhan Maleka yang terkenal itu, yane belum didirikan sebelum tahun 1400 dan menjadi pusat per- daangan yang remni dalam dekade-dekade berikutnya, menunjuk- kan bahwa cerita ini tidak munrkin ditulis lebih aval dari (sekitar perempat kedua) abad ke-15 dan tidak munrkin lewat tahun 1511, ketika alake dirampas oleh orange Porturis. Bagian-bagian lain momberi heterancan lebih banyak monze. nai tompat-tempat yanr dikunjunei Bujengen Manik serta tujuan perjalapannya. Sesampainya di keraton, ia disambut oleh bun- danya denran kata-rata: “Itu ta eureun si utun! "Nab, itu dia anakku! Ayeuna cu(n)duk ti timur, Kini ia kembali dari timur ayeuna datang ti wetan, Kini ia pulang dari timur, datanpna ti Rabut Palah" kembali dari Rabut Palah" (>, 169-172) Palah telah dikenali olch Krom (1914:233-237) sebarai nama kompleks candi besar Panataran di sebelah selatan kaki Gununr Kelud di Jawa Timur. Pupanye tempat suci itu secars umum dile- nal sebarai Eabut ("dinuja, suci") Paleh. Nama ini terdapat nula dalam sastra Jnwn, seperti dalam corita-corita Panji (Pocrbatjaraka, 1940:262; Robson, 1979:310). Pentinenya tem pat itu, baik sebagai pusat pemujran maupun sebacai pusat per- suruan, seponuhaya diperkuat oleh teks kita ini, balk pada bagian ini maupun pada barian selanjutnyn. Di sini kata-katn bunda Bujangra Manik menunjukkan bahwa tempat itu diharapkan menjadi tujuan utama perjalanan outranya ke arah tirur, Bujangca Manik sendiri lebih memetinekan tempat lain dari perjalanannya itu (atau haruskah kita mengatakan bahwa perjalanannya menpunyai tujuan Inin pula dan bahwa dia ternyate tidak mencunjunei Palah, bertentanran donran haranan san ibu?): Kakara cu(n)duk ti gunune, Baru sanpai dari cunune, kakare datane ti wetan, bara datane dari timur, » eutnjduk ti qunune Damaluar, Korbali dari Cununy Damalunc, datanrcna ti Pamrihan, pulane dart Pomrihean datane ti lurah pajaran tiba dari tomnat nercuruan. (, 593-597) 7 Daralunr telah dikenali olek Krom (1923 II:389) sebagai nama lame Gununy Nerbabu di Jawa Teneah, sedanekan dari Tantu Panrrelaran yanr berbahasa Jawa Kuno kita kotahud bahwe Pam— rien adalah name Inin untuk runune ini (Pireaud, 1924:69,219). Mungkin "daerah perguruan ageme" itu menunjuk pada pemukiman Keapamaan di Gunune Merbabu dan mungkin pula di sokitarnya, yang telah dikunjunci oleh Bujangea Manik dalam mencari ilm arama. Bahwa hal itu merupakan dorongan pertama dalam menpunjungi tempat-tempat ini, terbukti dari hasil-hasil yang telah dica~ painya, dalam Kata-katanya sendiri, ketika memberitabukan ibvy- nya bahwa ia telah kembali: asak beunanr neajar warah, ratane hasil belajar, asak beunanr mace siksa, matanr hasil mombacs "'sikes"', pageuh beunans malch pateh, teruh kasil menempa, tuhu beunanc nu mitutur, trat basil yane menrajar, asak bounang pancauran, mateng hasil bereuru. (b. 598-602) Tambahan pula, in monguasai bahasa Jawa (teher bisa carek Jawa), Seperti halnya menguasai isi buku-buku agama (wruh di na eusi « tangtu; b. 327-328). Istileh-istilah vane dicunakan di sini menunjukkan bahwa Pengajaran itu berdaserkan bahan-bahan tertulis, setidak-tidak- nya sebagian telah memiliki wawasan yang jelas terhadap etika dan kaideh-kaidah berperilaku dan disajikan dalam babasa Jawa, Sctiap murid “asinr” harus monruasai nenretahuan yan baik me- neensi bahasa Jawa sclama belajar di pusat-pusat percuruan Jawa int. Cerita Bujanera Manik monuniukkan baby kebudayean Jawa an pranata-pranata Jawa olch oran Sunde dinandane scbarai sum= ber utama bart pendidikan yang lebih tinrri delam bidanr acamn, dan perjalanan ke timur merupakan hel yen biasa dilakukan oleh pemuda Sunda jika hendak nenuntut imu pengetahuan dan berguru. Perjalanan Bujancea tanik yang pertama menunjukkan usia masa- bergurunye. Is kombali sobarai orang terpelajar yang cakap. PERJALANAN PERTAKA DARI PAKUAN KE PUNCAK DAN ERONAN Ketike Bujangen Manik menineralkan Pakuan dalam perjalanan- nya ke arah timur, ia ménpanbil rute melintast Puncak yanm se- knranp mesih terkonal, menrikuti arah yan lebih kurany sama dengan jalan raya sekarane dari Roror, fanye beberapa nama tempat dan sunpai yrno disebut berturut-turut di sini masih dipersunakan: Tajur'Mandiri dan Suka Beurus (b. 45-27) danat dikenali dengan Tajur dan Suke Birus sekarang, sedanqkan Sunpai Ci-Halivung yang in seberanpi tidak lama setolah itu (b. 49) ialah sungai Ci-Liwany, Setelah sampaf di Puncak Pass, kelana itu jelas porly boristirahat: Panjanp ta(h)jakan ditedak, | Tanjakan panjang didaki, ku again divoding-podins, kutempuh sedikit-sedikit, Sadatang aing ka Pulcak, Sesampai aku di Puncak, deuuk dina mu(ng)kal datar — duduk di atas batu datar, teher nrahihidan awak. asyik mengipasi badan, Teher sia ne(A)jo cununr: Asyik ta momandanzi gununr itu ta na Bukit Aqeunr, nah, di sana di Bukit Accunr, hulu wano na Pakuan. puncak tertineed Pakuan. (b. 57-64) Bukit Agounr sokaranc alah Cunune Gede ("besar") atau daerah pegunungan Pangrango dan Gede. Ketika Bujanrvta Manik kemudian Kembali ke tempat ini, telarr runune yane terkenal di sana juga disebut: 10 Sadatane ko Bukit Areunc: Sesampai di Bukit Aceunr ets hulu Cihaliwune, hulu Suneai Ciliwunr, kabuyutan ti Pakuan, tomoat keramat Pakuan, senrhiane Telaga “arna. sanchiane Talara Varna. (b. 1351-1954) ‘Ara ke timur dari Puncak in memasuki daerah (alas) Eronen (>. 6@), yane tidak dirarukan lari sama dengan Ukur Eronan yanp disebut olch De Roo de In Frille (1895:121), sekalipun yan disebut terakhir ini — secara kelirv -- diidentiftkasi- kan dengan nama Wanayasa nada abad ke-17. Dacrah Wanayasa terletak di sebelah timur Sunrai Citarum, den pada sisi lein dibetasi Suneai Ci-Lamaye (De Faan, 1912:169), pedahal delem perjalanannya ke timur Bujancra Yanik lebih dabulu melalui Eronan sebelum menyeberanri Sunrai Ci-Tarum (b. 65-68). Bagian solanjutnya dari perjalanan menyusuri Jawa Barat (b. 67-79) adalah rute yane sama dencan rute perjalanan kedua, neskipun diceritakan secara kurang torverinci dan tidsk perlu dibicarakan di sini. PERJALANAN PULANG YANG PERTAVA DAPI RALAPA EW PAKANCTLAN Ketike kanal yanr ditumoanei Pujanepa Manik dari Panalanr dalam porjalanan pulanp senpai ke Kalapa, setelah setencah bu- lan berlayar, ia naik ke darnt (b. 121-124). Seperti diketa hii, Kalapa (den bukan: Sunda Kelepa) adalab nama lama Sunde untuk kota yang kemudian diganti dengan Ja(ya)karta. Kota int merupakan pelabuhan darang kerajaan Sunds yang terpenting. Karena itu, tidakiah menrheranien bahwa tempat pertame yane diielui dalam perjalanen daratnya menuju ke selatan, ke istana Pakuan, iAlah Pabeyaan (b. 125), "kantor bea cukai"', yan di scbut juca dalam perjanjian Porturis denran raja Sunda tabun ar Sronan na 1 1522 dan msih ada Ketike VOC Relanda mentirixan Ratavin (bandinrkan Ten Pam, 1957:296), Temmat itu berndn Ai tepi ba. rat muara Sunrai Ci-Liwunp. Pombuknan daerah antara Jakarta dan Boror sekaranr, yane ditempuh Bujenren Manik, sobarian besar melalui sisi barat Sunrai Ci-Liwung, pasti telah mengalam{ perubshan besar soak | masa itu. Ta melewati scbelas tempat, seperti Mandi Rancang dan Ancol Tamianz, menyeberanri erpat buah sunai dan hampir somua tidak diketahui dart sumber lain, kecuali Sungai Ci- Holiwunr dan Ci-Luwor (b. 126). Pasti yanr disebut terakhir itu sama denean suncai dan dose Ciluwar, keduanya tidak jauh ai sebelah utara Boror. Akhirnyn ia sampai di Pekancilan; di sana ia mémbukA pintu cerbene (b. 145-146) untuk merasubi istane, Jelas Pnkanctlan adalah nama sebuah barian istana kerajaan Pakuan, vanr terlo- tak di barian selatam kot, Foror sekaranr, dekat suneai keel yan sekarenr masih disebut Ci-Pakancilan sorta menzalir seran= Janr lingkunean keraton, seberaimena diperkuat oleh rekonstruket yen terakhir (Danasasmita, 1979). PERJALANAN KEDUA DARI PAKUAN KE PERBATASAN SUNDA Ketika Bujangra Manik berangieat dari Pakuan dalam perjalan— annya yanr kedua, jelas bahws ia mila-mula ke arah utara. Ie melalui sembilan tempat sebelum berbelok ke timur, menyeberanci Sunrai Ci-Halimung (b. 676-684). Setelah relnlui tujuen tempat jainnya, 1a menyeberenri Ci-Leunrsi (b. 894), sat ini menjadi nama sebuah sunrai yang menralir ke arah utera dekat Bokasi. Dari sana ia menuju ke selatan ke Cunune Cajah dan Cunune (bukit) Caru (b. 95-697), dan kerudian ke arah timur ke Citeurevs (b, 692), nama sebuah desa sekaranr di sebelah timur Cibinone, dan ke Tendanran (tidak dikeneli). Kemudian ia berturut-turut renveberanri Ct-Foe dem Cl- “inten, sampaileh ke Cireuntis dan naik Le Goha (b, 709-704). Nama yane disebut pertama menunjukkan sebuah anak Sunrai Ci- Paminckis, yane mencalir ke Ci-Reet, dan stinrai ini adalah anak Sunrad Ci-Tarum, dari sisi sebelah barat. Ci-Winten menunjukkan sebuah suntai yanr terdapat dalam peta Ciela fintan, tepat di sebelah timer Ci- (Holle, 1877) sebagai Ci. Beet, tetapi tidak terrambar dalam peta baru, Nama yan ketira inlah name sebuah desa dekat pertemuan Sungai Ci-Beet dan Ci- Geuntis, Goha munrkin sebuah tempat atau bukit dekat Sungai Ci-Cuha sekaranr, enak Sungai Ci-Tarum yane kecil, tidak jauh di sebelah barat-laut