Anda di halaman 1dari 19

Panca Sembah / Kramaning Sembah

Panca Sembah / Kramaning Sembah - Naah.. kemarin kan sudah ngepost tentang mantram
Puja Trisandya, sekarang aku mau nulis mantram Panca Sembah atau sering juga disebut
Kramaning Sembah. Tapi ini Panca Sembah yang untuk umum, kalo yg untuk pemangku belajar
sendiri aja yaa :O. Oke, langsung aja daripada kita berlama-lama lebih baik crokodot aja gan..
1. Sembah Puyung (Tanpa Sarana)
Cakupkan tangan kosong dengan pikiran terpusat dan ucapkan mantra :
Om atma tattwatma suddhamam swaha
Artinya : Ya Tuhan, atma atau jiwa kebenaran, bersihkanlah hamba.
2. Sembah Kepada Hyang Surya / Siwa Aditya (Menggunakan Bunga)
Om Adityasya param jyoti
rakta tejo namo'stute
sweta pankaja madyastha
bhaskaraya namo'stute
Artinya : Ya Tuhan, Sinar Sang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja
Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang
menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembah Kepada Istadewata (Menggunakan Bunga)
Om namo dewaya adisthanaya
sarwa wyapi wai siwaya
padmasana eka pratisthaya
ardhanaeswaryai namo namah
Artinya : Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur., kepada Hyang
Siwa yang berada dimana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga
teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaeswari hamba memuja.
4. Sembah Memohon Anugrah (Menggunakan Bunga / Kwangen)
Om anugraha manoharam
dewa datta nugrahaka
arcanam sarwa pujanam
namah sarwa nugrahaka
Dewa-dewi mahasiddhi
yajnanga nirmalatmaka
laksmi siddhisca dirghayuh
nirwigna sukha wrddisca
Artinya : Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata,
pujaan segala pujaan, hamba memuja-Mu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian para
Dewa-Dewi berwujud kesucian, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan
kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5. Matur Suksma (Tanpa Sarana)

Om Dewa suksma parama cintyaya namah swaha.


Om Santih Santih Santih Om
Artinya : Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tak terpikirkan, maha mulya dan maha
gaib. Ya Tuhan, anugrahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai Ya Tuhan.
Yup, semoga mantra Panca Sembah ini bisa memmbantu anda mendekatkan diri kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi anda yang memerlukannya.
Jangan lupa baca juga artikel tentang mantram Puja Trisandya. Sekian postinganku kali ini.
Terimakasih ;)
Anda menyukai artikel ini?
Ditulis Oleh : Dwi Pratama - Menjadi Lebih Baik
Link sumber : href="http://kangeryu.blogspot.com/2013/04/panca-sembah-kramaning-sembah.html"
target="_blank">Panca Sembah / Kramaning Sembah</a>Mantra-Mantra Sebelum Sembahyang

Mantra-Mantra Sebelum Sembahyang - Bagi sobat-sobat yang ingin tahu lebih banyak
tentang doa-doa Hindu yang lainnya silahkan klik saja Kumpulan Doa Sehari-hari Agama Hindu.
Semoga bisa bermanfaat bagi sobat-sobat semuanya. Langsung saja disimak doa-doanya.. :D
Doa Membersihkan Muka :
"Om Cam camani ya namah swaha
Om wakta parisudhaya namah swaha"
(Ya Tuhan, hamba memuja-Mu, semoga muka hamba menjadi bersih)
Doa Menggosok Gigi :
"Om raphat astraya namah
Om Sri Dewi Bhatrisma Yogini namah"
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatara Yogini, semoga bersihlah gigi hamba)
Doa Berkumur :
"Om Ang waktra parisudhamam swaha"
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba)
Doa Membersihkan Kaki :
"Om Am kham khasolkhaya iswaraya namah swaha"
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba)
Doa Mandi :
"Om Gangga amrta sarira sudhamam swaha
Om Sarira parisudhamam swaha"
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi
bersih dan suci)
Doa Mengenakan Pakaian :
"Om tam Mahadewaya namah swaha

Om bhusanam sarirabhyo parisudhamam swaha"


(Tuhan dalam perwujudan-Mu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha Agung, hamba sujud
kepada-Mu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci)
Demikianlah mantra-mantra yang digunakan sebelum kita melaksanakan persembahyangan.
Semoga artikel ini membantu sobat-sobat semua yang ingin mendekatkan diri kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Suksma.. :y
Anda menyukai artikel ini?

