Anda di halaman 1dari 2

Kisah Hikmah Cinta Rasul dari Jalaluddin Rakhmat

February 16th, 2011 | Author: Akhmad Tefur

Di bulan hikmah Maulid Nabi ini, saya ingin


menghadirkan cerita hikmah/kisah hikmah tentang aktivitas seorang wanita tua yang
unik. Kisah hikmah ini dituturkan oleh Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal) dengan judul
“Kisah Nenek Pemungut Daun” dalam buku “Rindu Rosul” yang ditulisnya. Begini
tuturnya:

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia
menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke
masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Dhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di
halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.
Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak
lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di
siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari takmir masjid
memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan
pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi
ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah
disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan
kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan
kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang
kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu
bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya
dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia
itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu:
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil
itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat
tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun,
saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah (shalawat Nabi). Kelak jika saya mati, saya
ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya
membacakan salawat kepadanya.”

*****

Kisah hikmah ini saya (Jalaluddin Rakhmat) dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran,
membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja
mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan
kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari
itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan
amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat
semua alam selain Rasulullah SAW?

Anda mungkin juga menyukai