Purwakarta, Keteranan tovorrafis yanc terperinci dan dapat diperiksa kKebenarannya, diberikan dalam barien ini, yane memunrtinkan kita untuk memastikan bahwa rute Budanere Manik berat-timur di simi monyusuri kaki cunune, di mana éataran rendah yane ter~ buka memasuki perununvan, pada ketincrian kuranz lebih 100 me~ ter di atas permukean laut. Munekin ia meneruskan perjalenan- nya denran arah yan hampir sama, karena keadaan alam palinc nerudabkan di datrgh int. . Setelah melewati dua tempat laci, ia menyeberangi Sungai Ci-Tarum (b. 707) dan tidak lama kemudian menyeberangi Ci- Lamaya (b. 715). Di antara kedua sunrai ini, ia melalui Ramanea (tidak dikenali) dan tiga buah gcunun¢, yane berada dalam daerah (jajahan) Saunc Arune, Sekalipun teks imi tidak 13 momperincikan batas-bataa daerah ini, munpkin sekali sobagian e{layah {tu sama lunsnyn denran daerah kecil berikutnya, yaxtit tanayasa, yane menurut date De Hean (1212:169) ai sebelah barat dibatasi oleh Ci-Tarum, di sebelah timur oleh Ci-Lamaya dan dt gebolah selatan olch Ci-Somane, yaitu anak Suncad Ci-Tarum, yane, rongalir ke arsh timur deri Cununy Buranerane. Cununr jini disebut canegdran ‘punenk! Saune Acune, pada barian Lain dalam teks ini (b, 1207-1203). Sunrai beriltutnya yane diseberanri Pujangea Manik ialah ci-Punerara (b, 70; 716), dalam sumbor-sumber Belanéa binsanya disebut Sunpai Pamanukan, sama dengan nama tempat yang terletalr gokat muara sunpai itu. Dalam peta Ciela, sungai ini disebut * ei-cupunarara (cupu ‘sejenis kotak'), tetapi Karena bentuk yanr lebih pendeck telah ditemukan dalam teks kita yene jauh lebih tua, maka bentuk kate dalam Ciela rupanya bukanlah bentuk asal, dan membinrunckan Kita untuk mendura bahwe unsur pu- berasal dari puhun 'nsal’. Setelah menyeberanci suncai ini, Bujaneon Manik memasuki daerah (1uran) lain, disebut Védanr Kabianran ("surea" Médene atau MSdane "tempat suci"?), dan melewati Cununr Tomno Omas ('bakul emas", bandinekan babasa Jawa tompo “sejenis bakul un~ tuk beras, dsb." (b. 71-72; 717-718) yant sekarane disebut Cunune Taripomag dekat Kota Sumedenr. Bukan tidak mungkin bahwa nama Suredang untuk menrabedikan ingatan’ pada lurah Yédang Kahinnean dabulu, seperti halnya daerah Nédang di sekitar ini pada abad ke-17, dan dibsri menjadi Bandung dan Paraka’ mmuncanr pade waktu mendirikan kabupaten (regencies) ini sekitar tabun 1640, ketika bacian yanp disebut terakhir dinamakan Médang 14 Sasinar, “sebuah barian Médanc" (De Haan, 1912-99, 100, 107). Kemudiao Bujancra Manik menyeberanci Ci-Manuk, tidak jauh ai sebelah timir Sumedanr, molownti Pada Beunchar, tidak Jauh di sebelah utara Gununz Cérémay, menyeberanci Ci-Jéruk-manis, Kini disebut Ci-Jérub, yane menealir ke rah timur dari Cunune “Cérémay, dan melewnt! Coman (tidal dikenali) (b, 72-76; 719- 722). Soteleh meningwalkan Gunune Cérénay (vane disusurinye padn sisi sebelah utara) (b. 77; 793), ia melewati Timbanc, Mujune Barany, funincan, dan Parma (den?) Pakuan (b. 724-725). Di antara semua itu, hanya Kuningan, di sebelah tengrara Gu- nung Cérémay, dan Darma, di sebelah barat-daya Kunincan yang masih ada sckaranr. Haka sampailah ia ke Luhur Acunc (kini: turarune, Kadanr-kadane secara keliru disebut Lurahrunr) dan menyeberanci Ci-Sincrarune yanr tidak berapa jauh jaraknya, Kini: Ci-Sanerarune (b. 78-79; 727-728). Sebelum menyeberanzi Sunrai Ci-Pamali yan monjndi taval batas, yaitu suncai di Frébés, seberai ujung wilayah Sunda (tuntung Sunda), in melewati dun tempat, Aréea Inti (aréga dari babasa Sanskerts. agra ‘eunun=') dan Jalatunda (b. 729- 733), Keduanya tidal, dikenali. Nama yanr disebut terakhir emat menarik Earens dua nlasan. Kata jalatunda terdiri dari ua kate serapan dari bahasa Sanskerta, yeitu jala ‘air’ dan funda ‘moncons:, mulut? (Conda, 1973-226), dan dipakei di Jawa dalam arti “sumber sir" dan meluas jadi "tempat pemandian". Nama itu enjaci nama tempat pemandian terkenal Jalatunda di Gunung Pénangruncan, Jawa Timur, mempunyai tahun ponulisan yeitu tehun Sake 899, atau tahun 977 Terjndinya kesamaan toponini ini di sekitar Brebes menungukkan bahwa di sini pun tentu adn tempat pemanéian yang cukip penting sehingga nama— aye beralih menjadi sebuah toponimt, dan bahwa nama Jalatundha pukan satu-satunya sebarat tononimi, jadi setiap ditemkan tovonimi inf dulam sumber-sumbor berbahasa Jawa, tidak boleh Langsune dihubuncken denran tempat nemandian di Jawa Timur, sebacaimans runanye Ailakukan oleh Bere (1977:397), Jalatunda dalam teks kita ini makin menarikt nerhatian Ikarena name ity disebut di sini (b. 792) sebarai sekakala (yadtu "tempat yane nengabadiken kenanvan kenada") Sildh Vanes. Yang discbut terskhir ini ialah pablawan lerendaris yane sanzat terkenal dari Jawa Barat, dikenal sebagai Prabu Si1i(h)wanci, yane biasa difdentifikasikan dengan salah seo- rang raja Pajajaran. Tetapi, belum ditemkan fakta-fakta kunt yang memberiken penjelasan tentanr dirigya. Sedikit ketorangan menurut toks kita ini, menunjukkan bahwa Silih Yanri telah men- Jadi tokoh sejarah pada waktu teks ini ditulis, cerita dirinya teleh terkenal pada masa itu, dan bahwa sebuah peristiwa nen ting dalam hidupnye telah dibubunckan dencan Jalatunds yanr terdapat di daerab ini. Briss pan cunune sLavit Sotelnh menyoberangi Ci-Pamali (b. 724), Bugangaa Manik molalut tempat antara dacreh (1urah) Rarébés (Kini: Brébés) di sebelah Kiri, dan Gunung Agung di sebelah solatan, Satu-satunya cunung | @i daeran ini yang dapat disobut “sangat bosar" (agung) jolas hanyalah Gunung Slemét (3423 m.), yang dalam nasa pra-Islam ki- | ranya momiliki nema lain, kerena nananya yang umn itu dapat diidentifikasikan dengan kata serapan deri bahasa Arab salande 16 ‘selamat' dan baru mulai dicunakan sejak masuknya Islam. Farena itu dari barian teks ini secara pasti dapat disimpulkan bahwa Gunune Arunc adalah name lama Gunung Siamét sekalipun letaknyn buken di sebalah eelatan, melainkan di sebelah tenc- nara Brébés, ‘el ini dinorkuat denran nama Kali Cune, untuk sebuah suncat yanr menvalir dari Cununm Slemét ke arab utara den berruara di laut dekat Téral. SUNUNCLIRANG Dé PUTE DI SEBELAH SELATAN PERALONGAN? Dalam beris-baris berikutnya diceritakan baraimana Bugancre Nenik melalui Médene Aun, monyeberangi Ci-Bula(n¢?)reng dan melewati Gununr Larang, di pinggir (dusuneun) daerah (1urah) Ge(m?)buhan (b, 734-740), Di sana terdapat desa pecunungan Gununplarany terletak sekitar 50-km di sebelah barat daya Brébés, sokitar 5 km sebelah tenrgara Salém dan selatan Cunun¢ Kumbene (1218 m) dan Ci-Cunune yang monpalir dari barat ke ti- mur sebarai anek sunrai barat dari Ct-Pamali. Karena di deket sumbornya terdanat sebuah ununc yane disebut Cunune Bulancrane (1019 m), munekin Ci-Gumun~ dahulu discbut CiMulancrane. dike benar demixian, maka desa Cununclarane inilah yane dimaksud da- Jam teks kite ini. Tetapi hal itu akan berarti bahwa urutan kronoloci cerita ‘tu menjadi erak kacau pada barian ini karena Bujangga Manik telah moncunjunei tempat ini sebelum, dan bukan setelah menycberangi Ci-Pamali. Menqingat hal ind merupakan persingeahan yan penting, yaitu pergi ke arah selatan dan kemu- dian kenbali lagi, akan berarti pula bahwa ia pergi ke sana untuk tujuan tertentu, yang mingkin dapat kita terka berdasarkan nama desa itu (1arang 'terlarang', ‘terjaga’ -> untuk tujuan an an u \ xoagamaan?) dan diperbandingkan dengan tempat suct pra-Islam yang berade di dekat desa Gununesagara di lereng Gunung Kumbang (Tjondroneroro, 1884:515-525). Perjalanan berikutnya ke arah timur inf jurs dilakukan apak ke tenreh dari pantai utara. Salah satu dari lima atau enem tempat yang dilalui Bujanpea Manik sebelum melintasi Ci-Comal (sckernne: Kali Comal; b, 745) ialab "ora (b. 743) yanr terletak sokitar 30 km dart nantai. Sotelah menyoberanri Comal dan Ci-Pakujati (b, 746, tidak dikenali) 4a melalui sejumlah tempat, di antaranya Balinrbine (tidak diketahui) di daerah (jajahan) Aréga Sela (b. 749; Kini Rogoselo, sebelah selatan Pékaloncan), Kupang (b. 750; disebelahselatan Batanr), Tingp (kint: Tinap) dan Tumdrép (kini: Tumbr&p; b, 753) sebe- lah tenggara Batang. Ini menudjukkan behwe ia tidal berjalan monyusuri pantai, melalui Pékalongan dan Batanr, meskipua ‘tompat-temnat ini jura disebut (b, 750-751: "Pakelongan borada @i sobelah Kiri"). PANDEANARANG DAN GUNUNC-cUNUNG DI JAA TRtCAP Setelah melewati sekitar delannn tempat den daerah laianya, in sampai pada sebuah tempat yanm disebut Padanars (b. 763) atau Danara (b, 77), Di sana ia dapat menrenali qununs.