TUNTUNAN SEMBAHYANG

Pndt. Shri Dharma P. (I Wayan Sudarma)


I. PENDAHULUAN
Dalam ajaran agama Hindu disebutkan bahwa tujuan hidup manusia
adalah untuk memperoleh kebahagiaan hidup lahir bathin (Moksartaham
Jagadhita). Tujuan hidup ini diperoleh melalui usaha dan kerja keras yang
dilandasi oleh Sraddha (keyakinan/keimanan) dan (ketakwaan/bhakti
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasa).
Ada enam unsur Sraddha yang dapat memberikan keseimbangan hidup di
dunia, yakni: pertama, Satya yang merupakan unsur kebenaran dan kejujuran
menjadi sifat dan hakekat Tuhan; kedua, Rta merupakan hukum Tuhan yang
Bersifat abadi; ketiga, Diksa sebagai alat untuk sampai pada tingkat kesucian
diri; keempat, Tapa sebagai upaya mensucikan diri lahir bathin; kelima,
Brahma merupakan sthava atau doa pujian untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan; keenam, Yaja yakni korban suci yang dilaksanakan dengan tulus
ikhlas.
Salah satu wujud pengamalan Sraddha dalam kehidupan sehari-hari
adalah melalui pelaksanaan persembahyangan Panca Yaja.
II. KETENTUAN UMUM PERSEMBAHYANGAN
1. Makna dan Tujuan Sembahyang

a. Untuk menghormati dan mengagungkan kebesaran sifat Tuhan Yang


Maha Esa, selaku pencipta dan penguasa alam semesta.
b. Sebagai pengakuan diri bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk
yang sangat lemah.
c. Sebagai permohonan maaf dan pengampunan atas segala dosa yang
pernah dilakukan dalam hidupnya.
d. Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas segala waranugrahaNya.

e. Memohon perlindungan-Nya agar dijauhkan dari segala bahaya maupun


cobaan hidup.
f. Menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.
2. Tempat Sembahyang
Pura adalah merupakan tempat sembahyang atau pemujaan kepada
Sanghyang Widhi Wasa beserta manifestasi kemahakuasaan-Nya. Menurut
fungsinya Pura dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Pura
Kahyangan Umum (Kahyangan Jagat) dan Pura Kahyangan Khusus
(Sanggar, Pamerajan, Paibon, Kawitan dan lain-lain).
a. Pura Kahyangan Umum adalah tempat persembahyangan untuk seluruh
umat Hindu. berdasarkan konsepsi/filosofisnya dibagi atas beberapa
kelompok yakni:
1). Pura kahyangan Umum yang berdasarkan konsepsi Rwabhineda yakni : Pura
Besakih sebagai Purusa dan Pura Batur sebagai Pradhana.
2). Pura Kahyangan Umum yang berdasarkan konsepsi Catur Lokapala, merupakan
konkritisasi dari Cadu Sakti atau empat kemahakuasaan Sanghyang Widhi Wasa,
yakni :
a) Pura Lempuyang di Timur.
b) Pura Batukaru di Barat.
c) Pura Puncak Mangu di Utara.
d) Pura Andakasa di Selatan.
3). Pura Kahyangan Umum yang didasarkan konsepsi Sadwinayaka yang merupakan
landasan pendirian Sad Kahyangan di Bali, yakni:
a) Pura Kahyangan Agung (Pura Besakih).
b) Pura Kahyangan Lempuyang Luhur.
c) Pura Kahyangan Gua Lawah.
d) Pura Kahyangan Uluwatu.
e) Pura Kahyangan Batukaru.
f) Pura Kahyangan Pusering Tasik (Pusering Jagat).
4). Pura Jagat Nata yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

b. Pura Kahyangan Khusus.


