Anda di halaman 1dari 2

TIGA PEREMPUAN DI MASA LALU (3/3)

Ini kisah terakhir tentang perempuan di masa laluku yang ingin aku ceritakan padamu.

Dia sedang mengusir kucing putih di seberang gang ketika aku datang. Waktu itu malam terang
bulan pukul sembilan, pada 21 Januari 2022.

Aku tak mengira akan sampai di depan sebuah masjid tua yang sudah lama kuketahui cerita-
cerita mistiknya, apalagi menjumpai perempuan itu. Aku hanya berjalan sekehendak hati dari
Masjid Menara Kudus ke utara, menyusuri lorong-lorong labirin yang meskipun di malam terang
seperti ini masih tampak ngeri. Rumah-rumah joglo tua yang mencekam, sedikit penerangan
lampu, dan nyaris tak ada warga yang terjaga di depan rumahnya, atau lalu lalang santri-santri
dan peziarah di gang-gang ini. Kecuali dia, si perempuan yang aku temui itu. Dia amat tua. Dia
tak terkejut sepertiku ketika kami berpapasan di depan masjid Kenepan.

Masjid Kenepan banyak ditinggali jin putih. Dari sisi sejarah dan pendidikan, masjid ini
digunakan tempat mengaji para kiai-kiai besar seperti Kiai Arwani, Kiai Turaichan Adjhuri, Kiai
Asnawi, Kiai Hasan Asy’ari Magelang, hingga Kiai Sya’roni Ahmadi. Sampai sekarang masjid
itu masih menjadi tempat mengaji dengan nauangan Madrasah Diniyah Kenepan, yang memiliki
gedung sendiri di sisi utara masjid.

Aku yang setengah tak percaya ada perempuan tua itu di depanku, lalu menghampirinya. Kami
saling senyum, kemudian bertanya dan menjawabnya sewajar orang pertama bertemu. Dia tidak
pikun dan tuli. Meskipun sesekali tidak mendengar baik pertanyaanku. Ada satu pertanyaan yang
tidak mau dia jawab, tentang siapa namanya. Dia tak mau memberi tahu namanya dan malah
berbalik tanya namaku.

.
Pertanyaan-pertanyaanku mulai kuarahkan tentang Masjid Kenepan. Sebagai orang yang tinggal
di dekat masjid, aku meyakini dia tahu cerita-cerita tentang masjid ini. Apalagi dia lahir sebelum
Indonesia merdeka, usianya hampir 90 tahun. Dia bahkan menjadi murid dari kiai-kiai besar
yang aku sebutkan tadi.

Begini cerita perempuan tua tentang Masjid Kenepan, jin-jin muslim, dan kiai-kiai besar yang
pernah mengajar di sana. Tidak dikurangi dan tidak dilebih-lebihkan.

Saat usianya masih muda, perempuan tua itu pernah belajar kepada Kiai Arwani Amin. Beliau
ini sosok sangat alim dan sederhana. Kepadaku perempuan tua itu ketika menjelaskan
kesederhanaan Kiai Arwani yang dia ingat adalah bagaimana cara Kiai Arwani berjalan
menunduk dengan berpakaian serba putih dan memakai teklek dan teken (istilah perempuan itu
menyebut sandal tradisional dan tongkat kayu). Masjid Kenepan menurutnya adalah tempat
pertama Kiai Arwani mengajar al-Qur’an secara bin nadhor maupun bil ghoib. Masjid ini
menjadi embrio lahirnya pesantren yang didirikan Kiai Arwani pada 1973, Yanbu’ul Qur’an.

Sejarah mengenang Kiai Arwani sebagai kiai besar yang pernah menyantri di Kiai Munawwir
Krapyak, Bantul

Anda mungkin juga menyukai