— guaung Java Tenpah di areh selatan (b. 764). Lokasd tempat ini Kiranya hampir sama dencan Semarane sekerang. Nnma itu Sangat mirip dengan gelar pendiri legendaris Semarang, Pangernn Pandhanarang, yang sesuai dengan tradisi setempat, mendapat izin dari raja Domak untuk membancun sebuah pemukiman baru yang isebutaya Semarang. Putranye, seorang muslin terkenal, Kyet 19 Pandhanareng atau Sunan Témbayat (Van Berkum, 1941:79, 102-103) yang turua tahta sebagai penrusss Semarang pada tahun 1512 un- tuk menrabdiken sisn hidunnya bari arama (De Graaf/Pireaud, 1974:62). Ade korunckinan Senarany didirikan pada akhir ebad ke-15 (kote itu telah ade ketike Tomé Pires mencunjunei Jawa pede tabun 1512), babwa Pandhanaranc adnish temmet yan lebih tue di sekitar ini, tempat nera noncuasn Semaranr berasal, yanr mengabadikan nema itu dalam velar merckn, dan bahwa Padanera yang dikunjunri oleh Bujanrsa Manik adalah sama dengan Pandha- | narang ini, dan kareno itu dalam teks ini harus dibaca Pa(d)danara(ng). Apabila nama Semarang merupakan singkatan dari asém-arang, berarti "pohon-pohon asam yang berjouhan", tordapat pula kosamaan semantik denran Pandhanerang yang ber- arti "pohon pandan berjauhan", serta Danara(nc) akan merupakan sinckatan yang sama dari Pa(n)danara(ne). Solama tingeal di cini, Pujanrca Manik menyebut gununc— qunungt tertinegi di Jawa Teneeh yanr pada earis besarnya dalam urutan barat-timur senerti berikut (b. 765-776): Cunung Rehan (munpkin maksudnyn Cunune Prahu) di sebelah barat Cununr Dikenr (sini: Dhienr, Jawa Kuno: Daiyans)* , Cunune Sundara Kini S$ndhoro atau Sindboro)® dan Gununy Kééu (munchkin nama lein untuk Cunung Sunbinr, desa fédhu terletsk tidak jauh sebelah utara deerah (1urah) Pantaran (disebut oloh Jungbuhn, 1854-54, 11:415 sebagai nama sebuah desa dekat runung ini) dan Gunung Karungrunpan (nama lama Cunung Ungaran)'di sebelah selatan den Gunung Marapi (ini: '8rapi) di daerah (1urah) Karangian (tidak @ikenali) di sebelah selatan, ai nama Gunung Oleh Krom, Damalung diidentifikasiken sebai 103) ans id an 19 Mérbabu berdasarkan sebutan wukir bad! Pamaluny delam inskripsi batu dari tahun 1449 yang ditemukan di Neadoman pede lereng utara Gunung Mérbabu’, Nome itu disebut denpan radut guaung Damaluns dalam sebuah teks yang dipetik lanrsun¢ oleh Pipeaud (1924:214) sobelum rapue gunung Marapi dalam urutan nama cununc— runung di Jawa. WiciweDatnunyterdaparmdmkomragestyapare agbada@iammnunte tempatSangtiarkandhed* beYtH@M (Conda, 1933; 1938: 226, 27). Bahwa Xarunrrunran adalah nama Cunune Unraran dapat disin= pulkan berdaserkan fakta bahws salah satu puncak cunune ini disebut Kroenroenran oleh Domis (1895:124), Neroenrroencan oleh Bleeker (1850:19), dan Friederich (1870:502). Nama itu ditemukan sebacai Gunune Karundunran dalam inekripsi Kuti, sebagai gunung Karuruncan atau Karungrangen dalam Tentu Pangrélaran (Pircaud, 1924:108), dan sebarai Keruncrungan dalam teks-teks Jawa yanc kemudian seperti Serat Kandha (Pigeaud, 1967-1970,11:353) dan AJji Saka (Caal/Roorda, 1857:75). DEAK, MEDANGIKAMULANS GEGELANG, DAN UPAWAN Dari Pa(n)danara(n=) Sujanrca Manik terus ke Pidada (kini: Pidodo, sebelah timur Semaranr, barat daya Démak), dari situ terus ke Jémas (tidak dikenali) denman wilayab (jajahan) Démak @i sebelah kiri, sedanpkan TSlahulu di sebelah timur (b, 778-7 781), Yanr terakhir ini Jelas Cunune lahulu yanc berulane- lane discbut dalam Tantu Panepdlaran (Piceaud,19! 68,124, 196,214) tetani tanpa petunjuk lokasinya seperti halnya Malahulu dalam Aji Saka (Cnal/poorda, 1857:75). Suatu identi- fikesi berdasarkan teks kita ini tampaknya sulit karen tidak 20 ada cununr yang pentine di sebelah timur Semaranr dan Démak. Yang tertineei di dacreh ini ialah Cunung Muryo (1602 m), dan nama "kepala berbelah" tentu dapat ditambahkan, mengingat puncaknya yang ganda, tetapi rumung itu lebih tepat berada di sebelah utara darinada di sebelah timur rute Bujaogea Manik. Menyusul Cunung Prawata (Sanskerta: parvata ‘gununt'), yang kemudian sanrat tgrkenal sebarai tempat suci dalam sejarab Démak (De Graat/Pireaud, 1974;75), berada di ujun¢ barat Peru- nunran Kapur Utara, denran ketinreian tidak lebih dari beberana ratus meter. . RenolabenclevartPulycaund sebuah desasdeketsPénawanten , VAdpkedlauhedi ssebelahebaratsPugodedady ia semnai ke asaone EeGilgy (>. 782-783) dan 44 sana jelas berbelok ke arah sela- tan Karena setelah melewati tiga tempat lard ia lalu monyo- beranei Suneai Wuluyu, yaitu Benrawan Solo (Noorduyn, 1968: 471), dan memasuki ivrah Géeflanc, "di sebeleh selatan Médang Kamulan” (b, 787-789). Baik [édenp Kamulan maupun G&rélane adalah noma-nama "kerajasn" lama Jawa menurut tradisi Jawa dan eastra pseudo sojarah seperti ceritascerite Panji. Sckwlipun lokasinga yan tepat serta keluasannya tetan tidak bisa dipestikan (dan nunckin telah berubah-ubah karena perjalanan waktu), teke kita ini adelah vene nertama yane meyakinkan bahwa Keduanya itu Kenyctaan pada abad ke-15 dan tradisi lokal benar delam menem- patken kerajaan gann pertama (Médanr Eamulan) di daersh Cro- boran, sebelah timur Purwodadi (van der Kemp, 1995:276; Orsoy de Flines, 1949:426), dan yanre kedua (CépSlanr) di daerah Madiun (ibu kotenyr terletak antara Madiun dan Ponoroco, al Rouffaer dalam Rrandes,1920:98; Poerbat jaraks ,1°40:325). Hal yanr sama bertalian denran Urawan yanr diketahui dari cerita-cerita Panji sebarai nama kerajaan lecenda yang kadanc- kadan~ dinyateakan berbatasan dengan Wenrkér atau Géélanc (Poerbatjaraka,1940:93) dan menurut sumber-sumber Jawa dan Belanda pada abad ke-17 sebagai nama beberap2 banrsawan Jawa (Sabad Tanah Jawi don Pireaud/De Graaf,1976,indeks), berkenaan dencan lokasi yanr munckin berdasarkan pernyateaan bahwa Bawérno di Bojonézoro kadane-kadane disebut Neurawan (Berc, 1954:200). Nama itu kini tampaknya berubah menjadikenystaean reorcrafis, sebacai daerah kecil yane munckin terletak di barian barat days deerah Madium. Ini disebut delam nemanaran nerja- lanan pulane Pujanera Manik, ketika ia dari arah timur melewati sebelah selatan Gunune Lawu, "yaitu di lurah Urewan" (>, 10890- 1085), Ternyata benar Urawan berbatasan dencan Cérélanc. Di Gérélanr, jelas Bujanrca Menik berbelok ke arah timur lagi menrikuti rute sebelah utara Gununrc Milis, karena seteleh melalui dua tempat lazi, ia lalu menyeberancvi Sunrai (bagawan) Caneku (b. 790-792), yanr mungkin sekali suncai di Madiun -- tidak ada sunpai (Jawa: bangawan) besar lain di daerah ini -- sekalipun nama itu tidak diketehui dari sumber mana pun. Tidak ada lagi nama tempat yanr disebut sampai ia mencapai Sunrai Prantas. DAHA DAN SUNCAI BRANTAS Setelah menyeberanri Canrku, ia lalu melewati Dehn (b. 793). Nama itu di sini, lebih tenat berarti daerrh daripada kote, karena kota itu (yaitu Kediri) terletak sanvat jauh ke arah 22 selatan dari perkiraan rute Bujancca Manik, yane berjelan lurus ke arah timur menuju Pujut, temmat ia menyeberanci Suneai Bran- tas (b. 795-796). Pujut disebut dalam Pincam Tambangan tahun 1359 (Pireaud, 1960-63, III:158) sebagai sebuah tempat yang mempunyai tambangan untuk menyeberanci sunrai itu, tetapi lokasinya belum dipasti- kan. Deolam daftar tambanzan, yan¢ disebut menurut urutan ke arab hilir dalam piagam itu, Pujut disebut sebelum Miréng yang telah diidentifikasikan oleh van Stein Callenfels dan Van Vuuren (1924:68) densan sebuah tempat kuranz lebih 15 km di sebelah hilir Kértosono, di mana sekarane jalan raya timur- barat menyeberanri Brantas. Oleh Karena itu, sanrat munrkin Pujut terletak tidal jauh dari Kértosono sekaranr. Sampai di sini Sungai Brantas disebut denran nama yanr tidak pernah diketahui dari sumber lain, yaitu Ci-Ronabaya. Tetapi.tidak ada keraguan bahwa yang dimaksudkan adalah Brantas karena nama yane sama terdapat delam deskripsi perjalanan pulang Bujanega Manik, di mana ia menyeberangi Ronabaya setelah melewati Balitar (kini: Blitar) (b. 1074-1075). Sungai Brantas hanya satu-Ssatunya sungai yang mengalir sekitar Blitar maupun Kértosono. MAJAPAHIT DAN CUNUNG PENANGGUNGAN Rute perjalanan Bujangra Hanik selanjutnya, setelah melewati empat tempat denran Bubat sebarai tempat terakhir, membawanya sampai ke (ibu kote) Majapahit (b. 800). Bubat diketahui dari Nagarakrtagama sebarai lanangan yang terletak di sebelah utara lingkunran istana, yanre disunakan untuk pertandingan-pertandingen 23 olah rapa tahunan (Nar.86-87), dan dari Kidune Sunda (Rerg. 1927:134) sebarai nelabuhan suneai ibu negeri. Sebush jalan raya kerajaan (rajamarga) melewati Bubat ke arah Selatan mo-! nuju ibu kota (Nig.86:2b). Setelah Bubat, Bujangea Manik sam- pai ke Hanruntur yane disebut sebarai buruvan ‘halaman' Majapa- hit (b.801-802), Inileah alun-alun kraton, disebut sebagai’) wanguntur dalam Nar. § (Pigeaud, 1960-63,IV:14). Tempat-tempat lain yang disebut sebelum "ia meninggalkan “i Majapahit", yaitu Darma ffiar, Karang Kajramanaan, Karang Jaka, } dan Palintahan (b. 803-807), semuanya tidak diketahui, Koctt munekin Plintahan sekarang, yane berada di sebelah tengeara Gunune Pénanggunran. Bila demikian, letaknya arak jauh en) tT kraton lama Majapahit di Trowulan. Ue Yalaupun demikien, pada titik ini ia berada dekat deipan |) Gunung Pénangpungan karena di Palintahan "ia mendaki Gunung! Pawitra, rabut gunung Gajah Munekur" (b. 08-809). Bahwa cg Pawitra (dari bahasa Sanskerta pavitra ‘sempurna, suci') adali A nama lama gunung ini, pertama kali dikenali oleh Pigeaud(1924 k ‘ 215) dan Stutterheim (1925:222), dan diperkuat sepenuhnya di sini. Di atas acala ‘Gunung’ Pawitra inilah Raja Hayam Wt Gajah Munekur (1084 m.). Gunung ini adalah lokasi sebelas situs arkeologi, termasuk beberapa bekas tempat suci