1) Pura Kahyangan Desa (Teritorial) yaitu Pura yang disungsung atau
dibina oleh warga desa adat, yakni:
a) Pura Desa, dibangun guna menyembah Sanghyang Widhi Wasa
dalam Prabhawa/manifestasi-Nya sebagai Brahma, Maha Pencipta
alam semesta beserta isinya.
b) Pura Puseh, di bangun guna menyembah Sanghyang Widhi Wasa
dalam
Prabhawa/manifestasi-Nya
sebagai
Wisnu,
Maha
Pemelihara alam semesta beserta isinya.
c) Pura Dalem, dibangun guna menyembah Sanghyang Widhi Wasa,
dalam Prabhawa/manifestasi-Nya sebagai Siwa, Maha Kuasa
melebur seluruh alam semesta beserta isinya.
2) Pura Swagina (Pura fungsional) yaitu Pura yang penyungsung atau
pengemongnya terikat oleh ikatan swagina/swadayanya dalam
sistem mata pencaharian, seperti: Pura Subak, Pura Melanting, dan
sebagainya.
3) Pura Kawitan, yaitu tempat pemujaan atau persembahyangan bagi
kelompok keluarga tertentu, misalnya Sanggar Pamrajan yang berada
disetiap pekarangan rumah.
Jenis yang lebih besar dari Sanggar Pamrajan dinamakan Paibon, Dadia,
Panti atau Padharman. Dalam perkembangannya terdapat beberapa hal
yang dipakai sebagai landasan menbuat Sanggar pemujaan atau
Pamrajan, yakni :
a) Bagi yang tidak memiliki rumah sendiri (menyewa), biasanya
membuat Sanggar dari bahan kayu yang disebut Waton (plangkiran)
ditempatkan dalam kamar disebelah Timur atau Utara.
b) Bagi yang baru membuat rumah sendiri, bila keadaan memungkinkan
dapat mendirikan sebuah Sanggar Pamrajan.
3. Macam-macam Persembahyangan
a. Menurut waktu pelaksanaan.
1) Nitya Kala, yaitu persebahyangan yang dilaksanakan 3 (tiga) kali
sehari disebut Tri Sandhya, dilakukan tanpa memakai sarana yaitu :

a) Sembahyang pagi hari, pelaksanaannya antara jam. 04.30 06.00


disebut Pratah Savanam.
b) Sembahyang tengah hari antara jam. 12.00 13.30 disebut
Madyadina Savanam.
c) Sembahyang sore hari antara jam. 18.00 19.30 disebut Sandhya
Savanam.
2) Naimitika Kala, yaitu persembahyangan yang dilaksanakan pada harihari tertentu, terutama hari-hari yang disucikan (dirayakan) dengan
mempergunakan sarana dupa/api (Aghni), air (Toyam), buah-buahan
(Phalam), bunga (Puspam) dan dedaunan (Patram), antara lain :
a) Persembahan Deva Yajna: Purnama, Tilem, hari-hari suci
keagamaan (Galungan, Kuningan, Sarasvati, Pagervesi, Sivaratri
dan Nyepi).
b) Persembahyangan pada hari-hari raya Nasional.
c) Persembahyangan khusus yang dilaksanakan oleh perorangan,
keluarga atau kelompok masyarakat dengan maksud
menyampaikan niat tertentu.
b. Menurut bentuk pelaksanaannya.
1) Persembahyangan bersama dengan dipandu puja Sulinggih.
2) Persembahyangan bersama tanpa dipandu puja Sulinggih.
3) Presembahyangan perorangan.
4. Persyaratan Sembahyang
a. Persyaratan lahir (sakala, wahya) :
1) Bersihkan badan dengan mandi. Boleh juga mandi dengan air
kumkuman.
2) Berpakaian yang bersih dah sopan.
3) Sarana persembahyangan yang dipakai supaya baik, misalnya :
Bunga yang harum dan segar, dupa yang harum serta kwangen.
4) Tempat persembahyangan yang bersih dan bersuasana tenang.
b. Persyaratan bathin (niskala, adyatmika) :

1) Rasa tulus ihklas dalam melaksanakan sembahyang.