dan 24 buah pertapaan; dua buah tahun penulisan telah ditemukan di sini, 1463 ! dan 1499 M, menunjukkan bahwa seperti halnya bagian-barian lain, kompleks Cununr Pénanreungan, punune ini pun digunakan untuk kepentingan keagamaan pada abad ke-15 (van Romondt 1951:18,19,44).. Karena itu, ada berbagai alasan bagi seseorang seperti Bujanrga Manik untuk mengunjungi gunung ini. Ketika in di sana, “lurah Gérésik (kini: Grésik) berada di sebelah kirinya dan Gunung Rajuna (yaitu Arjuna) sebelah sela- tan" 3b, 810-8114, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. MENUJU TALAGA WURUNG, BLAMBANGAN, DAN BALI Tempat-temnat pertama dalam rute Rujancra “anik yane dapat dikenali setelah ia melewati Cununr Rrahma (kini: Bromo) (b, 818) ialah Génding (sekarane: Géndhine, sebelah timur Probolingro) dan Lesan (b, 827,829). Di antara kedua tempat ini ia menyeberangi Ci-Rabut-Wahanean, munekin Kali Pinanran, yanr tenigalte kurang lebih senaruh jareak kedua tempat ini. Mungkin sekali Lesan terletak di lurah Pajarakan (b. 830), karena letak tempat-tempat ini berseberanzan, masinc-masing pada sisi timur dan sisi barat Sungai Pékalen. Ia melanjutkan perjalanannya ke sebelah utara Gunung Hyanr, maka sampaila ke Gunung Arum (tidak dikenali, tetapi mungkin nama lama Cununr Ringzit, tepat di sebelah barat Panarukan) di lurah Talaga Wuruns, di mana Panarukan terletak di sebelah uta-— ra dan Patukanran di sebelah selatan (b. 823-839), Karena Patu- kangan adalah tempat yang berdekatan denran Panarukan (nama itu disebut dalam Nagarakrtarama dalam deskrinsi cerakan Hayam Wuruk ke arnh timur nada tahun 1359, seperti, Géndhine, 25. Pajarakan, Lesan, dan Sunzai Pékealen). ini akan berarti bahwa dahulu wilayah sebelah selatan Panarukan sekarang disebut Talara Yurune. Nema ini, yane kini sama sekali tidak diketahui lagi, muncul pada abad ke-19 sebagai cunung berapi yane telah pada, yane letaknya terpencil di ujung palinr timur laut Jawa Timur, sekitar GO km di sebelah timur Panarukan, dan sekarang disebut Cunune Beluran. Pade masa Raffles, 1817:12 dan peta). Beberepa pengunjung sesudah itu menyebut nama ini sebagai nama lain untuk Baluran atau RBuluran (Zollinger, 1846;178; 1857: : 270; Bleeker, 1849:289; Stohr, 1874:9; bandingkan Veth, 1882: 1076-1078), dan meneranckan nama itu berdasarkan bentuk kepun- dan (kerine) yanc urung (werung) menjadi sebuah danau (talaca). Nama itu kerudian tidak disunakan laei. . Nama itu muncul pula sebarai Tlagoruny (dari T(a)lara- (w)urunz) dalam Pameficenrah, salah sebuah teks bersejarah Jawe- Teneaban dari Bali yanc disumtine dan dibicarakan oleh Perc (1929, 1927), dan munrkin ditulis pada akhir abad ke-16. Di sini nama itu disebut dua kali sebagai sebuah tempat (atau daerah?) pada rute antara Hajapahit dan Bali, pertama dalam urutan Bubat, Tlacorunc, Pajarakean, dari barat ke timur (pam. I 44; Berg, 1929:10), dan kedua dalem urutan Tlagorunc, Pajarakan, Bubat, dari timur ke barat (Pam. IT 30: Berg, 1929: 24; bandingkan Bere, 1927:105,107). Dari teks ini jelas bahwa yang kedualah yane benar di antare kedua pernyataan yanrc saline bertentanman ini. Pada masa pengarang teks kita ini, jelas bahwn seluruh barian timur leut Jawa Timur, dari Panarukan ke arah timur, jura mencakup komoleks Gunune Ijen, sebaraimana kita ketahui dari pemaparan perjalanan pulanc Bujangea Manik bahwa "ia sampai ke Gunune Raung, di Jurah Talaca Wurung" (b, 1022-1023), disebut Talara "urun¢ -- berasal dari nama pununr bila tidak ada lari tempat denran nama itu. Kemudian ia lanesunr ke Ralunrbunran (b. 839), dan tinrral lebih deri satu tehun di sana melakukan tana (b. 840-868). Lalu ia perei ke tepi pantai dan melihat sebuah kanal (parahu) yane akan berlayar ke Pali, dan dari sana ke Banrka. Nakhode- nya (puhawang) yanz bernama Selabatanc bersedia membawa maha- pandita yan mulia itu menyeberane ke Bali (b. 869-904). Jelas bahwa pelabuhan laut ini adalah Blambanran yans su- dah terkenal, Balambencan atau Balangbangen, yanre terletak di sebelah selatan Banyuwanri sekarang, di Teluk Pangpan¢; pela- buhan itu dikunjunri oleh kapal-kapal Inrrris dan Belanda yang pertama datanc ke sana pada tahun 1588 (Cavendish) dan 1597 (de Houtman). Pelabuhan itu tetap menjadi pelabuhan laut yanr terpenting di pantai timur Jawa sampai tahun 1774 dan kemudian dicanti denran Ranyuwanri (Rouffaer/Ijzerman, 1925: 337). Dalam teks kita ini, nama pelabuhan itu selalu ditulis Balungbungan (b. 659, 839, 987, 1012), yane menurut De Graaf/ Pigeaud (1974:298 cat. 268), dapat dipastikan sebagai nama lain untuk Balambangan karena nama itu terdapat paling tidak dalam dua naskah Jawa, sekali sebarai Balumbung(an) (Nag. 28:1c) dan sekali lagi sebagai Blungbungan (Pigeaud, 1967-1970,III:195). Apabila kita berpegang pada teks kita ini, maka dapat di- simpulken bahwa pada waktu itu belum ada kapal tambang yang tetap dari Jawa ke Bali. Barangsiapa yang ingin menyeberang untuk berdarane atau keperluan lain harus mencari kapal. Bujangea Nanik kembali dari Bali -- tidak ada tempat-tempat di Bali yanr disebut -- sebarai penumpanr sebuah kapal besar, sebuah jong kapal atau jong tutup, nanjanenya 25 depa dan le- barnya & dena, yane sedane berlayar dari Peli ke Balunrbuncan, dari sane kavel itu ke Pelembanc dan Parayaman (jelas Priaman di Sumatera Rerat) di bawnh nakhoda bernama Relaserare (b. 979- 982). DARI BLAMBANGAN KE ARAH BARAT SEPANJANG PANTAI SELATAN Denran menrambil rute sepanjan¢e pantai selatan Jawa, dalam perjalanan vulanr, Bujanrra Manik melalui Padancalun (b. 1028), sebuah nama yanr jelas menminsatkan pada Tawancalun (bandinrkan bahasa Jawa padhang 'terang, terbuka', dan tawang 'terbuka, tidak terhelan¢e') nama atau gelar seoranr pangeran Blambancan pada abad ke-17. Lalu ie "sampai ke Gununf Watancan, yane menrhadas ke Pulau (nusa) Baronr" (b. 1029-1030), yaitu daerah perununzan sepanjenr pantai Watanran, di sebelah timur Purer dan Pulau Nusa Baruns,sebuah pulau kecil tak bernenvhuni di seberanr pantai. Dari sana ia sampai ke Sarampon (b. 1032), tidak tertera pada neta kita, tetapi terdapat dalam Narara- krtagama (22:4b) sebagai desa Saramowan, tempat Fayan "uruk singrah ketika beberapa hari berada di Sadhens, dekat Pucér sekaranz, dalam gerakannya ke timur pada tahun 1359. Kemudian Bujancea Manik meleweti desa Cakru (b. 1033) yane sekaranr masih terdapat di pantai sebelah selatan Lumajang, sampai di lurah Kén&p (tidak dikenali) dan di (daerah?) Lamajanr Kidul (b. 1036-1037) 28 PEMUKIMAN KEAGAMAAN Tempat-tempat yan dikunjungi oleh Bujangra Manik biasanya hanya disebut nama-namanya, kecuali ada beberapa yang diceri- takan lebih lanjut. Tidak mengherankan bahwa tempat-tempat yane bersanrkutan ternyata adalah pemukiman kearamaan. Kita dapat mendura bahwa sifat kearamaan tempat-tempat itu meru- pakan alasan utama menrapa Bujanera Manik, sebarai abdi arama menrunjunri tempat-temnat tersebut. Pekat Gunune Raune (munc- kin sebeleh selatan), ia sampai ke Baru yang merupakan lurah kategan (b. 1025-1026) atau dacrah tempat biara, yaitu kediaman para pertapa (tega dari bahasa Sanskerta tyaga); lalu ke Dingding yang merupakan hulu dewaguru (b, 822-822) tempat kepa- la biara, dekat Gununr Brahma (kini: Bromo); dan kemudian ke Janawi yang merupakan iurah dewaguru (b, 1103-1104), atau daerah para kepala, dekat Gunung Marapi di Jawa Tenrah. Lokasi yang tepat mengenai ketiza tempat ini tidak diketa- hui. Tetapi, yane kedua disebut DhineDhineg dalam Tantu Panreélaran (TP dalam Pireaud 1924) yan berisi cerita-cerita legenda menrenai pendirian beberapa pemukiman keagamaan, yang disebut mandhala, kategan, atau patapan 'pertapaan'. Semua ini adalah tempat berdiam para nendeta, vertapa, dan wiku (wiku, tega, tapa, rési), mandhala-mandhala yanre mempunyai pemimnin yang dinobatkan secara khusus dan disebut dewaguru. Keba- nyakan abdi-abdi arama ini hidup menrurune diri dan biasanya dekat atau di ates lerens runune keramat, mereka adalah para pengikut arama yang disebut dalam masa Jawa Kuno di samping agama Siwa dan Budha: yaitu Rési. Agama inilah yanr dianut oleh Bujangea Manik. Sebagai pertapa kelana, tentu ia mengun- 29 jungi tempat-tempat seperti Dhingdhinz, sebuah mandhala (TP 71, 123) yane terletak tidak jauh dari Gunung Mahameru (Pizeaud, 1924:224). Hanya beberana nemukiman kearamaan yane disebut dalam Tantu Panerélaran vane menurut teks ini berada di sekitar Gununr Ifnhameru suci ini, Hal itu sesuei dengan teks kita, karena hampir semua tempat yane dikunjunri oleh Bujancra Manik dalam wilayeh ini, merupakan mandhala, patapan atau kategan yan terdapat seperti dalam Tantu dan jura sebarian dalam Nicarakrtacama. Dalam perjalanannya ke arah timur, ia melalui sebelah utara Gunung Mahameru, dan setelah mencapai Gununr Brahme, ia mengunjunri (b, 816-823) Kadiran, Tandés, Ranobawa, dan Dingding., Yang kedua dan ketira dalam Tantu adalah patapan Tandhés (TP 72, 90, 122) dan Ranubhawa (TP 70). Dalam perja- lanannya kembali ke barat, ia lewat sebelah selatan Gununr Mahameru dan berturut-turut sampai ke Padire, Ranobawa, Kayu Taji, Kukub, Kasturi, Sarsra Dalém, dan Karénénean, kemudian sampai ke Gununet Kawi (b, 1039-1049). Pacira adalah sebuah kategan(T? 69, 70) atau kataayan (Nac. 78:7¢), yanr apabila melihat rute Pujanesa Manik, munckin berada tepat di sebelah timur Cununre Mahameru, tidak jauh dari candi Candhipura dekat Pasirian (Krom, 1923,11:356). Kayu Taji adalah sebuah patapan (TP 70) dan Kukub sebuah mandhala (TP 90, 91, 94, 98, 99; Nag. 78:7a), keduanya di Gunun¢ Mahameru atau dekat denran pununr itu (Pigeaud, 1924:222,246), dan berdasarkan rute Bujangea Manik mungkin pada sisi barian selatan atau barat. Ini berarti bahwa Kukub sebarai pusat arama memainkan peranan delam Kidung Penji Marrasmara (Robson, 1979:399, 312) lebih tepat terletak di selatan daripada di sebelah timur Sinrasari dan bukan dalam wilayah Gununr Hyanc. Kasturi disebut sebarai sebuah mandhala dalam Nar. 78:7b, dan di temnat lain bersama- sama dengan Kukub dan Serara sebarai kelomnok.tira mandhala di dekat Gununr Mahemeru (Pireaud, 1924:23). Jadi, dalam kelompok ini besar kemunrkinan Serara Dalém dalam teks kite, yan¢ sebarusnya berada antara Gununc Mahameru dan Karénéncan. Yang disebut terakhir adalah sebuah temp2t kearamaan (dharma; Ni 40, 73) tidak jauh di sebelah selatan Malang (Krom, 1923, JI:67). Jadi Sagara (Dalem) ini merupakan sebuah mandhala yanr berbeda deri Sagara yang terkenal pada Gununr Hyang yang dikunjunci Hayam Furuk (Nae. 32) dan yang disebut pula dalem inskripsi Batur (Pireaud, 1960-1963 ,1V:412), dan dalam Tantu (TP 114-115). TEMPAT SUCI PALAE Antara Gunune Kawi dan Gunune Kampud (kini: Kélud) Bujancra Yanik melewati Gunune Anar (b. 1049-1055) yane tidak diketa- hui sebacai sebuah nama, tetapi mencincatkan kita nada catatan Pararaton yanr menyatakan bahwa veda tahun 1376 M hana gunung afar ‘adalah (atau: jadilah) sebuah qunun~ baru’ (Par. 29:34). Karena kompleks Gunune Kélud merupakan ununr berapi, maka besar kemungkinan bahwa sebuah gununr "baru" telah muncul di sini, dan gunung Afiar inilah yant dimaksud dalam catatan Pararaton. Setelah sampai di Gununc Kampud, Pujanera Manik pergi ke Rabut Pasajen, hulu Rabut Palah (b. 1055-1057). Nama yang 32 disebut di sini (b. 1060-1061). Yang sebuah ialah Pandawa Jaya, yang pasti menunjukkan versi Jawa dari epik Mahabharata, munrkin salah satu Bharata Yuddha Jawa Kuno bila dihubunrkan dengan Hikayat Melayu Peranr Pandawa Jaya (van der Tuuk, 1875). Judul kedua, Darmaweya, acak sulit dikenali. Mumekin buku ini untuk membantu Dharmavidya, bahasa Sanskerta untuk "penreta- huan hukum™. Dalam tahap tertentu, buku itu bersancrutan denran masalah-masalah hukum (suci). Teks kita ini pun memberi kessa adanya ketidakselarasan antara aspek-aspek penrabdian dan spiritual dari pusat Paleh ini. Bujangra Manik tinrral di sini tidak lebih dari setahun dan kemudian perri meninzralkan tempat itu karena tidak tahan akan kehirukpikukan yanp terus menerus (hanteu bétah kagéntéran) dari kerumunan para pemujanya (b. 1067). POLAHAN, KALANGBRET, GUNUNG WILIS, DAN GUNUNG LATTU Dari Palah ia melanjutkan nerjalanannya ke arah barat daya, melewati Walirans (tidak dikenali), Polaman, dan Ralitar (kini: Blitar). Kemudian ia menyeberanri Sunvai Brantas, dan setelah melewati tira buah tempat lari, sampailah ke Kalanr Abrat (munekin seharusnya Kalang Abrit [bahasa Jawa abrit ‘merah'], sekarand disebut Kalanpbret yenp terletak tidak jauh di sebelah barat Tulungagunr) (b, 1071-1079). Kata Polaman berarti ‘kolam ikan' (babasa Jawa ulem ‘ikan'), tetapi kata itu terdapat pula sebagai toponimi (ter- dapat. sebuah desa denvan nama ini dekat Kéndal, sebelah barat Sémarang). Dalam Nag. 17:5c nama Polaman di Daha disebut seba- gai salah satu tempat utama yanr dituju oleh sang raja setelah 33 menrunjunrei tempat suci Palah, Di sini Daha lebih munpkin menunjukkan daerah daripada kota, karena apabila yang di- makeud itu dalah kote, tampaknya akan terlalu jeuh dari Palah, Karena itu, besar kemunrkinan Polaman ini adalah tempat yanq sara seperti yang disebut dalam teks kita ini. Di antara sepuluh tempat di sebelah selatan Gunune Wilis dan Gununr Lawu yanr disebut di sini, tidak sebuah pun yane dapat dikeneli secare pasti. Pasupihan di lerene Cununr Wilts”, (b, 1080-1081) munrkin Késugihan pada sisi barat cunune ini : dan munzkin pula Surihan di sebelah selatan, dekat pantai se- Jatan. Dawu(h)an adaleh sebuah toponimi yang sanrat umum di’ Jawa; dalam Schoel 1931, kurang lebih terdaftar 25 desa dencan nama ini, tetapi tidak satu pun di antaranya berada di sebelah+ selatan Gununp Lawu (b. 1083-1084), Pamaruhan (b. 1093) mung- kin juga Maguwan dekat Wonoiri sekelipun lokasinya kelihatan- nya terlalu jauh ke selatan, Roma adalah sebuah tompat di EE Banyumas, jauh ke arah barat dari Yoryakarta, tetapi di dalam teks kita ini disebut sebelum Bujaneca Manik menyeberangi ; Sungai Wuluyu (kind: Benrawan Solo) (b. 1097-1098), BOBODO Sesudah menyeberanri sungai ini, {a memasuki 1urah Robotio (b, 1099), Terdapat beberana netunjuk bahwa Bobodo (etau Bobodho dalam bahasa Jawa) dehulu adalah sebuah nama daerah yane berdekatan denran daerah Solo/Surakarta sekaranc. De Graaf /Pireaud (1974:208-211) dengan pasti menehubunrken Bobodo dalan teks kita (sambil merujuk kepada Noorduyn, 1968:471) dengan salah: gatu nama raja lerendaris Andayaningrat dari 34 Pénegine yane dalam cerita rakyat disebut jura Jaka Bodho, yang karena itu tidak dapat diartikan ‘jejaka yanr bodoh', meleinkan 'jejaka deri Bobodho'. Berdasarkan legenda-lerenda ini-in adalah kakek Sulten Pajane pada pertenpahan abad ke-16 salah satu namanya ialah Jaka Tinckir ‘Jjejake dari Tinrkir'. Péngrine adalah sebuah desa tidak jauh di sebelah barat Solo, dan Tinrkir jalan desa yone berada dekat Salatire (bandineken Schrieke, 1957:407 menvenai kedua tempat ini dan lemonda- lerenda setemnat). Tetepi apakah Robodo dapat diversamakan dengan kerajaan lerendaris Pénrring, tidak bisa dipastikan, Fragmen yanr sanpat menarik yan¢ diterbitken oleh Brandes (1889:381-405) sebagai sebuah "contoh ramalan-ramalan Jayabaya", dan diberi tanggal olehnya pada akbir abed ke-17, menyebut Bobodho dan apaknya menyamakannye denran Pajanz (yang terletak antara Solo dan Pénpring) di mana fraemen itu menyatakan bahwa setelah jatuhnya Domak ana ratu anggantyani ing lurah Bobodo inggih Sultan Pajang ‘ada raja yanr menprantikan (dia) di dac- rah Bobodho, yaitu Sultan Pajanc' (Brandes, 1889:383). Ketua- an fracmen ini, yene menurut Brandes ditulis dalam pergantian tulisan Jawa Kuno, dinerkuat dencan cara yanr saneat monarik denran pemakaian istilah turah (juea dalam lurah Méndhane Kamulan) yan jelas berarti “daerah", sama seperti dalam teks kita ini, Dalam sebuah versi (selanjutnya) tentany ramalan- ramalan Jayabaye ini, jura diterbitkan oleh Brandes dalam arti- kel yanr sama, istilah 1urah hilang dan Robodho disingkat men- jadi Bodho, tetapi identifikasi yanr sama dipastikan dalam per- hyataan ratune Bodho kukutha araning Pajang ‘raja Bodho berse- mayam di kediaman yanc disebut Pajang’ (Brandes, 1889:410). 35 Nunckin Bobodho telah diranti denran Pajanc sotelah nama yanr disebut terakhir ini kembali menjadi kota terpentinr di daerah ini, seperti halnyn pada zaman Vajanahit. DAEPAF SFBELAP SELATAN GUNUNC MAPAPT Perjalanan Bujancen Manik selanjutnya melalui daerah sebelah selatan Cununr Marani (b. 1101), yane sampai awal abad ke-10 termasuk wilayah utama kerajaan Hindu-Jawa seperti dibuktikan oleh Serbarai neninrralan arkeolori dan enirrafi dari masa itu, i “ilayah terscbut hemnir tidak pernah disebut-sebut lari sej sant itu, sampei munculnya Mataram Islam pada abad ke-16 dan ke-17. Sekalipun daerah itu telah menjadi drerah yan¢ tidak berarti dalam kerejann Jawa pada masa itu, kiranya terlalu cepat untuk menyimpulken bahwa wilayah itu sepenuhnya “diting- ralken, apalari dinyatakan tidak berpenchuni. Toks kita ini memberikan bukti yan~ jeles menrenai nenchunian dan kesinam- bunran pemukiman senenjanc kurane lebih onam abad. Dalam deskrinsi bacian perjalanan ini, disebut seruluh nama tempat, sebuah nama daerah, dan tira buah nama suneai. Sunpai-suncai torsebut seluruhnya davat dikenali, dan karena semuanya menr-alir dari utara ke selatan, sementara arah perja- lanan itu dari timur ke barat, make lokasi-lokasi tersebut de- pat diperkiraken melalui rujukan yane ada pada sunpai-sunpai itu, Suneri-suncai itu ialah Ci-Beranr, Ci-Loh-Parare, dan Ci-Watukura (b. 1109, 2113, 1117). Yang kedun jelas Prara atau Progo (untuk Loh, bandinekan Jawa Kuno dwah'suneai'). Sungai berikutnya, di sebelah barat, sekarang disebut Barawanta (Boro= wonto) berarti 'panreran yanr mulie' (Sanskerta, Jawa Kuno a 36 bhaga ‘terhormat, mulia’'). Tetani tidak jauh dari muara sunrai ini, desa “atukura masih dapat ditemukan, Poerbatjerake adalah (19232:514-516) oranr rertama yang meninjaunya. Tempat itu merupakan sebuah tempat kuno. Raja Balitune (sekitar tahun 900) adalah seoranr panreran (rake) dari Watukura dan berdasar- kan Nit. 77:3a di sana terdapat sebuah biara Budha vada abad ke-1¢, Jedi jelas nama sunrai yanr pertama yang terletak di sebelah timur Provo dan