2) Kesadaran bathin yang luhur dan suci sesuai dengan ajaran Tri Kaya
Parisudha, yaitu : suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, dan suci
dalam perbuatan.
3) Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasa secara
pasrah dan utuh.
4) Kesadaran melaksanakan sembahyang agar ditujukan pada jalan
dharma, kesucian dan kesejahtraan mahluk serta alam semesta.
5) Meyakini ajaran Tat Tvam Asi yakni memandang semua mahluk
mempunyai hakikat yang sama.
5. Sikap Sembahyang
a. Sikap tangan.
1) Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya. Mengambil sikap Devapratistha
atau Amusti Karana yaitu kedua ibu jari tangan dipadukan dengan
telunjuk tangan kanan (berbentuk kojong) atau kedua ibu jari
tangan kanan dan kiri dipertemukan/ditempelkan sedangkan jari-jari
tangan yang lain saliang bertumpukan diatas ulu hati.
2) Sikap tangan pada waktu melaksanakan kramaning sembah. Sikap
tangan pada waktu melaksanakan persembahyangan/kramaning
sembah yaitu kedua belah telapak tangan dicakupkan dan diangkat
keatas ubun-ubun.
b. Sikap badan pada waktu sedang sembahyang.
Bila memuja dalam sebuah Pura, Sanggar Pamrajan dan sebagainya
dilakukan dengan cara duduk. Bagi kaum pria dengan sikap Padmasana
(Silasana) sedangkan sedangkan bagi kaum wanita dengan sikap
Bajrasana (bersimpuh). Ada lagi sikap-sikap yang lain misalnya bagi
yang sakit mengambil sikap Sawasana. Selanjutnya apabila
kondisitempat tidak memungkinkan untuk duduk maka dapat
dilaksanakan dengan mengambil sikap Padasana (berdiri).
6. Hubungan Sembahyang Dengan Yajna
Bertitik tolak dari pengertian sembahyang yang merupakan pemujian
kepada Sanghiang Widhi Wasa, dengan segala Prabhawa/manifestasi
kemahakuasaan Nya, yang dilaksanakan penuh ketululusan hati ,maka
yajna pun memiliki pengertian yang sama dengan sembahyang. Dengan

demikian antara Sembahyang dan Yajna memiliki hubungan yang erat


dimana kedua duanya bertujuan mewujudkan suatu kehidupan yang
bahagia dan sejahtera lahir batin (Moksartham Jagadhita).
Veda mengajarkan 5 (lima) macam Yajna, yang disebut Panca Yajna, yaitu:
a. Deva Yajna adalah korban suci/persembahan suci sebagai perwujudan
rasa terima kasih yang disampaikan kepada Sanghiang Widi Wasa dan
para Dewa penjaga kosmos dan hukum kehidupan yang diciptakannya
dengan tujuan tercapaenya ketentraman dan kesejahteraan lahir
batin .
b. Rsi Yajna adalah korban suci/persembahan suci sebagai perwujudan
rasa terima kasih kepada para Maharesi penerima Wahyu, kepada para
Brahmana, Guru yang telah mengajarkan dan mengembangkan ajaran
agama. RsiYajna dapat pula diwujudkan dalam bentuk penyucian diri
secara
spiritual
melalui
upacara
Pewintenan/Diksa
(Inisiasi/
pentahbisan).
c. Pitra Yajna adalah korban suci kepada para Leluhur dengan tujuan:
1) Mengembalikan jasadnya kepada lima unsur alam ini yaitu tanah
(prtiwi), sinar (teja), udara (bayu), air (apah), dan ether (akasa)
melalui upacara Sawa Wedana.
2) Menyucikan roh agar kembali ke asalnya melalui upacara Atma
Wedana.
d. Manusa Yajna adalah korban suci atau upacara untuk manusia guna
meningkatkan kehidupan spiritualnya. Upacara ini dimulai sejak bayi
dalam kandungan sampai dewasa dan menjelang mati.
e. Bhuta Yajna, adalah korban suci kepada para Bhuta (mahluk yang lebih
rendah dari manusia) agar siklus alam semesta ini tetap harmonis dan
ekosistem tetap berjalan dengan semestinya. Korban suci pada
upacara Buta Yajna disampaikan dalam bentuk upakara korban yang
disebut Caru, mulai dari tingkat yang terkecil sampai tingkat yang
lebih besar sesuai kepentingannya.
7. Pemimpin Dalam Persembahyangan