disebut Berane dalam teks kita ini, dapat disamakan denpan Bédhor, anak Sunrai Proro, karena kedua rama itu berarti ‘rolok'. ‘Tempat-tempat yan dilalui oleh Bujanega Manik sampai ke Beran? berturut-turut: Taji, Janawi, Wédi, Sinrapura, dan Maram (b. 1100-1108). Yane Ketice pasti desa "édhi yanc ter- kenal itu terletak tidak jauh di sebelah selatan Klaten. Ini berarti bahwa Taji di sini bukanlah desa yane sama denean desa dekat Prambanan, sebaraimana didura oleh De Graaf /Pireaud (1974:309), yanr merupakan pintu tol sebelah timur di jalan menuju keraton Mataram pada abad ke-17. Apabila datanr dari arah timur, tidak seorans pun akan dapat mencepai Taji sebelun melewati Wédhi, karena yang pertama itu berada di sebelah barat yanp kedua. Kemunrkinan besar Taji dalam teks kita ini ialah sebuah tempat yen terletak tidak jauh di sebelah barat days Solo, dekat Wonosari dan Delancsu. Ini sesuai dengan teks kita yanr hanya menyatakan delam baris berikutnya bahwa perjalanan' itu menyusuri sisi selatan Gunune Marapi dan setelah tempat berikutnya, yaitu Janawi, rute itu berbelok ke arah barat daya. Ini berarti pule bahwa Sunrei Solo diseberansi pada sebuah ten- pat yanr tidak jauh di sebelah selatan Solo sekaranr, dan bahva 37 Janawi berada tidek jauh di sebelah barat Taji ini. Dalam mempelajari wilayah sebelah selatan Cununp Mérapi, sunreuh sangat menarik untuk memperhatikan nama yang kurane lazim "Maram" sebarai bentuk aus "Mataram" walaupun hal ini akan menimbulkan duraan mencenai kekeliruan penyalin kedua dalam baris yanr sama, karena baris ini tetep terdiri dart delepan suku kata. Dalem hal itu, baris tersebut munckin asalnya berbunyi: sadatang (a)ing ka Ma(ta)ram ‘setelah aku sanpai di Mataram’ (b, 1108), Ada kesimpulan yan menarik di sini tentane sebuah kota yane mempunyai arti penting dalan sejarah, yanr munrkin terletak tidak jauh di sebelah tenrrara Yoryekarta sekaranr, di daerah yan~ dalam abad ke-17 keraton raja-raja Islam Mataram berturut-turut terletak di’ sebuah kota yanr selanjutnya disebut "ibu kota kerajaan Mataram" (De Graaf, 1956:204,265). Nama itu diketahui dari abad ke-8 ketika Raja Sanjaye menjadi Panroran (rake) dari Metaram, untuk abad-abad berikutnya, ketike Keraton berada di bhimi Mataram, den dart abad-abad ke-14 dan ke-15 ketika beberapa anrrota keluara is~ tana Majapahit disebut para Pangeren (bhatara) dari Mataram, Scbuah tempat yanr disebut Sincapura tidak dapat diketabui agi di daerah ini, tetapi bordasarkan teks kita ini tempat itu mesti berada kurang lebih antara Wédhi dan Ma(ta)ram. Nama ind munckin sekali nama kota ysne diambil oleh Ratu Sing(b)apura dari abad ke-15 seberai velarnyn (Noorduyn, 1978:211, 219, 224, 231). Nama itu juga terdapat dalam dua piaram pada aral abad ke-10 sebarai tempat asal (wanua Singhapura watak Halu 'desa Sinphapura di dacrah Helu') tira oranc pejabat yanr berbede. Kedua piacam itu, Panrrumulan A (tahun 902) dan Poh (tahun 905), menjelaskan tentanr dana harta (milik) bebas di Jawa Tengah, sebuah di antaranya ialah harta (milik) bebas Poh yang jelas terletak tidak jauh dari Prambanan, dekat Randusari, di mana lempenran tembara yanr beriei piagam itu ditemuken (Bosch, 1926:42; Stutterheim, 1940:5, 14; Damais, 1970:540). Ini merupakan sebuah fakta lain sebarai bukti kesinambunran venrhunian Jawa Tenrah senanjane lebih kuranr enam abad Setelah menyeberani Berane (= Rédhor), Pujanera Manik sunrai beri- memasuki Iurah Pacuhan, dan sebelun menyeberans kutnye, Proto, in melewati dulu Kahurinan dan Rabut Reser (b, 1110-1113), Nama Paruhen mencinrathan kita vada anrrota- ancgota istana Majapahit yanr bernama Panreran-panceran dari Paruhan, Ada kemunekinan bahwa relar mereka berasal dari nama daerah yanr disobut dalam teks kita ini sekalipun terdapat beberapn desa yanr disebut Paruwan di daecrah-daerah leinnya di Jawa, Antara Sunpai Proco dan Watukura (= Borowonto), Bujanera Manik meleweti tempat-tempat Pahit, Taal Pérat, dan Kulisi, tidak satu pun yane dapat dikenali (b. 1114-1116). MENUJU SAGARA ANAKAN DAN PANANJUNG Setelah menyeberanri “atukurs, ia sampai ke Pokuwukan, kini desa fuwukan di luar Purwodadi sebelah barat di Rorowonto, tidak jauh dari pantai selatan. Setelnh melempaui delanan tempat lninnya, sampailah is ke Tambanran 'tambanran' tempat ia menyeberanri Ci-Lohku (b, 1118-1126). Sunrai ini sekaranr disebut Lukulo, menralir melalui Kebumen. Munckin nama asal- nya Loh Kula. 39 Kemudian selara menrikuti perjalanan panjan¢ sampai Ci- Sarayu (kini: Sérayu) hanya tiga nama yang disebut (b. 1127- 2191), yaitu Gunung, Senkuan, yane munpkin jalah puncak Karans Bolong, satu-satunya cununt yang berada dekat pantai di daerab ini, Dipala (kini: Adipala), dan Sawanran dekat muara Sarayu. Sawanran merupakan tononimi yane sanvat umum, Sebuah desa denran nama ini terletak arak jauh ke hulu, tetapi tidak ada yane dekat dencan muara. Nama tempat berikutnya ialah Mandala Ayah, sekalinpun sekaranr nama temnat ini terletek jauh ke arah timur. Kemudian Bujanzra Manik menyusuri bukit-bukit itu dan me- lewati tujuh tempat lainnya, di antaranya Dona Kalicung yane (b. 1140) menpingatkan kita pada Sungai Donan dekat Cilacap. Setelah itu, ia menyeberangi Sagaranak(an) (b. 1142), yaitu teluk lebar Sapara Anakan, dari lautan terhalanr oleh Pulau Nusa Kambanpan. Di seberang Sapara Anakan, Bujangea Yanik sampai ke Bakur (tidak dikonali) di muara Ci-Tanduyan (kini: Ci-Tanduy) (b. 1146-1147). Kemudian ia sampai ke Cim&dane (tidak dikenali; sebuah sungni denran nama ini terletak lebih ke arah barat), nenyeberanci Ci-Kutraningzan (kini, dan mun-kin lebih baik: Ci-Putrapinewan, karena nama itu disebut pula dalam peta Ciela; bandinekan De Haan 1912:72) dan sampai ke Pananjune, berseberanran denzan pulau (nusa) Nuluheun (b. 1149-1152). Pananjung edalah sebuah desa berdekatan dengan kota yanr lebih terkenal Panrandaran, tidak jouh dari arah timur Ci- Putrapinggan yang mengalir ke laut. Kedua tempat itu terletak dekat pintu masuk sebuah tanjung kecil, juga disebut Pananjung. 40 (bandinekan tanjung ‘tanjune') yan¢ sekarang merupakan carer alam. Yunrkin “uluheun (wuluh, sejenis bambu) merupakan nama sal tanjunc ini, yanz dibubunekan dencan daratan denen sebuch tanah rentine yanc rendah dan sempit, munckin asalnya adalah sebuah pulau kecil i scberanr pantai. Cukup nencherankan bahwa nama puleu ini persis sama dencan salah satu daerah keagamaan Siwa yane terdafter dalam Nacerakrt&cama, yaitu Wuluhen (Nae. 76:2c), letak temnat itu belum diketahui. Kemunr- kinan bahwe salah satu atau lebih dari wilayah kearanaan kera~ jean Majapahit ini terletak amat jauh menjorok ke Jawa barian barat, belum pernah terpikirken, tetapi kiranya tidak cukup alasan untuk menoleknya. PUJUNG GALUH, GEGER GADUNG, SAUNG GALAH, DAN MANDALA PUNTANG Bujangra Manik kemudian menyeberanri Ci-"ulan (kini Ci- Kémbulan, tidak jauh di sebelah barat Pananjune; sebush suncai Inin yane sckaranr masib disebut Ci-Wulan terletak lebih jauk ke arah barat) dan menderat (banat) di muara (muhara) Suneai Ci-Loh-nlit dekat Pasukétan (b. 1153-1155), Nama yanm terakhir ini ialah nama sebueh desa kecil tepat di sebelah selatan ibu kota daerah Cijulanr dekat kuala Sunni Ci-Julenr, yane jure tempat monralirnya sunrai kecil Ci-Alit. Pomakaian kata befiee kiranya memberi petunjuk bahwa bagian terakhir perjalanan ini melalui laut, yaitu menparah ke selatan sepanjanc pantai, scke- Lipun tidak ada alasan yenr jelas mencapa tidak melalui jalan daret. Dari sini, dalam menuju ke arah selatan, melowati dua bush gunung yang tidak dikenali lari, yaitu Condong dan Parasi, 31 . disebut terakhir ini ialah nama asal Kompleks candi yang ter- besar di Jawa Timur, kind dikenal sebarai Candhi Panataran. Rabut Pasajen, diperkirakan berdasarkan arti nama itu, ‘tempat suci (rabut) untuk sajen (saji)', jue morupakan sebueh tempat suci. Sedangkan hulu (harfiah .'kepale') tempat suci Palah munrkin merupakan bagian utema ateu nusat administratif yanr / berada lebih tingei ke arah Gununz. Dalam beberapa baris, teks kita menyajikan sebuah deskripsi impresif mencenai tempat suci Palah sebarai tempat kobaktian paling utama bari orang Jawa di kerajaan Najapabit. Mereka berbondong-bondong datang ke tempat ini dari kota atau kota~ kota: ... Rabut Palab, se. Rabut Palahy kabuyutan Majapahit, keramat Majapahit, nu disémbah ku na Jawa. yang dipuja oleh oranz Jawa. Datang nu puja neaficana, datanrlah yan memuja, bersaji emas nu Hémbah hanteu pératna, yan memuja tiada hentinya, nu neidéran ti narara. yane berdatanran dari nezeri. (b. 1057-1059, 1068-1079) Tetapi dari teks ini, kita ketabui babwa Palah, di sampine sebarai tempat keramat dan sebarai pusat kebaktian rakyat, juca pusat berruru dan belajar, Kedatanran Pujanera Manik Kembali ke Rabut Palah setelah kunjunran terdahulu pada masa ia berruru (>, 172), bukanlah dengan tujuan untuk ikut sorta dalam kebak- tian umum di sana, melainkan untuk memperkaya pengetahuannya, Ta memperfunakan waktunya di.Palah dengan membaca karya-karya sastra dan perundanr-undangan dalam bahasa Jawa (Aing bisa carek gawa ' Aku bisa berbahasa Jawa’, b. 1063). Dua buah judul 42 gégér yene sokarane berarti antara lain, "perununcan, barisan s Carita Parahyancan disamakan, sewak— runune", tetari dalam tel tu menerenrkan name Corér Cadunr, den-an heuleut 'selanr, antara’, vane akhirnya sama denenr séla. Dari sana Bujanrva vanik samnai Ke faune Galah (b. 1165- 1167), Ini seburh drereh vane terleta di sebelsh utara Cégér Cadun, senerti diberital:an dolar teks Carita Parahynnran yanc disebut tndi. Karena itu, munckin dapat disamakan denran Sune Vatane atau Saune Catanr yan berdasarkan data De Haan (1912:86) adainh sebuah tempat dekat dengan Manrunreja di tepi selatan Suncai Ci-Yulan, di mena sungai ini membujur ke barat- timur sebelum berbelok ke seletan, yaitu topat di sebelah uta- ra daerah yane dikenal scbacai Gérér Cadunc atau Séla Gadunr Lalu sekali lari, kita bertem denran verubahan sebarian nama yaitu pencrantian gatah denran keta yanr hampir sinonim wateng, keduanya menunjukkan séjenis ralph Jelas bahwa Bujencra "anik melewati Saunp Calnh dalam ner- jnlanan menuju ke barat karona setelah melowati (Cununr) Caluns- eunc, (Cunune?) Penerarancan, Pada Rounchar (tidak dikeneli) tetani jura disebut dalam teks Carita Parahyanean, terletak di batas selatan Saunr Calah) dan dua tempat lain, ia sarmai ke Gunune (bukit) Cikuray, sebuah rununr besar di sebelah selatan Kote Garut sekaranr (b. 1163-1173), Panerarangan munrkin nana salah satu puncak yanr lebih rendah dari kompleks Gununr Galunr- une karena sebuah suncai yanr disebut Ci-Pangraranvan lanrsunc mengalir ke arah barat dari puncak utama, lalu menralir ke arah selatan dan bermiara di Sunaai Ci-Wulan. Turun dari Gunune Cikuray, Bujaneea Manik sempai ke Mandala 43 Puntane dan kemudian naik ice puneal Cunun> Panandayan (b. 1174~ 1176). Menurut teks Carita Parahyangan, Mandala Puntany adalah sebuah daorah yane dibatasi di sebelah utara oleh Cunune Kalahedone (leini: Kaledon”) dan Yanuman (yaitu Haruman), di sebelah timur oleh Sunrai Ci-Harus (nara lain untuk Suneat ci-Manuk?), dan di sobelah barat oleh Pakujane (Cunune Guntur?) dan Cunune Mandalawaned. Jadi, kira-kira berbatasan dencan dateran Loles, sebelah utara Carut, meski ada Korunrkinan ne- luas lebih jauh ke arah selatan. Dari Gununr Panandayan, Bujanree “enik terus maju ke Gunune Sé(m)bune, yane diteranrken seberei sumber (hulu) Su- avai Ci-Tarum (b. 1280-1281), dan karens itu munckin sekali salah satu puncak kedua Gununr Malabar. Dari situ mula-mula in perri ke arah barat laut (b, 1390) dan kemudian ke arah barat (b, 1338), melewati beberapa buah runune, tempat dan daerah, dan menyeberanri sejumlah sungai, di antaranya hanya Ci-Hee dan Ci-Sokan (b, 1344-1945) yane masih dikenali namanya, sampai akhirnya ie tiba ¢i Bronan dan Bukit feunr (b. 1949- 1351), yaitu daerah dekat Puncak temnat ia memasuki daerah Pakvan, serta tempat ia remulai rerjalanan ranjanr itu. KESINPULAN Denran adanya uraian di atas meka perhatian kita sementara ter- pusat pada detail toporrafi dalam deskrinsi nerjalanan Bujancge Manik menjelajahi Jawa, maka pencujian ini dalam toporrafi ke- sejarahan jura memperjelas beberapa fakta menrenai keadaan yanc lebih umum. 44 Keadaan bahwa data toporrafi ini dalam teks kita tidak dinyatakan dalam detail-detail yane terpisah, melainkan bersar— bune dalam sebuah urutan berupa titik-titik jalan yanr dile~ watt, memberikan termat-termat itu ukuran tambahan yane amat dinerlukan bari idontifikasi termat-temnat itu pada neta Pulau Jaws, Sebsliknya, identifitest ini teleh menantankan kite bahva rute vane ieaparkan itu terjadi senerti itu dan diketa~ bud @i Jaws anda abad e-15, denrar cere vane sama severti sistem jolon antar dnerah di Jawa nada abet ko-17 den be-1® yan telah diticarakan oleh Van Milnan (1949) den Schrieke (1957:105-111) berdasarkan sumber-surber zaman itu. Perbedasn- nya islah bahwe Pujancee Manik berkelana seoranr diri dan de~ neon tujuan tersendiri pula, runckin tidak hanya rencrunakan jalan antara deerah yen biasa untuk sebacien nerjalanannya, tetapi jura Laganr-kadane berjalan kaki nenuju terpat-termat keavaraan yan~ inwin dikunjuncinys schinees cata tonovrafi yan~ disajikan venulisnya munckin tidak selalu rencranbarkan jeriny— an jalan utara van~ ade nade nese itu. ‘Tuiuen utana perjalenannye runrkin sula renberi sebacian fawaban ates pertanyaan van~ ielas tentnn~ menmana daftar nana- nama tempat yan tarmaknes renjerukan ity dfencrap evius nentine uatu! Ainesukkan Fe dalar sebush kerye sastra ¢alan bentur nuisi, untul: dibace ¢an disslin. Tenntnva, nanjanmnya dan terrerinci- nya daftar tonorra‘s ini renenjukran behwr hel itu reruneken un- sur yanr amat nentin~ delem cerita itu. Semus itu runrkin @imaksudkan sebacai randuan bari setiar perbaca yanr berkeinzin— an meneikuti jejak pahlowan cerita itu dencan jalan monrunjunri pusat-puset Kescamaan di Jawa Tenrah den Timur, seperti tempat | | | | 45 sucd Palah, Kurane lenzkapnya segala keterangan tambahan me- neenai tempat ern dacrah—dnerah yan disebut,: memberi kesan bahwa aspek utema adnleh rute sebarad jalan untuk mencapai tujuan terakhir. ‘Totari don-an melihat bahwa tempat-tempat Kearamaan nun daar beborana bal tidak secara eksnlesit di- nyatekan dalnn teks ini, hol itu kiranya mempunyai rakna Inin. Bujanera Manik, pertopa yan~ cendekin yane telah meningal- kan keduniawian dan macalab-masalehnya, dikisahkan dalam cerita itu sebsrai seseoranr yanr berkelana menjelajahi Jawn scakan-akan melalui sebunh nereri tak berpenrhuni, sebnrai seo-~ rang pertane kelana yan~ sojati. Meskipun ternat-tempat yane disebut menunjukkan adanya berbarai macam penduduk, dala cerita itu hampir in tidak pernah bertemu dencan orang lain dan tidak pernah berbicera kepada seoran pun, Sebuah adegan panjil, yane berlanesunr Ketike ia baru saja memulai keberane— katannya pada perjolanannya yene pertama, diceritakan sebarai berikut: Seok na janma nu harek: Ramai oranr yare borkata: Tohnan nv dek ka mana? "Sane Panroran, bendak ke mana? Pana, sinarieun tevine Tidak, severti biasanya teka leu(m)nane sosoranvan?" berjalan sendirian?” Ditade ha(n)tou deck Raur. Walau ditanya, tak hendak menjawab. (b. 37-41) Menrabdi kepada kehidupan bertapa berarti meningralkan dunia untuk mencanai tinrkat yanr setinrri munckin, termasuk sedapat— dapatnya menvasinekan diri dari oranr lain, sekalipun dalam perjalanan menyusuri dunia, Hal ini tempaknya merupakan amanat tersirat dalam deskripsi perjalanan Bujanrra Manik itu. Hal 6 seperti itu merupakan sebuah amanat yanr ditujukan bari ka- lanfan pembsca tertentu, untuk itulah pasti nenearan~ menyaji- kan ceritany:, oranr-oranc yane bersimpati kepada pahlawan cerita itu dan incin nenrikuti jejeknya -- kalancon nertana/ pendeta di linckunran oranr Sunda serte para peneikutny Dari seri ini, cerita ini termasur to dalam katerori snstra kearamaan dan nasti berasal deri linekuncan apara, sekalipun cerite itu tidak lanesunr berisi penajaran tentanr suatu topik Keavamaan tertentu, dan dalam hal ini jelas berbeda denran corita-cerita Jawa terkenal mencenai mistik-mistik perjalanen. Pokok umum lainnya menrenai situasi volitik dan budaya di Jawa pada abad ke-15. Sekalipun teke kita ini bukan teks sejarah dalem makna yanr dapat kita terima tentane istilah itu, tetapi teks itu muncul di tenrah dunia Jawa yane sebenarnya pada nasa nenrarancnya, dan jelas tidak denran maksud menyan- paikan berite kenadn kita, misalnye, bahwa Iajapnhit sebavni ponerintahan Jawr tidak hanye melinuti Jawn Timur, tetari jura mencakup seluruh Jara Tenesh sampai berteru hatas denvan dae- rah Sunda -- yane tide! termasuk Fe dalar wilayah itu. Breian teneah Pulau Jawa ini, yanr tidsk bisa diporoleh cari sumber- sumber lnin dari mesa ini, jelas meruraken daerah padat pendu- | duk seperti halnya daerah-daerah lainnya, Seluruh pulau jelas dapat dijelajabhi tanpa kesuliten. Kehidupan arama berlenrsunr dalam cara lame yan¢ sudah mapan di seluruh pulau, serta pusat- pusat perruruan arama di Jawa barian teneah dan barian timur masih menjadi perhatian dacrah-daerah lain, seperti misalnye daerah Sunda. Dalam hal ini, teks kita ini sepenubnya nemper- kuat kesimpulan-kesinpulan yanr telah dibuat sebelumnya a7 (Noorduyn, 1978:255-25€; Robson, 1979:317-318) dari berbarai sumber lnin mengenai situasi politik dan budaya Vajapahit yanr masih jaya nada abad ke-15. CATATAN 1, Saya sanrat berterime kesih kepada Dr.B. Nothofer atas bantuannya dalar menpenali beberapa tempat di Jawa Tengah barian utara dan selatan ketika menrunjunri daereh-deerah int. Apabila bentuk nama Sunda kuno ini mencerminkan ucanan bahasa Jnwn, dan Dhihyane berubsh menjadi Dhienp melalui Phihenr, hai itu merupakan bukti ndanye keteraturan relatif menrensi perubahan dua bunyi dalam sejarah babasa Java, karena hal itu menunjukkan bahwa porubahan -va menjadi (mengikuti sebuah konsoman) lebih dulu terjadi daripsda luluhnya bunyi -h-. 3. Nama gunune ini diterangkan oleh Gonde (1973:345) berasal dari bahasa Sanskerta supdare ‘indah', yane tampaknya ku- rane teoat dalam pendanman yang berasal dari bentuk yang lebih tua sueundkara seporti diteranekan oleh Kern (1889: 289) sebarai susu-n-rara ‘susu radis’. 