a. Pandita/Sulinggih. Berdasarkan Keputusan Maha Sabha Parisada ke II


tanggal 2 s.d 5 Desember 1968, ditetapkan bahwa mereka yang telah
melaksanakan upacara Diksa/ditapak oleh Nabenya dengan Bhiseka
Pandita (Pedanda, Bhujanga, Rsi, Bhagawan, Empu dan Dukuh)

berkewajiban menyelesaikan upacara/upakara Panca Yajna (Loka


Palasraya).
b. Pinandita. Bagi mereka yang telah melaksanakan upacara Pawintenan
sampai dengan Adhiksa Widhi dengan tidak ditapak dan Amari aran,
yaitu: Pemangku, Mangku Dalang, Wasi, Mangku Balian, dan Dharma
Acarya berwenang menyelesaikan upacara/upakara yang telah
ditentukan sesuai Kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu.
8. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan.
Guna menjaga dan memelihara kesucian Pura, para umat hendaknya
selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang larangan masuk
Pura/tempat suci.
a. Bagi wanita dalam keadaan menstruasi, habis melahirkan atau aborsi.
b. Dalam keadaan berhalangan karena cuntaka antara lain:
1) Kematian: Keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orangorang yang ikut mengantar jenazah, demikian pula alat-alat yang
dipergunakan untuk keperluan itu.
2) Sakit kelamin (Siphilis).
3) Kusta (yang menular).
4) Gila.
5) Gamiya Gamana (kawin/bersanggama dengan ibu, saudara, anak).
6) Salah timpal (kawin dengan binatang).
c. Menodai kesucian Pura/tempat suci (berpakaian tidak sopan, bercumbu,
berkelahi, buang hajat besar/kecil dan mencoreng coreng
bangunan/tempat suci).
III. PERSIAPAN SEMBAHYANG
a. Persiapan Sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan bathin. Persiapan
lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Termasuk dalam persiapan lahir ialah sarana penunjang sembahyang
seperti pakaianyang bersih dan rapi, bunga dan dupa, sedangkan persiapan

bathin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan


dan sarana prasarana sembahyang adalah sebagai berikut:
1) Asuci Laksana.
Pertama tama orang membersihkan badan dengan mandi. Kebersihan
badan dan kesejukan lahir mempengaruhi ketenangan hati.
2) Pakaian.
Pakaian waktu sembahyang supaya diusahakan pakaian yang bersih
serta tidak mengganggu ketenangan pikiran. Pakaian yang ketat dan
warna yang mencolok hendaknya dihindari.
Pakaian harus disesuaikan dengan dresta (kebiasaan) setempat, supaya
tidak menarik perhatian orang.
3) Bunga atau Kwangen.
Bunga atau Kwangen adalah lambang kesucian, supaya diusahakan
bunga yang segar, bersih dan harum. Jika dalam persembahyangan
tidak ada Kwangen dapat diganti dengan bunga. Ada beberapa bunga
yang tidak baik untuk sembahyang. Menurut Agastyaparwa, bunga
tersebut adalah:
Bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa digoncang, bunga-bunga
yang berisi semut, bunga yang layu yaitu bunga yang lewat masa
mekarnya, bunga yang tumbuh di kuburan. Itulah jenis-jenis bunga yang
tidak patut dipersembahkan.
4) Dupa.
Apinya dupa adalah simbol Sanghyang Agni, saksi dan pengantar
sembah kita kepada Sanghyang Widhi, setiap Yajna dan pemujaan tidak
luput dari penggunaan api. Hendaknya ditaruh sedemikian rupa
sehingga tidak membahayakan teman-teman di sebelah.
5) Tempat duduk.
Tempat duduk hendaknya diusahakan tidak mengganggu ketenangan
untuk sembahyang. Arah duduk ialah menghadap Pelinggih. Jika
mungkin agar menggunakan alas duduk seperti tikar dan sebagainya.
6) Sikap duduk.
Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan serta tidak
mengganggu ketenangan hati. Sikap duduk yang baik untuk pria ialah
sikap duduk bersila (Padmasana, Silasana, Sidhasana) dan badan tegak
lurus. Sikap duduk bagi wanita ialah sikap Bajrasana yaitu sikap duduk