4. Kata umalung, diberikan oleh Cohon Stuart mula-mula seba- wai kata [nif untuk damatuac (1972:279) den tira tahun kemudian sebacxi satussatunya (1875296), serta yane kemu- dian dipetik oleh De Casnaris (1975:94), harus dinandane sebarai kekelirunn, Karena huruf nertama kate ini nersis sama denean huruf venr mendabuluinys (da asian hadi) dan jelas berbedr enean inisial v dalam kata berikutnya, urip (bandinckan De Casvaris 1975, Plate X). Pembregan | yang sana uraluno dalem inskripsi Kuti, lanesunr menrikuti ‘Marani" (Cohen Stuart 1275:9, Inskrinsi II plaar Sb) benar seperti itu, tetapi harus dipandanr sebagai kekeliruan tulic untuk damelung dalem selinan yonr tidak sutentik dari lempenjan tembaga ini. Aksara untuk da dan u bentuknya se- rupa, sehinrra keduanya serine membinrunckan, seperti di- 1 nyatakan oleh Poerbatjarak: (1933b;16) denran rujukan pda kasus Damalung/Umalunr. Pendapat Krom menrenai hal ini te- lah diumumkan oleh Rouffaer (1918:149) berdasarkan prada komunikasi perseorangan, di mana Krom menunjuk kepada Brandes (1913:266). REFERENSI Berg, C.C. 1927 ‘be middel javaansche historische traditie. Santpoort. 1929 Kidung Pamaticangah, critisch uitgegeven. Santpoort. 1954 'Bijdragen tot de kennis der Panji-verhalen', 2x1 110: 189-216 1977 'Kumbayana's reis naar Jalatunda', SKI 133:387-419, Berkum, J.R. van 1941 ‘Hoe Semarang ontstond', in; Semarang els industrice commerciee! en culturee] centrum. Semaranc. Bleeker, P. 1949 ''nijdragen tot de kennis van het eiland Madoera', Indisch Archief 1:256-317. 1850 'Fragmenten eener reis over Java', Tijdschrift Neder~ dandsch Indié 12,I+1-50. Bosch, F.D.R. 1926 ‘De oorkonde van Kembano Aroem', oudheidkundig verslag 1925:41-49, Brandes, J.L.A. 1889 ‘Tets over een oudere Dipaneaara in verband met een prototype van de voorsvelling van Jayabaya', 736 32: 368-430. 1913 Oud-Javaansche Oorkonden. Nagelaten transcripties uit- gegeven door N.J. Krom. VSG 60. 1920 Pararaton (Ken Arok) of het boek der koningen van Tumapel en van Majapahit. 2de druk door N.J. Krom. VEG 62. casparis, J.G. de 1875 Indonesian Palaeography, a History of Writing in Indoz nesia from the Beginning toc. A.D, 1500, Leiden/KSIn. Cohen Stuart, A.B. 1872 'Inscriptie op een steen in 's Rijks Museum van Oud- heden te Leiden, gemerkt I, a, 51’, Bxr IIT,7:27 -204. 1875 Kawi cerkonden. Inleiding en transcriptie. Kawi oor konden in facsimile. Leiden. Dam, H. ten 1957 ‘Verkenninecn rondom Padjadjaran’, Indonesi€ 10:290-310. Damais, L.C. 1970 Répertoire onomastigue de l'epigraphie javanaise (jusqu'a Pu Sindok Téanawikrama Dharmmotonqadewa). PEFRO 66. Paris Danasasmita, S 1979 Lokesi "Gerbang Pakuan" & rekonstruksi bates-batas Kota Pakuan berdasarkan laporan perjalanan Abraham van Riebeeck dan okspedisi VOC lainnys (1687-1709), Bandung. Domis, H.J. 1825 'Salatiga, Merbaboe en de zeven tempels", vec 10:107- 130, 49 cong Kasaroeng, een aythologisch verhaal uit . VRI 9. 's-Gravenhage, Priederich, R.T. 1870 spree ge omaeving van het Oengaran-gebergte', 2G 19: -520. Gaal, J.3.B., en T. Roorda 1857 Hot boek Adji-Sdka, oude fabelachtige gezchiedenis van Java .... Amsterdam. Gonda, J. 1833 'Aqastyaparva, cen Oud-Javaansch proza-goschrift’, sxr 90:329-490. 1948 'agastyaparva, vortaljna', AKI 94:223-295, 1973 senskrit in Indonesia*, Wew Delhi. Graaf, Bud, de (ed,) 1956 be vijf gezantschappen van RL jklof van Goons naar het hof van Matar. *s-Gravenhaae. 1958 De regering van Sultan Agung, 1645. VRI 23, 's-Gravenhace. Graaf, H.J. de, en Th.G.Th, Piceaud 1974 De eerste Noslimse vorstendommen op Java. VEI 69. ‘'s~Gravenhage Haan, F.de 1912 Priangan. De Preanger-Regentschappen onder het Neder- Jandsch bestuur cot 1811. Vol. 3. Batavia. Holle, K.F. 1877 'De kaart van TJi8la of Timbanganten', Tac 24:168-176, Sunghubn, F.¥. 1853-1854 jJave, zijn gedeante, zijn plantentooi en inwendige bouw?, 4 vols. 's-Gravenhage. , P.H, van der 1835 'De Adji Saka-lecende over het ontstaan der zoutwellen in de afdeelinag Grobocan', rac 38:274-282. Kern, H. 1889 'Regelen yan klankverbindina in 't Oudjavaansch', sKr 38:287-312 (Verspreide Geschriften 1X:3-25) Krom, N.J. 1914 ‘Hot heiliedom te Palah', rac 56:233-237. 1923 Inleiding tot de Hindoe-Javaansche kunst. 3 vols. “s-Cravenhage. z 1931 windoc-Javaansche geschiedenis’. 's-Cravenhaac. rst van Mataran 1623- Milaan, P.W. van 1942) 'Beschouwingen over het 17e ccuwse Mataramse wegennet', Sociaal Geographische Mededeelingen 4:205-239. Nagarakrtaqama, see Pigeaud 1960-1963. Noorduyn, J. 1968 ‘Further Topographical Notes on the Ferry Charter of 1358, BKI 124:¢60-481. 1978 ‘Majapahit in the Fifteenth Century’, sxr 134:207-274 50 Orsoy de Flines, £.w. 1949 'Hasin -- Medana -- Kuwu -= Lang-piya', rac 83:424- 429. Pigeaud, Th.¢.Th. 1924 be Tantu Panggélaran uitgegeven, vertaald on toegelicht, 's-Gravenhaac. 1960-1963 Java in the 14th century. 5 vols. The Haque. 1967-1970 Literature of Java. 4 Vols. The Hague. Pigeaud, Th.¢.Th., and H.J. de Graaf 1976 Islamic States in Jeva 1500-1700. VKI 70. The Haque. Pleyte, C.if, 1911 "Het jaartal op den Batoe-toelis nabij Buitenzorg', TBC 53:155-229. Poerbatjaraka, R.Na. 1933a 'Enkele oude plaatsnamen!, Ta¢ 73:514-520. 1933b Het Oud-Javaansche Niticastra. BJ 4. Bandoeng. 1940 Pandji-verhalen onderling vergejeken, BJ 9, Batavia. Raffles, 7.8. 1817 The History of Java, 2 Vols. London. Ricklefs, M.C., and P. Voorhoeve 1977 Indonesian Manuscripts in Great Britain. Oxford. Robson, S. 3979 ‘Notes on the Early Kidung Literature’, axr 135:300-322. Romondt, V.R. van 1951 Peninggalan-peninggalan purbakala di Gunung Penanggungan Publikasi Dinas Purbakala Republik Indonesia. Roo de la Faille, P. 1895 Preangerschetsen, Batavia. Rouffeer, G.P. 1918 ‘oudheiékundige opmerkingon', axr 74:138-166, Rouffaer, G.P., en J.W. IJzerman 1925 De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indié II. 's-Gravenhage, Schoel, W.F. 1931 Alvhabetisch register van de administratieve- (bestuurs-) en adatrechtokijke indeeling van Nederlandsch tndié. Deel I: Java en Madoera, Batavia. Schrieke, B, “4 1957 Indonesian studies Tr. Ruler and Realm in Early Java. The Haque and Bandung. Stein Callenfels, P.V. van, en L. van Vuuren 1924 'Bijdrage tot de topographie van de Residentie Soera- baia in de l4de eeuw', rkwag 41:67-81, stohr, E. 1874 Die Provinz Banjuwangi in Ost-Java mit der vulkan- gruppe Idjen-Raun. Reiseskizzen. Abhandl. der Senckenb, naturf. Gesellschaft Band IX. rr 51 : Stutterheim, W.F. = 1925 ‘Ben oorkonde op koper uit.het Singasarische', rac 65:298-281 1940 ‘Oorkonde van Balitung uit 905 A.D. (Randoesari I)', Inseripties van Nederiandsch-Indié 1:3-28. Tjondro Negoro, R.A, 1884 'Beschrijving van het District Salem en in het bijzonder van het gehucht Goenoeng Segara, met eon naschrift van K.F.Holle', 736 29:509-525, Tuuk, H.N, van der 1875 ‘Geschiedenis der Pandawa's, naar een Maleisch hand- schrift van de Royal Asiatic Society’, rs¢ 2111-90. veth, P.J. 1862 Java, geographisch, ethnologisch, historisch III. Haarlem, Zollinger, H. 1846" ‘Bijdragen tot de kennis van de geberate-systemen in Oostelijk Java', twz 8,1:125-190. 1857 'Iets over cen Goenoeng Baloeran in Oost=Java, Natuurkundig Tijdschrift voor Nederlandsch-rndie 13+ . 269-273. : . agt-84 41 Bujangra Hanik sampai ke Hujung Galuh (b, 1158-1161). Nama ini mencincatkan pada pemerintahan atau kerajaan Galuh yanp di- sebut dari lerenda, mulainya sejarah Sunda yane paling awal, terletak di barian tenevars wilayah Sunda ini, nama itu jupa terdapat dalam bacian kedua teks sejarah Sunda kuno Carita Parahyancan. Di sini penranrkatan seoranr: Prebu Bujunr Galuh dicatat oleh dan atas nama Maharaja Pakuan (tidak diterbitkan; bandinekan Pleyte, 1911:172). Galuh adalah sebuah daerah yanc hampir meliputi kabupaten Ciamis sekaranr (bandinnkan De Baan, 1912:68), secara earis besar terletak antara Sunpai Ci-Tanduy di sebelah timur dan Ci-lédanp di sebeleh barat, dan Rujung Ga- lub munrkin ibu kotanya. Dengan memperhatikan rute perjalanan Bujangra Manik, kota itu munckin sekali berada di pantal sela- tan atau di dekatnya, tidak jauh di sebelah timur Ci-Médang. Berikutnya Bujaneca lanik melewati Gérér Gadung setelah menyeberanci Sunrai Ci-Yulan dan selanjutnya ke arah barat laut (b. 1162-1164), Dalam teks Carita Parahyancan yanr disebut di atas, Gée&r Gadune jura disebut sebagai nama salah satu daerah yang bupatinya (dalam hal ini celar Batara) dianrkat oleh Maha- raja Pakuan, Dalam teks ini bates di sebeleh barat ialah Su- neai Ci-Langle(yanr). Batasnya di sebelah timur tidak disobut tetapi harusnya berbatasan denzan batas sebelah barat Galunr- gunz, daerah yanr baru saja disebut -- yanr terletak di sebelah timur -- C&pér Gadun, yaitu Suneai Ci-Mulan. arena itu, Géeér Gadung ini adalah daerah yanr sama denran daerah pada abad ke-17 yang dikenal sebagai Séle Gadune, terlotak antara Sungai Ci-Lanela dan Ci-Wulan (De Baan, 1912:109). Perubahan sebagian nama itu dapat diterangkan denran perubahan arti kata

Anda mungkin juga menyukai