bersimpuh dengan dua tumit kaki diduduki. Dengan sikap ini badan
menjadi tegak lurus, sikap ini sangat baik untuk menenangkan pikiran.
7) Sikap tangan.
Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah Cakuping kara
kalih yaitu kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan diatas di
depan ubun-ubun. Bunga atau kwangen dijepit pada ujung jari tengah.
Mantra Persiapan Kebersihan Jasmani:

Menggosok gigi: Om shri bhatari sayoga ya namah svaha - Ya Tuhan,


besihkalah gigi hamba dari segala kotoran.
Berkumur: Om vaktra suddha mam svaha - Ya tuhan, bersihkalah mulut
hamba dari segala kotoran.

Mandi: Om parama gangga sarira suddha mam svaha - Ya Tuhan,


bersihkanlah seluruh badan hamba dengan air ini dari kotoran.

Mencuci tangan: Om Ung Hrah Phat astra ya namah svaha - Ya Tuhan,


bersihkanlah tangan hamba dari kotoran.

Mencuci kaki: Om Pang pada ya namah svaha - Ya Tuhan, bersihkanlah


kaki hamba dari kotoran.

Keramas: Om Ghring Siva ya namah svaha - Ya Tuhan, bersihkanlah


rambut hamba dari kotoran.

Bercermin: Om vesnava ya namah svaha - Ya Tuhan, anugrahkalah sinar


kesucian kepada hamba.

Bersisir: Om shri dewi byo namah svaha - Ya Tuhan, anugrahkanlah


kewibawaan kepada hamba.

Mengambil pakaian: Om sarva busana ya namah svaha- Ya Tuahan,


sucikanlah pakaian hamba.

Berpakaian: Om Siva busana ya namah svaha Ya Tuhan, hamba


memujaMu dalam prabhavaMu sebagai Siva semoga menyatu dalam jasmani
hamba.

Mekampuh: Om Mahadeva ya namah svaha Ya Tuhan, hamba puja


Engkau sebagai Mahadeva yang menyatukan sabda-bhayu-idep dalam
jasmani hamba.

Persiapan Sarana:
Alas duduk (tikar, karpet, dsb)

Sebuah nampam yag berisikan:

Sebuah gelas/tempat tirtha berisi air bersih (diletakkan di pelingih,


pelangkiran, altar, sanggar pemujaan)- untuk memohon tirtha
wangsuhpada.
Sebuah mangkok kecil berisi beras yang sudah dicuci bersih diberi
wewangian (bija)
Dupa secukupnya
Bunga / canang sari / kwangen secukupnya
Persiapan rohani:
Pemusatan pikiran dengan sikap: Padmasana (untuk pria), Bajrasana (unuk
wanita), Padasana (berdiri), Savasana (untuk orang sakit), dsb.
Menyalakan dupa: Om Ang dupam samarpayami ya namah svaha Ya
Tuhan, hamba puja Engkau dalam sinar suciMu sebagai Brahma, pengantar
bhakti hamba kepadaMu.
Menghaturkan dupa: Om Ang dupa dipastra ya namah svaha Ya Tuhan,
hamba puja Engkau sebagai Brahma, hamba mohon ketajaman sinar sucimu
dalam menyucikan dan menjadi saksi sembah hamba kepadaMu.
Membersihkan bunga dengan asap dupa: Om puspa danta ya namah svaha
- Ya Tuhan, sucikanlah kembang ini dari segala kotoran.
Asana: Om prasada sthiti sarira Siva suci nirmala ya namah svaha - Ya Tuhan,
anugrahkanlah kepada hamba ketenangan dan kesucian dalam batin hamba.
Pranayama dengan sikap tangan Amustikarana:
Menarik napas; Om Ang namah Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai
pencipta dan sumber dari segala kekuatan, anugrahi hamba kekuatan
batin
Menahan napas: Om Ung namah Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai
pemelihara dan sumber kehidupan anugrahi hamba ketenangan batin
Mengeluarkan napas: Om Mang namah Ya Tuhan, hamba puja Engkau
sebagai pelebur segala yang tidak berguna dalam kehidupan, anugrahi
hamba kesempurnaan batin.

Karasoddhana
Tangan kanan: Om Soddha mam svaha Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan
jasmani hamba
Tangan kiri: Om Ati soddha mam svaha Ya Tuha, sucikanlah seluruh badan
rohani hamba

Puja Tri Sandhya


Om bhur bhuvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhyo yo nah praccodayat
Ya Tuhan, yang menguasai ketiga dunia ini, Yang Mahasuci dan sumber dari
segala kehidupan, anugrahi hamba sinar penerangan dengan cahayaMu Yang
Mahasuci
Om narayana evedam sarvam
Yad bhuta yasca bhavyam
Niskalangko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayano na dvityosti kascit
Ya tuhan, hamba puja Engkau sebagai Narayana pencipta alam semesta beserta
isinya, Engkau Mahagaib, tak berwujud, dan tak terbatas oleh waktu, dapat
mengatasi segala kebingungan, Engkau Mahasuci, Mahaesa, dan tidak ada
duanya, dan dipuja oleh semua mahluk
Om tvam sivah tvam mahadeva
Isvarah paramesvarah
Brahma visnusca rudrasca
Purusah parikirtitah

Ya Tuhan, Engkau hamba puja dalam sinar suci dan saktiMu sebagai Siva,
Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Visnu, dan juga Rudra, karena Hyang
Widhi adalah sumber dari segala yang ada
Om papoham papakarmaham
Papatma papasambhavah
Trahi mam pundarikaksa
Sabahya bhyantarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini penuh dengan kenestapaan, perbuatan hamba penuh
dengan kenestapaan, jiwa dan kelahiran hamba penuh dengan kenestapaan,
hanya Engkaulah yang dapat menyelamatkan hamba dari kenestapaan itu,
semoga dapatlah disucikan lahir-bathin hambaMu ini.
Om ksamasva mam mahadevah
Sarva prani hitangkara
Mamoca sarve papebhyah
Phalayasva sadasiva
Ya Tuhan, ampunilah hamba hyang Widhi, yang memberikan keselamatan semua
mahluk, ampuni hamba dari segala dosa, dan limpahkanlah perlindungan
kepada hamba.
Om ksantavah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Kksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Ya Tuhan, ampunilah segala dosa hamba, baik yang berasal dari perbuatan,
perkataan, dan pikiran, maupun dari segala kesalahan hamba
Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, semoga ada kedamaian dalam hati, di dunia, dan semuanya damai
untuk selamanya atas anugrahMu.

Kramaning Sembah

Muspa Muyung: Om Atma tattvatma suddha mam svaha Ya Tuhan,


Engkau adalah merupakan sumber Atman dari semua ciptaanMu, sucikanlah
hambaMu.
Muspa dengan bunga ke hadapan Siva Adhitya sebagai saksi pemujaan:
Om Adityasya param jyotih
Rakta teja namostute
Sveta pangkaja madhyasta
Bhaskaraya namostute
Om Hrang Hring Sah paramasiva adhitya ya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber cahaya yang merah
cemerlang, penuh kesucian yang bersemayam di tengah-tengah teratai
berwarna putih, sembah sujud hamba kepada sumber segala cahaya, Ya
Tuhan, Engkau adalah ayah semesta alam, ibu semesta alam, Engkau adalah
Paramasiva devanya matahari,anugrahkanlah kesejahtraan lahir-bathin.

Muspa dengan kwangen/bunga ke hadapan Hyang Widhi dengan Ista


devataNya:
Om namo devaya adhistanaya
Sarva vyapi vai sivaya
Padmasana eka prathistaya
Ardhanaresvarya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber sinar yang bersinggasana di
tempat paling utama, hamba puja sebagai Siva penguasa semua mahluk,
kepada devata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu
tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.

Muspa dengan kwangen/bunga kehadapan Hyang Widhi untuk memohon


waranugraha:
Om anugraha manoharam
Deva datta nugrahaka

Arcanam sarva pujanam


Namh sarva nugrahaka
Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmakam
Laksmi siddhisca dirgahayuh
Nirvighna sukha vrddhisca
Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian
devata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala
anugrah, kemahasiddian pada deva dan devi berwujud yajna suci.
Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.

Muspa Muyung, sebagai penutup persembahyangan:


Om deva suksma paramacintya ya namah svaha
Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, hamba memuja Engkau devata yang tak terpikirkan, maha tinggi
dan maha gaib. Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba kedamaian, damai,
di hati, damai di dunia, dan semoga semuanya damai atas anugrahMu

Pemercikan Tirtha

Doa ketika metirtha:


Om Ang Brahma amrta ya namah
Om Ung Visnu amrta ya namah
Om Mang Isvara amrta ya namah
Ya Tuhan, dalam wujud Brahma
Ya Tuhan , dalam wujud Visnu
Ya Tuhan, dalam wujud Isvara
Anugrahkan air suci kepada hamba

Doa minum tirtha:

Om Om sarira ya namah
Om Om sadasiva ya namah
Om Om paramasiva ya namah
Ya Tuhan sebagai Siva, Sadasiva, Paramasiva, anugrahilah badan dan rohani
ini air suci

Doa ketika meraup tirtha:


Om Om sarira purna ya namah
Ang Ung Mang gangga amrta ya namah
Sarira suddha parama teja ya namah
Om Ang sama sampurna ya namah
Ya Tuhan, sempurnakanlah badan ini, Ya Tuhan sebagai perwujudan gangga
amrta, anugrahilah diri kami kesucian, sinar yang maha suci, yang maha
sempurna

Memasang Bija

Diletakkan di selaning lelata: Om shriyam bhavantu Ya Tuahan, semoga


kebahagiaan meliputi kami
Diletakkan di pangkal tenorokan: Om sukham bhavantu Ya Tuhan,
semoga kesenangan selalu datang pada hamba
Ditelan tanpa dikunyah: Om purnam bhavantu, Om ksama sampurna ya
namah svaha Ya Tuhan, semoga segala kesempurnaan menjadi bertambah
sempurna pada diri hamba

Memasang bunga

Diletakkan di ubun-ubun: Om Siva Raditya ya namah svaha - Ya Tuhan,


sebagai saksi semuanya, semoga hamba selalu dapat mengingatMu.
Diletakkan di kedua telinga: Om deva shri devi ya namah svaha Ya
Tuhan, semoga kewibawaan meliputi hamba.
Meninggalkan tempat suci, didahului parama santih: Om Santih, Santih,
Santih Om.

Artinya :
Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga damai dihati, damai didunia dan damai selalu.

IV. PENUTUP
Keseluruhan isi doa dalam Tuntunan Sembahyang ini akan bermakna dan
mempunyai kekuatan spiritual (bertuah) apabila diyakini sebagai kebenaran,
serta dilafalkan dengan rasa bhakti atau kepasrahan, karena sesungguhnya
Sanghyang Widhi Wasa Yang Maha Kuasa menakdirkan segala kejadian.
Semoga kita senantiasa dituntun ke jalan yang benar dan dianugerahi
keselamatan.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Diposkan oleh wayan sudarma di 18.03

Anda mungkin juga menyukai